The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by 111201206551, 2021-05-10 22:46:50

KEKR Provinsi Jawa Tengah November 2018

KEKR Provinsi Jawa Tengah November 2018

PERKEMBANGAN 35
EKONOMI MAKRO REGIONAL

diperkirakan juga akan meningkat. Pemerintah secara pertumbuhan ekonomi negara mitra dagang utama KAJIAN EKONOMI
nasional melakukan perluasan penerimaan Bantuan Jawa Tengah yaitu Amerika Serikat (AS). Perekonomian DAN KEUANGAN REGIONAL
Pangan Non Tunai tahap III sebanyak 2,2 juta penerima AS berpengaruh besar tehadap kinerja ekspor Jawa
di 59 Kabupaten/Kota, yang pencairannya Tengah mengingat AS merupakan negara tujuan PROVINSI JAWA TENGAH
direncanakan akan dimulai pada Oktober 2018. ekspor terbesar Jawa Tengah, dengan pangsa ekspor
Pendapatan pemerintah pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 31,84%. Data ekspor Jawa Tengah yang
relatif baik, sehingga realisasi belanja pemerintah dapat dirilis BPS menunjukkan bahwa pertumbuhan ekspor di
lebih tinggi. triwulan IV 2018 (data s.d Oktober) sebesar 9,52%
(yoy), sedikit melambat dari triwulan III 2018 yang
Kinerja investasi diprediksi masih tumbuh tumbuh 9,75% (yoy). Berdasarkan informasi anekdotal,
meningkat pada triwulan IV 2018. Kegiatan ekspor produk TPT yang menjadi salah satu
investasi masih menguat terutama disebabkan penyumbang utama ekspor luar negeri Jateng (pangsa
berlanjutnya penyelesaian investasi nonbangunan, 48,86%), biasanya akan kembali menguat pada
sebagai contoh proyek investasi pembangkit listrik di triwulan IV. Hal tersebut seiring dengan masuknya
Batang, Cilacap, dan Jepara. Proyek pembangkit listrik musim dingin, karena produk musim dingin cenderung
tersebut diperkirakan masih terus berlanjut, karena memiliki nilai yang lebih mahal.
progress saat ini baru mencapai 58% dan ditargetkan
dilakukan uji coba pada April 2019 (Unit I). Investasi Namun demikian, risiko ketidakpastian ekonomi global
nonbangunan masih cukup kuat, tercermin dari cenderung meningkat di tengah perekonomian global
tingginya impor barang modal berupa mesin. Lebih yang tumbuh melandai dan tidak merata. Kondisi
lanjut, beberapa proyek infrastruktur masih berlanjut perekonomian negara mitra dagang utama Jawa
antara lain pembangunan Tol Trans Jawa (ruas Tengah lainnya yaitu Eropa dan Tiongkok cenderung
Semarang-Demak, Kartosuro-Boyolali), Bandara mengalami perlambatan pertumbuhan, ditambah
Wirasaba (Bandara Jenderal Soedirman), perluasan dengan risiko memburuknya ketegangan perdagangan
Bandara Adi Sumarmo & Kereta Api Akses Bandara, antarnegara, sehingga berpotensi menahan
serta KRL Solo-Yogyakarta. Hingga Oktober 2018, pertumbuhan volume ekspor Jateng. Pangsa ekspor ke
realisasi penyerapan anggaran untuk progress fisik Eropa dan Tiongkok masing-masing sebesar 14,79%
mencapai 76,29%, masih lebih rendah dibanding dan 8,29%. Lebih lanjut, terdapat beberapa risiko
target penyerapan progress fisik periode Oktober eksternal lain yang perlu diwaspadai, yaitu: (i)
sebesar 87,61%. Namun demikian, berlanjutnya berlanjutnya kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR)
ketidakpastian kondisi ekonomi global perlu secara gradual, yang diikuti pengetatan kebijakan
diwaspadai karena dapat berpengaruh terhadap moneter beberapa negara; (ii) memburuknya
perilaku investasi oleh swasta yang akan cenderung hubungan dagang antarnegara, terutama AS dan
wait and see. Tiongkok; serta (iii) pelemahan mata uang, termasuk
rupiah, di tengah berlanjutnya penguatan dolar AS
Pertumbuhan ekspor luar negeri pada triwulan IV secara global. Meningkatnya ketidakpastian global
2018 diperkirakan mengalami peningkatan, berpotensi mendorong perlambatan volume
meskipun terbatas. Optimisme terhadap perdagangan dunia dan harga komoditas. Di samping
pertumbuhan ekspor didorong oleh menguatnya

36 PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI itu, ketatnya tekanan kompetisi dengan Vietnam juga perikanan. Kinerja industri pengolahan yang memiliki
DAN KEUANGAN REGIONAL masih harus diantisipasi sebagai faktor penahan pangsa terbesar, yaitu lebih dari 30%, diperkirakan
pertumbuhan ekspor komoditas unggulan Jawa meningkat pada triwulan IV 2018 seiring dengan
PROVINSI JAWA TENGAH Tengah, seperti tekstil dan produk tekstil serta barang peningkatan permintaan domestik di akhir tahun.
kayu. Sejalan dengan hal tersebut, kinerja lapangan usaha
perdagangan diperkirakan turut meningkat. Di sisi lain,
Impor luar negeri diprakirakan kembali menguat lapangan usaha pertanian diperkirakan mengalami
pada triwulan IV 2018. Impor nonmigas diperkirakan perlambatan pertumbuhan seiring dengan mundurnya
masih tumbuh kuat pada triwulan IV, terutama dalam musim tanam (MT) III 2018 akibat pengaruh musim
rangka pemenuhan kebutuhan barang modal dalam kemarau panjang. Hal tersebut diprediksi akan
rangka mendukung kegiatan investasi. Lebih lanjut, mendorong mundurnya musim panen menjadi
meningkatnya ekspor luar negeri dan permintaan berlangsung pada triwulan I 2019.
domestik pada akhir tahun diperkirakan dapat
berpengaruh terhadap kenaikan permintaan bahan Kinerja lapangan usaha industri pengolahan
baku impor. Berdasarkan data impor Jawa Tengah yang diprediksi meningkat pada triwulan IV 2018 seiring
dirilis BPS, impor nonmigas pada triwulan IV 2018 (data dengan pola musiman berupa peningkatan permintaan
s.d Oktober) tumbuh sebesar 56,77% (yoy), atau domestik di akhir tahun. Pelaku usaha diperkirakan
sedikit melambat dari triwulan III 2018 yang tumbuh akan mendorong kegiatan produksinya seiring dengan
58,49% (yoy). Sementara perlambatan yang lebih upaya pemenuhan target produksi akhir tahun, serta
dalam pada triwulan IV (data Oktober) terjadi pada dalam rangka mengantisipasi permintaan ekspor
impor migas, yaitu tumbuh 21,91% (yoy). sebelum memasuki musim libur Natal dan Tahun Baru.
Implementasi kebijakan penggunaan campuran Peningkatan kegiatan usaha industri pengolahan
biodiesel 20% (B20) diperkirakan mulai berdampak diindikasikan oleh penyaluran kredit perbankan ke
dalam pengendalian impor migas. Impor migas cukup sektor ini yang tercatat membaik menjadi kontraksi
signifikan terhadap impor luar negeri Jateng, 2,73% (yoy), atau tidak sedalam kontraksi 4,32% (yoy)
mengingat komponen migas memegang pangsa pada triwulan sebelumnya.
±39% dari total impor Jawa Tengah, yang ditujukan
untuk memenuhi industri pengilangan minyak dalam Perbaikan ekonomi negara mitra dagang utama yaitu
rangka pemenuhan kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Amerika Serikat diproyeksikan mendorong permintaan
terhadap hasil produksi Jawa Tengah, sehingga akan
1.2.2. Tracking Perkembangan Ekonomi mendukung pertumbuhan kinerja industri pengolahan.
Triwulan IV 2018 Sisi Lapangan Usaha Meskipun demikian, meningkatnya risiko ketegangan
perdagangan antarnegara perlu diwaspadai karena
Dari sisi lapangan usaha, percepatan ekonomi berpotensi menimbulkan terganggunya pemulihan
Jawa Tengah pada triwulan IV 2018 diperkirakan ekonomi dunia, yang selanjutnya dapat menghambat
berasal dari lapangan usaha industri pengolahan transaksi perdagangan global. Hal tersebut juga dapat
serta perdagangan besar dan eceran, reparasi berpengaruh terhadap daya saing produk hasil industri
mobil dan sepeda motor. Adapun penahan Jawa Tengah di pasar domestik dan luar negeri.
pertumbuhan pada triwulan IV 2018 berasal dari
lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan

PERKEMBANGAN 37
EKONOMI MAKRO REGIONAL

Berdasarkan hasil liaison, tantangan yang juga perlu Perkiraan SBT kegiatan usaha sektor perdagangan di KAJIAN EKONOMI
diwaspadai menjadi penghambat pertumbuhan triwulan IV 2018 sebesar 3,25%; lebih tinggi DAN KEUANGAN REGIONAL
industri yaitu persaingan pasar yang semakin ketat dibandingkan realisasi SBT triwulan III yang tercatat
khususnya dengan negara Vietnam di industri tekstil 1,53%. Penyaluran kredit ke sektor perdagangan besar PROVINSI JAWA TENGAH
dan barang kayu. Industri mebel di Vietnam yang dan eceran di Jawa Tengah juga tercatat mengalami
cenderung bersifat masal mendorong hasil produksinya perbaikan, dari tumbuh 10,35% (yoy) pada triwulan III
memiliki harga jual yang lebih rendah. Selain itu, di 2018 menjadi tumbuh 11,33% (yoy) di triwulan
industri tekstil yang bersifat padat modal, permesinan laporan (data Oktober), yang didorong perbaikan kredit
yang digunakan oleh industri tekstil di Jawa Tengah modal kerja dan investasi. Namun demikian,
mayoritas berusia di atas 20 tahun, sehingga kalah berlanjutnya tren kenaikan harga minyak dunia yang
efisien dengan teknologi permesinan yang digunakan diikuti dengan peningkatan harga BBM nonsubsidi
oleh negara kompetitor. Lebih lanjut, berlanjutnya tren dikhawatirkan dapat mengganggu daya beli
pelemahan nilai tukar rupiah yang disebabkan oleh masyarakat, yang selanjutnya dapat berpengaruh
tekanan eksternal dinilai dapat memberatkan industri terhadap kinerja lapangan usaha perdagangan.
yang berkonten impor tinggi namun berorientasi pasar Beberapa faktor yang diharapkan dapat mendorong
domestik, seperti industri farmasi dan obat tradisional pertumbuhan lapangan usaha perdagangan, antara
serta industri tekstil yang banyak di Jawa Tengah. lain: (i) peningkatan konektivitas seiring dengan telah
selesainya proyek jalan tol di beberapa ruas di Jawa
Sejalan dengan kinerja industri pengolahan, Tengah; (ii) inflasi yang rendah dan terkendali; serta (iii)
pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar adanya penyaluran stimulus fiskal seperti bansos
dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor Program Keluarga Harapan (PKH) dan dana desa.
diproyeksikan juga mengalami perbaikan pada
triwulan IV 2018. Permintaan masyarakat pada akhir Sementara itu, pertumbuhan lapangan usaha
tahun diperkirakan kembali meningkat, didorong oleh pertanian, kehutanan, dan perikanan diprediksi
faktor musiman berupa kegiatan libur pada akhir melambat dibanding triwulan sebelumnya. Kinerja
tahun. Lebih lanjut, pemberian diskon yang secara lapangan usaha pertanian diperkirakan tumbuh
umum diberikan oleh pusat perbelanjaan pada momen melambat pada triwulan IV 2018, seiring dengan
Natal dan Tahun Baru ditengarai turut menstimulasi berakhirnya masa panen tanaman pangan,
peningkatan pertumbuhan lapangan usaha ini. Hasil hortikultura, dan perkebunan dari musim tanam II 2018
Survei Konsumen Bank Indonesia berupa indikator pada bulan September 2018. Selanjutnya, fenomena
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mencerminkan musim kemarau yang berlangsung lebih panjang
adanya peningkatan optimisme rumah tangga yaitu diperkirakan akan berpengaruh terhadap mundurnya
sebesar 129,23 (rata-rata triwulan IV s.d November MT III 2018, sehingga musim panen juga akan mundur
2018); lebih tinggi dari rata-rata IKK triwulan menjadi berlangsung di triwulan I 2019. Curah hujan
sebelumnya sebesar 126,37. yang rendah menyebabkan lahan pertanian berpotensi
bera atau tidak bisa ditanami untuk musim tanam
Pelaku usaha lapangan usaha ini pun memperkirakan berikutnya. Hasil survei produksi beras dengan metode
adanya perbaikan pertumbuhan. Hal tersebut Kerangka Sampel Area (KSA) menunjukkan bahwa luas
tercermin dari hasil SKDU untuk kegiatan usaha sektor panen dan hasil produksi padi di Jawa Tengah
perdagangan yang mencatatkan peningkatan.

38 PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI diperkirakan akan mencapai titik terendah pada
DAN KEUANGAN REGIONAL triwulan IV 2018. Perlambatan kegiatan usaha
pertanian juga terindikasi dari penyaluran kredit
PROVINSI JAWA TENGAH perbankan ke sektor pertanian Jawa Tengah. Pada
triwulan IV 2018 (data Oktober), penyaluran kredit
perbankan ke sektor pertanian tumbuh melambat
menjadi 0,13% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan
III 2018 (1,57%; yoy).

Berdasarkan monitoring BMKG terhadap distribusi
hujan di musim kemarau, peluang turun hujan sangat
kecil diprakirakan sampai dengan bulan Agustus dan
September. BMKG juga mengkonfirmasi adanya
fenomena El Nino tingkat Lemah – Moderat pada
Oktober 2018 hingga Februari 2019, yang ditandai
dengan mundurnya periode musim hujan selama 10-30
hari dari periode normalnya. BMKG memprakirakan
awal musim hujan akan berlangsung bervariasi di
Jateng antara bulan Oktober hingga awal Desember
2018, sehingga diperkirakan musim tanam selanjutnya
(MT III 2018) secara umum akan mundur. Hal ini
mendorong potensi terjadinya kekeringan lahan
pertanian di beberapa daerah seperti Kab. Wonogiri,
Sragen, dan Sukoharjo yang masuk kategori
kekeringan ekstrim. Sementara puncak musim hujan
2018/2019 di sebagian besar wilayah Jateng
diperkirakan baru akan berlangsung pada Januari
2019.

PERKEMBANGAN 39
EKONOMI MAKRO REGIONAL

Penyusunan Roadmap Upaya Penurunan Defisit Neraca Transaksi SUPLEMEN I
Berjalan Di Jawa Tengah Dengan Pendekatan Growth Strategy

I. Pendahuluan impor barang konsumsi dalam skala besar untuk
memenuhi permintaan tersebut yang berpotensi
Perekonomian Indonesia sebelum krisis 1998 menyebabkan current account deficit.
menunjukkan pertumbuhan yang sangat baik. Bank
Dunia bahkan mengkategorikan Indonesia sebagai Neraca perdagangan Indonesia yang telah
“New Industrialized Economies” (NIEs) pada tahun mengalami defisit sejak tahun 2011, tidak terlepas
1993 bersama dengan Malaysia dan Thailand. Krisis dari kinerja ekspor Jawa Tengah yang relatif stagnan
moneter 1998 mengakibatkan perekonomian dalam 1 (satu) dekade terakhir. Tingginya rasio
Indonesia mengalami kontraksi 13,1% yang diikuti ekspor nasional yang bertumpu pada komoditas
pertumbuhan negatif di hampir semua lapangan alam menyebabkan tingginya kerentanan akibat
usaha. Setelah krisis 1998, pertumbuhan ekonomi fluktuasi permintaan yang sangat terpengaruh pada
nasional hanya mampu tumbuh di kisaran rata-rata dinamika perekonomian global. Selain itu,
5% per tahun, yang terutama disebabkan oleh rendahnya pangsa industri pengolahan di dalam
melemahnya kinerja dan daya saing industri di negeri menjadi salah satu penyebab tingginya rasio
hampir semua sektor. Pada saat yang sama, ekspor barang primer serta tingginya impor barang
Indonesia justru memperoleh bonus demografi, sekunder untuk memenuhi permintaan dalam
dimana dua per tiga dari total penduduk merupakan negeri.
angkatan kerja yang berusia muda. Peningkatan
middle income class di Indonesia saat ini belum Terkait hal tersebut, perlu disusun suatu kajian yang
diantisipasi dengan baik oleh dunia usaha sehingga fokus pada upaya mendorong kinerja sektor/industri
peningkatan domestic demand tidak dapat utama yang ada untuk dapat mendukung ekspor
dipenuhi oleh industri dalam negeri. Konsumen dan penyerapan tenaga kerja, sehingga secara
kelas menengah dengan kapasitas dan kapabilitas implisit dapat dilihat dampak pada penurunan
yang lebih baik akan cenderung pula meminta defisit transaksi berjalan, serta pengurangan
produk-produk yang lebih berkualitas, bernilai pengangguran dan kemiskinan. Bank Indonesia
tambah dan terdiferensiasi tinggi. Akibatnya terjadi senantiasa menyusun kajian dalam mendukung
rekomendasi kebijakan kepada seluruh pemangku
2.500 JUTA US$ kepentingan, baik kepada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan para pelaku usaha
1.500 sehingga dapat mendukung pengembangan
industri strategis di daerah yang dapat mendorong
500 pertumbuhan ekspor yang selanjutnya mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
-500

-1.500

-2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2017
2014 2015 2016

EKSPOR IMPOR NERACA PERDAGANGAN JAWA TENGAH

SUMBER: BPS, 2018 (DIOLAH)

Grafik 1. Perkembangan Neraca Perdagangan Jawa Tengah

40 PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN I

II. Perekonomian Daerah

29,81% 7 %,YOY
DKI JAKARTA
6
6,93%
BANTEN 5

22,09% 4
JAWA BARAT
3
14,68%
JAWA TENGAH 2

1,47% 1
DI YOGYAKARTA
0
24,97%
JAWA TIMUR I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Grafik 2. Pangsa PDRB Jawa Berdasarkan Provinsi 2014 2015 2016 2017

JAWA NASIOANAL JAWA TENGAH

SUMBER: BPS, DIOLAH SUMBER: BPS, DIOLAH

Grafik 3. Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah, Pulau Jawa, dan Nasional

Dari sisi perekonomian, Jawa Tengah merupakan di Jawa Tengah didominasi oleh industri minyak
salah satu penopang utama perekonomian dan gas serta industri makanan, minuman, dan
Indonesia. Pada tahun 2017, Produk Domestik tembakau. Selama tahun 2017, pertumbuhan
Regional Bruto (PDRB) Jawa Tengah menyumbang industri pengolahan tercatat 4,35% (yoy),
8,59% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, meningkat dibandingkan pertumbuhan 4,10%
dan berada di urutan keempat terbesar setelah DKI (yoy) pada tahun sebelumnya. Akselerasi
Jakarta (17,43%), Jawa Timur (14,61%), dan Jawa pertumbuhan terutama didorong oleh perbaikan
Barat (12,92%). Namun demikian sejak 2016 kinerja industri barang logam dan barang
pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah relatif lebih elektronik, industri logam dasar sebesar, industri
rendah dibandingkan Provinsi tetangganya, yaitu tekstil dan pakaian jadi sebesar 7,01% (yoy).
Jawa Barat dan Jawa Timur, walaupun masih lebih Sementara itu, melambatnya kinerja industri
tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi pengilangan migas, menjadi penahan laju
nasional. Secara tahunan, PDRB total Provinsi Jawa pertumbuhan industri pengolahan untuk tumbuh
Tengah tumbuh melambat selama lima tahun lebih tinggi pada tahun 2017.Selanjutnya,
terakhir, serta cenderung stabil pada tahun 2017. walaupun pangsanya jauh lebih kecil dibandingkan
Meskipun tertahan, tingkat pertumbuhan ekonomi kedua industri sebelumnya, industri tekstil dan
Jawa Tengah tahun laporan masih lebih tinggi pakaian jadi serta industri kayu dan barang dari
dibandingkan dengan capaian nasional yang kayu juga merupakan industri utama Jawa Tengah.
sebesar 5,07% (yoy). Pada tahun 2017, ekonomi Kedua industri tersebut merupakan penyumbang
Jawa Tengah tercatat tumbuh 5,27% (yoy) atau ekspor terbesar. Ekspor komoditas tekstil dan
sama dengan pertumbuhan pada 2016. produk tekstil memberikan sumbangan 45,91%
terhadap keseluruhan ekspor nonmigas Jawa
Industri pengolahan merupakan penyumbang Tengah, sementara ekspor komoditas kayu dan
PDRB terbesar Provinsi Jawa Tengah dengan share barang dari kayu menyumbang 22,32% pada
sekitar 34,82%. Lebih rinci, industri pengolahan tahun 2017.

