HITUNG JENIS
LEUKOSIT
OLEH : Dosen pembimbing:
YUSMI AMANDA Zulfikar Ali Hasan S.ST.,M.Kes
POLTEKKES KWMWNKES MAKASSAR
Hitung jenis leukosit merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
menghitung leukosit berdasarkan ciri morfologi tiap jenis leukosit di sediaan apus
darah tepi (SADT) Ciri morfologi jenis leukosit didasarkan pada ukuran sel, bentuk
inti sel, kromatin, dan sitoplasma serta unsur yang terdapat didalam sitoplasma.
Hitung jenis leukosit biasanya dilakukan dalam 100 sel leukosit dan
dilaporkan dalam bentuk persentase. Selain itu, hitung jenis leukosit dapat juga
dilaporkan sebagai nilai absolut. Penghitungan jenis leukosit dapat dilakukan
secara mikroskopik, yaitu dengan mengenali dan menghitung jenis sel leukosit
menggunakan mikroskop. Selain itu penghitungan juga dapat dilakukan dengan
menggunakan alat otomatisasi (Hematology Analyzer). Jenis sel leukosit yang
dilakukan hitung jenis adalah basophil, eosinophil, neutrophil batang, neutrophil
segmen, limfosit dan monosit
1.TUJUAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
a. Untuk dapat membedakan berbagai jenis leukosit
b. Mendiagnosa masalah kesehatan dari jenis leukosit yang meningkat
c. Mengetahui jenis leukosit yang menyebabkan kenaikan jumlah leukosit
2. JENIS LEUKOSIT
a. Basofil: Hasil Pewarnaan: Sitoplasma berwarna ungu lavender, nukleus biru
muda sampai biru tua keunguan, granula biru tua dan menutupi inti
b. Eosinofil: Hasil Pewarnaan: Inti sel memiliki 2–3 lobus yang dihubungkan
dengan benang filamen, sitoplasma dipenuhi dengan granula besar dan
berwarna jingga
c. Neutrofil : Hasil Pewarnaan: Sitoplasma merah muda, inti sel tidak bersegmen
melainkan hanya memiliki 1 lobus dengan batang mempunyai lekukan melebihi
setengah diameter inti sel.
d. Neutrofil Segmen; Hasil Pewarnaan : Memiliki inti satu dengan 2 – 5 lobus,
didalam sitoplasmanya terdapat granula halus dalam jumlah banyak berwarna
ungu muda
e. Limfosit: Hasil Pewarnaan: Nukleus bulat dengan kromatin padat berwarna
biru-ungu tua, mengisi sebagian besar sel dan hanya sedikit bagian sitoplasma
f. Monosit: Hasil Pewarnaan: Inti tidak beraturan, sitoplasma berwarna keabu-
abuan, terdapat vakuola dan pesudopodi
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
3. CARA MEMBUAT SEDIAAN ADT
A. Alat dan Bahan
1.Darah EDTA / Darah Kapiler: Darah vena dan kapiler dapat digunakan, jika
menggunakan darah vena, maka pembuatan sediaan ADT harus dilakukan
sebelum 1 jam sejak sampel ditampung dan disimpan di suhu 18-25ºC
2.Kaca Objek Syarat mutlak kaca objek untuk membuat ADT adalah bersih,
kering dan jernih. Perhatikan lemak dan detergen yang dapat
menyebabkan apusan berlubang – lubang.
3.Spreader Bila tidak ada spreader dapat menggunakan kaca objek. Bagian
tepi spreader harus diusap secara hati-hati sebelum atau setelah
digunakan, dan selama bagian tepi tidak rusak spreader dapat digunakan
B. Cara Membuat Sediaan ADT
1.Letakkan satu tetes kecil darah, ± 2-3 mm dari ujung kaca objek
2.Letakkan spreader dengan sudut 30-45 derajat kaca objek didepan tetes
darah
3.Tarik spreader ke belakang sehingga menyentuh tetes darah, tunggu
sampai darah menyebar pada sudut tersebut.
4.Segera dorong spreader ke depan dengan cepat dan tekanan yang cukup.
Biarkan hapusan mengering di udara. Tuliskan identitas pasien pada bagian
tebal hapusan dengan pensil
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
C. Morfologi Apusan Darah Tepi
1.Kepala: Bagian tempat darah diteteskan sebelum dilakukan apusan
2.Badan: Bagian yang berada diantara kepala dengan ekor
3.Ekor: Bagian ujung preparat atau akhir apusan
D. Daerah Baca Apusan Darah Tepi
E. Apusan Darah Tepi Yang Baik Secara Visual
1.Ketebalannya gradual, paling tebal di daerah kepala, makin menipis ke arah
ekor.
