1
2 PRAKARTA Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah, memberikan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan e-book Konservasi Anoa ini dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Firda Az Zahra, S.Pd, M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Konservasi Sumber Daya Alam yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan buku ini serta kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan buku ini dengan baik dari materi maupun non materi. Dengan ini kami mempersembahkan buku yang berisi informasi mengenai tentang kehidupan Anoa, baik kebiasaanya, perilaku sosial, hingga peranannya ekosistem. Selain itu, kami juga membahas mengenai kelangkahan yang terjadi pada Anoa di Indonesia disertai penjelasan upaya-upaya konservasi terhadap populasi anoa tersebut. Tidak terlepas dari hal tersebut, kami menyadari dalam penulisan buku ini, masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan, isi maupun bahasa. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca. Akhir kata semoga buku ini dapat bermanfat bagi para pembaca dan semoga dapat menjadi sumber rujukan yang menambah wawasan pemikiran terutama langkah dalam mempertahankan suatu populasi anoa . Padang, 8 April 2023 Penulis
3 DAFTAR ISI PRAKARTA......................................................................................2 DAFTAR ISI.....................................................................................3 DAFTAR GAMBAR........................................................................4 LATAR BELAKANG .......................................................................5 Tujuan ...............................................................................................7 Pengertian Konservasi........................................................................8 Mengenal Jenis Anoa Di Indonesia ..................................................12 Habitat Anoa....................................................................................16 Fakta Unik dan Karakteristik Anoa .................................................22 Taksonomi dan Morfologi Anoa ......................................................24 Reproduksi Anoa .............................................................................26 Kebiasaan Hidup Anoa ....................................................................29 Populasi Anoa..................................................................................30 Upaya Pencegahan Kepunahan Anoa ...............................................34 Bukti Keberhasilan Konservasi Anoa ..............................................37 Kesadaran Masyarakat Terhadap Anoa ............................................38 Kesimpulan......................................................................................40 Saran................................................................................................41 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................42
4
5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Cagar Alam.....................................................................9 Gambar 1.2 kawasan konservasi ex-situ ...........................................10 Gambar 1.3 Taman Nasional............................................................11 Gambar 1.4 Pemandangan Taman ....................................................11 Gambar 1.5 jenia anoa dataran rendah..............................................13 Gambar 1.6 Jenis anoa dataran tinggi ...............................................14 Gambar 1.7 Hutan Magrove ............................................................17 Gambar 1.8 Ekosistem Hutan Pantai ................................................17 Gambar 1.9 Hutan Dataran Rendah .................................................18 Gambar 1.10 Hutan disekitar danau .................................................19 Gambar 1.11 Habitat Anoa ditegakan bambu ...................................19 Gambar 1.12 Hutan Pegunungan......................................................20 Gambar 1.13 Rawa ..........................................................................21 Gambar 1.14 Cara reproduksi Anoa ................................................27
6 Anoa merupakan satwa dengan ukuran tubuh terkecil dalam marga kerbau, Bubalus,namun ada juga yang menganggap anoa sebagai sapi hutan atau sapi kerdil Sulawesi karena secara morfologi lebih menyerupai sapi. Anoa termasuk salah satu satwa endemik Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Namanya dikenal bahkan hampir identik dengan Pulau Sulawesi, yang merupakan salah satu daerah yang penting untuk konservasi keanekaragaman hayati, biodiversity hotspots, di wilayah Wallacea. Anoa telah menjadi maskot fauna dan Flagship Spesies konservasi di Sulawesi. Dengan status ini anoa menjadi duta yang memperkenalkan Sulawesi baik di tingkat nasional maupun internasional. Karena itu selayaknya pemerintah dan masyarakat Sulawesi bangga dan lebih memperdulikan kelestarian jenis satwa endemik tersebut. Anoa adalah satwa penghuni hutan sejati dan bersama dengan babirusa serta banyak spesies endemik Sulawesi, hidupnya sangat bergantung pada ekosistem hutan yang masih asli. Hal ini dapat dipahami, karena sebagai satwa yang telah memulai evolusinya sejak awal pembentukan geologi Sulawesi, anoa sudah beradaptasi sempurna dengan geologi, fisik, iklim dan bentang alam pulau ini. Karena itu anoa tidak dapat dipisahkan dengan ekosistem hutan Sulawesi, seperti kehidupan ikan dan air. Di antara beberapa jenis kerabat kerbau, marga Bubalus, anoa adalah jenis yang hidupnya paling tergantung pada ekosistem hutan. Meskipun anoa termasuk mamalia terestrial terbesar di Sulawesi, tetapi dalam marga Bubalis, anoa adalah yang paling kecil bobot tubuhnya serta yang paling soliter kehidupan sosialnya. Perilaku asli anoa seperti itu bukan tanpa alasan karena anoa hidup di hutan tropis, pegunungan, lembah, hutan riparian, sekitar danau, rawa, yang secara fisik menghuni tipe-tipe habitat dan ekosistem yang paling rumit (highly-structured habitats) dibandingkan dengan jenis kerbau lainnya, yang umumnya hidup di habitat yang relatif terbuka pada ekosistem di mana tidak banyak terdapat tipe habitat. Hidup soliter dan tubuh yang lebih kecil adalah salah satu bentuk adapatasi satwa di habitat berhutan dengan kondisi fisik geologi yang kompleks. Karena akan sulit bagi satwa yang bertubuh besar dan berkelompok untuk bergerak bebas di habitat hutan dengan topografi ekosistem yang bervariasi. Evolusi anoa berjalan seiring dengan sejarah geologi pulau ini. Sehingga tidak salah apabila anoa identik dengan Sulawesi. Ketika mendengar kata anoa, maka imajinasi akan tertuju ke pulau di bagian tengah Indonesia itu, yaitu Sulawesi. Anoa dilindungi oleh pemerintah
7 bahkan sejak negeri ini belum merdeka di mana pemerintah kolonial telah memasukkan anoa sebagai satwa yang dilindungi. Anoa termasuk satwa yang rentan punah, endangered dalam IUCN Red List, dan termasuk dalam kategori Appendix I CITES. Anoa juga menjadi koleksi langka di beberapa kebun binatang di luar negeri, baik di Eropa maupun di Amerika Utara. Anoa sangat dihargai baik skala regional, nasional dan internasional karena termasuk satwa yang langka, endemik, rentan punah, serta memiliki sejarah evolusi yang unik dan kompleks. Di lain pihak anoa belum dihargai dan diposisikan sebagaimana mestinya. Populasi anoa terancam karena perburuan liar serta habitat aslinya berupa hutan tropis Sulawesi hilang karena konversi untuk perkebunan, pertambangan, dan permukiman. Sampai hari ini perburuan anoa masih terus berlangsung. Beberapa penduduk lokal memelihara dan membesarkan anoa yang kebetulan induknya mereka tangkap atau bunuh di hutan. Bermacam anggapan disematkan pada satwa ini, ada yang kagum akan ketangguhan anoa, ada yang menganggapnya berbahaya karena ketajaman tanduknya. Ada juga sebagian masyarakat yang menganggap anoa adalah binatang buas, suatu pendapat yang keliru karena anoa termasuk satwa pemakan tumbuhan (herbivor), bukan pemakan daging (karnivor). Pengelolaan habitat menjadi sangat penting untuk mendukung populasi yang sehat dan berkembang biak secara normal. Untuk itu, guna menjamin kelestarian anoa maka perlu dilakukan kajian terhadap habitat anoa.Berdasarkan hasil pemantauan di Sulawesi Utara pada akhir abad ke-19 menunjukkan bahwa Bubalus depressicornis masih mempunyai daerah penyebaran yang luas dari ujung Utara Sulawesi. Bahkan setengah abad yang lalu Bubalus depressicornis masih dijumpai di dalam hutan Bolaang Mongondow dan Gorontalo. Kemudian semenjak itu terjadi penurunan yang sangat drastis, selain karena kerusakan habitat juga akibat.Hasil kesimpulan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan populasi anoa semakin hari semakin mengalami penurunan. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan populasi dan habitat serta adanya partisipasi aktif dari parapihak untuk melindungi anoa dari ancaman kepunahan. Selain itu diperlukan dukungan kebijakan untuk melindungi populasi dan habitat anoa, serta adanya data dan informasi yang akurat terkait kondisi habitat, populasi dan penyebaran anoa di seluruh Pulau Sulawesi dan Pulau Buton.
8 Tujuan Monograf tentang Anoa dalam rangka konservasi bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk menginformasikan anoa dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan pentingnya konservasi Anoa 2. Membahas berbagai upaya konservasi yang telah dilakukan oleh pemerintah , LSM, maupun masyarakat secara umum , serta mengevaluasi keberhasilan dari program - program konservasi tersebut . 3. Memberikan informasi bukti nyata upaya konservasi terhadap populasi anoa ini yang hampir punah , sehingga dapat menjadi referensi bagi pembaca yang ingin terlibat dalam upaya pelestarian Anoa dialam Indonesia ini. 4. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi populasi Anoa di habitat aslinya dan kesadaran masyarakat terhadap populasi hewan disuatu kawaasannya.
