The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by f10, 2020-11-25 01:36:31

01 The Secret Seven - Serikat Sapta Siaga

01-Serikat Sapta Siaga

kirimkan surat pada Pak Penjaga, supaya turun entakkan ke lantai batu. Aneh, benar-benar
sebentar ke gudang. Surat itu sebaiknya harus
diterimanya lusa. Pasti dia akan kaget jika aneh!
melihat ada dua orang anak terkurung dalam Lemari tempat Jack dan Peter dikurung se¬
gudang! Biar tahu rasa mereka! Anak-anak
rewel!” benarnya lemari tempat menggantungkan
mantel. Tempatnya sempit, dingin, dan pengap.
Peter masih mendengarkan terus. Siapa yang Kedua anak itu gelisah. Senang juga hati me¬
disebut ”Kilat Biru”? Aneh benar nama itu! Ia reka ketika datang salah seorang membukakan
gemetar, ketika mendengar kedua orang yang pintu. Mereka disumh keluar.
tak dikenal tadi datang mendekati lemari.
Tetapi pintu tidak mereka buka. Salah se¬ ”Sekarang, lepaskan kami,” kata Peter. Baru
orang—mungkin Mac—berseru lewat celah. saja ia membuka mulut, bahunya sudah dipukul
dengan keras.
”,Kalian boleh mengeram di situ, sampai
pekerjaan kami selesai.” "Jangan banyak bicara!” bentak salah satu
dari kedua orang yang memandang mereka
Kemudian bermacam-macam suara aneh me¬ dengan marah. Jack dan Peter didorong dari
nyusul. Ada sesuatu yang kedengarannya se¬ belakang, ke arah pintu gudang bawah tanah.
dang diangkut ke mang penyimpanan makanan. Keduanya didorong kuat-kuat, sehingga hampir-
Peter dan Jack mendengar bunyi meretih, se¬ hampir terjatuh di tangga. Pintu ditutup, lantas
perti kayu yang sedang dibakar. Setelah itu dikunci dari luar. Wah, gawat! Sekarang mereka
tercium bau menusuk hidung lewat celah-celah juga terkurung!

pintu. Dari gudang di bawah mereka mendengar
”Wahh! Mereka sedang merebus sesuatu. suara. Astaga, Kilat Biru-kah yang di bawah
itu? Siapa sebenarnya Kilat Biru?
Apa itu ya?” kata Peter. ”Baunya minta ampun.
Busuk sekali!” ”Nyalakan lampu sentermu,” bisik Jack.
”Aku ingin tahu, siapa orang yang ditawan di
Mereka tak bisa menerka, bau apa yang sini. Aku ingin melihat wujudnya!
tercium itu. Kemudian terdengar lagi suara
ribut seperti ada yang menjerit, bercampur
dengan dengusan. Lalu bunyi gedebak-gedebuk,
seakan-akan ada barang berat yang dientak-

100
101

11
Tawanan

Peter menyalakan lampu senter. Tangannya ”Kudanya bagus. Kelihatannya seperti kuda
gemetar. Apa yang akan mereka lihat sebentar pacuan,” ujar Jack. ”Mungkinkah mereka yang
lagi? di atas itu mencurinya? Barangkali mereka
menyembunyikannya di sini untuk mengubah
Pemandangan yang tampak di bawah begitu warna bulunya, atau untuk melakukan hal-hal
tak terduga, sehingga napas kedua anak itu lain. Pencuri kuda biasa melakukannya, supaya
tersentak. Mereka memandang seekor kuda pemiliknya tidak mengenali kudanya lagi. Se¬
yang bagus sekali. Dari telinga yang meruncing telah itu dijual dengan nama lain.”
ke atas serta mata yang terputar-putar, kelihatan
jelas bahwa kuda itu sama takutnya seperti ”Aku tak tahu. Barangkali dugaaanmu
kedua anak yang memandangnya. benar,” kata Peter. ”Aku hendak mendekati-

