The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

TUGAS PROYEK PRAKTIKUM FISIKA DASAR_KELOMPOK 10

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by mutiaraputri084, 2021-11-21 00:12:41

PRAKTIKUM FISIKA DASAR_KELOMPOK 10

TUGAS PROYEK PRAKTIKUM FISIKA DASAR_KELOMPOK 10

Percobaan 3
48

49

I. Judul : Momentum dan Tumbukan

II. Tujuan Percobaan :

1. Untuk mengetahui pengaruh massa dan kecepatan terhadap momentum

awal dan akhir tumbukan

2. Untuk mengetahui tumbukan lenting sempurna, lenting sebagian dan tidak

lenting sama sekali

III. Alat dan Bahan

Alat:

1. Laptop

2. Handphone

Bahan:

1. Website http://phet.colorado.edu/en/simulation/collision-lab

IV. Landasan Teori

A. Tumbukan

Tumbukan adalah peristiwa tabrakan antara dua benda akibat adanya gerakan.

biasanya dua benda yang bertumbukan bergerak mendekat satu dengan yang lain dan

setelah bertumbukan keduanya bergerak saling menjauhi. Ketika benda bergerak,

maka benda memiliki kecepatan. Karena benda tersebut mempunyai kecepatan dan

massa, maka benda pasti memiliki momentum (p = mv) dan juga Energi Kinetik (EK

= ½ mv2).

Peristiwa tumbukan antara dua buah benda dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis. Perbedaan tumbukan-tumbukan tersebut dapat diketahui berdasarkan nilai

koefisien elastisitas (koefisien restitusi) dari dua buah benda yang bertumbukan.

Koefisien restitusi dari dua benda yang bertumbukan sama dengan perbandingan

negatif antara beda kecepatan sesudah tumbukan dengan beda kecepatan sebelum

tumbukan. Dengan e adalah koefisien restitusi (Putranto, Singgih, dkk 2015).

Koefisien restitusi merupakan konstanta yang menyertai dua benda ketika

mengalami tumbukan. Koefisien restitusi dalam peristiwa tumbukan menunjukkan

jenis tumbukan dua benda. Tumbukan itu dapat berupa tumbukan lentingsempurna

dengan nilai koefisien restitusi sama dengan satu (e = 1), tumbukan lenting sebagian

dengan nilai koefisien restitusi lebih kecil dari satu dan lebih besar dari nol (0 <e <1),

dan tumbukan tidak lenting sama sekali dengan nilaikoefisien restitusi sama dengan

50

nol (e = 0). Besar nilai koefisien suatu benda sangat bergantung pada kecepatan dua
benda sebelum dan sesudah tumbukan.

1. Tumbukan lenting sempurna
Tumbukan lenting sempurna adalah interaksi antara dua partikel bermassa yang

memiliki energi kinetik total dan momentum total yang sama setelah dan sesudah
interaksi (tumbukan). Benda-benda yang mengalami tumbukan lenting sempurna
tidak menghasilkan bunyi, panas atau bentuk energi lain ketika terjadi tumbukan.
Ketika dua benda bertumbukan dan menghasilkan bunyi dan panas, maka ada energi
yang hilang selama proses tumbukan tersebut. Sebagian Energi Kinetik berubah
menjadi energi panas dan energi bunyi. Dengan kata lain, total energi kinetik sebelum
tumbukan tidak sama dengan total energi kinetik setelah tumbukan. Energi harus
dijaga konstan sehingga tumbukan lenting sempurna haruslah hening dan tidak ada
kontak fisik. Contoh tumbukan ini adalah interaksi antar partikel atom atau sub atom,
seperti tumbukan dua proton. Tumbukan partikel proton tidak menghasilkan suara
tumbukan atau panas akibat kontak fisik.

Koefisien restitusi memberikan perbandingan kecepatan sesuai yang pasti dimiliki
benda sebelum dan sesudah tumbukan. Perhitungan momentum harus kekal dan
energi kinetiknya harus kekal. Koefisien restitusi lenting sempurna memberikan
perbandingan rasio antara kecepatan benda sebelum dan sesudah tumbukan yang
sama besar sehingga saat dua bilangan dibagi akan bernilai satu. Nilai koefisien
restitusi lenting sempurna adalah satu (e=1). ini menunjukkan bahwa total kecepatan
benda setelah tumbukan sama dengan total kecepatan benda sebelum tumbukan.
Pada tumbukan lenting sempurna berlaku Hukum Kekekalan Momentum dan
Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada peristiwa tumbukan lenting
sempurna karena total massa dan kecepatan kedua benda sama, baik sebelum maupun
setelah tumbukan. Hukum Kekekalan Energi Kinetik berlaku pada Tumbukan lenting
sempurna karena selama tumbukan tidak ada energi yang hilang.

2. Tumbukan lenting sebagian
Tumbukan lenting sebagian adalah interaksi antara dua partikel yang sebagian

energinya hilang setelah terjadi peristiwa tumbukkan. Pada tumbukan jenis ini,

51

energi kinetik mengalami pengurangan atau penambahan. Pengurangan energi
kinetik terjadi ketika sebagian energi kinetik awal diubah menjadi energi lain, seperti
energi panas, energi bunyi dan energi potensial. Hal ini yang membuat total energi
kinetik akhir lebih kecil dari total energi kinetik awal. Oleh karena itu, hukum
kekekalan energi kenetik tidak berlaku. Sedangkan, hukum kekekalan momentum
tetap berlaku pada peristiwa tumbukan lenting sebagian, dengan anggapan bahwa
tidak ada gaya luar yang bekerja pada benda-benda yang bertumbukan.

Besarnya kecepatan relatif juga berkurang dengan suatu faktor tertentu yang
disebut koefisien restitusi (e). Nilai restitusi berkisar antara 0 sampai 1 (0 ≤ e ≤ 1).
Contoh dari tumbukkan lenting sebagian yang mengalami pengurangan energi
kinetik adalah tumbukan antara kelereng, tabrakan antara dua kendaraan, bola yang
dipantulkan ke lantai dan lenting ke udara, dll. Sebaliknya, energi kinetik akhir total
juga bisa bertambah setelah terjadi tumbukan. Hal ini terjadi ketika energi potensial
(misalnya energi kimia atau nuklir) dilepaskan. Contoh untuk kasus ini adalah
peristiwa ledakan.

3. Tumbukan tidak lenting sama sekali
Jika dua buah benda bertumbukan dan setelah bertumbukan kedua benda

tersebut menjadi satu lalu bergerak bersama maka jenis tumbukan ini disebut
tumbukan tidak lenting sama sekali. Salah satu contoh dari tumbukan tidak lenting
sama sekali adalah pendulum balistik. Pendulum balistik merupakan sebuah alat
yang sering digunakan untuk mengukur laju proyektil, seperti peluru. Pada jenis
tumbukan ini berlaku hukum kekekalan momentum.

B. Hukum Kekekalan Momentum
Momentum dari suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali massa benda dan
kecepatannya. Atau jika dirumuskan, P = mv. Dalam Fisika, konsep momentum
memiliki peranan penting, dimana ini bersifat kekal pada kondisi tertentu. Sebelum
era Newton, momentum telah diamati dan diketahui bahwa jumlah besaran-besaran
benda yang bertumbukan bernilai tetap. Hukum Kekekalan Momentum menjelaskan
bahwa jika dua buah benda bertumbukan, maka besar penurunan momentum pada
salah satu benda akan bernilai sama dengan besar peningkatan momentum pada

52

benda lainnya. Ini berarti, total momentum sistem benda sebelum tumbukan selalu
sama dengan total momentum sistem benda setelah tumbukan. Momentum
merupakan besaran vektor, selain mempunyai besaran nilai, momentum juga
mempunyai arah. Arah momentum sama dengan arah kecepatan. Dari persamaan di
atas, tampak bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan massa (m) dan
kecepatan (v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum
sebuah benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka momentum
benda tersebut juga bertambah besar. Momentum adalah hasil kali antara massa dan
kecepatan. Selain itu, ketika dua buah benda bertumbukan, berdasarkan hukum
ketiga newton maka kedua benda akan mengalami gaya yang besarnya sama tetapi
arahnya berlawanan. Hukum III Newton menyatakan bahwa jika benda pertama
mengerjakan gaya melakukanaksi pada benda kedua, maka timbul gaya reaksi dari
benda kedua terhadap benda pertama yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.
Secara matematis, hukum III newton dinyatakan sebagai berikut: Faksi = – Freaksi.
Tanda negative menunjukan bahwa kedua gaya berlawanan arah.

