Gowa Melawan Voc Komik Sejarah Kelas XI.5 Komik Sejarah Kelas XI.5
Nama anggota kelompok 1. Giga agna zeny selly 2. Heru dwi wijayanto 3. Indah dwi rahmatika 4. Indah wulan sari 5. Intan harina tanalisifa 6. Ismi amelia
Tokoh dalam cerita Sultan Hasanuddin Cornelis janszonn Karaeng pattingaloeg
Namaku Sultan Hasanudin aku lahir di MakassarTanggal Lahir 12 Januari 1631. Sejak lahir aku dikenal dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Namaku sendiri sultan hasanudin di berikan pada saat aku menduduki tahta kerajaan Gowa. Kelak, aku di dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur Karena kegigihan dan keberanianku dalam melawan Belanda.
Ayahku bernama Sultan Malik as-Said atau Malikulsaid (1639– 1653) dan ibuku bernama I Sabbe To’mo Lakuntu. Kakekku, Sultan Alauddin (1593–1639) adalah Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam.Jiwa kepemimpinanku sudah menonjol sejak kecil. Selain dikenal sebagai sosok yang cerdas, aku juga pandai berdagang. Inilah yang menyebabkannya memiliki jaringan dagang yang bagus hingga Makassar, bahkan dengan orang asing.
Waktu aku kecil sudah mendapatkan pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Aku sering diajak ayahku Sultan Malik as-said untuk menghadiri pertemuan penting dengan harapan bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Beberapa kali aku dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerajaan.
Ketika memasuki usia 21 tahun, Aku diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa. Ada dua versi sejarah yang menjelaskan pengangkatannya menjadi raja, yaitu saat aku berusia 24 tahun atau pada 1655 dan saat aku berusia 22 tahun atau pada 1653. Terlepas dari perbedaan tahun, Sultan Malikussaid telah berwasiat supaya kerajaannya diteruskan oleh aku sendiri Sultan Hasanudin.
Selain dari ayah, aku memperoleh bimbingan mengenai pemerintahan melalui Mangkubumi Kesultanan Gowa, Karaeng Pattingaloang. Aku Sultan Hasanudin merupakan guru dari Arung Palakka, salah satu Sultan Bone yang kelak akan berkongsi dengan Belanda untuk menjatuhkan Kesultanan Gowa.
Polemik Arung Palakka dalam Perang Makassar Sehubungan dengan semakin meningkatnya tekanan Kompeni Belanda, pada suatu malam, tepatnya pada Februari 1660, Aku sultan Hasanudin memanggil Tobala Arung Tanette, selaku pejabat yang dipercaya oleh Kesultanan Makassar untuk memimpin orang Bone. Aku meminta agar Tobala Arung Tanette bisa menggalang kekuatan orang Bone guna memperkuat pertahanan Makassar yang akan berhadapan dengan Kompeni Belanda.
Sebagai buktinya, Tobala segera memimpin 1000 orang Bugis Bone untuk pergi menjaga wilayah- wilayah yang berada di belakang wilayah Makassar dalam rangka bersiap siaga atas gerak gerik dari pasukan Kompeni Belanda. Selain itu, Tobala juga bertugas untuk melaporkan setiap usaha Kompeni Belanda yang ingin membujuk orang Bugis untuk bersatu melawan Makassar
Sementara itu, pihak Kompeni Belanda telah mendapatkan laporan dari seorang pemberontak dari Bugis Mandar di Manado bahwa beberapa bangsawan Makassar mengeluhkan akan sikap keras yang aku tunjukkan selaku pemimpin mereka. Laporan orang Bugis Mandar ini diperkuat lagi oleh laporan yang dibawa oleh utusan Kompeni Belanda yang datang ke istana Makassar. Utusan Kompeni Belanda ini bernama Willem Bastingh.