”Kuda!” ujar Jack dengan suara lemah. ”Ya 99
ampun, kuda!”
nya.
"Betul! Suara pekikan yang kita dengar tadi, ”Kau tak takut?” tanya Jack. ”Lihat itu,
rupanya suara kuda ini meringkik. Sedang
gedebak-gedebuk adalah bunyi kukunya di matanya berputar-putar!”
lantai batu, ketika dia sedang ribut ketakutan,”
ujar Peter. ”Oh, Jack, kasihan kuda ini! Jahat 103
benar kedua orang itu, mengurung seekor kuda
dalam kamar ini di bawah tanah! Untuk apa
mereka melakukannya?”

102

"Tidak, aku tak takut,” jawab Peter. Ia biasa orang tadi mengecat bulunya!” seru Peter.
bergaul dengan kuda di tempat pertanian ayah¬ "Punggungnya masih basah karena cat!”
nya. Ia sudah mengenal kuda sejak kecil.
"Kasihan! Dia ingin diajak bicara dan ditenang¬ "Rupanya ini bau yang kita cium tadi. Rupa¬
kan.” nya mereka sedang merebus cat untuk mengu¬
bah warna bulunya,” ujar Jack. "Kilat Biru
Peter menuruni tangga sambil bicara. "Rupa¬ yang malang! Kau diapakan oleh mereka?”
nya kau yang bernama Kilat Biru ya? Namamu
bagus sekali. Kau juga kuda yang bagus. Ja¬ Untuk tempat berbaring kuda itu, tersedia
ngan takut, Manis. Aku temanmu. Biarkan setumpuk jerami di satu pojok. Sedang di
aku mengusap hidungmu yang lembut. Nanti pojok lainnya terdapat palung berisi rumput
kau akan tenang!” kering. Dalam sebuah ember besar ada gandum
makanan kuda, sedang dalam ember lain ter¬
Kuda itu meringkik sambil beijingkrak men¬ sedia air.
jauh. Tapi Peter tidak takut. Ia terus maju
mendekati kuda yang sedang ketakutan itu. "Nah, kalau kita ingin berbaring, kita ter¬
Diusap-usapnya hidung lembut binatang itu. paksa mengambil jerami itu sedikit,” ujar Peter.
Kuda itu berdiri tak bergerak, tapi tiba-tiba ia "Untuk makan, itu ada gandum!”
menempelkan hidungnya ke bahu Peter sambil
mendengus-dengus pelan. "Ah, rasanya kita tak perlu khawatir,” jawab
Jack. "Aku berani bertaruh, sebentar lagi Colin
"Kemarilah, Jack. Kuda ini sudah tenang dan George akan datang mencari kita. Begitu
sekarang,” panggil Peter. "Coba lihat, bukan kita mendengar mereka datang, kita berteriak-
main bagusnya! Jahat sekali orang-orang itu— teriak sekuat tenaga!”
mengurung kuda dalam gudang gelap seperti
ini. Benar-benar keterlaluan!” Keduanya duduk di atas jerami sambil me¬
nunggu. Kilat Biru juga memutuskan untuk
Jack ikut turun ke bawah. Diusap-usapnya ikut berbaring. Jack dan Peter menyandarkan
punggung kuda itu, lalu berseru, "Ih! Pung¬ badan ke tubuh kuda yang hangat. Mereka
gungnya basah dan lengket!” hanya menyayangkan bau cat celup yang ter¬
lalu menusuk hidung.
Peter mengarahkan cahaya senter ke pung¬
gung kuda. Ternyata benar, kelihatan basah Di luar, di lapangan bersalju yang mulai
dan berkilat. "Jack! Kau benar! Rupanya kedua mencair, Colin dan George menunggu dengan
perasaan tak sabar. Rasanya sudah terlalu lama

