LAPORAN KEMAJUAN Disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Literasi Lintas Mata Pelajaran Yang diampu oleh Drs. Rudi Hartono, M.Si. Disusun oleh Candra Adityatama 223171918149 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU GEOGRAFI FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG APRIL 2023
A. Literasi 1.1 Pengertian Literasi Literasi secara umum memiliki pengertian kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan kegiatan membaca dan menulis. Literasi dalam bahasa Indonsia merupakan serapan dari bahasa inggris “literacy” yang berasal dari bahasa latin “literatus” yang memiliki pengertian orang yang belajar (Palupi dkk, 2020:1). Pengertian literasi menurut Elizabeth Sulzby (1986) merupakan kemampuan berbahasa seseorang dalam berkomunikasi (membaca, berbicara, menyimak dan menulis) sesuai dengan tujuannya sedangkan menurut The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) arti literasi adalah keterampilan yang dimiliki seseorang dalam membaca dan menulis terlepas dari bagaimana seseorang tersebut memperoleh keterampilan tersebut serta siapa yang memperolehnya. Alberta berpendapat bahwa literasi adalah kemampuan membaca dan menulis, menambah pengetahuan, serta keterampilan, berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dapat mengembangkan potensi dalam kehidupan seseorang di masyarkat. Berdasarkan pengertian dan pendapat literasi tersebut dapat disimpulkan bahwa, pengertian literasi adalah seperangkat kegiatan seseorang dalam memahami informasi dan berkomunikasi yang diperoleh dari membaca dan menulis yang dapat membantu dalam kegiatan bermasyarakat. 1.2 Macam-Macam Literasi Clay (2001:10-14) menjabarkan bahwa literasi terdiri dari literasi dini, literasi dasar, literasi perpustakan, literasi media, literasi teknologi, literasi visual. Di Indonesia literasi dini merupakan dasar pemerolehan berliterasi tahap selanjutnya. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut (Syahra, 2018):
a) Literasi dini (Early Literacy) Kemampuan menyimak bahasa lisan dan berkomunikasi dengan gambar melalui bahasa lisan yang dibentuk oleh pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Pengalaman siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi pondasi perkembangan literasi dasar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa literasi dini dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tentang bahasa, dan literasi dapat memudahkan anak usia dini dalam berkomunikasi secara lisan dan gambar pada lingkungannya. b) Literasi Dasar (Basic Literacy) Kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan, mempersepsikan informasi, mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan. c) Literasi Perpustakan (Library literacy) Perpustakaan agar lebih maju, lebih menarik dan memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu; peningkatan fasilitas, materi pembelajaran, dan kapasitas layanan. Masyarakat literasi merupakan pendukung efektif bagi berkembangnya budaya belajar. Perpustakaan yang baik seharusnya bisa berfungsi sebagai pusat pembelajaran, bahkan bisa juga berfungsi sebagai agen perubahan bagi masyarakatnya. d) Literasi Media (Media Literacy) Kemampuan untuk mengetahui berbagai media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik, media digital, dan memahami tujuan dalam memanfaatkan teknologi. Melalui media literasi masyarakat bisa meningkatkan intelektual mereka dengan aktif mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan referensi yang ada, sehingga informasi yang didapat bisa menjawab kebutuhan yang dicari oleh individu itu sendiri.
