The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by promkespolo21, 2022-11-29 02:47:54

PANDUAN RESEP OBAT POLOWIJEN

PANDUAN RESEP OBAT POLOWIJEN

PANDUAN 2022

PENULISAN
RESEP OBAT

dr. Aulia Nur Cahyani

PUSKESMAS POLOWIJEN DINAS KESEHATAN
KOTA MALANG

GLOSARIUM

Absorpsi: proses dari suatu senyawa/
bahan obat dari tempat (lokasi) pemberian
masuk ke dalam peredaran sistemik.

Adiksi = ketagihan = kecanduan: keadaan intoksikasi
periodik atau kronis terhadap suatu obat karena
ketergantungan secara psikis dan ketergantungan
secara fisik terhadap suatu obat (antara lain Morfin
dan Heroin).

ADME: Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi.

Alergi : reaksi hipersensitivitas terhadap
suatu bahan/ antigen (disebut alergen),
biarpun diberikan dalam jumlah yang kecil/
sedikit dapat memberikan reaksi/ gejala
yang karakteristik

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

GLOSARIUM

Bakteriostatik : Bahan yang menghambat pertumbuhan bakteri
Bakterisida : Bahan yang memusnahkan semua bakteri

Fungisida : Bahan yang memusnahkan jamur/ jamur.

Fungistatik: Bahan yang menghambat pertumbuhan jamur/ jamur.
Obat Generik: Nama obat yang lazim atau umum; bukan obat
paten/ spesialité (International Non-proprietary Name INN)

Obat Paten atau Spesialité: Produk obat dengan nama
yang sudah dipatenkan, umumnya dengan komposisi yang
tetap; pada wadah ada label serta nomor registrasi dari
pabrik obat yang membuatnya.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

RESEP

Resep dalam arti yang sempit ialah suatu permintaan
tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan
kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam bentuk
sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada penderita.

Pada kenyataannya resep lebih besar maknanya
dari yang disebutkan di atas, karena resep
merupakan perwujudan akhir dari kompetensi +
pengetahuan + keahlian dokter dalam
menerapkan pengetahuannya dalam bidang
farmakologi dan terapi.

Dokter yang menulis resep idealnya perlu pula
mengetahui nasib obat dalam tubuh: penyerapan,
distribusi, metabolisme dan ekskresi obat; toksikologi serta
terapi dosis rejimen yang rasional bagi setiap penderita
secara individu.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Kertas Resep

Resep dituliskan di atas suatu kertas resep.
Ukuran kertas yang ideal --> lebar 10-12 cm dan panjang
15-18 cm.
Untuk dokumentasi, pemberian obat kepada penderita
memang harusnya dengan resep,

Hindari meminta resep hanya via telpon.

Apograph
(Resep Salinan)

Di Apotek, apograph diperlakukan sama dengan kertas
resep asli dari dokter, diharuskan pula menyimpan salinan
resep atau kopi-resep atau Apograph.
Suatu apograph dibuatkan oleh Apotek atas:

1. Permintaan penderita
Dalam hal ini ulangan pembuatan obat dengan Apograph, hanya dapat
bila resep orisinil (asli) dari dokter tidak mengandung bahan obat
Narkotika atau obat golongan Psikotropika atau Obat Daftar G.

2. Permintaan dokter
Kalau ada tanda iteretur di kertas resep ori. Misalnya tanda "iter.1 x", berarti
resep itu boleh diulang sekali lagi tanpa resep baru dari dokter. Sebaliknya
tanda N.I. (ne iteretur) berarti resep tersebut tidak boleh diulang (walau pun
tidak mengandung obat berbahaya berupa Narkotika atau obat beracun)

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

KETENTUAN TENTANG
MENULIS RESEP




1. Secara hukum dokter yang bertanggung jawab
atas resep yang ditulisnya untuk penderitanya.

2. Resep ditulis sedemikian rupa sehingga dapat
dibaca, sekurang- kurangnya oleh petugas di apotek

3. Resep ditulis dengan tinta atau lainnya, sehingga tidak
mudah terhapus.

4. Tanggal ditulis dengan jelas.
Tanggal resep ditebus oleh penderita di apotek tidak
mutlak sama dengan tanggal resep yang ditulis oleh
dokter; obat bisa saja baru diambil oleh penderita
satu atau beberapa hari setelah resep diterimanya
dari dokter (oleh karena sebab/ alasan tertentu).

5. Bila penderita seorang anak.

Harus dicantumkan umur dan Berat Badannya. Ini penting
bagi apoteker untuk menghitung apakah dosis obat yang
ditulis pada resep sudah cocok dengan umur dan berat
badan si anak. Ada nama penderita saja tanpa umur, resep
tersebut dianggap sebagai seorang dewasa.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

KETENTUAN TENTANG
MENULIS RESEP (Lanj.)




