ek
SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO
STUDI INVENTA RISASI PO TENSI EMBUNG WILA YAH SUNG A I PARIG I PO SO
I Wa ya n Suta p a *
Abstrac t
The a im o f this stud y fo r the inve nta riza tio n o f rive rs whic h is p o te ntia l to b e ma d e lo c a tio n o f d a m
to fulfil p o p ula tio n a ro und a mo unt o f wa te r re q uire d a nd kno ws a va ila b le d isc ha rg e a t the rive r.
Me tho d o lo g ie s the use d is d a ta c o lle c ting o f re la te d institutio n, fie ld surve y, se le c tio n o f lo c a tio n
d a m, a nd re q uire me nt a na lysis & a va ila b ility o f wa te r in rive r. It’ s b a se d up o n to c rite rio n lo c a tio n
c ho ic e o f d a m fo urthly a sp e c t, va lue mo d ify c o nsid e ra tio n we ig ht a nd c o nsid e ra tio n o ne o f the
just a sp e c t he nc e c o nc lud e d b y the hig he st lo c a tio n va lue is Pa rig imp u d a m. Wa te r b a la nc e o f
Pa rig imp u d a m sho w ha p p e ne d la c king o f wa te r fo r b e g inning o f p la nning (2009) a nd a lso
p ro je c tio n until ye a r 2025. Its me a ning in this lo c a tio n re q uire s to b e b uilt up b y func tio ning d a m to
a c c o mmo d a te ra in se a so n wa te r a nd distrib uting it a t the d ry se a so n.
Ke y words : c a tc hme nts a re a , va lue lo c a tio n a nd wa te r b a la nc e
A b stra k
Tujuan studi ini untuk menginventarisasi sungai-sungai yang potensial dijadikan lokasi
embung untuk memenuhi kebutuhan air penduduk di sekitarnya dan mengetahui debit yang
tersedia pada sungai tersebut. Metodologi yang digunakan adalah pengumpulan data dari
instansi terkait, survai lapangan, pemilhan lokasi embung dan analisis kebutuhan & ketersediaan
air di sungai. Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi embung dengan keempat aspek, nilai
modifikasi bobot pertimbangan dan pertimbangan salah satu aspek saja maka disimpulkan nilai
lokasi yang tertinggi adalah Embung Parigimpu. Neraca air Embung Parigimpu menunjukkan
terjadi kekurangan air, baik untuk tahun dasar perencanaan (2009) maupun proyeksi sampai
tahun 2025. Artinya di lokasi ini perlu dibangun embung yang berfungsi untuk menampung air
saat musim penghujan dan mendistribusikannya pada saat musim kemarau.
Ka ta Kunc i : Daerah Aliran Sungai, Nilai lokasi dan neraca air
1. Pe nd a hulua n tanaman, kebutuhan ternak dan lain
sebagainya.
Dalam rangka pemanfaatan
potensi sumber daya air dan Memperhatikan kondisi iklim di
meningkatkan kesejahteraan penduduk wilayah studi termasuk kawasan yang
melalui pelaksanaan pembangunan cukup kering dimana musim hujan
nasional maka perlu upaya umumnya berlangsung selama 3 sampai
pembangunan prasarana yang 5 bulan sedangkan musim kering
menyangkut aspek : pengembangan berlangsung selama 7 sampai 9 bulan.
potensi sumber air menjadi sumber air Sebagain besar curah hujan yang
buatan (embung atau waduk) dan terjadi dalam hujan badai yang hanya
pemanfaatan sumber air guna terjadi beberapa kali sehingga
memenuhi berbagai keperluan akan air menyebabkan banjir besar yang
(air baku bagi rumah tangga, siram selanjutnya terbuang ke laut. Mata air
* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 4. Nopember 2010: 241 - 250
yang merupakan sumber aliran dasar penampang basah sungai untuk
sungai sangat jarang dijumpai di musim
kering. Untuk mengatasi kekurangan air mendapatkan debit. Hal ini
pada musim kering dan menyimpan air
pada musim hujan diperlukan suatu dilakukan beberapa kali
bangunan pengendali seperti embung.