9 Konservasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk melestarikan atau melindungi alam. Konservasi (conservation) adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris conservation, yang artinya pelestarian atauperlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi dapat diartikan adalah sebagai berikut: 1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya; 2. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam (fisik); 3. Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kimia atau transformasi fisik; 4. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan; 5. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola,sementara keanekaragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya. Konservasi adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik (Piagam Burra, 1981). Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan (Peter Salim dan Yenny Salim, 1991). Kegiatan konservasi selalu berhubungan dengan suatu kawasan, kawasan itu sendiri mempunyai pengertian yakni wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya (Undangundang No. 32 Tahun 2009). Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan.dengan fungsi utama melindungi kelestarianlingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki
10 pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orangAmerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana). Bentuk konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, secara umum bentuk konservasi dapat dibedakan atas 2 golongan, yaitu: a) Konservasi in situ adalah kegiatan konservasi flora atau fauna yang dilakukan di dalam habitat aslinya. Konservasi in situ mencakup kawasan suaka alam (Cagar Alam dan Suaka Margasatwa) dan kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam). Menurut Pasal 1 UU No. 5 Tahun 1990 yang dimaksud dengan Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Gambar 1.1 Cagar Alam (belajardaringyuk.blogspot.com) b) Konservasi ek situ yaitu kegiatan konservasi flora atau fauna yang dilakukan di luar habitat aslinya. Konservasi ek situ dilakukan oleh lembaga konservasi, seperti kebun raya, arbetrum, kebun binatang, taman safari, dan tempat penyimpanan benih dan sperma satwa. Kebun raya adalah kawasan yang diperuntukkan sebagai tempat koleksi tumbuh-tumbuhan hidup yang mempunyai nilai ekonomis, atau penting bagi ilmu pengetahuan, penelitian, dan pendidikan botani serta sebagai tempat rekreasi.
11 (Gambar 1.2 gudangmateri.github.io) Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi di mana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber dayaalam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.onservasi sumber daya alam dan lingkungan (KSDAL) adalah tanggung jawab semua umat manusia di muka bumi karena pengaruh ekologis yang ditimbulkan dari berbagai kegiatan pembangunan tidak dibatasi olehperbedaan wilayah administratif pemerintahan negara. Oleh karena itu, upaya konservasi harus menjadi bagian integral dari pembangunan. Pembangunan yang dilakukan di negara manapun akan terkait dengan kepentingan negara lain maupun kepentingan internasional.KSDAL menjadi tanggung jawab bersama dari seluruh umat di muka bumi, sehingga perlu dipertimbangkan terjalinnya jaringan kelembagaan baik secara regional, nasional, bahkan internasional. Salah satu contohnya adalah taman nasional. Taman nasional merupakan salah satu bentuk kawasan konservasi yang telah memiliki kelembagaan cukup kuat di berbagai negara. Berbagai bentuk kerja sama internasional diakui sangat berarti bagi negara-negara yang kurang mampu dalam menangani sendiri kawasan konservasi yang dimilikinya. Hal ini mengimplementasikan suatu mekanisme untuk memikul biaya secara bersama-sama, melalui pembagian yang adil antara biaya dan manfaat daripengelolaan kawasan konservasi, baik di antara bangsa dan kawasan yang dilindungi serta masyarakat sekitarnya.Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.Sumber daya alam yang selama ini menjadi pendukung utama pembangunan nasional perlu diperhatikan
12 keberlanjutan pengelolaannya agar dapat memenuhi kepentingan generasi saat ini dan masa depan. Untuk itu, telah dilaksanakan berbagai kebijakan, upaya, dan kegiatan yang berkesinambungan. Terdapat berbagai macam daerah konservasi flora dan fauna di Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan iklim tropis yang mempunyai bentang alam yang luar biasa. Hutan, gunung, sungai, danau, dan lautan bersatu padu dengan indah menciptakan berbagai macam cagar alam yang tak pernah ada akhirnya untuk dijelajahi. Indonesia memiliki catatan yang luar biasa dalam mengembangkan dan melindungi habitat terbesar flora dan fauna yang ada. Daerah konservasi atau yang biasa disebut dengan cagar alam merupakan wilayah yang sangat khusus dan tidak sembarang orang bisa masuk wilayah tersebut secara bebas dan leluasa. Masyarakat umum dapat memasuki wilayah tersebut jika mereka memiliki surat izin masuk kawasan konservasi. Nah, di bawah ini ada beberapa daerah konservasi flora dan fauna di Indonesia yang dapat dikunjungi serta salah teman kawasan hidupnya anoa yang dalam buku ini jelaskan yakni sebagai berikut: Taman Nasional Lore Lindu (Sulawesi) Luas daerah ini kurang lebih 217.991.18 ha dengan ketinggian mencapai 1.000 mdpl. Hutan dan pegunungan merupakan vegetasi utama yang ada di taman nasional di Provinsi Sulawesi Tengah ini. Daerah ini merupakan wilayah peralihan antara zona Asia dan Australia atau yang biasa kita kenal dengan garis Wallace itu sebabnya kawasan ini memiliki jenis flora dan fauna endemik Sulawesi dan bentangan alam yang sangat indah. Kawasan ini merupakan habitat terbesar mamalia asli Sulawesi seperti anoa, babi rusa, tangkas (kera hantu), kera kaktonkea, kuskus marsupial dan musang Sulawesi. Taman Nasional Lore Lindu juga memiliki kurang lebih 55 jenis kelelawar serta lebih dari 230 jenis burung dan masih banyak lagi. (Gambar 1.3 Taman Nasional) (Gambar 1.4 Pemandangan Taman)
13 Info.matasulteng.blogspot.com indonesia.traveler.id Di Indonesia, terdapat 2 jenis anoa, yaitu anoa dataran rendah (B. depressicornis) dan anoa pegunungan (B. quarlesi) (Groves 1969). Anoa dataran rendah relatif lebih besar dibandingkan anoa pegunungan. Anoa Dataran Rendah atau Bubalus depressicornis kerap disebut juga sebagai Kerbau Kerdil. Penyebutan yang wajar mengingat sepintas penampilan fisik Anoa Dataran Rendah memang mirip kerbau. Namun lebih kecil dan lebih pendek ukurannya. Anoa dataran Rendah, bersama kerabat dekatnya, Anoa Pegunungan adalah hewan khas endemik pulau Sulawesi. Hewan yang dilindungi di Indonesia dan memiliki status keterancaman yang tinggi (hewan langka). Nama latin hewan endemik ini adalah Bubalus depressicornis (C. H. Smith, 1827) yang bersinonim dengan Bubalus anoa (Kerr, 1792). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Anoa atau Lowland Anoa. Di Sulawesi sendiri Anoa kerap disebut dengan beberapa nama yang berbeda seperti Buulu Tutu (Minahasa), Dangko atau Langkau (Gorontalo), Bukuya (Buol Toli-Toli), dan Anuang (Malili). Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) dibedakan dengan Anoa Pegunungan berdasarkan bentuk tanduk dan ukuran tubuh. Anoa Dataran Rendah relatif lebih kecil, ekor lebih panjang dan lembut, serta tanduk melingkar dan lebih panjang (18-37 cm), serta bulu yang tumbuh lebih jarang. Tinggi tubuh di sekitar bahu berkisar antara 95-110 cm, panjang tubuh 180 cm, sedangkan berat badan berkisar antara 200 sampai 300 kg.Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) merupakan hewan herbivora yang memakan tanaman air, pakis, rumput, tunas tanaman, buah jatuh, hingga umbi-umbian. Hewan ini tercatat juga meminum air laut yang diduga untuk memenuhi kebutuhan mineral tubuh.Jumlah populasi Anoa dataran Rendah tidak diketahui dengan pasti namun diperkirakan kurang dari 2.500 ekor yang hidup terpisah-pisah di beberapa bagian pulau Sulawesi dan Buton. Secara alami tidak mempunyai predator. Penurunan populasi Anoa Dataran Rendah lebih disebabkan oleh perburuan untuk dimanfaatkan dagingnya, konversi hutan menjadi daerah pertanian, pembukaan lahan untuk pertambangan emas, dan aktivitas perambahan hutan lainnya. Mengingat penurunan populasi dan ancaman yang terus berlangsung, Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis) didaftar
14 sebagai spesies Endangered (Terancam Punah) oleh IUCN Redlist sejak 1986. Sedangkan oleh CITES, hewan endemik ini didaftar sebagai Appendix I. Di Indonesia sendiri Anoa Dataran Rendah bersama saudaranya, Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) dimasukkan sebagai hewan yang dilindungi berdasarkan PP. Nomor 7 Tahun 1999. ( Gambar 1.5 jenia anoa dataran rendah) Sumber: Wikipedia.com Klasifikasi Ilmiah Anoa Dataran Rendah : Kerajaan : Animalia. Filum : Chordata. Kelas : Mammalia. Ordo : Artiodactyla. Famili : Bovidae. Genus : Bubalus. Spesies : Bubalus depressicornis (C. H. Smith, 1827). Sedangkan anoa pegunungan memiliki rambut cokelat kehitaman, tebal dan agak keriting. Sesuai dengan namanya, Anoa Pegunungan hidup di dataran tinggi. Ukuran tubuhnya lebih ramping dibanding dengan kerabatnya, Anoa Dataran Rendah. Panjang tubuh Anoa Pegunungan berkisar antara 122-153 cm, dengan tinggi tubuh sekitar 75 cm, berat tubuh sekitar 150 kg. Dibanding dengan
15 kerabatnya, jenis ini memiliki bulu yang lebih lebat, ekor relatif lebih pendek (27 cm), dan tanduk yang lebih pendek (15-20 cm).Anoa dapat ditemukan mulai dari hutan pantai sampai hutan pegunungan. Habitat anoa pada umumnya berada pada hutan yang belum terjamah (virgin forest) dengan kisaran suhu udara harian 22-270 celcius (Burton et al. 2005). Anoa menyukai hutan di sepanjang aliran sungai dan hutan bambu. Anoa menempati daerah dengan dengan ketinggian dan kelerengan yang bervariasi (Okarda 2010) . Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan beristirahat saat tengah hari. Hidup secara soliter atau berpasangan. Makanan bintang ini adalah rumput, dedaunan, serta buahan-buahan dan beberapa jenis umbi-umbian Anoa Pegunungan merupakan hewan endemik Sulawesi dan Pulau Buton. Mendiami daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000- 2.300 meter dpl. Daerah sebarannya meliputi daerah perabatasan antara Gorontalo dan Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah bagian selatan, serta di Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara bagian utara. Di samping itu ditemukan juga di Pulau Buton bagian utara. ( Gambar 1.6 Jenis anoa dataran tinggi) Sumber : Wikipedia.com Klasifikasi Ilmiah Anoa Pegunungan: Kerajaan : Animalia. Filum : Chordata. Kelas : Mammalia.