6. Di bawah nama penderita dicantumkan
juga alamatnya

Untuk menghubungi dalam keadaan darurat (misalnya
salah obat) penderita dapat langsung dihubungi,
mengurangi kesalahan/ tertukar memberikan obat bila
pada suatu waktu ada dua orang yang menunggu
resepnya dengan nama yang kebetulan sama.

7. Jangan menulis dosis dengan angka desimal

Untuk menghindari kemungkinan kesalahan. Contoh: Untuk
obat yang diberikan dalam jumlah kurang dari satu gram,
ditulis dalam miligram; misalnya 500 mg dan tidak 0,5
gram Untuk obat yang diberikan dalam jumlah kurang dari
satu miligram, ditulis dalam mikrogram, misalnya 100
mikrogram dan tidak 0,1 mg.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

KETENTUAN TENTANG
MENULIS RESEP (lanj.)




Untuk obat yang dinyatakan dengan satuan Satuan unit, jangan
disingkat menjadi U.

Untuk obat atau jumlah obat berupa cairan, dinyatakan
dengan satuan ml, hindarkan menulis cc atau cm³

Preparat cairan berupa obat minum untuk anak, diberikan
sebanyak 50 ml, 60 ml, 100 ml, atau 150 ml.

Preparat cairan untuk obat minum orang dewasa,
diberikan sebanyak 150 ml, 200 ml, 300 ml.

Preparat cairan untuk obat luar seperti obat kumur
atau kompres, diberikan sebanyak 200 ml, 300 ml.
Untuk obat tetes (obat tetes mata/ hidung/ telinga)
diberikan sebanyak 10 ml.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

CONTOH RESEP
LENGKAP

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

PENGKAJIAN DAN
PELAYANAN RESEP

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik
dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat
inap maupun rawat jalan.

Persyaratan Persyaratan
administrasi meliputi: farmasetik meliputi:

1.Nama, umur, jenis 1.Bentuk dan kekuatan
kelamin dan berat sediaan.
badan pasien.
2.Dosis dan jumlah Obat.
2.Nama, dan paraf dokter. 3.Stabilitas dan
3.Tanggal resep.
4.Ruangan/unit asal ketersediaan.
4.Aturan dan cara
resep.
penggunaan.
5. Inkompatibilitas

(ketidakcampuran Obat).

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

PENGKAJIAN DAN
PELAYANAN RESEP

Kegiatan Penyerahan
(Dispensing) dan Pemberian
Informasi Obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai
dari tahap menyiapkan/meracik
obat, memberikan label/etiket,
menyerahan sediaan farmasi
dengan informasi yang memadai
disertai pendokumentasian.

Persyaratan klinis meliputi:

1. Ketepatan indikasi, dosis dan
waktu penggunaan Obat.

2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek

samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Contoh Resep
Lengkap (lanj.)

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Contoh Resep
Lengkap (lanj.)

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Contoh Penulisan
Resep

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Contoh Penulisan
Resep

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Contoh Penulisan
Resep

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Contoh Penulisan
Resep

Puyer

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Contoh Penulisan
Resep (Lanj.)

R/ Favipiravir tab. 200mg No. XVI
2 dd tab VIII (hari-1)

R/ Favipiravir tab. 200mg No. XXIV
2 dd tab III (hari ke 2-5)

Pro: Ny vivi
Alamat: perum PBI

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

ANGKA ROMAWI

1: I 21: XXI
2: II 22: XXII
3: III 23: XXIII
4: IV 24: XXIV
5: V 25: XXV
6: VI 26: XXVI
7: VII 27: XXVII
8: VIII 28: XXVIII
9: IX 29: XXIX
10: X 30: XXX
11: XI 31: XXXI
12: XII 32: XXXII
13: XIII 33: XXXIII
14: XIV 34: XXXIV
15: XV 35: XXXV
16: XVI 36: XXXVI
17: XVII 37: XXXVII
18: XVIII 38: XXXVIII
19: XIX 39: XXXIX
20: XX 40: XL

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

ANGKA ROMAWI

41: XLI

42: XLII 51: LI
43: XLIII 52: LII
44: XLIV 53: LIII
45: XLV 54: LIV
46: XLVI 55: LV
47: XLVII 56: LVI
48: XLVIII 57: LII
49: XLIX 58: LVIII
50: L 59: LIX

60: LX

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

ANGKA ROMAWI

61: LXI 81: LXXXI

62: LXII 82: LXXXII

63: LXIII 83: LXXXIII

64: LXIV 84: LXXXIV

65: LXV 85: LXXXV

66: LXVI 86: LXXXVI

67: LXVII 87: LXXXVII

68: LXVIII 88: LXXXVIII

69: LXIX 89: LXXXIX

70: LXX 90: XC

71: LXXI 91: XCI

72: LXXII 92: XCII

73: LXXIII 93: XCIII

74: LXXIV 94: XCIV

75: LXXV 95: XCV

76: LXXVI 96: XCVI

77: LXXVII 97: XCVII

78: LXXVIII 98: XCVIII
79: LXXIX 99: XCIX
80: LXXX 100: C

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Waktu Penggunaan Obat

1. Sebelum makan: ante coenam, pada resep disingkat
dengan a.c. (antara lain untuk obat pembuka nafsu

makan).

