The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ani25385, 2021-05-05 09:49:55

10. Sosiologi

10. Sosiologi

i

Diterbitkan oleh


Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Jalan R.S. Fatmawati, Cipete, Jakarta 12410
Telepon: (021) 7694140, 75902679, Fax. 7696033
Laman: www.psma.kemdikbud.go.id

Koordinator Pengembang Modul

Dra. Hastuti Mustikaningsih, M.A.
Kepala Sub Direktorat Kurikulum, Direktorat Pembinaan SMA

Koordinator Pelaksana


Dr. Junus Simangunsong, MT

Kepala Seksi Penilaian, Sub Direktorat Kurikulum

Direktorat Pembinaan SMA (SMAN 9 Bekasi)

Penulis Modul


Dr. Hj.Widiningsih, M.Pd.

Drs. Agus Santosa (SMAN 3 Yogyakarta)

Chairudin Saleh,M.Pd (SMAN 1 Cimalaka)

Siska Retno D., S.Sos.,M.Sosio. (SMAN 1 Gedangan)

Sri Uji Pratiwi, S.Sos., M.Pd (SMAN 8 Pontianak)

Maryani, M.Pd (SMAN 2 Kota Bengkulu)

Bernarde Ta Kustila, S.Pd. (SMAN 1 Samarinda)

Noni Mona Asmi, S.Pd (SMAN 15 Jakarta)

Mia Westina,S.Pd (SMAS Citra Nusa Bogor)

Afri Novi Kurniawan, M.Pd (SMAN 2 Banguntapan Bantul)


Penanggung Jawab Kegiatan


Syamsudin, M.Pd

Layout

Oky Ade Setiawan, S.Pd


i

Kata Pengantar



Keberhasilan sebuah SMA umumnya ditentukan oleh banyaknya peserta didik yang lulus Ujian
Sekolah dan Ujian Nasional, serta banyaknya yang melanjutkan studi kependidikan tinggi. Lebih
spesifik lagi keberhasilan dalam ujian, hanya melihat dari hasil Ujian Nasional sebuah sekolah.
Ujian Sekolah seakan dipandang sebelah mata walaupun yang menjadi pertimbangan kelulusan
dari sebuah SMA adalah hasil dari Ujian Sekolah. Masyarakat luas memandang bahwa hasil Ujian
Nasional (UN) lebih objektif untuk menilai keberhasilan sebuah sekolah, karena pembuatan
naskah soal dan koreksi tidak dilaksanakan oleh pihak sekolah tetapi oleh lembaga independen,
dalam hal ini diselenggarakan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Walaupun UN tidak lagi sebagai penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran strategisnya
sebagai pemetaan mutu pendidikan. Dengan demikian hasil UN sebuah sekolah menjadi sangat
prestisius yang berdampak kepada nilai jual sekolah tersebut. Akibatnya upaya-upaya untuk
meningkatkan hasil UN menjadi sangat penting untuk meningkatkan nilai jual sekolah di
samping meningkatkan mutu pendidikan. Upaya untuk meningkatkan hasil UN bukan hanya
menjadi tanggungjawab sekolah dan stake holdersnya tetapi juga menjadi program Direktorat
Pembinaan SMA.

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional
(IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), namun
masih terdapat ribuan sekolah yang memiliki nilai mata pelajaran di bawah 55 atau di bawah
kriteria minimal lulus ujian nasional. Memperhatikan kondisi tersebut Direktorat Pembinaan
SMA melakukan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB)
kepada guru-guru mata pelajaran yang diujikan secara nasional dari sejumlah SMA. Bimtek ini
bertujuan agar nilai UN pada tahun mendatang meningkat sebagaimana hasil bimtek Pasca EHB
pada tahun-tahun sebelumnya. Di samping itu, setelah selesai Bimtek sekolah diharapkan dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang mengarah pada berpikir tingkat tinggi.

Modul ini disusun untuk digunakan sebagai salah satu pedoman dalam kegiatan Bimtek
Pembinaan Pasca EHB. Di samping itu modul ini diharapkan dapat digunakan juga oleh guru-
guru lain yang tidak berkesempatan untuk mengikuti Bimtek.





Jakarta, September 2019
Direktur Pembinaan SMA,



Drs. Purwadi Sutanto, M.Si
NIP. 196104041985031003

ii

Daftar Isi ii
iii

Kata Pengantar
Daftar Isi 1
1
2
2
2
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Bahan Bacaan 3
C. Tujuan 3
39
D. Hasil yang Diharapkan 39


40

Unit 1 Analisis Materi Daya Serap Rendah 40
A. Uraian Singkat Materi 48
48
B. Penugasan
C. Refleksi
49
49
55
55
Unit 2 Soal UN dengan Materi Daya Serap Rendah dan

Pembahasannya 57
A. Uraian Singkat Materi 61
64
B. Penugasan
C. Refleksi
67



Unit 3 Strategi Penyajian Materi Daya Serap Rendah
A. Uraian Singkat Materi

B. Penugasan
C. Refleksi


Lembar Kerja 1
Lembar Kerja 2
Lembar Kerj a 3

D aftar Pustaka




iii

Pendahuluan


A. Latar Belakang


Perubahan komposisi kemampuan berpikir tingkat tinggi pada Keterampilan Abad 21
sebagai konsekuensi perubahan tuntutan standar-standar pendidikan yang menghendaki
lulusan yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif. Berdasarkan kebutuhan lulusan ini,
diterbitkanlah standar kompetensi lulusan (SKL) yang ditetapkan melalui Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016. Selanjutnya standar
kompetensi lulusan tersebut dipergunakan sebagai dasar menentukan isi kurikulum dan
mata pelajaran yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi. Mengacu pada Standar Isi tersebut ditetapkan
langkah-langkah pembelajaran yang tepat dalam rangka mencapai kompetensi yang
dibutuhkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
tentang Standar Proses. Dalam rangka memastikan proses tersebut mencapai kompetensi
yang diharapkan diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016
tentang Standar Penilaian, Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu bentuk penilaian hasil
belajar terhadap peserta didik oleh pemerintah untuk menilai pencapaian kompetensi
lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Walaupun UN tidak lagi sebagai
penentu kelulusan, UN tidak kehilangan peran strategisnya yaitu (1) sebagai pemetaan
mutu program dan/atau satuan pendidikan; (2) sebagai bahan pertimbangan dalam
pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam rangka peningkatan
mutu; (3) sebagai bahan pertimbangan dalam melanjutkan pendidikan. Atas dasar tuntutan
penilaian terhadap ketercapaian kebutuhan kompetensi inilah, soal-soal Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills, HOTS) dimasukkan dalam soal Ujian
Nasional (UN).

Hasil Ujian Nasional pada tahun 2019 menunjukkan bahwa Indeks Integritas Ujian Nasional
(IIUN) 2019 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
hampir 98% SMA telah menggunakan moda Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Namun seperti pada https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/, dimana masih terdapat
11.188 sekolah yang memiliki nilai di bawah 55 atau di bawah kriteria minimal lulus ujian
nasional. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan proporsi soal-soal berpikir tingkat
tinggi, yaitu menjadi sepuluh sampai dengan dua puluh persen.

Berdasarkan hasil UN SMA tahun 2019 di atas, Direktorat Pembinaan SMA
memprogramkan Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) kepada
guru dari SMA dengan hasil UN kategori kurang atau nilai mata pelajaran yang diujikan di
bawah 55. Mata pelajaran yang menjadi sasaran Bimtek Pembinaan Pasca EHB meliputi: 1)
Bahasa Indonesia, 2) Bahasa Inggris, 3) Matematika, 4) Fisika, 5) Kimia, 6) Biologi, 7)
Ekonomi, 8) Geografi, 9) Sosiologi, dan 10) Antropologi. Oleh karena itu, agar bimtek ini
berjalan dengan lancar maka disusun lah modul Pasca EHB sebagai pedoman kegiatan
bimtek untuk semua mata pelajaran.

1

Materi dalam modul ini difokuskan pada materi-materi yang memiliki daya serap rendah
dan yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi. Materi tersebut disusun sesuai
kebutuhan evaluasi pasca EHB yang meliputi: (1) Unit 1, Analisis Materi-Materi Daya Serap
Rendah; (2) Unit 2, Soal-soal UN Daya Serap Rendah dan Pembahasannya; (3) Unit 3,
Strategi Pembelajaran dalam Berpikir Tingkat Tinggi. Secara umum setiap modul berisi
uraian singkat materi, fokus unit, penugasan, dan refleksi.

B. Bahan Bacaan

Materi-materi terkait untuk memperkaya wawasan agar kegiatan Bimtek Pembinaan Pasca
EHB dapat berjalan dengan lancar adalah sebagai berikut:

1. Implementasi Higher Order Thinking Skills dalam Pembelajaran dan Penilaian;
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan Standar Kompetensi

Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian;
3. Panduan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Pemerintah;
4. Panduan Pengembangan Kisi-kisi dan Butir Soal;
5. Hasil Ujian Nasional SMA Tahun 2019 (https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasilun/).


C. Tujuan


Bimbingan Teknis Pembinaan Pasca Evaluasi Hasil Belajar (EHB) bertujuan:

1. Mengembangkan kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap
rendah.

2. Mengembangkan kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal
berpikir tingkat tinggi

3. Mengembangkan keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi berpikir
tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh peserta
didik.



D. Hasil Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penyelenggaraan Bimtek Pembinaan Pasca EHB adalah sebagai
berikut:

1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mendiagnosis materi-materi daya serap
rendah.

2. Meningkatnya kemampuan guru dalam menyelesaikan soal-soal khususnya soal
berpikir tingkat tinggi.

3. Meningkatnya keterampilan guru dalam menyajikan materi-materi yang menuntut
berpikir tingkat tinggi pada pembelajaran di kelas agar lebih mudah dipahami oleh
peserta didik.



2

Unit 1
Analisis Materi-Materi Berdaya Serap Rendah


A. Uraian Singkat Materi


Analisis hasil UN yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Balitbang
Kemdikbud, menunjukkan bahwa daya serap soal UN setiap tahun berubah-ubah sesuai
dengan tingkat kesulitan soal UN pada tahun itu. Pada beberapa materi hampir setiap UN,
daya serapnya selalu rendah (kurang dari 50%). Contohnya beberapa pokok bahasan pada
mata pelajaran Sosiologi yang sering kali mendapatkan daya serap rendah adalah sebagai
berikut.

1. Sejarah Perkembangan Sosiologi


Pemikiran tentang manusia, hubungan antar-manusia hingga masyarakat sejatinya
sudah dimulai sejak masa filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles dan Socrates. Namun
pemikiran-pemikiran tersebut belumlah diakui sebagai sebuah ilmu tersendiri
mengingat ada pandangan bahwa mempelajari masyarakat adalah sesuatu yang tidak
dimungkinkan, karena manusia bukanlah variabel yang pasti dan terukur sebagaimana
objek dari ilmu eksakta. Hal tersebut menyebabkan selama berabad-abad pemikiran
tentang masyarakat hanya dikaitkan dengan filsafat dan teologi.

Auguste Comte (1798-1853) dalam bukunya “Course de Positive Philosophy” adalah
tokoh yang pertama kali memproklamirkan pemikiran tentang masyarakat sebagai
sebuah ilmu yang bernama “Sosiologi”. Ia menunjukkan bahwa masyarakat dapat
dipelajari sebagaimana objek eksakta, dengan mengukur dan mempertimbangkan
generalisasi atau kecenderungan perilaku masyarakat yang nyatanya memiliki
kesamaan tertentu, yang dapat diukur secara logis dan rasional. Pemikiran Comte
tersebut kerap disebut sebagai “positivisme”.

Dalam perjalanannya kemudian sosiologi mengalami perkembangan, terutama sejak
bergolaknya masa revolusi industri di Inggris. Banyak pemikiran sosiologi yang muncul
dari para ahli menanggapi perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Pemikiran-
pemikiran tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga (3) mazhab besar yang
menjadi pondasi utama dalam ilmu sosiologi, yaitu mazhab organisme sosial yang
dipelopori Emile Durkheim, mazhab konflik yang dicetuskan Karl Marx serta mazhab
tindakan sosial yang diangkat oleh Max Weber. Ketiga tokoh inilah yang seringkali
disebut sebagai “nabi-nabi” sosiologi atau “the three prophets of sociology”.

Mazhab-mazhab utama tersebut kemudian diperkaya serta dikembangkan oleh banyak
tokoh generasi selanjutnya, dan secara umum dapat dibagi menjadi sosiologi makro
(perspektif sosiologi yang melihat dari masyarakat secara luas) dan sosiologi mikro
(perspektif sosiologi yang melihat dari interaksi sosial secara spesifik), sebagaimana
terlihat di dalam skema berikut ini :


3

2. Ilmu Sosiologi (objek kajian, ciri-ciri dan fungsi ilmu sosiologi)


a. Objek Kajian Sosiologi

Objek kajian sosiologi sebagaimana kedudukannya sebagai ilmu sosial adalah
masyarakat dilihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari
hubungan manusia tersebut dalam masyarakat. Dengan demikian, sosiologi pada
dasarnya mempelajari masyarakat dan fokusnya secara khusus adalah interaksi
sosial. Dengan kata lain yang menjadi kajian sosiologi adalah sebagai berikut:
• Hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya.
• Hubungan antara individu dengan kelompok.
• Hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain.
• Sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya.