104 105

mereka berdua menunggu. Mereka melihat Jack ya?” katanya. ”Rupanya hari ini ada lagi anak-
dan Peter menghilang di balik pagar peka¬ anak yang bermain di sini, dan membuat be¬
rangan rumah tua. Dengan susah payah, mereka berapa boneka lagi. Ayo, kita pergi saja. Anjing
berhasil juga menahan Skippy yang berusaha yang menggonggong tadi rupanya tersasar.”
menyusul. Setelah itu mereka berdiri diam-
diam selama setengah jam, sambil menunggu Kedua orang itu meninggalkan pagar, lalu
Peter dan Jack kembali. Tiba-tiba Skippy mulai beijalan menuju ke rumah tua. Colin dan
menggeram. George menarik napas lega. Wah, nyaris me¬
reka celaka! Untung mereka mengenakan pa¬
”Rupanya dia mendengar sesuatu,” kata kaian samaran yang berwarna putih. Dan
Colin. ”Ya, betul—ada mobil datang. Mudah- untung Skippy juga serbaputih.
mudahan saja bukan orang yang kemarin.
Kalau mereka yang datang, Peter dan Jack Lama setelah itu keadaan sunyi. Tak ter¬
pasti akan terjebak!” dengar bunyi sama sekali. Colin dan George
semakin kedinginan. Keduanya juga semakin
Tapi yang datang memang orang yang ke¬ tak sabar. Apa yang sedang teijadi dalam ru¬
marin. Kali ini mobil mereka tidak meng¬ mah tua itu? Mereka ingin sekali mengetahui¬
gandeng apa-apa. Mobil itu berhenti di depan nya. Apakah Jack dan Peter dijebak oleh kedua
pintu pagar rumah tua. Dua orang keluar dari orang yang baru datang itu?
dalam mobil. Tiba-tiba Skippy menyalak de¬
ngan keras. Colin segera memukulnya. ”Tolol!” Mereka merasa perlu meninggalkan tempat
desis anak itu. ”Sekarang kau membuka rahasia itu, dan pergi menyelidiki sendiri ke rumah
kita. Kita akan ketahuan!” itu untuk melihat apa yang teijadi. Tapi tiba-
tiba mereka mendengar sesuatu. Ada orang
Satu dari kedua orang yang turun dari mobil bicara. Ah, rupanya kedua orang yang tadi
datang ke dekat pagar lapangan. Ia memandang datang sudah kembali. Terdengar bunyi pintu
keenam "boneka salju”. mobil terbuka, dan kemudian tertutup kembali
dengan pelan-pelan. Mesin dihidupkan. Mobil
”Hei! Kemari sebentar!” katanya memanggil meluncur ke ujung jalan, memutar di pintu
temannya. Yang dipanggil datang menghampiri. pagar lapangan, lalu melaju pergi di atas salju
Colin dan George gemetar ketakutan. lembut yang mulai mencair.

”Apa? Ah, itu. Kemarin kan kita sudah ”Mereka sudah pergi,” ujar Colin. ”Dan
melihat boneka-boneka itu. Kau sudah lupa
107
106