PERKEMBANGAN 41
EKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN I

2.500 12%
1.500
10%
500
-500 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 8%
-1.500 INDUSTRI PENGOLAHAN
-2.500 PERTANIAN 6%

4%

2%

0%

-2%

-4%

1993 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1994
1995 2014 2015 2016 2017
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017

SEJAK TAHUN 2013. PERHITUNGAN MENGGUNAKAN TAHUN DASAR 2010 PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR & ECERAN

SUMBER: BPS, DIOLAH SUMBER: BPS, DIOLAH

Grafik 4. Struktur Perekonomian Jawa Tengah Berdasarkan Lapangan Grafik 5. Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Utama Jawa Tengah
Usaha
Selanjutnya berdasarkan analisis Dynamic RCA,
Berdasarkan hasil analisis potensi dan daya saing dan perbandingan RSCA dan TBI, diketahui bahwa
ekspor daerah (analisis Product Space, Revealed untuk industri tekstil dan produk tekstil, komoditas
Comparative Advantage, Ekspor-Impor, unggulannya adalah kelompok produk garmen
Pertumbuhan Ekspor) dapat diambil kesimpulan atau pakaian jadi yang sentra produksinya berada
bahwa industri utama di Jawa Tengah yang memiliki di kawasan Semarang dan Solo Raya. Selanjutnya,
keunggulan komparatif dan menjadi penopang komoditas unggulan ekspor untuk industri barang
pertumbuhan ekonomi serta ekspor Jawa Tengah dari kayu adalah barang-barang furnitur
adalah industri tekstil dan produk tekstil (TPT), khususnya yang bersifat pelengkap
industri barang dari kayu (furnitur), serta industri (komplementer) pada produk-produk otomotif,
makanan-minuman (khususnya produk pengolahan kedokteran, dan elektronik. Sementara itu,
perikanan). Analisis yang lebih spesifik juga komoditas unggulan untuk produk makanan dan
dilakukan dengan metode Dynamic RCA dan minuman adalah produk-produk olahan perikanan
perbandingan RSCA dan TBI4 pada komoditas seperti tepung ikan dan nugget ikan.
ekspor SITC 4 digit untuk melihat komoditas yang
memiliki keunggulan komparatif, potensi
permintaan dunia yang tinggi serta memiliki neraca
perdagangan yang surplus.

46,40% 30 %, YOY
TPT (SITC 65,84) 20
10
19,11%
MEBEL DAN KAYU OLAHAN (SITC 63,82) 0
-10
6,33% -20
BAHAN MAKANAN (SITC 0) -30

3,23% 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
KIMIA (SITC 5)
TPT (SITC 65.84) MEBEL DAN KAYU OLAHAN (SITC 63,82) TOTAL
5,38%
PERMESINAN DAN ALAT TRANSPORTASI (SITC 7) SUMBER : BEA & CUKAI, DIOLAH

19,56% Grafik 7. Pertumbuhan Nilai Ekspor Nonmigas Jawa Tengah
LAINNYA

SUMBER : BEA & CUKAI, DIOLAH

Grafik 6. Pangsa Nilai Ekspor Nonmigas Jawa Tengah berdasarkan
Komoditas

4. Keterangan: RSCA : Revealed Comparative Advantege. TBI : Trade Balance Index

42 PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN I

III. Hasil Analisis

BARANG DARI KAYU (SITC 63,82) SERAT TEKSTIL (SITC 26), pendukung promosi perdagangan. Dengan
HASIL PERKEBUNAN DAN mengacu pada informasi yang dihimpun melalui
KEHUTANAN (SITC 22,29) FGD5 dan informasi anekdotal dapat disimpulkan
bahwa daya saing tiga industri utama Jawa Tengah
TEKSTIL DAN PRODUK relatif baik namun mengalami peningkatan risiko
TEKSTIL (SITC 65) kompetisi dari negara di kawasan ASEAN
khususnya Vietnam. Sementara itu, di sisi
TEKSTIL DAN PRODUK infrastrukur pendukung juga dinilai baik dimana
TEKSTIL (SITC 65, 84) terlihat adanya dukungan pemerintah melalui
MAKANAN OLAHAN pembentukan kawasan industri di kawasan
PERIKANAN (SITC 03) Semarang dan Solo Raya yang sudah berkembang,
serta kawasan industri baru yang direncanakan
MINYAK NABATI (SITC 420) akan dibangun di daerah Kendal. Pembangunan
kawasan industri di daerah tersebut juga didukung
SUMBER: BEA CUKAI, COGNOS, DIOLAH oleh revitalisasi infrastruktur perhubungan
khususnya perluasan Pelabuhan Tanjung Mas di
Grafik 8. Product Space Jawa Tengah tahun 2016 kota Semarang dan perluasan Pelabuhan Kendal
sebagai sarana distribusi barang untuk ekspor-
Industri unggulan di Jawa Tengah adalah industri impor antar daerah. Tantangan daya saing terbesar
tekstil dan produk tekstil (TPT), industri barang dari terletak pada faktor input di sisi penawaran yakni
kayu, serta industri makanan minuman. Ketiga terkait dukungan modal (kapital) yang masih
industri tersebut mencatatkan neraca belum kuat, terbatasnya ketersediaan tenaga kerja
perdagangan yang positif di Jawa Tengah, serta ahli, dan masih rendahnya produktivitas industri
memiliki keunggulan komparatif dibandingkan akibat penggunaan teknologi yang masih rendah.
dengan sektor lainnya. Mengacu pada keunggulan
tersebut, diharapkan ketiga industri tersebut dapat
memberikan kontribusi terhadap penurunan defisit
neraca pembayaran nasional.

Analisis trade competitivenes diagnostic berhasil
mengidentifkasi kekuatan daya saing dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja perdagangan
dilihat dari tiga aspek utama yakni akses pasar,
faktor input di sisi penawaran dan infrastruktur

0,50% 0,40% 3,00
0,40% 2017 2,36
0,30%
0,20% 2,00
0,10%
0,00% 0,10% 0,20% 1,00
2015 2016
0,03% 0,05% 0,25 0,02 0,02 0,03 0,02
2013 2014
0,00

GARMENT TEXTILE YARN OTHSERVICES CONSTRUCTION TRADE

Grafik 9. Hasil Simulasi Kebijakan Subsektor Industri Tekstil dan Grafik 10. Hasil Simulasi Kebijakan Subsektor Industri Tekstil dan
Produk Tekstil terhadap Perkembangan PDRB Jawa Tengah Produk Tekstil terhadap Perkembangan Sektor PDRB

5. FGD dilakukan bersama Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Tengah,
industri atau pelaku usaha utama, serta asosiasi industri-industri seperti Asosiasi
Pertekstilan Indonesia dan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia

PERKEMBANGAN 43
EKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN I

Hasil simulasi dengan menggunakan model hilir TPT yaitu produk garmen. Hal yang perlu
INDOTERM CGE6 menunjukkan bahwa intervensi menjadi perhatian adalah lapangan usaha
pada subsektor industri TPT memberikan dampak perdagangan, khususnya komoditas jasa ekspedisi
peningkatan pertumbuhan ekonomi per tahun dan pengiriman (shipping) yang perlu didorong
mencapai 0,16% rata-rata per tahun di atas baseline untuk mendukung kegiatan ekspor, sehingga
no policy. Sedangkan, penyerapan tenaga kerja pemenuhan kebutuhan jasa tersebut tidak
berpotensi mengalami peningkatan sebesar 0,05% bergantung pada jasa ekspedisi luar negeri (impor
per tahun. Sementara itu, dampak terhadap volume jasa).
ekspor yaitu 1,06% per tahun. Model CGE
menunjukkan akselerasi output pada industri Hasil simulasi dengan menggunakan model
garmen, tekstil, dan produk benang & serat tekstil. INDOTERM CGE menunjukkan bahwa intervensi
Lapangan usaha perdagangan dan konstruksi juga pada subsektor industri furnitur memberikan
mengalami peningkatan yang diperkirakan dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi per
didorong oleh meningkatnya investasi lini produksi tahun mencapai 0,07% rata-rata per tahun di atas
TPT serta aktivitas logistik industri TPT. Selanjutnya baseline no policy. Sedangkan, penyerapan tenaga
model juga menunjukkan peningkatan (akselerasi) kerja berpotensi mengalami peningkatan sebesar
ekspor di Jawa Tengah dibandingkan dengan 0,03% per tahun. Sementara itu, dampak
kondisi semula (tanpa kebijakan), khususnya pada terhadap volume ekspor yaitu 0,07% per tahun.
produk garmen sebagai produk hilir industri TPT. Hasil simulasi kebijakan subsektor Kayu dan Barang
Sementara itu ekspor produk tekstil dan serat tekstil dari Kayu menunjukkan peningkatan (akselerasi)
justru menunjukkan penurunan volume ekspornya. PDRB di Jawa Tengah dibandingkan dengan kondisi
Hal ini diperkirakan disebabkan oleh penyerapan semula (tanpa kebijakan), khususnya pada
produk tekstil dan serat tekstil untuk mendukung lapangan usaha industri furnitur. Selanjutnya
pemenuhan kebutuhan aktivitas produksi industri model juga menunjukkan peningkatan (akselerasi)
ekspor di Jawa Tengah dibandingkan dengan

0,20% 0,16% 2,00 1,74
0,15% 2022
0,10% 1,00
0,05%
0,00% 0,08% 0,00 0,00 0,00 0,01
2021
0,02% 0,03% 0,05% 0,00 0,00
2018 2019 2020
-1,00

OTHWOODPRDN WOODBUILDMAT PLYWOOD CONSTRUCTION TRADE TRANSPORT

Grafik 11. Hasil Simulasi Kebijakan Subsektor Industri Kayu dan Barang Grafik 12. Hasil Simulasi Kebijakan Subsektor Industri Kayu dan Barang
dari Kayu terhadap Perkembangan PDRB Jawa Tengah dari Kayu terhadap Perkembangan Sektor PDRB

6. Model INDOTERM Multiregional Computable General Equilibrium yang dibangun oleh
Bappenas, CoPS Australia, CEDS UNPAD, ADB dan USAID.

44 PERKEMBANGAN
EKONOMI MAKRO REGIONAL

SUPLEMEN I

kondisi semula (tanpa kebijakan), khususnya pada CGE menunjukkan akselerasi output pada industri
produk furnitur. Sementara itu ekspor komoditas pengolahan produk perikanan (fish processed).
bahan material kayu (kayu papan, kayu lapis) dan Selanjutnya, output lini produksi hulu perikanan di
bahan baku kayunya (kayu gelondong) justru antaranya industri penangkapan ikan, udang-
menunjukkan penurunan volume ekspornya. Hal udangan, kerang, rumput laut, dan lain-lain, juga
ini diperkirakan disebabkan oleh penyerapan mengalami peningkatan di dalam provinsi Jawa
produk bahan baku kayu untuk mendukung Tengah sendiri, untuk mendukung permintaan
pemenuhan kebutuhan aktivitas produksi industri industri hilirnya. Selanjutnya model juga
furnitur. menunjukkan peningkatan (akselerasi) ekspor di
Jawa Tengah dibandingkan dengan kondisi semula
Hasil simulasi dengan menggunakan model (tanpa kebijakan), khususnya pada produk produk
INDOTERM CGE menunjukkan bahwa intervensi olahan ikan sebagai produk hilir industri Makanan
pada subsektor industri makanan-minuman Minuman. Fenomena ini perlu menjadi perhatian,
memberikan dampak peningkatan pertumbuhan karena industri makanan minuman pengolahan
ekonomi per tahun mencapai 0,09% rata-rata per perikanan merupakan industri yang termasuk
tahun di atas baseline no policy. Sedangkan, kategori resource based dan sangat bergantung
penyerapan tenaga kerja berpotensi mengalami pada keunggulan komparatifnya yaitu jaminan
peningkatan sebesar 0,02% per tahun. Sementara kualitas serta jaminan kesinambungan
itu, dampak terhadap volume ekspor yaitu 0,05% pasokannya. Selanjutnya lini usaha ekspedisi dan
per tahun. Hasil simulasi kebijakan subsektor pengiriman (shipping) juga perlu didorong untuk
Makanan Minuman menunjukkan peningkatan mendukung kegiatan ekspor, sehingga
(akselerasi) PDRB di Jawa Tengah dibandingkan pemenuhan kebutuhan jasa tersebut tidak
dengan kondisi semula (tanpa kebijakan), dipenuhi oleh jasa ekspedisi luar negeri (impor
khususnya pada lapangan usaha Industri jasa).
Pengolahan sub sektor Makanan Minuman. Model

0,20% 0,18% 1,50 1,35
0,15%
0,10% 0,09% 1,00
0,05%
0,00% 0,05% 0,50

0,01% 0,03% 0,03 0,00 0,015 0,012 0,04
2018 2019
0,00

2020 2021 2022

FISHPROCESS DRIEDFISH FOODPRODS FISH SHRIMPS OTHAQUATIC

Grafik 13. Hasil Simulasi Kebijakan Subsektor Industri Makanan Grafik 14. Hasil Simulasi Kebijakan Subsektor Industri Tekstil dan
Minuman terhadap Perkembangan PDRB Jawa Tengah Produk Tekstil terhadap Perkembangan Sektor PDRB

BAB

II

KEUANGAN PEMERINTAH

Postur APBDp Provinsi Jawa Tengah di tahun 2018 mengalami peningkatan, yang
masih ditopang oleh penerimaan komponen pajak daerah. Seiring dengan
peningkatan penganggaran pendapatan, belanja daerah juga dianggarkan meningkat
lebih tinggi, yang menyebabkan peningkatan defisit pada tahun ini.

Peningkatan realisasi pendapatan pada triwulan laporan utamanya berasal dari komponen Pendapatan
Asli Daerah, antara lain penerimaan pajak daerah, lain-lain PAD yang sah, yang meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan upaya Pemda untuk lebih mandiri dengan meningkatkan
komponen PAD dari sisi pajak daerah.
Peningkatan realisasi belanja utamanya berasal dari meningkatnya belanja langsung pada komponen
belanja barang dan jasa, sesuai dengan pola historisnya.
Alokasi pagu APBN Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 di berbagai departemen utama sejalan dengan
prioritas capaian Jawa Tengah, seperti pengentasan kemiskinan dan pembangunan infrastruktur. Pada
triwulan laporan, realisasi APBN utamanya untuk belanja pegawai dan penyaluran Dana Desa, mengejar
target penyaluran tahap I (sebesar 60%) paling lambat pada Juli 2018.



KEUANGAN PEMERINTAH 47

2.1. GAMBARAN UMUM APBD 2018 2.2. REALISASI APBD TRIWULAN III 2018 KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
Anggaran pendapatan APBDp7 Provinsi Jawa Ditinjau dari serapan terhadap anggaran,
Tengah pada 2018 mengalami peningkatan 3,83% persentase realisasi pendapatan dan belanja PROVINSI JAWA TENGAH
dibandingkan tahun anggaran 2017, atau mengalami peningkatan. Pencapaian realisasi
meningkat dari Rp23,6 triliun menjadi Rp24,5 triliun. pendapatan sampai dengan triwulan III 2018 mencapai
Peningkatan ini utamanya didorong oleh peningkatan 76,93% dari APBDp 2018, meningkat dibandingkan
target Pajak Daerah, seiring dengan gencarnya upaya serapan pendapatan triwulan III 2017 yang sebesar
Badan Pengelola Pendapatan Daerah (Bappenda) Jawa 71,69%. Sejalan, realisasi belanja hingga triwulan III
Tengah untuk menggenjot penerimaan PAD melalui 2018 naik cukup pesat sebesar 61,26% dari APBDp
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dengan pelaksanaan 2018, lebih baik dibandingkan triwulan III 2017 sebesar
Gebyar Hadiah Samsat, mengoptimalkan penerapan e- 55,67% dari APBD 2017.
tax untuk hotel dan melaksanakan sosialisasi kepada
Wajib Pajak (WP) sejak awal tahun laporan. Secara Peningkatan realisasi pendapatan bersumber dari PAD,
spesifik, dalam APBDp 2018, penyesuaian komponen utamanya realisasi pendapatan Pajak Kendaraan
lain-lain PAD yang sah ditargetkan meningkat Rp102 Bermotor (PKB) yang tercatat melebihi target. Realisasi
miliar. belanja mengalami pertumbuhan peningkatan sebesar
19,45% dari Rp13,0 triliun pada triwulan III 2017
Seiring dengan peningkatan penganggaran menjadi Rp15,5 triliun. Peningkatan realisasi belanja
pendapatan, belanja daerah juga dianggarkan yang signifikan utamanya didorong oleh realisasi pada
meningkat, dari Rp24 triliun menjadi Rp25,4 triliun atau komponen belanja langsung (belanja barang dan jasa).
naik 5,88%. Prioritas penggunaan ditujukan pada
penanggulangan kemiskinan, pembangunan Biro Keuangan Pemprov Jateng pada triwulan III
infrastruktur, dan pengembangan sektor pendidikan. 2018 mencatatkan surplus sebesar Rp3,3 triliun.
Secara spesifik, dalam APBDp 2018, penyesuaian Surplus ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
belanja dilakukan untuk pengadaan tanah ruas III 2017 yang mencapai Rp3,8 triliun yang disebabkan
Banjarsari – Salem yang tertimpa bencana tanah oleh pertumbuhan realisasi belanja yang lebih besar
longsor dan alokasi penanganan sarana dan prasarana dibandingkan pertumbuhan realisasi pendapatan.
irigasi untuk mengatasi banjir. Selain itu, penyesuaian
alokasi belanja juga ditujukan untuk pengadaan alat Tabel 2.1 Anggaran & Realisasi APBD Jawa Tengah 2018 (Rp Miliar)
laboratorium bagi SMA/SMK dan pengembangan
sistem Jateng Online. URAIAN APBD P REALISASI %
2018 TW III 2018 REALISASI
Secara keseluruhan, anggaran belanja yang PENDAPATAN
melebihi anggaran pendapatan berdampak pada PAD 24.518 18.862 76,93%
pelebaran defisit anggaran pada tahun 2018 DANA PERIMBANGAN 13.100 10.029 76,56%
menjadi sebesar Rp846 miliar, dibandingkan defisit TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 11.363 77,29%
Rp342 miliar pada 2017. BELANJA 8.783 90,91%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 55 50 61,26%
BELANJA LANGSUNG 25.364 64,86%
SURPLUS/DEFISIT 18.260 15.537 52,00%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah 11.843
7.104
(846) 3.694
3.325

7. APBDp merupakan APBD Perubahan.

48 KEUANGAN PEMERINTAH

KAJIAN EKONOMI 30.000 RP MILIAR 20.000 RP MILIAR 18.862
DAN KEUANGAN REGIONAL 25.000 18.000
20.000 23.613 24.518 23.955 25.364 16.000 16.823 15.537
PROVINSI JAWA TENGAH 15.000 BELANJA 14.000 13.007
10.000 12.000 3.816 3.325
(342) (846) 10.000 BELANJA SURPLUS
5.000 SURPLUS (DEFISIT)
8.000
- 6.000
4.000
(5.000) 2.000

-

PENDAPATAN PENDAPATAN

T.A. 2017P T.A. 2018P TW III 2017 TW III 2018

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.1 APBD Provinsi Jawa Tengah T.A. 2017 dan T.A. 2018 Grafik 2.2 Realisasi APBD Provinsi Jawa Tengah Triwulan III 2017 & 2018

25 RP TRILIUN 25 RP TRILIUN

20 20

15 15

10 10

5 5

0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

PENDAPATAN ASLI DAERAH DANA PERIMBANGAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH BELANJA LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 2.3 Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 2.4 Realisasi Belanja Daerah

2.2.1. Realisasi Pendapatan Triwulan III 2018 kendaraan bermotor yang belum membayar pajak di
Realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah sampai tahun-tahun sebelumnya; ii) pelaksanaan Gebyar
dengan triwulan III 2018 sebesar 76,93%. Peningkatan Hadiah Samsat, yaitu undian untuk WP yang membayar
persentase realisasi ini terjadi pada hampir seluruh PKB.
komponen dalam PAD, Dana Perimbangan (Daper), dan
Lain-lain Pendapatan yang Sah.

