The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Nanda Amalia Batubara, 2023-06-02 20:50:17

Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah by Nanda Amalia Batubara

E-BOOK NANDA AMALIA BATUBARA

Keywords: motivasi

Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah Nanda Amalia Batubara


Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah Penulis Nanda Amalia Batubara Penyunting Tatep Mulyadin Penerbit PT Magenta Media ISBN 978-602-6774-47-0 Cetakan pertama, 2020 Cetakan kedua, 2020 Cetakan Ketiga, 2020 Cetakan Keempat, 2021 Cetakan Kelima, 2021 Cetakan Keenam, 2021 Phone/Fax: 082-165-616-613 Email: [email protected]


Kata Pengantar Segala puji bagi Allah karena berkat serta karunia-Nya akhirnya buku ini bisa selesai juga. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Buku ini ditulis untuk siapa saja yang sedang dirundung duka, yang ragu pada impiannya, yang sedang kehilangan arah, yang tak tahu hidupnya akan dibawa ke mana, juga bagi siapa saja yang sedang patah karena cinta, yang masih berusaha menerima takdir takdir-Nya, dan yang sedang berusaha untuk kembali pada jalan yang di ridhoi-Nya. Penulis sadar novel ini masih jauh dari kata sempurna, namun disusun dengan segenap hati. Tujuan buku ini adalah semoga para pembaca dapat mengambil kebaikan di dalamnya. Semoga tulisan-tulisan sederhana yang ada di dalam buku ini bisa bermanfaat, dan dapat menjadi teman perjalananmu, agar semakin kuat langkahmu agar semakin mantap hatimu. Salam hangat, dari seseorang yang akan terus belajar. iii


Daftar Isi 1| Hidup................................................................................... 1 2| Aku hanya ingin Bahagia................................................... 3 3| Hari tanpa Senyuman......................................................... 4 4| Senjata yang Terus Diasah................................................ 5 5| Apa Aku Menyerah Saja?.................................................... 6 iv


Hidup adalah serangkaian perjalanan, yang akan membawa kita dari satu titik menuju titik yang lainnya. Setiap titiknya saling terhubung, membentuk garis kehidupan. Bermula dari kelahiran berujung pada kematian, diantaranya ada senyuman dan air mata. Terkadang, setiap titiknya bisa kita rasakan dengan jelas, bisa kita lewati dengan mudah, nyaman dan begitu membahagiakan, bahkan rasanya kita tak mau lagi beranjak dari posisi itu. Hanya saja, di lain waktu titik-titik itu menjadi buram, membuat kita seperti tak tahu sedang berpijak di mana, akan melangkah ke mana, bingung, resah, takut, hampir menyerah. Beginilah kehidupan berjalan di antara kenyamanan, masa-masa sulit itu pasti akan datang, mana robes tanpa bertanya kita siap atau tidak. Tak hanya satu kali, bahkan bisa jadi terus berulang dalam berbagai bentuk yang mengguncangkan perasaan. Seperti impian, harapan, dan keinginan yang tak menemui kenyataan, serta yang paling menguras adalah ketika kita sampai pada kisah cinta yang harus mengalah pada takdir sang pemilik semesta. "Tak jodoh," ucap kita sambil menyeka air mata. "Tuhan tidak adil" ada kalimat yang mungkin paling sering kita utarakan, seperti kitalah manusia yang paling dirugikan di dunia ini, seperti kita sendiri yang hidup dalam kesakitan ini. Lantas, beberapa pertanyaan melayang-layang di dalam pikiran kita, "Kenapa aku harus melalui semua ini?" "Kapan semua ini akan berakhir?" Pertanyaan-pertanyaan sederhana, yang jawabannya tak pernah sederhana. Rumit memang, tapi harus kita lewati, walau harus berdarah-darah, walau harus melalui ribuan duka. Hidup 1


Tiada guna meratap, karena meratap juga tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Jadi, saat masa-masa itu datang, semoga kita tetap bisa berpikir jernih dan melihat segala sesuatunya tak hanya sebagai kesulitan yang membunuh. Namun juga, sebagai kesulitan yang membuat kita bertumbuh. Hikmah-hikmah besar itu memang selalu tersembunyi di balik serangkaian masalah, maka bertahanlah. Allah tidak akan membiarkan kita berjuang sendiri apabila kita turut melibatkan Allah dalam perjuangan ini. Ingat selalu bahwa kita tidak sedang berada di kehidupan percobaan, yang jika kita gagal pada akhirnya nanti bisa kita ulang dari awal lagi, tidak begitu. kehidupan hanya berjalan satu kali, inilah satu-satunya kesempatan yang harus kita manfaatkan, untuk akhir yang abadi, abadi dalam kebahagiaan atau dalam kenestapaan. penyesalan di duniamasih bisa kita perbaiki, tapi tidak dengan penyesalan di akhirat nanti. 2