Laporan itu menambahkan bahwa pasukan bayaran Makassar dari Banda juga siap membantu Kompeni Belanda jika Kompeni Belanda ingin melakukan serangan ke Makassar. Dengan laporan ini, Kompeni Belanda merasa cukup lega karena jalan untuk menaklukkan Makassar sebagai bandar niaga maritim terbesar di Kepulauan Nusantara bagian timur, yang selama ini telah menjadi batu sandungan bagi Kompeni Belanda dalam upaya meraih posisi sebagai penguasa tunggal atas perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Nusantara akan segera terwujud.
Setelah mendapatkan informasi ini, pada pertengahan tahun 1660 itu juga, Kompeni Belanda mengirimkan sebuah tekspedisi untuk menguji kekuatan Makassar. Kompeni Belanda dalam ekspedisi itu berhasil merebut Pelabuhan Panakukang. Setelah berhasil merebut Pelabuhan Panakukang dari tangan Makassar, Kompeni Belanda menempatkan empat kapal perang dengan senjata lengkap dan dua sekoci untuk mengamankan Benteng Panakukang dari Penguasa Makassar. Atas dasar itu, aku mengganti Karaeng Sumanna dengan Karaeng Karunrung. Kebijakan ini aku ambil dengan harapan Kesultanan Makassar tidak dipermalukan lagi oleh Kompeni Belanda.
Dalam jalur perdagangan internasional, pelabuhan somba Opu memiliki posisi yang strategis. Pelabuhan tersebut berperan sebagai bandar perdagangan tempat persinggahan kapal-kapal dagang dari timur kebarat atau sebaliknya. Dengan posisi strategis, VOC berusaha untuk menguasai pelabuhan somba Opu dan menerapkan monopoli perdagangan. Pada tahun 1634 VOC melakukan blokade terhadap pelabuhan somba Opu, tetapi gagal. Hal tersebut karena perahu-perahu Makassar yang berukuran kecil lebih lincah dan mudah bergerak diantara pulau-pulau yang ada. Kemudian, kapal-kapal VOC merusak dan menangkap kapal-kapal pribumi maupun kapal asing yang lainnya.
Aku Hasanudin Ingin menghentikan VOC dan seluruh kekuatan dipersiapkan untuk menghadapi VOC yang ingin memaksakan monopoli perdagangan digowa. Demikian juga, sebaliknya VOC mempersiapkan untuk menundukkan Gowa. VOC mulai melancarkan politik Devide et Impera, misalnya dengan menjalin hubungan dengan seorang pangeran Bugis dari Bone yang bernama Aru palaka. Gubernur jenderal maetsuyker(pimpinan VOC) memutuskan untuk menyerang Gowa dan pada tanggal 7 Juli 1667 terjadilah perang Gowa.
pasukan VOC dipimpin oleh Cornelis janszoon spelman dan diperkuat oleh pengikut Aru palaka serta ditambah orang-orang Ambon yang dipimpin oleh jonker Van manipa. Benteng pertahanan yang ada di barombang dapat diduduki oleh pasukan Aru palaka dan hal itu menandai kemenangan pihak VOC atas kerajaan Gowa. Aku dipaksa untuk menandatangani perjanjian bongaya pada tanggal 18 November 1667.
PERJANJIAN BONGAYA YAITU SEBAGAI BERIKUT: 1.) Gowa harus mengakui hak monopoli VOC 2.) Semua orang barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Gowa 3.) Gowa harus membayar biaya perang
aku tidak mau melaksanakan isi perjanjian bongaya karena isi perjanjian tersebut bertentangan dengan hati nurani dan semboyan masyarakat Gowa atau Makassar. Aku hasanudin pada tahun 1668 mencoba melawan VOC, tetapi dapat dipadamkan oleh VOC. Akhirnya dengan sangat terpaksa aku melaksanakan perjanjian bongaya. Bahkan,benteng pertahanan rakyat Gowa diserahkan kepada VOC dan oleh spelman diberi nama benteng Rotterdam.
Akhir perlawanan pada awal 1668 aku membatalkan perjanjian Bongaya yang sangat merugikan Gowa-Tallo. Pada 1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu dengan kekuatan sekitar 7.000-8.000 pasukan. Arung Palaka dapat menaklukan benteng Somba Opu dan aku beserta pasukanku melarikan diri hingga meninggal pada tahun 1670.