16 Ordo : Artiodactyla. Famili : Bovidae. Genus : Bubalus. Spesies : Bubalus quarlesi (Ouwens, 1910). Kedua spesies ini awalnya banyak perdebatan mengenai status taksonominya. Namun, penelitian terbaru menggunakan teknik DNA barcode telah mengungkapkan bahwa kedua jenis anoa adalah spesies yang berbeda.Kedua jenis ini tinggal dalam hutan yang tidak dijamah manusia. Keduanya juga termasuk jenis yang agresif dan sulit dijinakkan untuk dijadikan hewan ternak (domestikasi).Kedua jenis ini dibedakan berdasarkan bentuk tanduk dan ukuran tubuh.Anoa gunung relatif lebih kecil, ekor lebih pendek dan lembut, serta memiliki tanduk melingkar.Sementara anoa dataran rendah lebih besar, ekor panjang, berkaki putih, dan memiliki tanduk kasar dengan penampang segitiga. Populasi anoa di alam terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Semiadi et al. 2012). Hilangnya habitat merupakan salah satu fakttor utama menurunnya populasi anoa di alam (Burton et al. 2007). Okarda (2010) menjelaskan bahwa degradasi hutan berdampak signifikan terhadap hilangnya habitat yang memenuhi ketersediaan pakan bagi anoa. Upaya pelestarian anoa saat ini terkendala masih minimnya data tentang struktur dan komposisi vegetasi habitat anoa. Oleh karena itu, perlu dilakukan.
17 Habitat anoa dapat berupa habitat makro berupa formasi atau tipe hutan tertentu seperti hutan mangrove, hutan pantai, hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Habitat anoa juga dapat lebih spesifik seperti hutan riparian, tegakan bambu, tempat mengasin (salt-lick), habitat rawa atau padang rumput alami di tengah hutan yang jauh dari permukiman dan gangguan manusia. Berikut ini beberapa tipe habitat yang disukai anoa. 1. Hutan mangrove Hutan mangrove berbatasan langsung dengan laut, terpengaruh oleh pasang surut air laut, tidak terpengaruh iklim. Hutan mangrove umumnya berada di muara sungai. Spesies tumbuhan hutan mangrove tergolong spesifik karena memiliki toleransi terhadap salinitas yang tinggi. Perakaran tumbuhan mangrove khas, berbagai bentuk akar nafas, di antaranya akar tunjang yang dimiliki tumbuhan bakau (Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa); akar lutut seperti yang terdapat pada tancang (Bruguiera gymnorrhiza,B. caryophylloides, B.sexaangula) akar pasak pada jenis api-api (Avicennia marina, A.officinalis, A.alba) dan pedada (Sonneratia alba, S.caseolaris). Pada bagian hutan mangrove yang lumpurnya cukup dalam, jenis tumbuhan yang umum dijumpai adalah bakau merah (Rhizophora mucronata), bakau putih (R.apiculata). Sementara pada bagian yang lumpurnya tipis dapat dijumpai api-api (Avicennia spp.), pedada (Sonneratiaspp.), dan tancang (Bruguiera spp.). Pada peralihan hutan mangrove dengan hutan pantai, spesies tumbuhan yang dominan adalah bogem (Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis), nguru laut (Heritiera littoralis), dan nipah (Nypa fruticans). Daun dan buah beberapa tumbuhan mangrove dimakan anoa. Ketika air laut surut, mangrove dapat menjadi habitat bagi anoa mencari makan dan mendapatkan garam mineral. Hutan mangrove menyediakan tempat berlindung serta makanan berupa daun, pucuk dan buah. Tumbuhan mangrove yang paling disukai anoa yaitu daun buah peropa/pedada Sonneratia alba, S. caaseolaris, serta buah api-api Avicennia spp. Demikian pula di kawasan konservasi Suaka Margasatwa (SM) Tanjung Peropa, SM Tanjung Amolengo dan SM Tanjung Batikolo di ujung selatan Sulawesi Tenggara, sering dijumpai
18 jejak anoa. Dalam beberapa kesempatan penulis dapat melihat langsung anoa di hutan mangrove. Hutan mangrove merupakan habitat yang penting bagi anoa dataran rendah. ( Gambar 1.7 Hutan Magrove ) Sumber:www.kompasiana.com 2. Hutan pantai Setelah hutan mangrove, ke arah yang lebih tinggi terdapat hutan pantai. Hutan pantai juga terdapat langsung di garis pantai, terutama yang pantainya terdapat pasir. Hutan pantai tidak terpengaruh pasang surut air laut karena letaknya yang lebih tinggi dari hutan mangrove, hanya sesekali dalam satu bulan. Ketika terjadi ombak atau pasang tinggi, air laut dapat mencapai substrat atau tanah hutan pantai, meskipun tidak sepenuhnya tergenang, hanya mendapatkan hempasan air pasang tinggi. Spesies tumbuhan khas hutan pantai di Sulawesi di antaranya Anoa mendatangi hutan pantai baik untuk mencari makan atau berlindung saat terik matahari. Hutan pantai juga sering menjadi tempat persinggahan anoa untuk kemudian menuju hutan mangrove saat air laut surut. Jejak kaki dan feses anoa sering dijumpai di hutan pantai, bahkan di beberapa kawasan hutan, anoa memiliki lintasan tertentu di hutan pantai. Hal ini diketahui dari frekuensi penemuan jejak kaki dan feses anoa yang cukup tinggi. ( Gambar 1.8 Ekosistem Hutan Pantai) Sumber : infodanpengertian.blogspot.com
19 3. Hutan dataran rendah Hutan dataran rendah dipengaruhi iklim, memiliki strata tajuk yang lengkap, kekayaan spesies flora dan fauna yang tinggi, dan berada pada ketinggian 2–1000 mdpl (Soerianegara dan Indrawan 2002). Berbagai jenis tumbuhan dengan kondisi tajuk dan pohon yang sangat kokoh dapat dijumpai di hutan dataran tendah. Beberapa spesies tumbuhan di hutan dataran rendah tingginya mencapai 50 m seperti pohon cenrana ctomelos sumatrana), dan toho (Artocarpus sp). Analisis habitat anoa yang dilakukan di Suaka Margasatwa Tanjung Amolengo, Tanjung Peropa dan Tanjung Batikolo menunjukkan bahwa temperatur udara di hutan dataran rendah berkisar 22,5–31,4 ºC, rata-rata sekitar 25 ºC. Kelembapan udara pada siang hari berkisar 82–89% (rata-rata 85%), dan 90–100% pada pagi hari (Mustari 2003). Di suatu hutan dataran rendah di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah pada ketinggian 690–712 mdpl Allo et al. (2018) menyatakan bahwa karakteristik komponen abiotik habitat anoa yaitu tanah bertekstur lempung, pH tanah berkisar 4,38–5,6, pH air minum 6,75 dan kubangan 5,66, salinitas air minum dan kubangan 0,00 ppt, turbiditas air minum 0,07 FAU dan kubangan 0,22 FAU, suhu udara berkisar antara 19–23 ºC , dan kelembapan udara 80,5–84,2% . ( Gambar 1.9 Hutan Dataran Rendah ) Sumber: rimbakita.com 4. Hutan di sekitar danau Mustari et al. (2007) melaporkan mengenai kondisi habitat anoa di sekitar danau-danau purba di Sulawesi yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona di Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Secara geografis, kawasan danau purba dan hutan di sekitarnya adalah pertemuan ekosistem hutan yang ada di bagian selatan, tenggara dan tengah Sulawesi dengan ciri topografi bergunung, berbukit dan lembah.
