BAGAIMANA MEREKA MENYIKAPI KEDATANGANNYA?
Apa pula yang dirasakan oleh para petugas liturgi
yang biasanya harus siap tampil di depan ribuan
umat saat perayaan ekaristi selama ini dan sekarang
berhadapan dengan kursi kosong?
Misa streaming on-line
Misa streaming on-line, bukan hal yang pernah saya
bayangkan sebelumnya, bahwa ini akan terjadi. Perayaan
ekaristi yang biasanya dialami dalam kebersamaan secara
langsung bersama romo dan seluruh umat, seketika tidak
ada.
Dalam ruang sakristi, biasanya kami bisa saling menyapa
dan menyemangati sesama petugas liturgi, sekarang
tidak lagi. Ketika memasuki ruang gereja, bangku-bangku
umat biasanya penuh, sekarang kosong. Doa yang biasa
didaraskan bersama-sama umat, serta lagu-lagu pujian,
bait pengantar injil dan mazmur tanggapan yang biasa
dinyanyikan bersama-sama dengan umat, sekarang tidak ada
lagi.
Kelompok paduan suara yang biasanya menyanyikan
lagu pujian dengan penuh semangat, sekarang diwakili oleh
beberapa petugas saja.
Ketika memasuki ruang gereja, suasana sangat hening
dan senyap. Sudah pasti ada perasaan-perasaan tertentu
yang hilang.
Sebagai lektor, saya bertugas untuk membacakan Sabda
Tuhan sehingga dapat dimengerti, dipahami dan diresapkan
oleh umat. Jika pada misa langsung, saya dapat bertatap
muka langsung dengan umat, maka dalam situasi misa
streaming on-line hal ini tidak ada.
Perbedaan yang nyata antara misa langsung dan misa
streaming on-line tentu saja membuat perasaan menjadi sedih
dan hampa. Namun saya tidak boleh hanyut dalam perasaan
ANTAR KITA 51 SALUS MEI 2020
BAGAIMANA MEREKA MENYIKAPI KEDATANGANNYA?
ini karena ada keyakinan bahwa walaupun tidak ada umat di
depan mata, namun umat mengikuti misa di rumah masing-
masing, dan menunggu untuk dapat mendengarkan Sabda
Tuhan. Serta tentu saja karena terus berharap bahwa dengan
rahmat dan berkat Tuhan maka kita akan mendapat kekuatan
untuk bertahan dan melalui situasi yang tidak mudah ini.
(Hyacinta – Lektor)
Semangat Kebangkitan Pemazmur
Masa pandemi covid-19 sejak awal Maret 2020 dengan
penerapan PSBB, Pemerintah menyerukan Stay at home:
“Bekerja, belajar, berdoa dari rumah”.
Sebagai seorang pemazmur, yang mana tugas pelayanan
kami adalah mendaraskan firman Tuhan di atas mimbar,
namun sekarang harus terhenti! Situasi ini tentu dapat
dimaklumi karena pada intinya untuk keselamatan diri dan
keluarga. Meski demikian, sebagai pemazmur merasa
ada sesuatu yang hilang, dimana gereja menjadi sepi
dari nyanyian mazmur, sepi dari kehadiran umat tapi juga
“kehilangan” dimana setiap minggu terutama masa Paskah
biasanya kami selalu mempersiapkan diri baik dalam hal
teknis vokal dan tata gerak sampai kepada persiapan batin
secara spiritual sebelum kami bertugas, saat bernyanyi di
atas mimbar bagaimana kami harus menyampaikan Sabda
Tuhan, agar apa yang kami daraskan boleh berkenan di hati
umat yang hadir. Kami juga kehilangan kebersamaan dalam
Perayaan Ekaristi bersama Putra Altar, Prodiakon, Romo dan
seluruh petugas gereja.
Akan tetapi, dibalik efek Stay at home karena pandemi
covid-19, kami move on dari situasi, dimana kami dapat
mengisi waktu yang lebih banyak untuk berekspresi.
Kesedihan kami terobati dengan beberapa kegiatan kreatif.