Sumber utama PAD masih berasal dari komponen Berdasarkan perannya terhadap total Pajak Daerah,
Pajak Daerah (81,85% dari total PAD), kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama
Komponen Lain-lain PAD yang Sah (12,81% dari Kendaraan Bermotor (BBNKB) masih menjadi
PAD) dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang pemasukan utama pajak daerah, dengan peran
Dipisahkan (4,59% dari PAD). Realisasi pajak daerah
mampu mencapai 75,73% dengan nominal Rp8,21 Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Triwulan III Tahun 2017 & 2018
miliar, meningkat dibandingkan realisasi triwulan yang
sama pada tahun lalu yaitu 73,03% dengan nominal KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH TW III -2017 TW III -2018
Rp7,43 miliar.
PENDAPATAN 71,69% 76,93%
Pencapaian realisasi pajak daerah yang baik ini searah PENDAPATAN ASLI DAERAH 67,77% 76,56%
dengan upaya Pemprov Jateng untuk memaksimalkan PAJAK DAERAH 73,03% 75,73%
PAD melalui sektor pajak, antara lain: i) sosialisasi RETRIBUSI DAERAH 75,93% 69,44%
mengenai pentingnya membayar pajak khususnya HSL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YG DIPISAHKAN 101,96% 102,45%
untuk menjaring potensi penerimaan pajak dari 3,5 juta LAIN-LAIN PAD YG SAH 17,80% 75,46%
DANA PERIMBANGAN 75,74% 77,29%
DANA BAGI HSL PJK/BUKAN PJK 79,17% 95,81%
DANA ALOKASI UMUM 80,72% 83,33%
DANA ALOKASI DANA KHUSUS 72,51% 71,42%
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 78,66% 90,91%
HIBAH 48,35% 72,73%
DANA PENY. DAN OTONOMI KHUSUS
DANA INSENTIF DAERAH 100,00% 103,03%
PENDAPATAN LAINNYA
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

KEUANGAN PEMERINTAH 49

40 %, YOY %, YOY 1 KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
35
30 1 PROVINSI JAWA TENGAH

25 1
20

15 1 53,17%
46,56%
10
50 0,27%

-0 PAD
(5) DANA PERIMBANGAN
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
(10) II III IV I II III IV I II III IV I -
I II III Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah

2015 2016 2017 2018 Grafik 2.6 Kontribusi Pos Pendapatan Daerah Triwulan III 2018

PENDAPATAN PAJAK DAERAH Umum/DAU (34,66%), dan Dana Bagi Hasil/DBH
(10,41%).
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah
Dibandingkan triwulan yang sama di tahun lalu,
Grafik 2.5 Pertumbuhan Tahunan Pajak Daerah dan Pendapatan nominal realisasi komponen DAK dan DAU relatif sama.
Jawa Tengah Realisasi pendapatan DAK pada triwulan laporan ini
sebanyak Rp4,83 triliun, meningkat dibandingkan
masing-masing sekitar 35% dan 30% di tiap tahunnya. triwulan yang sama tahun 2017 yang sebesar Rp4,89
Selanjutnya, Pajak Rokok dan Pajak Bahan Bakar triliun. Komponen DAK ini diarahkan untuk penyaluran
Kendaraan Bermotor (PBBKB) menyumbang masing- BOS seiring dengan pelimpahan kewenangan
masing 15%-20%. pendidikan tingkat menengah atas kepada provinsi.
Selain itu, DAK ini juga dialokasikan untuk kebutuhan
Persentase realisasi komponen PAD lain seperti biaya tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil
lain-lain PAD yang sah dan hasil pengelolaan Daerah/PNSD, yang kini juga telah menjadi
kekayaan daerah yang dipisahkan juga mengalami kewenangan dari Pemprov Jateng. Realisasi DAU pada
peningkatan. Walaupun realisasi pendapatan dari lain- triwulan III 2018 juga relatif stabil sebesar Rp3,04 triliun
lain PAD yang sah memang cukup baik, persentase dari Rp2,98 triliun di triwulan III 2017. Realisasi
realisasinya naik signifikan dibandingkan tahun lalu pendapatan DBH mengalami peningkatan menjadi
karena adanya base-year effect. Rp914 miliar di triwulan laporan dibandingkan Rp848
miliar pada triwulan yang sama di tahun lalu.
Secara keseluruhan, peningkatan rasio pangsa PAD
terhadap total pada triwulan III 2018 ini berimplikasi Lebih lanjut, realisasi komponen Lain-lain Pendapatan
pada peningkatan Derajat Otonomi Fiskal (DOF) menjadi Daerah yang Sah tercatat sebesar Rp50 miliar atau
sebesar 53,17% meningkat dibandingkan triwulan III terealisasi sebesar 90,91% karena dana insentif daerah
2017 yang sebesar 48,21%. DOF yang meningkat sudah mulai dicairkan sejak triwulan lalu.
mengindikasikan membaiknya kemandirian fiskal
Pemprov Jateng, karena mayoritas pendapatan masih 2.2.2. Realisasi Belanja Triwulan III 2018
bersumber dari Pendapatan Asli Daerah. Pada triwulan III 2018, realisasi belanja Provinsi Jawa
Tengah sebesar Rp15,54 triliun atau 61,26% dari total
Sementara itu, pangsa Dana Perimbangan (Daper) anggaran belanja 2018 sebesar Rp25,36 triliun. Angka
terhadap pendapatan daerah mengalami
penurunan menjadi 46,56% pada triwulan III 2018
dari sebelumnya 51,39% pada triwulan III 2017. Hal
ini didorong oleh realisasi PAD yang jauh lebih tinggi
dibandingkan realisasi Daper. Berdasarkan
komponen Daper, sumber pendapatan terutama
berasal dari Dana Alokasi Khusus/DAK (54,94%
dari total Daper), diikuti oleh Dana Alokasi

50 KEUANGAN PEMERINTAH

KAJIAN EKONOMI realisasi ini meningkat cukup tinggi dibandingkan ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun
DAN KEUANGAN REGIONAL dengan realisasi triwulan III 2017 sebesar 55,67%. lalu yang terserap sebesar Rp533 miliar atau 28,83%.
Berdasarkan pola historisnya selama 5 tahun terakhir,
PROVINSI JAWA TENGAH Meningkatnya realisasi belanja terutama sebagian besar belanja modal (>50% dari total
didorong oleh komponen belanja barang dan jasa anggaran belanja modal) baru akan terealisasi pada
pada kelompok belanja langsung, serta triwulan III dan IV tahun pelaporan, ketika vendor telah
peningkatan realisasi belanja hibah pada mengajukan tagihan.
kelompok belanja tidak langsung.
Komponen Belanja Tidak Langsung juga mencatatkan
Komponen Belanja Langsung mengalami penyerapan yang lebih baik dibandingkan triwulan
peningkatan persentase realisasi dari 38,27% di yang sama di tahun sebelumnya. Seluruh komponen
triwulan III 2017 menjadi 52,00% di triwulan III kecuali belanja bantuan keuangan kepada Kab/Kota
2018. Seluruh komponen belanja langsung mencatatkan peningkatan realisasi.
mencatatkan peningkatan realisasi. Pendorong realisasi
belanja langsung utamanya adalah realisasi belanja Realisasi belanja hibah, bantuan sosial, dan bantuan
barang dan jasa sebesar Rp2,52 triliun (56,19% dari keuangan utamanya dalam rangka penyaluran
total anggaran belanja barang dan jasa) di triwulan III bantuan sosial kepada masyarakat dan Program
2018, dibandingkan realisasi belanja di triwulan III 2017 Keluarga Harapan. Hingga Agustus 2018, realisasi
sebesar Rp1,53 triliun (42,32% dari total anggaran penerima hibah di berbagai bidang meliputi (i) bidang
belanja barang dan jasa). Peningkatan ini sejalan pendidikan Rp550 juta; (ii) bidang keagamaan Rp4,150
dengan kebutuhan Kementerian/Lembaga di level miliar; (iii) bidang pendidikan umum Rp2,605 miliar, (iv)
pusat yang meningkat di triwulan laporan, salah bidang kebudayaan Rp730 juta; (v) kepemudaan dan
satunya untuk mendukung penyaluran bantuan sosial olahraga nonprofesional Rp4,857 miliar, (vii) pertanian
Program Keluarga Harapan. Penyerapan belanja dan perkebunan Rp25,137 miliar; (viii) lingkungan
pegawai yang mencapai Rp 4,2 triliun utamanya hidup Rp165 juta, serta (ix) bidang peternakan Rp6,350
ditujukan untuk pembayaran gaji ke-13 bagi Aparatur miliar. Sementara, bansos meliputi (i) bidang kesehatan
Sipil Negara (ASN) aktif dan pensiunan pada Juli 2018. Rp2,605 miliar; (ii) energi Rp11,333 miliar, (iii) bantuan
Sementara itu, realisasi Belanja Modal pada triwulan sosial untuk siswa miskin Rp10 miliar, dan bantuan
laporan tercatat sebesar Rp713 miliar, atau terserap keuangan Rp603,687 miliar.
38,05% dari total anggaran belanja modal. Persentase
Tabel 2.3 Realisasi Belanja Triwulan III 2017 & 2018
76,22%
23,78% KOMPONEN PENDAPATAN DAERAH TW III -2017 TW III -2018

BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA TIDAK LANGSUNG 61,65% 64,86%
BELANJA LANGSUNG BELANJA PEGAWAI 68,11% 69,87%
BELANJA HIBAH 77,19% 77,86%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah BELANJA BANTUAN SOSIAL 35,42%
BLNJ BAGI HASIL KPD KAB/KOTA 6,42% 63,04%
Grafik 2.7 Kontribusi Pos Belanja Daerah Triwulan III 2018 BLNJ BANT.KEU. KPD KAB/KOTA 59,50% 16,61%
BELANJA TDK TERDUGA 18,25% 40,00%
BELANJA LANGSUNG 52,00%
BELANJA PEGAWAI 0,98% 61,85%
BELANJA BARANG DAN JASA 38,27% 56,19%
BELANJA MODAL 43,84% 38,05%
JUMLAH BELANJA 42,32% 61,26%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah 28,83%
55,67%

KEUANGAN PEMERINTAH 51

Realisasi belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota Berdasarkan penerima utama pagu APBN, baik 2017 KAJIAN EKONOMI
mengalami peningkatan menjadi Rp2,89 triliun, maupun 2018, 10 Kementerian/Lembaga (K/L) utama DAN KEUANGAN REGIONAL
menunjukkan semakin baiknya kontribusi penerimaan menyerap pagu anggaran masing-masing 90,15%
pajak dari masing-masing Kabupaten/ Kota di tahun pada 2017, dan menurun sedikit menjadi 88,26% pada PROVINSI JAWA TENGAH
lalu. 2018. Kenaikan pagu APBN khususnya meningkat
signifikan untuk Kementerian Perhubungan
2.3. STRUKTUR APBN PROVINSI JAWA TENGAH 2018 (Kemenhub) meningkat 49,18% menjadi Rp4,44
Triliun; KPU meningkat 372,98% menjadi Rp1,49
Secara keseluruhan, struktur APBN Provinsi Jawa Tengah Triliun; dan Badan Kependudukan dan Keluarga
pada tahun 2018 mengalami peningkatan di tengah Berencana Nasional meningkat 313,17% menjadi
kebijakan pemerintah untuk meningkatkan transfer ke Rp552,73 miliar. Peningkatan pagu pada instansi
daerah baik melalui DAK ataupun Dana Desa. tersebut sejalan dengan pengerjaan berbagai proyek
Peningkatan transfer ke daerah diharapkan berdampak infrastruktur (tol, perluasan bandara) di Jawa Tengah;
optimal terhadap pertumbuhan ekonomi yang inklusif pelaksanaan pilkada serentak di 35 Kabupaten/Kota
dan kesejahteraan masyarakat desa. Tercatat, terjadi pada Juni 2018 yang lalu; dan arahan Pemerintah Pusat
kenaikan anggaran APBN sebesar 3,97% dari untuk mengendalikan jumlah penduduk dan
sebelumnya Rp47,79 triliun pada tahun 2017 menjadi meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Rp49,69 triliun di tahun 2018. APBN Provinsi Jateng ini
dialokasikan di 57 dinas/kementerian terkait.

Tabel 2.4 Pagu APBN berdasarkan Kementerian/Lembaga Penerima Utama Tahun 2017 dan 2018

NAMA DEPARTEMEN 2017 2018
PAGU (MILIAR RP)
PAGU (MILIAR RP) PANGSA PANGSA

BENDAHARA UMUM NEGARA 10.367 21,69% 10.061 20,13%
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 7.712 16,14% 7.275 14,56%
KEMENTERIAN AGAMA 7.707 16,13% 6.754 13,52%
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 3.978 4.444
KEMENTERIAN PERTAHANAN 3.275 8,32% 4.169 8,89%
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 2.979 6,85% 3.182 8,34%
KEMENTERIAN KESEHATAN 2.921 6,23% 2.933 6,37%
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2.466 6,11% 2.403 5,87%
KEMENTERIAN PERTANIAN 1.048 5,16% 1.493 4,81%
KEMENTERIAN KEUANGAN 630 2,19% 1.143 2,99%
KEMENTERIAN/ DINAS LAINNYA 4.710 1,32% 6.114 2,29%
TOTAL 9,85% 12,24%
sumber : DJPB Kanwil Jawa Tengah 47.793 49.969

Tabel 2.5 Alokasi Anggaran APBN berdasarkan Fungsi

BERDASARKAN FUNGSI 2016 2017 2018

PELAYANAN UMUM PAGU (RP M) PANGSA PAGU (RP M) PANGSA PAGU (RP M) PANGSA
PERTAHANAN
KETERTIBAN DAN KEAMANAN 1.567 4,7% 11.898 24,9% 12.994 26,0%
EKONOMI 3.104 9,3% 3.275 6,9% 3.182 6,4%
LINGKUNGAN HIDUP 5.230 15,7% 5.222 5.456
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 7.858 23,6% 10,9% 10,9%
KESEHATAN 1,7% 11.344 23,7% 12.236 24,5%
PARIWISATA DAN BUDAYA 552 2,4% 661 891
AGAMA 791 9,8% 1,4% 1,8%
PENDIDIKAN 3.270 0,0% 1.039 2,2% 1.342 2,7%
PERLINDUNGAN SOSIAL 2,4% 2.955 6,2% 3.407 6,8%
TOTAL 8 30,1% 0,0% 0,0%
sumber : DJPB Kanwil Jawa Tengah 793 0,3% 2 1,6% 15 1,5%
10.015 772 22,0% 761 19,2%
115 10.517 0,2% 9.571 0,2%
33.303 108 114
47.793 49.969

52 KEUANGAN PEMERINTAH

KAJIAN EKONOMI Tabel 2.6 Alokasi Anggaran APBN berdasarkan Jenis Belanja
DAN KEUANGAN REGIONAL
BERDASARKAN JENIS BELANJA 2016 2017 2018
PROVINSI JAWA TENGAH
BELANJA PEGAWAI PAGU (RP M) PANGSA PAGU (RP M) PANGSA PAGU (RP M) PANGSA
BELANJA BARANG
BELANJA MODAL 13.642 41,0% 14.693 30,7% 14.506 29,0%
BELANJA BANTUAN SOSIAL 11.562 34,7% 11.885 24,9% 14.403 28,8%
DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 23,6% 10.607 22,2% 10.954 21,9%
DANA DESA 7.861
TOTAL 238 0,7% 241 0,5% 45 0,1%
sumber : DJPB Kanwil Jawa Tengah - 0,0% 3.983 8,3% 3.326 6,7%
- 0,0% 6.384 13,4% 6.735 13,5%
47.793 49.969
33.303

Fokus alokasi pagu APBN 2018 telah sejalan dengan Secara keseluruhan, realisasi APBN triwulan III 2018
prioritas capaian Provinsi Jawa Tengah, antara lain mencapai Rp30,38 triliun (60,80% dari pagu APBN
untuk: 2018), lebih tinggi dibandingkan realisasi di triwulan
- Mengatasi kesenjangan dan kemiskinan, antara lain yang sama di tahun sebelumnya yaitu Rp28,38 triliun
(59,29% dari pagu APBN 2017). Ditinjau dari
melalui: fungsinya, realisasi belanja pada triwulan II 2018
• Penyaluran Dana Desa untuk Provinsi Jateng mengikuti pola historisnya, yang didominasi oleh
belanja pada fungsi pelayanan umum, ekonomi, dan
yang meningkat menjadi Rp6,74 triliun di 2018, pendidikan. Realisasi APBN pada triwulan III telah
dibandingkan Rp6,3 triliun di 2017. Dana itu sejalan dengan target penyaluran dana desa tahap I
akan dialokasikan kepada 7.809 desa dimana sebesar 60%, (paling lambat pada Juli 2018).
setiap desa akan mendapatkan Rp863 juta.
• Pemberian jaminan kesehatan nonkuota untuk Tabel 2.7 Realisasi APBN berdasarkan Fungsi
327.000 jiwa masyarakat miskin. pada Triwulan III 2017 dan 2018
• Perlindungan sosial melalui Kartu Jateng Sehat
untuk 12,76 juta jiwa masyarakat. BERDASARKAN 2017 2018
• Pemugaran Rumah Tidak Layak Huni (RLTH) FUNGSI
yang ditargetkan mencapai 30.000 unit. PAGU (Rp M) PANGSA PAGU (Rp M) PANGSA
- Memperbaiki kualitas pendidikan, termasuk
peningkatan akses dan pemberian tunjangan PELAYANAN UMUM 7.223 60,7% 7.738 59,6%
profesi guru melalui BOS, dan perbaikan sarana dan PERTAHANAN 2.391 73,0% 2.517 79,1%
prasarana sekolah. KETERTIBAN DAN KEAMANAN 3.717 71,2% 3.971 72,8%
- Meneruskan berbagai pembangunan infrastruktur, EKONOMI 5.470 48,2% 6.138 50,2%
khususnya untuk penguatan ketahanan pangan LINGKUNGAN HIDUP 59,2% 63,7%
dan energi di Jawa Tengah, seperti bendungan PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM 391 54,4% 568 62,2%
Godang, bendungan Pidekso, bendungan Logung. KESEHATAN 565 55,3% 835 57,8%
- Perbaikan aparatur negara dan pelayanan PARIWISATA DAN BUDAYA 1.635 50,0% 1.968 40,0%
pemerintah, khususnya peningkatan pertahanan AGAMA 64,0% 67,8%
keamanan dalam penyelenggaraan pesta PENDIDIKAN 1 60,7% 6 63,2%
demokrasi (Pilkada serentak) di Jawa Tengah. PERLINDUNGAN SOSIAL 494 63,0% 516 64,0%
TOTAL 6.383 59,3% 6.051 60,8%
sumber : DJPB Kanwil Jawa Tengah
68 73
28.338 30.381

Tabel 2.8 Realisasi APBN berdasarkan Jenis Belanja
pada Triwulan III 2017 dan 2018

BERDASARKAN 2017 2018
JENIS BELANJA
PAGU (Rp M) PANGSA PAGU (Rp M) PANGSA

BELANJA PEGAWAI 10.098 68,7% 10.314 71,1%
BELANJA BARANG 7.066 59,5% 8.745 60,7%
BELANJA MODAL 4.699 44,3% 5.084 46,4%
BELANJA BANTUAN SOSIAL 126 52,3% 28 62,2%
DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 1.877 47,1% 765 23,0%
DANA DESA 4.472 70,1% 5.445 80,8%
TOTAL 59,3% 60,8%
28.338 30.381

sumber : DJPB Kanwil Jawa Tengah

BAB

III

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Pada triwulan III 2018 inflasi Provinsi Jawa Tengah secara tahunan lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan II 2018.