Secara umum objek sosiologi dikelompokkan menjadi dua (2) yakni objek material
dan objek formal. Objek material sosiologi adalah unsur-unsur yang terdapat di
dalam masyarakat (pranata sosial, nilai dan norma, kelompok sosial dsb), sedangkan
objek formal sosiologi adalah hubungan yang terjalin di antara unsur-unsur
tersebut.


4

Sementara ruang lingkup sosiologi mencakup pengetahuan dasar pengkajian
kemasyarakatan yang meliputi:
v Kedudukan dan peran sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan

masyarakat.
v Nilai-nilai dan norma-norma sosial yang mendasari atau memengaruhi sikap dan

perilaku anggota masyarakat dalam melakukan hubungan sosial.
v Masyarakat dan kebudayaan daerah sebagai submasyarakat serta kebudayaan

nasional Indonesia.
v Perubahan sosial budaya yang terus-menerus berlangsung yang disebabkan oleh

faktor-faktor internal maupun eksternal.
v Masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.

b. Ciri-ciri Ilmu Sosiologi

Sosiologi memiliki karakteristik sebagai ilmu yang bersifat khusus sebagaimana
disebutkan oleh Harry M. Johnson dalam bukunya Sociology A Systematic
Introduction (1967) yang menjelaskan:
ü Sosiologi bersifat empiris, artinya ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada

observasi (pengamatan) terhadap keyakinan dan akal sehat, serta hasilnya tidak
bersifat spekulatif, melainkan objektif.
ü Sosiologi bersifat teoritis, artinya ilmu pengetahuan itu selalu berusaha
menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka
dari unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan
antarhubungan dan sebab akibat, sehingga menjadi teori.
ü Sosiologi bersifat komulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk berdasarkan
teori-teori yang sudah ada. Jadi sosiologi memperbaiki, memperluas, dan
memperhalus teori-teori yang sudah ada itu.
ü Sosiologi bersifat non-etis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi
bukanlah baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai
dengan menjelaskan fakta tersebut. Intinya adalah memahami bukan
menghakimi.

c. Fungsi Sosiologi

Sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan tentu memiliki banyak kegunaan atau
manfaat bagi berbagai aspek kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Berikut
beberapa fungsi dari keilmuan sosiologi dalam berbagai aspek:

¡ Fungsi dalam Perencanaan Sosial

Dalam perencanaan sosial pada tataran aplikasinya merupakan upaya melakukan
persiapan dalam menghadapi masa depan yang dilakukan oleh tiap-tiap individu
yang ada pada masyarakat. Perencanaan sosial memiliki tujuan yakni mengatasi
spekulasi munculnya problematika pada saat terjadinya masalah sosial yang
terjadi dalam masyarakat. Perencanaan sosial memiliki sifat antisipatif, yang
bertujuan sebagai pencegahan sebelum terjadinya masalah-masalah sosial.

5

Berikut merupakan beberapa hal mengenai fungsi Sosiologi dalam hal
perencanaan sosial.
1) Perencanaan sosial ialah sebuah sistem yang dapat mengidentifikasi sebuah
perubahan yang setiap saat dapat terjadi pada masyarakat.
2) Perencanaan dibuat dengan dasar realita yang ada atau secara faktual.
3) Perencanaan sosial dipergunakan sebagai antisipatif berbagai macam masalah
yang muncul dalam masyarakat.


¡ Fungsi Sosiologi dalam Penelitian


Penelitian adalah sebuah upaya untuk melakukan peningkatan ilmu. Dalam
keilmuan sosiologi, penelitian bermanfaat untuk mendeskripsikan tentang
kehidupan bermasyarakat. Aktivitas penelitian dalam keilmuan sosiologi
menelaah beberapa gejala yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat.
Melalui data yang diperoleh dari hasil penelitian sosiologis, peneliti dapat
membuat susunan rencana penyelesaian terhadap sebuah masalah. Berikut
beberapa fungsi sosiologi dalam aktivitas penelitian sosial:
1) Sosiologi sangat berguna untuk pertimbangan mengenai berbagai gejala sosial
yang mungkin saja muncul dalam kehidupan masyarakat.
2) Sosiologi bermanfaat untuk melakukan telaah tentang pola perilaku
masyarakat.
3) Sosiologi bermanfaat sebgaai fungsi antisipatif terhadap kemungkinan
masalah-masalah sosial yang akan terjadi.
4) Sosiologi berguna untuk memperhatikan dinamika perilaku masyarakat.
5) Sosiologi berguna untuk memahami berbagai istilah dalam objek penelitian
seperti simbol dan kode.


¡ Fungsi Sosiologi dalam Pembangunan


Sosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembangunan. Pada tahap
perencanaan, yang harus diperhatikan adalah apa yang menjadi kebutuhan
sosial. Pada tahap pelaksanaan yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam
masyarakat serta proses perubahan sosialnya. Dan pada tahap penilaian yang
harus dilakukan adalah analisis terhadap efek atau dampak sosial pembangunan
tersebut. Secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1) Tahapan Perencanaan. Dalam rangka identifikasi keterbutuhan masyarakat,
hal yang dibutuhkan ialah data yang lengkap meliputi pola interaksi sosial,
kelompok sosial, dan lembaga sosial.
2) Tahapan pelaksanaan. Pada tahapan ini perlu diadakan pengawasan terhadap
pelaksanaan yang berkaitan dengan dinamika perubahan sosial serta
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
3) Tahap Evaluasi. Tahapan ini ialah melakukan analisis terhadap dampak sosial
pembangunan.



6

¡ Fungsi Sosiologi dalam Pemecahan Masalah Sosial


Masalah sosial yang terjadi pada masyarakat berhubungan dengan nilai serta
lembaga sosial masyarakat. Segala sesuatu yang dapat mensabotase kerukunan
serta keharmonisan dalam masyarakat, maka itulah yang disebut masalah sosial.
Bentuk dari permasalahan sosial meliputi kesenjangan sosial, masalah
kependudukan, kenakalan remaja, masalah lingkungan, dan kemiskinan. Oleh
karenanya dibutuhkan solusi alternatif guna menyelesaikan segala permasalahan
yang terjadi. Metode pemecahan masalah sosial terbagi atas tiga macam yakni:
1) Metode Antisipatif (pencegahan masalah)
2) Metode Represif (perlakuan yang yang dilakukan setelah terjadi masalah)
3) Metode Restitusif (pemberian reward and punishment)

3. Keteraturan Sosial

Materi ini memerlukan penguasaan konsep secara mendalam untuk memperkuat
perbedaan antara unsur-unsur dalam proses terciptanya keteraturan sosial, yaitu tertib
sosial, order, keajegan, dan pola. Secara sepintas siswa akan kekesulitan untuk
membedakan konsep-konsep tersebut, karena definisinya sangat simpel. Oleh sebab itu
perlu adanya contoh dalam kehidupan sosial terkait dengan aplikasi konsep-konsep
tersebut. Apabila seorang guru hanya berpegang pada satu buku, maka konsep tersebut
sulit membedakannya. Selain itu hampir di setiap buku teks SMA untuk mata pelajaran
Sosiologi contoh tentang konsep dari unsur keteraturan sangat minim. Guru harus
mampu mengeksplorasi dan mengelaborasi konsep tersebut dilengkapi dengan contoh-
contoh dalam kehidupan masyarakat untuk mengantarkan siswa pada pemahaman
materi pelajaran secara baik.

Keteraturan sosial adalah suatu keadaan di mana hubungan-hubungan sosial yang
berlangsung di antara anggota masyarakat berlangsung selaras, serasi, dan harmonis
sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Suasana masyarakat
yang teratur menunjukkan bahwa setiap orang melakukan tugas dan kewajibannya
sesuai dengan aturan yang berlaku. Demi terciptanya keteraturan sosial diperlukan tiga
persyaratan yang mendasar, yaitu pertama adanya kesadaran warga masyarakat akan
pentingnya menciptakan keteraturan. Kedua adanya norma sosial yang sesuai dengan
kebutuhan serta peradaban manusia. Ketiga adanya aparat penegak hukum yang
konsisten dalam menjalankan tugas dan fungsi dari kewenangannya.

Ada empat konsep dasar yang harus dipahami terkait dengan proses terciptanya
keteraturan sosial:


7

a. Tertib sosial

Tertib sosial ialah keadaan suatu masyarakat dengan kehidupannya yang teratur,
dinamis, sebagai hasil dari hubungan sosial yang harmonis dan selaras dengan norma
dan nilai sosial dalam interaksi masyarakat. Tertib sosial ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Individu atau kelompok bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku.
2) Adanya lembaga-lembaga sosial yang saling mendukung.
3) Adanya sistem norma dan nilai-nilai sosial yang diakui dan dijunjung tinggi oleh
masyarakat.
4) Adanya kerjasama yang harmonis dan menyenangkan.


b. Order

Order ialah sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh
seluruh anggota masyarakat. Contoh dari order adalah norma dan nilai tentang kerja
bakti atau dikenal dengan gotong royong, tepo seliro atau dikenal dengan toleransi,
peraturan berlalu lintas, tata tertib sekolah.


c. Keajegan

Adalah kondisi sosial yang tetap dan relatif tidak berubah sebagai hasil hubungan
selaras antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi sosial. Keajegan merupakan
segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan dikerjakan selalu sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Aktivitas itu telah dilakukan dalam waktu terus-menerus,
dipertahankan, dan diyakini kebenarannya. Artinya keajegan merupakan proses
pelaksanaan order yang terus-menerus dijalankan di masyarakat. Keajegan dapat
dikatakan sebagai kebiasaan yang sudah dilembagakan, sebagai contoh kegiatan
pembelajaran siswa di sekolah yang disertai dengan kedisiplinan dan ketaatan siswa
terhadap peraturan sekolah. Atau setiap hari Jumat siswa di sekolah X melakukan
kegiatan kebersihan secara bersama-sama dan tanpa perlu dikomando untuk
melakukan kegiatan tersebut.


d. Pola

Pola artinya gambaran atau corak hubungan sosial yang tetap dalam keajegan telah
menjadi pola yang diikuti masyarakat ketika melakukan interaksi sosial. Pola juga
merupakan bentuk umum dari suatu interaksi dalam masyarakat yang menjadi
contoh bagi anggota masyarakat lainnya.



8

4. Interaksi Sosial


Materi ini pada dasarnya tidak terlalu sulit, hanya ada beberapa konsep yang umumnya
belum familiar bagi siswa, seperti konsep asosiatif dan disosiatif serta faktor-faktor yang
mempengaruhi interaksi sosial. Oleh karena itu guru perlu memastikan bahwa konsep
tersebut dipahami dengan benar oleh siswa. Penyampaian materi sosiologi tidak bisa
hanya mengandalkan penjelasan saja, tetapi yang lebih penting adalah memberikan
contoh-contoh nyata yang dapat membuat siswa lebih memahami maksud dari konsep-
konsep yang mereka pelajari.

Materi interaksi sosial dalam konteks ini difokuskan pada sifat interaksi sosial dan faktor
yang mempengaruhi interaksi sosial.

a. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial


Dalam buku-buku pelajaran sosiologi SMA, faktor-faktor ini kadang disebut sebagai
faktor yang mendasari interaksi sosial. Ada juga yang menyebutnya sebagai faktor-
faktor yang mendorong interaksi sosial. Faktor-faktor yang dimaksud adalah:

§ Imitasi


Imitasi adalah tindakan atau usaha untuk meniru tindakan orang lain sebagai
tokoh idealnya. Imitasi cenderung secara tidak disadari dilakukan oleh seseorang.
Imitasi pertama kali akan terjadi dalam sosialisasi keluarga. Misalnya, seorang
anak sering meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya seperti cara berbicara dan
berpakaian. Namun, imitasi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya terutama
lingkungan di sekolah. Karena seseorang (terutama saat seseorang menginjak usia
remaja) cenderung lebih sering di sekolah dan bersosialisasi dengan temannya
dengan berbagai macam kebiasaan.

§ Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh
yang lebih dalam dari sugesti dan imitasi karena identifikasi dilakukan oleh
seseorang secara sadar.

Contoh identifikasi: seorang pengagum berat artis terkenal, ia sering
mengidentifikasi dirinya menjadi artis idolanya dengan meniru model rambut,
model pakaian, atau gaya perilakunya dan menganggap dirinya sama dengan artis
tersebut.


9

§ Sugesti

Sugesti adalah pemberian pengaruh pandangan seseorang kepada orang lain
dengan cara tertentu, sehingga orang tersebut mengikuti pandangan/pengaruh
tersebut tanpa berpikir panjang. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang yang
berwibawa, mempunyai pengaruh besar, atau terkenal dalam masyarakat. Contoh
sugesti salah satunya adalah obat yang harganya mahal yang merupakan produk
impor dianggap pasti manjur menyembuhkan penyakit. Anggapan tersebut
merupakan sugesti yang muncul akibat harga obat yang mahal dan embel-embel
produk luar negeri.


