KB 2
Interaksi Sosial
Tujuan pembelajaran
Memahami pengetahuan sosiologi tentang interaksi sosial
Pokok – Pokok Materi:
Interaksi sosial; Bentuk-bentuk interaksi sosial; Faktor-faktor interaksi sosial, Syarat-syarat
terjadinya interaksi sosial;
Peta Konsep:
‘
Interaksi Sosial
Pengertian Interaksi Syarat-syarat Faktor –faktor Interaksi Bentuk-bentuk interaksi
Kontak Sosial Simpati
Pola Hubungan Komunikasi Sugesti Asosiatif Disasosiatif
Identifikasi
Individu Simpati Kerja sama Kompetisi
Kelompok Akomodasi Kontovers
Masyarakat Asimilasi Pertikaian
Untuk mencapai Konflik
tujuan tertentu
1. Pendahuluan
Sejak lahir inividu pasti membutuhkan individu lainya untuk bertahan hidup. Hal ini tidak
lepas bahwa manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, atau seperti yang dikatakan oleh Aristoteles
bahwa manusia dikatakan “zoon politicon” yang berarti binatang yang hidup bermasyarakat.
Aristoteles menjelaskan bahwa kodrat dasar manusia adalah hidup bersama dalam masyarakat dan
saling berinteraksi. Hal ini tentunya berbeda dengan hewan. Maka kemudian populerlah manusia
merupakan mahluk sosial, dimana keberadaan individu terkait erat dengan individu lainnya dalam
menjalankan kehidupan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Dalam keluarga setiap waktu kita selalu berhubungan dengan bapak, ibu, kakak adik dan
saudara-saudara kita. Demikian pula setelah beranjak dewasa dan membentuk rumah tangga
sendiri, dapat dipastikan setiap waktu menjalin hubungan dengan istri atau suami, berinteraksi
dengan dengan anak-anak, bahkan dengan pekerja rumah tangga. Pengetahuan tentang interaksi
sosialakan membantu kita memahami beragam pola perilaku dalam hubungan antar-manusia.
Saat kelahiran anak di dunia sampai dengan kematiannya, orang tua mulai berhubungan
dengan petugas kesehatan (dokter, bidan, perawat, apoteker) untuk membantu proses kelahiran,
dan berhubungan dengan seorang petugas pemerintah dari kelurahan, kecamatan dan Dinas
Catatan Sipil untuk memperoleh akta kelahiran. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidup, misalnya sarapan pagi, makan siang, ataupun makan malam, kita melakukan hubungan
dengan banyak individu untuk menjadikan berbagai jenis makanan sampai di tangan kita. Dari
seorang petani yang menanam berbagai tanaman, padi, sayuran, peternak, sampai dengan distribusi
(penyalur) hasil-hasil produk pertanian, yang kemudian diolah oleh orang yang berbeda sehingga
menjadi makanan, seandainya kita dapat membuat makanan sendiri maka kita akan berhubungan
dengan penjual berbagai bahan makanan. Hubungan antar-individu terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Bentuk hubungan di dalam keluarga berbeda dengan hubungan dengan pihak lain di
luar keluarga. Konsep-konsep interaksi sosial akan membantu untuk mempelajari baerbagai
fenomena sosial dalam kehidupan sosial.
Materi ini diawal dari pengertian interaksi sosial. Selanjutnya akan dibahas topik tentang
syarat terjadinya interaksi sosial, diakhiri dengan pembahasan tentang aturan-aturan Pembahasan
materi ini akan kita mulai dengan mempelajari pengertian interaksi sosial, kemudian kita lanjutkan
dengan pembahasan mengenai syarat-syarat bagi terjadinya interaksi sosial; aturan-aturan yag
membatasi bentuk interaksi sosial; dan diakhiri dengan bentuk-bentuk interaksi sosial. Ada dua
bentuk interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan disosiatif.
Pengetahuan tentang interaksi sosial ini akan sangat membantu kita untuk memahami
berbagai pola perilaku dalam hubungan antar manusia. Perilaku setiap individu tidak terlepas dari
bagaiamana nilai-nilai budaya mempengaruhi tingkah lakunya. Sebelum menerapkan norma
sebagai aturan kita untuk orang lain, terlebih dahulu dibutuhkan pemahaman tentang nilai-nilai
budaya yang dianut. Pengetahuan juga memiliki fungsi membantu memahami mengapa seseorang
dalam berinteraksi menggunakan simbol-simbol tertentu. Pada akhirnya, pengetahuan tentang
interaksi ini akan membantu kita dalam melakukan hubungan dengan mereka yang berlatar
belakang etnis sama maupun berbeda. Untuk dapat menjelaskan konsep interaksi sosial, terlebih
dahulu anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian dari interaksi sosial; bentuk-bentuk
interaksi sosial; faktor-faktor interaksi sosial; aspek interaksi; syarat-syarat terjadinya interaksi
sosial; tahapan dalam interaksi sosial; dan pendekatan interaksi simbolik dramaturgi.
A. Pengertian Interaksi
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan yang terjadi antar-individu, antara
individu dengan, dan antar-kelompok (Soekanto, 2002). Hal ini berarti interaksi dapat berubah
sesuai dengan situasi sosial tempat hubungan tersebut terjadi. Keterlibatan orang lain atau
kelompok lain dalam interaksi juga dapat menyebabkan terjadi perubahan interaksi. Pada
ilustrasi di atas melihat hubungan yang dilakukan seseorang dari keluarga, petugas kesehatan,
pegawai Capil (Pemerintah Daerah) dengan pedagang, teman sekerjanya yang terjadi dalam
rentang waktu tertentu. Kita pun setiap hari berhubungan dengan keluarga dan rekan kerja,
malamnya berhubungan dengan tetangga atau teman-teman penggemar band Koes Plus.
Ada banyak simbol yang digunakan dalam komunikasi. Simbol adalah setiap gerak,
atau konsep yang mewakili menandai atau mengungkap sesuatu yang lain (Abercrombie, Hill,
Turner,2010, hal566) Hal ini menunjukkan bahwa makna diberikan kepada simbol oleh
kelompok yang menggunakannya. Sebagai contoh adalah makna yang diberikan kepada warna
tertentu. Warna merah pada bendera pusaka Indonesia berarti berani. Warna putih berarti suci.
Makna tersebut hanya disepakati oleh bangsa Indonesia, sehingga tidak berlaku untuk bangsa
lain.