Berdasarkan disagregasi kelompoknya, peningkatan inflasi tahunan terutama disebabkan
oleh peningkatan inflasi kelompok komoditas Bahan Makanan serta kelompok komoditas
Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar. Normalisasi permintaan mobilisasi
masyarakat pasca hari raya keagamaan serta peningkatan harga yang terjaga moderat
pada biaya pendidikan menjadi faktor penahan peningkatan inflasi yang lebih tinggi pada
triwulan III 2018.
Pada triwulan IV 2018, tekanan inflasi tahunan diperkirakan meningkat seiring dengan
berkurangnya pasokan produksi komoditas hortikultura serta peningkatan konsumsi
masyarakat menjelang akhir tahun. Namun demikian peningkatan inflasi tersebut
diperkirakan masih akan terjaga di rentang bawah target sasaran inflasi nasional sebesar
3,5±1%.



PERKEMBANGAN 55
INFLASI DAERAH

3.1. INFLASI SECARA UMUM 2017, inflasi tahunan Provinsi Jawa Tengah pada KAJIAN EKONOMI
periode triwulan III secara konsisten mencatatkan nilai DAN KEUANGAN REGIONAL
Inflasi Jawa Tengah pada triwulan III 2018 tercatat di bawah realisasi inflasi tahunan kawasan Jawa.
sebesar 2,79% (yoy), mengalami peningkatan Selanjutnya, perkembangan Indeks Harga Konsumen PROVINSI JAWA TENGAH
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,72% (IHK) bulanan Jawa Tengah sepanjang bulan Juli-
(yoy). Sementara itu, secara triwulanan Jawa Tengah September 2018 mencatatkan tren deflasi yang
mengalami deflasi sebesar 0,12% (qtq), berbalik arah berlangsung lebih awal dibandingkan provinsi lainnya
dibandingkan triwulan II 2018 yang mencatatkan inflasi di Kawasan Jawa.
sebesar 0,69 % (qtq).
Peningkatan tekanan inflasi tahunan tersebut terutama
Laju inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan laporan disumbangkan oleh kelompok Bahan Makanan serta
tersebut tercatat lebih rendah dibanding dengan inflasi kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan
nasional yang tercatat sebesar 2,88% (yoy), serta lebih Bakar. Penurunan inflasi bulanan kedua kelompok
rendah dibandingkan inflasi Kawasan Jawa yang tersebut pada triwulan laporan terpantau lebih lambat
tercatat sebesar 2,98% (yoy). Dibandingkan dengan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
provinsi lainnya di Kawasan Jawa, pada triwulan III 2018 2017. Dengan pergeseran periode hari raya
Provinsi Jawa Tengah menjadi Provinsi dengan inflasi keagamaan Idul Fitri yang jatuh pada bulan Juni 2018,
terendah ketiga setelah Jawa Timur dan Daerah secara otomatis puncak inflasi Jawa Tengah dan
Istimewa Yogyakarta yang tercatat masing-masing
sebesar 2,76% (yoy) dan 2,77%(yoy). Sejak tahun

10 % 5 %(qtq)
4
8 3
2
6 1
0
4 -1
-2
2 -3

II III II III II III II III II III II III II III II III

0 UMUM
BAHAN
-2 II III IV I II III IV I II III IV I II III MAKANAN
I 2015 2016 2017 2018 MAKANAN JADI,
MINUMAN,
ROKOK &
TEMBAKAU
PERUMAHAN,
AIR, LISTRIK, GAS
& BAHAN BAKAR
SANDANG
KESEHATAN
PENDIDIKAN,
REKREASI DAN
OLAH RAGA
TRANSPOR,
KOMUNIKASI DAN
JASA KEUANGAN

JATENG (YOY) JATENG (QTQ) NAS (YOY) NAS (QTQ) REALISASI II 2018 REALISASI III 2018 RATA-RATA II 2013-2017 RATA-RATA III 2013-2017

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah dan Nasional Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan Jawa Tengah dan Nasional

4,50 %,YOY 0,70 %, MTM
4,00 0,60
3,50 0,50
3,00 0,40
2,50 0,30
2,00 0,20
1,50 0,10
1,00 0,00
0,50 -0,10
0,00 -0,20
-0,30
-0,40

III 2016 III 2017 III 2018 JUL AGS SEP
JATENG DIY JATIM DKI JAWA 2018 DKI JAWA
JABAR BANTEN JABAR BANTEN JATENG JATIM Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah DIY

Grafik 3.3 Inflasi Tahunan Provinsi di Jawa Grafik 3.4 Inflasi Bulanan Provinsi di Jawa

56 PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI Tabel 3.1 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan
DAN KEUANGAN REGIONAL
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
PROVINSI JAWA TENGAH KOMODITAS
ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%)
TELUR AYAM RAS
BENSIN 0,105% KUE KERING BERMINYAK 0,014% SEKOLAH MENENGAH ATAS 0,025%
CABAI RAWIT 0,080% KAYU BALOKAN 0,012% TUKANG BUKAN MANDOR 0,024%
MIE 0,020%
UPAH PEMBANTU RT 0,029% SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 0,012% AKADEMI/PERGURUAN TINGGI 0,015%
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 0,025% SALAK 0,012% SEMEN 0,013%
0,024% UPAH PEMBANTU RT 0,009% JERUK
JULI
KOMODITAS Tabel 3.2 Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan

Angkutan Antar Kota AGUSTUS SEPTEMBER
Bawang Merah
Cabai Merah ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%) KOMODITAS ANDIL (%)
Daging Ayam Ras
Bawang Putih -0,122% Telur Ayam Ras -0,128% Daging Ayam Ras -0,095%
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah -0,063%
-0,107% Angkutan Udara -0,079% Bawang Merah -0,030%
-0,025%
-0,035% Bawang Merah -0,051% Telur Ayam Ras -0,022%

-0,024% Cabai Rawit -0,039% Cabai Rawit

-0,015% Beras -0,026% Cabai Merah

nasional telah bergeser pada akhir triwulan II 2018. Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan III 2018
Didorong oleh penurunan permintaan masyarakat berlangsung hanya di kota Tegal dan kota Semarang,
pasca hari raya, laju inflasi bulanan sepanjang triwulan dengan penurunan terbesar di kota Tegal dari
III 2018 menunjukkan tren penurunan dengan titik sebelumnya sebesar 3,12% (yoy) pada triwulan II 2018,
terendahnya pada bulan Agustus 2018. Capaian deflasi menjadi sebesar 2,98% (yoy) pada triwulan ini, atau
terendah pada bulan Agustus 2018 juga didukung oleh turun sebesar 0,14%. Sementara 4 (empat) kota
panen raya komoditas pangan utama beras masa pantauan inflasi lainnya justru mencatatkan
tanam April-September 2018. peningkatan inflasi tahunan pada triwulan ini
dibandingkan triwulan II 2018 lalu. Akselerasi inflasi
Walaupun secara umum Jawa Tengah mencatatkan tahunan tertinggi sepanjang triwulan III 2018 ini
tren deflasi bulanan, namun apabila ditinjau dicatatkan oleh kota Kudus yang mencatatkan
berdasarkan perbandingan tahunan (year-on-year), peningkatan sebesar 0,33% dari triwulan II 2018 lalu
pada triwulan III 2018 sebagian besar kota pantauan yang tercatat sebesar 2,57% (yoy).
inflasi di Jawa Tengah justru mencatatkan peningkatan
inflasi tahunan dibandingkan triwulan lalu. Hal ini 3.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK
menandakan penurunan harga barang dan jasa pada
triwulan III 2018 ini lebih lambat atau tidak sedalam Ditinjau kelompoknya, penurunan laju inflasi
penurunan harga pada periode yang sama pada tahun tahunan pada triwulan III 2018 dicatatkan oleh
2018. kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga;
kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
Tabel 3.3. Inflasi Tahunan Kota di Provinsi Jawa Tengah Keuangan; serta kelompok Sandang. Sementara itu
4 (empat) kelompok lainnya pada triwulan laporan
NO. KOTA INFLASI TW II INFLASI TW III mencatatkan peningkatan laju inflasi dibandingkan
2018 (%,YOY) 2018 (%,YOY) triwulan II 2018. Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan
Olahraga mengalami penurunan laju inflasi tahunan
1. SURAKARTA 2,37 2,68 terbesar, dengan mencatatkan inflasi sebesar 1,73%
2. SEMARANG 2,82 2,74 (yoy) pada triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan
3. TEGAL 3,12 2,98
4. PURWOKERTO 2,59 2,83
5. CILACAP 2,77 3,03
6. KUDUS 2,57 2,90
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

PERKEMBANGAN 57
INFLASI DAERAH

Tabel 3.4 Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
KOMODITAS 2013 2014 2015 2016 2017 2018
III II III PROVINSI JAWA TENGAH
UMUM III III III III
BAHAN MAKANAN 3,58 2,72 2,79
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7,20 5,00 5,78 2,71 -0,78 3,48 4,52
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 12,66 4,79 8,49 6,53 2,82 3,18 3,33
SANDANG 6,01 1,47 1,87
KESEHATAN 6,94 5,61 5,71 4,41 1,25 2,44 2,16
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA 4,91 6,68 4,61 1,44 3,53 2,91 3,28
TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 2,40 1,87 3,26 1,57 4,02 4,19 1,73
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2,41 3,87 3,73 2,80 7,08 2,47 1,97
1,75 6,12 5,17 3,34
KOMODITAS 11,68 2,58 6,39 -2,25 2017
III
UMUM Tabel 3.5 Perkembangan Andil Inflasi Tahunan
BAHAN MAKANAN 3,58
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 2013 2014 2015 2016 -0,16 2018
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR III 0,58 II
SANDANG III III III 1,45 III
KESEHATAN 2,71 0,07 2,72
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA 7,20 5,00 5,78 1,42 0,21 0,74 2,79
TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 2,68 1,00 1,79 0,91 0,34 0,65 0,96
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 1,36 1,12 1,15 0,34 1,04 0,35 0,68
1,17 1,62 1,11 0,08 0,13 0,45
INFLASI KELOMPOK (%; QTQ) 0,13 0,10 0,17 0,17 0,17 0,11
0,14 0,23 0,22 0,28 0,35 0,19
UMUM 0,15 0,52 0,44 -0,32 0,36 0,15
BAHAN MAKANAN 1,79 0,39 0,96 0,29
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR Tabel 3.6 Perkembangan Inflasi Triwulanan Berdasarkan Kelompok
SANDANG
KESEHATAN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA
TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN III III III III III II III
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah
3,58 1,40 1,05 0,81 -0,18 0,69 -0,12
4,62 0,94 1,65 0,62 -3,63
3,49 1,40 0,92 0,36 0,81 0,10 -2,65
2,04 1,62 0,37 0,75 0,44
2,87 0,62 0,74 0,52 0,49 1,01 0,96
0,75 1,10 0,52 0,50 0,53
1,14 4,29 3,43 2,35 3,50 0,19 0,85
7,88 0,54 0,55 1,03 -0,25
1,09 0,21

0,52 0,89

0,39 1,05

2,10 -0,73

triwulan II 2018 yang tercatat sebesar 4,19% (yoy). harga komoditas kelompok bahan makanan pada
Dengan perkembangan tersebut, kelompok triwulan III 2018 ini tidak sebesar penurunan pada
pendidikan, rekreasi, dan olahraga juga mencatatkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini juga tercermin
andil penurunan inflasi tahunan terbesar dibandingkan dari andil inflasi tahunannya yang menunjukkan posisi
kelompok komoditas lainnya, dengan kontribusi inflasi dan peningkatan nilai terbesar dibandingkan 6 (enam)
sebesar 0,15% pada triwulan III 2018, jauh lebih rendah kelompok komoditas lainnya.
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan
andil inflasi sebesar 0,35%. 3.2.1. Kelompok Pendidikan, Rekreasi,
dan Olahraga.
Sementara itu, walaupun perkembangan indeks harga
konsumen mencatatkan penurunan harga pada Pada triwulan III 2018, kelompok Pendidikan,
kelompok bahan makanan, baik secara tren bulanan Rekreasi, dan Olahraga mengalami penurunan
(mtm) maupun tren triwulanan (qtq), namun kelompok laju inflasi terbesar pada triwulan laporan.
ini tetap mencatatkan peningkatan inflasi tahunan Penurunan laju inflasi ini terutama disebabkan
pada triwulan III 2018 dibandingkan triwulan oleh penurunan tekanan harga dari subkelompok
sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa penurunan Pendidikan. Walaupun secara bulanan (month-to-
month) maupun triwulanan (quarter-to-quarter),

58 PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI 0,60 %, YOY mengalami peningkatan inflasi menjadi sebesar 3,05%
DAN KEUANGAN REGIONAL (yoy) pada triwulan III 2018, dari triwulan sebelumnya
0,40 yang terpantau sebesar 2,07% (yoy). Namun
PROVINSI JAWA TENGAH peningkatan tekanan inflasi tersebut berdampak
0,20 terbatas karena bobotnya yang relatif kecil terhadap
konsumsi masyarakat Jawa Tengah. Walaupun
0,00 permintaan akan komoditas perlengkapan/peralatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III pendidikan relatif merata sepanjang tahun, namun
kenaikan Laptop dan Buku Tulis Bergaris mengalami
2015 2016 2017 2018 akselerasi harga yang tinggi pada triwulan laporan,
yang diperkirakan didorong oleh peningkatan
PENDIDIKAN KURSUS-KURSUS / PELATIHAN REKREASI permintaan oleh siswa tingkat Sekolah Menengah Atas
OLAHRAGA maupun Perguruan Tinggi pada tahun ajaran baru.
PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.5 Perkembangan Andil Inflasi Tahunan – Kelompok
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

perkembangan harga di triwulan laporan ini
menunjukkan akselerasi dibandingkan triwulan II 2018,
namun peningkatannya jauh lebih rendah
dibandingkan tahun lalu.

Sesuai dengan karakteristik permintaan dan 3.2.2. Kelompok Transportasi, Komunikasi,
penawarannya, subkelompok komoditas jasa dan Jasa Keuangan
pendidikan relatif hanya mengalami tekanan harga
pada bulan Juni-September, atau bersamaan dengan Penurunan inflasi tahunan Provinsi Jawa Tengah
periode tahun ajaran baru. Inflasi tahunan pada triwulan III 2018 juga disumbang oleh
subkelompok Pendidikan pada triwulan III 2018 kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
terpantau sebesar 1,76% (yoy), lebih rendah Keuangan. Perlambatan laju inflasi tahunan
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terpantau terbesar dicatatkan oleh subkelompok
sebesar 5,64% (yoy). Penurunan inflasi subkelompok Transportasi diikuti oleh subkelompok Jasa
pendidikan ini berdampak signifikan, karena bobot Keuangan. Subkelompok Transportasi mencatatkan
konsumsinya yang cukup besar di Provinsi Jawa Tengah penurunan laju inflasi menjadi sebesar 2,53% (yoy)
sehingga berdampak pada penurunan andil inflasinya pada triwulan III 2018, dari triwulan sebelumnya yang
pada triwulan III 2018 menjadi sebesar 0,09% terhadap tercatat sebesar 3,59% (yoy). Selanjutnya, bobot
keseluruhan inflasi tahunan Jawa Tengah. Peningkatan konsumsi masyarakat di Jawa Tengah terhadap aktivitas
inflasi yang lebih rendah tersebut terpantau terjadi transportasi yang relatif besar, turut menarik laju inflasi
hampir pada seluruh komoditas jasa pendidikan, tahunan Jawa Tengah secara keseluruhan ke tingkat
khususnya jasa Sekolah Menengah Atas yang yang lebih rendah. Hal ini tercermin dari andil inflasi
meningkat sebesar 1,41% (yoy) pada triwulan III 2018, subkelompok Transportasi terhadap inflasi tahunan
lebih rendah dibandingkan triwulan III 2017 yang
tercatat sebesar 14,27% (yoy). 1,50 %, YOY

1,00

0,50

0,00

-0,50

Sementara itu, subkelompok Perlengkapan/Peralatan -1,00
Pendidikan menjadi salah satu faktor penahan I II III IV I II III IV I II III IV I II III
penurunan inflasi pada kelompok Pendidikan, Rekreasi,
dan Olahraga. Tekanan inflasi subkelompok 2015 2016 2017 2018
Perlengkapan/Peralatan Pendidikan tercatat
TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN
SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.6 Perkembangan Andil Inflasi Tahunan – Kelompok
Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

PERKEMBANGAN 59
INFLASI DAERAH

Jawa Tengah yang menurun drastis dari sebelumnya 0,30 %, YOY KAJIAN EKONOMI
sebesar 0,35% pada triwulan II 2018, menjadi sebesar DAN KEUANGAN REGIONAL
0,24% pada triwulan laporan ini. Perlambatan laju inflasi 0,25
pada subkelompok Transportasi utamanya disebabkan PROVINSI JAWA TENGAH
oleh penurunan tekanan harga pada komoditas jasa 0,20
Angkutan Antar Kota dan jasa Angkutan Udara yang
mengalami deflasi cukup besar akibat penurunan 0,15
permintaan mobilisasi masyarakat pasca hari raya
keagamaan Idul Fitri. 0,10

0,05

0,00

-0,05

-0,10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018

SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA
SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAIN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.7 Perkembangan Andil Inflasi Tahunan – Kelompok Sandang

Sementara itu, subkelompok Komunikasi dan Sementara itu terdapat peningkatan yang relatif
Pengiriman serta subkelompok Sarana dan Penunjang terbatas pada inflasi tahunan subkelompok Sandang
Transpor justru mencatatkan peningkatan inflasi Laki-Laki dan Sandang Wanita. Sejalan dengan pola
tahunan pada triwulan laporan. Peningkatan terbesar historisnya dimana komoditas sandang akan
dicatatkan oleh subkelompok Sarana dan Penunjang mengalami perlambatan tekanan harga pasca hari raya,
Transpor yang meningkat dari triwulan sebelumnya perkembangan inflasi bulanan (month-to-month) dan
sebesar 2,79% (yoy), menjadi sebesar 3,37% (yoy). triwulanan (quarter-to-quarter) pada periode Juli-
Peningkatan tekanan harga ini utamanya disumbang September 2018 mengalami perlambatan
oleh komoditas jasa Tarif Pulsa Ponsel dan jasa dibandingkan periode April-Juni 2018. Namun
Pemeliharaan Kendaraan. Namun demikian peningkatan demikian, perlambatan kenaikan harga pada periode
inflasi ini relatif berdampak sangat kecil, karena bobot Juli-September tahun ini lebih rendah dibandingkan
konsumsinya yang relatif kecil di Jawa Tengah. periode yang sama pada tahun 2017. Hal in terutama
terjadi pada komoditas Kemeja Batik, Celana Panjang
3.2.3. Kelompok Sandang Katun, Blus, dan berbagai komoditas sandang lain yang
Kelompok Sandang juga mendorong penurunan inflasi berbahan dasar katun. Hal ini diperkirakan dampak
tahunan di Jawa Tengah pada triwulan III 2018, dengan lanjutan peningkatan biaya produksi komoditas
penurunan inflasi terbesar tercatat pada subkelompok sandang berbahan dasar kapas impor yang mengalami
Barang Pribadi dan Sandang Lain. Subkelompok ini peningkatan tekanan harga akibat pelemahan nilai
mencatatkan penurunan inflasi dari triwulan tukar Rupiah.
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,63% (yoy), menjadi
sebesar 2,77% (yoy) pada triwulan III 2018. Dengan 3.2.4. Kelompok Bahan Makanan
bobotnya yang moderat terhadap konsumsi masyarakat Sementara itu, peningkatan inflasi tahunan
Jawa Tengah, perlambatan inflasi subkelompok Barang Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III 2018
Pribadi dan Sandang Lain menyumbang penurunan didorong oleh peningkatan inflasi tahunan
andil sebesar 0,02% terhadap inflasi tahunan Jawa kelompok Bahan Makanan. Walaupun secara
Tengah triwulan III 2018 dibandingkan triwulan bulanan Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok Bahan
sebelumnya. Komoditas utama yang menjadi penyebab Makanan mencatatkan deflasi sepanjang periode Juli-
penurunan inflasi pada subkelompok ini adalah September 2018, namun kinerja deflasi tersebut masih
komoditas Emas Perhiasan yang mengalami deflasi lebih kecil dibandingkan periode yang sama pada tahun
bulanan sepanjang periode Juli-Agustus 2018. 2017, sehingga mendorong inflasi tahunannya.