kita ini benar-benar tolol. Kenapa tadi tidak Tak ada yang menjawab. Rumah itu tetap
menyelinap ke pagar, dan mencatat nomor sunyi. Kemudian Skippy menyalak dengan lan¬
polisi mobil itu. Sekarang sudah terlambat!” tang, lalu lari ke lorong yang terdapat di
antara dapur dan ruang penyimpanan makanan.
”Ya, mestinya itu kita lakukan tadi,” kata Anjing itu mengorek-ngorek di depan sebuah
George membenarkan. ”Apa yang harus kita pintu.
lakukan sekarang? Apakah sebaiknya kita tung¬
gu saja sampai Peter dan Jack keluar lagi?” Dengan segera Colin dan George mengikuti
ke lorong. Sesampainya di sana, segera ter¬
”Ya, tapi jangan terlalu lama,” ujar Colin. dengar suara Peter.
”Kakiku sudah beku rasanya.”
”Siapa itu? Colin? George? Kalau itu kalian,
Mereka menunggu lagi selama lima menit. sebutkanlah kata sandi kita!”
Tapi baik Jack maupun Peter masih belum
muncul juga. Karena itu kedua anak itu pergi "Pekan!” seru George. ”Di mana kalian?”
ke pintu pagar. Kaki mereka teijeblos-jeblos ”Di sini! Dalam gudang bawah tanah. Kami
ke dalam salju yang mulai mencair. Mereka akan naik ke atas,” terdengar suara Peter ber¬
memanjat pagar, dan tak lama kemudian me¬ seru dari bawah. ”Kami tak apa-apa. Bisakah
reka sudah berjalan di pekarangan rumah tua. kalian membuka pintu—atau barangkali kunci¬
Keduanya bergegas ke pintu depan, dibuntuti nya dibawa orang-orang itu?”
Skippy. ”Tidak! Kuncinya ditinggal di sini!” jawab
Colin.
Tapi seperti sudah dapat diduga, Colin dan Pintu itu dibukanya, lalu didorong sehingga
George tidak bisa masuk lewat pintu itu. Me¬ terbuka lebar. Tepat pada saat itu Jack dan
reka juga tak bisa masuk lewat pintu samping, Peter sampai di ujung atas tangga.
begitu pula pintu belakang. Kemudian, seperti Mereka disusul oleh Kilat Biru. Rupanya
yang dialami Jack dan Peter, mereka melihat kuda itu tak mau ditinggal sendiri dalam gu¬
jendela terbuka! Mereka menyelinap kevdalam, dang yang gelap. Ia ingin bersama-sama kedua
dan sampai di dapur. Keduanya menajamkan teman kecilnya yang baik hati.
telinga. Tapi tak ada yang terdengar. Colin dan George melongo karena heran.
Mata mereka melotot memandang Kilat Biru,
Mereka memanggil-manggil dengan suara pe¬ seakan-akan belum pemah melihat kuda se-
lan.
109
"Jack! Peter! Di mana kalian?”

108

umur hidup mereka. Seekor kuda—terkurung 12
dalam gudang bawah tanah—bersama Peter Rahasia Terbongkar
dan Jack. Benar-benar luar biasa!
Enam sosok tubuh melangkah di jalan ber¬
”Orang-orang itu sudah pergi?” tanya Peter. salju. Dua orang anak bermantel hitam, dua
Cobn mengangguk. lagi mengenakan pakaian serbaputih yang aneh
kelihaiannya. Kemudian seekor anjing beijubah
”Ya, mereka pergi dengan mobil mereka. putih kedodoran, dan seekor kuda yang ba¬
Karena itulah kami datang kemari untuk men¬ gus. Wajah keempat anak itu dicat putih.
cari kalian. Mereka melihat kami di lapangan, Kelihatannya benar-benar aneh. Tapi tak ada
karena tiba-tiba Skippy menggonggong. Tapi yang berpapasan dengan mereka, jadi tak apa¬
mereka menyangka kami boneka salju. Dan lah!
kalian—apa yang tadi teijadi di sini?”
Sambil beijalan, Peter asyik bercerita. Colin
"Sebaiknya kita keluar saja dari rumah ini,” dan George mendengarkan dengan mulut me¬
ujar Peter. ”Aku tak tahan lagi lama-lama di longo. Mereka sebenarnya agak iri, karena
sini.” Kemudian ia pergi menuntun Kilat Biru. .tidak ikut mengalami peristiwa gawat itu.

Colin heran, mengapa kuda itu tidak me¬ "Kilat Biru akan kumasukkan ke dalam salah
nimbulkan bunyi berisik pada saat beijalan di satu kandang kuda di tempat pertanian kami,'
lantai papan. Dipandangnya kuku kuda, lalu ujar Peter. "Sekarang dia aman! Pasti kedua
berseru, "Lihatlah! Apa yang di kakinya itu?” orang itu akan bingung jika melihat Kilat
Biru sudah lenyap. Besok akan kita laporkan
"Sandal bulu yang dibuat pas untuk kuku- semuanya pada polisi. Kita besok bertemu
kukunya,” jawab Peter sambil meringis. "Jejak- pukul setengah sepuluh pagi di gudang—dan
nyalah yang kelihatan aneh di salju. Rupanya
kedua orang itu sengaja memasangkannya, agar 111
tidak terlalu ribut di gudang bawah tanah!
Wah, tadi kuda ini ketakutan sekali sewaktu
kami menemukannya. Ayo—aku mau pulang
saja!”

