The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Gaya Belajar dan Kecerdasan dalam Perspektif Vygotsky

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by 067_Ah. Ainur Wahid, 2023-06-10 01:37:06

Gaya Belajar dan Kecerdasan dalam Perspektif Vygotsky

Gaya Belajar dan Kecerdasan dalam Perspektif Vygotsky

Keywords: Gaya Belajar,Vygotsky,Kecerdasan

GAYA BELAJAR dan vygotsky perspekti f kecerdasan dalam


kata pengantar Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proyek flipbook buku ajar “GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN DALAM PERSPEKTIF VYGOTSKY”. Kami ucapkan juga rasa terima kasih kami kepada pihak-pihak yang mendukung kelancaran dalam penyusunan flipbook buku ajar ini mulai dari proses penulisan hingga proses penerbitan. 0 0 i 0 0 V V Adapun, flipbook buku ajar kami yang berjudul “GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN DALAM PERSPEKTIF VYGOTSKY” ini telah selesai kami buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat bagi pembaca yang membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai bagaimana sistem informasi manajemen. Dalam buku ini, tertulis bagaimana perkembangan psikologi Vygotsky serta bagaimana kaitan antara teori Vygotsky dalam memandang Gaya Belajar peserta didik. Kami sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari sempurna tentang buku ini. Oleh sebab itu, kami mohon agar pembaca memberi kritik dan juga saran terhadap karya buku ajar ini agar kami dapat terus meningkatkan kualitas buku. Demikian buku ajar ini kami buat, dengan harapan agar pembaca dapat memahami informasi dan juga mendapatkan wawasan mengenai Teori Psikologi Vygotsky dalam kaitannya dengan Gaya Belajar serta dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam arti luas. Terima kasih. Surabaya, 31 Mei 2023 Penulis


Daftar Isi 01 BAB 1 Teori Vygotsky Biografi Vygotsky Teori Kognitif Vygotsky Teori Sosiokultural Vygotsky Implementasi Teori Vygotsky Matematika 01 03 05 07 10 BAB 2 KECERDASAN Biografi Gardner Penjelasan 8+1 Kecerdasan Intelektual Karakteristik siswa dengan kecerdasan intelektual dan implementasinya secara umum Implementasi Teori Garrnder di Matematika 10 12 16 19 25 BAB 3 VAK Pengenalan Gaya Belajar Gaya Belajar VAK Implementasi gaya belajar di VAK di Vygotsky 25 28 33 35 DAFTAR PUSTAKA Daftar halaman SUSUNAN REDAKSI Pemimpin Umum Pemimpin Redaksi Redaktur : Hilaria Yesieka A. W : Ah. Ainur Wahid : Salsa Bella Yuliani Khotimatul Khusnah Ihza Rahman ALAMAT REDAKSI MPMG+VWR, Jl. Ketintang, Ketintang, Kec. Gayungan, Surabaya, Jawa Timur 60231 ii i Kata Pengantar Daftar Isi ii Validator : Prof.Dr.Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd.,i


01 bab 1 Gambar 1.1 Lev Semyonovich Vygotsky Sumber: marxists.org L. S. Vygotsky adalah seorang psikolog Rusia pada awal abad ke-20 yang tulisannya berpengaruh besar pada perkembangan teori sosial pada awal abad ke-21. Sebagian besar warisannya dihasilkan dalam 10 tahun sebelum kematiannya pada tahun 1934. Kini, teorinya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu dan profesi. Pendapatnya yang tidak deterministik dan non-reduktif tentang pembentukan pikiran memberikan pengembangan teori saat ini dengan gambaran yang luas namun sangat kuat tentang cara manusia membentuk dan dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya, dan sejarah. Lev Vygotsky lahir pada 17 November 1896 di Orsha, Belarus, yang pada saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia. Dia adalah anak kedua dari delapan bersaudara yang lahir dari Simkha Vygodsky, seorang bankir, dan Cecelia Moiseievna Vygodskaya, seorang ibu rumah tangga. Kehidupan awal Vygotsky ditandai oleh keistimewaan dan kesulitan. Dia berasal dari keluarga kaya, tetapi ayahnya meninggal ketika dia baru berusia 10 tahun, meninggalkan ibunya untuk membesarkan anak-anak sendirian. Meskipun menghadapi tantangan ini, Vygotsky adalah anak yang cerdas dan penasaran, dan dia berprestasi di sekolah. Dia menghadiri gimnasium Yahudi swasta, di mana dia belajar berbagai mata pelajaran, termasuk sastra, sejarah, dan filsafat. Pendidikan awal Vygotsky dipengaruhi oleh warisan Yahudinya dan penekanan keluarganya pada pencapaian intelektual. Dia menghadiri gimnasium Yahudi swasta, di mana dia belajar kurikulum yang ketat yang mencakup sastra, sejarah, dan filsafat. Vygotsky menonjol dalam studinya dan lulus dari gimnasium dengan nilai terbaik. Setelah lulus dari gimnasium, Vygotsky mendaftar di Universitas Moskow, di mana dia belajar hukum. Namun, dia segera tertarik pada psikologi, dan dia mengubah jurusannya ke bidang tersebut. Vygotsky lulus dari universitas pada tahun 1917 dengan gelar psikologi. biografi


02 Selama masa kuliahnya di universitas, Vygotsky menerbitkan sejumlah karya revolusioner tentang psikologi dan pendidikan. Karya terkenalnya, "Pikiran dan Bahasa, " diterbitkan pada tahun 1934, hanya beberapa bulan sebelum kematiannya. Dalam karyanya ini, Vygotsky berargumen bahwa bahasa memainkan peran sentral dalam perkembangan manusia, dan bahwa anak-anak belajar melalui proses interaksi sosial. Setelah lulus dari universitas, Vygotsky mulai mengajar psikologi di sebuah perguruan tinggi setempat. Dia juga mulai menulis artikel dan buku tentang psikologi. Pada tahun 1924, Vygotsky diundang untuk bergabung dengan Institut Psikologi Eksperimental Moskow. Dia cepat naik pangkat di institut tersebut, dan akhirnya menjadi direktur. Dia juga mulai menerbitkan penelitiannya dalam jurnal psikologi terkemuka, dan segera menjadi salah satu tokoh terkemuka dalam bidang psikologi perkembangan. Karya Vygotsky difokuskan pada peran budaya dan interaksi sosial dalam perkembangan manusia. Dia berargumen bahwa anak-anak belajar melalui proses partisipasi yang dibimbing, di mana mereka dibantu oleh anggota budaya mereka yang lebih berpengalaman. Vygotsky juga menekankan pentingnya bahasa dalam pembelajaran dan perkembangan. Dia percaya bahwa bahasa adalah alat yang memungkinkan anak-anak untuk berpikir secara lebih abstrak dan memecahkan masalah secara lebih efektif. Teori Vygotsky telah memiliki dampak besar pada pendidikan dan psikologi. Karyanya telah digunakan untuk mengembangkan metode pengajaran baru dan memahami perkembangan anak


