The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ringkasan dan Representasi Sejarah novel Kubah karya Ahmad Tohari ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Sastra Sejarah

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by okirahmadewi, 2024-06-30 11:08:22

Ringkasan dan Representasi Sejarah novel Kubah karya Ahmad Tohari

Ringkasan dan Representasi Sejarah novel Kubah karya Ahmad Tohari ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Sastra Sejarah

Keywords: kubah,karman,rifah,haji bakir,pki

Oki Rahma Dewi/K4421063 Ringkasan dan Representasi Sejarah novel Kubah karya Ahmad Tohari


Ringkasan Karman dibebaskan dari pulau Buru, tetapi ia tidak segera pulang dan tampak sangat kikuk berada di alam bebas setelah beberapa tahun di penjara, karena tidak segera pergi atau pulang, ia ditegur oleh seorang ajudan yang merasa heran melihat tingkah laku Karman. Karman beristirahat di alun-alun, tanpa sadar dia melamun. Marni istri Karman mulai memutuskan untuk menerima lamaran Parta, setelah sekian lama menunggu dibebaskannya Karman dari penjara. Karman sangat terpukul mendengar keputusan Marni yang disampaikannya lewat surat.Karman menyadari keadaan dirinya, sehingga memaklumi keputusan istrinya tersebut dan Karman pun mengizinkan Marni kawin lagi. Setelah kehilangan istrinya, Karman kehilangan semangat hidup hingga dia jatuh sakit. Keadaan Karman yang sangat memprihatinkan tersebut mengundang perhatian seseorang yang tugasnya membina kerohanian para tahanan, yakni Kapten Samad. Kapten Samad mencoba untuk membantu Karman menumbuhkan semangat hidupnya yang telah hilang.


Semangat Karman mulai tumbuh kembali dan kepercayaan Karman kepada Tuhan semakin bertambah. Karman tersadar dari lamunannya ketika hari sudah mulai malam dan dia pun berjalan menuju masjid untuk sholat. Sepulang dari masjid Karman menjadi agak tenang. Karman memutuskan untuk ke rumah sepupunya, Gone. Karman bertemu dengan istri sepupunya dan juga anaknya yang memang berada di rumah sepupunya tersebut. Suatu hari, Karman kecil menolong Rifah yang hampir diseruduk kambing, sehingga menyebabkan Karman terluka. Ketika musim panen tiba, Karman membantu ibunya dengan ikut menjadi buruh tani. Setelah pulang dari peperangan, Hasyim paman Karman kembali menjadi petani dan berhasil. Karman dijemput oleh pamannya untuk disekolahkan ke SMP. Karman mulai jatuh cinta pada Rifah. Ada sisa-sisa anak buah Muso di Pegaten, yakni Margo, Triman dan kawan-kawan yang mulai menyusun kekuatan. Margo dan kawan-kawan sedang mencari calon untuk dijadikan kader partai. Pilihannya jatuh pada Karman. Karman marah dan kecewa karena lamarannya untuk menikahi Rifah ditolak oleh Haji Bakir. Karman menjadi benci dan menaruh dendam kepada Haji Bakir. Ia berniat membalas dendam dengan tidak mengunjungi masjid Haji Bakir lagi. Kelompok Margo melihat kesempatan emas itu dan dipergunakannya untuk menjauhkan Karman dari Haji Bakir. Hasyim, paman Karman yang melihat perubahan dalam sikap dan kepribadian Karman mencoba memberinya nasihat. Ringkasan


Margo melaporkan perkembangan Karman kepada ketua nya, laki-laki bergigi emas. Karman sudah dijadikan target perekrutan anggota partai, sehingga mereka gelisah dengan hubungan Karman dan Rifah anak Haji Bakir. Karman yang sudah mulai melupakan Rifah, kembali tergugah ketika Rifah menjadi janda sebab ditinggal suaminya Abdul Rahman. Karman ingin kembali mendekati Rifah, akan tetapi dia sadar bahwa telah ada jurang pemisah antara dirinya dan keluarga Haji Bakir. Triman memberikan saran kepada Karman untuk berlibur, Karman pun mengambil cuti dan pergi ke Semarang dengan ditemani oleh Margo dan kawan-kawan. Setelah kembali ke Pegaten, Karman mencoba mengunjungi Rifah secara sembunyi-sembunyi. Ia memberanikan diri menemui Rifah, sesampainya di rumah Haji Bakir, Karman mengintip Rifah dari balik jendela kamarnya yang memperlihatkan Rifah sedang bersembahyang dan berdoa. Karman yang melihat kesedihan Rifah, ia menulis surat yang dimasukkan ke celah jendela untuk membukakan jendela kamarnya. Rifah yang mengetahui surat dari Karman pun membalasnya. Ia meminta Karman untuk bertamu dengan sopan dan baik kepada Haji Bakir. Karman yang melihat isi surat dari Rifah memutuskan untuk kembali pulang. Ringkasan