20 Di sebelah utara danau tersebut terdapat Suaka Margasatwa Faruhumpenai yang merupakan habitat utama anoa. Hasil studi menunjukkan bahwa hutan di sekitar danau-danau tua tersebut merupakan habitat anoa, ditemukan banyak feses dan jejak kaki, serta sering anoa diburu dan ditangkap oleh penduduk sekitar. Terdapat beberapa tipe hutan seperti hutan primer, hutan riparian dan hutan di sekitar danau dengan tumbuhan khas akar nafas. ( Gambar 1.10 Hutan disekitar danau ) Sumber :blogspot.com 5. Tegakan bambu (bamboo) Di beberapa bagian hutan dataran rendah, dapat dijumpai blok hutan yang vegetasinya didominasi jenis tumbuhan tertentu. Vegetasi dengan tegakan spesifik seperti tegakan bambu dapat dijumpai di blok hutan Kalobo, salah satu blok hutan di Suaka Margasatwa Tanjung Peropa. Jenis bambu tali (Schizostachyum lima) dan Schizostachyum cf. brachycladum adalah yang paling umum dijumpai. Selain sebagai tempat berlindung, daun muda, pucuk dan rebung bambu adalah makanan kesukaan anoa. Anoa juga menyukai tegakan bambu sebagai tempat berlindung dan mencari makan.Tegakan bambu memberi perlindungan yang efektif bagi anoa dari terik matahari dan terpaan hujan dan angin kencang. Tegakan bambu banyak terdapat di hutan hutan Sulawesi mulai dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan. ( Gambar 1.11 Habitat Anoa ditegakan bambu)
21 Sumber : pujaaltiar.blogspot.com 6. Hutan pegunungan (mountain forest) Hutan pegunungan terdiri atas hutan pegunungan bawah (1000– 1500 mdpl) dan hutan pegunungan atas (1500–2400 mdpl). Beberapa puncak tertinggi di Sulawesi di antaranya Gunung Rantemario (3450 mdpl) di perbatasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Gunung Lompobatang (2871 mdpl) di Sulawesi Selatan, Gunung Tambusisi (2422 mdpl) di Morowali, Sulawesi Tengah, Gunung Nokilalaki (2280 mdpl) di Sulawesi Tengah, Gunung Roroka Timbu (2450 mdpl) (Whitten et al. 1987). Kondisi hutan di atas ketinggian 2000 mdpl, lantai hutan serta pepohonan diselimuti lumut tebal. Pada ketinggian di atas 2400 mdpl, pepohonan diselimuti lumut tebal dan lantai hutan berupa bahan organik berupa lumut dan pakua-pakuan. Habitat anoa gunung adalah pada ketinggian mulai 1000 mdpl. Kondisi ini direspon anoa gunung dalam perjalanan evolusinya dengan rambut yang lebih tebal dan agak ber ‘wool ’ untuk menjaga suhu tubuhnya tetap hangat, dibandingkan anoa dataran rendah yang memilki rambut yang relatif tipis. Bentang alam hutan pegunungan dengan topografi yang sangat curam, terjal dan tebing hanya sesuai bagi mamalia terestrial yang lincah bergerak. Oleh karena itu anoa yang biasa dijumpai di hutan pegunungan atau pada topografi berat ukuran tubuhnya relatif kecil, memiliki bobot tubuh sekitar 60–70 kg, dibandingkan dengan anoa di hutan dataran rendah yang bobot tubuhnya dapat mencapai 100 kg atau lebih. Anoa di hutan pegunungan beradaptasi melalui proses evolusi yang panjang dengan ukuran tubuh yang relatif kecil serta rambut yang tebal, dan lincah bergerak. (Gambar 1.12 Hutan Pegunungan) Sumber : jalankita.com 7. Rawa,padang rumput dan areal terbuka alami di tengah hutan
22 Habitat yang disukai anoa tidak selalu berupa hutan yang rapat. Pada beberapa habitat anoa, dapat ditemukan padang rumput alami yang dikelilingi pepohonan rapat jauh di tengah hutan, jarang dikunjungi manusia. Pingir danau dan rawa juga merupakan habitat kesukaan anoa, di mana tumbuh berbagai jenis rumput pakan anoa. Dengan demikian, kombinasi adanya vegetasi hutan yang rapat yang didominasi oleh pepohonan besar dan areal yang agak terbuka, serta adanya sumber air merupakan habitat yang ideal bagi anoa. Areal terbuka juga dapat berupa rimpang (forest gaps) yang disebabkan oleh pohon besar yang tumbang secara alami, misalnya karena angin kencang dan tanah longsor. Rimpang memicu suksesi alami dan regenerasi vegetasi hutan yang dimulai oleh jenis tumbuhan bawah dan jenis pioner, seperti berbagai jenis rumput, paku-pakuan, herba, dan semak. Beberapa jenis tumbuhan pioner dan rumput dimakan. Pada saat terjadi rimpang, banyak jenis tumbuhan tertimpa pohon besar yang tumbang. Pada pohon, cabang atau ranting yang patah tumbuh tunastunas baru (coppice) yang disukai anoa. Oleh karena itu, habitat yang vegetasinya relatif terbuka di hutan yang terjadi secara alami merupakan salah satu habitat kesukaan anoa mencari makan. Akan tetapi, areal terbuka tersebut harus tetap terkoneksi dengan vegetasi hutan yang rapat dan jarang dikunjungi manusia sebagai tempat berlindung anoa (cover). Jenis rumput yang terdapat di padang rumput tersebut yaitu kura rano (Cynodon dactylon), dan tio tio (Eleocharis dulcis) Anoa makan berbagai jenis rumput, serta buah dan bunga putat yang jatuh ke lantai hutan. Ketika air di rawa mulai surut pada pertengahan musim kemarau pada bulan Agustus dan September, anoa dan beberapa jenis mamalia lain seperti babi hutan dan rusa sering mendatangi rawa tersebut untuk makan,minum dan berendam. Namun seiring dengan semakin banyaknya penduduk yang tinggal di desa Amolengo, perubahan lambat laun terjadi, manusia mengusik tempat yang tenang itu, akibatnya anoa semakin jarang dijumpai. ( Gambar 1.13 Rawa )
23 Sumber : hutantani.blogspot.com Sebagai satwa ungulata penghuni hutan sejati, anoa membutuhkan habitat sebagai sumber makanan, air dan tempat berlindung serta melakukan interaksi sosial. Habitat yang dibutuhkan adalah hutan primer mulai dari hutan pantai, hutan rawa, hutan dataran rendah, dan hutan pegunungan. Semakin jauh kawasan hutan dari lingkungan manusia semakin disukai anoa. Hal ini terkait dengan naluri dasar anoa sebagai satwa yang sangat peka yang telah beradaptasi selama jutaan tahun di hutan alam Sulawesi. Secara umum, karakteristik habitat anoa yaitu terdapatnya hutan yang rapat terdiri atas beberapa strata tajuk, kombinasi pohon tinggi, perdu, semak belukar, dan tegakan bambudi hutan Komposisi jenis tumbuhan yang ada merupakan jenis-jenis yang dapat dimakan oleh anoa baik daun, pucuk, terubusan, bunga bahkan buahnya. Pada habitat itu, terdapat sumber air baik berupa air yang mengalir seperti sungai, danau dan rawa atau berupa cerukan atau aliran air di hutan. Habitat anoa dapat dengan mudah diketahui berdasarkan jejak terutama jejak kaki, feses, dan tempat berkubang atau mandi. Jadi selain melalui perjumpaan langsung, kehadiran anoa dapat diketahui di suatu kawasan hutan dari jejak yang ditinggalkannya baik berupa jejak kaki maupun kotoran serta tempat anoa berkubang dan berendam. Pada beberapa batang pohon, sering terdapat lumpur gesekan badan anoa setelah berkubang. Selain itu, anoa memiliki kebiasaan mengasah tanduk dengan cara menggosokkannya pada batang pohon tertentu. Bekas renggutan makan anoa pada tumbuhan bawah juga dapat menjadi petunjuk keberadaannya. Jejak juga dapat berupa tulangbelulang anoa yang mati secara alami. Akan tetapi, dari sekian banyak tanda atau jejak yang ditinggalkan anoa, jejak kaki dan feses lebih sering dijumpai serta mudah dikenali. Kotoran anoa serupa kotoran sapi atau kerbau yaitu berupa compokan, menyatu, berbeda dengan kotoran rusa atau kambing yang berupa butiran-butiran. Penyebaran anoa, selain ditentukan oleh ketersediaan pakan, juga terkait erat dengan keberadaan sumber air berupa sungai, mata air, cerukan terutama pada musim kemarau. Oleh karena itu, pada musim kemarau air terbatas, anoa dapat dijumpai di sekitar sumber air yang ada di dalam hutan. Meskipun anoa dapat dijumpai pada radius yang
24 agak jauh dari sumber air namun anoa akan tetap berada dalam wilayah jelajah di mana ada air. Anoa membutuhkan air setiap hari untuk minum dan berendam. Pada musim hujan, air relatif tersedia merata di dalam hutan, baik berupa sumber air yang permanen maupun musiman. Selama musim hujan, anoa juga dapat memperoleh air dari dedaunan basah tumbuhan. Air juga terdapat pada aliran anak-anak sungai. Di hutan pegunungan sumber air banyak, anoa tidak sulit mendapatkan air. Anoa membutuhkan air setiap hari baik untuk minum maupun untuk berendam ketika terik matahari menyengat. Oleh karena itu aktivitas anoa tidak jauh dari sumber air berupa sungai, mata air, rawa dan danau terlebih dalam musim kemarau di mana persediaan air di hutan terbatas. Jejak kaki dan feses anoa banyak ditemukan di sekitar sumber air ketika musim kemarau. Berbeda halnya pada musim hujan di mana air tersedia relatif merata di seluruh kawasan hutan, anoa juga tersebar merata. Di beberapa lokasi di mana banyak kawasan hutan yang dikonversi menjadi areal perkebunan, anoa sering masuk kebun terutama kebun yang baru dibuka dan muncul tunas baru terubusan yang menjadi makanan kesukaan anoa. Tunas tunas baru disukai anoa karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Anoa merupakan salah satu hewan yang unik karena memiliki Karakteristik tidak biasa layaknya hewan pada umumnya. Adapun fakta menarik dan Karakteristik yang dimiliki anoa yaitu sebagai berikut : 1. Hewan Penyendiri Anoa merupakan hewan penyendiri atau jangan hidup bersama pasangannya saja. Anoa dapat berkumpul dengan sekarang lain, namun biasanya hal ini terjadi saat betina akan melahirkan. Setelah itu, mereka akan kembali menyendiri lagi. 2. Perkembangbiakan yang Lambat Anoa membutuhkan waktu sekitar 276-315 hari untuk dapat hamil. Sekali hamil, umumnya anoa hanya dapat melahirkan satu ekor bayi. Apalagi, betina anoa sangat sulit berkembang biak ketika lingkungannya buruk. 3. Menandai Wilayah Pada umumnya, anoa jantan akan menandai wilayahnya di pepohonan dengan menggunakan tanduk. Bukan hanya itu, anoa juga akan kencing dan menggaruk-garuk tanah sebagai tanda ia menempati wilayah tersebut.
