The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini berisi cerita fiksi yang harus dibaca siswa

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sukha.bila, 2021-03-31 23:36:11

Buku Fiksi

Buku ini berisi cerita fiksi yang harus dibaca siswa

Keywords: Bahasa Indonesia SMP

Niat Tak Kan Terkhianat

Cerpen Karangan: Sheryl Aristya Kirana

Bryna Kirana, biasa dipanggil Kirana atau Rara. Cewek smart berambut ikal yang
selalu ceria. Ia memiliki seorang sahabat yang telah ia kenal sejak SMP bernama
Pratama atau biasa dipanggil Tama. Ketika SMP Tama tergolong cowok yang
sederhana, cuek, namun masa bodoh dengan pelajarannya.

Tiba saatnya memasuki masa SMA. Walau Rara dan Tama tak satu sekolah lagi,
mereka tetap menjalin komunikasi via SMS atau Sosmed. Namun belakangan ini,
mereka tak saling memberi kabar. Entah Rara yang sibuk atau Tama yang sok sibuk.

Suatu ketika di sore hari, secara tak sengaja Rara dan Tama bertemu di sebuah toko
buku.
“Eh Tama! Kamu kemana aja selama ini kok gaada kabar?” ucap Rara menepuk
pundak Tama.
Tama terkejut melihat adanya Rara
“Hai Ra! Maaf ya, selama masuk SMA ini aku sibuk, jadi gak sempat kasih kabar
kamu.”
“Halahhh… sok sibuk kamu, palingan sibuk main game online atau main PES kan..”
Ejek Rara.
“Ya gak lah, aku sibuk soalnya diberi tanggungjawab oleh Bu Dewi untuk ikut lomba
Cagar Budaya tingkat Kabupaten. Padahal kamu tahu sendiri kan ini bukan
keahlianku. Aku aja ke toko ini disuruh nyari buku referensi tentang Budaya sekitar.
Huffttt!! Malesinn, pusing deeehh.” Jawab Tama menghela nafas kesal.
(Bu Dewi adalah guru yang mengajar sejarah di sekolah Tama)
“Ha? Gak salah? Hahahaha!!!” Ejek Rara menertawakan Tama.
“Iya Ra, mana ibu sudah benar-benar berpesan supaya aku dapat memenangkan
lomba ini biar beasiswaku diperpanjang” Jawab Tama dengan muka lesu.
“Ya kamu semangattt lah Tam! Ini kesempatan emas buat kamu.” Ucap Rara
memberi semangat.

“Tapi Ra, aku tu gak suka kalau lomba dipaksa gini” Elak Tama.
“Yaudah terserah kamu aja Tam. Aku duluan ya.” Rara berjalan meninggalkan Tama.

Di hari Kamis setelah pulang sekolah, Bu Dewi memanggil Tama untuk menemuinya
di kantor guru.
“Pokoknya Ibu gak mau tahu, ini udah jadi tanggungjawab kamu Tama. Kamu harus
bisa memenangkan lomba ini” Tegas Bu Dewi.
“Tapi Bu, saya tidak suka dikekang seperti ini. Lagipula lomba ini kan bukan dari
keahlian saya.” Bantah Tama.
“Tam kamu pasti bisa memenangkan lomba ini, Ibu yakin sekali.”
“Tapi Bu, saya juga masih ada tugas lain yang harus saya prioritaskan.”
“Gausah tapi-tapian! Atau kalau tidak beasiswa kamu saya cabut dan saya skors
karena kamu lari dari tanggungjawab lomba ini.”
“Yaudah, saya usahakan.”

Sesampainya di rumah, HP Tama bergetar tanda adanya SMS dan ternyata itu pesan
dari Rara yang menanyakan tentang lomba Cagar Budayanya. Serta Rara
menyampaikan kata motivasi untuk tama yang berbunyi:
“Tam, kamu harus semangat. Kalau kamu niat dan berusaha, maka hasil tidak akan
mengkhianati usahamu. Lagipula kasian ibumu jika beasiswamu dicabut. Apa iya
kamu gak sekolah? Ayolah Tam semangat dan berdoalah maka kamu akan
dimudahkan Allah, pasti!”

Namun Tama merasa kesal dengan Rara yang ia rasa sama saja seperti ibu dan guru
sejarahnya.

Suatu hari dipertengahan malam, Tama terbangun dari mimpi buruknya dan
tiba-tiba ia terbayang perkataan Rara. Tama sadar bahwa apa yang dikatakan Rara
ada benarnya dan ia tidak mau menambah beban ibunya.

Akhirnya Tama bertekad mengumpulkan niatnya untuk mengikuti lomba itu. Hari
demi hari Tama mempersiapkan materi lomba dengan matang. Ia sampai rela keluar

malam-malam demi mencetak atau fotokopi data yang akan digunakan lomba walau
hari itu hujan deras.

Dan tiba saatnya perlombaan dimulai. Tama gugup karena ia merasa bahwa ia tidak
lebih mahir berpresentasi dibanding siswa dari sekolah lain. Tetapi Tama percaya
dan yakin bahwa Allah akan selalu memberi kemudahan untuknya. Dan ternyata
perjuangan Tama tidak nihil begitu saja, Tama mendapat juara 1 Lomba Cagar
Budaya tingkat Kabupaten tersebut. Tidak sia-sia usaha dan apa yang ia lakukan
selama ini.

Ibu Tama dan Bu Dewi sangat senang dan bangga kepadanya. Sembari memeluk
Tama, Ibu Tama berkata bahwa “suatu hal yang positif jika kita mengerjakannya
dengan tulus dan ikhlas serta tidak lupa berdoa maka hasilnya tidak akan sia-sia.” Ia
juga teringat perkataan Rara bahwa “sesuatu yang didasari dengan niat maka hasil
tidak akan mengkhianatinya.”

Kunjungi https://bocahkampus.com untuk informasi lain seputar kampus dan
pendidikan


Click to View FlipBook Version