Pemazmur yang kesehariannya bertugas sendiri dalam
ANTAR KITA 52 SALUS MEI 2020
BAGAIMANA MEREKA MENYIKAPI KEDATANGANNYA?
Perayaan Ekaristi, kali ini kami saling merangkul satu sama
lain agar dapat tetap melayani sesuai talenta yang Tuhan
berikan kepada kami.
Pada tanggal 23 April lalu kami share lewat Youtobe,
http://youtobe.be/3FUpjg8Sr4I sebuah virtual choir
lagu: “Istana Cintamu” ciptaan Alm. Bpk L. Putut yang
mana rekaman ini dibuat dengan seluruh talenta keluarga
pemazmur, mulai dari penggagas, editor, penggabungan 4
pemain musik (biola, kucheng, keyboard dan piano), dirigen
dan 43 orang penyanyi. Rekaman ini dibuat sebagai bentuk
syukur kami atas perlindunganNya dan kerinduan kami atas
komuni suci.
Stay at home tidak mematahkan semangat kami untuk
tetap melayani dalam syukur dan kegembiraan. Maka
bersama Pemazmur. Mari kita doakan: “Ya Allah semesta
alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka
kami akan selamat” (Mzm 80:8)
(Angie – Pemazmur)
Wajar bila kita disinggahi berbagai perasaan, dari
sedih, lesu, sepi, sampai (mungkin) merasa depresi, namun
dengan berharap untuk sesuatu yang lebih baik, marilah kita
membangun semangat baru.
Kita bersyukur pada hal-hal yang selama ini kita anggap
wajar dan lewatkan begitu saja, sehat dan bisa bernafas lega
di saat bangun pagi, bertekad untuk lebih banyak tersenyum
dan berkata baik pada pasangan, menyampaikan cerita
lucu pada keluarga, menyapa teman yang sudah lama tidak
berkontak, dan sebagainya. Ternyata, begitu banyak hal
yang selama ini kita anggap kecil namun terlewatkan karena
kesibukan kita.
Mari kita memberkati hari hari ini dengan semangat baru,
membangun sikap positif dan optimis. (LW)
ANTAR KITA 53 SALUS MEI 2020
ANEKA
Berkat Urbi et Orbi dan Kita
Foto: Vatican News
Sabtu, 28 Maret 2020 Paus Fransiskus memberikan
berkat Urbi et Orbi (Kota dan Dunia) dan mengajak
seluruh umat Katolik berdoa bersama memohon
kebaikan Tuhan ditengah pandemi Covid-19. Tiga hari
sebelumnya, 25 Maret bertepatan dengan Hari Raya Kabar
Sukacita, Bapa Suci mengajak seluruh umat kristiani lintas
denominasi / gereja untuk bersama-sama mendaraskan doa
Bapa Kami.
Dalam ibadat yang disiarkan secara online jam 18.00
waktu Vatikan (00.00 WIB), Paus Fransiskus terlihat menyusuri
lapangan Basilika Santo Petrus yang kosong menembus
rintik hujan seorang diri menuju mimbar liturgi. Di belakangnya
terlihat salib mukjizat kuno dari gereja Santo Marselus di Jalan
SALUS EDISI 43 54 MEI 2020
BERKAT URBI ET ORBI DAN KITA
Corso, Roma dan ikon kuno Bunda Maria “Keselamatan Orang
Roma”. Kedua simbol kudus ini berkaitan dengan peristiwa
epidemi sejarah kota Roma berabad-abad sebelumnya.
Ibadat dimulai dengan doa pembuka, bacaan injil, dan homili.
Kemudian Bapa Suci berdoa di hadapan kedua simbol kudus
tadi sebelum masuk ke dalam Basilika Santo Petrus untuk
Adorasi Sakramen Mahakudus dan berkat Urbi et Orbi.