Hari itu di kolong langit, saat kehidupan bagimu sedang sulit. Pipimu basah, bukan karena hujan, tapi karena air mata. Kamu tak untuk lesu di keramaian yang bagimu sepi. Seberapapun kerasnya kamu berjuang tetap sajakah kehidupan selalu memukulmu mundur, gagal sekolah nasib yang tak bisa kamu ubah. Orang-orang sudah memiliki pekerjaan tetap, menjadi pengusaha sukses di usia muda, memiliki ribbon outlet berom set milyaran, tinggal di rumah mewah, menikah dengan orang yang paling dicinta. Dan kamu.... Masih terseok, tak tahu arah, hanya bisa berangan-angan. "kapan ya hidupku bahagia mereka?" Padahal, kehidupan ini berjalan seimbang, selalu ada duka di antara bahagia, selalu ada sulit diantara kemudahan, malam bergulir, cuaca berganti, roda terus berputar, semua itu adalah keadaan-keadaan yang terjadi diluar kendali kita sebagai seorang manusia. Hanya karena mereka terlihat sukses sesuai standar media, bukan berarti mereka benar-benar sukses dan selain dari mereka adalah orang-orang gagal, tentu tidak begitu. Kesuksesan bukan hanya selalu tentang pencapaian besar, malah hal kecil dan sederhana yang sering luput dari tepuk tangan manusia, justru punya posisi penting dalam laju kehidupan. Karena sejatinya yang kita kejar bukan hanya besar, tapi juga kebermanfaatan. Dan pacar payah petani di dusun pedalaman, mungkin kita tak akan bisa merasakan makan. Tanpa sapuan petugas kebersihan, mungkin gunung-gunung sampah telah memenuhi jalanan. Dunia ini begitu luas, jangan kita bersempit dengan kalimat, "aku hanya akan bahagia bila semua keinginanku terpenuhi." Menjadi orang yang diangkat biasa juga bukan musibah, kesulitan hidup bukanlah akhir dari segalanya. Sebab kesulitan yang mengguncangkan hati atau kebahagiaan yang membuat senyum kita merekah, keduanya sama adalah ujian yang tak boleh menggugurkan keimanan kita. Aku Hanya ingin Bahagia 3


Kawan, hari itu pasti akan datang, hari yang tak pernah kita inginkan. Tanpa didugaduga, luka itu akan menyeruak kembali, benar-benar menghantam kita begitu dalam. Membuat diri kita berjalan seolah tanpa tujuan, sekolah kehilangan harapan, merengut senyuman dari wajah kita, begitu sakit dan mengecewakan. Dalam kebimbangan dan kebingungan, kita tak tahu lagi harus berbuat apa, mau terus melangkah takut terjatuh, mau putar balik sudah tak mungkin tertempuh, mau diam saja maka tinggal menghitung hari untuk mati, dan itu jelas bukan pilihan. Menangislah. Merintihlah. Bahkan, nabi Yakub dahulu pernah jatuh air matanya, ia menangis begitu dalam sampai membuat matanya buta. Ketika tahu Yusuf kecil anak yang paling ia sayangi hilang tak tahu kemana. Sejatinya saat kita berada pada titik terendah itu adalah kesempatan terbaik untuk berdoa, karena titik terendah menanggalkan segala kesombongan dalam diri kita, membuat kita lebih mudah menghadap Allah dalam keadaan hati yang bersih, tanpa noda-noda keangkuhan dan rasa sok kuasa yang ada dalam diri kita. Lemahnya diri kita adalah pertanda bahwa kita butuh Allah, sungguh kaki-kaki kecil kita tak akan mampu menerapkan sendiri dalam himpitan dunia ini. Terlalu berat, bahkan mustahil jika tanpa melibatkan Allah dalam setiap langkah yang kita jalani. Kamu, tak boleh berhenti sampai di sini, selama nafas kehidupan masih berhembus, selama itu pula kita tak boleh kehilangan harapan. Allah itu ada "... Dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku." (QS. Maryam:4) Hari tanpa Senyuman 4


