LAPORAN
HASIL OBSERVASI
(Penerapan scaffoalding pada Zone Of Proximal Development(ZPD))
LOKASI:
SMK N 4 BANDAR LAMPUNG
Disusun oleh:
Amreza Firginia Putri, S.Pd.
Anisa Sukma Mulyani, S.Pd
Della Setiya Putri, S.Pd
Ema Elviana, S.Pd
.
PPG PRAJABATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Strategi Scaffolding merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk melihat
kemampuan pemecahan masalah siswa. Strategi Scaffolding perlu di terapkan dalam
proses pemecahan masalah, karena ketika siswa mengalami kesulitan dalam pemecahan
masalah maka guru akan memberi bantuan awal kepada siswa berupa petunjuk,
dorongan, memberi contoh, atau langkah-langkah dalam mengerjakan soal atau bantuan
lainnya, sehingga siswa dapat menghubungkan bantuan yang telah diberikan oleh guru
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk menerapkan strategi Scaffolding dalam pembelajaran, maka guru terlebih dahulu
mengetahui Zone Of Proximal Development (ZPD) siswa. Dalam teori Vygotsky Zone of
Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan aktual,
yang ditentukan melalui pemecahan masalah yang dapat diselesaikan secara individu,
dengan tingkat pengembangan potensial, yang ditentukan melalui sustu pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa, atau dengan cara berkolaborasi dengan
teman-teman sebaya.
di SMKN 4 Bandar Lampung dilatarbelakangi dengan keberagaman. Peserta didik yang
berada di setiap kelas memiliki keberagaman dalam hal sosial budaya dan ekonomi yang
berbeda. Meskipun SMKN 4 Bandarlampung merupakan sekolah negeri, namun peserta
didik yang bersekolah di SMKN4 Bandarlampung tidak di tentukan oleh domisili tempat
tinggal mereka, melainkan berdasarkan minat, bakat dan hasi dari tes yang dilaksanakan
ketika awal masuk ke sekolah.
Peserta didik yang berada didalam kelas sudah memiliki kemampuan awal dalam bidang
kejuruan yang mereka pilih dan mereka minati. Namun meskipun begitu peserta didik
yang ada didalam kelas kurang memiliki pengetahuan awal terhadap mata pelajaran
umum seperti mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hal ini
dikarenakan peserta didik lebih fokus untuk mempelajari materi kejuruan daripada materi
pelajaran umum. Selain itu peserta didik juga menganggap bahwa mata pelajaran umum
merupakan mata pelajaran yang kurang penting untuk mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan scaffolding dan Zona of proximal development?
2. Bagaimana latar belakang kelas peserta didik di sekolah?
3. Bagaimana deaskripsi mata pelajaran yang di gunakan?
4. Bagaimana penerapan scaffolding pada Zona of proximal development disekolah?
C. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui scaffolding dan Zona of proximal development
2. Memahami latar belakang peserta didik
3. Memahami deskripsi mata pelajaran yang di gunakan
4. Memahami penerapan scaffolding dan Zona of proximal development di sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Scaffolding dan Zone of Proximal Development (ZPD)
1. Konsep Scaffolding
Tingkatan pengetahuan atau pengetahuan berjenjang disebut sebagai Scaffolding.
Scaffolding berarti memberikan kepada individu sejumlah besar bantuan selama
bertahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan
memberikan kesempatan kepada anak didik tersebut untuk mengambil alih tanggung
jawab yang semakin besar, segera setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang
diberikan oleh pembelajar (guru) dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upanyanya
memecahkan permasalahan, yaitu
(1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik,
(2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan,
(3) siswa gagal meraih keberhasilan.