Urbi et Orbi adalah berkat yang diberikan oleh seorang
Paus yang ditujukan kepada umat beriman di kota Roma dan
seluruh dunia. Berkat ini disertai kesempatan untuk menerima
indulgensi penuh bagi yang hadir mengikutinya ataupun melalui
media siaran langsung jika penerimanya memenuhi syarat-
syarat khusus yang diperlukan (umumnya disertai dengan
pengakuan dosa dan menerima Komuni Suci, namun dalam
kondisi saat ini persyaratan tersebut diringankan). Ada dua hal
yang menarik dari berkat Urbi et Orbi kali ini. Pertama, biasanya
berkat ini hanya diberikan pada hari Natal dan Paskah saja.
Kesempatan lain yang lebih jarang adalah berkat pertama
seorang Paus saat terpilih. Khusus pada masa pandemi
ini, Paus Fransiskus memberikan berkat Urbi et Orbi diluar
kebiasaan. Kedua, biasanya berkat Urbi et Orbi diberikan oleh
Paus dari balkon Basilika Santo Petrus menggunakan rumusan
khusus untuk berkat ini. Namun, kali ini Paus Fransiskus
memberikannya dari Gerbang Basilika tanpa menggunakan
rumusan biasa. Berkat Urbi et Orbi kali ini diberikan dalam
bentuk Berkat Sakramen Mahakudus.
Dalam doa dan homilinya, Paus Fransiskus menyatakan
“Engkau memberikan kami masa pencobaan ini sebagai saat
untuk memilih.” Ia menekankan bahwa, “Sekarang bukan
waktu Allah untuk menghakimi, melainkan waktu kita. Waktu
untuk memilih apa yang penting dan apa yang akan berlalu,
waktu untuk memilih apa yang perlu dan apa yang tidak perlu.”
(Cliff Tedyanto)
ANEKA 55 SALUS MEI 2020
RESENSI
Miracles from Heaven
Miracle from Heaven merupakan adaptasi dari
sebuah novel karya Christy Beam yang berjudul
“Three Miracles from Heaven : A Sick Little Girl,
Her Journey to Heaven, and The Lives Forever Changed.”
Novel ini pun berdasakan kisah nyata dari keluarga Beam.
Film ini bercerita
mengenai seorang penulis
novel, Christy Beam yang
mengetahui bahwa salah
satu anaknya, Annabel
(10 th) mengidap penyakit
langka, hingga ada
keajaiban yang membuat
Annabel sembuh dari
penyakitnya.
Keluarga Beam terdiri
dari Kevin Beam (Martin
Henderson) sang ayah,
Christy Beam (Jennifer
Garner) sang ibu, Abigail
Beam (Brighton Sharbino)
anak pertama, Annabel
Beam (Kyle Rogers) anak
Resensi Film Keluarga:
Judul Film : Miracles from Heaven
Genre : Drama, Fantasy
Durasi : 109 menit
Sutradara : Patricia Riggen
Pemain : Jennifer Garner, Kyle Rogers, Martin Henderson
Tahun Rilis : 2016
SALUS EDISI 43 56 MEI 2020
MIRACLES FROM HEAVEN
kedua, dan Adelynn Beam (Courtney Fansler), keluarga
Beam merupakan keluarga yang aktif dalam kegiatan
gereja dan memiliki iman yang kuat.
Pergumulan mengenai hidup dan iman keluarga
Beam bermula pada kejadian ini. Dengan segala cobaan
yang dialami oleh keluarga Beam, Christy terus berjuang
untuk kesembuhan Anna. Kevin juga berjuang untuk
mendapatkan biaya pengobatan dan merawat kedua anak
lainnya, ketika Christy harus membawa Anna ke luar kota
untuk melakukan perawatan. Selama proses perjalanan
panjangnya, Christy mulai kehilangan kepercayaan
terhadap Tuhan. Namun berbeda dengan Kevin yang
masih berpegang pada iman yang dimilikinya begitu juga
dengan Anna.
Film ini menggambarkan sudut pandang dari beberapa
tokoh sehingga tidak hanya berfokus pada salah satu
tokoh saja. Penonton dapat melihat perjuangan dan
gejolak yang dirasakan oleh beberapa tokoh, walau
memang akan dibuat lebih fokus kepada Christy dan
Annabel. Namun penonton bisa mengetahui perasaan
yang dirasakan oleh anggota keluarga Beam dan beberapa
tokoh lainnya.