Ringkasan Pada awal tahun enam puluhan , keadaan Pegaten sangat menyedihkan. Orang Pegaten tidak tau apa itu inflasi. Minyak tanah dijatah, gula pasir diantrekan. Tidak sedikit penduduk Pegaten yang terpaksa mengisi perut mereka dengan gaber. Pencuri-pencuri sangat berani. Hampir dua tahun keadaan Pagetan berlangsung demikian. Ketika terjaga, Pagetan terkejut luar biasa. Kelompok margo sudah mulai berani menampakkan dirinya dan menjalankan aksi-aksinya. Terjadi peristiwa G 30 S/PKI. Karman gelisah dan panik menyadari keadaan gawat. Marni istri karman merasakan perubahan karman. Sejak tersiar kabar yang dahsyat, Karman berubah menjadi pendiam. Karman mulai meninggalkan keluarganya untuk melarikan diri dari pengejaran polisi. Karman menyaksikan Triman tertangkap. Karman terus melanjutkan perjalanannya dengan status buronan. Dalam pelariannya Karman bertemu dengan Kastagetek yang tak menyadari bahwa Karman adalah seorang buronan. Karman merasa terharu dan kagum dengan kehidupan dan pemikiran Kastagetek yang sederhana. Kastagetek adalah orang yang hanya menggantungkan hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupannya yang damai itulah yang membuat Karma iri kepadanya. Karman melanjutkan perjalanannya ke Astana Lopajang, ia akhirnya tertangkap, tetapi karena sedang sakit terserang malaria pada waktu itu dan orang-orang tidak tega menghabisinya, Karman akhirnya dikirim ke pulau pengasingan selama 12 tahun sebagai hukuman.


Ringkasan Maka Karman bekerja dengan sangat hati-hati.Ia menggabungkan kesempurnaan tehnik, keindahan estetika, serta ketekunan.Hasilnya adalah sebuah mahkota masjid yang sempurna.Tidak ada kerutan-kerutan. Setiap sambungan terpatri rapi. Kerangkanya kokoh dengan pengelasan saksama. Leher kubah dihiasi kaligrafi dengan teralis. Karman sudah melihat jalan kembali menuju kebersamaan dan kesetaraan dalam pergaulan yang hingga hari-hari kemarin terasa mengucilkan dirinya. Oh, kubah yang sederhana itu. Dalam kebisuannya, mahkota mesjid itu terasa terus mengumandangkan janji akan memberikan harga asasi kepada setiap manusia yang sadar akan kemanusiaannya. Dan Karman merasa tidak terkecuali. Karman telah kembali menjadi Karman yang dulu, dan masyarakat Pegaten telah menerima kehadirannya. Masjid Haji Bakir makin tua, temboknya rapuh dan tampak retak-retak di beberapa bagian. Para jamaah sepakat hendak merenovasi masjid. Semua orang mendapat bagiannya masing-masing. Untuk menebus segala kesalahannya di masa lalu Karman memperbaiki dan membuat kubah pada masjid Haji Bakir. Berkart hasil kerja kerasnya, Karman mendapatkan pujian dari orang-orang Pegaten. Karman merasa sangat bahagia.