60 PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI 0,30 %, YOY 3.3. INFLASI KOTA-KOTA DI PROVINSI
DAN KEUANGAN REGIONAL JAWA TENGAH
0,25
PROVINSI JAWA TENGAH Kota-kota pantauan inflasi yang disurvei oleh BPS
0,20 di Jawa Tengah mencatatkan perkembangan
inflasi tahunan yang beragam. Dibandingkan
0,15 triwulan lalu, inflasi triwulan III 2018 di kota Semarang
dan kota Tegal mencatatkan penurunan, sementara 4
0,10 (empat) kota pantauan lainnya, yaitu Cilacap,
Purwokerto, Kudus dan Surakarta justru mencatatkan
0,05 peningkatan inflasi. Penurunan laju inflasi tahunan
terbesar dialami oleh kota Tegal yang mengalami
0,00 penurunan inflasi sebesar dari sebesar 3,12% (yoy) pada
triwulan II 2018, menjadi sebesar 2,98% (yoy) pada
-0,05 triwulan laporan. Selanjutnya Kota Semarang dengan
bobotnya sebesar 51,31% terhadap pembentukan
-0,10 inflasi Provinsi Jawa Tengah, menahan peningkatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III inflasi Jawa Tengah sebesar 0,04% (yoy).

2015 2016 2017 2018 Disparitas inflasi antarkota di Jawa Tengah pada
triwulan laporan kembali melanjutkan tren
SANDANG LAKI-LAKI SANDANG WANITA penurunan. Pada triwulan II 2018, selisih tingkat inflasi
SANDANG ANAK-ANAK BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAIN antara kota yang memiliki inflasi tertinggi dan terendah
adalah sebesar 0,75%. Sementara pada triwulan III
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2018, disparitas inflasi antar kota tersebut menurun
menjadi sebesar 0,35%, dengan inflasi tertinggi terjadi
Grafik 3.8 Perkembangan Andil Inflasi Tahunan – Kelompok di Kota Cilacap sebesar 3,03% (yoy), serta inflasi
Bahan Makanan terendah berada di Kota Surakarta sebesar 2,68% (yoy).

Peningkatan laju inflasi tahunan tertinggi pada
kelompok ini dicatatkan oleh subkelompok Bumbu-
bumbuan. Dengan bobotnya yang besar pada pola
konsumsi masyarakat Jawa Tengah, subkelompok
menjadi kontributor terbesar pada penurunan laju
inflasi kelompok bahan makanan. Komoditas strategis
subkelompok ini yang memiliki bobot konsumsi besar
terhadap inflasi Provinsi Jawa Tengah adalah Bawang
Putih dan Cabai Rawit. Walaupun komoditas Bawang
Putih masih mencatatkan deflasi tahunan pada
triwulan III 2018, namun tren deflasi bulanannya yang
telah berlangsung sejak bulan September 2018
mengalami perlambatan, hingga mencatatkan inflasi
bulanan pada bulan September 2018. Hal ini
diperkirakan efek normalisasi dimana harga bawang
putih telah mencapai titik terendah optimalnya setelah
kebijakan relaksasi impor bawang putih ditetapkan
pada April 2018.

Sementara itu, kontributor utama penurunan laju 3,5 %,YOY 2,83 2,88 2,79 2,74 2,98
inflasi tahunan terbesar kelompok Bahan Makanan 3,0 2,90 2,68
disumbang oleh subkelompok Padi-padian, Umbi- PURWOKERTO TEGAL
umbian dan hasilnya. Sesuai dengan pola historisnya, 2,5 3,03 KUDUS SURAKARTA SEMARANG
periode panen padi masa tanam April-September 2018
menjamin tingginya pasokan beras yang selanjutnya 2,0
berdampak pada penurunan harga komoditas beras. 1,5
Namun demikian, pasokan beras musim panen April- 1,0
September 2018 tersebut mengalami penurunan 0,5
secara gradual, seiring dengan mulainya masa tanam 0,0
Oktober 2018 – Maret 2019, sehingga harga beras
mengalami inflasi pada periode bulan September 2018. CILACAP

INFLASI KOTA INFLASI JAWA TENGAH INFLASI NASIONAL

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.9 Inflasi Tahunan Triwulan III 2018 pada Seluruh Kota
Pantauan di Jawa Tengah

PERKEMBANGAN 61
INFLASI DAERAH

8.00 %, YOY 8,00 %, YOY KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
7.00 7,00
PROVINSI JAWA TENGAH
6.00 6,00

5,00

5.00 4,00

4.00 3,00

3.00 2,00

2.00 1,00

0,00

1.00 -1,00

0.00 BAHAN MAKANAN PERUMAHAN, SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN TRANSPOR
I MAKANAN JADI,ROKOK AIR, LISTRIK
II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016
2017 2018
CILACAP PURWOKERTO KUDUS
SURAKARTA SEMARANG TEGAL CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL JAWA TENGAH

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.10 Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Pantauan Grafik 3.11 Inflasi Kota di Provinsi Jawa Tengah per Kelompok pada
di Jawa Tengah Tw III 2018

Ditinjau dari kelompoknya, sebagian besar dari enam sebelumya yang tercatat sebesar 7,65% (yoy).
kota pantauan di Jawa Tengah mengalami inflasi Sementara itu Kota Surakarta mencatatkan penurunan
tertinggi pada kelompok Makanan Jadi, Minuman, terbesar untuk inflasi tahunan kelompok Transportasi,
Rokok dan Tembakau serta kelompok Bahan Makanan. Komunikasi, dan Jasa Keuangan dengan mencatatkan
Selain menunjukkan inflasi yang tinggi, kelompok Bahan penurunan dari sebesar 2,37% (yoy) pada triwulan
Makanan juga menunjukkan tren peningkatan pada sebelumnya, menjadi 0,85% (yoy) pada triwulan
triwulan III 2018 ini dibandingkan triwulan lalu, dengan laporan.
mencatatkan peningkatan rata-rata inflasi di enam kota
pantauan dari sebelumnya sebesar 2,79% (yoy) pada 3.3.1. Disagregasi Inflasi Kota Semarang
triwulan II 2018 menjadi sebesar 3,51% (yoy) pada
triwulan III 2018. Peningkatan laju inflasi tertinggi Pada triwulan III 2018, Kota Semarang
kelompok ini dialami oleh Kota Kudus yang memberikan andil terbesar bagi penurunan inflasi
mencatatkan inflasi sebesar 3,86% (yoy) pada triwulan Provinsi Jawa Tengah. Walaupun mencatatkan
III 2018, meningkat dibandingkan triwulan sebelumya penurunan inflasi, sumbangan kota Semarang terhadap
yang tercatat sebesar 0,54% (yoy). Selanjutnya, inflasi inflasi tahunan provinsi Jawa Tengah masih menjadi
tahunan kelompok Bahan Makanan di seluruh kota yang terbesar dibandingkan 5 (lima) kota pantauan
pantauan di Jawa Tengah juga memiliki disparitas yang inflasi lainnya di Jawa Tengah. Inflasi Kota Semarang
besar, dengan capaian inflasi tahunan tertinggi terjadi di pada triwulan III 2018 tercatat sebesar 2,74% (yoy) atau
Kota Surakarta sebesar 5,53% (yoy), sementara capaian lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terendah terjadi di Kota Tegal sebesar 1,17% (yoy). tercatat sebesar 2,82% (yoy). Penurunan laju inflasi
tahunan tertinggi di Kota Semarang tercatat pada
Keseluruhan 6 (enam) kota pantauan inflasi di Jawa kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga.
Tengah menunjukkan perkembangan yang seragam Sementara itu, sejalan dengan karakteristik inflasi
dengan mencatatkan penurunan inflasi tahunan pada provinsi Jawa Tengah, peningkatan laju inflasi tahunan
kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga serta di kota Semarang tercatat pada kelompok Bahan
kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Makanan serta kelompok Kesehatan.
Keuangan. Penurunan inflasi terbesar pada kelompok
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga terjadi di Kota Inflasi tahunan kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan
Kudus yang mencatatkan deflasi sebesar 0,24% (yoy) Olahraga di Kota Semarang pada triwulan III 2018
pada triwulan III 2018, menurun dibandingkan triwulan tercatat sebesar 1,82% (yoy) atau mengalami
penurunan signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,81% (yoy).

62 PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI 12,00 %, YOY 12,00 %, YOY
DAN KEUANGAN REGIONAL
10,00 10,00
PROVINSI JAWA TENGAH
8,00 8,00

6,00 6,00

4,00

2,00 4,00

0,00 2,00

-2,00 0,00

-4,00 -2,00

-6,00 II III -4,00 II III
I II III IV I II III IV I II III IV I 2018 I II III IV I II III IV I II III IV I 2018

2015 2016 2017 SANDANG 2015 2016 2017 SANDANG

BAHAN MAKANAN KESEHATAN BAHAN MAKANAN KESEHATAN
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.12 Perkembangan Inflasi Kota Semarang Berdasarkan Grafik 3.13 Perkembangan Inflasi Kota Surakarta Berdasarkan
Kelompok Kelompok

Penurunan laju inflasi tahunan kelompok ini utamanya perkembangan kelompok Bahan Makanan di
disebabkan oleh perlambatan kenaikan biaya jasa keseluruhan Jawa Tengah justru mencatatkan
pendidikan, khususnya tingkat Sekolah Menengah peningkatan. Penurunan inflasi kelompok Bahan
Atas dan Akademi/Perguruan Tinggi dibandingkan Makanan di kota Tegal didorong oleh fenomena
periode yang sama pada tahun 2017 lalu. Dengan normalisasi harga komoditas Beras dan Daging Ayam
capaian tersebut, kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Ras yang kembali tingkat fundamentalnya setelah
Olah raga menyumbang andil terbesar terhadap sempat meningkat tinggi pada periode hari raya
penurunan inflasi di Kota Semarang. keagamaan di bulan Juni 2018.

Sementara itu, peningkatan laju inflasi tahunan Penurunan inflasi tahunan di kota Tegal juga dicatatkan
kelompok Bahan Makanan menjadi faktor pendorong oleh kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
inflasi tahunan Jawa Tengah meningkat lebih tinggi. Keuangan. Inflasi tahunan kelompok Transportasi,
Pada triwulan III 2018, inflasi kelompok ini tercatat Komunikasi, dan Jasa Keuangan di kota Tegal pada
sebesar 5,53% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan III 2018 adalah sebesar 2,02% (yoy), atau
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,50% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang
(yoy). Peningkatan laju inflasi kelompok ini didorong mencatatkan inflasi sebesar 2,76% (yoy). Sesuai
oleh peningkatan harga komoditas hortikultura dengan kondisi umum di Jawa Tengah, perlambatan
khususnya bawang merah, cabai merah, dan cabai inflasi tersebut terutama disebabkan oleh normalisasi
rawit, akibat penurunan pasokan produksinya. permintaan masyarakat akan jasa mobilisasi, khususnya
jasa Angkutan Antar Kota dan Tarif Kereta Api.

3.3.2. Disagregasi Inflasi Kota Tegal 3.3.3. Disagregasi Inflasi Kota Surakarta
Sementara itu, kota Surakarta adalah salah satu dari 4
Selanjutnya, kota Tegal adalah salah satu dari 2 (dua) (empat) kota pantauan yang mengalami peningkatan
kota pantauan di Jawa Tengah yang mengalami inflasi Provinsi Jawa Tengah. Pada triwulan III 2018,
penurunan inflasi tahunan. Pada triwulan III 2018, inflasi inflasi tahunan Kota Surakarta tercatat sebesar 2,68%
tahunan Kota Surakarta tercatat sebesar 2,98% (yoy), (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang
menurun dari triwulan sebelumnya yang tercatat tercatat sebesar 2,37% (yoy). Dengan capaian tersebut,
sebesar 3,12% (yoy). Anomali dicatatkan oleh kota kota Surakarta memberikan andil peningkatan inflasi
Tegal dibandingkan kondisi 5 (lima) kota pantauan tahunan terbesar terhadap provinsi Jawa Tengah pada
lainnya maupun Jawa Tengah secara keseluruhan. triwulan III 2018.
Penurunan inflasi tahunan di kota Tegal justru
disumbang oleh kelompok Bahan Makanan, sementara

PERKEMBANGAN 63
INFLASI DAERAH

Sama halnya dengan perkembangan inflasi di Jawa terbatas, khususnya pada komoditas Laptop dan Buku KAJIAN EKONOMI
Tengah, peningkatan inflasi pada kota Surakarta Bergaris yang tercatat tidak mengalami penurunan DAN KEUANGAN REGIONAL
terutama terjadi pada kelompok Bahan Makanan serta pada bulan September 2018.
kelompok Perumahan, Air, dan Listrik, namun dengan PROVINSI JAWA TENGAH
intensitas yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3.4. TRACKING INFLASI
akselerasi inflasi kota-kota pantauan lainnya, maupun 3.4.1. Inflasi Oktober 2018
Jawa Tengah secara umum. Penurunan inflasi pada
kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga, serta Sesuai dengan pola historisnya, Inflasi bulanan
kelompok Sandang juga lebih moderat dibandingkan Provinsi Jawa Tengah pada periode Oktober 2018
rata-rata deselerasi inflasi kota-kota pantauan lainnya, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya.
maupun Jawa Tengah secara umum. Inflasi bulan Oktober tercatat sebesar 0,30% (mtm)
atau meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang
Inflasi tahunan kelompok Bahan Makanan di kota tercatat deflasi sebesar 0,01% (mtm). Peningkatan laju
Surakarta mengalami peningkatan tertinggi kedua inflasi ini sejalan dengan proyeksi dan telah
setelah kota Kudus, yaitu sebesar 4,78% (yoy) pada diperkirakan sebelumnya sesuai dengan fenomena
triwulan III 2018, meningkat tinggi dibandingkan berkurangnya pasokan komoditas pangan dan
triwulan sebelumnya yang tercatat 2,44% (yoy). hortikultura serta penyesuaian harga bahan bakar dan
Peningkatan ini terutama disumbang oleh komoditas angkutan akibat peningkatan harga minyak dunia dan
Bawang Merah, Cabai Rawit, dan Kacang Panjang yang pelemahan nilai mata uang Rupiah. Capaian inflasi
mengalami peningkatan tertinggi pada bulan bulanan Jawa Tengah pada bulan Oktober 2018 ini
September 2018. relatif lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar
0,28% (mtm). Walaupun mengalami inflasi bulanan
Sementara itu, penurunan inflasi tahunan pada yang tinggi, capaian inflasi tahunan dan inflasi tahun
kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga juga kalender Jawa Tengah tercatat sebesar 3,15% (yoy) dan
tidak sebesar deselerasi kota-kota pantauan lainnya di 2,13% (ytd); masih lebih rendah dibandingkan capaian
J a w a Te n g a h , k h u s u s n y a d i s e b a b k a n o l e h pada periode yang sama tahun 2017 sebesar 3,47%
subkelompok Pendidikan, khususnya jasa pendidikan (yoy) dan 2,68% (ytd).
Sekolah Menengah Atas, dan jasa pendidikan Taman
Kanak-kanak. Penurunan komponen komoditas Peningkatan laju inflasi terjadi pada kelompok
Peralatan/Perlengkapan Pendidikan juga relatif Bahan Makanan serta kelompok Transportasi,
Komunikasi dan Jasa Keuangan. Peningkatan laju
12,00 %, YOY inflasi terbesar berlangsung pada kelompok Bahan
Makanan dari deflasi sebesar 1,12% (mtm) pada bulan
10,00 September menjadi inflasi sebesar 0,36% (mtm) pada
Oktober 2018. Inflasi pada kelompok Bahan Makanan
8,00 terutama disebabkan peningkatan harga komoditas
subkelompok Bumbu-bumbuan, khususnya komoditas
6,00 Cabai Merah, Cabai Rawit, dan Bawang Merah yang
mengalami penurunan produksi akibatnya musim
4,00 kemarau yang berkepanjangan.

2,00

0,00

-2,00

-4,00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018

BAHAN MAKANAN KESEHATAN SANDANG
MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Grafik 3.14 Perkembangan Inflasi Kota Kudus Berdasarkan Kelompok

64 PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI Peningkatan inflasi juga terjadi pada kelompok 2018 akan lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2018.
DAN KEUANGAN REGIONAL Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Hal tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan
dengan mencatatkan inflasi sebesar 0,66% (mtm) pada permintaan masyarakat menjelang libur akhir tahun
PROVINSI JAWA TENGAH Oktober 2018, meningkat dari sebesar 0,07% (mtm) dan periode hari raya. Tekanan inflasi juga diperkirakan
pada bulan September 2018. Peningkatan tekanan akan meningkat yang disebabkan oleh menurunnya
harga pada kelompok ini utamanya disumbang oleh pasokan produksi komoditas pangan dan hortikultura.
subkelompok Transpor khususnya pada komoditas jasa
Angkutan Udara, bahan bakar Bensin, dan bahan bakar Sesuai pola historisnya, perkembangan harga
Solar. Penyesuaian harga bahan bakar yang ditetapkan kelompok bahan makanan diperkirakan akan
Pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM No. 34 meningkat tinggi, yang tercermin baik pada inflasi
tahun 2018 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan bulanan serta inflasi triwulanan. Permintaan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 39 masyarakat akan meningkat secara gradual menjelang
Tahun 2014, Tentang Perhitungan Harga Jual Eceran libur akhir tahun dan hari raya keagamaan. Selanjutnya,
BBM mendorong inflasi pada komoditas bahan bakar pasokan produksi komoditas pangan dan hortikultura
Bensin, Solar, dan jasa angkutan yang menjadi produk yang masih terbatas sebelum masa puncak panennya
turunannya. pada bulan Februari-April 2019 akan semakin
mendorong risiko peningkatan inflasi pada kelompok
Kondisi sebaliknya berlangsung pada kelompok Bahan Makanan.
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga yang justru
mencatatkan penurunan laju inflasi dari sebesar Terkait hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah
0,86% (mtm) pada bulan September 2018 menjadi (TPID) Provinsi Jawa Tengah senantiasa berupaya
sebesar 0,13% (mtm) pada Oktober 2018. Penurunan memperbaiki distribusi logistik dan menjaga
laju inflasi terjadi pada sebagian besar komponen jasa ketersediaan pasokan komoditas pangan sehingga
pendidikan, yaitu biaya SMA, Akademi/Perguruan inflasi tahun 2018 terjaga pada rentang bawah sasaran
Tinggi, dan Kelompok Bermain, yang mengalami inflasi nasional yang sebesar 3,5±1%. Pemerintah
normalisasi setelah meningkat tinggi pada periode awal secara jangka panjang telah mendorong pembangunan
tahun ajaran baru yang jatuh pada bulan Agustus- infrastruktur pertanian serta program subsidi pertanian
September 2018 lalu. Dampak lanjutannya juga menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan
tercermin pada penurunan harga komponen barang- produksi pangan. Selanjutnya, tren perbaikan nilai
barang subkelompok Perlengkapan/Peralatan tukar petani sepanjang tahun 2018 diperkirakan juga
Pendidikan sebagai dampak normalisasi setelah sempat dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi
meningkat tinggi pada bulan September 2018 akibat petani.
permintaan kebutuhan tahun ajar baru.
Lebih jauh, peningkatan tingkat inflasi juga tercermin
3.4.2. Inflasi Provinsi Jawa Tengah Tw IV 2018 dari ekspektasi harga di tingkat konsumen dan
Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan IV pedagang. Hasil Survei Konsumen dan Survei Pedagang
2018 diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan Eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia
triwulan III 2018. Sesuai dengan pola historisnya menunjukkan adanya peningkatan ekspektasi harga
inflasi bulanan dan triwulanan pada periode triwulan IV pada triwulan III 2018. Berdasarkan hasil survei
tersebut, baik konsumen maupun pedagang eceran

PERKEMBANGAN 65
INFLASI DAERAH

195 200 KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
190 190
PROVINSI JAWA TENGAH
185 180

180 170

175 160

170 150

165 140

160 130

155 120

150 110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2017 2018 2017 2018

EKSPEKTASI 3 BULAN KE DEPAN EKSPEKTASI 6 BULAN KE DEPAN EKSPEKTASI 3 BULAN KE DEPAN EKSPEKTASI 6 BULAN KE DEPAN

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.15 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen Grafik 3.16 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Pedagang Eceran

memperkirakan tren peningkatan harga yang b) Pelaksanaan Program Pandawa ke-2: Pembentukan
berlangsung gradual sejak bulan Oktober hingga Harga Terjangkau
Desember 2018.  Operasi Pasar dan Gerakan Stabilisasi Harga
Pangan se-Jateng oleh BULOG dalam rangka
3.5. PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH mengantisipasi kenaikan harga beras sesuai
dengan pola musimannya.
Dalam rangka menjaga kestabilan harga dan  Penyaluran RASTRA menggunakan prinsip 6T.
pasokan bahan pangan strategis, TPID Provinsi  Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai.
Jawa Tengah telah menyelenggarakan berbagai
kegiatan sampai dengan Oktober 2018, antara lain c) P e l a k s a n a a n P r o g r a m P a n d a w a k e - 3 :
sebagai berikut: Pendistribusian Pasokan yang Aman dan Lancar
a) Pelaksanaan Program Pandawa ke-1: Pemenuhan  Koordinasi dengan satgas pangan terkait
pengamanan distribusi bahan pokok & barang
Ketersediaan Pasokan strategis.
 Deep interview dengan petani champion cabai  Perluasan jaringan Toko Tani Indonesia, Toko
Tani Indonesia Center & Rumah Pangan Kita
tanggal 29 Agustus 2018 agar dapat untuk menghadirkan pasokan bahan pangan
memperoleh informasi tentang strategi strategis dengan harga terjangkau dengan
penyelamatan harga pada tingkat petani karena memotong rantai distribusi dari petani ke
harga cabai menurun drastis. konsumen akhir.
 Rapat dengan BULOG, Dinas Pertanian dan
Asosiasi Penggilingan Jawa Tengah tanggal 28 d) Pelaksanaan Program Pandawa ke-4: Perluasan
dan 29 Agustus 2018 mengenai antisipasi Akses Informasi
kenaikan harga beras triwulan akhir 2018.  Sosialisasi Sadar & Kelola Inflasi kepada siswa-
 Monitoring perkembangan harga, ketersediaan siswi SMA 3 Semarang .
pasokan, monitoring penjualan Operasi Pasar,  Optimalisasi pemanfaatan SIHATI Masyarakat.
Gerakan Stabilisasi Pangan, dan Toko Tani
Indonesia.