110

jangan lupa jemput Pam dan Barbara! Wah, di gudang pukul setengah sepuluh pagi ini,”
bukan main, kita benar-benar mengalami pe¬ kata Peter. "Bagaimana kalau polisi kita undang
tualangan seru. Dan menurut pendapatku, Sapta untuk menghadirinya?”
Siaga telah berhasil menyelesaikan tugas de¬
ngan baik! Aduh, aku mengantuk sekali. Aku ”Tak mungkin—kurasa polisi pasti tak mau
pasti nanti langsung tertidur!” duduk di atas pot kembang dan peti-peti
kalian,” bantah ibunya. "Sebaiknya kalian ber¬
Setengah jam kemudian mereka sudah ber¬ kumpul semua di kamar kerja Dad. Tempat
baring dan tidur nyenyak. Janet sama sekali itu cocok untuk para polisi.”
tidak bangun ketika Peter masuk. Kilat Biru
sudah dimasukkan ke dalam kandang sebelum¬ Jadi pukul setengah sepuluh, ketujuh ang¬
nya. gota Sapta Siaga sudah siap menanti dalam
kamar keija ayah Peter. Mereka gelisah. Apa¬
Keesokan harinya, seisi rumah gempar! Peter lagi anggota tak resmi, Skippy. Anjing itu
melaporkan pengalaman mereka kemarin ma¬ sudah tak tahu apa yang harus diperbuatnya.
lam pada orangtuanya. Ayahnya mendengarkan Lari ke sana kemari, menggigit-gigit ujung
dengan heran, lalu pergi ke kandang untuk permadani.
memeriksa Kilat Biru.
Tepat pukul setengah sepuluh, bel berbunyi.
”Wah, ini kuda pacuan hebat,” ujarnya se¬ Pintu dibuka ibu Peter, dan dua orang polisi
sudah selesai memeriksa. ”Dan kelihatan jelas, berbadan tegap masuk. Keduanya memandang
bulunya diolesi semacam cat sehingga berwarna dengan heran ketika melihat banyak anak-
cokelat. Menurut perasaanku, orang-orang itu anak duduk membentuk lingkaran.
berniat menjualnya untuk diikutkan ke per¬
lombaan dengan nama lain. Wah, wah, wah! "Selamat pagi,” ujar Pak Inspektur memberi
Kau dan Sapta Siaga berhasil menghalang- salam. "Eh—ada apa ini sebenarnya? Anda
halangi niat penjahat itu, Peter!” tadi tak mau bicara banyak sewaktu me¬
nelepon.”
"Apakah sebaiknya sekarang kita laporkan
saja pada polisi?” ujar ibunya dengan cemas. "Memang saya sengaja. Saya ingin Pak
"Menurutku, polisi harus cepat-cepat menang¬ Inspektur mendengar sendiri ceritanya dari mu¬
kap bandit-bandit itu.” lut anak-anak ini,” jawab ayah Peter. Ia mem¬
bentangkan koran pagi, dan meletakkannya ke
”Serikat Sapta Siaga akan mengadakan rapat atas meja. Anak-anak berkerumun.