Scaffolding berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya
mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke
jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum (Trianto, 2007). Scaffolding merupakan
bantuan kepada siswa secara terstruktur pada awal pembelajaran dan kemudian secara
bertahap mengaktifkan siswa untuk belajar mandiri. Menurut Bruner dalam Mamin
(2008), Scaffolding sebagai suatu proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan
masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari seorang
guru atau orang lain yang memiliki kemampuan yang lebih dan menurut Kozulin dan
Presseisen dalam Mamin (2008) Scaffolding (mediated learning) yaitu siswa seharusnya
diberi tugas-tugas kompleks, sulit tetapi sistematik dan selanjutnya siswa diberi bantuan
untuk menyelesaikannya. Bukan sebaliknya yaitu sistem belajar sebagian-sebagian,
sedikit demi sedikit atau komponen demi komponen dari suatu tugas kompleks.
Scaffolding sebagai bantuan atau support kepada seorang anak dari seseorang yang lebih
dewasa atau lebih kompeten dengan maksud agar siswa mampu mengerjakan tugas-
tugas atau soal-soal yang lebih tinggi tingkat kerumitannya daripada tingkat
perkembangan kognitif yang aktual dari anak yang bersangkutan.
Scaffolding merupakan praktik yang berdasarkan pada konsep Vygotsky tentang zona of
proximal development (zona perkembangan terdekat). Menurut Vygotsky, siswa
mempunyai dua tingkat perkembangan yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Tingkat perkembangan didefinisikan sebagai pemungsian
intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk belajar sesuatu yang khusus atas
kemampuannya sendiri. Individual juga mempunyai tingkat perkembangan, dimana
Vygotsky mendefinisikan sebagai tingkat seorang individu dapat memfungsikan atau
mencapai tingkat itu dengan bantuan orang lain seperti guru, orang tua atau teman
sejawat yang kemampuannya lebih tinggi.
2. Konsep Zona Of Proximal Development (ZPD)
Zona antar tingkat perkembangan aktual siswa dan tingkat perkembangan aktual siswa
disebut zona perkembangan terdekat (zona of proximal development). Zona
perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat
perkembangan saat ini. Perkembangan pembentukan (Scaffolding), peran interaksi sosial
mendominasi pembentukan mental siswa dimana guru dapat berfungsi sebagai pengingat
dan mendukung siswa dalam mendapatkan mental yang lebih tinggi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa Parson dalam Mami (2008).
Zona of proximal development adalah daerah antar tingkat perkembangan yang
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah
bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Dalam hal ini,
perkembangan kognitif siswa ditandai dengan membandingkan kemampuan siswa
mengerjakan soal-soal yang lebih rumit dengan cara siswa mendapat bantuan,
bimbingan, dorongan maupun motivasi (scaffolding) dengan perkembangan kognitif
siswa yang mengerjakan soal tanpa adanya bimbingan. Berikut akan diuraikan secara
teoritis pengajaran scaffolding yang dimaksud.
Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan
sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara
mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan
teman sejawat yang lebih mampu. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan
kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Scaffolding merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik untuk belajar dan memecahkan masalah. Bantuan
tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, dan tindakan-tindakan lain yang
memungkinkan peserta didik itu belajar mandiri.
Sumbangan penting teori Vygotsky adalah penekanan pada hakikat pembelajaran
sosiokultural. Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan
eksternal dari pembelajaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembelajaran.
Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial
masingmasing individu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa
pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu
berada dalam zona of proximal mereka . Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila
seseorang terlibat secara sosial dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan serta
pengalaman. Pembentukan makna adalah dialog antar pribadi. Dalam hal ini pembelajar
(guru) tidak hanya memerlukan akses pengalaman fisik tetapi juga interaksi dengan
pengalaman yang dimiliki oleh individu lain.
Keuntungan pembelajaran Scaffolding menurut Bonsfold, Brown dalam Mamin (2008),
yaitu:
1. Memotivasi dan mengaitkan minat siswa dengan tugas belajar.
2. Menyederhanakan tugas belajar sehingga bias lebih terkelola dan bisa dicapai oleh
siswa.
3. Memberi petunjuk untuk membantu anak berfokus pada pencapaian tujuan.
4. Secara jelas menunjukkan perbedaan antara pekerjaan anak dan solusi standar atau
yang diharapkan.