Selama musim kering air dapat pengukuran dan di beberapa titik
dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk, ternak dan pengamatan.
kebun.
b. Metode Empiris (SMEC)
Metode SMEC pertama kali dibuat
oleh Konsultan SMEC pada tahun
1982 yang didasarkan pada jenis
Wilayah Sungai Parigi Poso tanah daerah tangkapan
merupakan bagian dari enam wilayah (C a tc hme nt a re a ). Metode SMEC
sungai yang secara administrative dikembangkan dalam 2 zone yang
meliputi tiga kabupaten, yaitu dibedakan menurut kondisi
Kabupaten Parigi Moutong, Poso dan geologinya, yaitu zona A dan
Tojo Unauna Provinsi Sulawesi Tengah. zona B.
Disepanjang Wilayah Sungai Parigi Poso
mengalir sungai besar dan kecil tidak • Zona A
Sebagian besar daerah pengaliran
kurang dari lima puluhan sungai dan saat terjadinya hujan, pengisian air
tanah akan terjadi secara perlahan –
bermuara ke Teluk Tomini. Sungai-sungai lahan, sehingga debit sungai cepat
naik. Persamaan yang digunakan
tersebut sangat potensial adalah :
dikembangkan sebagai sumber daya air Q2 = A(0,210 MMR – 8,50) x 10-3,
untuk MMR ≤ 250 mm ..........(1)
untuk memenuhi kebutuhan air
Q2 = A(0,366 MMR – 47, 5) x 10-3,
penduduk. untuk MMR ≥ 250 mm ..........(2)
Tujuan studi ini adalah
menginventarisasi sungai-sungai yang
potensial dijadikan lokasi embung untuk
memenuhi kebutuhan air penduduk di
sekitarnya dan untuk mengetahui
jumlah ketersediaan air pada sungai
tersebut.
2. Tinja ua n Pusta ka • Zona 2
2.1 Debit Andalan/Ketersediaan Air Sebagian daerah pengaliran sungai,
air tanah terjadi dengan cepat.
Beberapa metode dapat Adapun persamaan yang digunakan
dilakukan untuk mengetahui debit adalah :
andalan ini seperti metode empiris (FJ.
Mock dan SMEC) dan pengukuran Q2 = A(0,20 PI) x 10-3, ...............(3)
langsung di lokasi dengan memasang untuk PI < 300 mm
alat pengukur debit (AWLR, Auto ma tic
Wa te r Le ve l Re c o rd ). Q2 = A(0,32 PI – 36,0) x 10-3, .......(4)
untuk PI ≥ 300 mm
a. Pengukuran di lokasi PI = (1/3 MMR+2/3MMR
Debit sesat di lokasi calon embung sebelumnya) ............(5)
dilakukan dengan bantuan alat
pengukur kecepatan Untuk aliran zona A dan zona B:
(c urre ntme te r). Hasil pengukuran Q5=0,75 x Q2 ................................(6)
kecepatan dikalikan dengan luas
242
Stud i Inve nta risa si Po te nsi Emb ung Wila ya h Sung a i Pa rig i Po so
(I Wa ya n Suta p a )
c. Metode FJ. Mock buah kran umum akan melayani
200 jiwa penduduk dengan
Prinsip dasar metode ini pemakaian air rata-rata 30
didasarkan pada hujan yang jatuh liter/orang/hari.
pada catchment area sebagian akan
hilang sebagai evapotranspirasi, • Pemakaian air untuk kebutuhan sosial.