Konflik dan masalah dalam film ini sering terjadi
pada setiap keluarga, sehingga akan sangat mudah
bagi penonton menghayati makna dari film ini. Tidak
melulu menyajikan konflik pergumulan, ketegangan, dan
kesedihan, film ini pun dibumbui dengan unsur komedi
yang diberikan tokoh lain, yaitu Angela. Angela membantu
Christy dan Annabel untuk bangkit dengan terus berada
disamping mereka dan memberikan pengaruh positif dan
kebahagiaan.
Alur maju dan cepat yang membuat film ini tidak
membosankan ditambah dengan penghayatan para
RESENSI 58 SALUS MEI 2020
MIRACLES FROM HEAVEN
pemain film menambah nilai plus film ini. Seolah penonton
dibawa masuk dalam masalah yang dirasakan. Pesan
yang ingin disampaikan terdapat dalam setiap scene
dalam film tersebut. Memang ada beberapa scene yang
secara jelas membahas mengenai keberadaan Tuhan
dan kepercayaan akan iman, misalnya pada salah satu
scene, Annabel berkata kepada salah satu temannya
kalau ia percaya bahwa Yesus selalu bersamanya dan
menyakinkan temannya untuk percaya bahwa Tuhan akan
selalu ada.
Pada scene lain, ketika Annabel menceritakan
keajiaban yang dirasakan kepada kedua orang tuanya.
Annabel berkata dengan tegas bahwa tidak semua orang
akan percaya sebelum mereka berada disana. Film
ini banyak menyelipkan makna yang dalam mengenai
keberadaan Tuhan dan kepercayaan kita sebagai umat
Allah.
“Miracles from Heaven” mengajarkan kita untuk terus
percaya kepada Tuhan dan iman kita membuka mata
terhadap sekeliling kita bahwa kebaikan Tuhan selalu ada
melalui orang-orang disekeliling kita terutama keluarga.
Seperti dalam satu dialog yang Christy katakan
“Keajaiban ada dimana-mana. Keajaiban adalah kebaikan.
Keajaiban itu cinta.” (Vida)
Majalah Salus membutuhkan tenaga
untuk berkarya sebagai kontributor dan
design grafis, mohon hubungi
Sdr. Jodi Barnas (0812-8383-1205).
Terima Kasih.
ANEKA 59 SALUS MEI 2020
KATEKESE
Katekese Goes Online
Sejak merebaknya pandemi Covid-19, pemerintah
melarang masyarakat berkumpul dalam jumlah besar.
Menanggapi hal ini, Keuskupan Agung Jakarta lalu
mengeluarkan Surat Edaran yang meminta seluruh paroki
untuk meniadakan semua kegiatan berkumpul, termasuk
misa kudus. Alhasil, sejak pertengahan Maret hingga tulisan
ini dimuat (termasuk Pekan Suci) umat hanya dapat mengikuti
misa secara online.
Tak hanya misa kudus, semua kegiatan berkumpul di
gereja ditiadakan, termasuk Katekese. Calon baptis yang
sedianya dibaptis Paskah 2020, harus ditunda hingga
kondisi normal. Pertemuan kelas pengajaran juga tidak
dapat dijalankan secara fisik. Namun, pengajaran tetap harus
berjalan, dengan harapan pada saat ‘kelulusan’ nanti kondisi
sudah berangsur normal.
Karena tidak dapat bertemu secara fisik, pengajaran harus
dilakukan secara online yang menjadi tantangan tersendiri.
SALUS EDISI 43 60 MEI 2020
KATEKESE GOES ONLINE
Sebagian besar katekis dan peserta belum pernah belajar via
daring.
Kelas Komuni Pertama
Kelas pengajaran Komuni Pertama (Komper)
juga bernasib sama. Untungnya, saat persiapan awal
pembimbingan
kelas Komper, para
pembimbing sudah
mempersiapkan materi
dalam bentuk softcopy.