V. Langkah Percobaan
Bagian 1
Skenario 1

1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Buka link virtual lab berikut http://phet.colorado.edu/en/simulation/collision-lab
3. Masuk ke Collison Lab
4. Klik “More Data” untuk memperluas tabel data.
5. Masukan nilai massa yang sama pada percobaan
6. Masukkan nilai kecepatan (velocity)
7. Centang seluruh kotak untuk melihat seluruh nilai yang terjadi.
8. Klik slow untuk memudahkan pengamatan pergerakan bola
9. Catat nilai Massa, Kecepatan, dan Momentum sebelum terjadinya tumbukan
10. Mulai percobaan dengan klik play dan amati hasil percobaan yang terjadi
11. Catat nilai massa, kecepatan dan momentum setelah percobaan di tabel hasil

percobaan

53

Skenario 2
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Buka link virtual lab berikut http://phet.colorado.edu/en/simulation/collision-lab
3. Masuk ke Collison Lab
4. Klik “More Data” untuk memperluas tabel data
5. Pada percobaan kali ini masukkan nilai massa yang berbeda
6. Masukkan nilai Kecepatan (Velocity)
7. Centang seluruh kotak yang ada untuk melihat semua nilai yang terjadi
8. Klik slow untuk memudahkan pengamatan pergerakan bola
9. Catat nilai massa, kecepatan dan momentum sebelum percobaan
10. Mulai percobaan dengan klik play dan amati hasil percobaan yang terjadi
11. Catat nilai massa, kecepatan, dan momentum setelah percobaan di tabel hasil

percobaan

Bagian 2
Skenario 1
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Buka link virtual lab berikut http://phet.colorado.edu/en/simulation/collision-lab
3. Masuk ke Collison Lab
4. Klik “More Data” untuk memperluas tabel data
5. Masukan nilai massa yang sama
6. Masukkan nilai Kecepatan (Velocity)
7. Centang seluruh kotak yang ada untuk melihat semua nilai yang terjadi
8. Geser elastisitas menjadi 100%
9. Klik slow untuk memudahkan pengamatan pergerakan
10. Catat nilai massa, kecepatan dan momentum sebelum percobaan
11. Mulai percobaan dengan klik play dan amati hasil percobaan yang terjadi
12. Catat nilai massa, kecepatan dan momentum setelah percobaan di tabel hasil

percobaan
Skenario 2
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Buka link virtual lab berikut http://phet.colorado.edu/en/simulation/collision-lab
3. Masuk ke Collison Lab

54

4. Klik “More Data” untuk memperluas tabel data
5. Masukan nilai massa yang sama
6. Masukkan nilai Kecepatan (Velocity)
7. Centang seluruh kotak yang ada untuk melihat semua nilai yang terjadi
8. Geser elastisitas menjadi 50%
9. Klik slow untuk memudahkan pengamatan pergerakan
10. Catat nilai massa, kecepatan, dan momentum sebelum percobaan
11. Mulai percobaan dengan klik play dan amati hasil percobaan yang terjadi
12. Catat nilai massa, kecepatan dan momentum setelah percobaan di tabel hasil

percobaan
Skenario 3
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Buka link virtual lab berikut http://phet.colorado.edu/en/simulation/collision-lab
3. Masuk ke Collison Lab
4. Klik “More Data” untuk memperluas tabel data
5. Masukan nilai massa yang sama
6. Masukkan nilai Kecepatan (Velocity)
7. Centang seluruh kotak yang ada untuk melihat semua nilai yang terjadi
8. Geser elastisitas menjadi 0%
9. Klik slow untuk memudahkan pengamatan pergerakan
10. Catat nilai massa, kecepatan, dan momentum sebelum percobaan
11. Mulai percobaan dengan klik play dan amati hasil percobaan yang terjadi
12. Catat nilai massa, kecepatan dan momentum setelah percobaan di tabel hasil
percobaan

VI. Hasil Percobaan
BAGIAN 1 SKENARIO 1

Tabel 1. 1 Sebelum percobaan dengan 100% elastisitas dan massa yang sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 0.50 1.00 0.50

2 0.50 -0.50 -0.25

55

Total 0.25

Tabel 1.2 Sesudah percobaan dengan 100% elastisitas dan massa yang sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 0.50 - 0.50 - 0.25
2 0.50 1.00 0.50
0.25
Total

Tabel 1.3 Sebelum percobaan dengan 100% elastisitas dan massa yang sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.50 0.25 0,38

2 1.50 -0.50 -0.75

Total -0.37

Tabel 1.4 Sesudah percobaan dengan 100% elastisitas dan massa yang sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.50 -0.50 - 0.75

2 1.50 0.25 0,38

Total -0.37

BAGIAN 1 SKENARIO 2

Tabel 2.1 Sebelum percobaan dengan 100% elastisitas dan massa berbeda

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)
1 1.00 0.50 0.50
2 1.50 -1.00 -1.50
-1
Total

Tabel 2.2 Sesudah percobaan dengan 100% elastisitas dan massa berbeda

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.00 -1.30 -1.30

2 1.50 0.20 0.30

Total -1

56

Tabel 2.3 Sebelum percobaan dengan 100% elastisitas dan massa berbeda

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.50 0.50 0.75

2 1.25 -0.55 -0.69

Total 0.06

Tabel 2.4 Sesudah percobaan dengan 100% elastisitas dan massa berbeda

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.50 -0.45 -0.68

2 1.25 0.60 0.74

Total 0.06

BAGIAN 2 SKENARIO 1

Tabel 3.1 Sebelum percobaan dengan elastisitas 100% berat benda sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.00 1.00 1.00

2 1.00 -0.50 -0.50

Total 0.50

Tabel 3.2 Sesudah percobaan dengan elastisitas 100% berat benda sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.00 -0.50 -0.50

2 1.00 1.00 1.00

Total 0.50

BAGIAN 2 SKENARIO 2

Tabel 4.1 Sebelum percobaan dengan elastisitas 50% berat benda sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.00 1.00 1.00

2 1.00 -0.50 -0.50

Total 0.50

Tabel 4.2 Sesudah percobaan dengan elastisitas 50% berat benda sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)
1 1.00 -0.13 -0.13
2 1.00 0.63 0.63
0.50
Total

57

BAGIAN 2 SKENARIO 3

Tabel 5.1 Sebelum percobaan dengan elastisitas 0% berat benda sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.00 1.00 1.00

2 1.00 -0.50 -0.50

Total 0.50

Tabel 5.2 Sesudah percobaan dengan elastisitas 0% berat benda sama

Bola Massa (kg) Kecepatan (m/s) Momentum (kg m/s)

1 1.00 0.25 0.25

2 1.00 0.25 0.25

Total 0.50

VII. Analisis dan Pembahasan
Pada bagian 1 skenario 1 massa dua bola ditetapkan sama yaitu sebesar 0.50 kg

dengan kecepatan yang berbeda serta elastisitas 100%. Bola 1 kecepatannya 1 m/s
dan bola 2 (-0.50 m/s). Momentum sebelum percobaan pada bola 1 yaitu 0.50 kg m/s
dan pada bola 2 (-0.25 kg m/s). Hipotesis tentang momentum awal dan akhir sebelum
percobaan yang dilakukan dengan massa yang sama adalah semakin besar kecepatan
benda maka momentum semakin besar dan sebaliknya semakin kecil kecepatan maka
semakin kecil momentum. Jumlah momentum awal dan akhir akan berjumlah sama.
Percobaan dilakukan, sebelum kedua bola bertumbukan bola 1 dengan kecepatan
lebih besar bergerak lebih cepat daripada benda 2. Lalu, setelah bertumbukan bola 2
pergerakannya menjadi lebih cepat. Setelah itu, melihat data di tabel terjadi
perubahan kecepatan dan momentum. Setelah tumbukan bola 1 kecepatannya
menjadi (-0.50 m/s) dengan momentum (-0,25 kg m/s). Bola 2 kecepatannya menjadi
1.00 m/s dan momentum 0.50 kg m/s. Hal ini berarti hipotesis yang telah dibuat tepat
yaitu semakin besar kecepatan maka momentumnya akan lebih besar. Kecepatan
benda yang lebih besar akan menjadi lebih kecil setelah bertumbukan dan sebaliknya.
Dengan demikian, momentum sebanding dengan kecepatan bendanya. Arah
momentum sama dengan arah kecepatannya, serta semakin besar kecepatan suatu
benda akan semakin besar momentumnya. Selain itu, jumlah momentum sebelum
dan sesudah tumbukan adalah sama yaitu 0.25 kg m/s, hal ini berlaku hukum
kekekalan momentum. Hal ini berarti hipotesis terbukti benar.

58

Untuk lebih memastikan pengaruh kecepatan terhadap momentum, maka
dilakukan lagi percobaan dengan massa yang sama namun kecepatan. Massa dua bola
ditetapkan sama yaitu sebesar 1.50 kg dengan elastisitas 100%. Bola 1 kecepatannya
0.25 m/s dengan momentum sebesar 0.38 kg m/s. Bola 2 kecepatanya (-0.50 m/s)
dengan momentum (-0.75 kg m/s). Sebelum kedua benda bertumbukan bola 2 dengan
kecepatan lebih besar bergerak lebih cepat daripada benda 2. Setelah bertabrakan
bola 1 pergerakannya menjadi lebih cepat dengan kecepatan lebih besar. Lalu,
melihat data di tabel terjadi perubahan kecepatan dan momentum. Setelah tumbukan
bola 1 kecepatannya menjadi (-0.50 m/s) dengan momentum (-0.75 kg m/s). Bola 2
kecepatannya menjadi 0.25 m/s dan momentum 0.38 kg m/s. Percobaan ini kembali
membuktikan bahwa semakin besar kecepatan suatu benda akan semakin besar
momentumnya. Selain itu jumlah momentum sebelum dan sesudah tumbukan adalah
sama yaitu (-0.37 kg m/s). Dengan kata lain jumlah momentum bola ketika belum
terjadi tumbukan akan selalu sama dengan jumlah momentum bola setelah terjadi
tumbukan. Hal ini terbukti dengan hukum kekekalan momentum yaitu, jika
momentum dari suatu benda dipindahkan ke benda kedua, maka jumlah momentum
benda pertama tersebut akan sama dengan jumlah momentum benda ke dua (besaran
momentum adalah kekal). Syarat berlakunya hukum kekekalan momentum adalah
tidak ada gaya luar yang mempengaruhi sistem

Pada percobaan bagian 1 skenario 2 elastisitas ditetapkan 100% dan massa bola
yang berbeda yaitu bola 1 bermassa 1 kg dengan kecepatan 0.50 m/s dan momentum
sebesar 0.50 kg m/s. Bola 2 bermassa 1.50 kg dengan kecepatan (-1.00 m/s) dan
momentum sebesar (-1.50 kg m/s). Dengan jumlah momentum sebelum tumbukan
sebesar (-1 kg m/s). Hipotesis tentang momentum awal dan akhir sebelum percobaan
yang dilakukan dengan massa yang berbeda adalah momentum akan lebih besar
ketika kecepatan dan massa lebih besar. Dengan total momentum awal dan akhir akan
sama. Percobaan dilakukan, pergerakan bola 2 lebih cepat karena kecepatannya lebih
besar, namun setelah bola bertumbukan bola 2 pergerakannya lebih cepat dan
kecepatannya lebih besar.