Makna dilekatkan kepada suatu obyek oleh mereka yang menggunakan obyek tersebut
sebagai simbol. Namun demikian, tidak ada kaitan logis dan kausalistik antara obyek simbolik
dengan makna yang disematkan kepadanya. Jadi, kaitan antara obyek simbolik dengan makna
boleh dikatakan bersifat semena-mena. Kembali kepada contoh bendera merah – putih di atas,
kita tidak akan dapat menemukan unsur keberanian pada warna merah. Interaksi dapat
mengalami gangguan apabila terdapat ketidaktahuan seseorang atau sekelompok orang dalam
suatu masyarakat akan makna dari simbol tertentu.
Lalu, bagaimana cara komunitas memberikan makna kepada sesuatu? Interaksi sosial
melahirkan makna. Terjadi semacam kesepakatan di dalam suatu kelompok tentang makna
dari simbol-simbol tertentu. Untuk memahami makna dalam proses interaksi kita bisa
memahami penjelasan Herbert Blumer mengenai proses interaksi sosial. Interaksi, menurut
Blumer, pada dasarna adalah pertukaran makna antar-individu. Individu saling menyapa,
berjabat tangan, berkumpul, atau bertukar pikiran karena masing-masing saling memahami
makna dari setiap ucapan, gerak tubuh, raut muka, dan hal-hal lain yang melekat ada diri
individu.
Makna dapat berubah. Sebagai contoh KKN. Makna asli KKN adalah singkatan dari Kuliah
Kerja Nyata, yaitu sistem perkuliahan yang dilaksanakan oleh mahasiswa dalam waktu tertentu
dan berlokasi didaerah tertentu. Kini KKN memiliki kepanjangan berbeda, yaitu Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme. Perubahan makna berlangsung melalui proses penafsiran yang
dilakukan orang ketika menjumpai krisis multi demensi. Proses tersebut itu disebut dengan
interpretative process (Sunarto, 2000).
B. Tahap- Tahap Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi dapat membentuk dan mengubah suatu makna. Tahap-tahap interaksi sosial
dijabarkan pada pemaparan berikut.
1. Kontak Sosial
Secara etimologis, kontak berasal dari dua kata dari Bahasa Latin, yaitu Con atau
Cum dan Tango. Con atau cum berarti bersama-sama. Tango berarti menyentuh. Dengan
demikian, secara harafiah kontak berarti “menyentuh bersama-sama”. Sungguhpun
demikian, dalam konteks hubungan sosial, pertemuan secara fisik bukan merupakan syarat
mutlak (Soekanto, 2002). Kontak dapat dilakukan tanpa harus berjumpa secara langsung
dengan individu yang lain. Teknologi komunikasi dapat memperantarai perjumpaan
individu-individu. Sebagai contoh, telepon dapat mempermudah komunikasi yang tidak
terbatas ruang dan waktu.
2. Komunikasi
Mengapa orang perlu berkomunikasi? karena orang perlu menyampaikan sesuatu
baik pikiran maupun perasaan pada orang lain. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Charles
Cooley (1909) :
Yang dimaksud komunikasi adalah mekanisme dimana relasi manusia ada dan
berkembang melalui semua simbol pikiran, bersama dengan alat untuk
menyalurkan melalui ruang dan mempertahankan sepanjang waktu. Hal ini meliputi
ekspresi wajah, sikap dan gestur, nada suara, kata-kata, tulisan,cetakan, jalan kerta
api, telegram, telepon, dan apapun lainnya yang mungkin merupakan temuan
terbaru dalam penguasaan ruang dan waktu. (Winarso, 2005,hal15-16)
Komunikasi selalu digunakan bahasa atau pembicaraan, gerak tubuh atau sikap.
Komunikasi verbal menggunakan Bahasa. Komunikasi non-verbal dilakukan dengan
menggunakan anggota tubuh lain. (Soekanto, 2002). Pertanyaan yang muncul adalah
bagaimana dua bentuk komunikasi tersebut dapat dipahami. Pembicaraan antara individu
melibatkan kata-kata lisan maupun tertulis. Kadangkala jawaban atas suatu pernyataan kita
berikan dalam bentuk anggukan kepala, lambaian tangan, atau gerak isyarat lain. Suasana
hati dapat dibaca melalui ekspresi wajah, mata, dan perubahan rona muka. Dalam banyak
situasi, dalam berkomunikasi manusia melibatkan kombinasi aspek verbal dan non-verbal.
Kontak sosial dam komunikasi merupakan komponen penting dalam proses interaksi.
Makna akan hilang dengan sendirinya apabila kontak sosial yang terjadi tidak diiringi
dengan komunikasi.
C. Faktor-faktor Interaksi Sosial
Menurut Waters dan Crook, tindakan sosial adalah tindakan yang ditujukan
untuk orang lain (bukan dirinya sendiri ) dan membawa konsekuensi bagi tindakan orang
lain (ada hubungan timbal balik) (Usman, 2015). Ada empat faktor yang mendasar
interaksi sosial.
1. Imitasi
Gabriel Tarde beranggapan bahwa seluruh kehidupan sosial sebenarnya
ditopang oleh faktor imitasi. Peranan imitasi dalam interaksi sosial sangat
penting. Misalnya, dalam proses belajar berbicara, anak mengawalinya
dengan meniru dirinya sendiri, lalu meniru kata-kata orang-orang di
sekitarnya. Seorang anak dapat mengartikan kata-kata yang diucapkan
orang lain karena mendengarkan dan mengimitasi penggunaannya dari
lingkungan sekelilingnya. Proses yang sama juga terjadi dalam kemampuan
anak dalam mempraktikkan cara makan dan cara minum. Imitasi dapat
menginspirasi individu atau kelompok melakukan hal-hal negatif maupun
positif. Apabila perbuatan negatif dicontoh banyak orang, proses imitasi
dapat memunculkan kesalahan kolektif. Proses imitasi juga dapat
menimbulkan kebiasaan mengimitasi sesuatu tanpa kriti. Akhirnya, harus
dipahami bahwa imitasi bukan dasar pokok dari semua interaksi sosial
sebagaimana dikemukakan Gabriel Tarde. Imitasi hanyalah satu segi dari
proses interaksi sosial, yang dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
dan mengapa terdapat keseragaman pandangan dan tingkah laku pada
banyak individu.