5. Mengurangi frustasi atau resiko.
6. Memberi model dan mendefenisikan dengan jelas harapan mengenai aktivitas yang
akan dilakukan.
Dengan melatih seorang anak menggunakan pikirannya, yang paling penting untuk
diwaspadai adalah apa yang disebut gagasan yang lamban (inert ideas) yaitu gagasan
yang diterima begitu saja ke dalam pikiran tanpa dipergunakan/dicoba, digabungkan ke
dalam kombinasi yang baru.Menurut Elaine dalam cahyono (2010) biarkan gagasan
utama diperkenalkan kepada anak sedikit saja, tetapi yang penting, biarkan gagasan
tersebut digabungkan menjadi beragam kombinasi yang mungkin. Si anak harus
menjadikan gagasan tersebut menjadi miliknya sendiri dan harus paham bagaimana
menerapkan dalam kehidupan nyata
Secara operasional, strategi pembelajaran Scaffolding dapat ditempuh melalui tahapan-
tahapan berikut:
1. Asessmen kemampuan dan taraf perkembangan setiap siswa untuk menentukan
Zone of Proximal Development (ZPD).
2. Menjabarkan tugas pemecahan masalah ke dalam tahap-tahap yang rinsi sehingga
dapat membantu siswa melihat zona yang akan diskafold.
3. Menyajikan tugas belajar secara berjenjang sesuai taraf perkembangan siswa. Ini
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui penjelasan, peringatan,
dorongan (motivasi), penguraian masalah ke dalam langkah pemecahan, dan
pemberian contoh (modelling).
4. Mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri.
5. Memberikan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata (minders),
dorongan, contoh atau hal lain yang dapat memancing siswa bergerak ke arah
kemandirian belajar dalam pengarahan diri.
Strategi pembelajaran Scaffolding ditempuh sebagai berikut:
1. Mencapai persetujuan dan menetapkan fokus belajar
2. Mengecek hasil belajar sebelumnya (prior learning)
Dalam hal ini kita menentukan zona of proximal development atau level perkembangan
berikut di atas level perkembangan saat kini untuk masing-masing siswa. Siswa
kemudian dikelompokkan menurut level perkembangan awal yang dimiliki dan atau
membutuhkan zona of proximal development yang relatif sama. Siswa dengan zona of
proximal development jauh berbda dengan kemajuan rata-rata kelas dapat diberi
perhatian khusus.
3. Merancang tugas-tugas belajar (aktifitas belajar Scaffolding)
a) a Menjabarkan tugas-tugas dengan memberikan pemecahan masalah ke dalam
tahap-tahap yang rinci sehingga dapat membantu siswa melihat zona atau
sasaran tugas yang diharapkan akan mereka lakukan.
b) b Menyajikan tugas belajar secara berjenjang sesuai taraf perkembangan siswa.
Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti penjelasan, peringatan,
dorongan (motivasi), penguraian masalah ke dalam langkah pemecahan dan
pemberian contoh (modelling).
4. Memantau dan memediasi aktifitas belajar
a) Mendorong siswa untuk bekerja dan belajar diskusi dengan pemberian dukungan
sepenuhnya, kemudian secara bertahap guru mengurangi dukungan langsungnya
dan membiarkan siswa menyelesaikan tugas mandiri.
b) Memberikan dukungan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata
(reminders), dorongan, contoh atau hal lain yang dapat memnacing siswa ke arah
kemandirian belajar dan pengarahan diri.
5. Mengecek dan mengevaluasi belajar
a) Hasil belajar yang dicapai, bagaimana kemajuan belajar tiap siswa
b) Proses belajar yang digunakan, apakah siswa tergerak ke arah kemandirian dan
pengaturan diri dalam belajar (Depdiknas, 2006).