“Margo sangat aktif menambah jumlah anggota partainya. Teman-teman sejawat mulai dipengaruhinya, juga tetangga kirikanan, terutama para pemuda. Margo ingin menemukan bibit unggul di antara para pemuda itu untuk dimatangkan menjadi kader pilihan seperti dirinya. Bibit itu memang harus berusia muda, cerdas, dan yang terpenting anak muda itu punya sejarah demikian rupa sehingga mudah dipengaruhi dan dibina menjadi kader pilihan.” Kutipan diatas dapat dilihat di buku novel berjudul Kubah karya Ahmad Tohari terbitan tahun 2001 halaman 77. Pengungkapan Ahmad Tohari mengenai perekrutan anggota PKI yang lebih mengutamakan pemuda juga sesuai dengan pendapat Sulastomo dalam bukunya yang berjudul “Di balik tragedi 1965” halaman 18 yang menyatakan bahwa sebagian besar anggota PKI merupakan pemuda yang cerdas dan memiliki pemahaman sejarah. Anggota PKI berusaha untuk merekrut anggota lebih banyak agar serangan kudeta yang direncanakan akan berhasil. Partai Komunis Indonesia (PKI) aktif merekrut anggota dari kalangan pemuda melalui organisasi sayap pemuda. Perekrutan ini bertujuan untuk memperkuat basis massa dan pengaruh partai di kalangan generasi muda. Anggota muda yang direkrut seringkali mendapatkan pelatihan militer dasar serta doktrin ideologis untuk memastikan loyalitas mereka terhadap partai dan ideologi komunis. Representasi Pertama


“Dalam wilayah Kecamatan Kokosan, desa Pegaten terletak paling terpencil. Di sebelah Selatan terdapat hutan jati yang luas, sementara di bagian barat, desa Pegaten dibatasi perkebunan karet dan rawa-rawa. Tanah sawah serta ladangnya subur. Kalaulah sebagian penduduknya hidup miskin, pastilah bukan keadaan tanah yang menyebabkannya. Salah satu kenyataan yang telah menyebarkan kesengsaraan di daerah itu adalah pergolakan yang diawali oleh masuknya tentara Jepang.” Kutipan diatas dapat dilihat di buku novel berjudul Kubah karya Ahmad Tohari terbitan tahun 2001 halaman 119. Pemberontakan tentara Jepang di Pegaten dalam novel Kubah sesuai dengan pendapat Sulastomo dalam bukunya yang berjudul “Di balik tragedi 1965” halaman 5 yang menyatakan bahwa sebelum tragedi 1965 berlangsung, tentara Jepang sempat membuat pergolakan yang menyengsarakan rakyat Indonesia. Setelah terjadi masa sebelum tragedi 1965, ada pula masa pascatragedi 1965. Dalam novel Kubah terdapat tiga kejadian yang menggambarkan masa pascatragedi 1965, yaitu pelarian Karman, tertangkapnya Karman, dan pembuangan Karman selaku anggota komunis di Pulau B. Pertama, pelarian Karman. Tragedi 1965 membuat Karman tidak tenang. Ia tidak pernah tidur di rumah dan memilih untuk bersembunyi. Suatu malam Karman pamit kepada istrinya untuk bersembunyi di rumah Triman, sungguh di luar dugaan Triman tertangkap. Representasi Kedua


Representasi Ketiga “Kegelisahan Karman tidak mungkin tertahan lebih lama. Sudah beberapa malam ia tidak bisa tidur. Kalau malam tiba, ia bersembunyi di rumah ibunya atau berkerumun dengan orang lain di masjid Haji Bakir.” Kutipan diatas dapat dilihat di buku novel berjudul Kubah karya Ahmad Tohari terbitan tahun 2001 halaman 136. Persembunyian anggota komunis yang sering berpindah-pindah sesuai dengan catatan sejarah Departemen Penerangan RI (1994, 164) yang menyatakan bahwa anggota komunis yang melarikan diri tidak dapat hidup dengan tenang melainkan hidup secara berpindah-pindah dalam upaya menyelamatkan diri dari tangkapan aparat kepolisian. Setelah gerakan tersebut gagal, banyak anggota PKI berpindah-pindah tempat untuk menghindari penangkapan. Mereka menggunakan berbagai cara untuk bersembunyi, termasuk berpindah-pindah antar daerah dan mencari perlindungan di tempat-tempat yang dianggap aman. Pemerintah melakukan operasi besar-besaran untuk menangkap dan mengadili para pelaku yang terlibat dalam pemberontakan ini.


DAFTAR PUSTAKA 1.Tohari, A. (2001). Kubah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sulastomo. (2006). Di balik tragedi 1965. Jakarta: Yayasan Pustaka Ummat. 2. Departemen Penerangan RI. (1994). Gerakan 30 september: pemberontakan partai komunis Indonesia. Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada. 3. Sahliyah, C. (2017). Kajian New Historicism Novel Kubah Karya Ahmad Tohari. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra UPI, 17(1), 111-119. 4. See You!!


Click to View FlipBook Version