sebagian langsung menjadi aliran
permukaan dan sebagian lagi akan 1). Kebutuhan air untuk fasilitas
masuk ke dalam tanah (infiltrasi). Proses
infiltrasi pada tahap pertama akan pendidikan sebesar 10
menjenuhkan tanah permukaan dan
menjadi perkolasi membentuk air liter/orang/hari
bawah permukaan (ground water) yang
selanjutnya akan keluar di sungai 2). Kebutuhan air untuk fasilitas
sebagai aliran dasar (b a se flo w).
perkantoran sebesar 10
Persamaan yang digunakan
antara lain adalah : liter/orang/hari
Q = (Dro + Bf) A ..........................(7) 3). Kebutuhan air untuk rumah sakit
12 m3/unit/hari
4). Fasilitas kesehatan lainnya
kebutuhan air sebesar 1000
liter/unit/hari
5). Kebutuhan air untuk fasilitas
ibadah sebesar 2 m3/hari/unit
6). Kebutuhan air untuk fasilitas
2.2 Kebutuhan Air Bersih perdagangan sebesar 12
a. Karakteristik pemakaian air
Pemakaian air secara garis besar dapat m3/ha/hari
dikelompokkan dalam:
• Pemakaian air untuk kebutuhan
industri.
• Pemakaian air bersih untuk kebutuhan Pemakaian air untuk kebutuhan
rumah tangga (domestik). industri mempunyai pengaruh yang
1). Sambungan langsung atau cukup besar terhadap kebutuhan air
sambungan rumah (SR). secara keseluruhan. Jumlah
Berdasarkan pada ketentuan yang kebutuhan air tergantung dari jenis
digunakan oleh Dirjen industrinya. Untuk industri yang tidak
Pengembangan Perkotaan terlalu besar memerlukan jumlah air
Departemen KIMPRASWIL, untuk sebesar 5 % dari kebutuhan rumah
kebutuhan air bersih: tangga.
a) Kota Metro dengan jumlah • Pemakaian air untuk umum dan
penduduk = > 1000000 jiwa kehilangan air
sebesar 190 liter/hari/orang Pemakaian air yang dapat di
b) Kota besar dengan jumlah kategorikan sebagai kebutuhan
penduduk = 500001 – 1000000 umum adalah untuk penyiraman
jiwa sebesar 170 tanaman, sanitasi, pemadam
liter/hari/orang kebakaran, dan lainnya. Sedangkan
c) Kota sedang dengan jumlah kehilangan air disebabkan oleh
penduduk = 100001 – 500000 adanya kebocoran pada pipa
jiwa sebesar 150 distribusi, sambungan ilegal,
liter/hari/orang kerusakan atau ketidaktepatan
d) Kota kecil dengan jumlah pembacaan meteran. Besarnya
penduduk = 10001 – 100000 jiwa angka kehilangan air pada umumnya
sebesar 130 liter/hari/orang ditetapkan berkisar antara: 20% untuk
2). Sambungan tidak langsung atau sistem baru dan 30 – 50% untuk sistim
kran umum (KU). Dimana satu lama.
243
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 4. Nopember 2010: 241 - 250
b. Fluktuasi Kebutuhan Air • Bobot pertimbangan
Untuk faktor kebutuhan air pada Dalam pertimbangan pemilihan lokasi
hari maksimum ini ditetapkan berkisar embung ditinjau empat aspek seperti
antara 1,15 – 1,20. Sedangkan untuk pada Tabel 1.
faktor kebutuhan air pada jam puncak
berkisar antara 1,75 – 2,00.
Tabel 1. Aspek dan Bobot
2.3 Kriteria pengembangan Pertimbangan Lokasi
Perlu dilakukan suatu skala Embung
prioritas dalam pengembangan suatu
embung dengan cara kriteria praktis Bo b o t
dalam pemilihan lokasi sehingga No . Aspe k
didapatkan suatu hasil yang optimal.
