JALUR LANGIT Hai nama aku anara lebih tepatnya anara bulan Sanjaya umur Nara baru menginjak 18 tahun orang orang diumur segini pasti lagi seru serunya milih universitas buat lanjut belajar. Tapi Nara? Nara lebih memilih untuk tidak kuliah bukan karna ekonomi keluarga yang gak mampu, justru ekonomi keluarga bisa kuliahin Nara dimana pun yang Nara mau. Nara sudah muak tinggal dirumah besar dengan banyaknya omongan kotor yang keluar dari mulut orang yang sering disebut mamah dan papah itu. Tiada hari tanpa bertengkar, dari mulai si mama yang sering curiga papa selingkuh sampai sampai mereka sering bilang cerai padahal belum cerai juga sampai sekarang. Dan mulai hari itu disaat Nara sudah lulus SMA nara segera keluar dari rumah bersama adik laki laki nara, ya... dia Tio bintang Sanjaya anak laki laki umur 4 tahun yang sering bengong, kagetan, dan sering nangis tanpa sebab, nara tau penyebabnya apa. Nara sengaja ajak Tio supaya mentalnya gak semangkin terganggu. Pada suatu malam Nara menggendong Tio dipinggir jalan “kak kita sebenernya mau kemana si? Tio ngantuk pingin tidur” Nara melihat ke bawah dan menatap wajah Tio, satu tetes air mata nara terjatuh dipipi halus nya
“sabar ya Tio kita ke pasar dulu cari mobil tebengan yang mau ngirim ke kampung, kita bakal tinggal dikampung ya sayang” lirih nara sembari menatap Tio “Euumm... Iya kak” jawab anak kecil yang masih polos itu. Nara tidak ada tujuan ingin kemana sampai tiba tiba Nara memutuskan ikut dengan mobil pengangkut sayur yang ingin mengirim ke kampung “Bangg abangg... Stopp disini aja” ucap Nara sambil mengedor-gedor belakang mobil pickup “Eehh iya neng yakin mau disini? Masi gelap baru jam 3 pagi” ucap Abang sopir Nara tersenyum mendengar hal itu “iya bang ga papa mau istirahat dulu di mushola itu” tunjuk Nara ke mushola yang disamping jalan “Yaudah neng kalau begitu Abang pamit ya, hati hati ya neng bawa barang sama adek nya” “Iya bang makasih ya” “Sami sami neng saya permisi” ucap sang sopir lalu beranjak pergi dari situ Nara menatap Tio yang sedang tidur tenang lalu mengangkat tas bawaannya untuk dibawa ke dalam mushola, didalam sana nara mencoba untuk tertidur dengan bantalan tas sampai tiba waktunya pagi hari. Matahari mulai menerangi bumi Tio terbangun lalu menepuk pipi kakanya
“kak.. bangun kita dimana” Ucap Tio yang terus menerus menepuk pipi Nara Nara terbangun karna sentuhan adik nya itu “iya sayang yaapun Kaka lupa, iya...iya sayang ayo kita lanjut cari kontrakan yuu” Tio memegang tangan sang kakak dengan mata berkaca-kaca. Lirihnya yang ingin menangis “ kak... Tio hiks kangen mama” “Tio kamu tenang ya kaka juga kangen tapi kalau kita terus terusan dirumah Kaka kasian juga ke Tio sabar ya sayang...” Tangis kedua nya pecah Nara memeluk tio dan mengelus lembut punggung anak itu. Aku sangat benci ketika mereka beradu omongan Aku mencoba memejamkan mata namun telinga ku tidak tuli untuk mendengarkan perkataan kasar yang dilontarkan mereka. -anara sanjaya ✧~✧ Kontrakan kecil hanya ada 2 ruang yang hanya diisi kamar mandi dan karpet, tapi ini sudah cukup buat Nara bersyukur 300 ribu sudah dapat kontrakan. Dibandingkan dijakarta 300 ribu hanya untuk makan di restoran bahkan hanya untuk menu paling murah Jujur Nara senang sepertinya lingkungan disini sangat adem diisi dengan tetangga yang ramah lebih senangnya lagi Nara bersyukur disini banyak anak kecil yang seumuran Tio .
