The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by nataliussimanullang3, 2021-11-09 05:36:53

Judul
Peningkatan hasil belajar terhadap Model Pembelajaran Based Learning (PBL) dengan
virtual lab di masa pandemik covid-19.
Rumusan Masalah

1. Apakah Model Pembelajaran Based Learning (PBL) Berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa dengan virtual lab di masa pandemic covid -19?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa Model Pembelajaran Based Learning
(PBL) Berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan virtual lab dengan
konvensional?

Metode Penelitian
1. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen.
2. Pengumpulan data menggunakan tes/soal (Pre-test dan Post-test pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol).
3. Kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran PBL sedangkan kelas kontrol
menerapkan model pembelajaran konvensional.

Analisis Data Penelitian
1. Analisis Deskriptip.
2. Uji Normalitas.
3. Uji Paired Sample Test.
4. Uji Homogenitas.
5. Uji Independent Sample t Test.

Pembahasan
1. Konsep Dasar Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif berguna memaparkan dan menggambarkan data penelitian
mencakup jumlah data, nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata dan lain sebagainya.

Hasil Analisis Deskriptif dengan SPSS
Pada tabel di bawah (Gambar 1. Data statistic deskriptif) menunjukkan ada ada
perbedaan hasil belajar siswa Model Pembelajaran Based Learning (PBL) Berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dengan virtual lab dengan konvensional. Ini terlihat dari nilai
mean Post-Test Eksperimen 91,64 dan Post-Test Kontrol 80,84. Hal ini menunjukkan
bahwa ada peningkatan pada Model Pembelajaran Based Learning (PBL).

Descriptive Statistics Mean Std. Deviation
N Minimum Maximum
Pre-TestEksperimen 73.44 2.022
Post-TestEksperimen 25 70 78 91.64 2.737
Pre-TestKon 25 85 95 72.28 1.339
Post-TestKon 25 70 74 80.84 2.340
Valid N (listwise) 25 75 85
25

Gambar 1. Data statistic deskriptif
Pada tabel diatas (Gambar 1. Data statistic deskriptif) menunjukkan ada ada perbedaan
hasil belajar siswa Model Pembelajaran Based Learning (PBL) Berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa dengan virtual lab dengan konvensional. Ini terlihat dari nilai mean
Post-Test Eksperimen 91,64 dan Post-Test Kontrol 80,84. Hal ini menunjukkan bahwa
ada peningkatan pada Model Pembelajaran Based Learning (PBL).

2. Konsep Dasar Uji Normalitas.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi
normal atau tidak.
Data normal merupakan syarat mutlak sebelum kita melakukan analisis statistik
parametric (uji paired sample test dan uji independent sample t test)
Dalam statistik parametric ada 2 (dua) macam uji normalitas yang sering dipakai yakni
uji Kolmogorov-smirnov dan uji shapiro-wilk.
Hasil Uji Normalitas dengan SPSS

Gambar 2. Tes Normalitas

INTERPRETASI UJI NORMALITAS
Berdasarkan output diatas diketahui nilai signifikan (Sig.) untuk semua data baik
pada uji Kolmogorov-smirnov maupun uji shapiro-wilk > 0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa data penelitian berditribusi normal.
Karena data penelitian berdistribusi normal, maka kita dapat menggunakan
statistik parametric (uji paired sample dan uji independent sample test) untuk
melakukan analisis data penelitian.

3. Konsep dasar Uji Paired sample test
Uji paired sample test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
rata-rata dua sampel yang berpasangan.

Persyaratan dalam uji paired sample test adalah data berdistribusi normal
(berdasarkan hasil uji normalitas menyimpulkan bahwa data penelitian
berdistribusi normal).
Untuk varians data homogeny bukanlah merupakan persyaratan dalam uji paired
sample test.
Uji paired sample test dalam penelitian ini dipakai untuk menjawab rumusan
masalah “Apakah Model Pembelajaran Based Learning (PBL) berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dengan virtual lab di masa pandemic covid -19?
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, uji paired sample test dilakukan
terhadap data Pre-Test kelas eksperimen dengan Post-Test kelas eksperimen
(model PBL) kemudian data Pre-test kelas kontrol dengan data Post-Test kelas
kontrol (model konvensional)
Hasil Uji Paired sample test dengan SPSS

Interpretasi Uji Paired Sample test.
Berdasarkan output Pair 1 diperoleh nilai Sig.(2-Tailed) sebesar 0,000 < 0,05

maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa untuk Pre-test
eksperimen dengan Post-Test kelas eksperimen (model PBL).