Melihat data di tabel terjadi perubahan kecepatan dan momentum. Setelah
tumbukan bola 1 kecepatannya berubah yaitu sebesar (-1.30 m/s) dengan momentum
sebesar (-1.30 kg m/s). Bola 2 kecepatannya 0.20 m/s dengan momentum sebesar

59

0.30 kg m/s. Dengan jumlah momentum sama seperti sebelum terjadi tumbukan yaitu
sebesar (-1 kg m/s). Dalam fisika, momentum suatu benda didefinisikan sebagai hasil
kali massa benda dengan kecepatan gerak benda tersebut. Dari hal tersebut, dapat
diketahui bahwa momentum (p) berbanding lurus dengan massa (m) dan kecepatan
(v). Semakin besar kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum sebuah
benda. Demikian juga, semakin besar massa sebuah benda, maka momentum benda
tersebut juga bertambah besar. Selain itu juga jumlah momentum yang sama, berlaku
hukum kekekalan momentum. Syarat berlakunya hukum kekekalan momentum
adalah tidak ada gaya luar yang mempengaruhi sistem. Dengan demikian, hipotesis
yang telah dibuat dinyatakan benar.

Dilakukan kembali percobaan dengan massa yang berbeda dengan elastisitas
100%, bola 1 bermassa 1.50 kg dengan kecepatan 0.50 m/s serta momentum sebesar
0.75 kg m/s. Bola 2 bermassa 1.25 kg dengan kecepatan (-0.55 m/s) serta momentum
sebesar (-0.69 kg m/s). Jumlah momentum sebelum tumbukan 0.06 kg m/s. Setelah
dilakukan percobaan dan terjadi tumbukan terjadi perubahan kecepatan dan
momentum. Momentum akan bernilai lebih besar dari hasil kali kecepatan dan massa.
Bola 1 momentumnya sebesar (-0,68 kg m/s) yang merupakan hasil kali massa yaitu
1.50 kg dengan kecepatan yaitu (-0,45 m/s). Bola kedua momentum sebesar 0.74 kg
m/s yang merupakan hasil kali massa yaitu sebesar 1.25 kg dengan kecepatan sebesar
0.60 m/s. Dengan demikian persamaan p=mv benar. Semakin besar kecepatan dan
massa, maka momentum akan semakin Besar. Selain itu jumlah momentum sesudah
percobaan sama dengan sebelum percobaan yaitu 0.06 kg m/s. Hal ini membuktikan
hukum kekekalan energi dengan syarat tidak ada gaya luar yang mempengaruhi
sistem.

Hubungan antara momentum total awal dan akhir. Bagian 1 pada skenario 1,
nilai elastisitas yang digunakan adalah 100% dengan menggunakan massa yang sama
setiap bola sedangkan kecepatannya berbeda. Maka hasil momentum total sebelum
dan sesudah ternyata sama, Hal ini menunjukkan adanya hukum kekekalan
momentum. Sedangkan pada skenario ke 2, massa yang digunakan pada bola berbeda,
kecepatan juga berbeda. Dengan hasil jumlah momentum sebelum dan sesudah
ternyata sama. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hukum kekekalan momentum.
Hukum kekekalan momentum itu sendiri berarti yaitu apabila gaya eksternal yang

60

bekerja pada suatu sistem adalah sama dengan nol, maka jumlah semua vektor
momentum benda akan tetap konstan.

Gerakan bola sebelum dan sesudah tumbukan bagian 1 skenario 1 gerakan
sebelum tumbukan bergerak lurus dengan arah berlawanan, kemudian gerakan bola
setelah tumbukan benda tersebut bergerak menjauh dari satu sama lain setelah
tabrakan terjadi. Dengan bola yang bermassa sama membuat bola mengalami
tumbukan lenting sempurna dimana tumbukan itu tidak terjadi dengan kehilangan
energi kinetik. Jadi, energi kinetik total kedua benda sebelum dan sesudah tumbukan
adalah tetap. Pada skenario 2, gerakan sebelum tumbukan bergerak lurus dengan arah
yang berlawanan, kemudian setelah tumbukan terjadi arah bola bergerak saling
menjauhi satu sama lain karena tabrakan yang terjadi. Pada skenario 2, ukuran massa
bola yang berbeda membuat gerakan bola yang bergerak bisa lebih cepat atau pun
lebih lambat.

Bagian 2, Pada skenario pertama, dilakukan praktikum untuk mengetahui jenis
tumbukan yang terjadi antara dua benda. Pada percobaa kali ini, digunakan dua benda
dengan massa yang sama yaitu 1 kg sedangkan kecepatan benda pertama (v1) dan
kecepatan benda kedua (v2) sebelum terjadinya tumbukan adalah 1 m/s dan -0,50 m/s.
Momentum benda pertama (p1) dan momentum benda kedua (p2) sebelum terjadinya
tumbukan adalah 1 kg m/s dan -0,50 kg m/s. Berdasarkan hasil hipotesis pada
skenario pertama apabila kedua benda memiliki massa yang sama dan eletisitas
sebesar 100% maka, tumbukan yang terjadi termasuk jenis tumbukan lenting
sempurna dan berlaku juga hukum kekelan momentum. Pada tumbukan lenting
sempurna total kecepatan benda setelah tumbukan sama dengan total kecepatan
benda sebelum tumbukan. Begitupun dengan massa kedua benda ketika bertumbukan
sama, maka akan terjadi pertukaran besar dan arah setelah tumbukan. Setelah
dilakukan percobaan, didapatkanlah hasil seperti pada tabel diatas dimana terjadi
pertukaran besar dan arah kecepatan. Kecepatan benda pertama (v1) dan kecepatan
benda kedua (v2) setelah terjadinya tumbukan adalah -0,50 m/s dan 1 m/s sedangkan
momentum benda pertama (p1) dan momentum benda kedua (p2) setelah terjadinya
tumbukan adalah -0,50 kg m/s dan 1 kg m/s dengan jumlah total momentum sebelum
sama dengan sesudah tumbukan. Energi kinetik yang bekerja pada benda juga tidak
ada yang hilang atau berubah bentuk menjadi energi lain. Berdasarkan hasil

61

percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis diterima. Hal ini
dikarenakan jumlah total momentum dan energi kinetik sebelum tumbukan sama
dengan setelah tumbukan. Maka, berlaku hukum kekekalan momentum dan hukum
kekekalan energi. Tidak hanya itu terjadi juga pertukaran besar dan arah kecepatan
sebelum dan sesudah tumbukan. Sedangkan nilai koefisien restitusi lenting sempurna
adalah satu (e=1) yang artinya, total kecepatan benda setelah tumbukan sama dengan
total kecepatan benda sebelum tumbukan. Hal ini yang membuktikan bahwa
percobaan pertama dengan nilai elastisitas sebesar 100% termasuk jenis tumbukan
lenting sempurna.

Selanjutnya pada skenario kedua dilakukan praktikum untuk mengetahui jenis
tumbukan yang terjadi antara dua benda. Pada percobaa kali ini, digunakan dua benda
dengan massa yang sama yaitu 1 kg sedangkan kecepatan benda pertama (v1) dan
kecepatan benda kedua (v2) sebelum terjadinya tumbukan adalah 1 m/s dan -0,50 m/s.
Momentum benda pertama (p1) dan momentum benda kedua (p2) sebelum terjadinya
tumbukan adalah 1 kg m/s dan -0,50 kg m/s. Berdasarkan hasil hipotesis pada
skenario kedua apabila kedua benda memiliki massa yang sama dan elastisitas 50%
maka, tumbukan yang terjadi termasuk jenis tumbukan lenting sebagian serta berlaku
juga hukum kekekalan momentum. Pada tumbukan lenting sebagian terjadi
pengurangan energi kinetik karena sebagian energi kinetik telah berubah menjadi
energi lain seperti energi bunyi, energi panas, dan energi potensial. Nilai elastisitas
benda sangat mempengaruhi energi yang hilang setelah tumbukan. Artinya, semakin
kecil nilai elastisitas maka semakin besar pula energi kinetik yang hilang setelah
tumbukan. Tumbukan lenting sebagian juga mengalami pertukaran besar dan arah
setelah tumbukan dikarenakan nilai massa benda sama. Setelah dilakukan percobaan,
dan mendapatkan hasil seperti pada tabel diatas dimana kecepatan benda pertama (v1)
dan kecepatan benda kedua (v2) setelah terjadinya tumbukan adalah -0,13 m/s dan
0,63 m/s sedangkan momentum benda pertama (p1) dan momentum benda kedua (p2)
setelah terjadinya tumbukan adalah -0,13 kg m/s dan 0,63 kg m/s. Tidak hanya itu,
energi kinetik juga berkurang dari 0,63 J menjadi 0,20 J. Dengan demikian, hukum
kekekalan energi tidak berlaku tetapi hukum kekekalan momentum berlaku karena
jumlah total momentum awal dan akhir sama. Maka, dapat disimpulkan bahwa hasil
hipotesis diterima.