2.Apusan tidak melampaui atau menyentuh pinggir kaca objek
3.Tidak bergelombang atau terputus-putus
4.Tidak berlubang-lubang
5.Bagian ekornya tidak membentuk “bendera robek”
6.Panjang apusan kira-kira ⅔ Panjang kaca objek
F. Sebab Akibat Apusan Darah Tepi Tidak Layak Diperiksa
1.Pemeriksaan ditunda setelah sampel berhasil diambil Distorsi atau
kerusakan sel – sel darah
2.Lambat melakukan apusan setelah darah diteteskan pada kaca objek
Terjadi disproporsi sel-sel yang berukuran besar seperti monosit dan
neutrophil pada “feather edge”
3.Kaca Objek Kotor Bintik – bintik pada apusan
4.Tetesan terlalu banyak atau terlalu sedikit Apusan terlalu tebal dan Panjang
, atau terlalu tipis dan pendek
5.Sudut geseran terlalu besar atau terlalu kecil Bila sudut terlalu besar, maka
apusan terlalu tebal, dan bila sudut terlalu kecil, maka apusan menjadi
terlalu panjang
6.Geseran terlalu lambat Penyebaran sel tidak baik
7.Tekanan spreader pada kaca objek tidak akurat Tekanan yang terlalu kuat
menyebabkan apusan terlalu tipis
8.Kelembapan ruang Kelembapan yang tinggi menyebabkan apusan lama
menjadi kering. Pengeringan yang lama mengakibatkan eritrosit rusak
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
4. CARA MEWARNAI SEDIAAN ADT
A. Pewarnaan SADT (Sediaan Apusan Darah Tepi)
Pewarnaan yang dipakai untuk evaluasi SADT yaitu pewarnaan dengan prinsip
Romanowsky seperti Wright, Giemsa, May Grunwald-Giemsa, Jenner, dan
Leishman Pewarnaan SADT (Sediaan Apusan Darah Tepi) Dasar dari pewarnaan
Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna yang berbeda, yaitu Azure B
(Trimetiltionin) yang bersifat basa dan Eosin Y (Tetrabromofluorescein) yang
bersifat asam.Azure B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti
kromatin, DNA dan RNA, sedangkan Eosin Y akan mewarnai komponen sel
yang bersifat basa seperti granula eosinophil dan hemoglobin Zat warna yang
dibuat oleh perusahaan yang berbeda sering mengandung zat warna lain
seperti Azure A, Azure C, Metil Violet dll yang menyebabkan hasil pewarnaan
berbeda beda. Ikatan Eosin Y pada Azure B yang beragregasi dapat
menimbulkan warna ungu dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky
GiemsaICSH menganjurkan penggunaan zat warna yang berisi Azure B dan
Eosin Y, sehingga akan memberikan hasil pewarnaan yang sama
B. Pewarnaan Wright
1.Letakkan preparat pada rak pewarnaan
2.Fiksasi preparat dengan Metanol dengan mencelupkan atau menggenangi
selama 5 menit
3.Genangi SADT dengan zat warna Wright, biarkan selama 10 menit.
4.Tambahkan Buffer pH 7 dalam jumlah yang sama dengan zat warna.
Usahakan agar buffer tercampur rata dengan zat warna. Biarkan selama 10
menit.
5.Bilas dengan air mengalir, mula – mula dengan aliran lambat kemudian
lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
Letakkan SADT dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
C. Pewarnaan Giemsa
1.Letakkan preparat pada rak pewarnaan
2.Fiksasi preparat dengan Metanol dengan mencelupkan atau menggenangi
selama 5 menit
3.Genangi zat warna giemsa yang sudah diencerkan dengan buffer 1:9 (1 ml
giemsa : 9 ml buffer) selama 30 menit atau 1:3 (1 ml giemsa : 3 ml buffer)
selama 15 menit
4.Bilas dengan air mengalir, mula – mula dengan aliran lambat kemudian
lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
Letakkan SADT dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
4. CARA MEWARNAI SEDIAAN ADT
D. Pewarnaan May Grunwald - Giemsa
1.Letakkan preparat pada rak pewarnaan
2.Fiksasi preparat dengan Metanol dengan mencelupkan atau menggenangi
selama 5 menit
3.Genangi SADT dengan zat warna May Grunwald yang sudah diencerkan
dengan buffer pH 6,4 dengan perbandingan 1:1 selama 2 menit
4.Bilas dengan air mengalir
5.Genangi dengan larutan giemsa 5% (larutan giemsa 1 ml + buffer pH 6,4 19
ml) biarkan selama 30 menit
6.Bilas dengan air mengalir, mula – mula dengan aliran lambat kemudian
lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
Letakkan SADT dalam rak dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
5.PROSEDUR PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT
A.Penilaian Jenis Leukosit
B. Perhitungan Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit dapat dilaporkan dalam bentuk persentase dari
tiap jenis leukosit dan dalam nilai absolut. Pelaporan hasil dalam bentuk
persentase, dapat dilakukan menggunakan differential counter atau
dapat ditulis menggunakan tabel.