B. Latar Belakang Kelas
Latar belakang kelas yang ada di SMKN 4 Bandar Lampung dilatarbelakangi dengan
keberagaman. Peserta didik yang berada di setiap kelas memiliki keberagaman dalam hal
sosial budaya dan ekonomi yang berbeda. Meskipun SMKN 4 Bandarlampung
merupakan sekolah negeri, namun peserta didik yang bersekolah di SMKN4
Bandarlampung tidak di tentukan oleh domisili tempat tinggal mereka, melainkan
berdasarkan minat, bakat dan hasi dari tes yang dilaksanakan ketika awal masuk ke
sekolah.
Peserta didik yang berada didalam kelas sudah memiliki kemampuan awal dalam bidang
kejuruan yang mereka pilih dan mereka minati. Namun meskipun begitu peserta didik
yang ada didalam kelas kurang memiliki pengetahuan awal terhadap mata pelajaran
umum seperti mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Hal ini
dikarenakan peserta didik lebih fokus untuk mempelajari materi kejuruan daripada materi
pelajaran umum. Selain itu peserta didik juga menganggap bahwa mata pelajaran umum
merupakan mata pelajaran yang kurang penting untuk mereka.
Dalam hal sosial rata-rata peserta didik didalam kelas tidak terlalu memiliki perbedaan
yang terlalu jauh, karena taraf ekonomi mereka mayoritas sama. Peserta didik yang
bersekolah di SMKN 4 Bandarlampung juga memiliki keberagaman dalam hal budaya,
dimana peserta didik yang bersekolah di SMKN 4 Bandar lampung ada yang bersuku
jawa, sunda, batak, bali dll sehingga di setiap kelas tidak ada suatu suku yang
mendominasi. Untuk agama pun di setiap kelas beragam sehingga munculah toleransi
antar satu peserta didik dengan yang lainnya.
SMKN 4 Bandar Lampung memiliki sepuluh kejuruan yaitu Akuntansi dan Keuangan
Lembaga, Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis, Pemasaran, Usaha Layanan
Pariwisata, Perhotelan, Teknik Jaringan Komputer dan Telekomunikasi, Pengembangan
Perangkat Lunak dan Gim, Desain Komunikasi Visual, Kuliner dan Busana. Setiap kelas
di setiap kejuruan memiliki latar belakang yang berbeda dan juga beragam. Disetiap kelas
di SMKN 4 Bandar Lampung memiliki karakteristik kelas yang berbeda-beda. Biasanya
peserta didik di kejuruan pemasaran mereka lebih aktif dalam berbicara sehingga untuk
melakukan diskusi di kelas tersebut sangatlah mudah. Berbeda dengan kelas Teknik
Jaringan Komputer dimana mereka lebih suka mengkonstruksikan sesuatu, sehingga
didalam pembelajaran mereka lebih suka di berikan tugas projek.
C. Deskripsi Mata Pelajaran
Dekripsi mata Pelajaran PPKn pada Kurikulum Merdeka membahas mengenai 4 materi pokok
pilar kebangsaan Indonesia yaitu pancasila, UUD 1945, bhenika tunggal ika, dan NKRI. Pada
jenjang SMA kelas X Unit yang dipelajari adalah :
1. Pancasila
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan ide-ologi negara. Oleh
karena itu, peserta didik mengkaji secara kritis makna dan nilai-nilai Pancasila, proses
perumusan Pancasila, imple-mentasi Pancasila dari masa ke masa, serta reaktualisasi
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan ke-seharian secara individual sesuai
dengan fase perkembangan pe-serta didik, dan secara kolektif dalam beragam kegiatan
kelompok dengan membangun kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan
penerapan Pancasila tersebut, peserta didik terus mengem-bangkan potensinya sebagai
kualitas personal yang bermanfaat dalam kehidupannya, dengan mengupayakan
memberi bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan di masyarakat yang lebih
luas dalam konteks Indonesia dan kehidupan global.