03 Teori perkembangan kognitif yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky menekankan pada peran interaksi sosial terhadap perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky, anak-anak belajar melalui interaksi dengan individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih tinggi, seperti orang dewasa atau teman sebaya. Dalam interaksi ini, anak-anak menerima bantuan atau penyangga dari individu tersebut. Penyangga ini dapat berupa petunjuk, dukungan, atau dorongan untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan tugas yang lebih sulit daripada yang dapat mereka lakukan sendiri. Teori Vygotsky didasarkan pada gagasan bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan sosial mereka. Vygotsky berpendapat bahwa anak-anak dilahirkan dengan kemampuan kognitif awal, tetapi kemampuan ini bisa berkembang melalui interaksi sosial. Misalnya, anak belajar berbicara dengan berinteraksi dengan orang tua dan pengasuhnya. Mereka belajar arti kata-kata dan bagaimana menggunakannya untuk mengkomunikasikan pemikiran dan gagasan mereka. TEORI KOGNITIF VYGOTSKY Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan kognitif melalui beberapa tahapan. Akan tetapi, tahapan tersebut tidak bersifat sistematis dan runtut. Anak-anak dapat melompati suatu tahapan atau bergerak bolak-balik di antara tahapan. Vygotsky juga percaya bahwa perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh pengalaman individu mereka. Ada tiga konsep utama teori kognitif Vygotsky: Zona of Proximal Development (ZPD) Vygotsky berpendapat bahwa setiap anak dalam suatu domain mempunyai ‘level perkembangan aktual’ yang dapat dinilai dengan menguji secara individual dan potensi terdekat bagi perkembangan domain dalam tersebut. Vygotsky membagi perkembangan proksimal (Zone of Proximal Development) ke dalam dua tingkat: (a) Tingkat perkembangan aktual: Tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental),


04 (b) Tingkat perkembangan potensial: Tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental). Vygotsky mendefinisikan Zona Perkembangan Proksimal sebagai jarak antara dua tingkat perkembangan tersebut. Scaffolding Scaffolding merupakan proses memberikan dukungan kepada seorang anak sehingga mereka dapat mempelajari keterampilan atau konsep baru. Scaffolding dapat berupa memberikan petunjuk, membuat model, atau memecah tugas menjadi langkah-langkah yang lebih kecil. Alat dan tanda Vygotsky percaya bahwa anak-anak menggunakan alat dan tanda untuk memediasi pemikiran mereka. Alat dapat berupa benda fisik, seperti pensil atau kalkulator. Tanda dapat berupa kata-kata, simbol, atau isyarat. Anak-anak menggunakan alat dan tanda untuk membantu mereka memecahkan masalah, mengingat informasi, dan memahami dunia di sekitar mereka.


05 Teori sosio-kultural adalah respons terhadap keterbatasan dari teori-teori dominan pada masanya, yaitu behaviorisme dan psikologi kognitif. Vygotsky percaya bahwa teori-teori ini tidak cukup memperhitungkan peran interaksi sosial dan konteks budaya dalam membentuk perkembangan kognitif. Selain itu, Vygotsky dipengaruhi oleh konteks politik dan sosial pada masanya, termasuk Revolusi Rusia dan kebutuhan untuk reformasi pendidikan. Vygotsky melihat pendidikan sebagai sarana untuk memajukan kemajuan sosial dan percaya bahwa pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana pembelajaran terjadi dapat mengarah pada praktik pendidikan yang lebih efektif. Vygotsky berargumen bahwa pembelajaran bukan hanya masalah perolehan pengetahuan individu, tetapi proses sosial yang terjadi melalui interaksi dengan orang lain dalam konteks budaya. Teori sosio-kultural Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial, bahasa, dan budaya dalam membentuk perkembangan kognitif dan telah memiliki dampak signifikan pada praktik pendidikan. TEORI sosiokultural VYGOTSKY Bagi Vygotsky, perkembangan anak struktural melalui, tertanam dalam, dan dimediasi dalam dan oleh hubungan dengan teman sebaya dan orang dewasa. Fungsi psikologis dan sarana yang memediasi perkembangan dipandang sebagai muncul dari interaksi sosial anak dengan orang dewasa, teman sebaya, dan objek. Sebelum fungsi tersebut menjadi bagian integral dari kepribadian, mereka muncul di dunia "luar" sebagai interaksi antara anak dan orang-orang di sekitarnya. Mereka muncul dalam konteks sosial dan secara bertahap diserap dan diubah "ke dalam". Vygotsky melihat interaksi sosial sebagai analitis sebelum fungsi individu, atau seperti yang ia katakan, "Melalui orang lain kita berkembang menjadi diri kita sendiri" (Vygotsky, 1981, hlm. 161). Teori sosio-kultural berkembang pada tahun 1970-an dan 1980-an, terutama karena karya Lev Vygotsky dan rekan-rekannya. Ide-ide Vygotsky tentang peran interaksi sosial dan konteks budaya dalam perkembangan kognitif menantang teori perilaku dan kognitif yang dominan pada masanya, dan karyanya telah memiliki dampak signifikan pada praktik pendidikan.


06 Teori sosio-kultural menekankan pentingnya interaksi sosial, bahasa, dan budaya dalam membentuk perkembangan kognitif, dan telah digunakan untuk mengembangkan metode pengajaran baru dan memahami perkembangan anak-anak dengan disabilitas. Teori sosiokultural Vygotsky beranggapan bahwa perkembangan kognitif mendorong anak secara aktif untuk membangun pengetahuan dan pemahamannya melalui interaksi sosial. Teori ini menekankan pada assisted-discovery learning, yang mana penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang (Poedjiadi, 1999: 62). Pandangan yang mampu mengakomodasi teori sosiokultural yaitu bahwa untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990). Menurut Vygotsky, pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang selaras dengan teori sosiogenesis. Dimensi kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi individualnya bersifat derivatif atau merupakan turunan dan bersifat sekunder (Palincsar, Wertsch & Tulviste, dalam Supratiknya, 2000). Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Dengan demikian Vygotsky percaya bahwa interaksi dan nilai-nilai budaya sebagai cara untuk membangun perkembangan kognitif.


07 Berdasarkan konsep yang diusung pada teori Lev Vygotsky, teori kognitif ini dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika dengan berbagai cara. Salah satunya adalah menggunakan scaffolding atau memberikan dukungan kepada siswa dalam mempelajari konsep atau keterampilan baru. Dukungan ini dapat diberikan oleh guru, teman sekelas, atau orang tua. Cara lain untuk menerapkan teori Vygotsky dalam pembelajaran matematika adalah menciptakan lingkungan belajar yang kaya akan interaksi sosial. Hal ini berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara tentang matematika satu sama lain. Teori Vygotsky juga menekankan pentingnya membuat hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Ini berarti membantu siswa melihat bagaimana konsep matematika baru terkait dengan konsep yang sudah mereka pelajari sebelumnya. IMPLEMENTASI TEORI VYGOTSKY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Memusatkan perhatian guru kepada kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah secara mandiri. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan masalah matematika yang dihadapinya. Bantuan bantuan tersebut dapat berupa petunjuk atau prosedur untuk memecahkan masalah. Misalnya guru memberikan prosedur atau langkah-langkah dalam melakukan pembagian bilangan menggunakan porogapit. Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, implementasi teori Vygotsky yang dapat dilakukan di dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut: Bimbingan oleh orang dewasa atau oleh teman sebaya yang lebih kompeten untuk membantu memahami konsep-konsep matematika yang sulit. Oleh karena itu, guru bisa mengelompokkan pelajar dengan kemampuan matematika yang lebih baik dengan pelajar yang kemampuan matematikanya kurang dalam satu kelompok. Misalnya dalam pembentukan kelompok dalam mengerjakan lembar kerja pemecahan masalah, guru membentuk kelompok secara heterogen berdasarkan urutan nilai yang diperoleh siswa pada kuis atau ulangan sebelumnya.