Adapun kriteria tersebut adalah: p e rtim b a ng a n
1. Aspek teknik 0.30
2. Aspek irigasi 0.30
dan air baku
a. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) 3. Aspek 0.20
lebih kecil dari 10 km2 untuk tiap ekonomi
onstream reservoir
4. Aspek 0.20
lingkungan
b. Di daerah irigasi tadah hujan/irigasi
sederhana yang telah ada dan Pemberian nilai bobot pertimbangan
dimanfaatkan untuk: berdasarkan besaran-besaran yang
telah dapat diterima pada beberapa
a)Sawah tadah hujan/irigasi desa studi embung seperti di Propinsi Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
b) Lahan untuk tanaman Timor Timur (sebelum merdeka) dan
Provinsi Sulawesi Tengah.
palawija/sayur mayur
• Nilai lokasi
c) Lahan untuk ladang
a) Aspek teknis
pengembalaan 9 Daya Dukung Pondasi
Baik (nilai 5)
c. Pengadaan air bersih untuk desa - Material di sungai berupa batu
besar dengan diameter > 50 cm.
a)Jarak desa/komplek pemukiman - boulder berupa batuan keras
tidak lebih dari 5 km dari lokasi
Sedang (nilai 3)
b)Desa tersebut belum ada - Material di sungai berupa kerakal
program air bersih atau
bermasalah kekurangan air bersih sampai batu diameter < 50 cm
di musim kemarau - Material berupa batuan keras
c) Diutamakan desa tertinggal Kurang (nilai 1)
- Material di sungai berupa lumpur,
d. Tinggi embung maksimum 8 m atau
volume tampungan 1 juta m3 pasir, kerikil sampai kerakal
- Material berupa batuan mudah
e. Bahan timbunan utama tersedia di
dekat site pecah/lunak
f. Untuk bahan kedap air (lempung) 9 Kebocoran melalui pondasi tubuh
tersedia pada jarak lebih kecil dari 5 bendung
km dari site embung
g. Lahan manfaat harus mengacu
pada Tata Ruang Daerah
h. Dapat diterima baik oleh
masyarakat pemakai air setempat
244
Stud i Inve nta risa si Po te nsi Emb ung Wila ya h Sung a i Pa rig i Po so
(I Wa ya n Suta p a )
Kecil (nilai 5) Harus dari tempat lain (nilai 3)
- Material dasar pondasi - tanah timbunan di tempat lain
dengan jarak angkut 2,5 km – 5
merupakan material keras dan km
kompak - tanah timbunan memenuhi syarat
- Pondasi berupa lempung yang Tidak tersedia dekat site (nilai 1)
dominan - tanah timbunan di tempat lain
Sedang (nilai 3) dengan jarak angkut > 5 km
- tanah timbunan memenuhi syarat
- material dasar berupa batuan
yang cukup keras pasir teknis
- Pondasi berupa 9 Sedimentasi di embung
Kecil (nilai 5)
kelempungan - hasil perhitungan erositas DAS nya
termasuk kategori kecil
Besar (nilai 1) - nilai erosi potensialnya < 2000
- Pondasi berupa pasir lepas ton/ha/tahun
- Batuan lunak dan mudah pecah - lihat secara visual
9 Kebocoran melalui dinding dan Sedang (nilai 3)
dasar waduk - hasil perhitungan erositas DAS nya
Kecil (nilai 5)
- dinding sungai berupa batu keras termasuk kategori sedang
- dinding sungai berupa lempung - nilai erosi potensialnya antara
padat
- material dasar pondasi berupa 2000 – 5000 ton/ha/tahun
batuan keras dan kompak - lihat secara visual
- pondasi berupa lempung yang
dominan Besar (nilai 1)
- hasil perhitungan erositas DAS nya
Sedang (nilai 3)
termasuk kategori berat
- dinding sungai berupa lempung - nilai erosi potensialnya antara >
kepasiran
5000 ton/ha/tahun
- dinding sungai berupa campuran - lihat secara visual
batu dan lempung kepasiran
b) Aspek irigasi dan pertanian
- material dasar berupa batuan 9 Tingkat usaha tani sekarang