“Kakak Tio lapar” Terlalu sibuk bengong Nara sampai lupa dari kemarin mereka belum makan sama sekali. Nara mulai beranjak untuk melihat dompet yang ia bawa, dompet yang isinya hanya ada 6 lembar seratus ribu dan 3 lembar duapuluh ribu. Nara janji mulai besok akan cari kerja dan menyekolahkan adik semata wayang nya itu “Tio kita beli nasi dulu ya”ucap Nara kepada Tio “Let’s goo” “Go!” ✧~✧ “Bu kalau nasi sama tempe nya berapa ya” ucap Nara pada ibu kedai warung nasi di dekat kontrakannya Ibu itu tersenyum ramah “kalau nasinya saja 3ribu neng, kalau tambah tempe jadi 6ribu ya sayang... Atau si eneng nya mau pakai ayam goreng cuman 8ribu aja” ucap itu warung itu ramah Mata nara berbinar sekaligus terharu karna jawaban itu dan Nara bisa membeli 2 porsi nasi dengan ayam goreng “yaudah Bu Nara mau nasi pakai ayam ya, dua ya Buu” ucap Nara sambil mengangkat 2 jari nya “Siap neng”
Sebelum pulang Nara membeli 2 botol air mineral ukuran besar untuk mereka berdua minum, karna jujur dikontrakkan hanya untuk air minum saja tidak ada “Yeay ahkirnya sampai” ucap Tio girang Nara yang minatnya pun ikut senang “ Yeay ayo kita makan” ucap Nara sambil membuka nasi yang dibelinya ✧~✧ Seperti janjinya kemarin Nara akan mencari pekerjaan dikampung yang ia tinggali, Nara menitipkan Tio kepada tetangga nya untungnya tetangga nya itu sangat baik. Dengan jalan yang lontar dipinggir jalan yang pinggir Pinggir nya banyak semak semak Nara memejamkan mata sambil berkata dalam hati “YaAllah capek banget, mama...papa... Nara gak kuat tapi Nara lebih gak kuat lagi kalau liat Tio menderita dirumah” “Pokonya Nara gak boleh nyerah, Nara harus cari pekerjaan biar bisa sekolahin Tio... Semangat Nara” Ucapnya menyemangati dirinya sendiri Sedangkan disisi lain... Keluarga Sanjaya sedang berkumpul diruang tamu, mereka panik dipagi hari ketika mama Nara kaget karna tidak melihat kedua anaknya didalam kamar. Awalnya mama Nara biasa saja karna mungkin mereka berdua sedang bermain dihalaman belakang. Tapi lama
kelamaan mama Nara semangkin Panik dan membuat seisi rumah panik juga Mama Nara tak berhenti menangis sambil menyebut nyebut kedua anaknya “pah ini gimana?... Tio sama Nara dimana?... baju baju mereka juga gak ada pah hiks” “Papa juga gak tau mah jangan bikin panik dulu kita liat liat kamar Nara dulu siapa tau ada petunjuk” ucap papa Nara menenangkan istrinya Nenek Nara mengangguk setuju “ iya kita cari dulu” Sampai dikamar sang anak 2 orang wanita dan 2 orang laki laki itu terus mencari petunjuk agar bisa mengetahui dimana keberadaan kedua anaknya itu, ayah nara melihat gumpalan kertas diatas tempat tidur sang putri yang isinya. “TIDAK USAH MENCARI KITA BERDUA, KITA BAIK BAIK AJA CUMAN BUTUH WAKTU BUAT JAUH DARI KALIAN. BERANTEM LAH SEPUASNYA SEMASA KAMI GA ADA, JIKA SUATU SAAT KAMI PULANG KALIAN SUDAH BAHAGIA KEMBALI” Dion selaku papah nara terkejut melihat isi kertas itu, satu butir air mata turun dari mata sang ayah 2 anak itu. Dinar selaku mamah Nara terkejut mendapati suaminya yang menangis, pikirannya semangkin kacau dan terus bertanya tanya. “ada apa sebenarnya dion”tanya nenek Nara “maaf ini salah dion... andai dion bisa ngerti kaadaan mereka pasti sampai saat ini kita hidup bahagia” ucap ayah nara yang dibuat pikiran 2 orang wanita itu bertanya tanya.