e) Literasi Visual (Visual Literacy) Pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasar etika dan kepatutan. f) Literasi Teknologi (Technology Literacy) Kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), serta etika dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak. Berdasarkan definisi tersebut, maka literasi teknologi dapat dimaknai sebagai kemampuan yang terdiri dari aspek ilmu pengetahuan, keterampilan berpikir kritis, serta pembuatan keputusan dalam upaya pemanfaatan teknologi/ inovasi hasil karya manusia secara efektif khususnya pada dunia pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa komponen dari literasi terdiri enam kemampuan yang berbeda dari setiap komponen literasi. Seperti literasi media yang menuntut agar siswa dapat memiliki kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda. Berbeda dengan literasi visual yang menghendaki pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi. Hal ini membuktikan bahwa literasi tidak hanya didefinisikan sebagai aktivitas membaca dan menulis saja. Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Oleh karena itu, tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan
literasi. Program membaca seperti membaca dalam hati dan membaca nyaring hanyalah bagian dari kerangka besar untuk membangun budaya literasi sekolah. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi. Sekolah dengan budaya literasi yang tinggi dapat mendukung keberhasilan siswa. 1.3 Prinsip Pendidikan Literasi Terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi yang diambil dari definisi Kern 2000 (dalam Saomah) di atas, yaitu: a) Literasi melibatkan interpretasi Penulis/pembicara dan pembaca/pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni: penulis/pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan, dan lain-lain), dan pembaca/pendengar kemudian mengiterpretasikan interpretasi penulis/pembicara. b) Literasi melibatkan kolaborasi terdapat kerjasama antara dua pihak yakni penulis/pembicara dan pembaca/pendengar. Kerjasama yang dimaksud itu dalam upaya mencapai suatu pemahaman bersama. Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/dikatakan atau yang tidak perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahaman mereka terhadap pembaca/pendengarnya. Sementara pembaca/pendengar mencurahkan motivasi, pengetahuan, dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks penulis bermakna. c) Literasi melibatkan konvensi Orang-orang membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi/kesepakatan kultural (tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk tujuantujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-aturan bahasa baik lisan maupun tertulis. d) Literasi melibatkan pengetahuan kultural. Membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem-sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu.
Sehingga orangorang yang berada di luar suatu sistem budaya itu beresiko salah dipahami oleh orang-orang yang berada dalam sistem budaya tersebut. e) Literasi melibatkan pemecahan masalah. Karena kata-kata selalu melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya, maka tindakan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan upaya membayangkan hubunganhubungan di antara kata-kata dan kalimat-kalimat. f) Literasi melibatkan refleksi diri. Pembaca/pendengar dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubungannya dengan dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka berada dalam situasi komunikasi mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana mengatakannya, dan mengapa mengatakan hal tersebut. g) Literasi melibatkan penggunaan bahasa. Literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis) melaikan mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu digunakan baik dalam konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan sebuah wacana. Wells (1987) menyebutkan bahwa terdapat empat tingkatan literasi, yaitu: performative, functional, informational, dan epistemic. Orang yang tingkat literasinya berada pada tingkat performatif, ia mampu membaca dan menulis, serta berbicara dengan simbolsimbol yang digunakan (bahasa). Pada tingkat functional orang diharapkan dapat menggunakan bahasa untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seperti membaca buku manual. Pada tingkat informational orang diharapkan dapat mengakses pengetahuan dengan bahasa. Sementara pada tingkat epistemic orang dapat mentransformasikan pengetahuan dalam bahasa. Ciri Pembelajaran Literasi Pembelajaran literasi dicirikan dengan tiga R, yakni Responding, Revising, dan Reflecting (Kern, 2000). Responding disini melibatkan kedua belah pihak, baik guru