2. Sugesti
Sugesti dan dan interaksi memiliki makna yang hampir sama. Perbedaannya
adalah imitasi dilakukan dengan meniru orang lain, sementara itu dalam
sugesti individu menyampaikan gagasan yang lalu diterima orang lain. Ciri
yang menonjol dari sugesti adalah bahwa individu menerima suatu cara
pandang atau tingkah laku orang lain tanpa pernah bersikap kritis. Sugesti
lebih mudah terjadi karena (a) hambatan berpikir; (b) keadaan pikiran
terpecah-pecah (disosiasi); (c) otoritas atau prestis; (d) mayoritas; dan (e )
kehendak untuk percaya. Hambatan berpikir terkait dengan kemampuan
seseorang untuk dapat bersikap dan berpikir kritis. Kadangkala orang
berkurang kemampuan berpikirnya karena sudah lelah berpikir atau
mengalami rangsangan-rangsangan emosional. Disosiasi terjadi apabila
pemikiran orang terpecah-belah, mungkin karena beratnya persoalan hidup,
atau karena banyaknya hal yang dipikirkan pada waktu yang besamaan.
Suasana hati yang bingung lebih memudahkan masuknya sugesti tentang
jalan keluar dari kesulitan Otoritas atau prestis dapat mempermudah sugesti
karena individu cenderung menerima pandangan atau sikap hidup dari
orang-orang yang dianggap memiliki keahlian pada bidangnya. Mayoritas
juga dapat memberikan sugesti karena terdapat kecenderungan orang
mengikuti pandangan mayoritas orang. Keinginan untuk percaya, atau ”will
to believe, dapat mendorong terjadinya sugesti karena pada dasarnya orang-
orang telah menerima pandangan tersebut, namun hal tersebut dilakukan
secara diam-diam. Isi sugesti akan cenderung bertahan lama karena dari diri
individu telah terdapat kesediaan untuk lebih sadar dan yakin akan hal-hal
disugesti tersebut (Setiadi dan Kolip, 2011,hal,68-69).
3. Identifikasi.
Identifikasi merupakan istilah psikologi yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud. Proses identifikasi sesorang menyadari bahwa dalam kehidupan
terdapat norma-norma dan peraturan-peraturan yang perlu dipepelajarinya.
Pendididikan oleh orang tuanya yang menghargai tingkah yaang
mendorong untuk memenuhi cita-cita yang diharapkan dan menghukum
tingkah laku yang melanggar norma-normanya. Lambat laun anak dalam
keluarga dapat memperoleh pengetahuan mengenai apa yang disebut
perbuatan yang baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak baik melalui
pola pendidikan yang dilakukan oleh orangtuanya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama)
dengan seorang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak dan tidak hanya
merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang secara lahiriah saja, tetapi
justru secara batin. Artinyaanak itu secara tidak sadar mengambil alih sikap-sikap orangtua
yang diidentifikasinya yang dapat ia pahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah
lakunya sejauh kemampuan yang ada pada diri anak. Sebenarnya, manusia ketika ia masih
kekurangan akan norma-norma, sikap-sikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah
laku dalam bermacam-macam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi
kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia masih
kekurangan pegangan. Manusia itu terus-menerus melengkapi sistem norma dan cita-
citanya itu, terutama dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan dalam situasi
kehidupannya serba ragam. Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan
orang tempat identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada ikatan
antara orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya. Selain itu, imitasi dapat
berlangsung antara orang-orang yang tidak saling kenal, sedangkan orang tempat kita
mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu dengan cukup teliti (dengan perasaan) sebelum
kita mengidentifikasi diri dengan dirinya, yang bukan merupakan proses rasional dan sadar,
melainkan irasional dan berlangsung di bawah alam kesadaran kita. ( Gerungan, 1987, hal
52 )
(4) Faktor Simpati
Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertarikseseorang terhadap orang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional melainkan berdasar pada penilaian
perasaan sebagaimana proses identifikasi. Namun demikian berbeda dengan
identifikasi, timbulnya simpati itu merupakan proses yang sadar bagi manusia yang
merasa
simpati terhadap orang lain. Peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan
antara dua orang atau lebih. Simpati dapat pula berkembang perlahan-lahan di samping
simpati yang timbul dengan tiba-tiba.
Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Namun dalam
hal simpati yang timbal-balik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama di mana
seseorang ingin lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa
berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan dalam hal
identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu menghormati dan menjunjung
tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain itu dianggapnya sebagai
ideal.
Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja
sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin
mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya
sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara dua atau
lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki bahwa yang satu
ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang dikaguminya. Simpati bermaksud
kerja sama, identifikasi bermaksud belajar.
D. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Apakah anda pernah mengalami proses interaksi sosial? Proses interaksi sosial tidak
terlepas dari bentuk interaksi sosial yang menyertainya. Proses ini disatu sisi menuju proses
asosiatif yang artinya interaksi sosial mengarah pada persatuan dan disi lain bentuk interaksi
sosial menuju proses disasosiatif atau proses yang menuju ke arah perpecahan.
1. Proses Sosial Asosiatif
Gambar 1 : Kerjasama Kelompok atau Kelembagaan
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar di atas merupakan suatu bentuk interaksi yang terkait dengan proses asosiatif,
dimana sedang melakukan rapat koordinasi membahas kerjasama dalam hal Kuliah Kerja
Nyata(KKN) antara Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tingggi yang melibatkan Bappeda,
para Camat, Kepala Desa yang bertujuan untuk membahas kegiatan Kuliah Kerja Nyata untuk
mencapai kesepahaman agar pelaksanaan KKN dapat berjalan sesuai dengan pengabdian
masyarakat dan melaksanakan program- program pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat.
a. Kooperasi (Cooperation)
Apakah yang dimaksud dengan kooperasi ? Kooperasi berasal dari co yang berarti
bersama sama dan operani yang berarti bekerja. Kooperasi dengan demikian berarti
bekerja sama. Keberadaan kooperasi timbul apabila seseorang menyadari bahwa mereka
mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan dalam waktu yang bersamaan
mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya kepentingan yang sama dan
organisasi merupakan fakta yang penting dalam memanfaatkan kerja sama. (Charlos
Horton Cooley )
Sebagaimanapada gambar 1 di atas, jalininan suatu kerjasamabaik itu, kelompok,
lembaga, atau individu terlebih dahulu melihat apakah ada
tujuan yang bisa dicapai dengan kepentingan bersama? Kebutuhan kerjasama antara
Pemerintah Daerah dengan Perguruan Tinggi dalam rangka kuliah Kerja Nyata (KKN),
bagi Pemerintah Daerah KKN bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan di
masyarakat di desa, sedangkan bagi peguruan tinggi khususnya mahasiswa dapat belajar
realitas sosial dan pengabdian pada masyarakat sesuai Tri Darma perguruan tinggi.
