The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by lornadola, 2020-04-06 01:37:26

MONYET BERSAHABAT DENGAN GAJAH

MONYET BERSAHABAT DENGAN GAJAH

Pada suatu hari, Sang Gajah pergi mencari makanan. Di perten-
gahan jalan, Sang Gajah terserempak dengan Sang Sawa.
Rupa-rupanya Sang Sawa itu sedang membelit Sang Monyet.

"Tolong! Jangan makan aku!" Sang Monyet merayu.

Tetapi Sang Sawa tidak peduli. "Aku lapar. Engkau akan
menjadi habuanku," kata Sang Sawa.

"Kasihanilah aku! Anakku masih kecil. Jika aku mati, anakku
akan turut mati," Sang Monyet terus merayu.

"Aku tidak peduli," tegas Sang Sawa.

Sang Sawa hendak menelan Sang Monyet. Tetapi sebelum
Sang Sawa sempat berbuat demikian, Sang Gajah menyuruhnya
membebaskan Sang Monyet.

"Lepaskanlah Sang Monyet itu! Sang Monyet mempunyai anak
kecil. Jika engkau menelan Sang Monyet, anaknya akan mati
kelaparan," Sang Gajah memarahi Sang Sawa.

Sang Sawa takut pada Sang Gajah. Sang Sawa tidak berdaya
hendak melawan Sang Gajah. Sang Gajah lebih gagah dan
berani.

"Baiklah!" kata Sang Sawa. Sang Sawa lalu melepaskan Sang
Monyet. Terselamatlah Sang Monyet.

"Terima kasih!" kata Sang Monyet kepada Sang Gajah. "Aku
tidak akan melupakan budi kamu," ujar Sang Monyet lagi.

Sang Monyet terus beredar dari situ. Semenjak hari itu, Sang
Monyet bersahabat baik dengan Sang Gajah.

Tidak lama kemudian, berlakulah musim kemarau. Banyak
tumbuhan mati. Makanan sudah payah dicari.

Suatu hari, Sang Monyet pergi mencari makanan. Sang
Monyet terserempak dengan Sang Gajah. Sang Gajah sedang
terbaring. Tubuhnya lemah kerana sudah beberapa hari tidak
makan.

"Mengapakah engkau berbaring
di sini, wahai Sang Gajah?" Sang
Monyet bertanya.

"Aku sudah tidak bertenaga lagi. Aku tersangat lapar," jawab
Sang Gajah.

"Sekarang aku akan membalas budimu. Marilah ikut aku. Aku
tahu ada suatu tempat yang masih banyak dengan makanan,"
jelas Sang Monyet.

Sang Gajah lalu mengekori Sang Monyet. Tiba di suatu
tempat, Sang Gajah terkejut melihat begitu banyak pokok
tebu.

Sang Gajah tidak kelaparan lagi. Sang Gajah dapat makan
tebu di situ.

Tidak lama kemudian, berlakulah pula musim hujan. Sang
Monyet pergi mencari buah-buahan. Ketika melompat, Sang
Monyet terpijak di dahan licin.

Apalagi! Terjatuhlah Sang Monyet. Sang Monyet terjatuh di
dalam lumpur. Lumpur itu sangat dalam. Sang Monyet tidak
dapat keluar dari lumpur itu. Sang Monyet lalu menjerit meminta
pertolongan.

"Tolong! Tolong!" Sang Monyet menjerit-jerit.

Suara Sang Monyet didengari oleh Sang Gajah. Kebetulan
Sang Gajah sedang mencari makanan di tempat itu.

Sang Gajah segera datang untuk menolong Sang Monyet. Tetapi
Sang Gajah tidak dapat mengharungi lumpur itu. Jika Sang Gajah
mencuba juga, nescaya Sang Gajah akan turut tenggelam.

Sang Gajah lalu menumbangkan sebatang pokok. Pokok itu
diangkatnya lalu dimasukkannya ke dalam lumpur itu. Dapatlah
Sang Monyet meniti. Gembiralah Sang Monyet kerana sudah
terselamat.

Suatu hari, Sang Monyet terserempak dengan sekumpulan
pemburu. Lintang-pukanglah Sang Monyet melarikan diri. Sang
Monyet terus pergi menemui Sang Gajah.

"Wahai sahabatku, Sang Gajah! Lekaslah engkau pergi
melarikan diri," kata Sang Monyet.

"Mengapakah pula aku harus melarikan diri?" Sang Gajah
berasa hairan.

"Aku terjumpa sekumpulan pemburu sedang menuju ke mari,"
Sang Monyet memberitahu.

"Aku boleh melawan mereka,"
tegas Sang Gajah.

"Tidak boleh! Mereka ramai.
Mereka juga mempunyai
senapang," ujar Sang Monyet.

"Pergilah engkau melarikan diri!"
Sang Monyet menasihati Sang
Gajah.

Sang Gajah mengajak Sang
Monyet melarikan diri bersama-
samanya. Tetapi Sang Monyet tidak
dapat berbuat demikian kerana
Sang Monyet mempunyai anak
yang masih kecil.

"Bagaimanakah pula halnya
dengan dirimu?" tanya Sang Gajah.

"Tidak usahlah engkau berasa
bimbang pada diriku. Aku akan terselamat. Aku boleh
bersembunyi di celah pokok," jelas Sang Monyet.

Sedihlah hati mereka kerana terpaksa berpisah. Namun,
apakan daya! Air mata mereka bercucuran.

"Selamat tinggal, wahai Sang Monyet!" ujar Sang Gajah.

"Selamat jalan, wahai Sang Gajah!" balas Sang Monyet.

Sang Gajah pun terus pergi dari situ.

NILAI MURNI
Adik-adik, salah satu sifat sahabat sejati ialah bertimbang

rasa dan suka memberikan pertolongan. Oleh yang demikian,
adik-adik haruslah memiliki sifat sedemikian dalam
persahabatan. Sifat tersebut merupakan salah satu ciri akhlak
yang mulia.

CERITA DARI ZOOM A


Click to View FlipBook Version