25 Taksonomi Berapa jumlah spesies anoa di Sulawesi masih diperdebatkan oleh para ahli taksonomi. Ada yang menyatakan bahwa ada dua spesies anoa yaitu anoa dataran rendah Bubalus depressicornisdan anoa gunung Bubalus quarlesi (Harper 1945, Groves 1969, Honacki et al. 1982, Corbet & Hill 1992, Wilson & Reeder 1993). Ada juga yang berpendapat bahwa anoa hanya ada satu spesies dengan dua atau tiga subspesies Bubalus depressicornis depressicornis, B.d. quarlesi, dan B.d.fergusoni (Laurie & Hill 1954, Dolan 1965, Fradrich 1973, Weise 1979). Deskripsi ilmiah pertama mengenai anoa dilakukan oleh Hamilton Smith (1827) yang memberi nama Antilope depressicornis, berdasarkan deskripsi morfologi tengkorak dan tanduk anoa yang ada di sebuah museum di Inggris. Hamilton Smith (1827) menganggap anoa satu genus dengan antelop. Kata depressicornis berasal dari kata depressed yang arti harfiahnya adalah tertekan atau memipih karena apabila pangkal tanduk anoa tersebut dipotong, maka potongan melingkar (cross-section) berbentuk agak pipih atau ‘depressed’, tidak bulat seperti potongan melintang silinder berupa cincin. Sementara pada anoa gunung (Bubalus quarlesi), kata quarlesimerujuk pada asal dua anoa hidup yang dideskripsikan morfologinya oleh Ouwens (1910) yang berasal dari kawasan hutan di Pegunungan Quarles di wilayah Toraja.Ada yang menganggap bahwa anoa merupakan genus tersendiri yaitu genus Anoa, terpisah dari genus Bubalus (Simpson 1945, Bohlken 1958, Geraads 1992, McKenn &Bell 1997). Sementara yang lain menempatkan anoa dalam genus Bubalus (Groves 1969 dan 1981, Grubb 2005, IUCN 2013) yang banyak dijadikan rujukan saat ini Bubalus (Anoa) depressicornis dan anoa gunung Bubalus (Anoa) quarlesi. Groves (1969, 1981) menempatkan Anoa sebagai subgenus dari Bubalus yang menegaskan bahwa anoa sangat berbeda dari anggota Bubalus lainnya.Hasil penelitian Priyono et al. (2018) mengenai genetik anoa dengan metode barcoding DNA menunjukkan bahwa sepuluh individu anoa, masing-masing lima individu anoa yang terdapat di Anoa Breeding Centre, Manado, Sulawesi Utara dan lima individu anoa yang terdapat di Bontomarannu
26 Education Park, Gowa Sulawesi Selatan memiliki jarak genetik yang lebih tinggi (3,4%) daripada ambang batas yang memisahkan spesies. Selain itu juga menyatakan bahwa anoa yang terdapat di Anoa Breeding Centre termasuk anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis) dan anoa yang menjadi koleksi Bontomarannu Education Park adalah anoa gunug (B. quarlesi). Terlepas dari berapa spesies anoa di Sulawesi, secara morfologi dapat dibedakan minimal dua spesies yaitu yang warnanya hitam dan ukuran tubuhnya lebih besar lebih sering dijumpai di hutan dataran rendah dan yang warnanya cokelat kemerahan umumnya menghuni hutanhutan pegunungan. Namun demikian sesungguhnya variasi dan gradasi warna sangat beragam, mulai dari hitam pekat, agak hitam, hitam keabuan, hitam kecokelatan, hitam kemerahan, dan seterusnya. Demikian pula dengan variasi bentuk tanduk anoa yangsangat tinggi yang menunjukkan adanya adaptasi lokal. Oleh karena itu, adanya variasi morfometris (ukuran tubuh, bentuk dan ukuran tanduk, warna rambut dan kulit, dan lain-lain) dan genetik yang tinggi mendukung hipotesis bahwa kemungkinan terdapat lebih dari dua spesies anoa di Sulawesi.Anoa dataran rendah Bubalus depressicornis (C.H. Smith 1827) Secara umum anoa diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum: Chordata Sub Phylum: Vertebrata Klas: Mammalia Sub Klas: Theria Infra Klas: Metatheria Ordo: Artiodactyla/Cetartiodactyla Sub Ordo: Ruminantia Famili: Bovidae Genus: Bubalus Subgenus: Anoa Spesies: Bubalus depressicornis (C.H. Smith 1827) : Bubalus quarlesi (Ouwens 1910).
27 Perilaku kawin anoa dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu pra kopulasi, kopulasi, dan pasca kopulasi (Mayasari, et al. 2018). Pra kopulasi ditandai oleh aktivitas pacaran, kopulasi ditandai dengan pemberian sperma dari jantan ke betina, pasca kopulasi adalah fase istirahat setelah melakukan kopulasi, untuk jantan tidak menunjukkan aktivitas seksual (Mayasari, et al. 2018) Pada aktivitas seksual pertama, kerap kali terjadi perkelahian antara jantan dan betina, perilaku ini terjadi secara alami, dapat menyebabkan cedera dan kematian. Perilaku ini dapat menjadi hambatan untuk reproduksi anoa sehingga harus dipisahkan untuk meningkatkan produksi. Anoa melakukan aktivitas seksual ketika siklus estrus sehingga dapat dipasangkan. Ketika masa estrus betina cenderung menerima keberadaan jantan, berdasarkan pengamatan sitologi dariulasan vagina, betina dewasa mengalami estrus pada 5 Agustus 2017 dan betina muda pada 13 Agustus 2017 (Mayasari, et al. 2018). Perilaku buang air kecil dapat digunakan sebagai parameter estrus yang mudah diamati (Mayasari, et al. 2018). Pada masa estrus terjadi peningkatan frekuensi buang air kecil pada betina (Mayasari, et al. 2018). Ketika betina kencing, jantan akan mengendus dan menjilat urin perempuan dan melakukan flehmen(Mayasari, et a.l 2018). Perilaku pra senggama ditunjukkan oleh gambar 3 (a-c), perilaku seksual dominan pada anoa terlihat pada gambar 3 (e dan f). Membutuhkan beberapa kali proses percobaan senggama untuk dapat berhasil, perilaku pasca senggama ditunjukkan oleh gambar 3 (g dan h). Pada tahap pasca kopulasi , anoa jantan cenderung langsung berendam , sedangkan betina memasuki air, merendam,dan menjilati lendir (sperma) pada bagian genitalnya. Faktor usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reproduksi hewan dan semakin besar peluang kelahiran yang berhasil (Mayasari, et al. 2018).Siklus estrus dapat diamati dengan melihat perilaku anoa seperti intensitas urin, kecemasan, ekor bergoyang, perubahan yang terjadi pada vulva serta pelepasan lendir dan perubahan sel epitel pada vagina (Judi,2012). Faktor usia sangat berpengaruh pada anestesi postpartum dan interval melahirkan, Prasetyo (2015) dalam Mayasari, et al. (2018). Faktor yang
28 mempengaruhi kesuburan anoa diantaranya: usia, interval melahirkan, interval melahirkan yang dapat diukur dari periode laktasi, periode kering (puerpureum), dan kehamilan yang panjang, Al-Amin, A (2017) dalam Mayasari, et al. (2018). Proses fisiologis dapat berjalan secara normal, kejadian stres dapat dicegah, sehingga siklus reproduksi tidak terganggu (Mayasari, et al. 2018)Jika kita melihat dari sisi sitologi maka fase estrus ditentukan oleh dominasi jenis sel epitel, setiap fase estrus , mulai dari pra sampai pasca ditemukan perbedaan sel sel epitel yang dominan. Ketika anoa betina dalam estrus vulvanya membengkak, kemerahan, dan basah, serta lendir serviks keluar. ( Gambar 1.14 Cara reproduksi Anoa)
29 Gambar 1. Proses perkawinan alami pada pasangan dewasa dan anoa muda (A: mutual gore, B: sniffing, C.:mutual sniffing, D: tanda luka, E: pemasangan (betina meningkat tanpa intromisi), F: pemasangan, G: lendir di vulva (semen cair jantan), H: berkubang). Sumber: (Mayasari et al. 2018 ). Berdasarkan gambar memperlihatkan berbagai perilaku seksual anoa, dimulai dari tahapan sebelum kopulasi, kopulasi , dan sesudah kopulasi. Perilaku seksual dimulai dari gambar 1a, dapat dilihat sebelum kopulasi terjadi perkelahian antara anoa jantan dan betina. Ketika jantan menang, betina akan taat kepada jantan (Mayasari et al, 2018 ). Upaya pemasangan terjadi beberapa kali sebelum berhasil terpasang (Kasim, K. 2002) Berdasarkan gambar memperlihatkan perbedaan perilaku seksual antar pasangan anoa dewasa dan muda. Berdasarkan gambar terdapat perbedaan yang signifikan terhadap perbedaan perilaku pasangan anoa dewasa dan pasangan anoa muda. Dapat dilihat bahwa pasangan anoa dewasa memiliki perilaku seksual yang lebih intens dibandingkan pasangan anoa muda. Perilaku seksual pasangan anoa muda hanya lebih intens dari pasangan anoa dewasa dalam hal anoa jantan muda lebih sering mendekatkan hidungnya ke pantat anoa betina, terkadang menggosokkan, mengendus dan menjilati area genital betina.