yang cukup keras Sangat siap (nilai 5)
- ada sawah tadah hujan atau
- pondasi berupa pasir irigasi sederhana
- sawah sudah diolah setiap
kelempungan tahunnya
- petani siap mengolah sawah
Besar (nilai 1)
- dinding sungai berupa pasir Sedang (nilai 3)
- ada beberapa sawah tadah
kelempungan
- dinding sungai berupa batuan hujan
- sebagian sawah sudah diolah
lunak yang mudah pecah
- pondasi berupa pasir lepas setiap tahunnya
- batuan lunak dan mudah pecah - sebagian petani siap mengolah
9 Ketersediaan Material dan Bahan
sawah
Timbunan
Semua tersedia di tempat (nilai 5) Kurang (nilai 1)
- tanah timbunan ada di lokasi - belum ada sawah atau irigasi
dengan jarak angkut < 2,5 km 245
- tanah timbunan memenuhi syarat
teknis
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 4. Nopember 2010: 241 - 250
- petani tidak siap mengolah Ada mata air (nilai 3)
- pada musim kemarau air tidak
sawah
9 Luas lahan irigasi sawah terlalu besar di sungai
- air tidak keruh saat musim hujan
Luasnya > 100 ha (nilai 5)
- hasil survei ke lokasi Tidak ada (nilai 1)
- data Badan pusat statistik (BPS) - pada musim kemarau sungai
Luasnya 50 ha – 100 ha (nilai 3) tidak mengalirkan air, airnya
- hasil survei ke lokasi sangat kecil
- data Badan pusat statistik (BPS) - pada saat hujan airnya keruh
Luasnya < 50 ha (nilai 1) c) Aspek ekonomis
- hasil survei ke lokasi 9 Pembebasan lahan di daerah
- data Badan pusat statistik (BPS)
genangan berdasarkan nilai
produktivitasnya
9 Pengadaan air bersih Lahan kehutanan/transmigrasi
Untuk tingkat desa (nilai 5)
- pembangunan embung untuk (nilai 5)
memenuhi air bersih di desa
- embung berfungsi sebagai
penambah tinggi muka air tanah
Untuk tingkat dusun (nilai 3) - produktivitas lahan genangan
- pembangunan embung untuk kurang
memenuhi air bersih di dusun Lahan kebun (nilai 3)
- produktivitas sedang
Tidak memerlukan air bersih - lahan genangan berupa lahan
(nilai 1)
- lokasi desa dekat dengan campuran
sungai Lahan sawah palawija (nilai 1)
- sumur air minum penduduk - produktivitas tinggi
- penduduk menggarap sawah
relatif dangkal
- penduduk tidak memerlukan air palawija di sekitar genangan
bersih 9 Harga per Daya tampung air per m2
Harga < Rp. 10.000/m2 (nilai 5)
9 Manfaat embung untuk - jarak embung ke water treatment
< 3 km
peternakan
Sangat bermanfaat (nilai 5)
- air baku dialokasikan juga untuk Harga antara Rp. 10.000 –
peternakan Rp.15.000/m2 (nilai 3)
- jarak embung ke water treatment
Kurang bermanfaat (nilai 3)
- sabgian air baku dialokasikan 3 km – 5 km
juga untuk peternakan Harga > Rp. 15.000/m2 (nilai 1)
- jarak embung ke water treatment
Tidak bermanfaat (nilai 1)
- air baku tidak dialokasikan untuk > 5 km
peternakan 9 Harga total embung
Nilainya < Rp. 2,5 milyar (nilai 5)
9 Adanya mata air - lebar total embung < 10 m
Banyak mata air (nilai 5) - tinggi embung < 6 m
- pada saat musim kemarau air - Harga satuan setempat
masih cukup besar di sungai - Konstruksi embung dari pasangan
- air tidak keruh saat turun hujan batu kali dan beton
246
Stud i Inve nta risa si Po te nsi Emb ung Wila ya h Sung a i Pa rig i Po so
(I Wa ya n Suta p a )
Nilainya Rp. 2,5 m – 3,0 m (nilai 3) Berpotensi kurang (nilai 1)
- Lebar total embung antara 10 m –
- rencana akses jalan ke lokasi
15 m embung > 5 km
- Tinggi embung antara 6 m – 10 m.