62

Sama halnya dengan skenario pertama dan kedua, pada skenario ketiga
dilakukan praktikum untuk mengetahui jenis tumbukan yang terjadi antara dua benda.
Pada percobaan ketiga digunakan dua benda dengan massa yang sama yaitu 1 kg
sedangkan kecepatan benda pertama (v1) dan kecepatan benda kedua (v2) sebelum
terjadinya tumbukan adalah 1 m/s dan -0,50 m/s. Momentum benda pertama (p1) dan
momentum benda kedua (p2) sebelum terjadinya tumbukan adalah 1 kg m/s dan -0,50
kg m/s. Berdasarkan hasil hipotesis pada skenario ketiga apabila kedua benda
bertumbukan dengan nilai elastisitas 0% maka tumbukan yang terjadi termasuk
tumbukan tidak lenting sama sekali, selain itu berlaku hukum kekekalan momentum.
Pada tumbukan tidak lenting sama sekali terjadi ketika dua benda saling bertumbukan
dan setelah bertumbukan kedua benda tersebut menjadi satu lalu bergerak bersama
pada kecepatan yang sama pula dan arah gerak benda berbanding lurus mengikuti
benda yang memiliki kecepatan dan massa yang lebih besar. Setelah percobaan,
didapatkan hasil seperti tabel diatas dimana ketika kedua benda setelah bertumbukan,
benda tersebut menjadi satu dengan kecepatan yang sama yaitu 0,25 m/s lalu,
bergerak ke arah kanan. Karena massa diantara kedua benda sama dan kecepatan
benda pertama lebih besar maka benda bergerak ke kanan yaitu berbanding lurus
dengan arah gerak benda pertama. Setelah terjadi tumbukan momentum benda
pertama dan kedua berubah menjadi 0,25 kg m/s. Maka, berlaku Hukum kekekalan
energi karena jumlah total momentum sebelum tumbukan sama dengan setelah
tumbukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, gagasan utama mengenai momentum
total awal dan akhir pada tumbukan dapat simpulkan bahwa ketika dua benda
mengalami tumbukan dimana jumlah total momentum sebelum dan setelah
tumbukan sama maka, berlaku hukum kekekalan momentum. Hukum kekekalam
momentum yaitu, jika momentum dari suatu benda dipindahkan ke benda kedua,
maka jumlah momentum benda pertama tersebut akan sama dengan jumlah
momentum benda ke dua (besaran momentum adalah kekal). Dengan ketentuan
adalah tidak ada gaya luar yang mempengaruhi sistem. Hal ini berlaku pada setiap
jenis tumbukan yaitu tumbukan lenting sempurna, tumbukan lenting sebagian, dan
tumbukan tidak lenting sama sekali. Sedangkan, ketika dua benda saling
bertumbukan dimana besar nilai energi kinetik sebelum dan setelah tumbukan sama

63

maka, berlaku hukum kekekalan energi. Hal ini hanya berlaku pada tumbukan lenting
sempurna karena pada tumbukan lenting sebagian dan tumbukan tidak lenting sama
sekali terjadi pengurangan enrgi kinetik. Energi kinetik yang berkurang akan berubah
bentuk menjadi energi lain seperti energi bunyi, energi panas, dan energi potensial.
Nilai elastisitas benda sangat mempengaruhi energi yang hilang setelah tumbukan.
Artinya, semakin kecil nilai elastisitas maka semakin besar pula energi kinetik yang
hilang setelah tumbukan.

VIII. Kesimpulan
1. Pengaruh massa dan kecepatan terhadap momentum adalah semakin besar

kecepatan benda, maka semakin besar juga momentum sebuah benda. Demikian
juga, semakin besar massa sebuah benda, maka momentum benda tersebut juga
bertambah besar. Ketika jumlah momentum awal dan akhir sama, berlaku hukum
kekekalan momentum. Dengan syarat tidak ada gaya luar yang mempengaruhi
sistem.
2. Tumbukan lenting sempurna terjadi ketika dua benda yang memiliki energi
kinetik total dan momentum total yang sama setelah dan sesudah tumbukan.
Tumbukan lenting sebagian terjadi ketika dua benda yang sebagian energinya
hilang dan berubah menjadi energi yang lain setelah terjadi peristiwa tumbukan.
Sedangkan tumbukan tidak lenting sama sekali terjadi jika dua buah benda
bertumbukan dan setelah bertumbukan kedua benda tersebut menjadi satu lalu
bergerak bersama.

64

IX. Daftar Pustaka
Anonim.Tanpa Tahun. MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN.
http://bp3ipjakarta.ac.id/attachments/article/603/fisika%20bab%204.PDF.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2021 pukul 12:30 WIB
Anonim.2021.Penerapan Hukum Kekekalan Momentum dalam Kehidupan Sehari-hari
https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/penerapan-hukum-kekekalan-
momentum-dalam-kehidupan-sehari-hari-11372/. Diakses pada tanggal 23
Oktober 2021 pukul 20:32 WIB
Astawan.2016.HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM.
https://ilmuhitung.com/hukum-kekekalan-momentum/. Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2021 pukul 18:44 WIB
Effendi.Tanpa Tahun.BAB 9 TUMBUKAN.
https://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Asnal/Fisika/BAB%209%20Tum
bukan.pdf. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2021 pukul 20:15 WIB
Effendi.Tanpa Tahun.Momentum Linear.
https://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Asnal/Fisika/BAB%208%20Mo
mentum%20Linier.pdf. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2021 pukul 20:32
WIB
Nestria.2020. Tumbukan Lenting Sempurna Lengkap ǀ Pengertian, Penurunan
Persamaan Koefisien Restitusi, & Syarat Berlaku pada Lenting Sempurna.
https://www.aisyahnestria.com/2020/04/tumbukan-lenting-sempurna-
lengkap.html. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2021 pukul 20:15 WIB
Putranto, A., Singgih M., dkk.2015. Tumbukan. SMA Negeri 1 Ketapang.
Ketapang.
Zalista.2019.TUMBUKAN.https://www.academia.edu/40784489/TUMBUKAN.
Diakses pada tanggal 22 Oktober 2021 pukul 21:01 WIB

65

X. Lampiran
BAGIAN 1 SKENARIO 1

66

BAGIAN 1 SKENARIO 2
67

BAGIAN 2 SKENARIO 1
BAGIAN 2 SKEARIO 2
68

BAGIAN 2 SKENARIO 3
69

70

I. Judul : Hukum Hooke

II. Tujuan Percobaan :

1. Untuk menentukan hubungan antara gaya dan regangan pegas

III. Alat dan Bahan

Alat:

1. Laptop

2. Handphone

Bahan:

1. Website https://phet.colorado.edu/in/simulation/masses-and-springs

IV. Landasan Teori

A. Hukum Hooke

Hukum Hooke merupakan gagasan yang diperkenalkan oleh Robert Hooke yang

menyelidiki hubungan antar gaya yang bekerja pada sebuah pegas/benda elastis lainnya

agar benda tersebut bisa kembali ke bentuk semula atau tidak melampaui batas

elastisitasnya. Hukum Hooke mengkaji jumlah gaya maksimum yang dapat diberikan

pada sebuah benda yang sifatnya elastis agar tidak melwati batas elastisnya dan

menghilangkan sifat elastis benda tersebut.
Bunyi Hukum Hooke ialah “Jika gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas

tidak melampaui batas elastis bahan maka pertambahan panjang pegas berbanding
lurus/sebanding dengan gaya tariknya”.

Jika gaya yang diberikan melampaui batas elastisitas, maka benda tidak dapat

kembali ke bentuk semula dan apabila gaya yang diberikan jumlahnya terus bertambah

maka benda dapat rusak. Dengan kata lain, hukum Hooke hanya berlaku hingga batas

elastisitas. Dari gagasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep hukum Hooke ini

menjelaskan mengenai hubungan antara gaya yang diberikan pada sebuah pegas

ditinjau dari pertambahan panjang yang dialami oleh pegas tersebut. Besarnya

perbandingan antara gaya dengan pertambahan panjang pegas adalah konstan.

Fenomena ini dapat lebih mudah dipahami dengan memperhatikan gambar grafik

berikut ini.

