The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by cerdasedukasi, 2022-04-23 18:55:54

Belajar dari pembantu

Kisah Inspirasi

BELAJAR
DARI

PEMBANTU

Ditulis oleh dr. Sigit Setyawadi, SpOG

Saat itu saya masih mahasiswa, antara 1975 - 1980. Menjelang
hari raya, pembantu yu Reni kakak saya yang dipanggil mbok,
pamit pulang ke kampung. Dia menitipkan perhiasan emasnya ke
kakak saya. Kakak saya menanyakan mengapa perhiasannya tidak
dipakai selama lebaran di kampung ? Bukankah itu akan
membuat mbok bangga.

Jawaban mbok luar biasa, dan selanjutnya saya pakai sebagai
pedoman hidup saya. Dia menjawab dengan bahasa jawa, tetapi
bahasa Indonesianya begini :"Kalau saya yang memakai, meskipun
emas asli, akan dianggap imitasi. Sebaliknya kalau jeng yang pakai
(beliau memanggil kakak saya jeng), imitasipun akan dianggap
sebagai asli".

Kalimat itu terus mengiang di telinga dan semakin lama semakin
terbukti kebenarannya. Bukan apa yang dipakai tetapi siapa yang
memakai itu yang paling penting. Jack Ma bahkan mengatakan
:"Kalau kamu tidak punya uang, kata kata motivasimu akan
terdengar seperti kentut. Kalau kamu memiliki banyak uang,
kentutmu bahkan bisa memotivasi".

Saat menjadi dokter umum di Puskesmas Kerek, saya sudah
dianggap paling kaya oleh teman teman, karena pasien saya
memang sangat banyak. kalau hari Senin sekitar 100 orang, hari
lain 50 an. Suatu saat kacamata saya tertinggal di Dinas
Kesehatan Tuban (saat itu masih menjadi satu dengan Rumah
Sakit). Saya sendiri sudah lupa dengan kacamata itu karena itu
kacamata murahan, 10 ribu dapat 3. Ketika saya berkunjung lagi
ke sana, kepala kantor pak Eko menemui saya membawa sebuah
bungkusan. Rupanya ada karyawan yang menemukan kacamata
itu dan tahu itu milik saya. Pak Eko mengatakan kepada stafnya
kalau milik pak Sigit pasti mahal, jadi mereka simpan dengan hati
hati. Ketika saya katakan bahwa ini kacamata 10.000 dapat tiga,
beliau tidak percaya dan menganggap saya bergurau.

Begitulah kehidupan saya, tidak pernah aneh aneh. Baju dan celana juga yang
murah murah. Celana pendek untuk di rumah sama dengan yang dipakai
sopir mertua. Ibu mertua saya yang suka sewot kalau saya memakai celana
atau kaos yang sama dengan yang dipakai sopir.

Sampai menjadi spesialispun, kacamata baca masih saya beli di pinggir jalan.
Semua menganggap itu mahal, kecuali orang yang ahli tentunya. Suatu saat,
ketika kontrol pasca melahirkan, pasien saya yang pemilik toko kacamata
memberi saya hadiah kacamata baca. Dengan serius beliau mengatakan
:"Dok, saya yang malu melihat dokter pakai kacamata 10 ribuan". Rupanya
beliau tahu nilai kacamata saya. Saya yang pakai, dia yang malu. Yang salah
siapa ya ?

Bu Wati lebih gila lagi. Sewaktu di Batu, beliau biasa saja naik angkot maupun
ojek. Suatu hari naik angkot turun di depan Klinik saya. Kondektur teriak
rumah sakit dokter Sigit dan mengira isteri saya akan periksa. Padahal dialah
pemiliknya.

Bagitulah, kami beranggapan bahwa apapun yang kami pakai akan nampak
mahal, meskipun sebenarnya murah. Itulah perasaan kaya yang
sesungguhnya. Tidak perlu harus mengada adakan supaya dianggap kaya.
Karena percuma saja, bawah sadar kita akan memvibrasikan kondisi kita yang
sebenarnya.

Secara keuangan, orang kaya hidup dibawah standard kemampuannya,
sehingga bertambah kaya. Sedang orang miskin hidup diatas kemampuannya
sehingga bertambah miskin.

Semoga bermanfaat.
Sigit Setyawadi


Click to View FlipBook Version