- Harga satuan setempat - kondisi lingkungan kurang baik
- Konstruksi embung dari pasangan
9 Peningkatan ekonomi desa
batu kali dan beton tertinggal
Nilai > Rp. 3,0 m (nilai 1) Sangat meningkat (nilai 5)
- lebar total embung > 15 m
- tinggi embung > 10 m - air baku embung untuk memenuhi
- harga satuan setempat desa tertinggal
- onstruksi embung dari pasangan
- belum ada jaringan air bersih
batu kali dan beton
Kurang meningkat (nilai 3)
d) Aspek lingkungan
9 Penerimaan masyarakat - sebagian penduduk desa sudah
Sangat diharapkan (nilai 5) menikmati air bersih
- survei kepada penduduk
- survei fasilitas air bersih yang ada - fasilitas air bersih sebagian
- masyarakat di sekitar lokasi calon penduduk sudah terpenuhi
embung sangat antusius
Tidak ada pengaruh (nilai 1)
Respon biasa (nilai 3)
- survei kepada penduduk - Air dari embung tidak
- survei fasilitas air bersih yang ada dimanfaatkan untuk memenuhi
- masyarakat di sekitar lokasi calon kebutuhan air di desa tertinggal
embung sangat antusius • Perhitungan nilai
Tidak diharapkan (nilai 1) Perhitungan nilai lokasi embung
- survei kepada penduduk dilakukan secara tabel. Nilai relatif
- survei fasilitas air bersih yang ada adalah bobot penilaian dikalikan nilai
- masyarakat di sekitar lokasi calon masing-masing parameter. Total nilai
dari masing-masing aspek adalah
embung menolak jumlah nilai relatif. Nilai lokasi adalah
total nilai dikalikan bobot pertimbangan
9 Manfaat embung untuk rekreasi dibagi dengan total bobot penilaian.
Berpotensi baik (nilai 5) Total nilai lokasi adalah jumlah dari nilai
- rencana akses jalan ke lokasi lokasi dari setiap aspek.
embung < 3 km
- kondisi lingkungan yang baik • Analisa kepekaan/sensitivitas
Berpotensi sedang (nilai 3) Uji sensitivitas dilakukan dengan
- rencana akses jalan ke lokasi mengubah bobot pertimbangannya:
a) Bobot pertimbangan semua aspek
embung 3 km – 5 km
- kondisi lingkungan cukup baik dianggap sama, yakni 0,25
b) Hanya menilai aspek teknis saja,
bobot pertimbangan teknis = 1,
sedangkan aspek lainnya tidak
dipertimbangkan (= 0)
247
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 4. Nopember 2010: 241 - 250
c) Hanya menilai aspek irigasi dan secara visual (kritis, sedang, rendah)
pertaniannya saja, bobot rigasi & di DAS, dasar sungai, tebing kiri dan
pertanian = 1 kanan sungai, bahan sedimen sungai
(batu, kerikil, pasir, liat, lanau), ada
d) Hanya mempertimbangkan aspek tidaknya sumber mata air, tingkat
ekonomi saja, bobot ekonomi = 1 kebocoran tampungan (besar,
sedang, kecil) dan jarak lokasi calon
e) Hanya mempertimbangkan aspek embung ke desa terdekat
lingkungan, bobot pertimbangannya c) Survey lokasi, berupa : nama
=1 kampung, nama sungai, pencapaian
ke lokasi
3. Me to d o lo g i d) Survey geologi permukaan, berupa:
kondisi batuan, sumber material
3.1. Pengumpulan Data konstruksi
Data yang diperlukan dalam Hasil survey tersebut digunakan
penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder. Data sekunder yang sebagai bahan untuk pemilihan lokasi
didapat dari Kantor Balai Wilayah
Sungai Sulawesi III Provinsi Sulawesi calon embung dengan
Tengah, berupa :
a) Peta rupa bumi skala 1: 50.000 mempertimbangkan keempat aspek
b) Data hujan dipakai stasiun yang
seperti yang telah diuraikan
terdekat yakni Stasiun Olaya, Tolai,
Dolago Padang dan Hek/Bunta. sebelumnya. Perioritas pengembangan
c) Data klimatologi dipakai stasiun
klimatologi Olaya dan Hek/Bunta dapat diketahui dengan melakukan uji
3.2. Analisis Data kepekaan/sensitivitas terhadap nilai
a) Dari peta skala 1 : 50.000 ditentukan
lokasi embung.