71

Gambar 1, menjelaskan bahwasannya jika pegas ditarik ke kanan maka pegas
akan meregang dan bertambah panjang. Jika gaya Tarik yang diberikan pada pegas
tidak terlalu besar, maka pertambahan panjang pegas sebanding dengan besarnya gaya
Tarik. Dengan kata lain, semakin besar gaya Tarik, semakin besar pertambahan panjang
pegas. Gambar 2, digambarkan bahwa kemiringan grafik sama besar yang
menunjukkan perbandingan besar gaya tarik terhadap pertambahan panjang pegas
bernilai konstan. Hal ini menggambarkan sifat kekakuan dari sebuah pegas yang
dikenal sebagai ketetapan pegas.
Secara matematis hukum Hooke dapat dituliskan sebagai berikut:

F = -k.Δx
Keterangan: F = Gaya luar yang diberikan (N)

k = Konstanta pegas (N/m)
Δx = Pertambahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)

B. Hubungan Gaya dan Regangan Pegas
Regangan merupakan perbandingan antara pertambahan panjang kawat dalam x

meter dengan panjang awal kawat dalam x meter. Regangan dapat terjadi dikarenakan
gaya yang diberikan pada benda ataupun kawat tersebut dihilangkan, sehingga kawat
kembali ke bentuk awal. Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka pegas
akan bertambah panjang dan regangan pegas akan bertambah besar. Nilai regangan
pegas akan sebanding dengan gaya yang diberikan dan berbanding terbalik dengan
panjang mula-mula pegas. Jika nilai regangan besar, artinya benda itu mudah
bertambah panjangnya, misalkan karet memiliki nilai regangan lebih besar dari pada
pegas pada mobil, karena karet ketika diberi gaya kecil saja akan mengalami
pertambahan panjang yang besar. Hal tersebut dapat menyatakan bahwa regangan tidak
bersatuan, karena regangan merupakan perbandingan antara dua besaran pokok yang
sama, strain merupakan ukuran pertambahan panjang benda ketika diberi gaya

72

C. Konstanta Pegas

Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam ilmu fisika yang
terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Ukuran elastisitas sebuah pegas
berbeda-beda sesuai dengan ukuran kekuatan pegas tersebut. Ukuran kekuatan sebuah
pegas disebut modulus elastis yang dikenal sebagai konstanta pegas (k). Konstanta
pegas merupakan karakteristik dari suatu pegas. Besarnya konstanta pegas dipengaruhi
oleh besarnya gaya pemulih. Dan gaya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
faktor dari besarnya jarak simpangan yang diberikan pada pegas dan oleh faktor tetapan
pegas itu sendiri. Faktor nilai tetapan pegas itu juga mempengaruhi periode yang
dialami oleh pegas tersebut sehingga juga dapat mempengaruhi frekuensi dari pegas
tersebut. Untuk menentukan nilai dari tetapan pegas tersebut dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu cara statis dan cara dinamis. Cara statis merupakan cara yang digunakan
untuk menetukan nilai konstanta pegas dengan menghitung pertambahan panjang pegas
ketika diberi beban (W). Dengan cara statis maka akan dapat dilihat pengaruh
pertambahan massa terhadap perubahan panjang pegas. Sedangkan cara dinamis adalah
cara yang digunakan apabila pegas yang diberi beban tadi dihilangkan bebannya maka
pegas akan mengalami getaran dengan periode tertentu. Dengan cara ini dapat dilihat
hubungan massa terhadap periode getaran suatu pegas karena elastisitas pegas
ditentukan oleh besarnya konstanta pegas maka penulis mengambil judul penentuan
konstanta pegas secara statis dan dinamis.

D. Periode dan Frekuensi Pada Pegas
Periode merupakan waktu yang diperlukan suatu benda untuk melakukan satu
getaran/putaran penuh. Frekuensi adalah jumlah getaran yang dilakukan benda dalam
satuan waktu (sekon).
Ketika sebuah pegas yang tergantung diberi massa dan ditarik kemudian

73

dilepaskan. Sistem pegas tersebut akan melakukan gerak harmonik naik – turun dengan
lintasan P – Q – R. Titik P merupakan titik setimbang. Satu getaran pada pegas adalah
gerakan dari posisi paling pendek, posisi terpanjang hingga memendek kembali.
Lintasan pegas untuk satu getaran menjadi R – Q – P – R. Gerakan yang dilakukan
pegas akan menghasilkan waktu dan banyak getaran.

Pada pegas sederhana, nilai periode dan frekuensi dipengaruhi oleh dua faktor.
Kedua faktor tersebut adalah konstanta pegas dan massa yang terdapat dalam sistem.
Semakin berat massa yang tergantung maka akan membuat nilai periode (T) semakin besar,
sebaliknya nilai frekuensi akan semakin kecil. Sedangkan semakin besar nilai konstanta
pegas (k) akan membuat nilai periode (T) semakin kecil dan nilai frekuensi (f) semakin
besar. Nilai periode dan frekuensi pegas juga dapat dinyatakan melalui hubungan besar
konstanta pegas dan massa benda yang menggantung pada pegas. Periode dan Frekuensi
pada pegas dapat dinyatakan dalam rumus berikut:

V. Langkah Percobaan
 Konstanta Pegas Skala Paling Kecil

1. Buka link virtual lab berikut
https://phet.colorado.edu/in/simulation/masses-and-springs

2. Buka lab dengan mengklik bagian play dan pilih menu intro
3. Setelah tampilan lab terlihat nyalakan “natural leght” dan “equilibrium position”
74

4. Atur “spring constant” pada bagian paling kecil dengan menggeser kotak berwarna
biru kekiri

5. Mulai percobaan dengan menggunakan massa yang paling kecil ke yang paling
besar

6. Klik tombol merah pada samping kiri atas pegas untuk menghentikan pergerakan
pegas

7. Ukur panjang regangan pegas menggunakan mistar yang telah disediakan pada
bagian kanan virtual lab

8. Ukur mulai dari bagian “natural leght” sampai “equilibrium position”
9. Catat hasil percobaan

 Konstanta Pegas Skala Pertengahan
1. Buka link virtual lab berikut

https://phet.colorado.edu/in/simulation/masses-and-springs

2. Buka lab dengan mengklik bagian play dan pilih menu intro
3. Setelah tampilan lab terlihat nyalakan “natural leght” dan “equilibrium position”
4. Atur “spring constant” pada bagian pertengahan dengan menggeser kotak berwarna

biru kekiri atau kekanan
5. Mulai percobaan dengan menggunakan massa yang paling kecil ke yang paling

besar
6. Klik tombol merah pada samping kiri atas pegas untuk menghentikan pergerakan

pegas
7. Ukur panjang regangan pegas menggunakan mistar yang telah disediakan pada

bagian kanan virtual lab
8. Ukur mulai dari bagian “natural leght” sampai “equilibrium position”
9. Catat hasil percobaan

 Konstanta Pegas Skala Paling Besar
1. Buka link virtual lab berikut

https://phet.colorado.edu/in/simulation/masses-and-springs

2. Buka lab dengan mengklik bagian play dan pilih menu intro
3. Setelah tampilan lab terlihat nyalakan “natural leght” dan “equilibrium position”
4. Atur “spring constant” pada bagian paling besar dengan menggeser kotak berwarna

biru kekanan
75

5. Mulai percobaan dengan menggunakan massa yang paling kecil ke yang paling
besar

6. Klik tombol merah pada samping kiri atas pegas untuk menghentikan pergerakan
pegas

7. Ukur panjang regangan pegas menggunakan mistar yang telah disediakan pada
bagian kanan virtual lab

8. Ukur mulai dari bagian “natural leght” sampai “equilibrium position”
9. Catat hasil percobaan

Prosedur mencari massa benda yang belum diketahui

 Konstanta Pegas Skala Paling Kecil
1. Buka link virtual lab berikut

https://phet.colorado.edu/in/simulation/masses-and-springs

2. Buka lab dengan mengklik bagian play dan pilih menu intro
3. Setelah tampilan lab terlihat nyalakan “natural leght” dan “equilibrium position”
4. Atur “spring constant” pada bagian paling kecil dengan menggeser kotak berwarna

biru kekiri
5. Mulai percobaan dengan menggunakan massa yang berwarna (pink, biru, orange)
6. Klik tombol merah pada samping kiri atas pegas untuk menghentikan pergerakan

pegas
7. Ukur panjang regangan pegas menggunakan mistar yang telah disediakan pada

bagian kanan virtual lab
8. Ukur mulai dari bagian “natural leght” sampai “equilibrium position”
9. Sekarang kita akan mencari massa yang belum diketahui. Setelah kita mengetahui

nilai konstanta pegas (setidaknya sebuah rata – rata) kita dapat menggunakannya
untuk mengetahui massanya. Dengan menggunakan turunan hukum hooke, yaitu :

=
Lalu, kita menggunakan rumus berat dari gaya, dan kita dapatkan :

=
=


=

76

10. Jadi, untuk mengetahui massa maka mengalikan konstanta pegas yang sudah
ditemukan di atas dengan perpindahan, lalu membaginya dengan gravitasi.

11. Catat hasil percobaan

 Konstanta Pegas Skala Pertengahan
1. Buka link virtual lab berikut

https://phet.colorado.edu/in/simulation/masses-and-springs

2. Buka lab dengan mengklik bagian play dan pilih menu intro
3. Setelah tampilan lab terlihat nyalakan “natural leght” dan “equilibrium position”
4. Atur “spring constant” pada bagian sedang dengan menggeser kotak berwarna biru

kekiri atau kekanan
5. Mulai percobaan dengan menggunakan massa yang berwarna (pink, biru, orange)
6. Klik tombol merah pada samping kiri atas pegas untuk menghentikan pergerakan

pegas
7. Ukur panjang regangan pegas menggunakan mistar yang telah disediakan pada

bagian kanan virtual lab
8. Ukur mulai dari bagian “natural leght” sampai “equilibrium position”
9. Sekarang kita akan mencari massa yang belum diketahui. Setelah kita mengetahui

nilai konstanta pegas (setidaknya sebuah rata – rata) kita dapat menggunakannya
untuk mengetahui massanya. Dengan menggunakan turunan hukum hooke, yaitu :

=
Lalu, kita menggunakan rumus berat dari gaya, dan kita dapatkan :

=
=


=
Jadi, untuk mengetahui massa maka mengalikan konstanta pegas yang sudah
ditemukan di atas dengan perpindahan, lalu membaginya dengan gravitasi.