112 113

Pada halaman depan tertera gambar seekor maparkan, di malam itu ia sibuk mencari len¬
kuda dalam ukuran besar. Bagus sekali kuda cana anggota Sapta Siaga-nya yang teijatuh di
itu. Di bawahnya tertulis dengan huruf-huruf lapangan. Sesudah itu ia melihat mobil datang
besar: dengan menggandeng sebuah kotak besar
beroda.
KILAT BIRU DICURI ORANG.
KUDA PACUAN TERKENAL ”Sekarang saya tahu, kotak itu gerobak
pengangkut kuda,” ujarnya. ”Tapi kemarin saya
HILANG LENYAP. belum tahu. Saya tak bisa menerka—dan saya
POLISI BELUM MENGETAHUI TEMPAT kira semacam gerobak pengangkut barang pin¬
dahan. Saya juga sama sekali tidak melihat
DISEMBUNYIKAN. j endela-j endela. ”

”Tentu Anda melihatnya juga pagi ini,” kata Ketujuh anak itu bercerita sambung-
ayah Peter lagi. ”Peter, katakanlah pada Pak menyambung. Akhirnya sampai pada bagian
Inspektur, di mana Kilat Biru sekarang!” yang menegangkan. Peter dan Jack menyelinap
masuk ke dalam rumah untuk mencari tempat
”Dalam kandang kami!” seru Peter. Senang tawanan dikurung—kemudian mereka teijebak.
sekali anak itu, ketika melihat wajah kedua Selanjutnya Colin dan George. Keduanya
polisi yang keheranan. berebutan bercerita, bahwa mereka kemudian
ikut menyelinap masuk ke rumah tua lewat
Kedua polisi itu mengeluarkan buku catatan jendela, untuk mencari Jack dan Peter.
masing-masing. ”Ini penting sekali,” ujar Pak
Inspektur pada ayah Peter. "Benarkah kuda itu ”Anak-anak ini gemar bertualang rupanya!”
ada dalam kandang Anda?” ujar Pak Inspektur sambil memandang ibu
Peter. Matanya memancarkan sinar geli.
”Saya rasa begitu,” jawab ayah Peter. ”Anda
silakan melihatnya, kalau mau. Peter, ceritakan¬ ”Ya, memang,” balas ibu Peter. ”Tapi saya
lah pengalaman kalian.” tak senang kalau mereka berkeliaran di malam
hari. Pak Inspektur. Seharusnya saat itu mereka
”Sebaiknya kami bergiliran saja mencerita¬ berada di tempat tidur, dan tidur pulas.”
kannya,” kata Peter. Kemudian ia mulai ber¬
cerita. Dikisahkannya, mereka bertujuh mem¬ ”Betul,” kata Pak Inspektur lagi, ”saya setuju
buat boneka salju di lapangan. Kemudian gi¬ dengan pendapat Anda. Seharusnya mereka
liran Jack memaparkan pengalamannya. Ia me¬
115
114

segera melaporkannya pada polisi. Memecah¬ menyesal. ”Tapi kedua teman perempuan kami
kan rahasia adalah urusan kami. Berkeliaran ini mengetahui sesuatu tentang gerobak kuda¬
tengah malam, menyamar sebagai boneka nya. Mereka sempat mengukur lebar roda,
salju—belum pernah saya dengar kelakukan bahkan menggambar jejak-jejak roda itu yang
seperti itu!” membekas pada salju lembut.”

