The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by abumiftah08, 2022-02-09 01:11:07

1820 - Karakter Seorang Muslim - ebook

1820 - Karakter Seorang Muslim - ebook

Edisi 20 Tahun 18

Karakter Seorang Muslim

‘Menyikapi Fenomena
Akhir Tahun’

H.R. Abu Dawud

“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia ter-
masuk dari golongannya.”

• Seorang muslim dituntut untuk memiliki karakter yang
jelas dan tidak boleh asal ikut-ikutan.

• Banyak ayat di dalam Al-Quran dan juga hadits-hadits Nabi
yang melarang bagi kaum muslimin untuk meniru karakter
yang tidak semestinya mereka tiru, entah itu meniru hewan,
lawan jenis, setan, atau pun non-muslim.

• Seorang muslim dengan tidak meniru karakter yang tidak
semestinya dia tiru, adalah sebagai wujud syukurnya
terhadap nikmat Allah dan wujud rida terhadap takdir dan
ketetapan Allah.

• Sebagian kaum muslimin terasa memudar karakternya di
akhir hingga awal tahun, ketika mendapati hari Natal dan
datangnya tahun baru, dengan dalih toleransi.

Seorang muslim dituntut untuk memiliki karakter yang
jelas dan tidak boleh asal ikut-ikutan dengan karakter
lain yang bukan semestinya menjadi karakternya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan
termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain
kami.” (H.R. Tirmidzi).

Oleh karena itulah, banyak ayat di dalam Al-Quran dan
juga hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
melarang bagi kaum muslimin untuk meniru karakter yang
tidak semestinya mereka tiru, entah itu meniru hewan, la-
wan jenis, setan, atau pun non-muslim.

Buletin kali ini akan membawakan sebagian ayat dan ha-
dits tersebut agar bisa menjadi nasehat bagi kaum muslimin
supaya bisa memiliki karakter sebagaimana yang diinginkan
oleh Allah dan Rasul-Nya. Nasehat ini lebih-lebih dibutuh-
kan di momen akhir hingga awal tahun seperti sekarang ini,
di mana banyak kaum muslimin yang karakter muslimnya te-
rasa memudar tersebab kesalahpahaman tentang konsep
toleransi.

Larangan Menyerupai Hewan

Terdapat banyak hadits yang melarang seorang muslim
untuk menyerupai hewan, terkhusus pada hadits-hadits yang

2

terkait tentang tata cara salat. Berikut di antara sebagian
hadits tersebut.

Larangan turun sujud seperti turunnya onta sebagaimana
terdapat dalam hadits: “Jika seseorang dari kamu sujud, maka
janganlah ia turun sujud sebagaimana mendekamnya onta.
Hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua
lututnya.” (H.R. Abu Dawud, An-Nasa-i, dan Ahmad. Sahih).

Larangan menghamparkan tangan seperti binatang buas
sebagaimana terdapat dalam hadits: “Seimbanglah di dalam
sujud dan janganlah seseorang dari kamu menghamparkan
kedua lengannya sebagaimana terhamparnya (kaki) anjing.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).

Larangan menoleh seperti musang, sujud seperti ayam
mematuk, dan duduk seperti anjing. Abu Hurairah radhiyal-
lahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan aku dengan tiga perkara dan melarangku dari
tiga perkara. …. (Beliau) melarangku dari mematuk seperti pa-
tukan ayam jantan, duduk iq’a seperti duduk iq’a anjing, dan
menoleh sebagaimana musang menoleh.” (H.R. Ahmad, Abu
Ya’la, dan Al-Baihaqi)

Larangan menggerakkan tangan ketika salam seperti ekor
kuda. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada
sebagian sahabat, “Mengapa engkau memberi isyarat dengan
tanganmu, seolah-olah ekor-ekor kuda yang tidak tenang? Jika

3

seseorang dari kamu salam (dari shalatnya), hendaklah ia me-
noleh kepada saudaranya, dan janganlah ia memberikan isya-
rat dengan tangannya.” (H.R. Muslim dan lain-lain).

Larangan sujud terlalu cepat seperti burung gagak mema-
tuk dan tak mau berpindah tempat salat seperti unta men-
derum (H.R. Abu Dawud).

Larangan Menyerupai Lawan Jenis

Seorang laki-laki dilarang meniru apa yang menjadi ciri
khas seorang perempuan dan seorang perempuan juga dila-
rang meniru apa yang menjadi ciri khas seorang laki-laki. Di
antara hal yang menunjukkan hal tersebut adalah hadits-hadi-
ts berikut.