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengkaji secara kritis dan analitis konstitusi dan perwujudan norma yang berlaku,
mulai dari lingkup terkecil (keluarga dan masyarakat sampai pada lingkup negara dan
global. Dengan demikian, peserta didik dapat mengetahui serta mempraktikkan hak dan
kewajibannya baik sebagai manusia, bangsa Indonesia, maupun sebagai warga negara
Indonesia dan dunia, termasuk menyuarakan secara kritik terhadap pelanggaran hak
asasi manusia. Dengan mempraktikkan sistem musyawarah dari lingkup kelas, sekolah,
dan keluarga, peserta didik menyadari dan menjadikan musyawarah sebagai pilihan
penting dalam mengambil keputusan, menjaga persatuan, dan kehidupan yang
demokratis. Peserta didik dapat menganalisis konstitusi dan hubungan antar regulasi
yang berlaku, sehingga segala peraturan perundang-undangan dapat diterapkan secara
kontekstual dan aktual.
3. Bhenika Tunggal Ika
Peserta didik mengenali dan menunjukkan rasa bangga terhadap jati dirinya sebagai
anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila, sikap hormat kepada bangsa yang
beragam, serta memahami dirinya menjadi bagian dari warga dunia. Peserta didik dapat
menanggapi secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan
masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik. Peserta didik
juga menerima adanya kebinekaan bangsa Indonesia, baik dari segi suku, ras, bahasa,
agama, dan kelompok sosial. Terhadap kebinekaan tersebut, peserta didik dapat
bersikap adil dan menyadari bahwa dirinya setara dengan yang lain, sehingga ia tidak
membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA. Terhadap ke- binekaan itu, peserta didik
juga dapat memiliki sikap tenggang rasa, penghargaan, toleransi, dan cinta damai
sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta didik secara aktif
mempromosikan kebinekaan, mempertautkan kearifan lokal dengan budaya global,
serta mendahulukan produk dalam negeri.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dengan mengkaji karakteristik bangsa Indonesia, sejarah kemerdekaan Indonesia serta
kearifan lokal masyarakat sekitarnya, peserta didik mulai mengenali bahwa dirinya
adalah bagian dari lingkungan sekitarnya, sehingga muncul kesadaran untuk menjaga
lingkungan sekitarnya agar tetap nyaman. Bermula dari kepedulian untuk
mempertahankan lingkungan sekitarnya yang nyaman, peserta didik dapat
mengembangkan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu negara, sehingga dapat
berperan dalam mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan menumbuh kembangkan jiwa kebangsaan akan hak dan kewajiban
bela negara sebagai suatu kehormatan dan kebanggaan. Peserta didik dapat mengkaji
secara kritis sebagai bagian dari sistem keamanan dan pertahanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, serta berperan aktif dalam kancah global.
Sementara Tujuan Mata Pelajaran PPKn nya adalah Setelah mempelajari mata pelajran
PPKn, peserta didik dapat:
1) Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa melalui sikap mencintai sesama manusia dan lingkungannya serta
menghargai kebinekaan untuk mewujudkan keadilan sosial;
2) Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya sebagai
dasar negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi negara melalui kajian
kritis terhadap nilai dan kearifan luhur bangsa Indonesia sebagai pedoman dan
perspektif dalam berinteraksi dengan masyarakat global, serta mempraktikkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah, rumah,
masyarakat sekitar, maupun dalam konteks yang lebih luas;
3) Menganalisis secara kritis konstitusi dan norma yang berlaku, serta
menyelaraskan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat global;
4) Memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang berbineka,
mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA,
serta memiliki sikap toleransi, penghargaan, dan cinta damai sebagai bagian
dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan; dan
5) Menganalisis secara cerdas karakteristik bangsa Indonesia, sejarah
kemerdekaan Indonesia dan kearifan lokal masyarakat sekitarnya, dengan
kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya dan mempertahankan
keutuhan wilayah NKRI serta berperan aktif dalam kancah global.
D. Hasil Observasi
Dalam penerapan scaffolding di SMKN 4 Bandar Lampung yang dilakukan oleh guru
dengan menggunakan ZPD dalam mata pelajaran PPKN kela X dengan materi
perundungan di sekolah.
Dalam pembelajaran tujuanya adalah peserta didk mampu memahami bahwasanya efek
dari perudungan ini sangat banyak hingga mengakibaktan kematian untuk hal terburuk,
sehingga peserta didk dapat mampu untuk tidak melakukan perundungan dan saling
mengharagi orang lain.
