penyakit (terlebih karena virus) sebagai kutukan atau sesuatu
yang memalukan. Di sini perlu diberi tekan bahwa pembatasan
sosial dan fisik tidak memutuskan hubungan penuh kasih-
sayang antaranggota keluarga dan warga jemaat lain serta warga
masyarakat yang diikat oleh kuasa kasih Allah yang tak bertepi
itu. Juga perlu memaknai bahwa pembatasaan sosial dan fisik
dalam pandemik covid-19 adalah bentuk kasih-sayang terhadap
anggota keluarga lain dan sesama umat manusia.
10. Penerapan pembatasan sosial dan fisik dapat juga berdampak
secara ekonomi. Bahkan bisa berdampak politis. Tidak msutahil
terjadi kesulitan rakyat memenuhi kebutuhan pokok. Kesulitan
memenuhi kebutuhan pokok dapat memicu kemaraham sosial
yang menyebabkan situasi darurat medis menjadi situasi darurat
sipil. Dalam konteks ini pun gereja perlu hadir secara pastoral
untuk mengelola emosi warga jemaat dan warga masyarakat di
tengah-tengah kesulitan memenuhi kebutuhan pokok. Di sini
pendampingan pastoral sebagai kecakapan menata emosi massa-
rakyat sangat diperlukan. Pendampingan dilakukan agar emosi-
destruktif massa-rakyat terkelola menjadi emosi-solidaritas-
produktif untuk memperkuat kesetiakawanan bersama-sama
mengupayakan segera mengakhiri pembatasaan sosial dan
fisik dengan cara ikut bertanggungjawab tentang kesehatan
lingkungan, termasuk kesehatan ekonomi.
11. Maka pokok masalah secara gerejawi dalam rangka pengelolaan
keduakaan dan perkabungan bukan apakah kita bisa menggunakan
sarana-teknis hasil kemajuan teknologi informasi atau tidak?
Kita tidak perlu mempertentangkannya. Karena masalah pada
perbedaan budaya. Juga bukan bagaimana keluarga saya dan
kelompok saya dapat terpenuhi kebutuhan pokok melainkan
bagaimana semua warga masyarakat boleh memenuhi kebutuhan
pokok secukupnya dalam situasi darurat sipil dan ekonomi di
masa-masa pembatasan sosial dan fisik untuk mempercepat
penanganan covid-19. Pendampingan pastoral gereja ialah
memastikan warga jemaat dan warga masyarakat masih
mengalami kuasa kasih Allah yang menghibur, memulihkan dan
mengutuhkan persaudaraan, baik pada masa-masa perkabungan
maupun pada saat minimnya persediaan kebutuhan-kebutuhan
pokok sebagai akibat kebijakan pembatasan sosial (social-
distancing) dan pembatasan fisik (physical-distancing) untuk
mempercepat penanganan pandemik covid-19!
9
IMAN DAN ETIKA
PELAYAN KHUSUS
1. Pelayan Khusus (Pendeta, Penatua, Diaken dan Guru Jemaat)
adalah pemimpin dalam jemaat. Kita adalah yang dituakan
dalam iman dan pengharapan untuk menghadapi situasi apapun
termasuk darurat Covid-19. Karena itu teguhkanlah hatimu
dan jangan takut, baik atau tidak baik waktunya kita harus
memberitakan Firman dan mempertanggung-jawabkan iman
dan pengharapan yang ada pada kita (I Petrus 3: 15).
2. Dalam keadaan darurat sekalipun, mintalah hikmat dan
bertindaklah hati-hati, tanpa harus menyimpang ke kiri dan ke
kanan (Yosua 1:7).
3. Tetaplah teguh berpegang pada keyakinan iman, agar keteguhan
imanmu turut meneguhkan iman jemaat. Kata Yesus “Tetapi
Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.
Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-
saudaramu” (Lukas 22:32)
37
4. Dalam hal melayani umat, lengkapilah dirimu sebagaimana
pesan Rasul Petrus dalam 2 Petrus 1:5-7 ‘Justru karena itu kamu
harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan
kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan,
dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan
diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada
kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan
saudara-saudara kasih akan semua orang’
5. SetiappendetadananggotaMajelisJemaatselalumengembangkan
sikap pengendalian dan tidak panik dengan memperhatikan
petunjuk-petunjuk kesehatan, dan awasilah juga ajaranmu,
supaya tindakanmu membawa kehidupan di tengah-tengah
jemaat. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat
demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang
yang mendengar engkau (bnd. 1 Timotius 4:15).
6. Setiap pendeta dan anggota Majelis Jemaat sedianya selalu
mengingat bahwa tugas pendeta dan pimpinan gereja ialah
mengarahkan dan membimbing serta menguatkan warga jemaat
dan warga masyarakat dalam situasi sulit seperti sekarang ini
suka kita bersemangat, tetapi pada waktu (bnd. Yohanes 21:15-
19; I Petrus 5:1-11)
7. Setiap pimpinan gereja dan pimpinan jemaat setempat dapat
menata pelayanan dengan memperhatikan protokol kesehatan
dan konteks pelayanan masing-masing gereja. Hal ini akan
berakibat pada efektivitas pelayanan pada pembatasan sosial
(social-distancing) dan pembatasan fisik (physical-distancing)
untuk mempercepat penanganan pandemik covid-19!