66 PERKEMBANGAN
INFLASI DAERAH

KAJIAN EKONOMI e) Pelaksanaan Program Pandawa ke-5: Protokol
DAN KEUANGAN REGIONAL Manajemen Lonjakan Harga
 Optimalisasi Pemanfaatan SIHATI Mobile
PROVINSI JAWA TENGAH Application oleh Para Pejabat Daerah dengan
terus melakukan diskusi pada virtual meeting
Sihati.
 Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Ozone
untuk memperpanjang masa simpan.
 Diskusi dan penjajakan secara kontinyu dengan
asosiasi penggilingan, Bank Jateng, BULOG dan
BUMD tentang finalisasi pengembangan
konsep Rice Market Center.
 Menindaklanjuti hasil High Level Meeting TPID
Jawa Tengah tanggal 15 Oktober 2018, TPID
Jawa Tengah melakukan survei lokasi terhadap
Bumi Laras Hijau dan mitra pemasok sarana
produksinya.

BAB

IV

STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN,
DAN UMKM

Di tengah kinerja perekonomian yang tumbuh melambat, stabilitas sistem keuangan
Jawa Tengah pada triwulan III 2018 tetap terjaga.

Penyaluran kredit pada sektor RT menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Kredit utamanya
digunakan untuk membiayai multiguna, KPR, dan KKB, dengan NPL masing-masing terjaga, jauh di
bawah batas aman.
Normalisasi permintaan pasca HBKN dan pelemahan nilai tukar Rupiah menjadi faktor yang
menahan kinerja penjualan dan profitabilitas korporasi pada triwulan laporan. Namun, likuiditas
korporasi masih terjaga.
Kinerja perbankan secara umum masih bertumbuh, walaupun aset dan DPK mencatatkan
perlambatan pertumbuhan, seiring dengan penurunan kualitas kredit.
Secara historis, penyaluran kredit UMKM di Jawa Tengah konsisten menunjukkan perbaikan. Saat
ini, proporsi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan Jawa Tengah telah melebihi 40%, dengan
kualitas kredit yang relatif terjaga.



STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 69
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1. PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM pertumbuhan aset dan pertumbuhan DPK KAJIAN EKONOMI
KEUANGAN JAWA TENGAH mencatatkan perlambatan pertumbuhan, seiring DAN KEUANGAN REGIONAL
dengan penurunan kualitas kredit. Di sisi lain,
Stabilitas sistem keuangan Jawa Tengah pada triwulan penyaluran kredit menikmati perbaikan pertumbuhan, PROVINSI JAWA TENGAH
III 2018 tetap terjaga, di tengah kinerja RT yang terbatas sehingga LDR tercatat lebih tinggi.
dan melambatnya kinerja sektor korporasi. Kinerja
korporasi Jawa Tengah masih tumbuh positif, meskipun Dari sisi pengembangan akses keuangan dan UMKM,
tidak setinggi periode sebelumnya; yang disebabkan proporsi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan
oleh normalisasi permintaan RT pasca HBKN dan Jawa Tengah telah mencapai 40,77%, mencatatkan
peningkatan beban biaya bunga ULN karena peningkatan dibandingkan triwulan lalu. Pangsa ini
pelemahan nilai tukar Rupiah. Meskipun kinerja sudah memenuhi ketentuan penyaluran kredit UMKM
korporasi tidak sekuat periode sebelumnya, likuiditas berdasarkan PBI No. 17/12/PBI/2015, yang mewajibkan
korporasi masih terpantau baik. pangsa minimum di tahun 2018 adalah 20%. Lebih
lanjut, selama 3 tahun terakhir, kualitas kredit UMKM
Sementara itu, walaupun sektor RT tumbuh melambat relatif terjaga, di bawah threshold NPL sebesar 5%.
pada triwulan laporan, penyaluran kredit pada sektor Salah satu kredit yang disalurkan kepada UMKM adalah
RT masih tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Kredit Usaha Rakyat (KUR). Menurut Dinas Koperasi
Tujuan penggunaan kredit RT masih didominasi KPR, dan UKM Jateng, Jawa Tengah merupakan provinsi
multiguna, dan KKB, dengan risiko kredit masing- tertinggi dalam menyalurkan KUR.
masing terjaga di bawah threshold.
4.1.1. Ketahanan Lapangan Usaha Jawa Tengah
Lebih lanjut, penyaluran kredit pada lapangan usaha Triwulan III 2018
utama Jateng masih bertumbuh, khususnya pada
sektor perdagangan besar dan eceran, sektor 4.1.1.1. Perkembangan Indikator Perbankan pada
konstruksi; merespon kebutuhan pembayaran vendor Lapangan Usaha Utama Jawa Tengah
dan peningkatan konektivitas pasca penyelesaian Triwulan III 2018
proyek berbagai ruas jalan tol; dan sektor pertanian.
Seiring dengan normalisasi kinerja perekonomian
Di tengah normalisasi perekonomian Jawa Tengah pada pada triwulan III 2018, kinerja perbankan di Jawa
triwulan laporan, penyaluran kredit di Jawa Tengah Tengah terpantau cukup baik. Secara keseluruhan,
tercatat bertumbuh lebih tinggi (7,14%; yoy) penyaluran pertumbuhan kredit di Jawa Tengah8
dibandingkan triwulan lalu (3,37%; yoy). Peningkatan mencapai Rp 313,4 triliun, atau bertumbuh lebih tinggi
pertumbuhan kredit terlihat pada sektor utama, yaitu (8,09%; yoy) dari triwulan lalu (7,14%; yoy). Penyaluran
sektor perdagangan besar dan eceran, merespon kredit masih didominasi sektor lapangan usaha utama
kenaikan konsumsi RT; dan pada sektor konstruksi, yaitu sektor perdagangan besar dan eceran (pangsa
untuk kebutuhan pembayaran vendor pasca 29,0%); sektor industri pengolahan (pangsa 21,6%)
penyelesaian proyek. Secara keseluruhan, kualitas dan sektor pertanian, perburuan, dan kehutanan
kredit stabil terjaga pada level 2,29% (yoy). (pangsa 2,7%). Kinerja kredit sektor utama tersebut
beragam dengan kualitas kredit yang relatif terjaga (NPL
Berdasarkan lokasi bank, kinerja perbankan di Jawa 2,53%; yoy), dibandingkan triwulan lalu (2,32%; yoy).
Tengah triwulan III 2018 mencatatkan perlambatan
pertumbuhan. Indikator utama perbankan berupa

8. Indikator kinerja perbankan ditinjau berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Jawa Tengah.

70 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI 40% 14,00% 58% 15,00%
DAN KEUANGAN REGIONAL 35%
30% 12,00% 48% 13,00%
PROVINSI JAWA TENGAH 25% 38% 11,00%
20% 10,00% 28% 9,00%
15% 7,00%
10% 8,00%

5% 6,00%
0%
-5% 4,00% 18% 5,00%
-10% 8% 3,00%
2,00% -2% 1,00%
-1,00%
0,00%

-2,00%

-4,00% -12% -3,00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

NPL KREDIT SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN (SKALA KANAN) NPL KREDIT SEKTOR KONSTRUKSI (SKALA KANAN)
PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR KONSTRUKSI
PERTUMBUHAN EKONOMI LU PERTANIAN, KEHUTANAN, & PERIKANAN (SKALA KANAN) PERTUMBUHAN EKONOMI LU KONSTRUKSI (SKALA KANAN)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, dan Risiko Grafik 4.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, dan Risiko
Sektor Pertanian Sektor Konstruksi

Sejalan dengan arah pertumbuhan pada triwulan Pada triwulan laporan, pertumbuhan kredit

laporan, kinerja kredit sektor perdagangan besar sektor industri pengolahan mengalami kontraksi

dan eceran serta sektor konstruksi mengalami 4,32% (yoy) dibandingkan pertumbuhan pada

akselerasi. Hal ini utamanya ditengarai penyelesaian triwulan lalu (1,55%; yoy). Kontraksi ini terjadi
proyek jalan tol di beberapa ruas di Jawa Tengah karena turunnya penyaluran kredit pada kelompok
sehingga mendorong kebutuhan pada sektor modal kerja (pangsa 79,02% dari total kredit industri
konstruksi untuk membayar vendor pasca penyelesaian pengolahan), seiring dengan menurunnya kebutuhan
proyek. Selanjutnya, penyelesaian proyek jalan tol modal kerja industri, merespon normalisasi permintaan
meningkatkan konektivitas sehingga berdampak positif RT pasca HBKN.
terhadap aktivitas perdagangan. Penyaluran kredit ke
sektor perdagangan besar dan eceran di Jateng tercatat Sementara itu, walaupun pertumbuhan ekonomi
mengalami perbaikan, dari tumbuh 6,65% (yoy) pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan
triwulan II 2018 menjadi tumbuh 10,35% (yoy) di perikanan tumbuh melambat dibandingkan
triwulan laporan, yang didorong perbaikan kredit triwulan lalu, kinerja kredit lapangan usaha ini
modal kerja dan investasi. NPL kredit sektor ini tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan dari
konsisten tinggi pada level 3,70%, walaupun masih di kontraksi 0,17% (yoy) pada triwulan lalu, menjadi
dalam batas aman. Penyaluran kredit ke sektor bertumbuh 2,11% (yoy) pada triwulan laporan.
konstruksi terus terakselerasi, dari tumbuh 20,22% Peningkatan pertumbuhan ini sejalan dengan
(yoy) pada triwulan II 2018 menjadi tumbuh 23,59% kebutuhan pembiayaan seiring dengan masa panen
(yoy) di triwulan laporan. Kualitas kredit sektor ini tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan yang
terjaga stabil pada level 2,28%. diperkirakan mulai panen sejak akhir triwulan II 2018.

35% 14.00% 33% 15.00%
30% 12.00% 28% 13.00%
25% 10.00% 23% 11.00%
20% 8.00% 18% 9.00%
15% 13% 7.00%
5.00%
10% 6.00% 8% 3.00%
5% 4.00% 3% 1.00%
0% 2.00% -2% -1.00%
-5%

-10% 0.00% -7% -3.00%
I I
II III IV I II III IV I II III IV I II III II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
2015 2016 2017 2018

NPL KREDIT SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN (SKALA KANAN) NPL KREDIT SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN (SKALA KANAN)
PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PERTUMBUHAN KREDIT SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PERTUMBUHAN EKONOMI LU INDUSTRI PENGOLAHAN (SKALA KANAN) PERTUMBUHAN EKONOMI LU BESAR DAN ECERAN (SKALA KANAN)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah dan Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit, Grafik 4.4 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi, Kredit,
dan Risiko Sektor Industri Pengolahan serta Risiko Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 71
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.1.2. Ketahanan Sektor Korporasi Jawa Tengah Selain itu, kemampuan perusahaan untuk mencetak KAJIAN EKONOMI
Pada Triwulan III 2018 laba (rentabilitas) dirasa menurun sebagaimana DAN KEUANGAN REGIONAL
ditunjukkan oleh persentase Saldo Bersih (SB) kondisi
Secara umum, disparitas pertumbuhan ekonomi global rentabilitas sebesar 23,05%, lebih rendah PROVINSI JAWA TENGAH
diperkirakan masih terus berlanjut pada 2018. dibandingkan dengan 40,54% pada triwulan
Ketidakpastian global akan semakin tinggi, kenaikan sebelumnya. Hasil survey tersebut terkonfirmasi
suku bunga Fed Fund Rate (FFR) telah memicu aliran dengan Return on Asset (ROA) dan Return on Equity
modal keluar dari negara emerging market, termasuk (ROE) yang mengalami penurunan, masing-masing
Indonesia dan pada gilirannya berdampak pada tercatat sebesar 1,41% dan 3,11%, dibandingkan
pelemahan nilai tukar Rupiah. Pulihnya perekonomian triwulan lalu sebesar 1,87% dan 4,26%. Hal ini
Amerika Serikat (AS) berpengaruh besar terhadap disumbang karena turunnya penjualan korporasi pada
kinerja korporasi Jawa Tengah, mengingat AS triwulan laporan dibandingkan triwulan lalu,
merupakan negara tujuan ekspor terbesar Jawa mengingat adanya normalisasi permintaan pasca
Tengah. Namun demikian, komoditas bahan baku yang HBKN; serta adanya peningkatan biaya keuangan
masih tinggi konten impornya diperkirakan menjadi (seperti bunga utang) yang cukup signifikan.
faktor penahan pertumbuhan korporasi, khususnya
untuk komoditas unggulan Jawa Tengah seperti tekstil Lebih lanjut, Debt Equity Ratio (DER) mengalami
dan produk tekstil, serta barang kayu. Risiko terkait penurunan menjadi 1,20 pada triwulan III 2018; dari
lainnya yang perlu diwaspadai di sektor korporasi 1,28 pada triwulan lalu. Rasio ini mengindikasikan
adalah struktur pembiayaan korporasi (termasuk utang penurunan peran utang dalam struktur pembiayaan
luar negeri), kepatuhan dalam melaksanakan hedging, perusahaan, karena korporasi memilih menggunakan
hingga daya tahan korporasi yang tercermin dari rasio ekuitas (retained earning). Selanjutnya, relatif lebih
profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. tingginya inventori karena penjualan yang lebih rendah
pada triwulan laporan dan persiapan korporasi untuk
Menghadapi berbagai risiko dimaksud, termasuk menggenjot produksi untuk permintaan akhir tahun,
peningkatan biaya UMR 2018, biaya volatilitas kurs, meningkatkan nilai aset lancar, sehingga likuiditas
dan beban bunga hutang, menyebabkan profitabilitas perusahaan dalam jangka pendek menjadi lebih baik,
korporasi tergerus. Hasil SKDU memperkirakan tercermin dari current ratio yang lebih tinggi
kegiatan usaha pada triwulan laporan akan tumbuh dibandingkan triwulan lalu.
lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. SBT
triwulan III 2018 tercatat sebesar 20,94%; lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 31,60%.

8% 1,6

7% 1,4

6% 1,2

5% 1,0

4% 0,8

3% 0,6

2% 0,4 2,65%
2,57%
1% 0,2 1,74%
2,34%
2,48%
2,55%
1,78%
2,18%
2,04%
1,94%
1,90%
2,26%
3,25%
1,87%
1,41%

0% 0,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

ROA ROE

Sumber: LK korporasi dan Bank Indonesia, diolah Sumber: LK korporasi dan Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.5 Perkembangan ROA, ROE Korporasi Jawa Tengah Grafik 4.6 Perkembangan Debt to Equity Ratio Korporasi Jawa Tengah

72 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI 2,7 12,0
DAN KEUANGAN REGIONAL
2,5 10,0
PROVINSI JAWA TENGAH
2,3 8,0

2,1 6,0

1,9 4,0

1,7 2,0

1,5 0,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

TA/TL CURRENT RATIO

Sumber: LK korporasi dan Bank Indonesia, diolah Sumber: LK korporasi dan Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.7 Perkembangan TA/TL Korporasi Jawa Tengah Grafik 4.8 Perkembangan Current Ratio Korporasi Jawa Tengah

4.1.3. Kerentanan Sektor Rumah Tangga Pada 4.1.3.2. Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga/
Triwulan III 2018 Perseorangan (DPK RT) di Perbankan

4.1.3.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor DPK di Jawa Tengah yang berhasil dihimpun pada
Rumah Tangga triwulan III 2018 tercatat sebesar Rp282,0 Triliun,
didominasi oleh DPK RT sebesar Rp206,5 Triliun
RT memegang peranan besar terhadap perekonomian (pangsa 73,2%). Adapun, DPK RT mengalami
pertumbuhan yang sedikit melambat (12,22%; yoy)
dan sistem keuangan Jawa Tengah. Konsumsi RT dibandingkan triwulan II 2018 (12,79%; yoy).

menyumbang 60% dari total PDRB di Jawa Tengah. Komposisi DPK RT triwulan III 2018 masih
didominasi oleh tabungan (65,03%), deposito
Lebih lanjut di sisi perbankan, DPK RT menyumbang (31,73%), dan giro (3,24%). Berdasarkan
komponennya, hanya deposito RT yang mengalami
73,4% dari total DPK; sementara kredit RT peningkatan pertumbuhan menjadi 11,94% (yoy),
dibandingkan triwulan lalu (11,80%; yoy). Sementara,
menyumbang 30,0% dari total kredit yang disalurkan komponen giro dan tabungan RT mengalami
perlambatan pertumbuhan menjadi masing-masing
oleh perbankan di Jawa Tengah. 16,25% (yoy) dan 12,16% (yoy) pada triwulan laporan.
Tingginya pangsa tabungan RT terhadap total DPK
Pada triwulan laporan, di tengah normalisasi konsumsi perbankan menunjukkan preferensi RT yang
RT pasca HBKN, kredit konsumsi masih menunjukkan menginginkan likuiditas tinggi. Di sisi lain, hal ini
peningkatan pertumbuhan, menjadi sebesar 8,19% membuat perbankan terekspos risiko likuiditas, apabila
(yoy). Kredit RT masih dominan digunakan untuk terdapat penarikan dana RT sewaktu-waktu dalam
membiayai multiguna (26,4%), KPR (24,5%), dan jumlah besar.
kredit kendaraan bermotor (12,0%). Risiko kredit yang
diukur melalui NPL tergolong rendah, masing-masing Perlambatan pertumbuhan DPK terkonfirmasi oleh
1,87%; 2,30%; dan 1,40%. hasil pengolahan SK yang dilakukan oleh Bank
Indonesia terhadap masyarakat di kota Semarang, Solo,
Sementara dari sisi DPK, komposisi tabungan masih Purwokerto, dan Tegal. Salah satu indeks yang
mendominasi (65,03% dari total DPK). Ditilik lebih
lanjut, sekitar 0,03% deposan besar (dengan tabungan
>Rp1M) menguasai 17,17% dari total DPK. Walaupun
dalam beberapa triwulan ke belakang, tidak terlihat
perubahan signifikan dari struktur kepemilikan
tabungan, perbankan perlu mewaspadai dan terus
memperluas basis deposannya.