§ Simpati

Simpati adalah suatu proses seseorang yang merasa tertarik pada orang lain.
Perasaan simpati bisa juga disampaikan kepada seseorang atau sekelompok orang
atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Contoh simpati adalah pada
peringatan ulang tahun, pada saat lulus ujian, atau pada saat mencapai suatu
prestasi.


§ Empati

Empati adalah kemampuan mengambil atau memainkan peranan secara efektif
dari seseorang atau orang lain dalam kondisi yang sebenar-benarnya, seolah-olah
ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut seperti rasa senang,
sakit, susah, dan bahagia. Empati hampir mirip dengan sikap simpati.
Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat secara emosional.
Contoh empati adalah saat kita turut merasakan empati terhadap masyarakat
Yogyakarta yang menjadi korban letusan Gunung Merapi.


§ Motivasi

Motivasi adalah dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan
individu kepada individu lain sedemikian rupa sehingga orang yang diberi
motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara
kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. Contoh motivasi adalah guru yang
memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa tersebut semakin giat belajar.


b. Bentuk Interaksi Sosial

Hubungan yang terjadi antar warga masyarakat berlangsung sepanjang waktu.
Rentang waktu yang panjang serta banyaknya warga yang terlibat dalam hubungan
antar warga melahirkan berbagai bentuk interaksi sosial. Di mana pun dan kapan pun
kehidupan sosial selalu diwarnai oleh dua kecenderungan yang saling bertolak
belakang. Di satu sisi manusia berinteraksi untuk saling bekerja sama, menghargai,
menghormati, hidup rukun, dan bergotong royong. Di sisi lain, manusia berinteraksi
dalam bentuk pertikaian, peperangan, tidak adanya rasa saling memiliki, dan lain-lain.

10

Dengan demikian interaksi sosial mempunyai dua bentuk, yakni interaksi sosial yang
mengarah pada bentuk penyatuan (proses asosiatif) dan mengarah pada bentuk
pemisahan (proses disosiatif).


§ Proses Asosiatif


Interaksi sosial asosiatif adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja
sama. Ada beberapa bentuk interaksi sosial asosiatif, antara lain sebagai berikut.

1) Kerja Sama (Cooperation)

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja
sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan-
kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang
penting dalam kerja sama yang berguna.

Ada beberapa bentuk interaksi sosial yang berupa kerja sama, yaitu:
(a) Bargaining adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-

barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
(b) Cooptation (kooptasi) adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur baru

dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi
untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang
bersangkutan.
(c) Coalition (koalisi) adalah kerja sama yang dilaksanakan oleh dua organisasi
atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu, karena dua organisasi
atau lebih tersebut mungkin mempunyai struktur yang berbeda satu sama
lain.
(d) Joint venture adalah kerja sama dengan pengusaha proyek tertentu untuk
menghasilkan keuntungan yang akan dibagi menurut proporsi tertentu.
Joint venture jika diterjemahkan akan menjadi ‘usaha patungan’.

2) Akomodasi (Accomodation)

Akomodasi adalah suatu proses di mana orang perorangan atau kelompok-
kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan
penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Bentuk-bentuk
akomodasi adalah sebagai berikut:


11

(a) Tolerant participation (toleransi) adalah suatu watak seseorang atau
kelompok untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Individu
semacam itu disebut tolerant.

(b) Compromise (kompromi) adalah suatu bentuk akomodasi dimana masing-
masing pihak mengerti pihak lain sehingga pihak-pihak yang bersangkutan
mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaiannya terhadap
perselisihan. Kompromi dapat pula disebut perundingan.

(c) Coercion (koersi) adalah bentuk akomodasi yang proses pelaksanaannya
menggunakan paksaan. Pemaksaan terjadi bila satu pihak menduduki
posisi kuat, sedangkan pihak lain dalam posisi lemah.

(d) Arbitration adalah proses akomodasi yang proses pelaksanaannya
menggunakan pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi dari kedua
belah pihak yang bertentangan. Penentuan pihak ketiga harus disepakati
oleh dua pihak yang berkonflik. Keputusan pihak ketiga ini bersifat
mengikat.

(e) Mediasi adalah menggunakan pihak ketiga yang netral untuk
menyelesaikan kedua belah pihak yang bertikai. Berbeda dengan
arbitration, keputusan pihak ketiga ini bersifat tidak mengikat.

(f) Concilation adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan yang
berselisih agar tercapai persetujuan bersama. Biasanya dilakukan melalui
perundingan.

(g) Ajudication adalah penyelesaian perkara melalui pengadilan. Pada
umumnya cara ini ditempuh sebagai alternatif terakhir dalam penyelesaian
konflik.

(h) Stalemate adalah suatu akomodasi semacam balance of power (politik
keseimbangan) sehingga kedua belah pihak yang berselisih sampai pada
titik kekuatan yang seimbang. Posisi itu sama dengan zero option (titik nol)
yang sama-sama mengurangi kekuatan serendah mungkin. Dua belah pihak
yang bertentangan tidak dapat lagi maju atau mundur.

(i) Segregasi adalah upaya saling memisahkan diri atau saling menghindar di
antara pihak-pihak yang bertentangan dalam rangka mengurangi
ketegangan.

(j) Ceasefire atau gencatan senjata adalah penangguhan permusuhan atau
peperangan dalam jangka waktu tertentu. Masa penangguhan digunakan
untuk mencari upaya penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang
bertikai.


3) Akulturasi (Acculturation)

Akulturasi adalah suatu proses yang timbul apabila suatu kelompok manusia
dan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan
asing dengan sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu
lambat laun diterima tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.


12

Biasanya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur
kebudayaan kebendaan dan peralatan yang sangat mudah dipakai dan
dirasakan sangat bermanfaat seperti komputer, handphone, mobil, dan lain-
lain. Sedangkan kebudayaan asing yang sulit diterima adalah unsur kebudayaan
yang menyangkut ideologi, keyakinan, atau nilai tertentu yang menyangkut
prinsip hidup seperti paham komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan lain-lain.

4) Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi adalah bentuk yang lebih sempurna dari akulturasi. Pertemuan
antara dua atau lebih kebudayaan yang menghasilkan pembauran atau
peleburan sehingga menghasilkan kebudayaan yang benar-benar baru. Contoh
asimilasi antar dua kelompok masyarakat adalah upaya untuk membaurkan
etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi.

Secara sederhana akulturasi dan asimilasi dapat dilihat pada skema berikut ini:

AKULTURASI

ASIMILASI


Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya akulturasi dan asimilasi
antara lain adalah:
Ø Toleransi antar kebudayaan
Ø Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
Ø Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
Ø Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat
Ø Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
Ø Perkawinan campuran (amalgamation)
Ø Adanya musuh bersama dari luar

Selain beberapa faktor yang mempermudah, ada pula faktor-faktor yang
menghambat akulturasi dan asimilasi:
Ø Adanya isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan kelompok
Ø Minimnya pengetahuan dari salah satu kebudayaan kelompok atas

kebudayaan kelompok lain
Ø Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain
Ø Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu
Ø Adanya perbedaan ciri-ciri badaniah
Ø Adanya perasaan in-group yang kuat
Ø Adanya diskriminasi
Ø Adanya perbedaan kepentingan antar kelompok




13

§ Proses Disosiatif

Interaksi sosial disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan
sebuah perpecahan. Ada beberapa bentuk interaksi sosial disosiatif, antara lain
sebagai berikut:

1) Persaingan (Competition)

Persaingan adalah proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba
atau bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa menggunakan ancaman
atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih
baik, atau lebih kuat. Contoh persaingan adalah saat siswa bersaing untuk
mendapatkan peringkat pertama atau pada saat berlangsungnya suatu
pertandingan.

2) Kontravensi (Contravention)

Kontravensi adalah suatu bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dan konflik. Bentuk kontravensi ada 5 yaitu:
§ Kontravensi yang bersifat umum. Seperti penolakan, keengganan, gangguan
terhadap pihak lain, pengacauan rencana pihak lain, dan perbuatan
kekerasan.
§ Kontravensi yang bersifat sederhana. Seperti memaki-maki, menyangkal
pihak lain, mencerca, memfitnah, dan menyebarkan surat selebaran.
§ Kontravensi yang bersifat intensif. Seperti penghasutan, penyebaran desas-
desus, dan mengecewakan pihak lain.
§ Kontravensi yang bersifat rahasia. Seperti mengumumkan rahasia pihak lain
dan berkhianat.
§ Kontravensi yang bersifat taktis. Seperti intimidasi, provokasi, mengejutkan
pihak lawan, dan mengganggu atau membingungkan pihak lawan.

3) Konflik (Conflict)

Konflik adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok
manusia berusaha untuk memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Faktor-faktor penyebab
terjadinya konflik adalah:
§ Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan

perasaan.
§ Berprasangka buruk kepada pihak lain.
§ Individu kurang bisa mengendalikan emosi.
§ Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok.
§ Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi.

14

5. Stratifikasi dan Mobilitas Sosial


Konsep stratifikasi sosial dan mobilitas sosial sesungguhnya saling berkaitan satu sama
lain, namun memang terkadang dalam pembelajaran diberikan secara parsial. Sehingga
kemudian untuk lebih mudah dikuasai oleh siswa, guru perlu menekankan kaitan
langsung dan aplikatif antara kedua konsep tersebut.

Stratifikasi sosial adalah pembedaan/penggolongan masyarakat secara vertikal, atas-
bawah, dimana di dalamnya terkandung unsur ketidaksetaraan, yang berada di lapisan
atas memiliki derajat status sosial lebih tinggi daripada yang berada di lapisan bawah.
Stratifikasi bisa terjadi karena ada sesuatu yang berharga di dalam masyarakat, sehingga
mereka yang memiliki lebih banyak sesuatu yang berharga itu, akan memiliki status
sosial lebih tinggi, atau menempati kedudukan yang lebih tinggi di masyarakat.

Sesuatu yang berharga itulah yang disebut sebagai ukuran atau kriteria stratifikasi
sosial, yakni:
• Kekayaan atau ekonomi
• Kehormatan dan wewenang
• Keturunan
• Ilmu pengetahuan

Ketika seseorang memiliki apa yang berharga di masyarakat tersebut lebih dari yang
lain, maka ia akan memperoleh status sosial, yakni sesuatu yang melekat pada individu
secara sosial, diberikan oleh masyarakat, yang menunjukkan kedudukan, derajat dan
posisi individu di dalam stratifikasi sosial. Status sosial ini terbagi dalam beberapa jenis:
• Ascribed status, yakni status yang diperoleh seseorang dari keturunan, tanpa

seseorang harus bekerja keras, dan melekat sejak lahir. Ex: status sebagai keturunan
Raja, bangsawan, anak menteri dsb.
• Achieved status, yakni status yang diperoleh seseorang melalui prestasi, hasil usaha
dan kerja keras. Ex: status profesor diperoleh seseorang setelah memperoleh
prestasi, status konglomerat diperoleh seseorang setelah berhasil dalam usahanya
dsb.
• Assigned status, yakni status yang diperoleh seseorang setelah ia dianggap berjasa
bagi masyarakat, atau bangsa dan Negara. Ex: status pahlawan nasional,
penghargaan kalpataru dsb.

Stratifikasi sosial sendiri yang ada dalam masyarakat secara umum terbagi dalam tiga
(3) bentuk, yakni:

v Stratifikasi sosial terbuka, yakni stratifikasi sosial di dalam suatu masyarakat yang
memungkinkan terjadi perpindahan status sosial. Ex: seorang pengamen menjadi
artis, hal ini dapat terjadi dalam stratifikasi terbuka.





15

v Stratifikasi sosial tertutup, yakni stratifikasi sosial di dalam suatu masyarakat
yang tidak memungkinkan terjadi perpindahan status sosial. Ex: sistem kasta di
India dan Bali.







v Stratifikasi sosial campuran, yakni stratifikasi sosial di dalam suatu masyarakat

yang memungkinkan terjadi perpindahan status sosial dalam lingkup tertentu,
sementara dalam lingkup yang lebih besar tidak dapat terjadi perpindahan status,
atau sebaliknya. Ex: seorang anak abdi dalem keraton menjadi dosen, di mata
masyarakat ia adalah orang dengan status sosial tinggi, sementara di keraton status
sosialnya tetap sebagai abdi dalem.






Pergerakan di dalam struktur stratifikasi tersebut adalah apa yang sering disebut
sebagai gerak sosial atau mobilitas sosial. Mobilitas sosial adalah proses perpindahan
posisi atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam
struktur sosial masyarakat. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat
terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah status sosial. Sebaliknya, pada
masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah status sosial lebih kecil.