Bentuk – bentuk kerjasama dapat dijumpai dalam masyarakat manapun. Kerjasama
dapat dijumpai dalam lingkungan keluarga, komunitas, Rukun Tetangga, Rukun Warga.
Pertama, kerjasama dalam masyarakat tradisional yang bersifat spontan. Proses kooperasi
tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Misalnya, ketika terjadi berbagai bencana di
tanah air, banyak individu atau kelompok/organisasi bahu membahu bergotong royong
untuk mengatasi bencana tersebut, Kedua, kerjasama langsungyaitu kerjasama atas dasar
adanya perintah atasan atau penguasa. Contohnya sebagaimana gambar 1. Jalur hierarki
kekuasaan dalam suatu organisasi antara Perguruan Tinggi bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah serta Pemerintah Desa atau suatu komunitas akan secara langsung
membentuk kerja sama dalam rangka mencapai tujuan kedua lembaga. Ketiga kerjasama
kontrak yaitu kerjasama yang terjadi atas dasar tujuan tertentu. Contohnya kerjasama
antara Perguruan Tinggi dengan Pemerintah Daerah tentang pembuatan naskah akademik
rancangan peraturan daerah yang dibentuk berdasarkan suatu kesepakatan yang mengatur
kewajiban dan hak setiap individu yang terlibat. Keempat, kerjasama tradisional
merupakan bagian atau unsur dari sistem sosial. Misalnya masyarakat desa mengadakan
upacara nyadran.
Gambar 2 : Upacara Nyadran bentuk kerjasama tradisional
Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/05/17/nyadran-tradisi-unik
Misalnya gambar 2 mengilustrasikan bentuk kerjasama yang bersifat tradisioanal
yaitu peringatan Nyadran menjadi acara sistem tradisi yang penting bagi masyarakat
Jawa dan hampir tidak pernah terlewat. Acara Nyadran terdiri dari serangkaian kegiatan,
yaitu upacara pembersihan makam, tabur bunga, dan acara selamatan atau bancakan. ini
biasanya bertujuan mencapai kepentingan bersama yang terkait dengan sistem sosial
tertentu.
Selain pembedaan dasar pembentukan suatu kerja sama, kerja sama juga dapat
terwujud dalam lima macam bentuk (Soekanto, 2002dan Norma, 2004), yaitu:
a. Kerukunan, bentuk kerukunan ini sering kita lihat dalam kegiatan-kegiatan gotong-
royong atau tolong-menolong dalam melakukan kegiatan untuk kepentingan bersama;
b. Bargaining, merupakan pelaksanaan dari perjanjian menganai pertukaran barang dan
jasa untuk dua pihak atau lebih.
c. Ko-optasi, merupakan suatu bentuk proses penerimaan unsur-unsur baru dari adanya
kepemimpinan baru, kerja sama ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
keguncangan yang akan mengganggu stabilitas.
d. Koalisi: kombinasi antara dua kelompok atau lebih yang mempunyai tujuan yang
sama, kerjasama bersifat kooperatif dalam mencapai satu atau beberapa tujuan
bersama.
e. Joint Venture, merupakan kerjasama untuk menguasai proyek-proyek tertentu,
misalnya berkaitan dengan sumber daya alam seperti minyak atau batu bara.
b. Akomodasi (Accomodation)
Apakah anda mengerti apa yang dimaksud akomodasi? Ada dua hal pengertian
tentang akomodasi yaitu: 1) sebagai suatu pola interaksi untuk beradaptasi seimbang
antara manusia atau kelompok yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat.2) akomodasi diartikan sebagai suatu proses segala upaya untuk
meredakan suatu konflik atau pertentangan sehingga tercapai suatu kestabilan
(Abercrombie, Hill, Turner,2010, h 1).
Mengapa diperlukan proses akomodasi ? akomodasi dapat digunakan untuk
menggambarkan suatu proses dalam berbagai hubungan sosial yang dapat diartikan
sebagia suatu proses masing – masing pihak tetap memgang teguh pendirian masingdan
atas dasar toleransi atas perbedaan masing – masing itu lalu mempertahankan interaksinya
(Summer, 1907).
Gambar 3 : tentang bentuk akomdasi
Sumber: http://dosensosiologi.com/20-akomodasi-dalam-sosiologi-pengertian-
jenis-dan-contohnya-lengkap
Sebagaimana gambar 3 mengilustrasikan bentuk akomodasi merupakan suatu
bentuk interaksi dimana setiap individu telah dapat saling menyesuaikan diri. Akomodasi
dalam gambar mengarah pada keseimbangan diantara individu-individu yang berinteraksi,
pertentangan tidak dihilangkan dalam proses interaksi, namun dapat diselesaikan tanpa
ada pihak yang benar-benar dihilangkan keberadaannya. Di dalam akomodasi ini pihak-
pihak yang terlibat konflik tidak kehilangan kepribadiannya, individu tersebut hanya
saling menyesuaikan diri sehingga pertentangan diredam dan memunculkan kesimbangan
dalam suatu interaksi.
Akomodasi dapat terwujud dalam beberapa bentuk (Soekanto, 2002,Norma,2004),
di antaranya adalah:
a. Coercion, yaitu merupakan bentuk akomodasi yang didasarkan pada adanya suatu
paksaan.(Abercrombie, Hill, Turner,2010 h.90).Pemaksaan pada bentuk akomodasi
ini tidak menjadikan bentuk akomodasi ini menjadi buruk bagi komunitas. Pada suatu
komunitas terkadang bentuk pemaksaan justru mendatangkan kebaikan bagi
keberlangsungan komunitas tersebut. Satu hal yang perlu diingat bahwa bentuk
akomodasi bukanlah bentuk yang menghancurkan salah satu pihak, pemaksaan di sini
justru berfungsi untuk menyatukan kelompok-kelompok masyarakat yang
ada.Misalnya sistem pengadilan kriminal yang dikelola oleh Polisi dan jaksa
b. Compromise, yaitu bentuk akomodasi dimana semua individu atau kelompok yang
berinteraksi saling mengurangi tuntutannya sehingga dapat tercapai sikap saling
memahami keadaan masing-masing pihak yang terlibat.Misalnya pada Pilpres 2019
teerjadi kompromi antara partai koalisi untuk membentuk Kabinet
c. Arbitration, bentuk akomodasi ini memerlukan adanya pihak ketiga untuk
menyelesaikan pertentangan. Pihak ketiga tersebut dipilih oleh kedua belah pihak atau
dipilih oleh suatu lembaga yang kedudukannya ebih tinggi dari pada pihak yang
bertentangan.
d. Mediation, bentuk akomodasi ini memiliki kesamaan dengan bentuk akomodasi
arbitration. Perbedaannya adalah pihak ketiga yang membantu penyelesaian masalah.