Erna Salim,
sesorang pembimbing
Komper menceritakan
saat melakukan uji coba
pengjaran via daring, kendalanya adalah para pembimbing
merasa tidak siap untuk melakukan pengajaran secara
online. Koneksi internet yang terkadang tidak stabil juga
kadang mengganggu. Sebagian anak-anak juga masih belum
bisa fokus, masih ada yang chatting dengan temannya,
ada juga yang iseng menggambar pada materi yang
sedang ditayangkan. “Kami mengamati situasi ini dan terus
memperbaiki prosesnya. Dengan demikian para pembimbing
dipaksa lebih siap,” kata Ibu Erna.
“Untuk melengkapi kegiatan belajar online melalui aplikasi,
kami memberikan beberapa pertanyaan melalui Google Form
yang harus dikirim sebagai evaluasi akhir setiap materi. Puji
Tuhan proses belajar-mengajar kelas Komper online berjalan
lancar. Kami yakin bahwa Roh Kudus yang selalu memberikan
hikmat terbaik bagi para pembimbing, anak-anak, dan orang
tua yang selalu memberikan dukungan.”
Nehemias, seorang peserta Komper dari Lingkungan
St. Clemens, merasa senang mengikuti kelas online ini.
KATEKESE 61 SALUS MEI 2020
KATEKESE GOES ONLINE
Penyampaian pelajarannya jelas, namun karena pesertanya
banyak, terkadang membuat fokus menjadi terpecah. Orang
tua Nehemias juga senang karena bisa ikut belajar kembali
ketika mendamping anaknya.
Orang tua Thomas Aquino Kenzo, umat Lingkungan St.
Odilia, bersyukur karena pengajaran tetap dapat berlangsung.
“Terkadang anak-anak masih kurang fokus, dan saya
sebagai orang tua mempunyai kesulitan untuk mengingatkan
tanggung jawab dan cara menjelaskan materi agar lebih
mudah dipahami.”
Kelas Katekumen Dewasa, Gading Serpong
Untuk kelas Katekumen Dewasa di Gading Serpong,
AR. Windijatmoko (Pak Ruswin) menyebutkan 2 cara yang
dilakukan, yaitu menggunakan Google Classroom untuk
penyampaian materi / evaluasi, dan aplikasi Zoom untuk tatap
muka online. Pertemuan melalui gawai tetap dapat menjawab
kerinduan berkumpul dan menumbuhkan semangat belajar.
“Kalau pun ada kendala, hanya karena kualitas jaringan dan
kuota (terputus-putus),” jelas Pak Ruswin, warga Lingkungan
St. Stanislaus ini.
Joey Tirta Wijaya, salah seorang peserta dari Lingkungan
St. Bonifacius, mengatakan bahwa kelas online ini
lebih santai, karena bisa diulang kembali rekamannya.
Kelemahanya, kelas kurang khusuk dan kurang bersosialiasi.
Kelas Katekumen Anak, Gading Serpong
Banyak orang tua katekumen meminta untuk tetap
melanjutkan kelas pengajaran. “Inilah yang memotivasi kami
mengadakan kelas menggunakan aplikasi. Ada rasa haru
melihat wajah-wajah mereka, rasa rindu mendengar celotehan
mereka. Semoga pandemi Covid-19 ini cepat berlalu
sehingga bisa mengajar di kelas lagi,” kata Ibu Linda Aprianto,
KATEKESE 62 SALUS MEI 2020
KATEKESE GOES ONLINE
katekis dari Lingkungan St. Eugenia.
Kaela, seorang peserta dari Lingkungan St. Matildis
mengatakan, “Sebetulnya gak terlalu suka belajar online,
karena harus disiapin dulu sama Papa / Cici, sama Ema /
Engkong.”
“Belajarnya sih cukup jelas, tapi Kaela ingin seperti biasa
belajarnya, ada Bu Linda, Bu Yani dan Bu Sumar, dan Kaela
mau mendengarkan langsung jadi lebih mengerti, lalu ketemu
teman-teman juga.”