Mobilitas sosial memiliki beberapa bentuk. Berdasarkan arah gerakan, dibedakan antara
mobilitas sosial horizontal dengan mobilitas sosial vertikal.

v Mobilitas sosial horizontal

Mobilitas horizontal merupakan peralihan status sosial individu dari suatu
kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan
dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.

v Mobilitas sosial vertikal

Mobilitas sosial vertikal adalah peralihan status sosial individu dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan
arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke
atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).

Berdasarkan generasi yang mengalami perpindahan status, mobilitas sosial
dibedakan menjadi mobilitas sosial antargenerasi dan mobilitas sosial intragenerasi.

16

v Mobilitas antargenerasi

Secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu,
generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan
perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi.
Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada
perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.


v Mobilitas sosial intragenerasi

Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam satu generasi.


6. Masyarakat Multikultural, Integrasi, dan Konflik Sosial


v Masyarakat multikultural

Konsep tentang masyarakat multikultural sering tumpang tindih dengan masyarakat
majemuk. Oleh karena itu guru perlu memahami benar perbedaan konsep antara
masyarakat multikultural dengan masyarakat majemuk. Pada intinya masyarakat
multikultural sebagai masyarakat yang mengedepankan kesederajatan di antara
kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan budaya yang ada dan menghindari
terjadinya primordialisme (sentimen atau loyalitas terhadap hal-hal yang melekat
sejak lahir seperti etnis, suku dsb) serta diskriminasi. Dalam multikulturalisme
ditekankan tentang perbedaan dalam kesetaraan (diversity and equality). Sedangkan
masyarakat majemuk (plural society) merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas
dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama
lain di dalam kesatuan politik, sehingga dalam masyarakat majemuk masih
memunculkan lahirnya primordialisme dan diskriminasi karena pandangan atas
budayanya sendiri yang masih kuat.

Ciri-ciri masyarakat multikultural:
o Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan dalam
masyarakat.
o Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang
mayoritas maupun minoritas.
o Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan, baik
secara individu ataupun kelompok serta budaya.
o Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling
menghormati dalam perbedaan.
o Unsur kebersamaan, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai dalam
perbedaan.




17

Sementara karakteristik masyarakat majemuk menurut Pierre L. Van den Berghe
adalah sebagai berikut.
o Terjadinya segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang seringkali

memiliki sub-kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
o Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang

bersifat non–komplementer.
o Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-

nilai yang bersifat dasar.
o Secara relatif sering mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satu

dengan kelompok yang lain.
o Secara relatif integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan

didalam bidang ekonomi.
o Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lainnya.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat secara jelas perbedaan konsep antara
masyarakat multikultural dengan masyarakat majemuk, khususnya terkait dengan
ciri-cirinya atau karakteristiknya.

Faktor penyebab masyarakat multikultural adalah:

a. Kondisi geografis (isolasi geografis)


Kondisi geografis wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan sarana
dan prasarana transportasi antarpulau yang sangat minim pada masa lalu
menyebabkan penduduk yang tinggal di suatu pulau tumbuh menjadi kesatuan
sosial yang terisolasi dari kesatuan sosial lainnya. Dengan demikian tumbuhlah
kesatuan-kesatuan suku bangsa yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda-
beda.

b. Iklim dan struktur tanah yang berbeda

Keadaan, iklim, curah hujan, stuktur tanah, kesuburan tanah yang berbeda-beda
juga menyebabkan munculnya berbagai budaya masyarakat. Masyarakat yang
hidup di daerah pedalaman akan memiliki budaya yang berkaitan dengan corak
pedalaman, sementara masyarakat yang hidup di daerah pesisir tentunya juga
memiliki budaya yang terkait dengan daerah pesisir. Apakah hal tersebut terkait
dengan mata pencaharian, kepercayaan, pola interaksi dan lain sebainya.

c. Posisi silang Indonesia (perdagangan antar bangsa)

Indonesia sebagai negara yang wilayahnya dikatakan sebagai posisi silang, yaitu
antara benua Asia dan Australia dan antara samudra Hindia dengan Samudra
Pasifik. Kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai lalu lintas perdagangan dunia
sejak zaman dahulu. Salah satu hal pasti tentang keanekaragaman akibat dari
posisi silang tersebut adalah keberadaan agama yang berkembang di Indonesia.
Tidak ada satupun agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia berasal dari

18

Indonesia, semua berasal dari luar dan agama tersebut masuk ke Indonesia

memanfaatkan posisi silang Indonesia sebagai jalur perdagangan antar bangsa.

Selain itu budaya Indonesia ada pengaruh dari luar seperti India dan Arab.



Keberadaan masyarakat multikultural dengan berbagai kelompok masyarakat di

dalamnya tentu saja membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu.



Konsekuensi-konsekuensi tertentu selaras dengan apa yang dikemukakan Peter M.

Blau tentang bentuk struktur sosial masyarakat plural (majemuk).



a. Interseksi (intersected social structure)



Interseksi merupakan persilangan atau pertemuan keanggotaan dalam suatu

kelompok sosial dari berbagai unsur, baik berupa suku, agama, jenis kelamin,

atau kelas sosial dalam suatu masyarakat majemuk.







Batak Jawa

Guru





Bugis





Contoh Interseksi





b. Konsolidasi (consolidated social structure)



Konsolidasi merupakan suatu proses penguatan atau peneguhan keanggotaan

individu atau beberapa kelompok yang berbeda dalam suatu kelompok sosial

melalui tumpang tindih keanggotaan.



Jawa Batak



Guru Pengacara





Tionghoa

Pedagang


Contoh Konsolidasi

19

v Integrasi Sosial

Berbagai konsekuensi dari multikulturalisme itu harus dimanfaatkan secara positif
agar dapat mewujudkan harmoni serta integrasi sosial. Harmoni sosial adalah
kondisi dimana individu hidup sejalan dan serasi dengan tujuan masyarakatnya.
Harmoni sosial juga terjadi dalam masyarakat yang ditandai dengan solidaritas.
Secara etimologis, solidaritas adalah kekompakan atau kesetiakawanan. Kata
solidaritas menggambarkan keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok
yang berdasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama.
Harmoni sosial akan membawa integrasi sosial, sehingga keberadaan masyarakat
multikultural justru akan menyatukan perbedaan di dalam satu kesatuan yang utuh.
Integrasi sosial dalam masyarakat memiliki beberapa bentuk:

a) Integrasi Normatif

Integrasi normatif dapat diartikan sebagai bentuk integrasi yang terjadi akibat
adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam hal ini, norma
merupakan hal yang mampu mempersatukan masyarakat.


b) Integrasi Fungsional

Integrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam
masyarakat. Sebuah integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi
dari masing-masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.


c) Integrasi koersif

Integrasi koersif terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa.
Dalam hal ini penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan).


d) Integrasi Instrumental

Adalah integrasi yang tampak secara visual dari adanya ikatan-ikatan sosial
diantara individu-individu didalam masyarakat. Adapun ciri-ciri integrasi
instrumental ialah :
1) Adanya norma atau kepentingan tertentu sebagai pengikat atau instrumen.
2) Adanya keseragaman aktivitas keseharian.
3) Adanya keseragaman pakaian.
4) Adanya tujuan tertentu yang disesuaikan dengan kepentingan kelompok.


20

e) Integrasi Ideologis

Adalah suatu bentuk integrasi yang tidak terlihat atau nampak secara visual yang
terbentuk dari ikatan spiritual atau ideologis yang kuat dan mendasar melalui
proses alamiah tanpa adanya suatu paksaan dan ikatan. Interaksi ideologis ini
menggambarkan adanya kesepahaman dalam nilai-nilai, persepsi, serta tujuan
diantara orang-orang yang terikat menjadi satu kesatuan sosial.

Ciri-ciri integrasi ini ialah sebagai berikut :
1) Adanya persamaan nilai-nilai yang mendasar yang terbentuk atas kehendak
sendiri dan bukan atas dasar adanya ikatan atau paksaan
2) Adanya persamaan persepsi, yakni suatu pandangan yang diilhami oleh nilai-
nilai yang sama diantara anggota kelompok.
3) Adanya persamaan orientasi kerja diantara anggota kelompok.
4) Adanya tujuan yang sama yang mengacu pada prinsip-prinsip ideologis yang
dianut.



v Konflik Sosial

Merujuk pada ciri-ciri masyarakat majemuk yang dikemukakan oleh Berghe, bahwa
dalam masyarakat majemuk relatif sering terjadi konflik social karena
ketidakmampuan membangun konsensus. Secara sosiologis konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) di
mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan dan menjatuhkan pihak lain. Konflik
sosial memiliki beberapa penyebab yang umum, yaitu:

• Perbedaan individu
• Perbedaan kepentingan
• Perbedaan latar belakang kebudayaan
• Perubahan nilai-nilai yang cepat dalam masyarakat

Bentuk-bentuk yang umum dari konflik sosial di antaranya adalah:

• Konflik pribadi/individu, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan
ketidakcocokan antar individu.

• Konflik rasial, adalah konflik yang dilandasi perbedaan warna kulit dan ciri-ciri
fisik.

• Konflik politik, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan ketidakcocokan di
dalam memperebutkan kekuasaan dlm masyarakat

• Konflik kepentingan, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan benturan
kepentingan antar individu/kelompok.

• Konflik internasional, adalah konflik yang terjadi antar negara.
• Konflik antar-kelas sosial, adalah konflik yang terjadi di antara strata sosial di

dalam masyarakat.
• Konflik vertikal, adalah konflik yang terjadi di dalam struktur kekuasaan dalam

masyarakat antara pihak yang di atas dengan pihak yang di bawah.

21

• Konflik horisontal, adalah konflik yang terjadi antara pihak-pihak di dalam
masyarakat yang memiliki derajat kekuasaan yang sama.

• Konflik ekonomi, adalah konflik yang dilandasi perebutan sumber daya ekonomi.
• Konflik budaya, adalah konflik yang dilandasi perbedaan dan benturan antar

latar belakang kebudayaan yang berbeda.
• Konflik peranan, adalah konflik yang dilandasi benturan peranan dan

tanggungjawab sosial yang dialami individu di dalam waktu yang sama.


Upaya meredakan atau menyelesaikan konflik dalam sosiologi disebut akomodasi.
Terdapat bermacam-macam akomodasi, seperti toleransi, kompromi, mediasi,
arbitrasi, ajudikasi, dan sebagainya, sebagaimana telah dijelaskan di materi tentang
bentuk-bentuk interaksi sosial asosiatif.

v Resolusi Konflik

Dalam penyelesaian konflik diperlukan kemampuan atau keterampilan dalam
bernegosiasi, berkompromi, dan melakukan berbagai bentuk akomodasi yang tepat
untuk menyelesaikan konflik, sehingga konflik dapat diselesaikan karena
tertanganinya dengan baik sumber-sumber konflik dan ditemukannya titik
kesepakatan yang baik dan memuaskan bagi semua pihak yang terlibat konflik,
karena konflik diselesaikan secara berkeadilan.

Apakah yang dimaksud dengan resolusi konflik? Resolusi konflik merupakan upaya
menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang
bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang bermusuhan secara sukarela.
Cara-cara yang digunakan lebih demokratis dan konstruktif untuk menyelesaikan
konflik dengan memberikan kesempatan pada pihak-pihak yang berkonflik untuk
memecahkan masalah mereka oleh mereka sendiri, atau dengan melibatkan pihak
ketiga yang bijak, netral, dan adil untuk membantu pihak-pihak yang berkonflik
memecahkan masalahnya.

Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan resolusi
konflik, yaitu:
• Konflik tidak boleh hanya dipandang sebagai suatu fenomena politik-militer,

namun harus dilihat sebagai suatu fenomena sosial
• Konflik memiliki suatu siklus hidup yang tidak berjalan linear. Siklus hidup suatu

konflik yang spesifik sangat tergantung dari dinamika lingkungan konflik yang
spesifik pula
• Sebab-sebab suatu konflik tidak dapat direduksi ke dalam suatu variabel tunggal
dalam bentuk suatu proposisi kausalitas bivariate (hubungan sebab akibat dari
dua variabel). Suatu konflik sosial harus dilihat sebagai suatu fenomena yang
terjadi karena interaksi bertingkat berbagai faktor.
• Resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara optimal jika dikombinasikan
dengan beragam mekanisme penyelesaian konflik lain yang relevan. Suatu
mekanisme resolusi konflik hanya dapat diterapkan secara efektif jika dikaitkan
dengan upaya komprehensif untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng.

22

7. Modernisasi, Westernisasi, dan Sekularisasi


Modernisasi merupakan proses perubahan dari tradisioal menjadi modern. Istilah
modern berasal dari kata “modo” dan “ernus”. Modo berarti cara, sedangkan ernus berarti
sekarang atau masa kini. Sehingga modernisasi dapat diartikan sebagai proses menuju
masa kini atau proses menuju masyarakat modern. Dapat juga diartikan sebagai cara
hidup yang sesuai dengan situasi yang kini ada, atau konteks masa sekarang. Istilah
modern dilawankatakan dengan istilah tradisional. Apabila cara hidup suatu masyarakat
keadaannya seperti yang diwariskan oleh nenek-moyang atau generasi pendahulunya,
masyarakat tersebut disebut masyarakat tradisional. Istilah tradisi berasal dari kata
traditum yang artinya warisan. Tekanan pengertian modernisasi adalah pada pemikiran,
teknologi, dan organisasi sosial.