Pada bentuk akomodasi ini pihak ketiga bersifat netral dan bertugas sebagai pensihat.
Pihak ketiga ini tidak dapat mengambil keputusan mengenai perselisihan yang ada.
e. Conciliation, merupakan bentuk akomodasi yang berusaha mempertemukan keinginan
dair pihak-pihak yang berusaha mempertemukan keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Bentuk ini membuka
kesempatan bagi pihak-pihak yang bertikai untuk mengadakan asimilasi. Contoh
usaha untuk menyelesaikan konflik Ambon dan Poso, masing masing pihak yang
terlibat konflik mengutus perwakilannya untuk berunding.
f. Toleration, pada bentuk akomodasi ini tidak terdapat persetujuan secara formal. Sikap
toleransi ini muncul tanpa direncanakan sebagai usahapihak-pihak yang terlibat untuk
menghindari suatu perselisihan. Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
berdasarkan Pancasila. Dimana negara menjamin kebebasan masyarakat dalam
menjalankan ajaran agamanya,sehingga setiap pemeluk atau umat beragama
mempunyai diwajibkan untuk saling menghormati antara pemeluk agama satu dengan
yang lainnya.
g. Stalemate, bentuk akomodasi ini tercipta ketika pihak-pihak yang bertikai sampai pada
kekuatan seimbang. Kemungkinan bagi kedua pihak untuk maju maupun mundur juga
sudah tidak ada.
h. Adjudication, merupakan bentuk akomodasi dimana penyelesaian pertikaian
dilakukan melalui pengadilan, dengan menggunakan peraturan yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Contohnya Perselesihan tanah antara pemerintah dan masyarakat
diselesiakan melalui pengadilan negeri
c. Asimilasi
Mengapa terjadi proses asimilasi? Proses asimilasi timbul apabila dalam suatu
komunitas terdapat kelompok-kelompok yang berbeda budaya yang berinteraksi secara
langsung dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Namun pada akhirnya,
masing-masing kelompok yang terlibat, setahap demi setahap mengalami proses
perubahan dan saling menyesuaikan diri. Kemudian apakah yang dimaksud asimilasi?
Suatu proses dimana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan
kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Proses ini diawali dengan
pengembangan sikap-sikap yang sama, untuk mencapai kesatuan atau integrasi dalam
organisasi, pikiran maupun tindakan(Norma, 2004).
Gambar 4 mengilustraasikan proses asimilasi kebudayaan.
Sumber: https://thegeekhost.com/contoh-asimilasi/
Di Indonesia proses asimilasi budaya terjadi dikarenakan adanya toleransi di antara
kelompok-kelompok yang diberikan kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi,
sosial dan dan kebudayaannnya. Sedangkan faktor yang menghambat terjadinya asimilasi
diantaranya adalah irasionalitas kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat,
kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi, adanya perasaan takut
terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi, adanya
peran suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan
golongan atau kelompok lainnya, adanya perbedaan warna kulit atau ciri-ciri badaniah,
adanya perasaan in-group yang kuat, adanya golongan minoritas mengalami gangguan-
gangguan dari golongan yang berkuasa, adanya perbedaan kepentingan dan pertentangan-
pertentangan pribadi (Norma, 2004).
2. Proses-proses Disosiatif.
Di atas telah dijelaskan proses interaksi yang bentuk interaksinyaberkaitan dengan
proses disosiatif ini dapat terbagi atas persaingan, kontavensi dan pertentangan.
a. Persaingan (competition)
Apa yang dimaksud dengan sebuah persaingan (competition)? suatu proses persaingan
sosial antara individu atau kelompok-kelompok dengan kepentimgan berbeda mencoba
memaksimalkan keuntungannya sendiri (Abercrombie, Hill, Turner,2010;102), untuk
memperebutkan keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan
cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada,
tanpamempergunakan ancaman atau kekerasan. Kompetisi merupakan proses sosial
yang dapat terjadi pada semua sektor perekonomian, kebudayaan yang didalamnya
termasuk keagamaan, pendidikan, dan persaingan dalam menduduki sebuah jabatan
kedudukan, ras. (Weber, 1922)
Gambar 5 :
Persaingan di antara individu
Sumber:https://www.kompasiana.com/yupiter/5b1ca7df16835f042a30afa2/kehancura
n-organisasi-ketika-persaingan-peran-tidak-terkendali?page=all
Gambar 5 mengilustrasikan persaingan diperlukan untuk memperebutkan
kebutuhan individu atau kelompok disebabkan oleh perbedaan berbagai kepentingan
dan nilai-nilai individu atau kelompok untuk menguasai sumber daya yang langka.
Kompetisi yang langka dikaitkan dengan seleksi sosial dapat menyeleksi secara
alamiah sehingga kompetsi akan menguji dan membentuk kepribadian seseorang,
meningkatkan solidaritas sosial dan dengan kompetsi dapat memberikan proses
kemajuan dalam masyarakat. Game Theoryberusaha menjelaskan kerjasama menjadi
pilihan yang rasional yang berusaha memaksimalkan keuntungan sendiri bahkan dalam
situasi kompetisi (Abercrombie, Hill, Turner,2010,hal,225)
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi berasal dari kata contra dan venire yang berarti menghalangi atau
mentang (Norma, 2004) Pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. 1) Bentuk-bentuk
kontravensi menurut Leopold von Wiese, dan Howard Becker, ada 5 yaitu: a) Yang
umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan
mengacaukan rencana pihak lain. b) Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan
orang lain di depan umum, memaki melalui selembaran surat, mencerca, memfitnah,
melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan sebagainya. c)
Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus,
mengecewakan pihak lain, dsb. d) Yang rahasia, seperti mengumumkan rahasia pihak
lain, perbuatan khianat, dan lain-lain. e) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan,
mengganggu atau membingungkan pihak lain, seperti dalam kampanye parpol dalam
pemilihan umum. 2) Tipe-tipe Kontravensi Menurut von Wiese dan Becker terdapat
tiga tipe umum kontravensi yaitu kontravensi generasi masyarakat, 9 bentrokan antara
generasi muda dengan tua karena perbedaan latar belakang pendidikan, usia dan
pengalaman, kontravensi yang menyangkut seks (hubungan suami dengan istri dalam
keluarga) dan kontravensi parlementer (hubungan antara golongan mayoritas dengan
minoritas dalam masyarakat baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam
lembaga-lembaga legislative, keagamaan, pendidikan, dan seterusnya).