Dinar mengambil kertas yang digenggam sang suami lalu membacanya juga dan tak kalah terkejut. “Nara!... Tio!...” Isak Dinar dengan teriaknya “maafin mamah sayang hiks...” lanjutnya. Nenek Nara geram dengan semua ini ia mulai mengerti dengan keadaan “saya pikir cucu saya bahagia disini? Teryata...” Dion dan Dinar dibuat terkejut dengan ucapan sang orang tua Dion itu, dengan nada bicara yang sangat marah. “kalian setidaknya mikir! Nara itu sudah beranjak dewasa dia pasti sudah paham arah pembicaraan kedua orang tua nya... kalian mikir ga! Dengan kalian seperti itu Nara bisa saja kena gangguan mental dan mungkin trauma dan yang paling kemungkinan besar NARA TAKUT MENIKAH!” Nenek nara menghela nafas kasar lalu memandang kedua suami istri itu yang terisak tangis “dan juga kalian ini BODOH!...” “mahh-...” sela dion kepada mamahnya itu “DIAM!... CARI CUCU SAYA SAMPAI KETEMU DALAM SATU MINGGU KALAU TIDAK AKAN SAYA PASTIKAN KALIAN BERDUA TIDAK AKAN PERNAH MELIHAT 2 ANAK KALIAN!” ucap nenek Nara lalu pergi dari rumah itu. “paahh-...hiks Nara pa-ah” “sstt! Kita cari sama sama ya”. ~✧~
2 tahun sudah berlalu. Banyak hal yang dilewati orang orang itu, Nara yang tak kunjung pulang dan memilih hidup dikampung dengan sang adik, Dion yang semangkin tidak peduli dengan keadaan apalagi kemarin perusahaan yang ia bangun mengalami kerugian besar. Dinar yang sering sekali sakit sakitan karna memikirkan ke 2 anaknya bahkan badan yang dulu ia jaga sekarang seperti badan yang tidak terurus. Disisi lain Tio yang sedang lari menuju keluar sekolah. Tio bersekolah seperti janji Nara 2 tahun lalu, Tio bersekolah di SD NEGERI MATAHARI dan tio yang menduduki bangku kelas 1. “ahkirnya tio pulang” ucap nya yang asik berjalan ditotoar jalan dengan sanagt gembira. Ada hal yang membuat tio sedih sebenarnya, ia ingin dijemput juga dengan papah atau mamah seperti teman temannya, dari ia masuk sekolah sampai sekarang tio tidak pernah meminta kakaknya untuk menunggu atau sekedar menjemput katanya...takut merepotkan Tiddd...Tidd Suara kelakson motor Scoopy warna merah dan berhenti dipingir Tio, Tio melihat siapa yang datang lalu ia membungkuk sopan lalu berkata “eehh pak guru” lalu tangan Tio dengan telentan berjabat tangan dengan laki laki yang di panggil pak guru. “Tio kamu pulang jalan?” tanya guru yang bernama Candra Banyu s.pd
Tio mengangguk “iya pak guru, soalnya rumah Tio deket” Guru itu berdehem pelan “mau bapak anter?” “emang boleh?” Guru itu dibuat terkekeh oleh anak kecil itu “boleh dong ayo naik” “yeayy lest go!” Pak guru itu dan tio selama diperjalanan bercanda ria mulai dari Tio yang cerita tentang teman dan sekolah, dan respon pak guru yang menurut Tio sangat asik “pak guru kenapa mau anterin Tio” tanya Tio memastikan Guru itu mikir sejenak “bapak mau ketemu wali Tio dirumah Tio” memang guru itu sanagt ingin melihat keberadaan wali Tio, jujur hatinya sedikit tersentil karna melihat Tio yang sepertinya jauh dari kata keluarga. Tio berkeringat dingin dan bertanya dalam hati apakah dia membuat kesalahan? Atau dia akan dikeluarkan? Ohh no Tio sangat takut. “pak guru mau ngapain? Tio buat kesalahan ya? Maafin Tio ya pak guru Tio janji gak bakal ngulangin” ucap Tio yang membuat guru itu bingung “kesalahan?” Astaga anak ini salah faham. “Tio ga papa ko, pak guru cuman mau ketemu doang” “bener pak guru” tanya tio guru itu terkekeh “iya Tio”