08 Memberikan soal atau masalah lebih sederhana yang bisa ia kerjakan dengan bantuan/tuntunan orang lain. Hal ini dikarenakan kelompok anak yang masih mengalami kesulitan meskipun telah diberikan berbagai bantuan, mungkin karena soalnya terlalu sulit. Contohnya, anak-anak yang sama sekali tidak memahami perkalian walau sudah diberikan bantuan, bisa diberikan scaffolding dengan menjelaskan konsep penjumlahan dan menghubungkan pemahaman bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang, kemudian meminta salah satu pelajar yang lebih mampu untuk turut membantunya memahami dua konsep ini. Menerapkan pembelajaran kooperatif di dalam kelas. Hal ini disebabkan karena pelajar mengkonstruksi pengetahuannya melalui berinteraksi dengan temannya. Misalnya dalam materi operasi pecahan dapat digunakan teknik jigsaw yang mana siswa dalam kelompok menjelaskan bagian yang menjadi tanggung jawabnya kepada teman satu kelompoknya. Dari sini keterampilan berbicara dan sosialisasi dengan teman dapat terlatih. "" L e a r n i n g i s m o r e t h a n t h e a cqu i s i t i o n o f t h e a b i l i t y t o t h i n k ; i t i s t h e a cqu i s i t i o n o f m a n y s p e c i a l i z e d a b i l i t i e s f o r t h i n k i n g a b o u t a v a r i e t y o f t h i n g s ." H owa r d g a r d n e r


09 T T S S E P U T A R V Y G O T S K Y Y U K C O B A D I S I N I ! S C A N QR L I N K N Y A Y A


10 bab 2 Gambar 2.1 Howard Gardner Sumber: wikipedia Howard Gardner lahir pada 11 Juli 1943, Scranton, Pennsylvania, Amerikat Serikat merupakan seorang profesor psikolog dan penulis Amerika. Beliau terkenal dengan Teori Multiple Intelligent atau Kecerdasan Ganda yang pertama disajikan dalam bukunya berjudul Frames of Mind : The Theory of Multiple Intellegences (1983) dan terus dikembangkan hingga tahun 2006. Teori Gardner menginspirasi bidang sekolah terutama para guru, kepala kependidikan, dan pengajar khusus untuk merangkul para pengajar bahwasannya banyak cara untuk menjadi cerdas. Gardner adalah putra pengungsi perang dunia kedua dari Jerman Nazi. Nama lengkapnya adalah Howard Earl Gardner, dia adalah seorang anak yang rajin belajar dan gemar belajar, serta menyukai music. Dia menjaga minatnya menjadi seorang pianis berbakat, hingga akhirnya ikut berkontribusi pada konsep kognitif manusia ketika mendalami ilmunya. biografi Gardner menjalani sebagaian besar studi di Universitas Harvard, di mana dia meraih gelar sarjana dalam hubungan sosial pada tahun 1965 dan gelar doctor dalam psikologi perkembangan pada tahun 1971. Beliau menjadi profesor neurologi di Boston Univesity School of Medicine (1984-2005) dan profesor pendidikan di Harvard Graduate School of Education (1986-1998), dimana dia diangkat sebagai Hobbs Professor of Cognition and Education pada tahun 1998.


11 Dalam tulisannya, beliau banyak mengkritik model-model sebelumnya tentang kemampuan intelektual dimana biasanya dilaporkan sebagai skor IQ (intelligence quotient). Dengan memaparkan paradigma yang lebih kompleks tentang kecerdasan manusia yang terdiri dari delapan atau lebih jenis kemampuan intelektual yang relative otonom yakni dalam Multiple Intelligence. Teori kecerdasan ganda ini mempengaruhi banyak upaya peningkatan sekolah di Amerika Serikat dan sekarang sudah menyebar ke segala penjuru dunia. Gardner dan yang lainnya mendorong upaya untuk memahami kemampuan siswa yang beragam dan menekankan perlunya lingkungan pendidikan yang dipersonalisasi, program kurikulum antardisiplin yang lebih baik, dan penggunaan penilaian berbasis kinerja. Hingga 2011 Howard Gardner masih aktif sebagai penulis. " B u k a n s e b e r a p a p i n t a r a n d a y a n g p e n t i n g , y a n g t e r p e n t i n g a d a l a h s e b e r a p a p i n t a r a n d a " H owa r d g a r d n e r


12 Itu bukanlah proses eksklusif, tetapi sebuah proses inklusif yang berarti melibatkan pencarian kecenderungan dalam masingmasing pembelajar, bukan bakat bawaan yang luar bisa pada beberapa pembelajar. Kecerdasan adalah proses dinamis yang meliputi berbagai kemampuan, ketika kemampuan otak terus tumbuh dan berkembang ini akan merubah kemampuan respon terhadap informasi ke dalam cara baru untuk mengingat dalam memori otaknya yang berarti yang berarti kecenderungan kecerdasan juga dapat berubah atau lebih dari satu. Teori “Multiple Intelligences” yang dalam bahasa disebut juga “Kecerdasan Majemuk atau Ganda” merupakan gagasan dari Profesor Universitas Harvard, Howard Gardner. Gardner membedakan jenis kecerdasan dengan mendefinisikan dengan landasan bahwa kecerdasan merupakan hal yang bersifat multiaspek dan dengan mengidentifikasi kelebihan pada setiap kekuatan pembelajar tersebut untuk dapat dikembangkan supaya dalam proses pembelajaran akan menjadi lebih efektif. Terkait teori Kecerdasan Ganda : Penjelasan 8 + 1 Kecerdasan Intelektual Menurut Teori Kecerdasan Ganda (Gardner 1999), manusia memiliki setidaknya hingga sembilan “Kecerdasan” yang berbeda. Sembilan Teori Kecerdasan Ganda oleh Gardner (Gardner, 1999) Kecerdasan Deskripsi VerbalLinguistik Kata/Bahasa: cerdas dalam penggunaan katakata, kemampuan menggunakan kata-kata secara benar, nyaman, dan efektif, baik secara lisan atau tulisan dalam penyampaian makna, menggunakan penalaran abstrak, pemikiran simbolik, dan pola konseptual.


13 LogikaMatematika Logis/Matematik: cerdas dalam penggunaan angka, kemampuan menggunakan angka secara efektif dan berpikir secara induktif atau deduktif, mengategorikan, mengklasifikasikan, menggeneralisasi, serta berpikir secara logis. Musikal Musik: cerdas dalam musik, kemampuan memahami dan menggunakan konsep musik secara perseptif atau teknis seperti pengenalan pola irama dan nada, serta kepekaan terhadap suara dari lingkungan, manusia, dan alat musik, serta mengembangkan apresiasi terhadap musik. Ruang-Spasial Visual: cerdas dalam gambar, kemampuan untuk melihat dunia dalam dimensi visualruang secara akurat, mampu menginterpretasikan dan memodelkan, serta melakukan transformasi berdasarkan persepsi tersebut. KinestetikTubuh Tubuh/Fisik: cerdas dalam penggunaan tubuh, kemampuan menggunakan fisik untuk mengekspresikan emosi, ide, dan perasaan, bermain permainan, dan menciptakan produk pemikiran baru. Interpersonal Orang/Sosial: cerdas dalam berhubungan dengan orang lain, kemampuan berhubungan dan memahami orang lain, keterampilan sosial yang baik, kemampuan bekerja secara koopertaif dengan orang lain dalam kelompok, serta kemampuan berkomunikasi secara verbal dan nonverbal dengan orang lain. Intrapersonal Diri: cerdas dalam pemahaman diri, kemampuan pemahaman tentang diri sendiri, memantau diri sendiri, disiplin diri, dan bertindak secara adaptif berdasarkan pengetahuan tersebut.