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 73
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

30,00 % YOY 100% KAJIAN EKONOMI
90% DAN KEUANGAN REGIONAL
25,00 80%
70% PROVINSI JAWA TENGAH
20,00 60%
50%
15,00 40%
30%
10,00 20%
10%
5,00 0%

0,00

-5,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 2015 2018
2016 2017
NON PERSEORANGAN
RATA-RATA PERSEORANGAN PERSEORANGAN NON PERSEORANGAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.9 Perkembangan Pertumbuhan DPK, Perseorangan, dan Grafik 4.10 Perkembangan Pangsa DPK, Perseorangan, dan Bukan
Bukan Perseorangan Jawa Tengah Peseorangan Jawa Tengah

160 4.1.3.3. Kredit Perseorangan di Perbankan
Perlambatan pertumbuhan konsumsi RT di Jawa
140 Tengah pada triwulan laporan (4,30%; yoy)
dibandingkan triwulan lalu (5,15%; yoy) tidak
120 sejalan dengan penyaluran kredit Rumah Tangga
(RT) triwulan laporan yang mengalami peningkatan
100 pertumbuhan. Pertumbuhan kredit RT pada triwulan III
2018 tercatat sebesar 8,19% (yoy), lebih tinggi
80 dibandingkan triwulan sebelumnya (7,85%; yoy).

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2017 2018

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.11 Perkembangan Ekspektasi Masyarakat terhadap
Peningkatan Tabungan Berdasarkan Survei Konsumen

menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap Kredit RT sebagian besar digunakan untuk
perkiraan jumlah tabungan untuk periode triwulan III membiayai multiguna (26,4%), KPR (24,5%), dan
2018 menunjukkan tren penurunan menjadi sebesar kredit kendaraan bermotor (12,0%). Berdasarkan
122,9 pada September 2018; lebih rendah andilnya, pertumbuhan kredit RT pada triwulan III
dibandingkan periode Juni 2018 (124,5). 2018 ditopang oleh kelompok KPR dan multiguna.
Dengan pangsa sebesar 24,54% serta pertumbuhan
Sejalan dengan pola historis, ditinjau berdasarkan sebesar 10,36% (yoy) pada triwulan III 2018, KPR
kelompok nilai, ketergantungan perbankan Jawa menjadi kontributor utama pertumbuhan kredit RT.
Tengah terhadap deposan nilai besar perseorangan Selanjutnya, kredit multiguna mendorong peningkatan
masih cukup tinggi. Tercatat pada triwulan III 2018, yang lebih tinggi pada kredit RT, dengan pangsa sebesar
sebanyak 0,03% dari jumlah deposan perseorangan 26,43% dan pertumbuhan sebesar 7,83% (yoy). NPL KPR
dengan nilai tabungan di atas Rp 1 Miliar menguasai dan multiguna masing-masing 2,30% dan 1,87%.
17,17% dari nilai keseluruhan tabungan perseorangan
di Jawa Tengah. Risiko kerentanan RT terpantau masih stabil rendah
dengan rasio NPL 1,22% pada triwulan laporan. Ditilik
Tabel 4.1 Pengelompokan Tabungan Perseorangan Berdasarkan Nilainya lebih lanjut berdasarkan jenis kreditnya, NPL tertinggi
dicatatkan oleh kredit pemilikan flat atau apartemen s.d
PENGELOMPOKAN PANGSA NOMINAL PANGSA DEPOSAN tipe 21 (NPL 37,08%) dan kredit pemilikan komputer dan
NOMINAL TABUNGAN alat komunikasi (NPL 7,49%), namun karena pangsanya
48,29% 99,31%
0-100 JUTA 28,27% 0,63%
100-500 JUTA 0,04%
500 JUTA - 1M 6,27% 0,03%
>1M 17,17%
Sumber: Bank Indonesia, diolah

74 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI 25% (YOY) (YOY) 125% 100%
DAN KEUANGAN REGIONAL
20% 100% 90%
PROVINSI JAWA TENGAH 80%
15% 75% 70%

10% 50% 60%

5% 25% 50%
40%
0% 0% 30%

-5% -25% 20%
10%
-10% -50%
0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
2015 2016 2017 2018

TOTAL KPR KKB PERLENGKAPAN RT - SKALA KANAN MULTIGUNA LAINNYA KREDIT PEMILIKAN RUMAH KREDIT KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA
KREDIT PERLENGKAPAN RT KREDIT MULTIGUNA DAN LAINNYA

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.12 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.13 Perkembangan Pangsa Kredit Rumah Tangga Jawa Tengah
Jawa Tengah

Tabel 4.2 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan Kredit Rumah Tangga Jawa Tengah

KATEGORI I 2016 IV I 2017 IV 2018 III
II III II III I II
KREDIT RUMAH TANGGA 1,20% 1,06% 1,17% 1,09% 1,22%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21 1,95% 1,18% 1,23% 2,23% 2,68% 1,21% 1,26% 2,64% 1,23% 1,26% 3,18%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70 1,91% 2,08% 2,56% 1,52% 1,70% 2,80% 2,90% 1,37% 2,69% 3,02% 1,51%
PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70 2,76% 1,83% 1,85% 2,50% 2,97% 1,84% 1,80% 2,89% 1,46% 1,54% 2,78%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN S.D. TIPE 21 0,29% 2,83% 2,98% 0,04% 1,63% 3,05% 3,36% 9,56% 3,58% 2,76% 37,08%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE 22 S.D. 70 3,50% 5,31% 1,92% 3,00% 2,43% 4,25% 3,43% 2,01% 8,45% 8,81% 1,89%
PEMILIKAN FLAT ATAU APARTEMEN TIPE DIATAS 70 6,73% 2,27% 2,04% 3,94% 3,37% 2,45% 2,87% 2,23% 1,89% 1,91% 2,29%
PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN) 4,29% 4,64% 6,81% 4,33% 4,59% 3,36% 3,60% 2,75% 2,09% 1,81% 3,48%
PEMILIKAN MOBIL RODA EMPAT 0,73% 3,77% 3,95% 0,77% 0,75% 4,19% 3,36% 1,02% 3,17% 3,54% 1,25%
PEMILIKAN SEPEDA BERMOTOR 1,88% 0,63% 0,78% 1,89% 1,92% 0,83% 1,13% 1,58% 0,98% 1,31% 1,75%
PEMILIKAN TRUK DAN KENDARAAN RODA ENAM ATAU LEBIH 1,16% 2,38% 2,17% 1,80% 1,30% 2,02% 1,73% 2,55% 1,86% 1,82% 2,72%
PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA 2,27% 0,70% 1,04% 0,40% 0,37% 1,36% 1,77% 2,54% 1,19% 2,65% 2,16%
PEMILIKAN FURNITUR DAN PERALATAN RUMAH TANGGA 6,75% 2,10% 2,23% 1,76% 1,09% 1,71% 3,94% 0,42% 1,04% 1,26% 0,50%
PEMILIKAN TELEVISI, RADIO, DAN ALAT ELEKTRONIK 0,23% 6,48% 2,59% 0,31% 0,95% 1,24% 0,84% 1,46% 0,28% 0,31% 2,52%
PEMILIKAN KOMPUTER DAN ALAT KOMUNIKASI 5,52% 0,27% 0,90% 3,09% 4,29% 1,79% 2,10% 3,45% 1,83% 1,96% 7,49%
PEMILIKAN PERALATAN LAINNYA 1,28% 2,08% 2,97% 1,02% 0,85% 2,97% 8,29% 0,70% 2,71% 4,39% 0,98%
KEPERLUAN MULTIGUNA 1,04% 1,10% 1,05% 0,89% 1,02% 0,60% 0,68% 1,01% 0,50% 0,75% 1,12%
KEPERLUAN LAINNYA 0,53% 1,04% 1,05% 0,47% 0,51% 1,03% 1,09% 0,52% 1,15% 1,20% 0,59%
Sumber: Bank Indonesia, diolah 0,51% 0,55% 0,57% 0,57% 0,61% 0,67%

sangat kecil (masing-masing 0,02% dan 0,04% dari tinggal s.d. tipe 21 masih mengalami kontraksi sebesar
total kredit konsumsi), kenaikan NPL pada komponen 4,77% (yoy), tapi kontraksinya tidak sedalam triwulan
ini tidak signifikan mempengaruhi NPL secara lalu. Naiknya kebutuhan pembiayaan pada berbagai
keseluruhan. jenis rumah tinggal sejalan dengan hasil Survei Harga
Properti Residensial (SHPR) yang menunjukkan adanya
Pada triwulan III 2018, kredit pemilikan rumah peningkatan harga untuk seluruh tipe properti
(KPR) tumbuh sebesar 10,36% (yoy), terakselerasi residensial.
dibandingkan triwulan lalu (8,01%; yoy).
Pertumbuhan penyaluran kredit terjadi untuk 120%
seluruh tipe rumah tinggal (rumah tinggal s.d. tipe 100%
21, tipe 22 s.d. 70, dan tipe diatas 70). Rumah tinggal
tipe 22 s.d. 70 masih menjadi kontributor utama KPR 80%
(pangsa 54,76%) tumbuh sebesar 19,40% (yoy). 60%
Rumah tinggal tipe diatas 70 (pangsa 27,01%) 40%
mengalami akselerasi pertumbuhan menjadi 9,15% 20%
(yoy). Walaupun penyaluran kredit pada rumah
0%
-20%
-40%
-60%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018

KREDIT PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN) KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21 KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70

Grafik 4.14 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah
di Jawa Tengah

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 75
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

12,45% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21 5% KAJIAN EKONOMI
54,76% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70 5% DAN KEUANGAN REGIONAL
27,01% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70 4%
KREDIT PEMILIKIAN FLAT/APARTEMEN 4% PROVINSI JAWA TENGAH
1,16% KREDIT PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) 3%
4,62% ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN) 3%
2%
2% II III IV I II III IV I II III IV I II III
1% 2018

I

2015 2016 2017

KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL S.D. TIPE 21
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE 22 S.D. 70
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TINGGAL TIPE DIATAS 70
KREDIT PEMILIKAN RUMAH TOKO (RUKO) ATAU RUMAH KANTOR (RUKAN)

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.15 Pangsa Kredit Pemilikan Rumah di Jawa Tengah Grafik 4.16 Perkembangan NPL Kredit Pemilikan Rumah di Jawa Tengah

Pada triwulan laporan, kredit kendaraan Selanjutnya, kredit kepemilikan truk dan kendaraan
bermotor (KKB) mengalami pertumbuhan sebesar bermotor roda enam atau lebih mencatatkan akselerasi
11,98% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan pertumbuhan hingga 151,85% (yoy) pada triwulan ini.
lalu (10,12%; yoy). Penyaluran KKB mayoritas Namun, mengingat nominalnya yang relatif kecil,
ditujukan untuk membiayai kepemilikan mobil roda volatilitas kinerja kredit untuk kepemilikan truk dan
empat (73,47%) dan sepeda bermotor (24,53%). Oleh kendaraan bermotor roda enam atau lebih, tidak
sebab itu, akselerasi pertumbuhan kredit untuk mobil berdampak signifikan terhadap kinerja KKB perbankan
roda empat (18,52%; yoy), dan kontraksi kredit sepeda di Jawa Tengah.
bermotor yang tidak lebih dalam (1,29%; yoy)
dibandingkan triwulan lalu menjadi penopang Secara agregat, kualitas kredit kendaraan
pertumbuhan KKB yang lebih tinggi. Tren penurunan bermotor (KKB) pada triwulan III 2018
pertumbuhan KKB untuk kepemilikan kendaraan roda menunjukkan perbaikan, dengan penurunan
dua pada perbankan di Jawa Tengah telah berlangsung rasio NPL menjadi 1,40%. Peningkatan kualitas KKB
sejak tahun 2014, hingga akhirnya mengalami ini disumbang oleh penurunan NPL kredit pemilikan
kontraksi dan tren ini diperkirakan akan berlanjut mobil roda empat dan sepeda bermotor yang cukup
seiring dengan meningkatnya preferensi masyarakat signifikan menjadi 1,25% dan 1,75% dibandingkan
terhadap perusahaan pembiayaan sebagai sumber 1,31% dan 1,82% pada triwulan sebelumnya.
pembiayaan alternatif.

25% 2.5%
20%
15% 2.0%
10%
1.5%
5%
0% 1.0%
-5%
-10% 0.5%
-15%
0.0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2017 2018 I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2017 2018
2015 2016 KKB MOBIL RODA EMPAT 2015 2016
KKB MOBIL RODA EMPAT
KKB SEPEDA BERMOTOR KKB SEPEDA BERMOTOR

Grafik 4.17 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Grafik 4.18 Perkembangan NPL Kredit Kendaraan Bermotor
di Jawa Tengah di Jawa Tengah

76 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI 25%
DAN KEUANGAN REGIONAL
20%
PROVINSI JAWA TENGAH
15%

73,47% KREDIT PEMILIKAN MOBIL RODA EMPAT 10%
24,53% KREDIT PEMILIKAN SEPEDA BERMOTOR
KREDIT PEMILIKAN TRUK DAN KENDARAAN BERMOTOR 5%
1,23% RODA ENAM ATAU LEBIH
0,78% KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR LAINNYA

0% II III IV I II III IV I II III IV I II III
I 2015

2016 2017 2018

NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.19 Pangsa Kredit Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah Grafik 4.21 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Perbankan di Pulau Jawa

4.2. KONDISI UMUM PERBANKAN9 ini sejalan dengan tren nasional. Hampir seluruh
JAWA TENGAH provinsi, kecuali Banten dan Jawa Timur mencatatkan
peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan.
Pada triwulan III 2018, kinerja perbankan di Jawa
Tengah menunjukkan perkembangan yang Penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah
cenderung melambat. Dibandingkan triwulan II tercatat sebesar Rp272,37 Triliun, menunjukkan
2018, indikator utama perbankan berupa peningkatan pertumbuhan (8,62%; yoy)
pertumbuhan aset dan pertumbuhan DPK dibandingkan triwulan lalu (8,44%; yoy). Dengan
mencatatkan perlambatan pertumbuhan, seiring perkembangan tersebut, pangsa kredit perbankan
dengan penurunan kualitas kredit. Di sisi lain, Jawa Tengah terhadap nasional adalah sebesar 5,26%.
penyaluran kredit mencatatkan perbaikan sehingga Secara spasial, tren peningkatan pertumbuhan kredit
rasio intermediasi (LDR) pada triwulan laporan terjadi di seluruh provinsi Jawa, kecuali Banten.
meningkat.
Sedangkan, kinerja penghimpunan DPK
Pada triwulan laporan, aset perbankan Jawa perbankan Jawa Tengah pada triwulan III 2018
Tengah tercatat sebesar Rp371,95 triliun atau menunjukkan perlambatan pertumbuhan. DPK
mengalami pertumbuhan sebesar 7,85% (yoy); tercatat sebesar Rp 282,0 Triliun atau tumbuh sebesar
tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan lalu 9,60% (yoy) dibandingkan triwulan lalu (10,49%; yoy).
(8,38%; yoy). Adapun, pangsa aset perbankan Jawa
Tengah terhadap nasional sebesar 3,84%. Secara
spasial, perlambatan pertumbuhan aset Jawa Tengah

25% 30%
25%
20% 20%
15%
15% 10%

10% 5%
0%
5%

0% II III IV I II III IV I II III IV I II III
I 2015

2016 2017 2018

NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR NASIONAL JAWA BARAT BANTEN DKI JAKARTA D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.20 Perkembangan Pertumbuhan Aset Perbankan di Pulau Jawa Grafik 4.22 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perbankan
di Jawa Tengah

9. Indikator perbankan berdasarkan lokasi bank

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 77
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.50% 110% KAJIAN EKONOMI
4.00% DAN KEUANGAN REGIONAL
3.50% 100%
3.00% PROVINSI JAWA TENGAH
2.50% 90%
2.00%
1.50% 80%
1.00%
0.50% 70%
0.00%
60%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III 50% II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 I 2015 2016

DKI JAKARTA 2017 2018 DKI JAKARTA 2017 2018

NASIONAL JAWA BARAT BANTEN D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR NASIONAL JAWA BARAT BANTEN D.I. YOGYAKARTA JAWA TENGAH JAWA TIMUR

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.23 Perkembangan Rasio Non-Performing Loan (NPL) Grafik 4.24 Perkembangan Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR)
Kredit Perbankan Jawa Tengah Perbankan Jawa Tengah

400 RP TRILIUN 25 % 110%

350 20 105%

300 100%
15
250
95%
200 10

150 90%

100 5 85%

50

0 0 80%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I
II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015
2015 2016 2017 2018 2016 2017 2018

ASET DPK KREDIT ASET DPK KREDIT LDR - SKALA KANAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.25 Perkembangan Indikator Perbankan Jawa Tengah Grafik 4.26 Perkembangan Pertumbuhan Indikator Perbankan
Jawa Tengah

Di tengah kinerja kredit yang mengalami 4.2.1. Perkembangan Bank Umum
peningkatan pertumbuhan, kualitas kredit 4.2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor Bank
perbankan Jawa Tengah tercatat mengalami
penurunan kualitas pada triwulan III 2018, Jumlah jaringan kantor bank umum di Jawa
walaupun masih terjaga di bawah 5,00%. Rasio Tengah pada triwulan III 2018 mengalami
Non-Performing Loan (NPL) pada triwulan III 2018 penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
berada pada level 2,59%, meningkat dibandingkan Pada triwulan laporan, jumlah kantor bank umum di
triwulan lalu sebesar 2,07%. Peningkatan NPL pada Jawa Tengah tercatat sebesar 3.062 kantor atau
triwulan III 2018 dialami oleh seluruh perbankan di menurun dibanding triwulan II 2018 yang tercatat
Jawa. sebanyak 3.071 kantor. Penurunan tersebut terjadi
pada kantor cabang pembantu (KCP) kelompok Bank
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penyaluran Pemerintah, kelompok Bank Swasta Nasional,
kredit di tengah perlambatan pertumbuhan DPK, LDR kelompok Bank Asing dan Bank Campuran, masing-
Jawa Tengah meningkat menjadi 96,57%, sejalan masing 4 kantor, 3 kantor, dan 2 kantor. Tren
dengan tren nasional dan tren Jawa, kecuali Jawa Barat. penurunan jaringan kantor bank tersebut umumnya
didasari alasan efisiensi biaya operasional sekaligus
mengoptimalkan agen Layanan Keuangan Digital yang
telah berjalan di masyarakat.

78 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI Tabel 4.3 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan di Jawa Tengah
DAN KEUANGAN REGIONAL
KOMODITAS 2014 2015 2016 2017 2018 2018 2018
PROVINSI JAWA TENGAH I II III

BANK KONVENSIONAL 53 54 55 52 51 51 51
JUMLAH BANK UMUM 1 1 1 1 1 1 1
JUMLAH BANK (KANTOR PUSAT)
JUMLAH KANTOR BANK UMUM 3.479 3.333 3.318 3.185 3.122 3.173 3.062
JUMLAH KANTOR BANK UMUM MENURUT
BANK PEMERINTAH 2.052 1.941 1.974 1.934 1.891 1.963 2.043
KANTOR PUSAT - - - - - - -
KANTOR CABANG
KANTOR CABANG PEMBANTU 80 80 89 92 92 92 89
KANTOR KAS 1.784 1.652 1.664 1.610 1.609 1.628 1.715
BANK PEMERINTAH DAERAH
KANTOR PUSAT 188 209 221 232 190 243 239
KANTOR CABANG 305 313 359 340 341 344 327
KANTOR CABANG PEMBANTU
KANTOR KAS 1 1 1 1 1 1 1
BANK SWASTA NASIONAL 44 45 49 49 47 47 43
KANTOR PUSAT 114 120 149 130 132 134 127
KANTOR CABANG 146 147 160 160 161 162 156
KANTOR CABANG PEMBANTU 1.101 1.058 964 884 862 838 666
KANTOR KAS
BANK ASING DAN BANK CAMPURAN - - - - - - -
KANTOR PUSAT 192 193 186 186 186 187 136
KANTOR CABANG 828 774 671 604 578 553 451
KANTOR CABANG PEMBANTU 107
KANTOR KAS 81 91 94 98 98 79
Sumber: Bank Indonesia, diolah 21 21 21 27 28 28 26
-
- - - - - -
14 14 14 19 19 19 19
7
6 7 - 8 9 9 7
1 - - - - -
1)Termasuk BRI Unit

4.2.1.2. Perkembangan Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga

Pertumbuhan DPK pada triwulan III 2018 300 RP TRILIUN
menunjukkan perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya, utamanya disebabkan 250
perlambatan pada komponen tabungan dan giro.
Berdasarkan pangsanya, tabungan masih mendominasi 200
DPK (51,2%); diikuti deposito (35,0%); dan giro
(13,8%). 150

100

50

0 II III IV I II III IV I II III IV I II III
I 2015 2016 2017 2018

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

Pada triwulan laporan, komponen tabungan tumbuh Sumber: Bank Indonesia, diolah
melambat sebesar 12,40% (yoy); dari 13,49% (yoy)
Grafik 4.27 Perkembangan DPK Perbankan Umum Jawa Tengah

pada triwulan II 2018. Komponen tabungan didominasi Pertumbuhan deposito perbankan di Jawa Tengah

oleh pemilik nilai tabungan >Rp10-100 juta (pangsa pada triwulan III 2018 terpantau mencatatkan

36,7%) dan pemilik nilai tabungan >Rp 100-500 juta pertumbuhan stabil sebesar 5,75% (yoy).
(pangsa 28,3%). Berdasarkan kontribusinya, Komponen deposito didominasi oleh deposan dengan
pertumbuhan tabungan perbankan Jawa Tengah nilai deposito >Rp20M (pangsa 25,1%), deposan
disumbang oleh kedua pemilik nilai tabungan tersebut dengan nilai deposito >Rp 100-500 juta (pangsa
dengan masing-masing pertumbuhan tabungan 19,2%), dan deposan dengan nilai deposito >Rp2M-
dengan nilai >Rp10-100 juta (13,13%; yoy) dan 5M (pangsa 13,6%).
tabungan dengan nilai >Rp100-500 juta (17,40%; yoy).