Sejarah modernisasi tidak lepas dari perkembangan yang terjadi pada masyaakat Barat,
yaitu Eropa Barat dan Amerika Utara. Sehingga, seperti yang dikemukakan oleh
Huntington, wujud lahir dari modernisasi adalah Eropanisasi dan Amerikanisasi. Oleh
karena itu konsep modernisasi sering berhimpitan dengan westernisasi, bahkan
menyamakan modernisasi dengan westernisasi tidak dapat dihindarkan. Namun, dalam
masyarakat Indonesia yang berupaya mempertahankan nilai-nilai luhur warisan nenek-
moyang dan mempertahankan jati diri bangsa, modernisasi dibedakan dari westernisasi.
Modernisasi menekankan pada “teknologi” dan “organisasi sosial”, misalnya cara berfikir
dan tata kerja yang lebih sistematik dan rasional, sedangkan westernisasi adalah proses
meniru pandangan dan gaya hidup orang barat tanpa reserve, seperti sekularisme,
liberalisme, seks bebas, dan sebagainya.

Sekularisme berasal dari kata saeculum yang artinya dunia dalam konteks waktu, yaitu
dunia yang sekarang. Lawan katanya saeculum adalah eternum, atau dunia yang nanti.
Eternum sering diartikan sebagai keabadian. Berdasrkan asal kata ini, sekularisme
merupakan faham yang lebih mementingkan, mengutamakan, atau berorientasi kepada
kehidupan di dunia (yang sekarang), dari pada urusan kehidupan di dinia nanti
(eternum). Dalam berbagai agama dunia nanti atau eternum disebut sebagai akhirat..
Pada tingkatnya yang ekstrim, faham sekularisme merupakan faham yang tidak
mengakui adanya Tuhan. Dr. Nurcholish Masjid menyatakan bahwa puncak dari
sekularisme adalah atheisme.

8. Kearifan Lokal dan Globalisasi

Secara etimologis kearifan lokal terdiri dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal
(local). Lokal berarti setempat dan kearifan sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata
lain maka kearifan lokal dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai,
pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai
baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal merupakan
gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

23

Sistem pemenuhan kebutuhan mereka pasti meliputi seluruh unsur kehidupan, agama,
ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi, serta
kesenian. Pengertian lain namun senada tentang kearifan lokal juga diungkapkan oleh
Zulkarnain dan Febriamansyah berupa prinsip-prinsip dan cara-cara tertentu yang
dianut, dipahami, dan diaplikasikan oleh masyarakat lokal dalam berinteraksi dan
berinterelasi dengan lingkungannya dan ditransformasikan dalam bentuk sistem nilai
dan norma adat. Dengan demikian kearifan lokal merupakan pandangan dan
pengetahuan tradisional yang menjadi acuan dalam berperilaku dan telah dipraktikkan
secara turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan dan tantangan dalam kehidupan
suatu masyarakat. Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalam masyarakat baik dalam
pelestarian sumber daya alam dan manusia, pemertahanan adat dan budaya, serta
bermanfaat untuk kehidupan.

Sedangkan globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah
yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan dengan menyingkirkan batas-
batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Globalisasi juga merupakan suatu
proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak
tampak lagi adanya batas-batas teritorial yang mengikat secara nyata. Secara umum
globalisasi meliputi dua bentuk, yakni globalisasi ekonomi dan globalisasi kebudayaan.

v Globalisasi Perekonomian


Globalisasi perekonomian merupakan proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,
dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang
semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan
terhadap arus modal, barang dan jasa. Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi
antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:
• Globalisasi Produksi
• Globalisasi pembiayaan
• Globalisasi tenaga kerja
• Globalisasi jaringan informasi
• Globalisasi Perdagangan

v Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk
diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values)
yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat
terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-
aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-
aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang

24

bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu
keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama.

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-
20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa.
Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan,
hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

v Globalisasi, Modernisasi dan Dampaknya terhadap Kearifan Lokal

Ketika globalisasi membawa nilai-nilai kehidupan modern yang lebih baik serta
membawa kemudahan bagi masyarakat, maka globalisasi membawa modernisasi
bagi kehidupan masyarakat. Pengaruh globalisasi terasa nyata, dimana globalisasi
menyebabkan segala aspek kehidupan terpengaruhi, misalnya sistem ekonomi,
budaya dan lingkungan hidup manusia. Terlebih dalam hal penemuan baru dan
teknologi, yang mendorong terjadinya perubahan serta globalisasi dalam tiga (3)
pola:

ü Memancar, dimana penemuan baru memberi dampak ke segala arah. Sering

digambarkan dengan pola sebagai berikut.


ü Menjalar, dimana penemuan baru menyebabkan perubahan di satu bidang yang
menjalar ke satu bidang hingga bidang yang lainnya. Sering digambarkan dengan
pola berikut.

25

ü Memusat, dimana beberapa penemuan baru menyebabkan terjadinya perubahan
di satu bidang tertentu. Sering digambarkan dengan pola berikut.




Era globalisasi dalam hal ini perkembangan teknologi dan informasi memberi andil
yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan teknologi juga menjadi
indikator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat
apabila didukung oleh faktor kamajuan teknologi. Teknologi merupakan langkah
lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih
teknologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun demikian kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak-dampak
positif pada sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini
juga dapat menjurus kepada pemborosan sumber daya alam, meningkatkan
kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan
sejahteranya ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.

Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial
budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya
pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat.

Perkembangan teknologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring
remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja
kita diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis, materialistik dan individualistik.
Selain itu menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar yang
tidak pantas dan bisa diakses secara bebas sehingga semakin menambah deretan
kerusakan moral remaja.




26

Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat
mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada kedaerahan
(kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini, hampir tidak
lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan batasan-batasan
yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat. Dari realitas tersebut, maka
terdapat cara-cara yang dapat dilakukan untuk meredam pengaruh globalisasi
terhadap kearifan lokal.

¡ Rehumanisasi


Mengembalikan martabat manusia di era globalisasi sebaiknya disesuaikan
dengan kemampuan adaptasi populasi yang bersangkutan. Perkembangan nilai-
nilai agama, etika, hukum, dan kebijakan lebih lambat jika dibandingkan dengan
perkembangan informasi dan teknologi. Olehnya itu masalah tersebut harus
segera ditangani. Artinya lebih jauh manusia harus dipandang secara utuh baik
lahir maupun batin, sehingga pembangunan selalu harus mengarah kepada
terwujudnya peningkatan kesejahteraan manusia seutuhnya antara lahiriah dan
batiniah. Apabila ini tidak diperhatikan maka laju kehancuran peradaban
manusia tidak akan dapat diimbangi oleh laju rehumanisasi oleh karena
semuanya pihak harus mengambil bagian dan kontribusi positif.

¡ Kemampuan Menyaring

Dengan semakin banyaknya pilihan di era globalisasi,maka akibat yang timbul
adalah kesulitan dalam memilih. Pendidikan pada umumnya diarahkan pada cara
produksi bukan pada cara konsumsi. Ini menyebabkan nilai-nilai kearifan lokal
terkikis dan berefek pada menurunnya antara yang mungkin dan yang terjadi,
bahkan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang
buruk sudah sangat susah untuk dibedakan.

Segala yang teknis mungkin akan dikerjakan, tidak dipertentangkan dan disaring
berdasarkan nilai-nilai kamanusiaan. Artinya yang didukung oleh aspek moral
keagamaan, sosial, dan aspek-aspek yang terkait seharusnya menentukan apa
yang mungkin diteliti dan dikembangkan kemudian tidak dilakukan jika tidak
sesuai dengan kearifan lokal yang berlaku.

¡ Revitalisasi

Perlunya upaya positif untuk mencegah distorsi biokultural yang berkelanjutan.
Pembuangunan akan menuju ke suatu kebudayaan baru di masa depan, sehingga
dipersiapkan persiapan-persiapan menyeluruh. Usaha-usaha revitalisasi akan
banyak dipengaruhi baik secara positif maupun negatif oleh faktor-faktor dalam
maupun luar negeri.




27

9. Penelitian Sosial

Hakikat dari penelitian sosial adalah penyelidikan atau pemeriksaan yang mendalam
terhadap sebuah gejala atau permasalahan sosial menggunakan metode yang sistematis
dan ilmiah. Penelitian sosial berusaha memahami sebuah fenomena sosial kemudian
mengaitkannya dengan teori atau ilmu sosiologi, sebagaimana terlihat dalam skema
berikut ini :


















Penelitian sosial dilakukan di dalam beberapa langkah, yaitu :















28

v Menentukan Topik Penelitian

Sebagai suatu kegiatan yang sistematik dan ilmiah, penelitian dimulai dengan
menyusun rancangan penelitian. Langkah yang paling awal adalah menentukan
topik atau masalah penelitian. Hal ini sesuai dengan hakikat penelitian bahwa
penelitian itu dilakukan terhadap gejala atau peristiwa yang merupakan masalah.

1. Pertimbangan menentukan topik/masalah: subjektif dan objektif

Terdapat dua macam pertimbangan dalam menentukan topik penelitian, yaitu
subjektif dan objektif.

Pertimbangan subjektif dapat berupa minat peneliti, kemampuan metodologis,
teori yang dikuasai, ketersediaan alat-alat dan perlengkapan, waktu dan biaya.
Sedangkan pertimbangan objektif, antara lain: apakah menarik dan layak untuk
diteliti, memungkinkan diperoleh datanya, bermanfaat untuk memecahkan
masalah sehari-hari dan/atau pengembangan IPTEK, dan apakah merupakan hal
yang baru.


2. Merumuskan Masalah

Dalam konteks penelitian, masalah atau fenomena diartikan sebagai kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan. Masalah juga merupakan sesuatu yang
membutuhkan penjelasan. Setelah seorang peneliti menetapkan masalah
penelitian, maka langkah berikutnya adalah merumuskan masalah penelitian
tersebut. Merumuskan masalah penelitian perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1) Rumusan masalah harus menyatakan hubungan antara dua variabel atau
lebih (pada penelitian korelasi).
2) Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang jelas.
3) Rumusan masalah harus padat dan jelas sehingga mudah dipahami orang
lain.
4) Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung
pemecahan terhadap masalah penelitian.
5) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis
(kesimpulan sementara)
6) Rumusan masalah harus menjadi dasar dalam menentukan tujuan
penelitian.
7) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam mengambil kesimpulan
penelitian.
8) Rumusan masalah harus mencerminkan judul dan jenis penelitian.



Mengapa jenis penelitian penting untuk ditentukan? Jenis penelitian akan
menentukan arah dari penelitian itu sendiri, dan membantu peneliti di dalam
setiap proses penelitian sehingga dapat menemukan kesimpulan penelitian.


29

Mengenai jenis-jenis penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut.
1) Berdasarkan tujuannya, penelitian dapat dibedakan menjadi:

a) Penelitian eksploratif: menggali, menemukan sesuatu yang baru
b) Penelitian deskriptif: menjelaskan, menggambarkan sebuah fenomena

sejelas-jelasnya
c) Penelitian eksplanatif: menerangkan hubungan atau kaitan di antara

variabel-variabel
d) Penelitian eksperimen: dilakukan dengan mengintervensi variabel bebas

(uji coba)

2) Berdasarkan metodenya, penelitian dapat dibedakan menjadi:
a) Survey: mengetahui kecenderungan suatu gejala secara umum, pada
umumnya dilakukan terhadap sampel
b) Penelitan lapangan (field research): penelitian dengan mengamati gejala
atau fenomena dari tempatnya berasal
c) Penelitian kasus (case study): penelitian yang membatasi diri dan fokus
pada kasus tertentu
d) Analisis isi (content analisys): penelitian yang meneliti makna dari sesuatu:
lagu, lambang, simbol, dan sebagainya
e) Studi dokumentasi: penelitian yang meneliti bahan-bahan atau dokumen
yang terkait dengan suatu fenomena atau gejala

3) Berdasarkan cara analisisnya, penelitian dapat dibedakan menjadi:
a) Penelitian komparatif: analisisnya membandingkan
b) Penelitian kausal: analisisnya mengenai sebab-akibat
c) Penelitian korelatif: analisisnya mengenai hubungan dari objek yang diteliti

4) Berdasarkan pendekatan atau jenis datanya, penelitian dapat dibedakan
menjadi:
a) Penelitian kualitatif: penelitian yang menggunakan pendekatan yang
menjelaskan secara literal dan mayoritas data berupa kalimat
b) Penelitian kuantitatif: penelitian yang menggunakan pendekatan yang
menjelaskan makna atau interpretasi data berbentuk angka

3. Variabel Penelitian

Di dalam rumusan masalah dan judul penelitian, terkandung variabel
penelitian, yaitu objek yang menjadi fokus dari penelitian, tercantum di dalam
judul penelitian, dan harus didefinisikan secara kongrit agar bisa diukur dalam
penelitian. Variabel penelitian terbagi di dalam dua jenis :
1. Variabel bebas, sering juga disebut sebagai variabel independen yaitu variabel
yang keberadaannya mempengaruhi variabel terikat.
2. Variabel terikat, dalam istilah lain disebut sebagai variabel tergantung atau
variabel dependen yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh
variabel bebas


30

Contoh penentuan variabel


Dari penelitian yang berjudul: "Pengaruh Sosial Media terhadap Interaksi Sosial
di Masyarakat Suku Tengger" diketahui bahwa dalam judul tersebut terdapat dua
varibael, yaitu
• Sosial Media yang merupakan variabel bebas (independence variable)
• Interaksi Sosial yang merupakan variabel terikat (dependece variable)

Keungggulan dan Kekurangan Beberapa Teknik Pengumpulan Data

Terdapat berbagai teknik pengumpulan data penelitian, antara lain: observasi,
wawancara (interview), angket/daftar pertanyaan, dokumentasi, dan analisis isi
media massa. Masing-masing teknik memiliki keunggulan dan kelemahan.