Pak Inspektur berbicara dengan suara galak, ”Janet yang membuatnya,” ujar Barbara de¬
sehingga ketiga anak perempuan anggota Sapta ngan jujur. Ia menyesal karena menertawakan
Siaga merasa ketakutan. Tapi kemudian mereka temannya itu ketika sedang sibuk menggambar.
melihat Pak Inspektur tersenyum. Barulah ke¬ Janet mengeluarkan lembaran kertas yang ber¬
tiganya sadar, bahwa sebenarnya polisi itu gambar jejak roda gerobak. Pak Inspektur de¬
senang melihat hasil penyelidikan mereka. ngan segera mengambilnya. Ia kelihatan puas
sekali!
”Sekarang saya harus menyelidiki nama pe¬
milik rumah tua itu,” katanya melanjutkan, "Hebat! Kalian benar-benar bekerja dengan
”sesudah itu akan saya tanyakan padanya, sangat teliti. Sekarang tak ada gunanya lagi
barangkali dia mengetahui hal-hal yang terjadi memeriksa jejak itu, karena salju sudah me¬
di rumahnya itu.” leleh. Ini bukti yang sangat penting. Wah,
kalian ini banyak sekali akalnya!”
”Pak Inspektur tak perlu susah-susah lagi.
Namanya Mr. Holikoff. Dia tinggal di Covelty, Muka Janet merah padam karena malu ber¬
di Jalan Heycom Nomor 64!” seru George campur bangga. Peter memandang adiknya de¬
dengan segera. ”Kami—maksudku, Pam dan ngan senyum senang. Adik perempuaiinya itu
saya sendiri yang menyelidikinya.” memang hebat. Seorang anggota Sapta Siaga
sejati!
”Bagus!” ujar Pak Inspektur. Petugas polisi
yang satu lagi dengan segera mencatat ke¬ ”Rupanya anak-anak ini sudah melakukan
terangan itu. ”Bagus sekali kerja kalian!” hampir semua tugas yang harus kami kerja¬
kan,” ujar Pak Inspektur sambil menyimpan
”Tapi kalian barangkali tidak mencatat nomor buku catatannya kembali. ”Mereka sudah men¬
polisi mobil mereka,” ujar polisi yang kedua. catat alamat pemilik rumah. Kalau ternyata
”Kalau kalian lakukan, akan sangat menolong dia memiliki gerobak pengangkut kuda yang
tugas kami.” roda-rodanya cocok dengan gambarmu ini...

”Ah, sayang tidak kami lakukan,” ujar Colin 117

116

nah, dia terpaksa harus menjawab beberapa dan ibu Peter duduk di atas peti-peti terbesar.
pertanyaan yang tak enak baginya!” Sedangkan Peter dan Janet duduk bersila di
lantai.
Kedua polisi itu pergi ke kandang untuk
melihat Kilat Biru. Anak-anak ikut berkerumun. ”Anak-anak,” kata ayah Peter membuka la¬
Telinga si Kilat Biru mulai tegak meruncing porannya. "Ternyata Mr. Holikoff memang pe¬
lagi, pertanda ia mulai takut. Peter cepat-cepat milik gerobak pengangkut kuda itu. Mobil itu
menenangkannya. juga miliknya. Polisi menunggu dua orang
yang kalian lihat di mmah tua kemarin malam.
”Betul! Warna bulunya sudah diubah oleh Dan mereka ternyata benar-benar datang kem¬
penjahat-penjahat itu,” ujar Pak Inspektur bali! Sekarang mereka sudah masuk ke dalam
sambil meraba-raba punggung Kilat Biru. ”Ka- tempat tahanan. Mereka begitu terkejut ketika
lau mereka sempat mengecatnya dengan wama melihat Kilat Biru sudah tak ada lagi, sehingga
cokelat, pasti takkan ada yang bisa me¬ tidak memberikan perlawanan ketika di¬
ngenalinya. Menurutku, kedua penjahat yang tangkap!”
kalian ceritakan itu berniat untuk melakukan¬
nya malam ini, dan sesudah itu memindahkan ”Siapakah pemilik Kilat Biru yang se¬
Kilat Biru ke kandang lain! Tentu saja se¬ benarnya, Dad?” tanya Peter. ”Dalam koran
mentara mereka mengubah wama, kuda ini tertulis, namanya Kolonel James Healey. Apa¬
harus disembunyikan di suatu tempat sepi. kah dia mengirim orang untuk menjemput Kilat
Jadi mereka memilih gudang bawah tanah rum¬ Biru?”
ah tua kosong—yang dimiliki oleh Mr. J.
HolikofF. Aku ingin tahu sekarang—apa yang ”Ya,” jawab ayahnya. ”Hari ini Kilat Biru
diketahui Mr. Holikoff itu mengenai persoalan akan dijemput dengan gerobak kuda miliknya.
Dia juga mengirimkan sesuatu untuk Sapta
• • .59 Siaga. Maukah kau memeriksa apa kiriman
itu, Peter?”
ini!
Anak-anak tak sabar lagi menunggu kabar Peter menerima sepucuk surat yang disodor¬
kan ayahnya. Dengan cepat sampul surat itu
mengenai akhir pengalaman mereka. Kabar itu dibukanya. Seberkas karcis jatuh berhamburan
mereka dengar pada rapat Sapta Siaga berikut¬ ke lantai. Janet meraih selembar.
nya. Yang mengadakan bukan mereka sendiri,
melainkan orangtua Peter dan Janet. ”Wah! Karcis untuk menonton sirkus, se-