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 79
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

35% 100% KAJIAN EKONOMI
90% DAN KEUANGAN REGIONAL
30% 80%
70% PROVINSI JAWA TENGAH
25% 60%
50%
20% 40%
30%
15% 20%
10%
10% 0%

5%

0%

-5%

-10% II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I 2015 2016 2017 2018 2017 2018

Rp10 - 100 JUTA Rp100 - 500 JUTA Rp500 JUTA - 1 MILIAR 2015 2016

KURANG DARI RP10 JUTA <10 JT >10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.28 Perkembangan Pertumbuhan Tabungan Perbankan Grafik 4.29 Perkembangan Pangsa Tabungan Perbankan
di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai

120.00% 80.0%
70.0%
100.00% 60.0%
50.0%
80.00% 40.0%
30.0%
60.00% 20.0%
10.0%
40.00%
0.0%
20.00%

0.00%

-20.00% I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2017 2018
2015 2016

>10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M - 2 M >20M >10 JT - 100 JT >100JT - 500JT >500JT - 1 M >1 M - 2 M >20M

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.30 Perkembangan Pertumbuhan Deposito Perbankan Grafik 4.31 Perkembangan Pangsa Deposito Perbankan
di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Nilai

Sementara, kinerja giro perbankan Jawa Tengah 30 % YOY
pada triwulan III 2018 juga menunjukkan 25
perlambatan pertumbuhan, menjadi sebesar 9,57% 20
(yoy), dibandingkan triwulan lalu (13,29%; yoy). 15
Komponen giro didominasi oleh deposan dengan nilai 10
giro > Rp20M (pangsa 41,9%) dan deposan dengan
nilai giro > Rp2M-5M (pangsa 14,9%). 5
0
-5

-10 II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
I
DPK DEPOSITO
TABUNGAN GIRO

Sumber:DJPB Kanwil Jawa Tengah Kemenkeu, diolah

Grafik 4.32 Perkembangan Pertumbuhan DPK Perbankan Jawa Tengah

Ketergantungan perbankan Jawa Tengah Tabel 4.4 Pengelompokan DPK Berdasarkan Nilai
terhadap deposan besar pada triwulan laporan
masih cukup tinggi. Dari hasil pengelompokkan DPK DPK Nominal DPK Jumlah Persentase Persentase
berdasarkan nilai, terlihat bahwa rekening dengan nilai (Rp Miliar) Rekening Nominal Rekening
DPK di atas Rp 1 miliar hanya dimiliki oleh 0,07%
penduduk di Jawa Tengah, namun demikian porsi 0-100 JUTA 79.818 34.984.389 28,30% 98,95%
kepemilikan tersebut memiliki pangsa sebesar 41,42%
dari total DPK perbankan di Jawa Tengah. 100-500 JUTA 64.551 316.938 22,89% 0,90%

500 JT - 1 M 20.839 27.834 7,39% 0,08%

>1 M 116.832 24.680 41,42% 0,07%

TOTAL 282.040 35.353.841 100,00% 100,00%

Sumber: Bank Indonesia, diolah

80 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI 4.2.1.3. Penyaluran Kredit kedua dan ketiga dengan pangsa masing-masing
DAN KEUANGAN REGIONAL Kinerja kredit perbankan Jawa Tengah pada sebesar 29,79% dan 15,27% dari total kredit
triwulan III 2018 menunjukkan peningkatan perbankan Jawa Tengah. Pertumbuhan kredit
PROVINSI JAWA TENGAH pertumbuhan dibandingkan triwulan lalu. perbankan Jawa Tengah pada triwulan III 2018
Penyaluran kredit perbankan di Jawa Tengah pada didorong oleh peningkatan pertumbuhan kredit
triwulan III 2018 tercatat sebesar Rp272,37 triliun atau modal kerja menjadi 11,24% (yoy), dibandingkan
mengalami pertumbuhan yang stabil sebesar 8,62% triwulan lalu (10,08%; yoy) dan pertumbuhan
(yoy), dibandingkan triwulan lalu (8,59%; yoy). kredit investasi menjadi 7,72% (yoy). Sementara,
kredit investasi mencatatkan perlambatan
Ditinjau berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran pertumbuhan yang cukup signifikan menjadi 1,65%
kredit perbankan Jawa Tengah masih berfokus (yoy), dibandingkan triwulan lalu sebesar 6,37% (yoy).
pada sektor utama, antara lain sektor Berdasarkan pengelompokkan nilai, dapat terlihat
perdagangan besar dan eceran dengan pangsa bahwa persentase kredit di bawah Rp 500 juta memiliki
32,59% dari total nilai kredit. Sektor utama lainnya pangsa sebesar 49,29% dari total kredit yang
yaitu industri pengolahan, memiliki pangsa kredit disalurkan di Jawa Tengah. Hal Ini menunjukkan bahwa
sebesar 17,06% diikuti oleh sektor pertanian yang nominal penyaluran kredit skala kecil dan skala besar di
memiliki pangsa 2,85%. Rasio penyaluran kredit pada Jawa Tengah relatif merata. Namun ditinjau dari aspek
sektor pertanian tersebut tergolong rendah sebaran jumlah debitur dan nominal kreditnya,
dibandingkan dengan kontribusi sektor Pertanian penyaluran kredit di Jawa Tengah sebagian besar masih
terhadap PDRB Jawa Tengah pada triwulan III 2018. Hal dikuasai oleh debitur dengan nominal kredit di atas
ini menunjukkan pembiayaan pada lapangan usaha Rp500 juta. Hal tersebut terlihat dari 1,31% debitur
pertanian masih sangat rendah dan berpotensi untuk dengan realisasi kredit diatas Rp500 juta, memiliki
diperluas. pangsa nominal kredit hingga mencapai 50,71% dari
keseluruhan nominal kredit Jawa Tengah. Berdasarkan
Apabila ditinjau berdasarkan penggunaan, data triwulan III 2018, mayoritas debitur kredit di atas
penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah pada Rp 1 Miliar merupakan golongan debitur sektor swasta
triwulan III 2018 masih didominasi oleh kredit non lembaga keuangan.
modal kerja dengan pangsa 54,94%. Sementara itu,
kredit konsumsi dan kredit investasi menempati urutan

100 RP TRILIUN 45 %, YOY

90 40

80 35

70 30

60 25

50 20

40 15

30 10

20 5

10 0

- II III IV I II III IV I II III IV I II III -5
I I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.33 Perkembangan Kredit Perbankan Jawa Tengah Grafik 4.34 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Perbankan
Berdasarkan Sektor Jawa Tengah Berdasarkan Penggunaan

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 81
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

Tabel 4.5 Pengelompokkan Kredit Berdasarkan Nilai 16 KAJIAN EKONOMI
15 DAN KEUANGAN REGIONAL
KREDIT Nominal Jumlah Persentase Persentase 14
(Rp Miliar) Rekening Nominal Rekening 13 PROVINSI JAWA TENGAH
12
0-100 JUTA 63.126 3.130.843 23,18% 86,90% 11
10
100-500 JUTA 71.126 424.906 26,11% 11,79%
9
500 JT - 1 M 12.903 21.621 4,74% 0,60% I

>1 M 125.217 25.577 45,97% 0,71%

TOTAL 272.372 3.602.947 100,00% 100,00%

Sumber: Bank Indonesia, diolah

II III IV I II III IV I II III IV I II III
2017 PERTANIAN 2018
4.2.1.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum 2015 2016
INDUSTRI PENGOLAHAN
Pada triwulan III 2018, perkembangan suku bunga PERDAGANGAN BESAR & ECERAN
simpanan perbankan relatif beragam
dibandingkan triwulan sebelumnya. Suku bunga Sumber: Bank Indonesia, diolah
simpanan dalam bentuk giro tercatat menurun menjadi
2,19%; dari 2,32% pada triwulan lalu. Suku bunga Grafik 4.37 Perkembangan Suku Bunga Sektor Ekonomi Utama
tabungan tercatat stabil di 1,15%. Sementara, suku di Jawa Tengah
bunga deposito meningkat menjadi 5,85% (yoy), dari
5,55% pada triwulan sebelumnya. Sementara, suku bunga pinjaman untuk jenis
penggunaan investasi meningkat 5 bps dari 10,44%
menjadi 10,49% pada triwulan laporan.

Berbeda dengan suku bunga simpanan Tren relatif lebih stabilnya suku bunga simpanan
perbankan yang relatif beragam, suku bunga perbankan, sementara suku bunga kredit yang
kredit pada triwulan III 2018 masih melanjutkan perlahan-lahan menurun diakibatkan dampak
tren penurunan dari triwulan I 2018. Penurunan penurunan BI rate secara historis yang langsung
suku bunga pinjaman pada triwulan laporan terjadi direspon dengan penurunan suku bunga pada
pada kelompok kredit modal kerja dan konsumsi. simpanan, sementara dampaknya pada suku bunga
kredit cenderung disesuaikan perlahan-lahan.

4% %9 Tren penurunan suku bunga kredit juga terjadi pada
sektor lapangan usaha utama di Jawa Tengah. Pada
8 lapangan usaha pertanian dan perdagangan besar dan
3 eceran, suku bunga kredit tercatat mengalami
penurunan. Sementara, suku bunga pinjaman
7 lapangan usaha industri pengolahan tercatat
2 mengalami sedikit peningkatan.

6

1
5

0 4
I
II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 GIRO 2018
2016 2017

TABUNGAN DEPOSITO (SKALA KANAN) 4.3. PERKEMBANGAN KINERJA BANK
PERKREDITAN RAKYAT (BPR)
Sumber: Bank Indonesia, diolah PROVINSI JAWA TENGAH

Grafik 4.35 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan Jawa Tengah Sejalan dengan pola kinerja perbankan secara
umum, BPR di wilayah Provinsi Jawa Tengah juga
15 % mencatatkan perlambatan pertumbuhan di aset
dan penghimpunan DPK, namun mencatatkan
14 peningkatan pertumbuhan di penyaluran kredit.
Pada triwulan laporan, aset BPR Jawa Tengah tercatat
13 Rp 30,37 Triliun, bertumbuh 11,57% (yoy), lebih
rendah dibandingkan triwulan lalu (12,33%; yoy).
12

11

10 II III IV I II III IV I II III IV I II III
I 2015 2016 2017 2018

MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.36 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan
Jawa Tengah

82 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI 18 % YOY triwulan III 2018 tercatat Rp22,99 Triliun,
DAN KEUANGAN REGIONAL bertumbuh 12,31% (yoy) lebih tinggi
17 dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan
PROVINSI JAWA TENGAH jenis penggunaan, pertumbuhan kredit BPR Jawa
16 Tengah pada triwulan III 2018 terutama didorong oleh
pertumbuhan kredit konsumsi dan investasi, sementara
15 kredit modal kerja mengalami sedikit perlambatan.

14 Tu j u a n p e n y a l u r a n k re d i t B P R J a w a Te n g a h
terkonsentrasi pada sektor perdagangan besar dan
13 eceran (34,87%), kemudian merata dengan pangsa
kecil ke berbagai sektor lainnya (49,82%), pertanian
12 (7,61%), dan RT (3,75%). NPL sektor perdagangan
besar dan eceran harus diwaspadai karena tinggi pada
11 level 10,28% pada triwulan laporan, sementara NPL RT
sebesar 5,77%. Ditinjau berdasarkan sektor ekonomi,
10 II III IV I II III IV I II III IV I II III akselerasi pertumbuhan kredit terutama disumbang
I 2015 2018 oleh pertumbuhan kredit sektor perdagangan besar
dan eceran dan sektor RT, masing-masing sebesar
2016 2017 13,19% (yoy) dan 23,27% (yoy).

PERTUMBUHAN ASET BPR JAWA TENGAH

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.38 Perkembangan Pertumbuhan Aset BPR di Jawa Tengah

Pertumbuhan DPK BPR Jawa Tengah pada
triwulan III 2018 mengalami perlambatan di
seluruh komponen, baik tabungan maupun
deposito. DPK BPR Jawa Tengah tercatat Rp22,87
Triliun atau bertumbuh 12,19% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan lalu sebesar 13,65% (yoy).
Berbeda dengan bank secara umum, DPK BPR Jawa
Tengah didominasi oleh deposito (pangsa 55,99%),
kemudian tabungan (pangsa 44,01%).

Meski kinerja aset mengalami perlambatan
pertumbuhan, posisi kredit BPR Jawa Tengah pada

25 %

20

15 44,01%
55,99%

10

5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018

PERTUMBUHAN DPK BPR JAWA TENGAH PERTUMBUHAN TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA TABUNGAN BPR JAWA TENGAH PANGSA DEPOSITO BPR JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN DEPOSITO BPR JAWA TENGAH

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.39 Perkembangan Pertumbuhan DPK BPR di Jawa Tengah Grafik 4.40 Pangsa Dana Pihak Ketiga BPR di Jawa Tengah

30 %

20

10 58,48%
6,13%

35,38%

0 II III IV I II III IV I II III IV I II III KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH
I 2017 2018 KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAH
KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH
2015 2016 KREDIT INVESTASI BPR JAWA TENGAH
KREDIT KONSUMSI BPR JAWA TENGAH
KREDIT BPR JAWA TENGAH
KREDIT MODAL KERJA BPR JAWA TENGAH

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.41 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR di Jawa Tengah Grafik 4.42 Pangsa Kredit BPR di Jawa Tengah

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, 83
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

40 % 40 KAJIAN EKONOMI
DAN KEUANGAN REGIONAL
7,61% PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 30
1,87% 20 PROVINSI JAWA TENGAH
34,78% INDUSTRI PENGOLAHAN
3,75% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 20
2,17% 0
49,82% RUMAH TANGGA
10
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA,
HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 0 -20
LAINNYA
-10 -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018

PERTUMBUHAN KREDIT BPR KESELURUHAN PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR RUMAH TANGGA - SKALA KANAN
PERTUMBUHAN KREDIT BPR SEKTOR PERTANIAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.43 Pangsa Penyaluran Kredit BPR di Jawa Tengah Grafik 4.44 Perkembangan Pertumbuhan Kredit BPR di Jawa Tengah

12% 120%
10%
115%
8%
6% 110%
4%
2% 105%
0%
100%

95%

90%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III 85%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

NPL BPR JAWA TENGAH KESELURUHAN NPL INDUSTRI PENGOLAHAN LDR BPR JAWA TENGAH
NPL PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN NPL PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.45 Perkembangan NPL BPR di Jawa Tengah Grafik 4.46 Perkembangan Rasio FDR BPR Jawa Tengah

Kualitas kredit BPR di Jawa Tengah perlu terus Jawa Tengah merupakan provinsi yang tertinggi dalam
perhatian, mengingat tingkat NPL BPR Jawa Tengah penyerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hingga
stabil tinggi dan menunjukkan tren peningkatan. NPL Oktober 2018, kuota KUR Jateng telah terserap 80%
pada triwulan laporan tercatat stabil 7,64%. atau sebesar Rp17 Triliun. Salah satu faktor yang
mempengaruhi penyerapan KUR yang cepat ini adalah
Financing to Deposit Ratio (FDR) BPR Jawa Tengah pada penurunan suku bunga.
triwulan III 2018 tercatat sebesar 100,50%, sedikit
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Berdasarkan lapangan usahanya, pertumbuhan
102,65%. kredit UMKM Jawa Tengah pada triwulan III 2018
ditopang oleh sektor perdagangan besar dan
4.4. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA MIKRO, eceran serta sektor pertanian. Kredit UMKM sektor
KECIL, MENENGAH (UMKM) perdagangan besar dan eceran tercatat tumbuh

Upaya perbankan dalam peningkatan akses 60,00%
pembiayaan kepada UMKM di Jawa Tengah
semakin baik. Pada triwulan laporan, sebesar 50,00%
40,77% dari total kredit disalurkan kepada
UMKM, mengalami peningkatan dibandingkan 40,00%
triwulan lalu sebesar 40,41%. Pertumbuhan kredit
UMKM di Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 30,00%
11,50% (yoy) pada triwulan III 2018, meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (11,15%; yoy). 20,00%

10,00%

0,00%

-10,00%

-20,00%

-30,00% II III IV I II III IV I II III IV I II III
I

2015 2016 2017 2018

MODAL KERJA INVESTASI TOTAL

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.47 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM berdasarkan Tujuan

84 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,
PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

KAJIAN EKONOMI 11,92%, terakselerasi dibandingkan triwulan lalu didominasi sektor perdagangan besar. Ke depan,
DAN KEUANGAN REGIONAL (10,31%; yoy). Kredit UMKM sektor pertanian tercatat Pemerintah memprioritaskan penyaluran KUR pada
tumbuh sebesar 12,37% (yoy) pada triwulan laporan, sektor pertanian dan kehutanan guna mendorong
PROVINSI JAWA TENGAH meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang ketahanan pangan nasional.
tercatat sebesar 8,30% (yoy).
Kualitas kredit UMKM pada triwulan III 2018
Sementara, sektor industri pengolahan mencatatkan menunjukkan perbaikan, yang dikontribusikan
perlambatan pertumbuhan sebesar 7,00% (yoy), oleh peningkatan kualitas kredit di sektor utama.
meningkat dibandingkan triwulan lalu (9,72%; yoy). Sektor pertanian, industri pengolahan, dan
Sektor perdagangan besar dan eceran juga perdagangan besar masing-masing mencatatkan NPL
mencatatkan perlambatan pertumbuhan kredit yang menurun pada triwulan laporan menjadi 2,57%,
menjadi 23,70% (yoy). Untuk KUR, karena penyaluran 6,29%, dan 2,80%.
Penyaluran KUR Jawa Tengah terbesar saat ini masih

40,00% 7,00%

30,00% 6,00%

5,00%

20,00% 4,00%

10,00% 3,00%

2,00%

0,00% 1,00%

-10,00% 0,00%
I
II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

TOTAL KREDIT UMKM INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERDAGANGAN BESAR & ECERAN TOTAL KREDIT UMKM INDUSTRI PENGOLAHAN PERTANIAN PERDAGANGAN BESAR & ECERAN

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.48 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM di Jawa Tengah Grafik 4.49 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM di Jawa Tengah

40,00% 5,00%
35,00% 4,00%
30,00% 3,00%
25,00% 2,00%
20,00% 1,00%
15,00% 0,00%
10,00%
I
5,00%
0,00%
-5,00%
-10,00%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III II III IV I II III IV I II III IV I II III
2017 2018 2017 2018
2015 2016 2015 2016

TOTAL KREDIT UMKM MODAL KERJA INVESTASI TOTAL NPL UMKM MODAL KERJA INVESTASI

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.50 Perkembangan Pertumbuhan Kredit UMKM Jawa Tengah Grafik 4.51 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Jawa Tengah


Click to View FlipBook Version