Koneksi Antar Materi
RELEVANSI PERJALANAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Mata Kuliah: Filosofi Pendidikan
ANA ASTUTI NINGRUM
PPG Prajabatan 2022
Universitas Muhammadiyah
Palembang
Dosen Pengampu:
Dr. Saleh Hidayat, M. Si.
MULAI DARI DIRI DAN
KOMITMEN DIRI
Menjadi guru sudah menjadi cita-cita saya sejak
kecil. Seiring berjalannya waktu, ada beberapa
guru di sekolah yang menjadi inspirasi. Para
guru tersebut memiliki cara penyampaian materi
yang berkesan sehingga menjadikan saya ingin
menjadi seperti beliau kelak. Kini, saya sudah
mencoba terjun langsung dalam dunia
pendidikan meskipun masih sebatas di
bimbingan belajar. Perjalanan saya masih jauh
dan saya bersyukur diberikan kesempatan untuk
belajar lebih banyak lagi melalui program
Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Saya berkomitmen untuk sungguh-sungguh
belajar pada program PPG ini agar kelak saya
dapat menjadi guru yang professional. Nantinya
saya ingin dapat menjadi guru yang
memerdekakan peserta didik. Mengajari para
peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan
kodrat zaman, serta mengajarkan nilai-nilai
budaya bangsa sehingga menjadikan mereka
peserta didik berprofil pelajar Pancasila.
ARGUMENTASI KRITIS PERJALANAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Psuemndbiedri:khatntpsse:b//erluummakheinmdeorndeeskiaa.aonrg/
Kondisi dunia pendidikan sebelum kemerdekaan
sangat memprihatinkan dimana hanya orang-
orang bangsawan saja yang dapat mengenyam
pendidikan. Namun demikian, para bangsawan
yang mengenyam pendidikan ini hanya
diajarkan pendidikan intelektual saja, seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Hal tersebut
dilakukan demi kepentingan penguasa kolonial
Belanda itu sendiri. Maka Ki Hadjar Dewantara
mendirikan Taman Siswa untuk memfasilitasi
para masyarakat menengah kebawah untuk bisa
mengenyam pendidikan. Taman Siswa juga
tumbuh menjadi lembaga pendidikan yang lebih
menjunjung adat ketimuran yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia (Iswahyudi,
2021).
ARGUMENTASI KRITIS PERJALANAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, praktik
pendidikan di Indonesia masih terbelenggu oleh
pembelajaran yang berfokus pada perkembangan
intelektual peserta didik tanpa ada pembelajaran
yang berkaitan dengan budaya. Hal tersebut
menjadi salah satu fokus yang perlu dibenahi
karena pendidikan setelah merdeka sangat
terbatas sebab masih mengacu pada sistem
pendidikan yang lebih mementingkan
peningkatan intelektual dan nilai belajar saja,
sehingga peseta didik tidak leluasa untuk
belajar dengan tentram karena adanya sistem
pendidikan yang menuntut peserta didik untuk
memiliki atau memperoleh nilai belajar yang
besar tanpa adanya peningkatan potensi diri
peserta didik.
Hal ini akan memberatkan peserta didik karena
setiap peserta didik memiliki kemampuan dan
bakatnya masing-masing. Selain itu dengan
mengikuti pendidikan gaya barat menyebabkan
pendidikan karakter tidak diperhatikan. Jika
dibiarkan maka akan menyebabkan banyak
peserta didik tidak memiliki karakter dan
kebudayaan bangsanya sendiri.
ARGUMENTASI KRITIS PERJALANAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Praktik pendidikan saat ini juga masih terlihat
kesenjangan terutama untuk pendidikan di
perkotaan dan pedesaan. Hal ini dapat terlihat
dari jumlah guru yang lebih banyak di
perkotaan dibandingkan di pedesaan (Vito &
Krisnani, 2015). Selain itu, fasilitas yang
disediakan juga terbatas dan guru yang
mengajar kurang kompeten di daerah pedesaan
(Vito & Krisnani, 2015).
Pemerintah berusaha untuk melepaskan
belenggu yang menjerat peserta didik tersebut.