14 Naturalis Alam: cerdas dalam alam, kemampuan untuk mengenali pola dalam alam dan mengklasifikasikan objek, kepekaan terhadap hal-hal alam, dan pemahaman tentang spesies yang berbeda, serta kepedulian dengan alam. Eksistensial Berpikir: cerdas dalam berpikir, kemampuan untuk mengajukan dan merenungkan pertanyaan tentang kehidupan, kematian, dan realitas yang mendasar tentang keberadaan yang ada dan ketiadaan seperti ‘Siapa kita ini?’ dan ‘Apa arti kehidupan dan kematian?’ Kesembilan kecerdasan yang telah dijelaskan di atas melakukan sinergi unik pada setiap individu, misalnya, beberapa orang tampak memiliki tingkat yang tinggi dalam semua atau sebagian besar dari kesembilan kecerdasan tersebut, tetapi yang lain tampak kurang dalam beberapa kecerdasan kecuali hal yang mendasar. Menurut Gardner, setiap orang memiliki kemampuan dalam semua kecerdasan hanya peningkatan kemampuannya yang kurang dimanfaatkan dengan baik sehingga tak nampak pada beberapa kecerdasan. Teori Kecerdasan Ganda berpendapat bahwa individu memiliki kemampuan di luar kecerdasan yang dapat diukur dengan tes kecerdasan. Namun, tidak semua psikolog setuju dengan teori Kecerdasan Ganda Gardner, tetapi mereka setuju bahwa teori ini turu berkontribusi dalam memberikan persepsi dan pemahaman baru tentang kecerdasan manusia. Pandangan Gardner memberitahukan bahwa orang memiliki keterampilan yang lebih luas daripada yang telah ditetapkan oleh psikolog secara tradisional.


15 Dikarenakan teori Kecerdasan Ganda merupakan teori yang mendeskripsikan tentang kecerdasan dan bukan teori petunjuk pasti untuk praktik dalam pembelajaran atau model kuirkulum. Dengan begitu penerapan teori ini tidak dapat dikatakan secara mutlak “benar” maupun “salah”. Oleh karena itu, teori Kecerdasan Ganda memberikan banyak bantuan dalam mengembangkan ide dan praktik baru di bidang pendidikan, dengan banyaknya penerapan dan interpretasi, stimulasi serta simulasi yang dilakukan kepada pembelajar dapat berfungsi sebagai mekanisme pembelajaran dan berkontribusi pada kemampuan kognitif mereka. Oleh karena itu, tidak perlu mencoba mengkategorikan individu berdasar kecerdasannya, melainkan memberikan berbagai kesempatan belajar yang beragam dengan begitu dapat terbentuk kecenderungan kecerdasan mereka. " G o o d t e a c h i n g i s a n a r t ; i t l o o k s s p o n t a n e o u s , b u t i t i s c a r e f u l l y c r a f t e d a n d d e l iv e r e d . " h owa r d g a r d n e r


16 Pembelajar dengan jenis kecerdasan yang berbeda pada umumnya beda dalam reaksi terhadap pengajaran dalam sekolah yang masih berorientasi pada guru, karena pada dasarnya karakteristik masingmasing kecerdasan akan memiliki ciri khusus yang bisa diimplementasikan hanya diri mereka sendiri. Berikut merupakan gambaran secara umum tentang Kecerdasan Ganda : Karakteristik siswa dengan kecerdasan intelektual dan implementasinya secara umum Karakteristik Pembelajar dengan Teori Kecerdasan Ganda dan Implementasi Secara Umum Kecerdasan Karakteristik dan Implementasinya VerbalLinguistik Pembelajar ini mempunyai kebutuhan aga bisa berbicara dan berkomunikasi, serta seringkali hanya akan menulis dan membuat catatan daripada berkonsentrasi pada pembelajaran yang diberikan. LogikaMatematika Pembelajar ini mampu secara cepat dan mudah memahami konsep baru dalam pelajaran terkait logika dan matematis seperti Akuntansi dan Sains, dan kurang menyukai pembelajaran apabila guru menjelaskan ulang konsep tersebut atau memberikan beberapa contoh. Mereka cenderung mudah gelisah dan gelagapan. Musikal Pembelajar ini cenderung lebih suka melakukan rangkaian gerakan seperi memukulmukul sesuatu ketika saatnya duduk diam, atau menggumamkan sesuatu dan bernyanyi pelan. Tanpa disadari bahwa mereka sering menjadi lebih keras dalam beberapa hal itu.


17 Ruang-Spasial Pembelajar ini berpikir dan belajar dalam pikiran mereka sendiri dengan visualisasi gambar, grafik, diagram, dan sesuatu yang memilik bentuk atau ruang yang dapat dibayangkan serta kekurangan minat dan mudah merasa bosan dalam pembelajaran yang memiliki basi verbal saja. Mereka sering menggambarkan sesuatu pada buku catatan mereka dan seringkali lebih terfokus dengan desain dan pola tertentu sehingga pembelajaran terlewat beigut saja bagi mereka. KinestetikTubuh Pembelajar ini merupakan yang paling mudah gelisah di antara pembelajar lain. Mereka perlu lebih banyak bergerak untuk dapat memproses pembelajaran, apabila mereka duduk paling depan atau dalam pandangan pembelajar lain, mereka akan sangat terganggu. Mereka adalah pembelajar yang perlu untuk mengayunkan kaki atau kursi atau memutarkan buku, bermain-main dengan alat tulisnya, dan apapun yang bisa mereka pegang. Seringkali meminta izin pergi ke kamar mandi dan akan menjadi yang pertama untuk sukarela melakukan tugas. Interpersonal Pembelajar ini merupakan sosialita pada lingkungannya, pencetus pembicaraan terus menerut, dan mereka yang paling tidak bisa untuk menolak ikut terlibat dalam apapun yang sedang terjadi pada lingkungan pembelajarannya bahkan yang tidak ada kaitannya dengan mereka. Mereka cenderung memberi komentar tentang orang lain karena memang perhatiannya itu secara menyeluruh.