10. Catat hasil percobaan

 Konstanta Pegas Skala Besar
1. Buka link virtual lab berikut

https://phet.colorado.edu/in/simulation/masses-and-springs
77

2. Buka lab dengan mengklik bagian play dan pilih menu intro
3. Setelah tampilan lab terlihat nyalakan “natural leght” dan “equilibrium position”
4. Atur “spring constant” pada bagian paling besar dengan menggeser kotak berwarna

biru kekanan
5. Mulai percobaan dengan menggunakan massa yang berwarna (pink, biru, orange)
6. Klik tombol merah pada samping kiri atas pegas untuk menghentikan pergerakan

pegas
7. Ukur panjang regangan pegas menggunakan mistar yang telah disediakan pada

bagian kanan virtual lab
8. Ukur mulai dari bagian “natural leght” sampai “equilibrium position”
9. Sekarang kita akan mencari massa yang belum diketahui. Setelah kita mengetahui

nilai konstanta pegas (setidaknya sebuah rata – rata) kita dapat menggunakannya
untuk mengetahui massanya. Dengan menggunakan turunan hukum hooke, yaitu :

=
Lalu, kita menggunakan rumus berat dari gaya, dan kita dapatkan :

=
=


=
Jadi, untuk mengetahui massa maka mengalikan konstanta pegas yang sudah
ditemukan di atas dengan perpindahan, lalu membaginya dengan gravitasi.

10. Catat hasil percobaan

VI. Hasil Percobaan
Tabel 1. Data hasil percobaan konstanta pegas skala paling kecil

Massa Gravitasi Berat/Gaya Perpindahan Konstanta pegas

0,05 kg 10 m/s 2 0,5 N 0,16 m 3,125 N/m

0,1 kg 10 m/s2 1N 0,32 m 3,125 N/m

0,25 kg 10 m/s2 2,5 N 0,81 m 3,08 N/m

Rata-rata 3,11 N/m

78

Tabel 2. Data hasil percobaan konstanta pegas skala pertengahan
Massa Gravitasi Berat/Gaya Perpindahan Konstanta pegas

0,05 kg 10 m/s 2 0,5 N 0,07 m 7,14 N/m
0,1 kg 10 m/s 2 1N 0,14 m 7,14 N/m
0,25 kg 10 m/s 2 2,5 N 0,35 m 7,14 N/m
Rata-rata 7,14 N/m

Tabel 3. Data hasil percobaan konstanta pegas skala besar

Massa Gravitasi Berat/gaya Perpindahan Konstanta pegas

0,05 kg 10 m/s 2 0,5 N 0,04 m 12,5 N/m

0,1 kg 10 m/s 2 1N 0,08 m 12,5 N/m

0,25 kg 10 m/s 2 2,5 N 0,2 m 12,5 N/m

Rata-rata 12,5 N/m

 Mencari massa benda yang belum diketahui

Tabel 4. Mencari massa benda misterius (konstanta pegas skala paling kecil)

Warna Konstanta Perpindahan Berat/gaya Gravitasi Massa
benda pegas 0,07 kg
Pink 3,11 N/m 0,24 m 0,7 N 10 m/s 2

Biru 3,11 N/m 0,49 m 1.5 N 10 m/s 2 0,15 kg

Orange 3,11 N/m 0,65 m 2N 10 m/s 2 0,2 kg

79

Tabel 5. Mencari massa benda misterius (konstanta pegas skala pertengahan)

Warna Konstanta Perpindahan Berat/gaya Gravitasi Massa
benda pegas

Pink 7,14 N/m 0,1 m 0,7 N 10 m/s 2 0,07 kg
Biru 7,14 N/m 0,21 m 1.5 N 10 m/s 2 0,15 kg

Orange 7,14 N/m 0,28 m 2N 10 m/s 2 0,2 kg

Tabel 6. Mencari massa benda misterius (konstanta pegas skala paling besar)

Warna Konstanta Perpindahan Berat/gaya Gravitasi Massa
benda pegas

Pink 12,5 N/m 0,06 m 0,7 N 10 m/s 2 0,07 kg

Biru 12,5 N/m 0,12 m 1.5 N 10 m/s 2 0,15 kg

Orange 12,5 N/m 0,16 m 2N 10 m/s 2 0,2 kg

VII. Analisis Data

1. Ketidakpastian Hasil Pengukuran Pada Pengukuran Berulang

Nilai rata – rata

x = 1 + 2 + 3


3.125 + 3.125 + 3.08
x= 3

x = 3,11 N/m

 Konstanta Pegas Skala Kecil

No K (N/m) ( / )

1 3.125 9.765

2 3.125 9.765

3 3.08 9.4864
∑ = 9.33 ∑ 2 = 29.0164

1

1 . ∑ 2 − (∆ )2 2
∆ = 3 [ − 1 ]

80

1
1 3.29.064 − (9.33)2 2
= 3[ ]
3−1

1

1 3. 29.0164 − 87.0489 2
= 3[ 2 ]

1

1 0.0003 2
= 3[ 2 ]

1
= 3 √0.00015
= 0.0040 ⁄
= ( ± ∆ )

= (3.11 ± 0.0040) ⁄

 Konstanta Pegas Skala Pertengahan

No K (N/m) ( / )

1 7.14 50.9796

2 7.14 50.9796

3 7.14 50.9796
∑ 1 = 21.42 ∑ 2 = 152.9388

Nilai rata – rata

x = 1 + 2 + 3


7.14 + 7.14 + 7.14
x= 3

x = 7.14 N/m

2 − 1)2 1

∆ = 1 . ∑ (∑ 2
3 [ 1
]

1
1 152.938 − (21.42)2 2
∆ = 3 [ ]
3−1

1

1 3.152.938 − 458.8164 2
∆ = 3 [ 2 ]

81

1

102
∆ = 3 [ 2 ]

1
∆ = 3 √0
∆ = 0 /

= ( ± ∆ )
= (7.14 ± 0) /

 Konstanta Pegas Skala Besar

No K (N/m) ( / )
156.25
1 12.5 156.25
156.25
2 12.5
∑ 2 = 468.75
3 12.5

∑ 1 = 37.5

Nilai rata – rata

x = 1 + 2 + 3


12.5 + 12.5 + 12.5
x= 3

x = 12.5 N/m

2 − 1)2 1

∆ = 1 . ∑ (∑ 2
3 [ 1
]

1
1 3.468.75 − (37.5)2 2
∆ = 3 [ ]
3−1

1

1 3.468.75 − 1406.25 2
∆ = 3 [ 2 ]

1

1 1406.25 − 1406.25 2
∆ = 3 [ 2 ]

1

102
∆ = 3 [ 2 ]

1
∆ = 3 √0

∆ = 0 /

82

= ( ± ∆ )
= (12.5 ± 0) /

2. Ketidakpastian Relatif
 Konstanta Pegas Skala Kecil

∆x
KR = x . 100%

0.0040
= 3.11 . 100%
= 0,1312%
TK = 100% − 0.1312%
= 99.8688%
 Konstanta Pegas Skala Pertengahan

∆x
KR = x . 100%

0
= 7.14 . 100%
= 0%
TK = 100% − 0%
= 100%
 Konstanta Pegas Skala Besar

∆x
KR = x . 100%

0
= 12.5 . 100%
=0%
TK = 100% − 0%
= 100%

MAKNA FISIS
Pada percobaan pertama menggunakan konstanta pegas dengan skala yang paling

kecil, didapatkan hasil pengukurannya sebesar (3.11 ± 0.0040) ⁄ . Hal ini dapat
diartikan bahwa hasil pengukuran tersebut terletak pada rentang nilai (3.11 −
0.0040) ⁄ sampai dengan (3.11 + 0.0040) ⁄ . Dengan nilai ketidakpastian

83

relatifnya sebesar 0,1312% dan tingkat keyakinannya sebesar 99.8688%.
Selanjutnya, Pada percobaan kedua menggunakan konstanta pegas dengan skala

pertengahan, didapatkan hasil pengukurannya sebesar (7.14 ± 0) / . Hal ini dapat
diartikan bahwa hasil pengukuran tersebut terletak pada rentang nilai (7.14 − 0) /
sampai dengan (7.14 + 0) / . Dengan nilai ketidakpastian relatifnya sebesar
0% sehingga dapat dikatakan tingkat keyakinannya sebesar 100%.

Pada percobaan terakhir menggunakan konstanta pegas dengan sekala paling besar,
didapatkan hasil pengukurannya adalah (12.5 ± 0) / . Hal ini dapat diartikan bahwa
hasil pengukuran tersebut terletak pada rentang nilai (12.5 − 0) / sampai dengan
(12.5 + 0) / . Dengan nilai ketidakpastian relatifnya sebesar 0% sehingga dapat
dikatakan tingkat keyakinannya sebesar 100%.