30 Anoa menyukai genangan air dan lumpur, terutama mata air atau tetesan air yang mengandung mineral, selain kadang juga meminum air laut.Mereka biasa mencari makan pada pagi hari dengan memakan rumput, pakis, buah-buahan, daun palem, serta tanaman air. Saat hari mulai panas, mereka akan beristirahat dan berteduh di bawah pohon. Umumnya, anoa lebih suka hidup sendirian, dan jarang berkelompok, kecuali ketika sedang memiliki anak. Pada waktu memiliki anak, induk jantan dan betina akan mengasuh anak mereka bersama-sama. Anoa betina melahirkan satu kali dalam setahun.kerbau dan ukurannya lebih kecil (berkisar seukuran rusa atau kambing). Panjangtubuh sekitar 150 cm,tinggi 85 cm,berat mencapai 300 kg,dan panjang tanduk40 cm. Anoa ini dapat hidup sampai 30 tahun. Matang secara seksual pada umur2-3 tahun. Anoa betina melahirkan satu bayi dalam setiap masa kehamilan. Masakehamilannya sekitar 9-10 bulan. Habitat mulai dari hutan pantai sampai denganhutan dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 mdpl. Anoa menyukai dacrah hutandi tepi sungai atau danau karena kebiasaannya yang gemar berendam ketika sinarmatahari menyengat. Mirip dengan kerbau,tanduknya luruske belakang dan meruncing serta agak pipih.Hidup berpindah-pindah. Anoa pegunungan tubuhnya lebih ramping, panjang sekitar 122-153 cm,tinggi 75 cm,panjang tanduk 27 cm, dan berat tubuh dewasa sekitar 150 kg. Anoa jenis ini berumur hingga 20-25 tahun. Anoa akan melahirkan satu bayi dalam setiap masakehamilan yang berkisar 9-10 bulan. Anak anoa akan mengikuti induknya hinggaberusia dewasa meskipun telah disapih saat umur 9-10 bulan. Oleh karena itu,tidak jarang jika salu induk terlihal bersama dengan 2 anak anoa yang berbedausia.Habitatnya yaitu di dataran tinggi hingga mencapai ketinggian 3.000 mdpl.Hewan ini aktif di pagi hari dan beristirahat saat siang hari. Hewan ini mempunyaikebiasaan berlindung di bawah pohon ataupun berkubang di lumpur atau kolam.Tanduk anoa digunakan untuk menyibak semak-semak atau menggali tanah.Benjolan permukaan depan tanduk digunakan untuk menunjukkan dominasi,sedangkan bagian ujung yang tajam digunakan untuk menusuk ke alas dan melukailawan pada saat perkelahian. Ketika bersemangat, anoa pegunungan mengeluarkan suara"moo".
31 Di Suaka Margasatwa Lambusango dengan luas 27.700 ha di Pulau Buton, diperkirakan kepadatan populasi anoa berkisar antara 0,25–0,33 anoa per km2. Berdasarkan angka kepadatan populasi tersebut diperkirakan terdapat 150–200 individu di suaka margasatwa tersebut (Wheeler 2006). Di Sulawesi Tengah, di Taman Nasional Lore Lindu, pada tiga kawasan hutan pegunungan yaitu Gunung Nokilalaki, Gunung Roket dan Gunung Tumawu, Jahidin (2003), berdasarkan ukuran jejak kaki, memperkirakan kepadatan populasi anoa sebesar 0,85 individu per km2 Di Cagar Alam Tangkoko Batuangus dengan luas kawasan 4.446 ha, Syam (1977) memperkirakan populasi anoa sebanyak 38–62 individu, dengan kepadatan populasi berkisar 1,3–2,1 individu per km2. Saat ini anoa diperkirakan sudah punah dari kawasan konservasi yang ada di ujung utara Sulawesi itu. Mustari (personal observation) mengunjungi CA Tangkoko tahun 1994, dan tidak menemukan satu ekor pun anoa. Penyebab utamanya disinyalir adalah karena perburuan liar.Angka kepadatan populasi anoa di atas tidak bisa menjadi patokan untuk kepadatan populasi anoa di seluruh hutan Sulawesi, mengingat kawasan konservasi tersebut dikenal sebagai habitat terbaik anoa. Jadi untuk kawasan lain, kepadatan anoa diperkirakan jauh lebih rendah. Satu hal yang pasti bahwa populasi anoa semakin menurun di seluruh bagian hutan di Sulawesi. Anoa memiliki lintasan tertentu di dalam hutan, lintasan yang menghubungkan satu komponen habitat dengan komponen habitat lainnya, seperti sumber air, makan dan tempat berlindung. Populasi anoa sering kali dilebih-lebihkan, pengamatan didasarkan hanya pada jejak kaki dan kotoran di sepanjang lintasan yang sering dilalui anoa. Padahal jejak kaki dan kotoran yang dikatakan banyak itu hanya berasal dari beberapa individu anoa. Anoa memiliki wilayah jelajah yang luas dan mobilitas yang tinggi sehingga dapat dengan cepat berpindah dari satu habitat ke habitat lain. Hal ini memperbesar kemungkinan kesalahan dalam pendugaan ukuran populasi yang hanya didasarkan pada penghitungan jejak kaki atau feses. Anoa Ex-situ
32 Sampai tahun 2018 (GSMP 2018), jumlah anoa ex-situ, anoa di berbagai lembaga konservasi yang mencakup kebun binatang, taman margasatwa, taman safari, Anoa Breeding Centre, dan lembaga konservasi yang dikelola pihak swasta atau perorangan seluruhnya berjumlah 39 individu (18 jantan dan 21 betina) Di Anoa Breeding Centre Manado (2019) terdapat 10 individu anoa. Dari 10 anoa, 7 anoa berasal dari alam, terdiri atas 2 jantan yang diberi nama Rambo dan Rocky, serta 5 betina yang diberi nama masing-masing Manis, Ana, Denok, Rita, dan Stella. Tujuh anoa itu ditangkap oleh penduduk di kawasan hutan di Sulawesi Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Anoa tersebut awalnya dipelihara oleh penduduk setempat yang kemudian diserahkan kepada pihak BKSDA Sulawesi Utara. Selanjutnya pihak BKSDA menitipkan anoa itu di Anoa Breeding Centre untuk dirawat, diteliti dan menjadi bahan edukasi konservasi anoa untuk masyarakat umum. Sampai dengan Juli 2019 sebanyak 7 anak anoa yang lahir di Anoa Breeding Centre. Dengan demikian apabila dijumlahkan seluruhnya maka populasi anoa ex-situ adalah 184 individu, terdiri atas 41 individu (22%) di dalam negeri dan 143 individu (78%) di luar negeri. Meskipun populasi anoa ex-situ cukup banyak namun yang dapat berbiak atau yang berpotensi bereproduksi (founder) tidak lebih dari setengah jumlah tersebut. Hal ini disebabkan karena banyak anoa exsitu yang sudah tua dan/atau sakit. Selain itu, beberapa individu anoa hanya sendirian (single, jantan atau betina) yang berada di lembaga konservasi yang berbeda atau bahkan di negara yang berbeda. Selain itu, 143 anoa di luar negeri berasal dari beberapa founderyang sebenarnya berkerabat dekat sehingga berpotensi terjadi inbreeding, yaitu perkawinan kerabat dekat yang secara genetik berbahaya, variasi genetik rendah. Selain anoa yang terdata secara resmi, masih ada beberapa anoa yang dipelihara oleh penduduk secara perorangan khususnya di wilayah pedalaman Sulawesi. Mustari (personal observation) pernah menemukan 2 anoa muda di Luwu Timur, di sekitar Danau Towuti yang dipelihara oleh masyarakat. Penulis percaya bahwa masih ada beberapa anoa yang dipelihara masyarakat namun belum dilaporkan kepada pihak berwenang. Anoa (Bubalus spp.) adalah satwa endemik Sulawesi yang semakin menurun populasinya. Beberapa faktor yang penyebab penurunan populasi anoa adalah kerusakan habitat, perburuan liar, dan konsumerisme. Kurangnya kesadaran serta pengenalan masyarakat terhadap Anoa sebagai satwa endemik Sulawesi yang terancam punah
33 dan dilindungi undang-undang mendorong dilakukannya Anoa school outreach sebagai model pendidikan konservasi spesies endemik Sulawesi. Anoa School outreach bertujuan untuk memperkenalkan Anoa sebagai satwa endemik Sulawesi dan mengedukasi siswa sekolah terutama pada tingkat dasar dan menengah di Sulawesi Utara tentang pentingnya konservasi Anoa. Anoa School outreach dilakukan dengan memberikan pendidikan konservasi meliputi pengenalan dasar morfologi dan ekologi satwa anoa. Pendidikan konservasi anoa dilakukan baik melalui metode pengajaran di kelas dengan visualisasi video dan poster, diskusi dan permainan interaktif serta kunjungan langsung ke Anoa Breeding Centre Manado. Kegiatan pendidikan konservasi Anoa melalui Anoa school outreach diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran generasi muda untuk turut berperan dalam konservasi satwa endemik Sulawesi. Anoa (Bubalus spp.) dikenal sebagai satwa liar endemik Sulawesi yang dilindungi oleh Ordonansi Perlindungan Binatangbinatang Liar (Dierenbeschermings Ordonnantie 1931 Staatsblad 1931 Nummer 134) sejak zaman pemerintah kolonial Belanda dan dinyatakan sebagai satwa langka dan wajib dilindungi karena sebarannya sangat terbatas yaitu hanya di daratan Sulawesi dan Pulau Buton Anoa merupakan salah satu satwa dilindungi oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan masuk dalam satwa prioritas bersama Banteng dan Babirusa. Bahkan dalam IUCN Red List of Threatened Animal (The International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources) tahun 2009, anoa dikategorikan sebagai Endagered Species dan masuk dalam Appendix I CITES (The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna). Tantangan konservasi anoa adalah endemisitas yang disertai penurunan jumlah individu anoa di habitat alaminya (Arini dan Kafiar, 2014), hilangnya habitat karena alih fungsi lahan serta kegiatan perburuan dan perdagangan anoa secara ilegal. Menurunnya jumlah anoa di alam tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk turut melestarikannya. Hingga saat ini, anoa dan beberapa jenis satwaliar masih menjadi komoditas perdagangan yang dapat ditemukan di pasarpasar tradisional di Sulawesi untuk tujuan konsumsi. Kebiasaan sebagian masyarakat yang menjadikan anoa sebagai bahan yang dapat dikonsumsi menjadi salah satu faktor yang mempercepat penurunan jumlah anoa di alam secara cepat.