Rapat dilangsungkan dalam gudang. Ayah 119

118

kaligus untuk menonton pertunjukan pan¬ "Tidak! Perkumpulan kami hams tetap Sapta
tomim. Ada berapa lembar? Barangkali tu¬ Siaga,” ujar Peter tegas. "Serikat yang paling
juh?” sigap! Hidup Sapta Siaga!”

Betul. Karcisnya beijumlah tujuh lembar. 121
Ketujuh anggota Sapta Siaga menerima hadiah
atas kesiagaan mereka. Hanya Skippy yang
tidak kebagian.

”Ah, sudahlah, Skip! Nanti kau kami beri
tulang yang lemat dan nikzat! Boleh ya,
Mom?” seru Janet sambil memeluk anjingnya
erat-erat.

”Apa lagi yang kaukatakan itu, Janet?
Mengapa kau memakai bahasa asing?” tanya
ibunya dengan heran. Teman-teman yang lain
tertawa.

Di atas sampul tertulis, ”Untuk Serikat Sapta
Siaga, dengan ucapan salam dan terima kasih.
J.H"

”Pak Kolonel itu baik ya,” ujar Peter. "Pada¬
hal kami sama sekali tak menginginkan hadiah.
Pengalaman kami saja sudah merupakan hadiah
yang hebat!”

"Terserah kalian sajalah, untuk bercerita
panjang-lebar mengenainya,” ujar ibu Peter
sambil bangkit. "Kalau kami berdua lama-
lama duduk di sini, tahu-tahu kami sudah
menjadi anggota pula. Kalau begitu namanya
harus diubah menjadi Sembilan Siaga. Bukan
Sapta Siaga lagi!”

120

Jangan Lupa!
Lengkapi koleksi buku kalian
dengan seri Pasukan Mau Tahu

berikut ini!

PASUKAN MAU TAMU PASUKAN MAU 1AHU

MISTERI MJSffftt
K?N &0K 1E MAKAR K UONi ':'A,v

PASUKAN MAU TAHU PASUKAN MAUTAHU

M i ST?S j M 15*1*1
K V.'ARU?itv..s INTI MM* KAWM6

Jangan Lupa! Jangan Lupa!

Lengkapi koleksi buku kalian
dengan seri Pasukan Mau Tahu Lengkapi koleksi buku kalian
dengan seri Pasukan Mau Tahu
berikut ini!
ber kut ini!

PASUKAN MAU TAHU PASUKAN MA TAHU PASUKAN MAU TAHU PASUKAN MAU TAMU

MISTERI Mmtai WfTiRi MlvTEt
KALUNG CURIAN 'S- SNCKJSANANEH
GE1>UN<S 'TUA PANGERAN ASING

PASUKAN MAU TAHU V*- PASUKAN MAU TAMU PASUKAN MAU TAHU

MUTE R! PASUKAN MAU TAHU MI'Tf 'MISTERI
DI TEATER KECIl DI HC .U' LAN C MTAILY-HO
MI»TvR
PiNCUftl SIIUMAN ■ww

Jangan Lupa!
Lengkapi koleksi buku kalian
dengan seri Pasukan Mau Tahu

berikut ini!

PASUKAN MAUTAHV PASUKAN MAU TAHU

avhtui ««TIRI
ts«m.ANiB
PENYAMAR UWN6

PASUKAN «AU TAHU

MHTfRI
AH S FAM


Click to View FlipBook Version