Berdasarkan output Pair 2 diperoleh nilai Sig.2 (2-tailed) sebesar 0,000<0,005,
maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa untuk Pre-Test
kelas kontrol dengan Post-Test Kelas Kontrol (model Konvensional).
Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pre-TestEksperimen 25 70 78 73.44 2.022
Post-TestEksperimen 25 85 95 91.64 2.737
Pre-TestKon 25 70 74 72.28 1.339
Post-TestKon 25 75 85 80.84 2.340
Valid N (listwise) 25

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan output Pair 1 dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model
pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa di masa
pandemic covid-19
Konsep Dasar Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu varians
(Keberagaman) data dari dua atau lebih kelompok bersifat homogen (sama) atau
heterogen (tidak sama).
Data yang homogen merupakan salah satu syarat (bukan syarat mutlak) dalam uji
independent sample test.
Dalam penelitian ini, uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah
varians data post-test kelas eksperimen (PBL) dan data psot-test kelas kontrol
(Konvensional) bersifat homogen atau tidak.
Hasil Uji Homogenitas dengan SPSS

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.
1 48 .344
Hasil Belajar Siswa Based on Mean .914 1 48 .435

Based on Median .621 1 47.221 .435

Based on Median and with .621 1 48 .381
adjusted df

Based on trimmed mean .782

ANOVA

Hasil Belajar Siswa Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1458.000 1 1458.000 224.942 .000
Between Groups 311.120
Within Groups 1769.120 48 6.482
Total 49

Test of Homogeneity of Variances
Hasil Belajar Siswa

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.914 1 48 .344

Interpretasi Uji Homogenitas

Berdasarkan diatas diketahui nilai Signifikan (Sig.) Based on Mean adalah sebesar
0.344 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians data Post-Test kelas
eksperimen dan data Post-Test kelas kontrol adalah sama atau homogeny.
Dengan demikian, maka salah satu syarat (tidak mutlak) dari uji independent
sample test sudah terpenuhi.
Konsep Dasar Independen Sample T Test
Uji Independent sample t test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan.
Persyaratan pokok dalam uji independen sample t test adalah data berdistribusi
normal dan homogen (tidak mutlak). Dari Hasil analisis diatas data berdistribusi
normal dan homogen.
Uji independen sample test dalam penelitian ini dipakai untuk menjawab rumusan
masalah “Apakah Model Pembelajaran Based Learning (PBL) berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa dengan virtual lab di masa pandemic covid -19 dengan model
konvensional?
Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, uji independent sample t test
dilakukan terhadap data Post-Test kelas eksperimen (model PBL) dengan data
Post-test kelas Kontrol (model konvensional)
Hasil Uji Independent sample t test dengan SPSS

Interpretasi Uji Independent sample test
Berdaarkan output diatas diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan rata-rata hasil belajar siswa antara model pembelajaran based learning
(PBL) dengan model konvensional). Selain itu, diperoleh nilai mean 80,84 pada kelas
konvensional dan mean 91,64 pada kelas Problem Based Learning. Hal ini menunjukkan
peningkatan belajar fisika pada kelas eksperimen.

Uji N-Gain Score data kelas eksperimen dan kontrol dengan SPSS
Konsep Dasar Uji N-Gain Score

Normalized gain (N-gain score) bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan suatu
metode dalam penelitian one group pretest posttest design maupun penelitian menggunakan
kelompok eksperimen dan kontrol.
Gain score merupakan selisih antara nilai posttest dan pretest.
Dalam penelitian one group pretest posttest design (eksperimen design), uji N-gain score
dapat digunakan ketika ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai pretest dengan
posttest melalui uji paired sample test.
Sementara dalam penelitian menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, uji
N-gain score dapat digunakan ketika ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai
posttest kelompok eksperimen dengan nilai posstest kelompok kontrol melalui uji
independent sample test.
Rumus menghitung N-gain score


= −

Keterangan: Skor ideal adalah nilai maksimal (tertinggi) yang dapat diperoleh.