Kelas Dewasa Muda, Alam Sutera
Mira Arlina, katekis dari Lingkungan St. Nicholas
mengatakan, “Senang masih bisa bertemu secara online.
Interaksi dengan peserta cukup baik, cara yang dipakai
dengan memberi tugas, lalu mereka bisa mencari sendiri
dengan referensi dari kita. Jadi saat pertemuan, katekis
menjelaskan dan peserta sudah mempunyai bayangan,
sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik.”
“Memang kita tidak bertemu langsung dengan peserta.
Karena biar bagaimanapun bertemu langsung akan lebih baik
interaksinya,” lanjut Ibu Mira.
Billy Tjandra, peserta dari Lingkungan St. Lukas,
mengatakan “Hal yang saya sukai dari pembelajaran
katekumen di Gereja St. Laurensius adalah katekis
memberikan ilustrasi yang tepat dalam menunjang media
pembelajaran. Melalui gawai, para peserta katekumen diajak
untuk lebih mengenal Tuhan secara mandiri, melalui tugas-
tugas yang diberikan sesuai dengan tema akan dibahas di
pertemuan berikutnya. Dukanya, saya tidak dapat bertemu
dengan para katekis dan teman-teman sekelas. Dengan
suasana tidak berada di kelas membuat saya kurang tajam
mendalami materi, terutama materi yang cukup berat untuk
diterima.” (Yani dkk.)
KATEKESE 63 SALUS MEI 2020
ASAK
Katekese yang Hidup
Program ASAK (Ayo Sekolah, Ayo Kuliah) telah hadir
sejak November 2013 di Paroki Alam Sutera dengan
tujuan membantu pendidikan anak dari keluarga
katolik yang kurang beruntung. Paroki kita merupakan
paroki ke-28 dari 64 paroki & 2 stasi yang telah memiliki
program ini di KAJ.
Sejalan dengan visinya menjadi Gerakan Kasih yang
tumbuh, ASAK hadir dengan misi untuk mendukung
Peserta ASAK saat mengisi acara ulang tahun Paroki
KATEKESE 64 SALUS MEI 2020
ASAK - KATEKESE YANG HIDUP
semangat bela rasa dan sebagai sarana katekese bagi
para penyantun yang ingin berbagi & menyalurkan berkat
untuk menghadirkan Dia melalui pendidikan anak-anak
dari ‘kiamat’ kecil yang mungkin sempat dialami orang tua
mereka.
Menjelang tahun ke-7, ASAK paroki kita telah
menerima 114 pengajuan biaya pendidikan SD, SMP,
SMA/SMK dan kuliah. Hingga tahun ajaran 2019-2020
ini, 7 (tujuh) diantaranya telah selesai kuliah dan sekarang
telah bekerja, 3 (tiga) lainnya akan menyelesaikan
kuliahnya tahun ini.
Program ASAK ditujukan kepada umat paroki yang
mengalami kendala pembiayaan pendidikan dengan
mengajukan permohonan bantuan untuk 1 (satu) tahun
ajaran (bisa dilanjutkan ke tahun berikutnya) sesuai dengan
perkembangan ekonomi keluarga tersebut. Setiap anak
bisa disantuni seorang penyantun atau lebih, bahkan oleh
Lingkungan atau organisasi. Namun setiap penyantun
hanya diperbolehkan membantu 2 (dua) anak, agar umat
lain juga mendapat kesempatan.
Sebagian besar penyantun telah menjadi pendonor
selama bertahun-tahun, bahkan ada yang sejak awal
dimulainya program hingga saat ini. Beberapa anak yang
mereka santuni bahkan telah lulus kuliah.
Selain dana dari penyantun yang terikat pada 1-2
orang anak, ASAK juga menerima bantuan yang bersifat
umum (tanpa ikatan pada anak-anak yang perlu disantuni)
karena pada dasarnya biaya pendidikan tidak hanya
sekedar uang sekolah saja.