motor Scoopy merah yang dikendarai oleh guru dan ditumpangi oleh salah satu siswa laki laki itu berhenti didepan kontrakan kecil yang didepannya banyak sekali rumput rumput liar namun itu terlihat sangat cantik karna adanya bunga bunga yang sepertinya terawat. “ini rumah Tio” tanya guru itu memastikan karna ini seperti rumah yang tidak ada huniannya, terlihat sepi dan hanya ada suara ayam, bebek yang membuat rumah itu menjadi tidak seram “iya pak guru...ayo masuk” tokk Tokk Tokk Tidak ada sahutan sama sekali, pak guru itu bingung apakah anak muridnya ini anak setan-... Tio bingung apakah kakak nya ini belum pulang dari pasar? Biasanya jam segini sudah. Nara memang kerja dipasar
sebagai penjual kue tradisional yang biasanya berjualan dari pagi sampai jam 11 siang saja. Ahkirnya setelah 1 minitan menungu sang pemilik rumah keluar. Nara keluar dengan penampilan rumahan yang hanya memakai celana diatas lutut dan baju oversize. Nara terkejut bukan main, biasanya memang jam segini Tio akan pulang tapi hari ini Tio pulang bersama laki laki berbaju PNS yang ia tebak pasti itu guru nya. “ehh yaampun maaf pak, ada apa ya” tanya Nara “ekkhm boleh saya berbicara sebentar dengan wali Tio?”tanya pak guru muda itu Nara bingung kenapa tiba tiba? Apakah adiknya ini berbuat kesalahan “boleh pak silahkan duduk di bangku itu” Nara menunjuk bangku panjang yang terbuat dari bambu. Nara dan guru itu mendudukkan diri di bangku itu, hening sejenak lalu Nara membuka suara “em maaf pak sebelumnya menyangkut apa ya kedatangan bapak ke sini” tanya Nara memastikan Guru itu berdehem lalu arah matanya menangkap Tio yang sedang bermain dengan ayam dan bebek tanpa melepas seragamnya, ia tidak peduli itu tidak takut seragam Tio kotor toh besok juga akan ganti seragam. “sebelumnya perkenalkan saya Candra wali kelasnya Tio... boleh saya tanya sesuatu sama kamu?” tanya Chandra yang diberi anggukan oleh Nara “boleh” “kalau saya boleh tau kamu siapanya Tio” tanya pak Candra
“saya Nara kakak nya Tio” guru itu mengangguk lalu kembali membuka suara “Nara saya ingin bertanya dimana orang tua Tio?” Degg Bagaikan disambar petir disiang bolong, pertanyaan yang dulu ia hindari hari ini kembali dilontarkan lagi astaga Nara mulai pusing. Nara memejamkan mata sebentar lalu kembali membuka suara “apakah ini penting pak?” tanya Nara dengan nada hati hati “ya Nara ini sangat penting menyangkut tio”ucap guru muda itu Nara diam menyangkut tio? Nara yang tak tahan ahkirnya menceritakan yang sebenarnya supaya urusannya bisa dialihkan ke Nara “maaf pak sebelumnya jika bapak agak risih dengan cerita saya bapak boleh bilang.” Ucap Nara yang diangguki pak Candra “orang tua saya dan tio dijakarta saya memang dari Jakarta, karna memang ada masalah sedikit hari itu saya dan tio memutuskan untuk pergi ke kampung ini tanpa sepengetahuan mereka, jadi ya saya tinggal disini hanya berdua dengan tio saya mohon keringanannya pak jika ada apa apa langsung ke saya aja” ucap Nara panjang yang sedikit dengan mata berkaca kaca Guru muda itu melihat Nara otaknya bertanya ada apa ini? Pasti masalahnya bukan hanya masalah kecil, Candra melihat
itu jadi kasian harusnya iya tidak menanyakan ini, toh Nara juga pasti bisa sendiri “maaf Nara saya sudah bertanya seperti itu, tapi saat ini sekolah benar benar sedang membutuhkan orang tua murid” Nara menatap guru muda itu “saya akan wakilkan orang tua Tio pak” Candra menghela nafas pelan ia paham dengan keadaan Nara ya mau bagaimana lagi?... Setelah berbincang singkat guru itu memutuskan berpamitan dan pergi dari rumah Nara, takut terjadi kesalahpahaman warga kampung karna hari semangkin siang menuju siapa. Sebelum guru itu pergi Nara lebih dulu berucap “maaf pak”... Hari hari berlalu Nara dan tio menjalankan aktifitas nya seperti