• Observasi atau pengamatan


Observasi atau pengamatan sering dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang kelakuan manusia atau keadaan, kondisi, atau situasi lainnya.
Pengamatan dapat dilakukan terhadap orang, keadaan tertentu kondisi
tertentu, kegiatan tertentu, proses tertentu dan sebagainya. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti alat pencatat, ceklist, skala
penilaian, tape recorder dan sebagainya.

Keuntungan observasi adalah:
ü Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal,

perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya sewaktu kejadian masih
berlangsung, atau sewaktu kejadian tersebut sedang terjadi sehingga
peneliti tidak perlu menggantungkan data dari ingatan seseorang
ü Dengan pengamatan langsung, peneliti tetap dapat memperoleh data
walaupun informan atau responden tidak mau berkomunikasi karena
enggan, takut, atau tidak memiliki waktu yang cukup

Sedangkan kelemahan dari observasi adalah:
ü memerlukan waktu yang sangat lama untuk memperoleh pengamatan
langsung terhadap suatu kejadian
ü Pengamatan biasanya tidak bisa dilakukan terhadap suatu fenomena yang
berlangsung lama
ü Ada kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya karena
bersifat pribadi.


31

• Wawancara atau interview

Wawancara atau interview adalah teknik mengumpulkan data dengan
melakukan percakapan/dialog langsung dengan responden, nara sumber, atau
informan, atau dapat juga menggunakan media, seperti telepon atau
percakapan dengan suara menggunakan sosial media, seperti WA, LINE, dan
sebagainya.

Kelebihan atau keunggulan wawancara:
ü Dapat diperoleh keterangan sedalam-dalamya terhadap infomasi yang
diinginkan
ü Informasi dapat diperoleh dengan cepat
ü Dapat dipastikan memang responden yang memberikan jawaban tersebut
ü Pertanyaan lebih fleksibel
ü Dapat dinilai gerak-gerik, nada suara serta mimik muka responden
ü Hasil lebih akurat

Sedangkan kekurangan atau kelemahan dari teknik pengumpulan data dengan
wawancara adalah:
ü Terdapat kesangsian akan kebenaran jawaban yang diperoleh karena apa
yang diucapkan seseorang belum tentu sesuai dengan yang sebenarnya
ü Kesulitan dalam pengolahan hasil wawancara
ü Kurang efisien karena memerlukan waktu lama; tidak dapat menjaring
responden atau informan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
ü Mudah terpengaruh oleh keadaan, situasi, dan tekanan-tekanan tertentu
ketika wawancara berlangsung


• Angket atau daftar pertanyaan

Angket atau kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden mengenai dirinya
atau hal-hal yang diketahuinya. Responden atau informan diminta untuk
menjawab sejumlah pertanyaan yang diberikan untuk memperoleh data yang
diinginkan.

Keuntungan penggunaan angket dalam pengumpulan data
ü Tidak memerlukan hadirnya peneliti
ü Dapat dibagikan secara serentak kepada responden yang jumlahnya
relatif banyak.
ü Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing,
serta menurut senggang waktu responden
ü Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-
malu dalam menjawab.
ü Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama



32

Kelemahan dari angket, antara lain:

ü Responden kadang kurang teliti dalam menjawab pertanyaan; terkadang

ada pertanyaan yang tidak terjawab.

ü Tidak dapat mengungkap tentang situasi khusus ketika responden

menuliskan jawaban

ü Walaupun angket dibuat anonim atau merahasiakan responden,

responden menjawab dengan tidak sebenarnya

ü Beberapa angket tidak dikembalikan oleh responden, terutama untuk

angket yang dikirim melalui kantor pos atau jasa pengiriman lainnya



10. Pengelompokan sosial



Sebagai konsep dasar sosologi, kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan dua atau

lebih orang atau individu yang saling berinteraksi sosial secara kontinyu atau

berkelanjutan, sehingga tidak semua pengumpulan atau berkumpulnya orang dapat

disebut sebagai kelompok sosial.



Robert Biersted menyebut adanya tiga kriteria untuk menentukan suatu pengumpulan

manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial atau bukan kelompok sosial. Tiga

kriteria itu adalah: (1) ada tidaknya kesadaran di antara individu yang ada bahwa

mereka memiliki kesamaan ciri, (2) ada tidaknya interaksi sosial yang berkelanjutan, dan

(3) ada tidaknya organisasi.



Perhatikan tabel jenis kelompok menurut kriteria Biersted berikut.

Jenis Pengumpulan

Individu yang di Kesadaran Interaksi Sosial di

No antara para akan antara orang- Organisasi
anggotanya kesamaan orang di

memiliki kesamaan ciri tertentu dalamnya

ciri

1 Asosiasi (kelompok √ √ √

formal)

2 Kelompok Sosial √ √ -

3 Kelompok √ - -

Kemasyarakatan

4 Kelompok Statistik - - -



v Dasar-dasar pengelompokan sosial



Sedangkan mengenai dasar-dasar pengelompokan sosial terdapat tiga faktor, yaitu:

(1) kesamaan genealogis, atau keturunan, sehingga dalam masyarakat terdapat

kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan keturunan, seperti keluarga inti,

klan, trah, dan sebagainya, (2) kesamaan teritorial atau wilayah, sehingga dalam

masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang dibentuk karena memiliki kesamaan

tempat tinggal atau wilayah, seperti RT, RW, pedukuhan, kelurahan, dan seterusnya,

dan (3) kesamaan kepentingan atau interest, sehingga dalam masyarakat terdapat

33

kelompok-kelompok yang dibentuk berdasarkan kesamaan kepentingan, seperti
persatuan guru, ikatan dokter, pedagang di suatu pasar, dan sebagainya.


v Bentuk-bentuk kelompok sosialnya dan karakteristiknya


Kelompok yang paling pertama yang dialami oleh sebagian besar anggota
masyarakat adalah keluarga. Hampir setiap orang menghayati kehidupannya dalam
kelompok yang disebut keluarga ini. Mungkin inilah kelompok yang paling
sederhana. Sebenarnya, orang-orang yang berada pada status berpacaran pun dapat
disebut sebagai kelompok. Demikian juga dua orang yang bersahabat, sebuah
kelompok duaan (dyadic group). Mengapa demikian? Karena dalam kelompok-
kelompok ini terdapat memenuhi dua syarat minimal sebagai kelompok sosiologis,
yaitu para anggotanya merasa menjadi bagian dari kebersamaan, dan yang kedua
mereka saling berinteraksi sosial.

Selanjutnya marilah kita membahas beraneka ragam atau jenis kelompok yang ada
dalam masyarakat, tentunya menggunakan sudut pandang atau perspektif sosiologi.

a. Kelompok primer dan kelompok sekunder


Charles Horton Colley menjelaskan tentang kelompok primer (primary group),
yaitu kelompok yang ditandai oleh pergaulan dan kerjasama face to face (tatap
muka) yang intim (menjamin kesejahteraan emosional). Contohnya: keluarga,
teman bermain pada anak kecil, geng, rukun warga serta komunitas pada orang
dewasa.

Kondisi fisik kelompok primer: (1) tidak cukup hanya hubungan saling mengenal
saja, akan tetapi yang terpenting adalah bahwa anggota-anggotanya secara fisik
harus berdekatan, (2) jumlah anggotanya harus kecil, sehingga mereka dapat
saling kenal dan saling tatap muka, (3) hubungan di antara anggota-anggotanya
relatif permanen.

Sifat-sifat hubungan primer: (1) kesamaan tujuan, masing-masing anggota
mempunyai tujuan dan sikap yang sama, sehingga masing-masing rela berkorban
untuk kepentingan anggota kelompok lainnya, (2) hubungan primer bersifat
sukarela, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan merasa tidak ada tekanan-
tekanan melainkan kebebasan, (3) hubungan primer melekat pada kepribadian
orang, nilai dan sikap kelompok primer menyatu dengan identitas individu-
individu yang menjadi anggota, sehingga tidak dapat digantikan oleh yang lain,
dan hubungan berlangsung di segenap aspek kepribadian, termasuk perasaan.

Kelompok sekunder (secundary groups) lebih besar daripada kelompok primer,
lebih bersifat anonim, lebih formal, dan lebih tidak mempribadi
(impersonal). Pada umumya kelompok sekunder didasarkan pada kepentingan
atau kegiatan tertentu, dan berinteraksi atas dasar status sepesifik,
misalnya sebagai presiden direktur, manajer, pekerja, mahasiswa, atau murid

34

sebuah sekolah. Contoh kelompok sekunder adalah: kelompok berdasarkan
profesi (Persatuan Guru Republik Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan
Wartawan Indonesia, Iakatan Sosiologi Indonesia, dan sebagainya), partai politik,
organisasi siswa (OSIS), organisasi mahasiswa, dan sebagainya. Berbagai cara
orang memperoleh pendidikan, mencari nafkah, dan menggunakan uang atau
waktu luang cenderung melibatkan kelompok sekunder.

Walaupun demikian, kelompok primer juga sering dijumpai dalam kelompok
sekunder. Meskipun kelompok sekunder penting bagi kehidupan masa kini untuk
mencari nafkah atau menempuh pendidikan kita, tetapi kelompok sekunder
sering gagal dalam memberikan kesejahteraan emosional (terkait kebutuhan
akan ikatan-ikatan intim/perasaan). Oleh karena itu, kelompok sekunder
cenderung terbagi-bagi ke dalam kelompok-kelompok primer. Artinya, dalam
kelompok sekunder juga dapat terjalin hubungan-hubungan primer. Mengapa
demikian? Di masyarakat modern seperti sekarang ini, ketika seseorang
menjalani hidupnya menjadi pekerja atau pegawai suatu instansi atau
perusahaan tertentu, maka dapat jadi sebagian besar waktunya dihabiskan di
tempat kerja (kelompok sekunder). Jam kerja dimulai pukul 08.00 dan selesai
pada 16.00. Karena jauhnya tempat kerja dan kemacetan lalu lintas, ia harus
meninggalkan rumah lebih pagi, katakanlah jam 06.00 atau lebih pagi dari itu.
Jam kerja berakhir pukul 16.00, perjalanan pulang memerlukan waktu 2 sampai
dengan 3 jam. Sampai rumah sudah pukul 18.00 atau 19.00. Cukup sedikit waktu
bagi seorang bekerja berada di keluarganya (kelompok primer). Kegagalan
memenuhi kesejahteraan emosional inilah yang mendorong para anggota
kelompok sekunder menjalin hubungan-hubungan primer dalam kelompok
sekunder. Itulah mengapa di tempat kerja atau di sekolah terdapat persahabatan
di antara para anggota-anggotanya.

Asosiasi sukarela
Asosiasi sukarela (voluntary association) merupakan suatu tipe khusus
kelompok sekunder, para anggota-anggotanya adalah para relawan yang
berorganisasi atas dasar kepentingan bersama. Beberapa asosiasi bersifat lokal
atau daerah, sehingga anggota-anggotanya hanya beberapa orang saja, beberapa
bersifat nasional dengan anggota-anggota yang profesional dan digaji, dan
sisanya berada di antara keduanya. Contoh asosiasi sukarela antara lain Palang
Merah Indonesia, organisasi kepramukaan, Tim SAR, klub kesehatan, dan
sebagainya.

b. Gemeinschaft dan Gesellschaft; Paguyuban dan Patembayan

Ferdinand Tönnies membedakan antara “Gemeinschaft” dengan “Gesellschaft”.
Gemeinschaft, di-Indonesiakan menjadi paguyuban, merupakan hubungan-
hubungan yang all intimate, private, and exclusive living together … is understood
as life in Gemainschaft (community). Terdapat tiga macam gemainschaft: (1) by
blood, (2) of place, dan (3) of mind; Paguyuban yang terbentuk karena hubungan
darah (misalnya keluarga), paguyuban yang terbentuk karena tempat (misalnya

35

komunitas atau masyarakat setempat), dan paguyuban yang terbentuk karena
adanya minat dan perhatian yang sama (misalnya paguyuban penggemar burung
tertentu, motor tertentu, mobil tertentu, kelompok pengajian, dan dapat saja
berupa paguyuban penjual barang bekas, serta masih banyak lagi yang lainnya).