34 Hasilnya bahwa sebagian besar masyarakat yang tinggal di Sulawesi ini justru tidak mengetahui bagaimana bentuk satwa anoa itu sendiri apalagi yang pernah melihat secara langsung. Anoa memang kurang populer seperti satwa-satwa khas Indonesia seperti gajah, harimau, orang utan, badak dan sebagainya, bagaimanapun anoa adalah bagian dari keanekaragaman hayati Indonesia yang wajib dikenal oleh orang Indonesia sendiri dan dijaga kelestariannya karena jika sekali punah maka satwa tersebut tidak akan kembali. Untuk menjawab tantangan konservasi satwa endemik anoa, pendidikan konservasi mutlak dibutuhkan. Pendidikan konservasi diperlukan untuk menanamkan pengetahuan (knowledge), kesadaran (awareness), keterampilan (skill), serta menumbuhkan kepedulian dan sikap (attitude) dan peran serta (participation) dalam upaya-upaya perlindungan dan pengembangan lingkungan di seluruh lapisan masyarakat (Bunna, 2010). Dalam 15 tahun terakhir, serangkaian program konservasi didasarkan pada tiga pilar utama: (a) pengelolaan populasi spesies, (b) penelitian, dan (c) pendidikan. (Grúňová et al.2017). Konservasi habitat dan spesies yang terancam punah tidak dapat dicapai lagi tanpa memperhitungkan dampak-dampak manusia terhadap lingkungan, sehingga diperlukan kegiatan memberikan pemahaman kepada komunitas masyarakat di sekitar habitat satwa (Esson and Moss 2016). Pendidikan konservasi dan lingkungan hidup pada siswa sekolah dipandang sebagai kegiatan yang menjanjikan untuk keberlanjutan program konservasi lingkungan (Stevenson, 2007). Hal tersebut sejalan dengan tujuan jangka panjang pendidikan konservasi terhadap anakanak sesuai yang dikemukakan Eilam and Trop, 2012, bahwa melalui pendidikan konservasi diharapkan adanya perubahan perilaku komunitas masyarakat di masa yang akan datang dalam hal pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup termasuk satwa dan habitatnya. Anoa School Outreach merupakan program pendidikan konservasi satwa endemik Sulawesi Anoa yang digagas oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado melalui Anoa Breedig Centre Manado. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengenalan dasar Anoa (Bubalusspp.) sebagai satwa endemik Sulawesi, meningkatkan kesadartahuan siswa
35 sebagai generasi yang akan datang akan pentingnya konservasi satwa endemik Saat ini satwa anoa sangat sulit dijumpai di habitat nya. 1. Pengendalian Perburuan dan Perdagangan Ilegal Kegiatan perburuan dan perdagangan ilegal terjadi di seluruh Pulau Sulawesi dan Pulau Buton yang merupakan salah satu faktor utama penyebab menurunnya populasi anoa. Oleh karena itu, diperlukan program pengendalian perburuan dan perdagangan ilegal secara terpadu lintas instansi (Ditjen PHKA termasuk UPT KSDA dan TN, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, POLRI, Kejaksaan dan Kehakiman) serta lintas wilayah provinsi dan kabupaten/kota secara lebih intensif.Pengendalian perburuan dan perdagangan illegal dengan pelibatan aktif dari masyarakat perlu dibarengi dengan penegakan hukum baik di tingkat lokal maupun nasional. Prioritas lainnya adalah memutus rantai perdagangan ilegal dengan memfokuskan penanganan pada pedagang besar dan pemilik modal. Selain itu juga memberikan alternatif pekerjaan lain atau sumber protein lain bagi pemanfaatan anoa oleh masyarakat setempat. 2. Pengelolaan Populasi di Alam Pengelolaan populasi bertujuan untuk mempertahankan populasi yang aman atau sintas (viable) di habitat alaminya dengan mengetahui populasi dan sebarannya, pemetaan genetik struktur populasi, dan parameter populasi. Pengelolaan populasi anoa di alam tidak terbatas pada kawasan konservasi dan hutan lindung, tetapi termasuk areal hutan produksi, serta kebun, dll baik yang saat ini secara aktif dikelola maupun tidak. Untuk itu diperlukan juga penyusunan best management practices bagi pengelolaan anoa di luar kawasan konservasi (seperti di kawasan hutan lindung, hutan produksi, dan areal penggunaan lain). 3. Pengelolaan Habitat Habitat alami anoa pada saat ini cenderung terdegradasi dan luasannya menurun, untuk itu fokus utama pengelolaan habitat
36 adalah menjaga habitat bagus yang masih tersisa dan memperbaiki hutan yang terdegradasi melalui upaya rehabilitasi, pengkayaan dan restorasi ekosistem untuk memulihkan daya dukung habitat, termasuk diantaranya menjaga konektivitas habitat anoa, serta mempertahankan keterwakilan setiap populasi/sub populasi. 4. Pembangunan Sistem Pangkalan Data dan Pendukung Keputusan Pelaksanaan program konservasi anoa baik in-situ maupun exsitumemerlukan dukungan sistem pangkalan data (database system) dansistem pendukung keputusan (decision support system) yang dibangun pada setiap level manajemen dari tingkat pusat (Ditjen PHKA cq. direktorat teknis terkait) hingga tingkat daerah (Balai Besar/ Balai KSDA/ TN, Kepala Bidang Wilayah, Kepala Seksi Wilayah), yang satu dengan lainnya saling terhubung. Selain itu pembangunan sistem pangkalan data tersebut juga dapat melibatkan stakeholders lainnya seperti lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM, dll. 5. Peningkatan Peran Lembaga Konservasi Pengelolaan Lembaga Konservasi yang berhasil sebagai salah satu program ex-situ khususnya seperti Kebun Binatang, Taman Satwa, Taman Safari, dan lainnya berperan penting dalam mendukung program konservasi anoa dan dapat menjadi backup populasi di habitat alaminya. Dimana didalam Lembaga Konservasi itu sendiri perlu dikelola secara baik dan benar sesuai dengan aturan/pedoman yang ada baik di tingkat nasional maupun internasional. 6. Pendidikan dan Pelatihan Staf Pelaksana, LSM, dan Masyarakat Sekitar Kompetensi staf pelaksana pada instansi teknis (Balai Besar/Balai KSDA/TN), LSM, masyarakat lokal, dan lainnya khususnya dalam bidangkonservasi satwa liar dewasa ini masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang lebih terkait kapasitas khususnya bidang survei, inventarisasi, dan monitoring populasi, serta pemetaan habitat melalui pendidikan dan pelatihan. Termasuk terkait pengamanan dan patroli pengamanan, penegakan hukum, termasuk pula pengelolaan data, serta pelaporan. Selain juga terkait pemanfaatan secara tidak langsung perlu peningkatan kapasitas terkait pelatihan sebagai fasilitator, ekowisata, pendidikan
37 lingkungan, pemandu wisata, interpreter, penyuluhan, dll. Harapannya masyarakat dapat merasakan manfaat positif dari keberadaan anoa sehingga dapat turut menjaga anoa beserta habitatnya. 7. Kerjasama dan Kemitraan Upaya konservasi tidak hanya menjadi tanggung jawab instansi teknis (Ditjen PHKA, Balai Besar/Balai KSDA dan atau TN) yang merupakan aparat pemerintah di pusat dan di daerah yang bertugas sebagai regulator, fasilitator dan supervisor, melainkan memerlukan dukungan berbagai pihak untuk pelaksanaan kegiatan di lapangan.Kegiatan konservasi anoa baik in-situ maupun ex-situ di lapangan memerlukan dukungan pihak lain seperti Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, badan usaha/swasta seperti perusahaan kebun, tambang, hutan produksi, dan lainnya, termasuk juga LSM, perguruan tinggi, Lembaga Konservasi, serta kelompok masyarakat lainnya. Untuk mendukung kinerja pemerintah tersebut dipandang perlu juga dibentuk forum konservasi anoa sebagai lembaga independen, nirlaba yang terdiri dari anggota-anggota yang peduli terhadap upaya konservasi anoa. Dalam hal ini perlu adanya fasilitasi dari pemerintah secara reguler terkait koordinasi dan mobilisasi baik melalui pertemuan langsung maupun miling list, dan lain sebagainya.