18 Intrapersonal Pembelajar ini merupakan yang paling tenang dan tidak mengganggu dalam situasi pembelajaran. Mereka lebih suka diam dan terlarut dalam pemikirannya, lebih introspektif daripada mengganggu orang lain. Naturalistik Pembelajar ini ingin berada di alam, di luar ruang. Mereka kesulitan untuk memusatkan fokus pada pembelajaran yang diporoleh, seringkali memandang keluar dan lebih nyaman berada di luar. Eksistensial Pembelajar ini sering mengajukan pertanyaanpertanyaan yang terkadang di luar konteks pembelajaran lalu pada setiap pertanyaan yang dijawab mereka akan merenungkannya. Mereka fokus pada kelas, namun akan terlihat larut dalam lamunan dan tidak memperhatikan pembelajaran ketika memiliki hal yang ditanyakan dan direnungkan. P e n c a p a i a n t e r b e s a r s e o r a n g a n a k d i m u n g k i n k a n d a l a m p e r m a i n a n , p e n c a p a i a n y a n g b e s o k a k a n m e nja d i l e v e l d a s a r n y a d a r i t i n d a k a n n y a t a . L e v V y g o t s k y


19 Teori Kecerdasan Ganda mencakup berbagai bakat siswa yang memiliki hubungan erat dengan konstruktivisme yang berfokus pada pembelajar supaya secara aktif terlibat dalam pembelajaran mereka sendiri. Dalam hal ini pembelajar dan fasilitator memiliki nilai yang sama. Teori Kecerdasan Ganda dapat dikatakan sebagai stimulus dalam pendidikan dalam menyesuaikan pengajaran bagi pembelajaran, mendorong pembelajar dalam pengembangan kemampuan mereka, dan mengembangkan kecerdasan mereka yang beragam. Implementasi di Matematika Jelas bahwa semua pembelajar akan belajar matematika, tetapi bagaimana pembelajar ini belajar Matematika merupakan pertanyaan yang kompleks dan menantang. Tidak hanya itu, Matematika dan hubungannya dengan Kecerdasan Ganda merupakan hal yang lebih menantang. Ada lima standar proses yang diusung oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) dalam Prinsip dan Standar Matematika Sekolah (NCTM, 2000). Kelima standar tersebut adalah : Pemecahan Masalah: Siswa dapat menggunakan berbagai strategi dan keterampilan untuk memecahkan masalah matematika. Penalaran dan Bukti: Siswa dapat menggunakan penalaran logis dan memberikan bukti matematika yang meyakinkan. Komunikasi: Siswa dapat mengomunikasikan pemahaman matematika mereka secara lisan dan tulisan, serta membangun argumen matematika yang jelas. Koneksi: Siswa dapat membuat koneksi antara konsep matematika dan konteks kehidupan sehari-hari serta disiplin ilmu lainnya. Representasi: Siswa dapat menggunakan berbagai representasi matematika, seperti gambar, diagram, grafik, atau model, untuk memahami dan menyajikan konsep matematika. 1. 2. 3. 4. 5.


20 Setiap standar proses yang perlu dilakukan kepada pembelajar dapat menggunakan beberapa program supaya pembelajar memiliki capaian sebagai berikut: Program Proses Standar oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000) Standar Program Pembelajaran Memungkinkan Pembelajar Pemecahan Masalah Membangun pengetahuan matematika baru Menyelesaikan masalah dalam matematika dengan konteks lain Menerapkan dan memodifikasi berbagai strategi pemecahan masalah Memantau dan merenungkan proses pemecahan masalah Penalaran dan Bukti Mengenal penalaran dan bukti sebagai dasar matematika Membuat dan menyelidiki anggapan dan hipotesis Mengembangkan dan menilai argumen beserta bukti Memiih dan menggunakan berbagai teknik pembuktian Komunikasi Mengorganisir dan mengkonsolidasikan pemikiran matematis Mengkomunikasikan pemikiran matematis secara kohesif dan jelas Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis orang lain Menggunakan bahasa yang matematis untuk menyampaikan ide


21 Koneksi Mengenali dan menerapkan hubungan antara ide-ide matematika Memahami bagaimana gagasan “bagian” menciptakan suatu “keutuhan” Mengenali dan menerapkan matematika dalam konteks pada bidang lain Representasi Menciptakan dan menggunakan representasi matematika Memilih, menerapkan, dan menerjemahkan pada banyak representasi Menggunakan representasi untuk memodelkan dan memahami ide-ide matematika Mempertimbangkan bagaimana standar NCTM yang bisa ditindihkan dengan Kecerdasan Ganda Gardner akan bermanfaat dalam pengembangan kurikulum, intruksi, dan penilaian matematika dengan begitu standar proses dari NCTM dapat dipadukan dengan Kecerdasan Ganda. Maka dengan mengekplorasi perpaduan antara kedua teori tersebut akan dapat mengarahkan kemungkinankemungkinan terkait pembelajaran matematika yang dapat dilakukan untuk memuaskan kedua aspek tersebut dengan representasi berikut: Perpaduan Kecerdasan Ganda Gardner dan Standar Proses NCTM Pemecahan Masalah Penalaran dan Bukti Komunikasi Koneksi Representasi NCTM Gardner VerbalLinguistik Menulis cerita sebagai konteks untuk soal matematika. Menulis tentang pemecahan masalah. Menyampaik an argumen dalam cara yang masuk akal bagi orang lain. Menyanggah / mendukung suatu gagasan matematika. Menanggapi permintaan menulis dengan/men genai matematika. Mendefinisik an istilahistilah. Menulis tentang hubungan antara konsep matematika. Menerjemah kan masalah matematika ke dalam ekspresi aljabar dan sebaliknya.


22 Mengkatego rikan dan mengklasifik asikan angkaangka. Mengeksplor asi penggunaan angka dalam disiplin lain. Mengemban gkan dan menggunaka n kategori untuk mengklasifik asikan informasi matematika tertulis dan lisan. Melakukan generalisasi terhadap kesimpulan matematika. Memberikan contoh yang bukan termasuk dalam kategori tertentu. Menggunaka n teknologi untuk mewakili dan mengurutka n data. Mewakili angka-angka dengan berbagai cara. Mengumpulk an, mencatat, dan menggunaka n data numerik untuk memecahka n masalah. Menghitung untuk memecahka n masalah. LogikaMatemati ka Musikal Menerjemah kan strategi pemecahan masalah ke dalam melodi musik untuk membantu mengingat strategi. Membandin gkan pola dengan lagu-lagu yang memiliki pola melingkar yang "tidak pernah berakhir." Mendengark an lagu penghitunga n dalam budaya dan bahasa lain. Membuat musikal matematika yang terhubung dengan program musik. Menggunaka n objek untuk memodelkan irama musik. Menjelajahi suara dari objek konkret. RuangSpasial Menggunaka n gambar dan diagram sebagai penyelesaia n. Menjelaskan solusi dari gambar. Menggunaka n lipatan dan pemotongan kertas untuk membuktika n konsepkonsep. Mendeskrips ikan karakteristik dari bentuk dua dimensi dan objek tiga dimensi. Mengeksplor asi penggunaan matematika dalam arsitektur tubuh. Mendeskrips ikan kelas dan sekolah. Menggunaka n diagram, grafik, gambar, dan tabel untuk menyelesaik an masalah. Kinestetik -Tubuh Menggunaka n dramatisasi sebagai strategi pemecahan masalah. Menggunaka n bagianbagian tubuh untuk berpikir tentang konsepkonsep (misalnya, proporsi). Menggunaka n bahasa tubuh atau gerak tangan untuk menyampaik an pesan matematika. Menyelidiki hubungan antara matematika dan berbagai batasan di dunia. Memodelkan pembagian dengan mendistribu sikan objek kepada orang. Interpers onal Memecahka n masalah melalui pembelajara n kooperatif. Memimpin kegiatan ekskursi pemecahan masalah. Berkolabora si dengan orang lain untuk mengemban gkan argumen dan bukti. Berbagi peran komunikatif dalam kelompok kerja sama. Memimpin diskusi dengan teman sebaya tentang hubungan matematika. Membahas kelayakan dari berbagai representasi


23 Mencari cara di mana matematika digunakan dalam kehidupan sehari-hari sendiri. Mendeskrips ikan perasaan dan sikap terhadap matematik Menyuaraka n pemikiran. Mengorganis asikan pemikiran sesuai dengan berbagai representasi. Menggunaka n representasi yang berbedabeda. Menetapkan tujuan pertumbuha n dalam pemecahan masalah. Memantau proses pemecahan masalah. Menggunaka n pengetahua n pribadi dan pengetahua n sebelumnya untuk membangun dasar suatu dugaan. Intrapers onal Naturalist ik Menggunaka n konteks alam yang terjadi dengan data. Menggunak an pembuktia n yang terdapat di alam. Menceritaka n hal menarik terkait hubungan antara matematika dan alam. Mencari cara bagaimana matematika ini mempengar uhi alam. Memperlihat kan bagaimana keberadaan matematika pada alam. Eksistensi al Monitoring pada Langkah penyelesaia n matematis yang terjadi. Mengevalua si bagaimana jawaban matematis yang diperoleh dalam pengerjaan soal. Menyuaraka n pemikiran Memberikan pertanyaan kepada orang lain dan mempersila hkan pertanyaan untuk diri sendiri. Mencari tahu landasan teori yang membantu dan menghubun gkan matematika dengan keberadaan nya sekarang. Memperhati kan kejadian unik yang belum terbuktikan secara matematis.