potensi daerah lokasi calon embung,
baik embung off stream maupun on 4. Ha sil d a n Pe m b a ha sa n
stream
b) Data hujan, klimatologi dan luas 4.1. Hasil Penelitian
Daerah Aliran Sungai (DAS)
digunakan untuk menentukan Hasil penilaian pemilihan lokasi
ketersediaan air di sungai embung disajikan pada tabel 2 dan
neraca air untuk nilai lokasi tertinggi
Dari peta skala 1: 50.000 yang (Embung Parigimpu) disajikan pada
telah ditentukan calon lokasi embung, Tabel 3.
selanjutnya dilakukan survey lapangan
yang meliputi: 4.2 Pembahasan
a) Survey kondisi site calon embung,
Dengan menggunakan
berupa: pondasi (dasar sungai,
tebing kiri dan kanan sungai), tipe keempat aspek kriteria pemilihan lokasi
calon embung, vegetasi daerah
genangan, pembebasan tanah dan embung, dimana bobot untuk aspek
membuat sketsa site embung.
b) Survey hidrologi/hidrometri, berupa: teknis (30%), aspek irigasi & pertanian
luas DAS, panjang sungai, kondisi
hutan (kritis, sedang, bagus), (30%) dan aspek ekonomi dan
pengukuran debit sesaat, tinggi erosi
lingkungan masing-masing 20%, maka
248
nilai lokasi tertinggi adalah Embung
Parigimpu dengan skor 3,88 diikuti
Embung Tapale (3,70) dan urutan ke-3
Embung Torue dengan nilai lokasi 3,60.
Jika bobot ini dimodifikasi, artinya
masing-masing aspek diberi bobot sama
(25%) seperti pada kolom 4 tabel 2
maka skor tertinggi adalah lokasi
Stud i Inve nta risa si Po te nsi Emb ung Wila ya h Sung a i Pa rig i Po so
(I Wa ya n Suta p a )
Embung Torue (3,69), disusul oleh Parigimpu (4,33), Torue (4,33) dan
Embung Parigimpu (3,62) dan Embung Ampana (4,17). Ranking tertinggi, jika
Tapale (3,62). Selanjutnya, jika pemilihan mempertimbangkan aspek ekonomi
lokasi hanya mempertimbangkan salah saja adalah Embung Tanah Lanto (3,75),
satu aspek saja maka untuk yang sedangkan nilai embung yang lain sama
mempertimbangkan aspek teknis saja, (3,0) kecuali Embung Betaua (2,25).
urutan tiga skor tertinggi adalah Terakhir, jika hanya mempertimbangkan
Embung Parigimpu (4,60), Tapale (4,20) aspek lingkungan saja, maka nilai
dan Torue (3,67). Ranking 3 tertinggi, jika tertinggi adalah embung Tapale (3,44)
mempertimbangkan aspek irigasi & sedangkan embung yang lain nilainya
pertanian saja adalah: Embung 2,56 dan 3,0.