Hasil dilaporkan sebagai berikut :
Basofil : 1 % (0-1%)
• Eosinofil : 3 % (1-3%)
• Neutrofil Batang : 5 % (2-6%)
• Neutrofil Segmen : 54 % (50- 70%)
• Limfosit : 31 % (20- 40%)
• Monosit : 6 % (2-8%)
ℎ /100
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
Contoh :
• Hasil hitung jenis sel neutrophil segmen : 54%
• Hitung jumlah leukosit : 6000 sel/mm3 Hitung Neutrofil Segmen Absolut :
Nilai normal jenis leukosit absolut :
• Basofil : 0 – 50 sel/mm3
• Eosinofil : 40 – 300 sel/mm3
• Neutrofil Stab : 80 – 600 sel/mm3
• Neutrofil Segmen : 2000 – 7000 sel/mm3
• Limfosit : 800 – 4000 sel/mm3
• Monosit : 80 – 800 sel/mm3
ℎ /100
54 6000/ 100
324.000/ 100 = 3240 sel/mm3
6. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMERIKSAAN
HITUNG JENIS LEUKOSIT
A. Pengumpula n Sampel Darah
Rasio antara darah dan antikoagulan harus sesuai
Jika menggunakan darah kapiler, pastikan kerusakan jaringan minimal
karena akan memengaruhi distribusi sel
Stabilitas sampel darah tidak lebih dari 1 jam karena dapat
mengakibatkan perubahan pada morfologi sel leukosit sehingga sulit
teridentifikasi
Homogenisasi dapat memengaruhi distribusi maupun jumlah leukosit di
SADT
B. Pembuatan SADT
Sudut spreader saat mendorong dan kecepatan menggeser menentukan
hasil akhir apusan darah
Viskositas darah dapat memengaruhi panjang SADT dan area hitung •
Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan proses pengeringan SADT
tdk terlalu baik akibatnya dapat timbul zona pucat dibagian tengah sel
sehingga akan mempersulit pengamatan pada sel eritrosit hipokrom •
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
C. Fiksasi
Proses fiksasi yang tidak baik dapat membuat tampilan sel darah tidak
sesuai dan gambaran eritrosit menjadi krenasi (burr cell)
Fiksasi yang dilakukan sebelum SADT kering, komponen didalam inti sel
akan keluar ke sitoplasma
Fiksasi dengan konsentrasi metanol yang tidak sesuai, dengan
kandungan air yang lebih banyak, akan menghasilkan morfologi eritrosit
yang terlihat seperti hipokrom
Penundaan proses fiksasi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan
perubahan karakteristik zat warna yang terlihat pada SADT
D. Pewarnaan SADT
Baik atau buruknya kualitas pewarnaan SADT sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi zat warna dan berapa lama zat warna kontak dengan SADT •
Pewarnaan harus menggunakan pH larutan yang sesuai, jika pH larutan
terlalu rendah komponen sel basofil tidak akan terwarnai dengan baik.
Selain itu warna leukosit secara keseluruhan menjadi pucat. Jika pH
larutan terlalu tinggi, zat warna dasar yaitu Azure B yang berwarna biru
akan diserap berlebih oleh sel akibatnya sitoplasma sel akan terlihat
kebiruan menyerupai sel leukosit abnormal seperti granulasi toksik pada
sel neutrofil
Zat warna yang tidak disaring dapat menimbulkan endapan pada SADT
yang akan mengganggu proses penghitungan
E. Penghitung an SADT
Area baca/lapang pandang dapat memengaruhi tampilan sel leukosit •
Bagian kepala SADT harus dihindari sebagai area hitung jenis leukosit
maupun pengamatan morfologi, karena warna sel menjadi dua kali lipat
lebih pekat dibandingkan bagian ekor SADT •
Penyebaran sel leukosit dapat menjadi faktor inakurasi hitung jenis
leukosit
Sel neutrophil umumnya berada dibagian ekor SDAT, sedangkan sel
limfosit lebih banyak berada dibagian badan SADT
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
E. Keterampila n Petugas
Selain faktor mekanik, keterampilan petugas laboratorium dalam
mengenali jenis sel leukosit merupakan faktor penting pada hitung jenis
leukosit metode manual. Petugas laboratorium yang tidak professional
dan berpengalaman dapat salah dalam mengidentifikasi jenis sel
leukosit. Sebagai contoh, sel monosit dapat sulit dibedakan dari sel
limfosit besar
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
Thank you