24 T T S S E P U T A R g a r d n e r Y U K C O B A D I S I N I ! S C A N QR L I N K N Y A Y A


25 bab 3 Menurut Yunsirno gaya belajar adalah sesuatu yang penting agar proses belajar bisa menyenangkan dan hasilnya pun memuaskan. Gaya belajar merupakan kunci sukses untuk mengembangkan kinerja dalam belajar, ini bisa diterapkan dalam teknik memperoleh pengetahuan atau informasi secara individu atau dalam dunia kerja sekalipun (Yunsirno, 2012). PENGENALAN GAYA BELAJAR Menurut Bobbi De Porter dan Mike Hernacki dalam bukunya yang berjudul “Quantum learning membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan” dijelaskan bahwa Gaya belajar adalah kata kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, disekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika anda menyadari bagaimana anda dan orang lain menyerap dan mengolah informs, anda dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya anda sendiri (Bobby De Porter dan Mike Hemacki, 2011). Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu cara siswa itu sendiri yang biasa dilakukan seorang siswa dalam menyerap informasi yang diperoleh dari proses pembelajaran melalui indra yang dimilikinya. Siswa menggunakan gaya belajarnya dengan maksimal dan rasa nyaman yang dimilikinya maka ia akan memperoleh tujuan dari pembelajaran dengan maksimal juga. Terdapat beberapa pendapat dan teori dari berbagai ahli yang mengidentifikasi berbagai gaya belajar yang berbeda. Berikut adalah beberapa pendekatan terkenal yang dikemukakan oleh para ahli: Howard Gardner: Gardner adalah seorang psikolog yang mengembangkan teori kecerdasan majemuk. Menurutnya, ada beberapa jenis kecerdasan, dan setiap individu cenderung memiliki dominasi pada satu atau beberapa jenis kecerdasan tertentu. Gaya belajar seseorang dapat berkaitan dengan jenis kecerdasan dominan yang dimilikinya, seperti kecerdasan verballinguistik, logis-matematis, visual-ruang, musikal, kinestetik, interpersonal, atau intrapersonal.


26 David Kolb: Kolb mengemukakan teori belajar pengalaman yang melibatkan empat langkah utama dalam proses belajar: pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen. Dia menggambarkan empat gaya belajar berdasarkan kombinasi dua dimensi: pemikiran reflektif versus pemikiran aktif, dan pengamatan konkret versus pengamatan abstrak. Gaya belajar tersebut adalah konvergen (pemikiran abstrak dan reflektif), divergen (pemikiran abstrak dan aktif), akomodatif (pemikiran konkret dan aktif), dan asimilatif (pemikiran konkret dan reflektif). Neil Fleming: Fleming mengusulkan model VARK (Visual, Auditory, Reading/Writing, and Kinesthetic) yang mengklasifikasikan individu berdasarkan preferensi sensori mereka dalam belajar. Menurut model ini, beberapa orang lebih suka belajar melalui informasi visual, beberapa melalui informasi auditori, beberapa melalui membaca dan menulis, dan beberapa melalui pengalaman kinestetik. Peter Honey dan Alan Mumford: Honey dan Mumford mengembangkan model belajar berdasarkan pengalaman. Menurut mereka, ada empat tipe pembelajar, yaitu pembelajar reflektif (lebih suka berpikir sebelum bertindak), pembelajar teoritis (lebih suka memahami konsep secara menyeluruh), pembelajar pragmatis (lebih suka mencoba hal-hal dalam konteks praktis), dan pembelajar aktivis (lebih suka belajar melalui tindakan langsung). Penting untuk diingat bahwa gaya belajar adalah konsep yang kompleks dan individu mungkin memiliki kombinasi dari beberapa gaya belajar. Tidak ada satu gaya belajar yang lebih baik dari yang lain, dan penting bagi setiap individu untuk mengenali gaya belajarnya sendiri agar dapat memaksimalkan potensinya dalam belajar. Gaya belajar mengacu pada cara individu memperoleh, memproses, dan mengasimilasi informasi baru. Ini mencakup preferensi individu dalam mengumpulkan informasi, mengolahnya, dan menggunakannya dalam konteks pembelajaran. Gaya belajar dapat berbeda antara individu satu dengan yang lainnya, dan pemahaman tentang gaya belajar seseorang dapat membantu meningkatkan efektivitas belajar mereka.


27 Sumber-sumber yang dapat digunakan untuk mempelajari gaya belajar seseorang meliputi: 1 . Observasi diri Mencermati cara Anda belajar dan merasakan apa yang membuat Anda nyaman atau tidak nyaman dalam proses pembelajaran. Perhatikan preferensi Anda dalam menggunakan indera tertentu, lingkungan yang paling mendukung pembelajaran Anda, dan bagaimana Anda memproses informasi dengan lebih baik. 2 . Tes dan kuesioner Ada beberapa tes dan kuesioner yang dirancang untuk mengidentifikasi gaya belajar seseorang. Contoh termasuk tes VARK (Visual, Auditory, Reading/Writing, and Kinesthetic) yang mencoba mengklasifikasikan preferensi sensori seseorang dalam belajar, atau kuesioner yang berfokus pada preferensi belajar seperti apakah Anda lebih suka belajar secara visual, auditori, atau kinestetik. 3 . Pengamatan oleh pendidik Pendidik atau pelatih dapat memperhatikan pola dan preferensi belajar seseorang melalui interaksi dan pengamatan langsung. Mereka dapat melihat bagaimana seseorang berpartisipasi dalam pembelajaran, bagaimana mereka merespon instruksi, dan cara mereka mengolah informasi. 4 . Refleksi dan evaluasi Melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar masa lalu dapat memberikan wawasan tentang gaya belajar yang lebih efektif. Tinjau kembali situasi di mana Anda merasa belajar dengan baik dan mencapai pemahaman yang mendalam, serta situasi di mana Anda mengalami kesulitan. Pertimbangkan strategi belajar apa yang bekerja dengan baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Dalam mengidentifikasi gaya belajar, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu gaya belajar yang tepat atau salah. Individu mungkin memiliki preferensi belajar yang berbeda-beda, dan kombinasi gaya belajar yang beragam dapat digunakan untuk mencapai pemahaman yang mendalam dan efektif.