Setiap muslim mempunyai senjata. Senjata yang tak tampak dihadapan mata, tapi terasa jelas efeknya, ya itu doa. Namun, setiap senjata kapasitasnya berbeda-beda. Ada yang tumpul karena tak pernah diasah, ada yang tajam karena senjatanya diasah. Selayaknya sa'ad bin Abi waqash yang doanya selalu Allah ijabah, bukan tanpa alasan, karena ia termasuk sahabat yang pertama-tama masuk Islam. Dia adalah orang yang senantiasa berpegang teguh atas kalimat tauhid. Dia adalah pemimpin yang amanah. Dia juga memiliki kepentingan hati. Dia selalu bersikap baik pada sesama muslim dan tidak memiliki dendam serta niat jahat hingga Rasulullah SAW pernah berdoa untuknya, "ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabel kan lah doanya." (HR. AlHakim). Selayaknya pula Uwais al qarni, yang memiliki keistimewaan, yang mana Allah akan mengabulkan apa yang ia pinta. Rasulullah SAW pernah mengabarkan bahwa jika ia bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkan. Umar bin Khattab yang mendengar hadis Rasulullah SAW ini pun rela mencari sosok Uwais agar dapat memohonkan ampun untuknya. Semua tidak terjadi begitu saja, Uwais alqorni adalah anak yang sangat berbakti pada ibunya. Uwais alqorni adalah sosok yang saleh dan dermawan. Meski adalah seorang yang fakir, kefakirannya hanya di dunia. Derajatnya di langit sesungguhnya sangat mulia. Itulah alasan kenapa Rasulullah SAW menyebutnya sebagai salah satu yang mustajab doanya. Senjata yang Terus Diasah 5


Padahal sudah berusaha mati-matian, padahal sudah rela memotong waktu tidur, padahal sudah ikut berbagai seminar kesuksesan. Kadang terngiang-ngiang di kepalamu untuk berhenti saja, untuk berhenti berjuang, berhenti berusaha, karena bagimu semua seperti tidak ada gunanya. "sesulit ini ternyata kehidupan ya," ucapmu sambil menghela nafas panjang. Coba kalau aku punya gaji sekian juta, pasti hidupku tenang dan nyaman. Lalu, setelah kamu bekerja, berusaha, berhemat, gaji menyentuh angka sekian juta. Namun, pikiran itu kembali melayang, coba kalau aku punya gaji puluhan juta atau ratusan juta pasti aku akan bisa membeli apapun yang aku inginkan, pasti aku bahagia. Padahal itu semua takkan pernah menemui kata selesai, angka-angka tak akan pernah memuaskanmu, karena yang sedang kamu beri makan adalah nafsu, iya tak punya rasa kenyang. Sayangnya, kamu meletakkan kebahagiaan padahal halhal semacam itu, pada deretan angka yang menipu. Padahal, kebahagiaan itu sejatinya adalah pilihan, saat kamu memutuskan untuk bahagia dengan apa yang kamu miliki sekarang, tak peduli sesederhana apapun itu, maka kamu akan bahagia. Rasa resah dan gelisah itu akan merasuki dirimu sebatas kamu mengizinkannya. Tujuan kita jauh, bukan sebatas saldo tabungan, bukan sebatas deretan koleksi perhiasan, bukan sebatas barang-barang mahal yang mampu kita beli, bukan semua itu. Itu terlalu dekat, terlalu singkat dan menipu. Ada yang lebih dari semua itu, adalah surga Allah, yang diciptakan tanpa kesedihan di dalamnya, itulah tujuan kita, bertemu Allah, bertemu dengan kekasih-Nya, yaitu Rasulullah SAW. Apa Aku Menyerah Saja? 6


Terima kasih telah membaca, Semoga surgalah akhir pencariankita. Sampai bertemu kembali Salam hangat!


Tidak semua hal akan berjalan sesuai keinginanmu. Pada saat waktu, impianmu akan dipukul mundur, harapanmu terpatahkan, dan langkahmu dihentikan paksa. Dunia yang luas terasa begitu menyesakkan. Ramai, tapi sepi. Ingin terus melangkah, takut terjatuh, ingin putar balik, sudah tak mungkin tertempuh. Ingin menyerah, tetap saja tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Setiap pilihannya ris tak mampu kamu tanggung konsekuensinya. "Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah" akan menemanimu, untuk terus melangkah maju, menerabas segala keterbatasan, menikmati segala kekecewaan, melewati dunia yang penuh dengan kefanaan, menuju satu tempat bernama keabadian. Untukmu, jiwa-jiwa kecil yang sedang mendamba bahagia, kebahagiaan yang sesungguhnya. Selamat menikmati! Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah Sahima Sahabat Hijrah Magenta 978-602-6744-47-0 Harga Sumut Rp. 69.000 Jl. Surya Haji No. 52 Kec. Percut Sei Tuan Kota Medan 20371, Sumut Phone/Fax: 082-165-616-613


Click to View FlipBook Version