Selain tipe-tipe umum tersebut ada ada pula beberapa kontravensi yang
sebenarnya terletak di antara kontravensi dan pertentangan atau pertikaian,yang
dimasukkan ke dalam kategori kontravensi, yaitu: a) kontravensi antar masyarakat b)
antagonism keagamaan c) kontravensi intelektual d) oposisis moral.Apabila
dibandingkan dengan persaingan dan pertentangan kontravensi bersifat agak tertutup
atau rahasia.(Setiadi dan Kolip, 2011)
c. Pertentangan (conflict)
Gambar 6 tentang konflik
Sumber:http://www.rmoljabar.com/images/berita/2019/08/947636_08154310820
9_Ilus_rusuh_papua.jpg
Pertentangan atau pertikaian (conflict) adalah suatu proses sosial di mana
individu atau kelompok yang berinteraksi berupaya memenuhi tujuannya dengan
jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
Terjadinya pertentangan dapat disebabkan oleh perbedaan diantara individu-
individu, kebudayaan, kepentingan, dan perbedaan sosial. Gambar 6 diatas
merupakan bentuk konflik yang kompleks yang terjadi di Papua, suatu konflik yang
dipicu oleh sekelompok orang mendiskritkan masyarakat Papuadi Surabaya.
Sehingga meluas sampai di berbagai wilayah Provinsi Papua yang disebabkan
perbedaan berbagai kepentingan, bahkan dinyisalir tidak hanya kepentingan dalam
negeri tapi juga pihak asing turut terlibat dalam aksi kerusuhan tersebut.
E. Pedekatan Interaksi Simbolik
Menurut Goffman (Ritzer dan Goodman,2004) pada saat berinteraksi akan ada
individu yang membuat pernyataan yang disebut dengan konsep expression dan ada
individu lain yang memperoleh kesan yang disebut dengan konsep impression. Contohnya
adalah saat anda berinteraksi dengan orang lain, ketika orang lain bercerita maka dia
disebut sebagi pihak yang membuat pernyataan atau expression, sedangkan anda yang
mendengakan adalah pihak yang memperoleh kesan atau disebut dengan impression. Pada
pendekatan dramaturgi ini erving Goffman juga menyampaikan satu konsep yang
menunjukkan usaha individu untuk menampilkan kesan tertentu pada orang lain. Usaha
tersebut oleh Goffman diistilahkan dengan impression management. Pada saat berinteraksi,
menurut Goffman, akan ada individu yang membuat pernyataan yang disebut dengan
konsep expression dan ada individu lain yang memperoleh kesan yang disebut dengan
konsep impression. Pada saat orang membuat pernyataan yang diberikan atau expression
given dan pernyataan yang terlepas atau expression given off. Bagaimana kita membedakan
kedua pernyataan tersebut? Sebagai contoh adalah permohonan maaf yang terpaksa
dilakukan oleh seorang individu. Kata-kata maaf yang terucap merupakan pernyataan yang
diberikan atau expression given, sedangkan wajah atau intonasi suara merupakan
pernyataan yang terlepas atau expression given off. Mengapa demikian? Karena melalui
expression given off kita menjadi tahu bahwa permohonan maaf tesebut tidaklah tulus
diucapkan. Bila kita kaitkan dengan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi sosial, maka
expression given merupakan fakta obyektif sedangkan expression given off merupakan
fakta subyektif
Mungkin dalam pikiran anda muncul pertanyaan, apakah dalam setiap berinteraksi
kita selalu bersandiwara? Pikiran demikian tidaklah salah, karena hal tersebut justru yang
menjadi kritik bagi pendekatan ini. Tidak selamanya kita mengatur interaksi kita, terkadang
kita megatakan secara jujur dan tulus perasaan kita atau melalui suatu perilaku. Tentunya
di dunia ini masih ada orang-orang yang jujur dan apa adanya dan pada kesempatan tertentu
kita juga dapat menunjukkan ketulusan dalam berinteraksi dengan orang lain. Pendekatan
ini menyadarkan pada kita bahwa dalam berinteraksi tidak semua individu menampilkan
apa yang sesungguhnya.
F. Interaksi Sosial dalam Masyarakat Digital
Apakah yang dimaksud masyarakat digital? Masyarakat digital adalah
masyarakat dalam melakukan interaksi sosial menggunakan teknologi informasi
memegang peranan utama, baik untuk keperluan produksi, konsumsi dan distribusi
(Straubhar (2002). Misalnya berinteraksi di dunia digital dengan memanfaatkan media-
media komunikasi on line seperti media sosial Facebook, Twitter, Whatsup, BBM
(Blackbeery Massanger), aplikasi untuk pesan transportasi dan pesan makanan mislanya
Go jek dan Grab.
Kemudian timbul pertanyaan dalam benak kita, apakah ciri-ciri masyarakat
digital? di era modern, masyarakat digital memiliki tiga ciri yaitu, pertama, proses
Interaksi sosial dilakukan melalui media sosial yang terintergasikan dengan proses
digitalisasi, perluasan teknologi serat optik dan networking technology yang
mempengaruhi proses interaksi sosial. Kedua, adanya networking (jaringan). Jaringan
memungkinkan adanya keterkaitan antara jaringan yang satu dengan jaringan yang lain.
Jaringan teknologi komunikasi ini mempunyai tingkatan, baik lokal, nasional, maupun
global. Integrasi teknologi komunikasi ditandai dengan digitalisasi. Digitalisasi adalah
proses di mana semua bentuk informasi baik angka, kata, gambar, suara, data, atau gerak
dikodekan ke dalam bentuk bit (binary digit atau yang biasa disimbolisasikan dengan
representasi 0 dan 1) yang memungkinkan manipulasi dan transformasi data
(bitstreaming). Teknologi digital mampu menggabung, mengkonversi atau menyajikan
informasi dalam berbagai macam bentuk. Apapun isi yang ditampilkan, bit dapat
dieksplorasi sekaligus dimanipulasi, termasuk cropping informasi asli dengan
pengurangan maupun penambahan. Ketiga, adanya teknologi multimedia. Teknologi
multimedia tidak hanya mengubah cara berkomunikasi tradisional yang bersifat manual
tapi juga bersifat digital, inovatif, cepat dan interaktif. Digitalisasi telah mengubah dan
melakukan transfigurasi teknologi media dan komunikasi. Jaringan telepon otomatis yang
sebelumnya dioperasikan secara manual sekarang bisa dioperasikan oleh perangkat jaring-
intelek komputer dengan perangkat lunak yang mampu mengkonfigurasikan jaringan
cerdas (intelligent network) dengan fitur-fitur kompleks digital.(Wuryanta, 2009)
Interaksi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan saling
melakukan (Inter) dan aksi atau tindakan, berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan.