28 Model pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) merupakan model pembelajaran yang mengutamakan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran ini efektif karena mempertimbangkan tiga jenis modalitas atau cara belajar siswa: belajar dengan ingatan (visual), belajar dengan mendengar (auditori), dan belajar dengan gerak dan emosi (kinestetik). Melalui model pembelajaran VAK, potensi siswa lebih terlatih dan berkembang. Gaya Belajar VAK Modalitas pembelajaran pertama kali dikembangkan oleh Neil Fleming untuk merepresentasikan preferensi individu dalam proses pembelajaran: visual, auditori, kinestetik (VAK). Hampir semua dari ketiga gaya ini milik semua orang, tetapi hampir semua orang selalu cenderung ke salah satu dari ketiganya. Ketiga modalitas ini digunakan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Bahkan, beberapa orang cenderung tidak fokus pada satu modalitas saja dan dapat menggunakan kombinasi modalitas tertentu untuk meningkatkan kemampuan belajarnya. Model Pembelajaran Visual, Auditori, dan Kinestetik (VAK) merupakan model pembelajaran yang menekankan bahwa pembelajaran memerlukan penggunaan indera siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Visual-Auditori-Kinesthetic (VAK) adalah pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar individu untuk memenuhi semua kebiasaan belajar siswa. Aspek-aspek Model Pembelajaran VAK Model pembelajaran visual-auditori-kinestetik (VAK) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menekankan perlunya penggunaan indera siswa untuk belajar. Pembelajaran dengan model pembelajaran VAK adalah pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar individual untuk meningkatkan semua kebiasaan belajar siswa. Menurut Deporter (2008) dan Harianto (2015), aspek pembelajaran Visualisasi, Auditorium, dan Kinestetik (VAK) adalah:


29 1 . Gaya Visual (belajar dengan cara melihat) Modalitas pembelajaran visual terdiri dari mengakses gambar visual yang dibuat atau dihafal seperti warna, hubungan spasial, potret, spiritualitas, dan gambar mencolok. Pembelajaran melibatkan penggunaan indera mata melalui mengamati, menggambar, melakukan, membaca, dan menggunakan media dan alat peraga. Ciri-ciri visual melibatkan mengingat apa yang Anda lihat daripada apa yang Anda dengar. Orang senang belajar dengan cara membaca materi, menulis kembali apa yang telah dipahaminya dalam catatan kecil, dan menuliskan kata-kata kunci dari materi yang diucapkan guru pada saat pembelajaran. Siswa yang dominan dicirikan oleh gaya belajar visual, seperti melihat ke atas ketika berbicara dan berbicara dengan cepat. Anak dengan gaya belajar visual perlu melihat bahasa tubuh dan ekspresi wajah guru untuk memahami apa yang diajarkan. Siswa cenderung duduk di depan sehingga mereka dapat melihat lebih baik. Siswa berpikir dengan gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat melalui penggunaan representasi visual seperti bagan, buku bergambar, dan video. Di kelas, anak-anak yang sensitif secara visual suka menggambar detail untuk mendapatkan informasi. 2 . Gaya Auditori (belajar dengan cara mendengar) Pada jenis kegiatan pembelajaran atau penugasan untuk siswa VAK ini, guru menjelaskan secara langsung dengan menuliskan beberapa materi yang didiskusikan di papan tulis, dan siswa mencatat poin-poin penting yang didiskusikan di buku catatan masing-masing yang ditugaskan untuk melakukannya. Orang yang cenderung visual dapat lebih memahami apa yang mereka pelajari dari catatan ringkasan mereka. Sebagai alternatif, guru dapat menunjukkan beberapa gambar materi agar siswa dapat dengan cepat memahami materi berdasarkan gambar yang disajikan. Gaya belajar auditori mengandalkan mendengarkan untuk memahami dan mengingat. Modalitas ini mengakses semua jenis suara atau kata yang dihasilkan atau diingat. Seperti musik, nada, ritme, dialog internal, dan suara.


30 Siswa yang lebih dominan bercirikan gaya belajar auditorial seperti pandangan kiri atau kanan, berbicara datar, dan biasabiasa saja. Untuk itu, guru harus memperhatikan alat bantu dengar siswanya. Anak dengan gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan berbicara dan mendengarkan gurunya. Seorang anak tunarungu mencerna nada, suara, tinggi nada, kecepatan bicara, dan arti lain yang disampaikan melalui pendengaran. Untuk mendengar anak-anak, informasi tertulis mungkin berarti sedikit. Anak-anak seperti itu biasanya belajar lebih cepat saat membaca bagian atau mendengarkan kaset. Karakteristik auditori adalah belajar dengan cara mendengarkan penjelasan konsep yang disampaikan secara lisan, lebih senang belajar dengan berdiskusi, banyak bertanya atau berbicara pada saat pembelajaran berlangsung. Untuk itu jenis kegiatan belajar atau tugas pada pembelajar VAK, guru menyajikan sebuah materi melalui suara, dari situ siswa harus mendengarkan materi yang telah diputar dengan saksama, lalu dibuat sebuah kelompok kecil untuk siswa mendiskusikan permasalahan pada sebuah materi untuk diselesaikan bersama dengan kelompoknya, dari kerja kelompok tersebut masing-masing anak bisa saling mengutarakan pendapatnya dan saling mendengarkan satu sama lain, maka anak yang memiliki kecenderungan auditori lebih mudah dalam menerima pembelajaran dan akan lebih aktif dalam kegiatan diskusi. 3 . Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Seseorang dengan gaya belajar kinestetik menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegang saja, ia bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Belajar dengan mendengarkan, mendengarkan, berbicara, mempresentasikan, mengungkapkan pendapat dan ide, menanggapi dan berdebat. Siswa senang mendengarkan kaset, ceramah, diskusi, debat, dan instruksi verbal (perintah). Alat perekam sangat berguna untuk pembelajaran auditori siswa.


31 Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi yang diciptakan maupun diingat, seperti gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Bagi siswa kinestetik, belajar adalah tentang mengalami dan melakukan. Karakteristik siswa yang lebih dominan antara lain gaya belajar kinestetik, seperti menunduk saat berbicara dan berbicara lebih lambat. Anak-anak seperti itu merasa sulit untuk duduk diam selama berjam-jam karena keinginan kuat mereka untuk beraktivitas dan bereksplorasi. Siswa dengan gaya belajar ini belajar melalui gerakan dan sentuhan. Setiap model pembelajaran umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Shoimin (2014), kelebihan dan kekurangan model pembelajaran visual, auditori dan kinestetik (VAK) adalah sebagai berikut: Sifat kinestetik lebih suka belajar melalui latihan, melakukan percobaan langsung, dan menghafal isi dengan berjalan atau menonton. Pada jenis kegiatan pembelajaran atau penugasan siswa VAK ini, guru memutarkan video pembelajaran untuk memperkenalkan materi. Siswa harus memahami tujuan dari video tersebut. Guru akan meminta siswa mempraktikkan materi yang relevan dalam video di depan kelas. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK a . Kelebihan Kelebihan atau keunggulan model pembelajaran VAK adalah: Pembelajaran akan lebih efektif karena mengombinasikan ketiga gaya belajar. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Mampu melibatkan secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik, seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif. Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terlambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. 1. 2. 3. 4. 5.