Dilarang menyerupai gaya berjalan lawan jenis. Ketika
Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma melihat
Ummu Sa’id anak perempuan Abu Jahal sedang membawa
busur panah sambil berjalan seperti gaya berjalannya lelaki,
Abdullah kemudian membawakan hadits Rasulullah shallalla-
hu ‘alaihi wasallam, “Bukan dari golongan kami, wanita yang
menyerupai kaum laki-laki dan lelaki yang menyerupai kaum
wanita.” (H.R. Ahmad).

Dilarang menggunakan pakaian dan sandal yang menjadi
khasnya lawan jenis. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah dita-
nya tentang hukum wanita memakai sandal yang khas bagi

4

laki-laki, maka beliaupun menjawab: “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melaknat wanita-wanita yang menyerupai laki-
laki.” (H.R. Abu Dawud).

Larangan menyerupai lawan jenis tidak hanya terbatas
pada gaya berjalan dan gaya berpakaian saja, akan tetapi
berlaku umum. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menyim-
pulkan, “Telah diketahui dari dalil-dalil bahwa yang dimaksud
adalah (larangan) tasyabbuh dalam hal pakaian, sifat, gerak-
an, dan semisalnya; bukan tasyabuh (menyerupai) dalam per-
kara-perkara kebaikan.” (Fathul Bari, 10/333) .

Larangan Menyerupai Setan

Tidak boleh pula orang yang beriman mengikuti tin-
dak-tanduk yang sangat hina ini, yaitu setan.

Dilarang makan dan minum dengan tangan kiri agar tak
menyerupai setan, berdasarkan hadits, “Janganlah kalian ma-
kan dengan tangan kiri karena sesungguhnya setan makan
dan minum dengan tangan kiri.” (H.R. Muslim).

Dilarang pula duduk di perbatasan antara tempat panas
dan teduh agar tak menyerupai tempat duduk setan berda-
sarkan hadits, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mela-
rang duduk di antara tempat yang terkena panas dan tempat
yang terkena naungannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam

5

bersabda, ‘Itu adalah tempat duduknya setan.’.” (H.R. Ahmad.
Sahih).

Kita diperintahkan untuk tidur siang agar berbeda dengan
setan yang tidak tidur siang, berdasarkan hadits, “Tidur siang-
lah kalian karena sesungguhnya setan-setan itu tidak pernah
tidur siang.” (H.R. Abu Nu’aim. Sahih).

Secara umum kita diperintahkan untuk tidak mengikuti
gerak-gerik dan langkah setan, berdasarkan firman Allah (yang
artinya), “Janganlah kamu turuti langkah-langkah setan.” (Q.S.
Al Baqarah: 208).

Larangan Menyerupai Orang Kafir

Orang yang beriman juga dilarang untuk menyerupai
orang kafir, baik itu dari kalangan ahli kitab (Yahudi dan Nas-
rani) atau pun yang bukan ahli kitab seperti orang-orang Ma-
jusi.

Kaum muslimin dianjurkan untuk menyemir uban agar
bisa menyelisihi ahli kitab, berdasarkan hadits “Sesungguhnya
orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak menyemir uban mereka,
maka selisilah mereka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dianjurkan menyelesihi orang majusi dengan cara memo-
tong kumis dan memelihara jenggot, berdasarkan hadits
“Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot memanjang, selisih-
ilah orang-orang Majusi.” (H.R. Muslim).

6

Menyelisihi gaya berpakaian yang menjadi ciri khas orang
kafir. Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah
mengirim surat kepada ‘Utbah bin Farqad. Di antara isi surat-
nya, “Janganlah kalian bermewah-mewah dan waspadailah
model pakaian orang musyrik.” (H.R. Muslim). Dalam riwa-
yat lain disebutkan dengan redaksi, “Janganlah kalian berme-
wah-wewahan dan waspadailah model pakaian orang ‘ajam
(Persia dan Romawi).”

Larangan meniru apa yang menjadi ciri khas orang kafir
ini berlaku umum, berdasarkan hadits, “Barang siapa yang
menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari golongan-
nya.” (H.R. Abu Dawud. Sahih).

Hikmah Tidak Boleh Menyerupai

Maka lihatlah. Bagaimana Allah dan Rasul-Nya mengi-
nginkan para pemeluk Islam untuk memiliki karakter yang
tegas dan mulia, yang tidak gampang meniru karakter lain-
nya yang tidak semestinya ditiru.

Banyak sekali hikmah dari larangan-larangan tasyab-
buh (menyerupai) yang telah Allah dan Rasul-Nya sampai-
kan. Salah satunya, seorang muslim dengan tidak meniru ka-
rakter yang tidak semestinya dia tiru, adalah sebagai wujud
syukurnya terhadap nikmat Allah dan wujud rida terhadap
takdir dan ketetapan Allah.