Pemerintah dengan segala upayanya khususnya
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia dalam hal ini berusaha
untuk mengatasi kesenjangan pendidikan yang
terjadi di pedesaan dan perkotaan yaitu dengan
mengeluarkan Program Sarjana Mendidik di
Daerah (SM3T) (Vito & Krisnani, 2015).
Pemerintah juga berupaya agar menanamkan
nilai-nilai kebudayaan kepada peserta didik
melalui kurikulum 2013 dan merdeka. Pada
kurikulum tersebut peserta didik diharapkan
akan menjadi pelajar berprofil Pancasila dan
memiliki kecakapan abad 21.
PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
TERHADAP PENDIDIKAN
K i H a d j a r D e w a n
t a r a m e m i l i k i p e r h a t i a n
terhadap pendidikan karakter bangsa. Menurut
Ki Hadjar Dewantara, “Pendidikan adalah
tempat persemaian segala benih-benih
kebudayaan yang hidup dalam masyarakat
kebangsaan” (GTK Kemendikbudristek, 2020).
Maksud dari pernyataan tersebut adalah agar
segala unsur peradaban dan kebudayaan bangsa
Indonesia dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya.
Kemudian kelak dapat diteruskan kepada anak
cucu kita yang akan datang.
Dalam praktik penerapan di Indonesia, Ki Hajar
Dewantara menyampaikan bahwa pendidikan
seharusnya bisa memerdekakan para peserta
didik dalam proses belajar. Para peserta didik
seharusnya bisa menikmati pendidikan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan mereka. Dalam
praktiknya, pendidikan tidak bisa berdiri
sendiri (Oktalia, 2022).
https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/
PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
TERHADAP PENDIDIKAN
Pendidikan berkarakter
https://udfauzi.com/pendidikan-karakter/
Pendidikan berjalan beriringan dengan
kebudayaan guna membentuk peradaban yang
diimpi-impikan. Guru tidak hanya mengajar
materi di kelas tapi juga mengajarkan
kebudayaan kepada para peserta didik. Menurut
Ki Hajar Dewantara, pendidikan dan
kebudayaan seharusnya tidak statis. Kedua hal
ini harus mampu mengikuti perkembangan dan
perubahan zaman yang ada. Karena pada
dasarnya, perubahan merupakan suatu hal yang
kekal dan pasti akan terjadi (Oktalia, 2022).
REFLEKSI DIRI
Dari pembahasan koneksi antar materi di atas
dapat saya simpulkan hal apa yang harus saya
lakukan untuk mewujudkan pendidikan yang
saya inginkan. Hal yang bisa saya terapkan di
kelas saya nantinya adalah sebagai berikut.
1. Memahami karakter, kemampuan, bakat, dan
keinginan peserta didik dalam pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
2. Menyadari tiap peserta didik mempunyai
bakat masing-masing, tidak bisa memaksakan
mereka harus bisa suatu materi.
3. Mengintegrasikan nilai-nilai budaya dalam
pembelajarannya. Saya tidak akan fokus pada
nilai kognitif saja namun juga akan mendidik
karakter serta keterampilan para peserta
didik.
4. Mengubah pola pikir saya bahwa guru adalah
satu-satunya sumber belajar, namun guru
berperan sebagai fasilitator peserta didik
untuk menuntun mereka mengembangkan
bakatnya.
5. Menyiapkan pendidikan bagi peserta didik
untuk memiliki kecakapan abad 21 yaitu
kemampuan komunikasi, kreatif, kolaboratif,
dan berpikir kritis dengan membuat kelas
dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
GTK Kemendikbudristek. (2020). Pendidikan
adalah Tempat Persemaian Benih-benih
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan.
https://gtk.kemdikbud.go.id/
Iswahyudi. (2021). Mengenal Ki Hadjar
Dewantara dan Pendidikan di Indonesia.
Mojokerto: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.
https://dispusip.mojokertokota.go.id/
Oktalia, Dwi. (2022). Filosofi Pemikiran Ki
Hajar Dewantara dan Perjalanan Pendidikan
yang Ada di Indonesia. Diakses 20 Desember
2022, https://www.kompasiana.com/
Vito, Benediktus & Krisnani, Hetty. (2015).
Kesenjangan Pendidikan Desa dan Kota. Jurnal
Universitas Padjajaran. Bandung: Unpad Press.
Vol 2, N0. 2. Diakses 25 Desember 2022,
https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13533