Tabel 2. Urutan Lokasi Embung Berdasarkan Nilai Lokasi
Nila i Bo b o t
Ra ng - Lo ka si Nila i Mo d ifika si Irig a si Eko - Ling -
king Lo ka si dan no m i kung a n
Bo b o t Te knis
Pe rtim b a ng a n p e rta nia n 3,00 3,00
3,00 3,44
1 Parigimpu 3,88 3,62 4,60 4,33 3,00 3,00
3,83 3,00 3,00
2 Tapale 3,70 3,62 4,20 4,33
4,17 2,56
3 Torue 3,60 3,69 3,67
2,56
4 Ampana 3,43 3,14 3,27 2,56
2,56
5 Tanah 3,16 3,08 3,00 3,33 3,75 3,00
Lanto 3,00
6 Air Panas 3,04 2,83 2,60 3,83 3,00
3,17 3,00
7 Pelawa 2,84 2,75 2,60 3,00 3,00
2,67 3,00
8 Towera 2,79 2,75 2,60 2,67 2,25
9 Toboli 2,78 2,75 2,60
10 Betaua 2,75 2,81 3,00
Tabel 3. Neraca Air Embung Parigimpu
249
Jurnal SMARTek, Vol. 8 No. 4. Nopember 2010: 241 - 250
Dari Tabel 3 (Neraca Air Embung Mock, F.J., Water Availability Appraisal,
Parigimpu) dapat dijelaskan bahwa
untuk Bulan Januari sampai April dan 1973, Food Agriculture
pertengahan Bulan September sampai
Desember terjadi kekurangan air untuk Organization of the United
kebutuhan air bersih tahun 2009.
Sedangkan untuk proyeksi kebutuhan air Nation, Bogor
sampai tahun 2025, akan terjadi
kekurangan air sepanjang bulan. Suyono Sosrodarsono, Kensanku Takeda,
1989, Be ndung a n Typ e Urug a n,
5. Ke sim p ula n Pradnya Paramita, Jakarta
Berdasarkan kriteria pemilihan Suyono Sosrodarsono, Masateru
lokasi embung dengan keempat aspek, Tominaga, 1985, Pe rb a ika n d a n
nilai modifikasi bobot pertimbangan dan Pe ng a tura n Sung a i, Pradnya
pertimbangan salah satu aspek saja Paramita, Jakarta
maka dapat disimpulkan nilai yang
tertinggi adalah Embung Parigimpu. Sutapa I W, dkk, 1999, Re ka ya sa
Selanjutnya untuk neraca air, terjadi Hidro lo g i, Fakultas Teknik
kekurangan air, baik untuk tahun dasar Universitas Tadulako, Palu
perencanaan (2009) maupun proyeksi
sampai tahun 2025. Artinya di lokasi ini Varshney, 1974, Eng ine e ring Hydro lo g y,
perlu dibangun embung yang berfungsi Nem Chand dan Bross Roorkee,
untuk menampung air saat musim New Delhi, India
penghujan dan mendistribusikannya
pada saat musim kemarau.
6. Da fta r Pusta ka
Allen G. Richard, 1998, C ro p
Eva p o tra nsp ira tio n-G uid e line s
fo r C o mp uting C ro p Wa te r
Re q uire me nt-FAO Irrig a tio n a nd
Dra ina g e Pa p e r No . 56, Food
Agriculture Organization of the
United Nation, Roma
Anonymus, 1986, Sta nda r Pe re nc a na a n
Irig a si Ba g ia n Pe nunja ng ,
Departemen Pekerjaan Umum,
Direktorat Jenderal Pengairan,
Galang Persada, Bandung
Anonymus, 1994, De sig n Emb ung Ke c il
untuk Da e ra h Se mi Ke ring d i
Indo ne sia , Departemen
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Anonymus, 2010, Ke c a ma ta n d a la m
Ang ka , Badan Pusat Statistik
(BPS), Provinsi Sulawesi Tengah
250