7

Allah telah memuliakan manusia dengan memberinya
akal. Lalu jika ada yang meniru-niru makhluk yang tidak bera-
kal (yaitu hewan), bukankah ini sama saja dengan tidak men-
syukuri nikmat akal tersebut?

Dengan hikmah-Nya, Allah telah memilihkan jenis kela-
min bagi kita. Jika ada orang yang kemudian meniru-meniru
lawan jenisnya, bukankah itu bentuk tidak bersyukur atas
hikmah di balik takdir Allah?

Allah telah memuliakan kaum muslimin dengan keiman-
an mereka. Lalu jika ada orang yang mengaku beriman yang
meniru-niru setan dan orang kafir yang tidak beriman, bukan-
kah itu bentuk tidak bersyukur kepada nikmat iman yang
telah Allah berikan kepadanya?

Allah Ta’ala sudah memuliakan umat Islam di atas umat-
umat lainnya. Kemuliaan dari Allah ini harus senantiasa dijaga.

Jadilah Seorang Muslim yang Seu-
tuhnya

Allah Ta’ala berfirman, (yang artinya) “Hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara ke-
seluruhan.” (Q.S. Al Baqarah: 208).

Jadilah seorang muslim yang berwatak, berkepribadian,
dan berkarakter mulia sebagaimana yang diinginkan oleh
Allah dan Rasul-Nya. Bukan menjadi seorang yang gampang

8

terikut dengan watak, kepribadian, dan karakter orang lain
yang tidak layak untuk diikut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan-
lah kalian menjadi imma’ah (orang yang tak punya pendirian)
yang berkata: jika manusia berbuat baik maka kami berbuat
baik juga dan jika manusia berbuat zalim maka kami berbuat
zalim pula. Akan tetapi milikilah pendirian yang teguh pada diri
kalian. Jika manusia berbuat baik, ikutlah berbuat baik. Na-
mun jika mereka berbuat jelek, jangan kalian berbuat zalim”
(H.R. Attirmizi, hasan ghorib).

Karakter Muslim Sejati Diuji di
Akhir Tahun

Sebagian kaum muslimin terasa memudar karakternya
di akhir hingga awal tahun, ketika mendapati hari Natal
dan datangnya tahun baru, dengan dalih toleransi. Karakter
yang memudar itu tampak dalam berbagai bentuknya, mulai
dari ikut-ikutan merayakan natal dan tahun baru, memberi
selamat atas perayaan tersebut, menggunakan atribut-atri-
but yang menjadi ciri khas natal dan tahun baru, dan bentuk
yang lainnya.

Maka kaum muslimin di manapun Anda berada, jadilah
Anda sebagai muslim yang sesungguhnya. Tak perlu Anda
ikut merayakan, mengucapkan selamat, dan menggunakan

9

atribut-atribut hari raya dan perayaan yang tidak berasal dari
agama Anda. Jangan pernah merasa minder dan inferior de-
ngan karakter Anda sebagai seorang muslim. Bahkan, ber-
banggalah dengan menampakkan secara tegas karakter yang
berbeda tersebut.

Ajakan ini bukan berarti mengajak kita untuk tidak
bertoleransi. Islam bahkan mengarjakan untuk tidak boleh
mengganggu jika umat Nasrani sedang merayakan hari raya
mereka. Ajakan ini hanya ingin memberikan pemahaman
bahwa toleransi tak harus diwujudkan dengan cara memu-
darkan karakter Anda sebagai seorang muslim lalu kemudian
meniru-niru apa-apa yang menjadi ciri non-muslim.

Penulis: Muhammad Rezki Hr, S.T., M.Eng., Ph.D. (Alumnus
Ma’had Al-‘Ilmi Yogyakarta dan Newcastle University, Inggris)

Murajaah: Ustaz Abu Salman, B.I.S.

YUK NGAJI DI Dengarkan
BEDAH BULETIN AT-TAUHID
radiomuslim.com
Jum’at 20.00 WIB bersama
(1467 AM) Ust. Abu Salman

SUSUNAN REDAKSI

Penanggung jawab Ari Wahyudi, S.Si. | Penasihat Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A.| Editor Ahli Ustadz Ammi Nur Baits, S.T., B.A.,
Ustadz Abu Salman, B.I.S., Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A. | Pemimpin redaksi Wildan S., S.Farm., Apt. | Redaktur pelaksana &
Editor Arif Muhammad N, S.Pd | Layouter Ramane musa .

ALAMAT REDAKSI

Kantor Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari, Jalan Selokan Mataram No. 412 Sinduadi, Mlati, Sleman, D.I. Yogyakarta, Indonesia

WEBSITE | buletin.muslim.or.id @buletintauhid INFORMASI | 0823-2461-6668


Click to View FlipBook Version