Interaksi sosial merupakan dasar sosial yang lebih menunjuk kepada hubungan-hubungan
sosial yang bersifat dinamis (Soekanto, 2012:55-56). Hubungan-hubungan sosial yang
bersifat dinamis digambarkan dalam kehidupan sosial bahwa manusia selalu berubah dan
beradaptasi dalam mencapai tujuan. Dalam memenuhi naluri mereka sebagai makhluk
sosial, mereka kerap memerlukan manusia lain untuk memecahkan masalah mereka.
Sehingga interaksi sosial hadir dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Ketika kita di
tempat keramaian dan hanya sekedar berjalan melewati mereka tanpa tegur sapa
(komunikasi) atau tiadanya respon dari pihak lain (kontak), itu bukan interaksi sosial.
Dengan demikian interaksi sosial kuncinya lebih menekankan pada mempengaruhi pihak
lain dengan berbagai cara agar bertindak sesuai tujuan yang diinginkan. Tujuan tersebut
mengikat bersama antara orang yang memberi pengaruh dan yang dipengaruhi.
Interaksi sosial dapat terjadi jika ada kontak dan komunikasi (Soekanto,
2012:58-59). Kontak diartikan secara fisik yakni dalam hubungan badaniah saling
menyentuh namun dalam gejala sosial, kontak sosial dapat terjadi tanpa harus menyentuh
fisiknya. Kontak sosial cukup hanya dalam berbicara, menatap wajah, menarik perhatian
dan sebagainya. Dengan perkembangan teknologi yang semakin mudah, murah dan cepat,
orang-orang tidak perlu bertatap muka secara dekat. Hanya dalam dunia maya saja mereka
juga bisa melakukan kontak sosial. Kontak sosial dikatakan berhasil jika ada respon dari
pihak yang dituju. Respon tersebut berupa balasan, reaksi, reflek terhadap pihak pemantik
respon tersebut.
Kehidupan sosial dalam masyarakat selalu mengalami perubahan. Transformasi
kehidupan didorong oleh kemunculan modernitas. Hal ini meliputi munculnya
kapitalisme, teknik-teknik produksi massal, konglomerasi urban besar-besaran, negara
bangsa, dominasi global Barat dan sekularisasi pengetahuan (Jones, 2003,217-218). Hal
ini membentuk era yang dinamakan era globalisasi. Globalisasi mencirikan kepada gaya
hidup masyarakat yang konsumerisme (mendapatkan status sosial), memudahkan dan
kebutuhan tersedia lebih cepat. Globalisasi mengakar kepada cepat arusnya informasi
yang lebih praktis untuk disampaikan ke pihak lain entah dekat atau jauh tanpa harus
melakukan kontak fisik. Globalisasi membentuk dunia digital atau virtual itu sendiri dalam
bidang teknologi dan informasi.
Dimensi globalisasi ditandai dengan kapitalisme global, ancaman kekuasaan
negara-bangsa pada abad ke-21 akibat korporasi transnasional (keluar dari batas-batas
negara), pertumbuhan penduduk dan urbanisasi secara pesat pada abad ke-21 di negara
berkembang, globalisasi pasar dan pemasaran dan masyarakat jaringan atau revolusi
informasi yang secara cepat atau instan (Jones, 2003:218-220). Masyarakat jaringan
adalah masyarakat yang tidak terbatas dalam ruang dan waktu. Bentuk-bentuk hasil
globalisasi dalam dunia virtual beragam bentuknya mulai dari jejaring sosial, game online,
aplikasi belanja online atau E-Commerce dan sebagainya.
Di era yang memasuki dunia digital ini, interaksi lebih mudah dikarenakan tidak
harus bertemu dengan orang lain. Cukup dengan menggunakan alat elektronik seperti
handphone untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun di sisi lain, modernitas ini
menyebabkan dampak negatif yakni meningkatnya kriminalitas akibat pertumbuhan
penduduk yang cepat disertai dengan pengangguran yang tinggi. Hal ini terjadi dalam
persaingan mendapatkan kebutuhan semakin tinggi di negara berkembang. Orang tua di
negara berkembang menjalankan fungsi keluarga yakni fungsi pengawasan dan fungsi
pendidikan mengalami disfungsi dikarenakan hubungan interaksi antar keluarga relatif
berkurang. Orang tua lebih sibuk bekerja apalagi jika mereka berprofesi sebagai buruh.
Waktu makan anggota yang digunakan untuk mengobrol, kini berubah yakni menjadi
sibuk memperhatikan HP daripada bertatap muka dan mengobrol antar keluarga. Hal ini
membentuk budaya baru dimana handphone yang dulunya sekedar kebutuhan mewah kini
berubah menjadi kebutuhan primer.
Kemudian dalam hal dagang secara digital atau belanja online relatif kurang
interaksi dalam hal tawar-menawar. Harga sudah dipatok sesuai dengan tarifnya. Dalam
hal ini masyarakat modernitas atau digital menjadi tunduk akibat kekuasaan iklan dan
promosi (Jones, 2003:225). Iklan mengajak dan membentuk konstruksi berpikir mereka.
Iklan menjadi tahap pertama dalam interaksi sebagai faktor interaksi sosial yakni sugesti.
Interaksi yang dulunya terjadi di pasar tradisional yakni secara langsung kini berubah
menjadi tidak langsung. Sehingga pembeli merasa bahwa harga tersebut sudah sesuai dan
enggan untuk menawar harga.
Selain itu bergesernya nilai-nilai permainan tradisional ke dunia digital (game
online). Dulu anak bermain permainan tradisional seperti Gobag Sodor yang sarat dalam
melatih kepemimpinannya dan memberi instruksi kepada teman-teman (Nugrahastuti,
Puspitaningtyas, Puspitasari, & Salimi, 2016, 2016:269). Pemberian instruksi berjalan
efektif karena adanya kontak fisik secara langsung terhadap pemimpin mereka. Sehingga
mereka cenderung percaya dan tidak berani dalam mempertanyakan wewenang pemimpin
dalam rangka mencapai tujuan bersama. Berbeda bila di dunia digital yang melakukan
kontak fisik secara tidak langsung. Mereka lebih bermain secara individualistik dan
melakukan interaksi yang bersifat negatif. Hal ini disebabkan kurangnya kontak sosial
mereka secara langsung dan ruang bebasnya berpendapat dalam dunia digital.