Hubungan yang intim, mempribadi, dan keanggotaan yang khusus dan tertutup
(eksklusif) merupakan ciri-ciri sebuah paguyuban. Oleh karena itu, paguyuban
sering disebut sebagai kelompok yang tanpa pamrih, keanggotaan bersifat
sukarela, dasar-dasar ikatan yang membentuknya adalah kebutuhan batin yang
bersifat kekal. Bandingkan dengan yang dikemukakan oleh Colley sebagai
kelompok primer.

Gesselschaft –diIndonesiakan menjadi “patembayan”- merupakan “public life”,
bersifat sementara (kontraktual), berdasarkan kepentingan atau pamrih tertentu,
dan bersifat semu. Keanggotaan dalam patembayan bersifat umum dan terbuka
(inklusif). Serikat pekerja, asosiasi profesi, partai politik, perusahaan, dan
semacamnya adalah contoh dari kelompok patembayan. Bandingkan dengan apa
yang disebut oleh Colley sebagai kelompok sekunder.

c. Kelompok organik dan kelompok mekanik

Durkheim membedakan antara kelompok yang menganut solidaritas
mekanik dan kelompok yang menganut solidaritas organik. — Solidaritas
mekanik merupakan ciri pada masyarakat yang masih sederhana di mana
masing-masing anggota dapat menjalankan peran yang dilakukan oleh orang lain
(difusseness: bersifat umum dan serba meliputi), sehingga tidak ada spesialisasi
atau pembagian kerja. — Solidaritas organik merupakan ciri pada masyarakat
modern/industri/kota/kompleks di mana masing-masing anggota memiliki
fungsi dan peran yang khusus dalam hal tertentu saja. Dalam solidaritas organik
terdapat kesalingtergantungan antar-bagian/anggota dalam kelompok.

Tönnies juga menggunakan istilah kelompok mekanik dan organik, tetapi dengan
makna yang berbeda dari Durkheim. Bagi Tönnies, gemainschat merupakan
kelompok organik, sedangkan gesselschaft merupakan kelompok mekanik.

d. In-Group dan Out-Group

Sumner menyatakan bahwa di antara anggota in-group dijumpai persahabatan,
kerjasama, keteraturan, dan kedamaian. Istilah lain: fraksi intern, qliques/klik.
Sedangkan terhadap out-group dijumpai adanya antogonisme, berupa kebencian,
permusuhan, bahkan perampokan, pembunuhan, ataupun perang.


36

e. Reference Group dan Membership Group

Robert K. Merton membedakan antara reference group dengan membership
group. Membership group: merupakan kelompok di mana seseorang secara fisik
tercatat sebagai anggota. Reference group/ kelompok acuan merupakan
kelompok yang menjadi ukuran (acuan) bagi seseorang yang bukan anggota
kelompok untuk membentuk pribadi dan perilakuannya. Seorang anggota partai
politik tertentu yang perolehan suara dalam pemilu memenuhi untuk menjadi
anggota DPR, akhirnya menjadi anggota DPR. Secara fisik ia tercatat sebagai
anggota DPR, sehingga DPR merupakan membership group baginya. Tetapi
rujukan perilaku, bahkan jiwa dan pikirannya tetap terikat oleh partai, maka
PARPOL di mana ia berasal merupakan reference group baginya.

Robert K Merton, membedakan dua macam reference group (1) tipe normatif
(normative), dan (2) tipe perbadingan (comparison). Tipe normatif merupakan
sumber nilai, dan tipe perbandingan merupakan rujukan untuk memberikan
status kepada seseorang/kelompok.


f. Kelompok Formal dan Kelompok Informal

Weber membedakan antar kelompok formal dengan informal. Kelompok formal,
atau biasanya disebut sebagai perkumpulan formal, asosiasi, atau organisasi
formal, merupakan kelompok yang memiliki struktur organisasi dan tata cara
tertulis untuk mengatur aktivitas para anggotanya, misalnya bagaimana
rekrutmen anggota harus dilakukan, hak dan kewajiban anggota, prosedur
operasional standar (POS), standar pelayanan minimal, survey kepuasan
masyarakat, dan sebagainya, yang semuanya dimaksudkan untuk tercapainya
tujuan kelompok secara efektif dan efisien.


v Ekslusivitas Pengelompokan Sosial

Eksklusivitas merupakan karakteristik khusus dalam pengelompokan sosial atau
tepatnya pada masalah hubungan antar-kelompok. Pada umumnya persoalan
eksklusivitas ini dihubungkan dengan adanya kecenderungan partikularisme
sebagai orientasi para anggota kelompok. Secara istilah eksklusif dapat diartikan
sebagai khusus dan tertutup. Sehingga eklusivitas dalam pengelompokann sosial
adalah kecenderungan individu-individu dalam masyarakat membentuk kelompok-
kelompok yang bersifat khusus dan tertutup, hanya untuk orang-orang yang
memiliki ciri-ciri tertentu, misalnya suku bangsa, agama, ras, atau aliran-aliran.
Mengapa eksklusif? Karena mereka memiliki orientasi hidup yang sangat kuat
terhadap orang-orang yang berasal dari latar belakang primordial yang sama,
seperti telah disebut di depan, yaitu suku bangsa, agama, ras, atau aliran.


37

Partikularisme dan eksklusivisme yang berkembang dalam masyarakat akan
berdampak pada adanya hambatan atau gangguan dalam menciptakan keteraturan
sosial, harmoni sosial antar-kelompok, dan integrasi sosial (keutuhan sosial) dalam
masyarakat yang lebih luas, karena dua faham tersebut menjadikan ikatan yang
sangat kuat di antara sesama anggota kelompok, tetapi menimbulkan prasangka
terhadap atau dari orang-orang yang berada di luar kelompok.

Eklusivisme berhubungan dengan adanya ingroup dan outgroup. Karakteristik
khusus apakah yang ada pada in-group dan karakteristik apakah yang terjadi pada
penyikapan orang-orang terhadap out-group? Pada in-group kita menemukan
proses identifikasi antara satu anggota terhadap lainnya. Para anggota in-group
menjadi cenderung sama satu dengan lainnya, baik dalam hal cara berfikir, cara
berperasaan, cara bertindak, bahkan sampai dengan artefak (aspek kebendaan)
yang menjadi milik mereka. Itulah yang membedakan mereka dengan kelompok
lainnya, terutama out-group. Sebuah in-group akhirnya akan memiliki in-group
feeling yang kuat, dapat disebut juga sebagai we-group atau kelompok kita, dan
berkembangkah apa yang disebut sebagai eksklusivisme. Hubungan di antara para
anggota-anggotanya menjadi bersifat khusus dan tertutup. Memang dalam in-group
akan terbentuk persahabatan, kerjasama, keteraturan dan kedamaian, tetapi itu
terbatas kepada orang-orang di dalam in-group-nya. Bahkan, dalam ingroup
berkembang pula faham monism (single morality) atau ukuran tunggal dalam
moralitas, yaitu anggapan bahwa yang dilakukan adalah yang paling benar,
sedangkan yang dilakukan oleh orang-orang di luar kelompoknya adalah salah.
Perkembangan lebih lanjut dari monism ini adalah munculnya sikap-sikap intoleran
dalam masyarakat.

Selanjutnya apa yang terdapat pada out-group? Berbeda dengan pandangan atau
sikap terhadap orang-orang di dalam in-group-nya, terhadap orang-orang yang
berasal dari out-group-nya cenderung ditandai oleh antagonisme, kebencian, dan
bahkan permusuhan. Orang-orang dari out-group dan kebudayaannya cenderung
dipandang rendah. Penilaian terhadap cara hidup, cara berfikir, cara berperasaan,
dan cara bertindak dari out-group cenderung didasarkan atau merujuk pada nilai-
nilai yang tumbuh dan berkembang di dalam in-group. Anggota-anggota in-group
menganggap bahwa kelompoknya sebagai pusat segala-galanya, segala yang tumbuh
dan berkembang dalam in-group adalah acuan dalam berfikir, berperasaan, dan
bertindak, termasuk dalam menilai orang-orang dari out-group dan kebudayaannya,
suatu sikap yang menurut Sumner mencerminkan etnosentrisme (ethnocen-trism),
sebagai contoh Sumner antara lain mengacu pada orang Yahudi yang menganggap
diri merea sebagai “bangsa terpilih”; orang Yunani dan Romawi yang menganggap
semua orang dari luar mereka adalah biadab’ orang-orang Tionghoa yang
menganggap kekaisaran Tiongkok sebagai kekaisaran atau kerajaan tengah (the
midle kingdom, the midle empire).


38

Penyikapan orang-orang terhadap orang-orang yang berasal dari out-group akan
melahirkan sikap yang berdasarkan partikularisme, suatu orientasi berkelompok
hanya dengan orang-orang yang menjadi bagian dari in-group-nya; komunikasi dan
interaksi sosial terbatas hanya dengan orang-orang yang berasal dari kelompok
dalam (in-group) nya.


B. Penugasan


Kerjakan LK. 1 untuk mengidentifikasi lebih cermat dan mendalam materi-materi
berdayaserap rendah yang dijumpai siswa pada sekolah Anda. Untuk mengisi LK. 1
tersebut Anda wajib menyiapkan Data Daya Serap UN Mata Pelajaran Sosiologi dari
Puspendik Balitbang Kemdikbud dan Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan materi/pokok
bahasan.

C. Refleksi

1. Peserta

a. Menyampaikan keberhasilan berupa kemampuan melakukan analisis materi
berdayaserap rendah yang dialami oleh siswa di sekolahnya masing-masing.

b. Menyampaikan kelemahan yang ditemukan dari aktivitas pada unit 1 modul ini
sehingga masih ada yang belum dipahami atau membingungkan.

c. Menyampaikan tindak lanjut yang akan dilakukan untuk menerapkan hasil yang
diperoleh dari unit 1 modul ini.


2. Fasilitator
a. Menyampaikan keberhasilan peserta sesuai pengamatan selama kegiatan.
b. Menyampaikan hal-hal yang perlu diperbaiki dalam mengidentifikasi
materi/pokok bahasan berdayaserap rendah sesuai dengan Data Daya Serap Hasil
UN Mata Pelajaran Sosiologi dari Puspendik.



















39

Unit 2
Pembahasan Soal Daya Serap Rendah


A. Uraian Singkat Materi


Soal-soal UN yang berdaya serap rendah pada pembahasan ini, diidentifikasi dari butir
soal UN yang memiliki daya serap rendah secara nasional. Mungkin saja soal-soal UN yang
dianggap berdaya serap rendah dalam unit 2 modul ini, tidak merupakan soal yang
berdaya serap rendah di sekolah Anda. Bisa juga sebaliknya, soal-soal UN yang tidak
berdaya serap rendah secara nasional menjadi soal-soal berdaya serap rendah di sekolah
Anda. Hal ini sangat tergantung dari karakteristik siswa di sekolah Anda, tentu saja
berbeda dengan siswa di sekolah lainnya. Soal-soal UN berdaya serap rendah dan
pembahasannya yang disajikan dalam unit 3 modul ini diharapkan dapat menambah
wawasan Anda tentang beberapa alternatif penyelesaian soal-soal UN yang dianggap
berdaya serap rendah oleh sebagian besar siswa.


Butir Soal Berdaya Serap Rendah Dan Pembahasan

1. Saat ini dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dan pengaruh budaya barat

begitu yang berkarakter ia tetap mengenakan pakaian yang pantas sesuai aktivitas
yang ia ikuti dan cepat masuk melalui internet. Banyak remaja yang mengikuti gaya
berpakaian seksi meniru meng-anggap cara berpakaian masyarakat Barat sesuai
dengan musim yang sedang terjadi disana.

Keunggulan sikap modernisasi dibandingkan dengan westernisasi pada ilustrasi
tersebut artis luar negeri. Namun, tidak demikian dengan sikap dan perilaku Amel.
Sebagai remaja adalah
A. modernisasi dapat menempatkan diri sesuai dengan norma yang •berlaku,

sedangkan westernisasi sesuai nilai-nilai pada masyarakat Barat
B. modernisasi berorientasi terhadap masa kini dan masa lalu, sedangkan

westernisasi hanya mengikuti tren yang sedang terjadi di Eropa saja
C. modernisasi dapat menerima gagasan barn dan cara-cara baru, sedangkan

westernisasi hanya menerima gagasan dan cara-cara yang sudah lama
D. modernisasi berusaha mempertahankan nilai-nilai kenyamanan yang ada,

sedangkan westernisasi berusaha terbuka untuk nilai-nilai yang barn
E. modernisasi didasarkan oleh kepercayaan diri dalam berperilaku yang dilandasi

oleh pemikiran rasional, sedangkan westernisasi hanya imitasi saja
(UNKP 2018/2019)

Kunci Jawaban: E


40

Pembahasan :

Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat
modern. Modernisasi dapat pula berarti perubahan dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat yang maju. Modernisasi tidak sama dengan westernisasi.
Westernisasi adalah peniruan secara mutlak pengaruh kebudayaan barat yang masuk.
Sikap mental dan budaya suatu masyarakat sangat menentukan diterima atau
ditolaknya suatu perubahan atau modernisasi. Sikap mental yang dapat menjadi
pendorong modernisasi antara lain adalah rajin, tepat waktu, berani mengambil
resiko, disiplin, kompetitif, adil, jujur, toleran, dan peduli lingkungan.