38 Sejumlah upaya konservasi telah dilakukan untuk menyelamatkan spesies ini, dan beberapa bukti keberhasilan konservasi anoa yang telah dicapai antara lain: Populasi anoa telah meningkat: Populasi anoa liar di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi, telah meningkat dari 300 ekor pada tahun 1990-an menjadi lebih dari 800 ekor pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa upaya konservasi telah berhasil meningkatkan populasi hewan ini. Kemitraan dengan organisasi konservasi: Kemitraan dengan organisasi konservasi seperti Wildlife Conservation Society dan Zoological Society of London telah membantu meningkatkan upaya konservasi anoa. Mereka bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat lokal untuk meningkatkan pemahaman tentang anoa dan menjalankan program konservasi.
39 Pendidikan konservasi bertujuan memberikan pengetahuan mengenai upaya pelestarian keanekaragaman hayati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu-isu konservasi yang ditunjukkan melalui perubahan sikap dan perilakunya terhadap lingkungan (Kobori, 2009). Satwa liar merupakan salah satu sarana yang menarik dalam menyampaikan pengetahuan mengenai pendidikan lingkungan (Mediawati et al., 2015 dan Kobori, 2009). Penggunaan satwa liar sebagai salah satu objek interpretasi dalam mempromosikan upaya pelestarian habitat telah dilakukan di berbagai negara, salah satunya Jepang. Tantangan konservasi anoa adalah endemisitas yang disertai penurunan jumlah individu anoa di habitat alaminya (Arini dan Kafiar, 2014), hilangnya habitat karena alih fungsi lahan serta kegiatan perburuan dan perdagangan anoa secara ilegal. Menurunnya jumlah anoa dialam tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk turut melestarikannya. Hingga saat ini, anoa dan beberapa jenis satwaliar masih menjadi komoditas perdagangan yang dapat ditemukan di pasarpasar tradisional di Sulawesi untuk tujuan konsumsi. Kebiasaan sebagian masyarakat yang menjadikan anoa sebagai bahan yang dapat dikonsumsi menjadi salah satu faktor yang mempercepat penurunan jumlah anoa di alam secara cepat. Penyadartahuan kepada masyarakat akan pentingnya konservasi satwa endemik terancam punah sangat baik dilakukan dengan sasaran siswa sekolah dasar hingga menengah. Pendidikan konservasi satwa endemik Sulawesi yang dilakukan melalui kegiatan Anoa School outreach menyasar siswa pada tingkat dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Usia sekolah merupakan periode paling tepat mengenalkan pendidikan mengenai konservasi (Bhuiyan et al., 2010). Pada periode ini siswa memiliki waktu yang lebih panjang dalam mempelajari dan memahami pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan tempat mereka tinggal. Pendidikan konservasi pada siswa sekolah terutama tingkat dasar dan
40 menengah dipandang efektif untuk keberlangsungan kegiatan konservasi pada masa yang akan datang. Anak-anak usia dini dinilai memiliki rasa ingin tahu lebih tinggi serta antusiasme yang sangat kuat terhadap segala sesuatu untuk mengobservasi lingkungan yang ada di sekitarnya termasuk dalam pengenalan satwa endemik dan langka pada daerah endemisitas satwa sangat berguna untuk menumbuhkan pengertian pentingnya konservasi dan rasa bangga memiliki satwa endemik sebagai bagian dari keragaman hayati di wilayah Sulawesi. Melibatkan peran serta anak-anak dalam upaya konservasi dapat menumbuhkan rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap lingkungan (Indrawan et al., 2007). Pemberian poster edukasi pengenalan Anoa bertujuan untuk mengapresiasi sekolah yang telah turut berperan serta dalam kegiatan ini. Pemasangan poster edukasi di sekolah juga bertujuan menghimbau kepada setiap siswa, guru dan orang tua siswa yang melihat poster ini untuk lebih mengenal anoa dan mencegah melakukan tindakan yang akan membahayakan populasi anoa misalnya memelihara, menangkap dan membeli serta mengkonsumsi daging anoa. Melalui pendidikan konservasi pada siswa sekolah diharapkan pada masa mendatang lebih banyak generasi muda yang mau berperan dan terlibat secara langsung dalam kegiatan konservasi, terutama jenis satwa endemik.
41 Konservasi anoa adalah upaya untuk melindungi dan mempertahankan populasi anoa, yang termasuk ke dalam hewan langka dan terancam punah. Beberapa cara untuk menjaga anoa agar tetap lestari antara lain melindungi habitat alami mereka, membatasi perburuan dan perburuan liar, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.anoa adalah hewan langka dan terancam punah yang membutuhkan perlindungan dan upaya konservasi yang serius. Upaya-upaya konservasi anoa meliputi perlindungan habitat alami mereka, pengendalian perburuan dan perburuan liar,dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga keanekaragaman hayati. Melalui upaya-upaya ini, diharapkan dapat memastikan kelangsungan hidup anoa dan mencegah kepunahan spesies yang penting untuk ekosistem di mana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu ada dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak untuk menjaga keberadaan anoa dan lingkungan hidupnya.
42 Dalam buku ini dusaranakan bagi pembaca agar sebagai berikut: Meningkatkan perlindungan habitat alami anoa Habitat alami anoa harus dilindungi dan dipertahankan agar anoa memiliki tempat yang aman untuk hidup dan berkembang biak. Hal ini dapat dilakukan dengan menjaga kualitas habitat dan mengurangi pengrusakan habitat seperti deforestasi dan pembukaan lahan. Memperkuat pengawasan terhadap perburuan dan perdagangan satwa liar Pengawasan terhadap perburuan dan perdagangan satwa liar harus ditingkatkan untuk memastikan tidak adanya perburuan ilegal dan penangkapan satwa liar yang merugikan populasi anoa. Mengembangkan program konservasi di area konservasi Area konservasi harus dikembangkan dan dijaga dengan baik untuk memastikan keberlanjutan populasi anoa. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi anoa Dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang anoa dan upaya konservasinya, diharapkan akan ada lebih banyak dukungan dan partisipasi dari masyarakat dalam menjaga keberlangsungan hidup anoa. Mengembangkan program pembiakan dan pelepasan Program pembiakan dan pelepasan dapat membantu meningkatkan populasi anoa di alam liar dan membantu mengurangi tekanan populasi yang ada. Program ini harus dilakukan dengan hati-hati dan berkelanjutan untuk memastikan keberhasilannya. Menjalin kerja sama dengan organisasi dan lembaga konservas
43 Kerja sama dengan organisasi dan lembaga konservasi dapat membantu meningkatkan efektivitas upaya konservasi anoa melalui berbagai dukungan dan sumber daya yang dapat disediakan. Arini, Diah Irawati Dwi, 2013. Anoa dan Habitatnya di Sulawesi Utara. Balai Penelitian Kehutanan Manado: Manado. Broto Bayu Wisnu, 2015.Struktur dan Komposisi Vegetasi Habitat Anoa (Bubalus spp.) di Hutan Lindung Pegunungan Mekongga, Kolaka, Sulawesi Tenggara.Makasar. Christanto Joko, 2014.Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan.Unuversitas terbuka, jakarta. Christila Margaretta, dkk, 2014.Pendidikan Konservasi Satwa Endemik Sulawesi Anoa(Bubalus spp.) Melalui Anoa School Outreach.Sulawesi Utara. Judi, 2012.Kajian Perilaku Reproduksi, Preservasi Semen, dan Teknik Inseminasi Buatan Pada Anoa (Bubalus sp.) di Penangkaran [Desertasi].Bogor : Institut Pertanian Bogor. Mayasari,A., Suryawan, A., Christita, M., Tri, A., Simamora, J., & Abinawanto, A. 2018. Vaginal swab cytology aplication to determine the estrus cycle of lowland anoa ( bubalus depressicornis , smith , 1927 ) in captivity. Mustari Abdul Haris,2020.Ekologi, Perilaku dan Konservasi,Anoa.IPB Press,Bogor Zapino Tomi, Fitri Chairi,2020.Kamus Nomenkalatur Flora dan Fauna.Bumi Akasara,Jawa Timur
44