32 b . Kekurangan Kelemahan dari model pembelajaran VAK yaitu tidak banyak orang mampu mengombinasikan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi. “i f y o u t h i n k y o u k n ow wh a t i s g o i n g o n , y o u h a v e n ’ t g o t a c l u e a b o u t wh a t ’ s g o i n g o n . ” h owa r d g a r d n e r


33 Pada dasarnya, mengimplementasikan Gaya Belajar VAK ke dalam pendekatan Vygotsky berarti memberikan pengalaman sensorik yang beragam kepada siswa untuk membantu pemahaman mereka terhadap konsep matematika. Dengan menyediakan strategi dan alat pembelajaran yang sesuai dengan preferensi gaya belajar siswa, guru dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan mendukung perkembangan matematika siswa secara sosial dan budaya. Beberapa cara untuk mengintegrasikan elemen-elemen Gaya Belajar VAK ke dalam pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut: IMPLEMENTASI GAYA BELAJAR VAK DI TEORI VYGOTSKY Visual Untuk siswa yang lebih suka belajar secara visual, guru dapat menggunakan representasi visual seperti diagram, grafik, atau bagan untuk membantu mereka memahami konsep matematika. Selain itu, penggunaan media visual seperti video pembelajaran atau presentasi slide juga dapat mendukung pemahaman siswa. Misalnya adalah menayangkan video pembelajaran mengenai cara membuat grafik fungsi kuadrat di Geogebra. Auditori Bagi siswa yang lebih responsif terhadap pembelajaran auditori, guru dapat menggunakan pendekatan yang melibatkan diskusi kelas, cerita, atau penjelasan lisan. Membacakan soal matematika atau menjelaskan konsep melalui percakapan dapat membantu siswa belajar dengan lebih baik. Misalnya guru dapat meminta siswa untuk menyelesaikan suatu masalah lalu mengkomunikasikan penyelesaian masalah tersebut di depan kelas. Kinestetik Untuk siswa yang memiliki preferensi kinestetik, dapat digunakan interaksi fisik atau aktivitas yang melibatkan gerakan dalam pembelajaran di kelas. Guru dapat meminta siswa untuk melakukan eksperimen, memanipulasi objek, atau menggunakan alat peraga fisik dalam pembelajaran matematika. Misalnya, menggunakan media jaring-jaring bangun ruang untuk mempelajari konsep terkait bangun ruang, luas permukaan, dan volumenya.


34 s u r v e y d own l o a d a p p n y a ! S C A N QR L I N K N Y A Y A


YY YY daftar pustaka Adams, Thomasenia Lott. “Helping Children Learn Mathematics through Multiple Intelligences and Standards for School Mathematics.” Childhood Education, vol. 77, no. 2, Dec. 2000, pp. 86–94, https://doi.org/10.1080/00094056.2001.10521636. Accessed 28 May 2023. Amir, Almira. “PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCES) Oleh.” Logaritma, vol. I, no. 01, 2013. Accessed 28 May 2023. Davis, Katie, et al. The Theory of Multiple Intelligences. 2011. Gouws, E., and A-M. Dicker. “Teaching Mathematics That Addresses Learners’ Multiple Intelligences.” Africa Education Review, vol. 8, no. 3, Nov. 2011, pp. 568–587, https://doi.org/10.1080/18146627.2011.618721. Accessed 28 May 2023. Huang, Yu -Chia. Comparison and Contrast of Piaget and Vygotsky’s Theories. 2021. Suarca, Kadek, et al. Kecerdasan Majemuk Pada Anak Kecerdasan Majemuk Pada Anak Kecerdasan Majemuk Pada Anak Kecerdasan Majemuk Pada Anak Kecerdasan Majemuk Pada Anak. 2 Sept. 2005. Ameri, M. (2020). Criticism of the Sociocultural Theory. Budapest International Research and Critics Institute (BIRCIJournal): Humanities and Social Sciences, 3(3). https://doi.org/10.33258/birci.v3i3.1082 . Budiningsih, C. A. (2003). Perkembangan Teori Belajar dan Pembelajaran menuju Revolusi-Sosiokultural Vygotsky. 35


YY YY Handaru, C. D. (n.d.). Teori Sosio-Kultural. Lokita Purnamika, U. (2016). Teori Konstruktivisme Dan Teori Sosiokultural: Aplikasi Dalam Pengajaranbahasa Inggris. Prasi, 11(1). Nina Veronica, Lia Yuliati, S. A. (2017). Perkembangan Kognitif dan Teori Belajar Socio Cultural pada Anak Usia Dini. Prosiding TEP & PDs: Transformasi Pendidikan Abad 21, 4(33). Panhwar, A. H., Ansari, S., & Ansari, K. (2016). Sociocultural Theory and its Role in the Development of Language Pedagogy. Advances in Language and Literary Studies, 7(6), 183–188. Pathan, H., Memon, R. A., Memon, S., Khoso, A. R., & Bux, I. (2018). A Critical Review of Vygotsky’s Socio-Cultural Theory in Second Language Acquisition. International Journal of English Linguistics, 8(4). https://doi.org/10.5539/ijel.v8n4p232. Phan, H. P. (2012). A sociocultural perspective of learning: Developing a new theoretical tenet. AARE APERA International Conference,. Rahmatirad, M. (2020). A Review of Socio-Cultural Theory. SIASAT, 5(3). https://doi.org/10.33258/siasat.v5i3.66. Anwar, C., 2017. Buku Terlengkap Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer. Ke1 penyunt. Bantul: IRCISOD. Belajar, F., 2011. Aplikasi Teori Belajar, Yogyakarta: PPPPTK Matematika. 36


YY YY Hatip, A. & Setiawan, W., 2021. Teori Kognitif Bruner dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 5(2), pp. 87-97. Hawa, S., 2014. Pengembangan Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: s.n. Karatepe, Ç., 2012. Learning Theories. [Online] Available at: https://www.researchgate.net/publication/290444812_Learni ng_Theories [Diakses 18 Maret 2023]. Zuliana, E., Retnowati, E. & Widjajanti, D. B., 2019. How should elementary school students construct their knowledge in mathematics based on Bruner's theory?. Journal of Physics: Conference Series, pp. 1-4. 37


profil penulis NAMA : Hilaria Yesieka A. W ALAMAT : NAMA : Ah. Ainur Wahid ALAMAT : NAMA : Salsa Bella Yuliani ALAMAT : NAMA : Khotimatul Khusnah ALAMAT : NAMA : Ihza Rahman ALAMAT : NAMA : Prof.Dr.Tatag Yuli Eko Siswono, M.Pd., GPG BLOK L1 NO 12A, Gedangan, Sidoarjo Jl. Kh. Achmad Chozin No. 64 Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo Pandugo. I/15-C, Rungkut, Surabaya Jl. KH. Syafi'i Rt. 05 Rw. 01 No. 50 Pongangan Krajan, Manyar, Gresik Jalan Ikan Johor, RT.3/RW.2, Banjaranyar, Paciran, Kab. Lamongan ALAMAT : Perumahan Gebang Raya Sidoarjo


Teor i perkembangan kogni t if yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky menekankan pada peran interaksi sosial terhadap perkembangan kogni t if. Menurut Vygotsky, anak-anak belajar melalui interaksi dengan individu yang memiliki pengetahuan dan keterampilan lebih t inggi, seper t i orang dewasa atau teman sebaya. Dar i beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu cara siswa i tu sendi r i yang biasa dilakukan seorang siswa dalam menyerap informasi yang diperoleh dar i proses pembelajaran melalui indra yang dimilikinya. Siswa menggunakan gaya belajarnya dengan maksimal dan rasa nyaman yang dimilikinya maka ia akan memperoleh tujuan dar i pembelajaran dengan maksimal juga.


Click to View FlipBook Version