VIII. Pembahasan
Pada praktikum diatas, dilakukan tiga jenis percobaan terhadap pegas. Dimana

letak perbedaan setiap percobaan berada di skala konstanta pegas. Pada percobaan
pertama digunakan konstanta pegas dengan skala yang paling kecil. Percobaan kedua
digunakan konstanta pegas skala pertengahan. Sedangkan pada percobaan ketiga,
digunakan konstanta pegas dengan skala yang paling besar. Pada setiap percobaan,
akan digantungkan tiga benda secara bergantian dengan massa yang berbeda-beda.
Diketahui nilai massa benda pertama, kedua, dan ketiga adalah 0,05 kg; 0,1 kg; dan
0,25 kg sedangkan percepatan gravitasi bernilai 10 m/s2. Untuk mengetahui nilai
berat/gaya benda yang bekerja pada pegas, dapat dilakukan dengan cara mengalikan
massa benda dan percepatan gravitasi atau secara matematis dapat ditulis F= m.g.
Sehingga didapatkan nilai berat /gaya benda pertama, kedua, dan ketiga adalah 0,5 N; 1
N; dan 2,5 N. Perpindahan pegas dapat diukur menggunakan penggaris pada virtual lab.
Pada percobaan pertama, didapatkan nilai perpindahan benda pertama, kedua, dan
ketiga sebesar 0,16 m; 0,32 m; dan 0,81 m. Pada percobaan kedua, didapatkan nilai
perpindahan benda pertama, kedua, dan ketiga sebesar 0,07 m; 0,14 m; dan 0,35 m.
Sedangkan pada percobaan ketiga, didapatkan nilai perpindahan benda pertama, kedua,
dan ketiga sebesar 0,04 m; 0,08 m; dan 0,2 m. Jika diperhatikan, besar perpindahan
pegas akan dipengaruhi oleh massa benda dan skala konstanta pegas. Jika massa benda
yang bekerja pada pegas semakin besar maka perpindahan pegas akan semakin jauh.
Hal ini, dapat dibuktikan pada posisi mula-mula pegas dan posisi akhir ketika pegas
diberi berat/gaya benda sehingga melakukan gerak osilasi. Perbedaan posisi ini yang
84

disebut dengan perpindahan. Pegas dengan skala yang paling kecil akan memiliki

perbedaan perpindahan dengan pegas skala pertengahan dan pegas skala yang paling

besar. Hal ini dikarenakan semakin besar skala konstanta pegas maka pegas tersebut

akan semakin kaku, yang artinya pegas akan semakin kuat menarik benda agar tetap

diposisi setimbang. Seperti pada tabel, pegas dengan skala konstanta paling kecil

memiliki nilai perpindahan pegas paling besar. Sedangkan pegas dengan skala

konstanta paling besar memiliki perpindahan pegas yang paling kecil. Untuk

mengetahui nilai konstanta pegas dapat digunakan rumus: k = m.g dimana variabel x
x

merupakan nilai perpindahan pegas. Pada percobaan pertama, konstanta pegas yang

dimiliki benda pertama dan kedua memiliki nilai yang sama yaitu 3,125 N/m.

Sedangkan benda ketiga memiliki nilai konstanta yaitu 3,08 N/m. Pada percobaan

kedua, konstanta pegas setiap benda memiliki nilai yang sama yaitu 7,14 N/m. Pada

percobaan ketiga sama halnya dengan percobaan kedua, konstanta pegas setiap benda

memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 12,5 N/m. Untuk mencari nilai rata-rata

konstanta pegas dapat dilakukan dengan cara menambahkan seluruh nilai konstanta
setiap benda dan dibagi dengan jumlah benda. Secara matematis dapat ditulis: ∆k =

k1+ k2+ k3 sehingga setelah dioperasikan nilai rata- rata konstanta pegas pada percobaan
3

pertama, kedua, dan ketiga adalah 3,11 N/m; 7,14 N/m; dan 12,5 N/m.

Pada percobaan selanjutnya dilakukan untuk mengetahui massa benda yang belum
diketahui. Setelah diketahui nilai konstanta pegas (setidaknya sebuah rata – rata) dapat

digunakan untuk mengetahui massanya. Dengan menggunakan turunan hukum hooke,

yaitu :

=

Lalu, menggunakan rumus berat dari gaya, dan didapatkan :

=

=


=

Jadi, untuk mengetahui massa maka mengalikan konstanta pegas yang sudah ditemukan

di atas dengan perpindahan, lalu membaginya dengan gravitasi.

Percobaan dilakukan dengan skala konstanta paling kecil, dengan konstanta pegas

3,11 N/m dan didapatkan perpindahan panjang pegas benda berwarna pink 0,24 m.

Maka kita dapat mencari massa dengan mengalikan perpindahan dengan konstanta

85

pegas lalu dibagi dengan gravitasi 10 m/s2, sehingga didapatkan massa benda berwarna
pink 0,07 kg. Setelah itu untuk mencari Berat/Gaya benda berwarna pink dengan cara
mengalikan massa dengan grativasi 10 m/s2 sehingga Berat/Gaya benda berwarna pink
adalah 0,7 N. Untuk benda berwarna biru, didapatkan perpindahan panjang pegas 0,49
m. Untuk mendapatkan massa benda biru sama halnya dengan mencari massa benda
berwarna pink yaitu mengalikan konstanta pegas dengan perpindahan panjang pegas
lalu dibagi dengan gravitasi 10 m/s2, sehingga didapatkan massa benda biru yaitu 0,15
kg. Selanjutnya untuk mengetahui Berat/Gaya benda berwarna biru dengan cara
mengalikan massa dan gravitasi 10 m/s sehingga didapatkan Berat/Gaya benda
berwarna biru sebesar 1,5 N. Untuk benda berwarna orange, didapatkan perpindahan
panjang pegas 0,65 m dan konstanta pegas 3,11 N/m sehingga massa benda orange
adalah 0,2 kg yaitu dengan cara mengalikan konstanta pegas dengan perpindahan
panjang pegas lalu dibagi gravitasi 10 m/s2. Berat/ Gaya benda orange adalah 2N yaitu
didapatkan dari massa dikali gravitasi 10 m/s2. Mencari massa yang belum diketahui
juga dilakukan pada konstanta pegas skala pertengahan dan pada konstanta pegas skala
paling besar. Didapatkan massa yang sama yaitu benda pink bermassa 0,07 kg, benda
berwarna biru 0,15 kg dan benda berwarna orange 0,2 kg. Hal ini membuktikan bahwa
percobaan yang dilakukan untuk mengetahui massa benda terbukti benar.

Dari praktikum yang sudah dilakukan, maka dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Apa yang dilakukan pegas ketika Anda menariknya? Jadilah
spesifik dan gunakan istilah ilmiah. Ketika pegas ditarik, berarti ada gaya tarik yang
bekerja pada pegas tersebut. Gaya tarik itulah yang menyebabkan pegas akan
merenggang dan bertambah panjang. Saat gaya masih bekerja, pegas akan akan
mengalami tegangan. Apabila gaya yang bekerja dihilangkan, regangan akan terjadi dan
berlaku gaya pemulih. Didalam sebuah pegas terdapat gaya pemulih, yaitu gaya yang
berlawanan dengan perpindahan sistem sehingga mendorong atau menarik sistem
kembali pada posisi kesetimbangan/posisi semula. Tidak hanya itu, pegas akan
mengalami getaran dengan periode tertentu dan mengalami gerak harmonik sederhana.
Pegas akan kembali ke posisi semula dengan syarat, jika gaya tarik yang diberikan pada
sebuah pegas tidak melampaui batas elastis bahan maka pertambahan panjang pegas
berbanding lurus/sebanding dengan gaya tariknya.

Apa yang terjadi ketika Anda mendorong pegas? Apa bedanya ini dengan
menariknya? Saat pegas didorong, gaya yang terjadi adalah gaya tekan. Pegas yang
didorong akan mengalami kerapatan sehingga panjang pegas akan memendek dan tidak
86

terjadi peregangan. Pegas yang ditarik dan didorong akan memiliki perbedaan yang
banyak. Pegas yang ditarik akan merenggang, mengalami tegangan, dan bertambah
panjang. Sedangkan pegas yang didorongan akan berbanding terbalik dengan pegas
yang ditarik.

Jenis energi apa yang dilakukan pegas sebelum dan sesudah Anda
meregangkannya? Gambarlah diagram di bawah ini dan jelaskan alasan Anda. Pada
saat pegas dalam keadaan setimbang terdapat energi potensial. Energi potensial
merupakan energi yang dimiliki suatu benda karena kedudukannya atau keberadaannya.
Pada pegas sebelum diregangkan, yang artinya pegas dalam keadaan ditegangkan,
ditekan atau ditarik energi potensial yang bekerja adalah energi potensial jenis pegas.
Setelah pegas diregangkan, energi potensial pegas yang bekerja akan diubah menjadi
energi kinetik. Dimana nilai energi potensial yang dimiliki pegas besarnya berbanding
lurus dengan konstanta pegas.

Diagram di bawah ini adalah diagram batang energi untuk sistem lintasan udara
dan pegas.

Grafik batang menunjukan bahwa saat massa pegas bergerak dari A ke B ke C, energi
kinetik meningkat dan energi potensial elastis berkurang. Namun jumlah total dari
kedua bentuk energi mekanik ini tetap konstan. Energi mekanik sedang diubah dari
bentuk potensial menjadi bentuk kinetik; namun jumlah totalnya sedang disimpan.
Fenomena kekelan energi yang serupa terjadi saat massa bergerak dari C ke D ke E.
Saat pegas menjadi terkompresi dan massa melambat, energi kinetiknya diubah menjadi
energi potensial elastis. Saat ini terjadi, jumlah total energi mekanik menjadi kekal.