Media sosial pun turut andil dalam membentuk sikap individualistik dan
konsumerisme. Dalam interaksi sosial, ketika kita melakukan kontak sosial. Kita melihat
dari apa yang dikonsumsi orang lain. Globalisasi mendorong pasar untuk melakukan
konstruksi citra (Jones, 2003:220). Mereka memakai pakaian bermerk mahal hingga gaya
hidup mereka yang serba mewah. Seringkali mereka juga memposting ke media sosial
tentang gaya hidup mereka yang serba konsumerisme. Selain itu sikap individualistik dan
keterasingan yang dihasilkan oleh media sosial akibat kurangnya interaksi sosial mereka
di masyarakat (Soekanto, 2012:62-63). Hal ini terjadi karena globalisasi merupakan
wadah untuk saling adanya kompetensi. Selain itu memunculkan keterasingan bagi yang
tidak bisa mengikuti arus globalisasi.
Dengan demikian, interaksi sosial di masyarakat digital bersifat transnasional
tidak terikat oleh batas-batas negara, bersifat secara tidak langsung, cepat atau instan,
mudah atau tidak bertele-tele namun dapat mengabaikan nilai-nilai budaya dalam
memberi pengaruh terhadap orang lain. Selain itu interaksi akan berujung negatif atau
buntu dalam pemecahan masalah jika minimnya kontak sosial dari mereka (Soekanto,
2012:60).
Rangkuman
Interaksi sosial adalah suatu proses hubungan sosial antara dua atau lebih individu yang
bersifat dinamis. Bentuk kontak sosial yaitu antara individu dengan individu. Kontak sosial dapat
berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antara orang perorangan, antara orang perorangan dengan
suatu kelompok manusia atau sebaliknya, antara suatu kelompok manusia dengan kelompok
manusia lainnya. Agar dapat saling berinteraksi ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu ada
kontak sosial dan komunikasi. Komunikasi adalah kegiatan seorang individu yang memberi
interpretasi perilaku orang lain terhadap ungkapan atau perasaan yang disampaikan oleh orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan sebuah reaksi terhadap perasaan apa
yang disampaikan. Dengan adanya komunikasi sikap dan perasaan kelompok dapat diketahui oleh
kelompok lain atau orang lain. Hal ini kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa
yang akan dilakukannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi antara lain imitasi,
sugesti, identifikasidan simpati.
Bentuk-bentuk interaksi sosial ada yang disebut proses asosiatif (processes of association)
dan proses disosiatif (processes of dissociation). Yang termasuk proses asosiasi adalah (1) kerja
sama (cooperation), yang mempunyai lima bentuk, yaitu: kerukunan, bargaining, ko-optasi (Co-
optation),koalisi (Coalition), dan joint-ventrue. (2) akomodasi (Accomodation), yang mempunyai
betuk-bentuk: coercion, compromise, arbitration, mediation, conciliation, toleration, stalemate,
dan adjudication. (3) asimilasi (assimilation). Yang termasuk proses disosiatif yaitu persaingan
(competition),kontravensi (contravention), dan pertentangan atau pertikaian (conflict). Yang
termasuk bentuk persaingan yaitu persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan
kedudukan dan peranan, dan persaingan ras. Yang termasuk ke dalam bentuk kontravensi yaitu
kontravensi yang umum, sederhana, intensif, rahasia, dan taktis. Bentuk-bentuk pertentangan
antara lain: pertentengan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan antara kelas-kelas sosial,
pertentangan politik, dan pertentangan yang bersifat internasional.
Daftar Pustaka
▪ Horton B. Paul dan Hunt L. Chester : Sosiologi, Erlangga, Jakarta,1999
▪ Johnson, Doyle Paul : Teori Sosiologi Klasik dan Modern, Gramedia, Jakarta, 1986
▪ Setiadi, Elly M dan Kolip Usman : Pengantar Sosiologi : Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi dan Pemecahan, Kencana, Jakarta, 2011
▪ Ritzer, George – Goodman J Douglas ; Teori Sosiologi Modern,Jakarta, 2004
▪ Usman, Suyoto Sosiologi : Sejarah, Teori dan Metodologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2015.
▪ W.A Gerungan, Psikologi Sosial. PT Ersesco, Bandung,1987
▪ Winarso, Heru Puji, Sosiologi Komunikasi Massa, Prestasi Pustaka, Jakarta.2005
▪ Hardt, H. (1992). Critical Communication Studies: Sebuah Pengantar Komprehensif
Sejarah Perjumpaan Tradisi Kritis Eropa dan Tradisi Pragmatis Amerika. (D. L. C.
Subandy, Ed.).Yogyakarta: Jalasutra.
▪ Jones, P. (2009). Pengantar Teori-teori Sosial: Dari Teori Fungsionalisme hingga Post
Modernisme. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
▪ Lindsay, J., & Liem, M. H. . (2012). Heirs To World Culture (Being Indonesian 1950-
1965).Leiden: KITLV Press.
▪ Nugrahastuti, E., Puspitaningtyas, E., Puspitasari, M., & Salimi, M. (2016). Nilai-nilai Karakter Pada
Permainan Tradisional. In Seminar Nasional Inovasi Pendidikan. Surakarta: UniversitasSebelas
Maret.
▪ Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Postmodern (Edisi Kede). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
▪ Soekanto, S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
▪ Wuryanta, A. E. W. (2004). Digitalisasi Masyarakat: Menilik Kekuatan dan Kelemahan DinamikaEra
Informasi Digital dan Masyarakat Informasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1 No. 2, 131–142.
▪ Wuryant, AG. Eka Wenats a, Digitalisasi Masyarakat: Menilik Kekuatan dan Kelemahan Dinamika
Era Informasi Digital dan Masyarakat Informasi, Jurnal Ilmu Komunikasi, volume 1, Nomor 2,
Desember: 131-142
▪ https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/05/17/nyadran-tradisi-unik
https://pengajar.co.id/gotong-royong-adalah-pengertian-manfaat-contoh-dan-nilainya/
▪ file:///C:/Users/acer/Downloads/137062-ID-digitalisasi-masyarakat-menilik-kekuatan.pdf
file:///C:/Users/acer/Downloads/Kom%20(vol%201%20no%201)%20(5).pdf
▪ http://dosensosiologi.com/20-akomodasi-dalam-sosiologi-pengertian-jenis-dan-contohnya- lengkap