1. Kegiatan Awal
b. Guru menyapa siswa.
c. Guru menetapkan fokus belajar.
d. Guru mengecek hasil belajar sebelumnya untuk menentukan zona of
proximal development. Misalnya,guru memberikan prior-learning
mengenai materi yang akan dibahas.
e. Guru membagi kelompok berdasarkan level perkembangan awal yang
dimiliki siswa yang diketahui dari hasil pengecekan sebelumnya.
2. Kegiatan inti
a. Guru memperkenalkan pembelajaran dengan teknik scaffolding kepada
siswa dan menjelaskan teknik pelaksanaannya.
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
c. Guru menjabarkan tugas-tugas mengenai materi yang akan dibahas.
d. Guru menyajikan tugas belajar secara berjenjang dengan tetap
memberikan penjelasan, peringatan, dorongan serta penguraian masalah
ke dalam langkah pemecahan.
e. Guru mengurangi dukungan atau bantuan tersebut dan membiarkan
siswa menyelesaikan tugas tersebut secara mandiri.
f. Guru tetap memberikan perhatian lebih pada siswa yang memiliki ZPD
di bawah rata-rata dan guru meminta siswa yang paham untuk
membantu siswa yang kurang paham.
g. Guru meminta siswa secara individu untuk mempresentasikan hasil
kerjanya didepan.
h. Setiap tahapan proses penelitian ini, guru tetap memperhatikan dan
menilai setiap usaha siswa dalam berpikir dan menilai kemampuan
representasinya
3. Kegiatan Penutup
a. Guru mengecek hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa.
b. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dibahas
c. Guru menutup kelas dengan memberi arahan kepada peserta didik.
Setelah melihat dan melakukan observasi mengenai kegiatan guru dalam penerapan
scaffoalding pada Zone of Proximal Development. Dalam proses penerapan dalam
pembelajaranya banyak factor yang dapat mempengaaruhi sebuah proses pembelajaran
apalagi dalam mengembangankan kemampuan peserta didik. Seorang guru harus
memahami latar belakang seorang peserta didik, dari mulai latar belakang kelas,
lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial kultur dari peserta didik. Di SMKN 4 Bandar
Lampung memiliki latar belakang sekolah yang mayoritas peserta didik adalah memiliki
keterampilan tersendiri dan langsung memilih jurusan yang dinginkan karena tujuan
peserta didik setelah lulus dari SMK mereka akan Bekerja, sehingga dalam sekolah sudah
mengajarkan dan mempersiapkan peserta didik untuk siap turun ke dalam dunia
pekerjaan hal ini juga dilihat dalam segi ekonomi karena mayoritas perekonomian
rendah dan menengah maka kebanyakan peserta didik tidakk lanjut kuliah.
Kemudian dalam deskripsi mata pelajaran PPKN peserta didik di ajarkan untuk
Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa melalui sikap mencintai sesama manusia dan lingkungannya serta menghargai
kebinekaan untuk mewujudkan keadilan sosial, yang berarti seorang pendidik harus
mampu memberikan dorongan kepada peserta didik untuk memahai konsep dari tujuan
berakhalk mulia yang dimana hasilnya peserta didik mampu berprilaku adi di dalam
kehidupanya baik di sekolah maupun di likungan masyarakt.
Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya sebagai dasar
negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi negara melalui kajian kritis terhadap nilai
dan kearifan luhur bangsa Indonesia sebagai pedoman dan perspektif dalam berinteraksi
dengan masyarakat global, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, baik di sekolah, rumah, masyarakat sekitar, maupun dalam konteks yang
lebih luas. Menganalisis secara kritis konstitusi dan norma yang berlaku, serta
menyelaraskan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di tengah masyarakat global;Memahami jati dirinya sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang berbineka, mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan jenis
kelamin dan SARA, serta memiliki sikap toleransi, penghargaan, dan cinta damai sebagai
bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan; dan Menganalisis secara cerdas
karakteristik bangsa Indonesia, sejarah kemerdekaan Indonesia dan kearifan lokal
masyarakat sekitarnya, dengan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya dan
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta berperan aktif dalam kancah global.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melihat dan melakukan observasi mengenai kegiatan guru dalam penerapan
scaffoalding pada Zone of Proximal Development. Dalam proses penerapan dalam
pembelajaranya banyak factor yang dapat mempengaaruhi sebuah proses pembelajaran
apalagi dalam mengembangankan kemampuan peserta didik. Seorang guru harus
memahami latar belakang seorang peserta didik, dari mulai latar belakang kelas,
lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial kultur dari peserta didik. Di SMKN 4 Bandar
Lampung memiliki latar belakang sekolah yang mayoritas peserta didik adalah memiliki
keterampilan tersendiri dan langsung memilih jurusan yang dinginkan karena tujuan
peserta didik setelah lulus dari SMK mereka akan Bekerja, sehingga dalam sekolah
sudah mengajarkan dan mempersiapkan peserta didik untuk siap turun ke dalam dunia
pekerjaan hal ini juga dilihat dalam segi ekonomi karena mayoritas perekonomian
rendah dan menengah maka kebanyakan peserta didik tidakk lanjut kuliah.
Kemudian dalam deskripsi mata pelajaran PPKN peserta didik di ajarkan untuk
Berakhlak mulia dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa melalui sikap mencintai sesama manusia dan lingkungannya serta menghargai
kebinekaan untuk mewujudkan keadilan sosial, yang berarti seorang pendidik harus
mampu memberikan dorongan kepada peserta didik untuk memahai konsep dari tujuan
berakhalk mulia yang dimana hasilnya peserta didik mampu berprilaku adi di dalam
kehidupanya baik di sekolah maupun di likungan masyarakt.
Memahami makna dan nilai-nilai Pancasila, serta proses perumusannya sebagai dasar
negara, pandangan hidup bangsa, dan ideologi negara melalui kajian kritis terhadap nilai
dan kearifan luhur bangsa Indonesia sebagai pedoman dan perspektif dalam berinteraksi
dengan masyarakat global, serta mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, baik di sekolah, rumah, masyarakat sekitar, maupun dalam konteks yang
lebih luas. Menganalisis secara kritis konstitusi dan norma yang berlaku, serta
menyelaraskan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di tengah masyarakat global;Memahami jati dirinya sebagai bagian dari
bangsa Indonesia yang berbineka, mampu bersikap adil dan tidak membeda-bedakan
jenis kelamin dan SARA, serta memiliki sikap toleransi, penghargaan, dan cinta damai
sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan; dan Menganalisis secara
cerdas karakteristik bangsa Indonesia, sejarah kemerdekaan Indonesia dan kearifan lokal
masyarakat sekitarnya, dengan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya dan
mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta berperan aktif dalam kancah global.
B. Saran
Dalam melaksanakan penerapan scaffolding pada Zona of Proximal Development masih
banyak yag perlu di kembangkan lagi, dengan mempelajari karakter peserta didik lagi
diharapkanya pendidk mampu mengelompokan peserta didik sesuai kemampuanya dan
memberikan pembelajaran sesuai kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Adi Nur. 2010. Vygotskian Perspective: Proses Scaffolding untuk mencapai Zone
of Proximal Development (ZPD) Peserta Didik dalam Pembelajaran Matematika.
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika Yogyakarta, 27
november 2010
Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan dan Universitas Negeri Makassar. 2006.
Pelatihan dan Back Stopping Model Pembelajaran Efektif Sekolah Menengah Atas
Unggulan di Sulawesi Selatan. Makalah. Universitas Negeri Makassar
Gazali, dkk. 2021. Buku Panduan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta
Pusat : Kemendikbud.
Mamin, Ratnawati. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Scaffolding Pada Pokok Bahasan
Sistem Periodik Unsur. Jurnal Chemica Vo/. 10 Nomor 2 Desember 2008, 55-60