2. Sedang/waktu makan: durante coenam, pada
resep disingkat dengan d.c. (antara lain: untuk

enzim yang membantu pencernaan).

3. Sedang/waktu makan: durante coenam, pada resep
disingkat dengan d.c. (antara lain: untuk enzim yang

membantu pencernaan)

4. Malam/sebelum-tidur: ante noctem, pada resep

disingkat dengan a.n. (antara lain untuk.:
Obat hipnotika;
Kebanyakan traquilizer;
Laxans yang bekerja lambat seperti
phenolphthalein dan derivat anthrachinon yang
mempunyai "onset of action" setelah 6-8 jam.

5. Pagi hari: mane, pada resep ditulis mane antara

lain: a) untuk laxans seperti Magnesii Sulfas
dengan "onset of action" cepat; b) diuretics
dengan "duration of action" sampai 10-12 jam.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

NOTE!

Dokter dalam mewujudkan terapi yang
rasional, memerlukan langkah yang
sistematis dengan moto 5T:

1.Tepat obat
2.Tepat dosis
3.Tepat cara, dan jadwal pemberian,
4.Tepat BSO, dan
5.Tepat pasien

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

C. = sendok makan (volume 15 ml)
Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)

Catatan:

Hindari penggunaan sendok
teh dan sendok makan rumah
tangga karena volumenya
tidak selalu 15 ml untuk
sendok makan dan 5 ml
untuk sendok teh.
Gunakan sendok takar atau
alat lain yang disertakan
dalam kemasan obat.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Pipet obat

1 mili liter
5 mili liter

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

BEBERAPA AKIBAT
KETIDAKPATUHAN
MENGGUNAKAN OBAT

01 Penggunaan obat kurang dari semestinya

Akan merugikan penderita karena ia tidak

mungkin mendapatkan keuntungan terapeutik

sebagaimana dimaksudkan oleh dokter, karena

kadar obat dalam darah/ plasma tidak mencapai

kadar- minimum-efektif.

Hal ini dapat mengakibatkan:

Bertambah parahnya penyakit atau cepat kambuhnya
penyakit.

Kalau obatnya berupa Antibiotika kemungkinan
timbulnya mikroorganisme yang resisten terhadap
antibiotika yang bersangkutan.

Kalau "dosis" yang kurang dirasakan tidak efektif,
maka mungkin penderita akan meminum dosis yang
lebih besar sehingga kemungkinan intoksikasi akan
lebih besar pula, terutama bila obat yang diminum
mempunyai batas terapi yang sempit.

Kalau dirasa obat yang diminum "kurang efektif" maka
penderita akan memilih obat lain yang lebih potent.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

BEBERAPA AKIBAT
KETIDAKPATUHAN
MENGGUNAKAN OBAT

02 Penggunaan obat lebih dari semestinya



Bila penderita menggunakan obatnya lebih dari
semestinya, maka risiko reaksi atau efek samping yang
berlebihan mungkin sampai keracunan- merupakan
bahaya bagi penderita Problem ini seringkali semulanya
disebabkan oleh hal yang sederhana saja; hanya oleh
karena penderita kurang berpikir panjang, seperti:

Penderita lupa meminum obat pada waktu yang
ditentukan, maka pada waktu berikutnya ia meminum
dua kali banyaknya.

Ada penderita yang secara simplistis berpikir, kalau
minum satu tablet baik, maka mirrum dua tablet
sekaligus lebih baik lagi.

Sebelum mengubah suatu terapi, seorang
dokter sebaiknya terlebih dahulu meneliti
mengapa penderitanya tidak memberikan

respons yang diharapkan terhadap obat
yang diberikan, antara lain apakah obat
telah diminum sesuai dengan petunjuk.

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang

Daftar
Pustaka

Joenoes, N. Z., 2001, ARS Prescribendi Resep yang Rasional,
Jilid 1, 2,3 Airlangga University Press, Surabaya.
Kementerian Kesehatan RI, 2020, Farmakope Indonesia
Edisi VI, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
WHO. 2002. Promoting rational use of medicines: core
components.Geneva: World Health Organization.

Permenkes No.74 tahun 2016, Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas

Puskesmas Polowijen Dinas Kesehatan Kota Malang


Click to View FlipBook Version