2. Seorang guru menemukan kenyataan tentang rendahnya minat baca yang
berdampak pada keluasan dan kedalaman pola pikir siswa. Analisis hasil tes
menunjukkan kelemahan pengetahuan akademik para siswa. Ia pun tertarik kenyataan
itu untuk dijadikan topik penelitian.

Ilustrasi di atas menjelaskan bahwa pemilihan topik bertujuan untuk
A. memudahkan peneliti menganalisis data yang diperoleh dari sumber data
B. menghasilkan penelitian yang sangat berguna dalam mengatasi masalah
C. mempercepat penyelesaian penelitian dari alokasi yang telah ditentukan
D. meningkatkan kreativitas peneliti dalam mengembangkan kompetensinya
E. mendorong motivasi peneliti untuk mengembangkan topik permasalahan
(UNKP 2018/2019 )
Kunci Jawaban : A

Pembahasan :
Dalam menentukan topik penelitian, peneliti perlu memperhatikan berbagai
pertimbangan. Pertimbangan tersebut di antaranya sebagai berikut.
• Bermanfaat bagi masyarakat.
• Dapat diteliti atau rasional.
• Sesuai dengan keahlian yang dikuasal peneliti
• Dapat dijangkau (tempat, waktu, tenaga, dan dana).
• Memiliki data-data pendukung atau penelitian yang relevan.
• Menarik bagi peneliti.
• Memiliki variabel yang jelas.
Topik penelitian diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman. Seseorang yang
pernah mengalami pengalaman tertentu terkadang mendapat inspirasi untuk
menjadikan pengalaman tersebut sebagai topik penelitian

3. Sebuah lembaga penelitian akan mengadakan kajian mengenai dampak pembangunan
bandar udara baru terhadap ketahanan pangan masyarakat sekitar yang umumnya
petani. Peneliti memerlukan data kependudukan, lahan, dan hasil pertanian. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancara terstuktur. Salah satu
teknik dirasa lebih efektif dibanding dengan teknik lainnya yaitu


41

A. wawancara, karena dapat dilakukan pada masyarakat desa yang tergolong
berpendidikan rendah

B. angket, karena dapat dilakukan dalam situasi psikis masyarakat dengan lebih santai
dan familiar

C. angket, karena menghasilkan data nominal yang memudahkan untuk pengolahan data
D. wawancara, karena dapat menjangkau anggota masyarakat yang banyak dan

beragam karakter
E. wawancara, karena tidak memerlukan biaya saat berbincang dengan tokoh secara

tatap muka
(UNKP 2018/2019)

Kunci Jawaban : C

Pembahasan :
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang
dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai
banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data. Memang kuesioner baik, asal
cara dan pengadaannya mengikuti persyaratan yang telah digariskan dalam
penelitian kelebihan dan kelemahan teknik kuesioner:

Kelebihan teknik kuesioner:
1. Kuesioner baik untuk sumber data yang banyak dan tersebar.
2. Responden tidak merasa terganggu, karena dapat mengisi kuesioner dengan

memilih waktunya sendiri yang paling luang.
3. Kuesioner secara relatip lebih efisien untuk sumber data yang banyak.
4. Karena kuesioner biasanya tidak mencantumkan identitas responden, maka

hasilnya dapat lebih objektif.

Kekurangan teknik kuesioner:
1. Kuesioner tidak menggaransi responden untuk menjawab pertanyaan dengan

sepenuh hati.
2. Kuesioner cenderung tidak fleksibel, artinya pertanyaan yang harus dijawab

terbatas yang dicantumkan di kuesioner saja, tidak dapat dikembangkan lagi
sesuai dengan situasinya.
3. Pengumpulan sampel tidak dapat dilakukan secara bersama-sama dengan daftar
pertanyaan, lain halnya dengan obeservasi yang dapat sekaligus mengumpulkan
sampel
4. Kuesioner yang lengkap sulit untuk dibuat.

4. Sebuah penelitian mendalami topik tentang tingginya intensitas penggunaan media
sosial di kalangan remaja. Media sosial kini menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya
hidup remaja. Pada level tertentu,penggunaan media sosial dianggap mengakibatkan
kecanduan bagi sebagian penggunanya. Remaja menghabiskan waktu hanya untuk
bermain game dan menjadikan media sosial sebagai realitas baru, seolah lebih
penting dari realitas sesungguhnya dalam kehidupan nyata.



42

Rumusan masalah penelitian yang tepat sesuai ilustrasi di atas adalah ...
A. Bagaimana pengaruh media sosial terhadap peningkatan prestasi belajar siswa?
B. Bagaimana peraturan sekolah dalam mernbatasi penggunaan media sosial saat

belajar?
C. Apa peran orangtua dalam rangka membatasi penggunaan media sosial anaknya?
D. Siapa yang paling berperan untuk mengawasi remaja ketika menggunakan media

sosial?
E. Bagaimana pengaruh penggunaan media sosial dalam gaya hidup para remaja?

(UNKP 2018/2019)
Kunci Jawaban : E

Pembahasan :
Rumusan masalah bisa terdapat satu variable atau dua variabel.
Hal-hal yang perlu dijadikan pedoman penulisan rumusan masalah adalah:
1. Ditulis dalam bentuk kalimat Tanya
2. Dinyataan dalam kalimat sederhana
3. Dalam beberapa jenis penelitian, dapat dipakai untuk dasar penyususnan

hipotesis
4. Tidak mempersulit pencarian data
5. Harus direfleksikan dengan judul
6. Ditulis ringkas, jelas, dan padat

5. Alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian semakin tinggi intensitasnya. Hal ini
dapat berdampak pada masalah pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat. Kondisi
ini mendorong seorang peneliti untuk melakukan penelitian mengenai masalah alih
fungsi lahan pertanian di suatu kabupaten selama lima tahun.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, jenis penelitian yang tepat adalah

A. cross section
B. development
C. eksploratif
D. longitudinal
E. verifikatif

(UNKP 2018/2019)
Kunci Jawaban : D

Pembahasan :
Penelitian longitudinal merupakan penelitian yang menggunakan data dengan
rentang waktu yang panjang. Jika dikaitkan dengan soal, penelitian terhadap alih
fungsi lahan pertanian ke nonpertanian membutuhkan waktu selama lima tahun.


43

6. Perhatikan gambar mobilitas sosial berikut!


Berdasarkan gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa mobilitas sosial yang sesuai
adalah
A . vertikal turun
B . intragenerasi naik
C . antargenerasi naik
D . intragenerasi naik
E . antargenerasi turun

(UNKP 2018/2019)
Kunci Jawaban : E

Pembahasan:
Untuk menjawab soal tersebut dapat dilihat dari gambar mobilitas,dimana dampak
dan implikasinya melibatkan orang lain lintas generasi. Mobilitas ini juga berupa
mobilitas vertikal yang turun karena dari pedagang besar menjadi pedagang
keliling . Perlu diketahui, dampak dari mobilitas ini bisa menaikkan atau
menurunkan status sosial orang lain lintas generasi.

7. Keberadaan komunitas sosialita menjadi tren di kota-kota besar di Indonesia.
Mengeluarkan dan' membelanjakan uang puluhan hingga ratusan juta rupiah
dianggap biasa demi gaya hidup dan pergaulan. Bagi mereka, berpenampilan
mewah dan menarik, merupakan sebuah prestasi yang dapat meningkatkan gengsi.
Meskipun berada dalam satu komunitas, anggota kelompok sosialita ini saling
berlomba mempertontonkan gaya hidup glamour mereka demi eksistensi diri.

Berdasarkan wacana tersebut faktor penyebab munculnya eksklusivitas kelompok
adalah …
A. kecemburuan sosial warga kelas bawah terhadap kelas atas
B. tidak meratanya distribusi pendapatan dalam suatu masyarakat
C. munculnya fenomena kehidupan modern di masyarakat perkotaan
D. adanya kesenjangan sosial antara orang kaya dengan orang miskin
E. perbedaan status sosial dan gaya hidup konsumtif anggota masyarakat

(UNKP 2018/2019)
Kunci Jawaban : E


44

Pembahasan :
Faktor penyebab eksklusivisme dalam kelompok diantaranya yaitu kecemburuan
sosial, perbedaan status dan peran sosial, dan merasa kelompok sendiri adalah
kelompok yang paling baik. Jika dikaitkan dengan soal, eksklusivitas kelompok
muncul ketika gaya hidup, pergaulan, penampilan mewah, menarik dipertontonkan
demi eksistensi diri sehingga menjadikan kelompok tersebut terlihat berbeda
dengan kelompok pada umumnya.

8. Perhatikan ciri-ciri kelompok sosial berikut!
(1) Hubungan sosial yang terjadi antara anggota kelompok bersifat intim.
(2)Terdapat hubungan perjanjian yang memiliki tujuan tertentu yang bersifat

rasional.
(3) Keanggotaan dalam kelompok bersifat pribadi, khusus, dan terbatas.
(4) Struktur bersifat mekanis, setiap komponen memiliki fungsi atau kegunaan,
(5) Bersifat eksklusif, hubungan sosial untuk kelompok sendiri.

Berdasarkan ciri-ciri di atas yang sesuai dengan kelompok sosial paguyuban
ditunjukkan oleh nomor....
A. (1), (2), dan (3)
B. (1), (2), dan (4)
C. (1), (3), dan (5)
D. (2), (4}, dan (5)
E. (3), (4), dan (5)

(UNKP 2018/2019)
Kunci Jawaban : C

Pembahasan :
Paguyuban atau gemeinschaft merupakan bagian dari kelompok sosial yang
memiliki ciri diantaranya:
• Hubungan menyeluruh yang cukup erat
• Hubungan yang bersifat pribadi, tertutup, dan keanggotan khusus yang tertutup

(eksklusif)
• Ikatan batin yang telah terbentuk sejak lama dan interaksi antarindividu bersifat

primer

Sehingga dalam soal terdapat beberapa ciri paguyuban yang sesuai diantaranya
hubungan sosial yang terjadi antaranggota kelompok bersifat intim, keanggotan
dalam kelompok bersifat pribadi, khusus, dan terbatas, dan bersifat eksklusif,
hubungan sosial untuk kelompok sendiri.


45

9. Suku Tengger adalah warga asli yang mendiami sekitar kawasan Gunung Bromo,
Jawa Timur. Mereka bertempat tinggal secara berkelompok dan hidup dengan
bercocok tanam. Secara formal, pemerintahan dan adat suku Tengger dipimpin
oleh seorang kepala desa yang sekaligus kepala adat. Dukun diposisikan sebagai
pemimpin upacara adat. Dalam kehidupan sehari-hari warga suku Tengger
mempunyai kebiasaan hidup sederhana, rajin dan damai. Sikap gotong-royong
terlihat pada waktu mendirikan pendopo agung di Tosari. Demikian pula
tanggung jawab mereka terhadap lingkungan sosial tercermin pada kesadaran
rakyat untuk ikut serta menjaga keamanan, serta merelakan sebagian tanahnya
apabila terkena pembangunan jalan.

Berdasarkan contoh tersebut, dalam klasifikasi kelompok sosial menurut
Ferdinand Tonnies, masyarakat pada ilustrasi tersebut termasuk gemeinschaft
karena memiliki karakteristik ....
A. tidak mengenal dualisme kepemimpinan karena kepala desa sekaligus
merangkap kepala adat
B. kemampuan masyarakat menyesuaikan diri dalam setiap perkembangan dan
perubahan sosial
C. hubungan yang harmonis antarwarga berdasarkan persamaan kepentingan
untuk kemajuan desanya
D. pola perilaku masyarakat yang masih tradisional berdasarkan adat istiadat yang
dipegang teguh
E. keputusan yang dibuat berdasarkan rasional yang menekankan pada
kemampuan masyarakat
(UNKP 2018/2019)
Kunci Jawaban : D

Pembahasan:
Menurut Ferdinand Tonnies, kelompok sosial gemeinschaft memiliki karakteristik
diantaranya :
• Hubungan menyeluruh yang cukup erat
• Hubungan yang bersifat pribadi, tertutup, dan keanggotan khusus yang tertutup
(eksklusif)
• Ikatan batin yang telah terbentuk sejak lama dan interaksi antarindividu bersifat
primer

Jika dikaitkan dengan soal, pola perilaku masyarakat yang masih tradisional
berdasarkan adat istiadat yang dipegang teguh dapat dilihat dari tempat tinggal
yang berkelompok dan hidup dengan bercocok tanam, hidup sederhana, gotong
royong. Dalam pemerintahan, kepala desa merangkup juga sebagai kepala adat.


46


Click to View FlipBook Version