Apakah semua pegas/karet sama? Apa yang membuat mereka berbeda? Tidak
sama, karena setiap pegas/karet memiliki nilai elastis yang berbeda-beda sesuai dengan
ukuran kekuatan pegas/karet. Pada pegas, ukuran kekuatan itu disebut modulus elastis
yang dikenal sebagai konstanta pegas (k). Konstanta pegas merupakan karakteristik dari

87

suatu pegas. Semakin besar nilai konstanta, maka pegas akan semakin kaku. Hal ini
dapat diartikan bahwa semakin besar nilai konstanta maka semakin kuat tarikan atau
dorongan pegas untuk perpindahan tertentu. Nilai konstanta pegas dipengaruhi oleh
bahan pegas, diameter bahan pegas, jumlah lilitan pegas dan diameter pegas itu sendiri.

Penggunaan Hukum Hooke, bunyi hukum Hooke ialah “Jika gaya tarik yang
diberikan pada sebuah pegas tidak melampaui batas elastis bahan maka pertambahan
panjang pegas berbanding lurus/sebanding dengan gaya tariknya”. Hukum Hooke
mengkaji jumlah gaya maksimum yang dapat diberikan pada sebuah benda yang
sifatnya elastis agar tidak melewati batas elastisnya dan menghilangkan sifat elastis
benda tersebut. Pada pegas, hukum hooke berlaku hingga batas elastisitas pegas. Ketika
pegas yang diberikan gaya hingga melewati batas elastisitasnya maka pegas tidak akan
kembali ke posisi semula. Hal ini dikarenakan pegas akan berubah sifat menjadi plastis,
yang artinya pegas sudah mengalami kerusakan. Dengan kata lain, hukum Hooke hanya
berlaku hingga batas elastisitas. Dari gagasan tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep
hukum Hooke ini menjelaskan mengenai hubungan antara gaya yang diberikan pada
sebuah pegas ditinjau dari pertambahan panjang yang dialami oleh pegas tersebut.

Contoh penggunaan hukum Hooke dalam kehidupan sehari-hari:
1. Pada busur panah.

Saat tali busur panah ditarik, maka akan menghasilkan tegangan dan akan
menghasilkan energi potensial yang sangat elastis. Setelah anak panah dilepaskan
dari tegangannya, maka akan membuat anak panah melaju dengan sangat cepat.
88

2. Pegas mobil
Pegas mobil menjadi benda yang memiliki sifat yang elastis dan pegas mobil
biasanya terbuat dari bahan baja. Pemanfaatan pegas mobil dilakukan untuk
meredam guncangan kecepatan kendaraan dan pegas menambah kenyamanan dalam
mobil. Dalam cabang ilmu fisika, mobil memiliki elastisitas yang sangat baik dan
adanya pegas mobil membuat pengendara menjadi aman. Kini banyak sekali jenis
kendaraan atau mobil yang ada di Indonesia dan setiap mobil memiliki kegunaan
yang bervariasi.

3. Papan lompat
Dalam sejarahnya loncat indah menjadi olahraga yang berasal dari Eropa dan dari
berbagai jenis metode penelitian disebutkan bahwa lompat indah merupakan
perpaduan antara loncatan dengan akrobatik. Untuk melakukan loncat indah, tentu
membutuhkan papan loncat untuk membuat tolakan melompat dan papan loncat
menjadi salah satu penerapan hukum Hooke dalam kehidupan sehari-hari. Loncat
indah diawali dengan langkah pantulan dan mulai masuk ke dalam air.

4. Alat ukur berat badan
Sistem kerja alat penimbang berat badan memanfaatkan pegas untuk mengukur
seberapa berat tubuh manusia dan penggunaan timbangan sangatlah simpel, karena
anda bisa langsung melihat pergerakan jarum.

5. Jembatan
Dalam pembuatan jembatan, biasanya menggunakan rangka yang memiliki sifat
elastis dan bagian penyangganya bisa menahan getaran yang sangat besar.
Keberadaan jembatan sangatlah penting, bagi wilayah yang kesulitan akses dan
pembuatan jembatan menjadi salah satu cara meningkatkan pemerataan ekonomi
masyarakat.
Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa, Hukum Hooke merupakan gagasan yang

diperkenalkan oleh Robert Hooke yang menyelidiki hubungan antar gaya yang bekerja
pada sebuah pegas/benda elastis lainnya agar benda tersebut bisa kembali ke bentuk
semula atau tidak melampaui batas elastisitasnya. Jika gaya yang bekerja pada pegas
terlalu besar sehingga melebihi batas elastisitas pegas maka pegas akan berubah sifat
menjadi plastis dan mengalami kerusakan.

89

IX. Kesimpulan
Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka pegas akan bertambah

panjang dan regangan pegas akan bertambah besar. Nilai regangan pegas akan
sebanding dengan gaya yang diberikan dan berbanding terbalik dengan panjang mula-
mula pegas. Jadi Hubungan antara gaya dan regangan pegas adalah semakin besar gaya
maka semakin besar regangan pegas, hal ini sesuai dengan hukum Hooke. Secara
matematis hukum Hooke dapat dituliskan sebagai berikut: F = -k.Δx

X. Daftar Pustaka
Anonim. 2017. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.
http://eprints.umm.ac.id/40351/3/jiptummpp-gdl-renosanjay-48032-3-
bab2.pdf. Diakses pada tanggal 6 November 2021 pukul 11:48 WIB
Anonim. 2020. Rumus Periode dan Frekuensi pada Ayunan Bandul dan Pegas.
https://idschool.net/smp/rumus-periode-dan-frekuensi-pada-ayunan-bandul-
dan-pegas/. Diakses pada tanggal 7 November 2021 pukul 15:49 WIB
D. Halliday (1999), dalam Jurnal Fisika Edukasi.
https://rp2u.unsyiah.ac.id/uploads/Elisa_jurnal3.pdf. Diakses pada tanggal 6
November 2021 pukul 13:28 WIB
Elisa, Yenni Claudya. 2016. Jurnal Fisika Edukasi. Program Studi Pendidikan
Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Syiah kuala.
Volume 3. https://rp2u.unsyiah.ac.id/uploads/Elisa_jurnal3.pdf. Diakses pada
tanggal 6 November 2021 pukul 13:28 WIB
Nisa, Izdihar. Tanpa tahun. "Modul 4. Hooke Laws"
https://id.scribd.com/document/497824764/modul-4-hooke-laws-izdihar-nisa,
Diakses pada tanggal 6 November 2021 pukul 20.34 WIB
Z, Nasukha., Tanpa Tahun. ELASTISITAS BAHAN.
http://repositori.kemdikbud.go.id/22205/1/XI_Fisika_KD-3.2-_Final.pdf.
Diakses pada tanggal 6 November 2021 pukul 13:01 WIB

90

XI. Lampiran
Percobaan dengan massa 0,05 kg dan konstanta pegas skala paling kecil
Percobaan dengan massa 0,1 kg dan konstanta pegas skala paling kecil
Percobaan dengan massa 0,25 kg dan konstanta pegas skala paling kecil

91

Percobaan dengan massa 0,05 kg dan konstanta pegas skala pertengahan
Percobaan dengan massa 0,1 kg dan konstanta pegas skala pertengahan
Percobaan dengan massa 0,25 kg dan konstanta pegas skala pertengahan
92 Percobaan dengan massa 0,05 kg dan konstanta pegas skala paling besar

Percobaan dengan massa 0,1 kg dan konstanta pegas skala paling besar

Percobaan dengan massa 0,25 kg dan konstanta pegas skala paling besar
Mencari massa yang belum diketahui.

Percobaan dengan benda berwarna pink dan konstanta pegas skala
paling kecil
93

Percobaan dengan benda berwarna biru dan konstanta pegas skala paling
kecil

Percobaan dengan benda berwarna orange dan konstanta pegas skala
paling kecil

Percobaan dengan benda berwarna pink dan konstanta pegas skala
pertengahan
94

Percobaan dengan benda berwarna biru dan konstanta pegas skala
pertengahan

Percobaan dengan benda berwarna orange dan konstanta pegas skala
pertengahan

Percobaan dengan benda berwarna pink dan konstanta pegas skala
paling besar

95

Percobaan dengan benda berwarna biru dan konstanta pegas skala paling
besar

Percobaan dengan benda berwarna orange dan konstanta pegas skala
paling besar

96

CATATAN PENULIS

Nama : Mutiara Putri

Tempat, Tanggal lahir : Palembang, 7 Juli 2003

Motto : Libatkan Allah swt dalam segala

urusan

Pesan : Terima kasih ibu Rini atas

segala ilmunya semoga ibu sehat

selalu.

Kesan : Mantap sekali mengerjakan

laporan praktikum sampai

subuh hari, namun saya yakin

usaha tidak akan mengkhianati

hasil. BISMILLAH A.

Nama : Salsabila Bilqisti

Tempat, Tanggal lahir : Palembang, 10 Desember 2003

Motto : Never Give Up

Pesan : Semoga materi-materi yang

telah disampaikan oleh ibu Rini

dapat berguna dalam

kehidupan.

Kesan : Selama belajar mk praktikum

fisika sangat menyenangkan,

praktikum yang dilakukan juga

mudah dimengerti

97


Click to View FlipBook Version