maupun siswa. Para siswa memberi respon pada tugas-tugas yang diberikan guru atau pada teks-teks yang mereka baca. Demikian pula guru memberi respon pada jawaban-jawaban siswa agar mereka dapat mencapai tingkat ’kebenaran’ yang diharapkan. Pemberian respon atas hasil pekerjaan siswa juga cukup penting agar mereka tahu apakah mereka sudah mencapai hal yang dirahapkan atau belum. Revision yang dimaksud disini mencakup berbagai aktivitas berbahasa. Misalnya, dalam menyusun sebuah laporan kegiatan, revisi dapat dilaksanakan pada tataran perumusan gagasan, proses penyusunan, dan laporan yang tersusun. Reflecting berkenaan dengan evaluasi terhadap apa yang sudah dilakukan, apa yang dilihat, dan apa yang dirasakan ketika pembelajaran dilaksanakan. Secara spesifik lagi, refleksi dapat dibagi ke dalam dua, yaitu: dari sudut pandang bahasa reseptif (mendengarkan dan membaca) dan sudut pandang bahasa ekspresif (berbicara dan menulis). Dari sudut pandang bahasa reseptif beberapa pertanyaan dapat diajukan, yaitu: apa tujuan/maksud pembicara/penulis ini? Apakah hal-hal tertentu yang menyiratkan keyakinan dan sikap pembicara/penulis mengenai topik pembicaraan? dan lain-lain. Dari sudut pandang bahasa ekspresif, pertanyaan-pertanyaan berikut ini cukup bermanfaat, yaitu: bagaimana orang lain menginterpretasikan apa yang saya katakan? Dari mana saya tahu pendengar/pembaca memahami atau meyakini apa yang saya kemukakan? dan sebagainya. B. Kegiatan Literasi di Lapangan Kegiatan Literasi Kelas Rutin di sekolah yang dilakukan rutin setiap hari bertujuan untuk menstimulasi siswa agar mampu mengembangkan keterampilan berbahasanya; menyimak, menulis, membaca dan berbicara. Beberapa kegiatan literasi di kelas yang penulis temui adalah:
1) Siswa membaca dan siswa lain mendengarkan, ada seorang siswa membaca dan disimak bersama oleh siswa lain. Topik dan bahan bacaan adalah sama. Tetapi setiap siswa dapat menyimpulkan dengan kalimat berbeda. 2) Guru bercerita, guru juga berperan penting dalam kegiatan literasi kelas ini. Guru bercerita di muka kelas. Kemudian siswa merangkumnya sesuai dengan topik dan isi cerita yang disampaikan oleh guru. 3) Siswa bercerita di muka kelas, kemudian siswa lain diminta untuk menyimpulkan. Cerita ini bersifat faktual maupun fiksi dan dilakukan secara lisan tanpa teks. 4) Siswa menyimak video pembelajaran. Guru menampilkan video pembelajaran melalui LCD Proyektor. Siswa menyimak video tersebut dan meringkasnya dengan bahasa siswa sendiri. 5) Siswa merangkum kegiatan hari liburnya. Pada saat liburan sekolah, siswa diminta untuk menuliskan sebuah pengalaman selama berlibur. Setiap siswa memiliki pengalaman berbeda dalam berlibur. C. Refleksi Terkait Perkuliahan Literasi Mengulas kembali materi perkuliahan yang telah dipelajari sebelumnya yang dilakukan secara mandiri dengan membaca dari awal semua catatan yang berkaitan setelah itu memahami sekaligus mencatat poin-poin penting. Melakukan refleksi dengan memilih salah satu model refleksi ALACT yang banyak digunakan oleh pendidik Khortagen, 2005 (dalam Lisiswanti, 2013) : 1) Action Tahap pertama adalah tindakan yang dilakukan sebagai pengalaman. Tahap ini membantu kita untuk mendapatkan pengalaman. 2) Looking back on the action tahap kedua ini adalah tahap melihat kembali kebelakang terhadap tindakan yang telah dilakukan. Memikirkan lagi apa yang ingin dicapai atau yang diinginkan.
3) Awareness of essential aspect tahap ini betujuan untuk menilai kualitas keputusan pada situasi yang nyata dan mengatasi keterbatasan (keterbatasan tindakan, perasaan dan kepercayaan). Aspek yang ada pada tahap ketiga ini adalah perhatian, empati, penerimaan, kesungguhan, kenyataan, konfrontasi, kesimpulan, kegunaan untuk sekarang, serta membuat sesuatu. 4) Creating alternative methods of action semua keterampilan atau pengalaman sebelumnya, dapat membantu menemukan dan memilih solusi. 5) Trial Melanjutkan proses pembelajaran dengan melakukan tindakan lebih baik.
Daftar Pustaka Lisiswanti,Rika.2013.Refleksi:Pentingkah Bagi Dosen Pendidikan Kedokteran?.Jurnal Kedokteran.Vol 3, Nomor 2.(Online).( http://repository.lppm.unila.ac.id/3287/1/REFLEKSI%20ARTIKEL% 20%28dr.Rika%20L%29%20EDITjjuke.pdf) Palupi, Aprida dkk.2020. Peningkatan Literasi Di Sekolah Dasar. Madiun: CV Bayfa Cendekia Indonesia Saomah, Aas.Tanpa Tahun.Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan Literasi.(Online).(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_ PEND_DAN_BIMBINGAN/196103171987032AAS_SAOMAH/IMPL EMENTASI_TEORI_BELAJAR_DALAM_PENDIDIKAN_LITERASI. pdf) Syahar, Ulum.2018. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Untuk Menulis Kreatif Siswa Di SMP Tazkia International Islamic Boarding School Malang.Online.( https://eprints.umm.ac.id/39078/3/BAB%20II.pdf)