biasa, namun belakangan ini ada yang berbeda Tio pulang yang terus diantar oleh guru muda yang disebut pak Candra itu. Nara bingung ada apa ini kenapa guru itu begitu pengertian? Aahh sudahlah mungkin memang searah Tio baru saja pulang dan berlari ke arah sang kakak yang berada didalam rumah, Tio memeluk nya dari belakang “euumm halo kakak” ucap Tio yang menggelamkan wajahnya di baju Nara “halo Tio” ucap Nara yang tak kalah asiknya Tio kembali membuka suara “ kakak tau gak tadi pak can kasih Tio mobil mobilan...liat nih” ucap Tio menunjukan mainan mobil sederhana yang mungkin harganya kisaran 10.000
Nara tak enak hati kepada Candra menurutnya ini terlalu berlebihan “Tio yang minta?” tanya Nara Tio menggeleng cepat lalu berkata “engaak kak tadi pak can yg kasih sendiri” Nara mengangguk paham, tak apa lah asal jgn Tio yg meminta. Disini lain dirumah sederhana yang diisi oleh ibu, ayah, satu anak laki laki, dan satu anak perempuan yang usianya sekitaran 11 tahun. Laki laki itu mendudukkan diri dipingiran Kasur dengan pikirannya yang terus tertuju pada satu perempuan yang ahkir ahkir ini membuat otak nya penuh “Anara Sanjaya” laki laki itu tersenyum melihat nama kakak dari muridnya ini. “wanita hebat, kamu udah bikin aku jatuh cinta, asal usul kamu emang belom jelas tapi aku tertarik sama kamu Anara” gumam Candra ya!! Candra wali kelas Tio yang berbicara seperti itu. Hari ini hari Minggu lelaki dengan setelan Hoodie hitam dan celana Levis panjang sedang memanasi motor niatnya ia akan mengantar ibunya ke pasar pagi ini. “Abang udah siap belum” tanya ibu Candra yang sudah cukup tua itu Candra membenarkan motornya lalu menaiki motor nya itu “ayo buk” Sesampainya dipasar Candra dan ibunya tidak berjalan bersama Candra lebih memilih melihat lihat pasar dan ibunya
pergi berbelanja sayur, toh nanti juga jika sudah ibunya akan menelpon Candra. Candra tertuju pada dagangan kue kue tradisional jujur ia sangat suka kue dengan beragam bentuk itu, ia pasti akan membeli banyak untuk nya dan adik perempuan nya, “berapaan mbak?” tanya Candra tanpa melihat ke pendagang nya Dengan senang hati Nara membalas “dua ribuan saja mas” jawab pandangan itu Candra sedikit terkejut seperti kenal dengan suara ini, Candra melihat ke arah lawannya ya benar saja itu wanita yang ia cintai belakangan ini. Anara tak kalah terkejut nya senang sekali rasanya bertemu dengan wali kelas adiknya ini. “pak can silahkan dipilih mau kue yang mana” dengan senang hati Anara menawarkan kue jualannya ke- guru muda itu Candra berdehem lalu kembali melihat lihat kue yang ingin dibeli, tapi bukannya memilih kue. Mata Candra malah tertuju ke tangan putih bersih anara tanpa disadari Candra menarik tangan itu lalu berkata “saya beli ini aja” Oohh shit! “pak!! Ini dipasar plis” ucap Nara sedikit malu jika ada orang yang mendengarnya
Candra berdehem “berarti kalau dirumah kamu boleh dong kita bicarakan mas kawin, oke nanti sore aku kerumah mu” ucap Candra “pakkkk!” Ahkir dari cerita anara sanjaya yang berhasil hidup tanpa kedua orang tua. Hari hari berat dilalui, tangis, tawa, dia lalui bersama adik tercinta. Anara tidak pernah menyangka perjuangannya 2 tahun tidak sia sia, kebahagiaan nya kini bertambah dengan datangnya seorang laki laki tampan, yaitu pak guru Candra. Candra membuat Nara kini semangkin menghangat karna Candra berhasil membuat Nara berkumpul kembali dengan keluarganya. Kunci rumah itu hilang sampai saat ini aku terus mencarinya , aku ingin membuat kunci baru namun sangat sulit dan yang pastinya berbeda dengan kunci sebelumnya. -Anara Sanjaya✧