Bila diantara Ibu-Bapak ada yang tergerak untuk
membantu, dapat menghubungi Sekretariat Paroki atau
Perwakilan Pengurus ASAK di 0816735904 (Maria-
Christina) atau 08118304929 (Riana). (Maria Christina)
KATEKESE 65 SALUS MEI 2020
SEKSI KERASULAN KELUARGA
KELUARGA
Kolom yang diasuh oleh Tim SSK Paroki dan
didampingi oleh Pastor Paroki ini sengaja
dibuat untuk umat yang mau bertanya apa
saja seputar keluarga. Tim SKK Paroki adalah pasutri
yang sudah mengikuti pelatihan Kerasulan Keluarga
dan Konseling Keluarga dari KAJ. Di dalamnya juga
terdapat psikolog profesional. Semua nama yang
mengirimkan pertanyaan dirahasiakan oleh redaksi.
Keluhan:
Saya Anggrek, usia 25 tahun. Saya bekerja sebagai akuntan di sebuah
perusahaan swasta. Saya selama 1 tahun ini menjalin hubungan jarak jauh
dengan pacar saya. Kami pertama kali bertemu karena saya dikenalkan
oleh teman saya. Setelah menjalin relasi selama beberapa bulan, saya mulai
mencurigai kalau pacar saya adalah pecandu narkoba. Awalnya dia selalu berusaha
menyembunyikan kecanduannya tersebut kepada saya. Sampai pada akhirnya saya
mengetahui juga. Sebagai pacar saya berusaha memahami alasannya menggunakan
narkoba. Pacar saya berasal dari keluarga broken home. Banyak pengalaman sedih yang
telah dialaminya. Keluarga saya belum mengetahui kondisi pacar saya. Kalau mereka tahu,
pasti mereka akan melarang saya untuk pacaran dengannya. Saya merasa kasihan jika
meninggalkan dirinya. Saya bingung dengan keadaan seperti ini. Mohon petunjuk.
Jawaban:
Anggrek yang sedang bingung,
Yang paling penting kamu harus memahami kebiasaan penggunaan narkoba oleh pacar
kamu. Apakah kamu sudah membawa ke dokter untuk mengatasi masalah ketergantungan
terhadap narkoba? Jika belum, bawalah segera agar dilakukan pengobatan. Dalam proses
pengobatan, kamu memegang peranan penting sebagai orang yang dekat dengan dirinya
(karena dia berasal dari keluarga yang kurang rukun), sehingga proses pemulihan dengan
pendekatan medis berjalan optimal.
Selain itu, kamu memegang peranan sentral dalam pemulihan kejiwaan atas masalah
yang dihadapi. Penggunaan narkoba tidak bisa menggunakan pendekatan medis saja,
namun pendekatan personal. Karena hal ini berkaitan dengan masalah mental pacar kamu.
Sebagaimana kamu tahu, pacar kamu mempunyai masalah keluarga, yang pada akhirnya
dijadikan alasan penggunaan narkoba. Penggunaan narkoba jelas tidak akan menyelesaikan
masalah pacar kamu. Sampai kapan pun. Itu hanya pelarian untuk menghindari masalah.
Masalahnya masih akan tetap ada.
Nah, di sini kamu harus berpikir tentang gaya penyelesaian masalah pada pacar kamu,
yang cenderung lari dari masalah dengan menggunakan narkoba. Kamu berusaha memahami
keadaannya, namun kamu perlu sadar bahwa memahami saja tidaklah cukup. Kamu harus
bisa membimbing agar pacar kamu menjadi pribadi yang mampu untuk menghadapi masalah
dan menyelesaikan masalah tersebut tanpa menggunakan narkoba? Jika kamu ingin, pastilah
akan memakan waktu dan energi fisik dan mentalmu yang sangat besar.
Nah pertanyaannya, apakah kamu sanggup untuk menjalani kehidupan pacaran yang
seperti ini, dengan segala risiko yang akan kamu hadapi? Sangat penting kamu sadari bahwa
penggunaan narkoba akan berpotensi menjadi masalah dalam hukum dan rumah tangga
kamu kelak (jika hubungan ini berlanjut sampai pernikahan).
Semoga jawaban ini membantu kamu untuk mengambil keputusan.
SALUS EDISI 43 67 MEI 2020