Kategori Perolehan nilai N-Gain Score

Nilai N-Gain Kategori
g > 0.7 Tinggi
0,3 ≤ ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah

Sumber : metre dalam syahfitri, 2008: 33

Atau

Kategori tafsiran Efektivitas N-Gain

Presentase (%) Tafsiran
< 40 Tidak Efektif
40 -55 Kurang Efektif
56-75 Cukup Efektif
>76 Efektif

Sumber : Hake, R.R, 1999

Tahapan Uji N-Gain Score dengan SPSS

Input Analisis output

Interpretasi Uji N-Gain Score

Mengacu dari nilai N-Gain dalam bentuk persen (%) dan table output Descriptive
tersebut, maka kita dapat membuat sebuah table hasil perhitungan uji N-gain score di
bawah ini

Tabel Hasil Perhitungan Uji N-Gain Score

No Kelas Eksperimen
N-Gain Score (%)

1 61.54

2 64.00
3 71.43
4 40.00
5 51.85
6 61.54
7 53.57
8 56.00
9 65.52
10 76.92
11 70.37
12 73.08
13 69.23
14 65.52
15 58.33
16 79.17
17 72.73
18 68.00
19 83.33
20 76.67
21 77.78
22 81.48
23 80.77
24 76.92
25 73.33
Rata-rata 68,38
Minimal
Maksimal 40
83
No
Kelas Kontrol
1 N-Gain Score (%)
2
3 31.03
4 26.92
5 23.08
6 40.74
7 37.04
8 43.33
9 43.33
10 35.71
11 46.43
12 37.04
13 23.08
14 20.69
15 21.43
16 13.79
17 11.54
18 23.08
19 32.14
20 37.04
21 35.71
22 23.08
23 31.03
24 32.14
25 40.00
32.14
25.93

Rata-rata 30,70
Minimal 11,54
Maksimal 46,43

Descriptives

kelas Statistic Std. Error
Eksperimen
NGain_Persen Mean 68.3631 2.13266
Kontrol
95% Confidence Interval for Lower Bound 63.9615

Mean Upper Bound 72.7647

5% Trimmed Mean 68.9960

Median 70.3704

Variance 113.706

Std. Deviation 10.66331

Minimum 40.00

Maximum 83.33

Range 43.33

Interquartile Range 15.38

Skewness -.838 .464

Kurtosis .517 .902

Mean 30.6992 1.84382

95% Confidence Interval for Lower Bound 26.8937

Mean Upper Bound 34.5046

5% Trimmed Mean 30.8992

Median 32.1429

Variance 84.992

Std. Deviation 9.21910

Minimum 11.54

Maximum 46.43

Range 34.89

Interquartile Range 13.96

Skewness -.279 .464

Kurtosis -.569 .902

Berdasarkan hasil perhitungan uji N-gain score tersebut, menunjukkan bahwa nilai rata-
rata N-gain score untuk kelas eksperimen (metode Problem based learning) adalah
68,38% termasuk dalam kategori cukup efektif. Dengan nilai N-gain minimal 40 % dan
maksimal 83 %.
Sementara untuk rata-rata N-gain score untuk kelas kontrol (metode konvensional) adalah
sebesar 30,70 % termasuk kategori tidak efektif. Dengan nilai N-gain score minimal
11,54 % dan maksimal 46,43%.
Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode problem based learning cukup
efektif untuk meningkatkan hasil belajar di SMK N 1 Sorkam tahun ajaran 2021/2020

Sementara penggunaan metode konvensional tidak efektif meningkatkan hasil belajar di
SMK N 1 Sorkam.
Uji T Independen untuk N-Gain score dengan SPSS
Konsep dasar uji t independen
1. Uji t independen atau uji independent sample t test merupakan bagian dari analisis
statistik parametrik yang digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan rata-rata nilai
(skor) dua kelompok tidak berpasangan.
2. Jenis data yang digunakan dalam uji ini berupa data berskala interval atau rasio.
3. Persyaratan penggunaan uji ini adalah data berdistribusi normal dan varians homogen
(bukan syarat mutlak).
4. Jika salah satu atau kedua data tersebut tidak berdistribusi normal, maka uji hipotesis
menggunkan uji statistik non parametric dengan mann-whitney u test.
Tahapan uji T Independen untuk N-Gain Score
Analisis Normalitas, Homogenitas, uji t independent kemudian output.
Dasar keputusan uji normalitas shapiro wilk
1. Jika nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal.
2. Jika nilai Sig. < 0,05 maka data tidak berditribusi normal.
Catatan uji normalitas shapiro wilk dipilih sebab jumlah sample (N) yang digunakan untuk kedua
kelas tersebut kurang dari 50 buah. Sementara jika sampel yang kita gunakan dalam penelitian
jumlah lebih dari 50 maka uji normalitas dilakukan mengacu pada nilai Sig.uji Kolmogorov
smirnov

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

kelas Statistic df Sig. Statistic df Sig.
.211
NGain_Persen Eksperimen .102 25 .200* .947 25 .582

Kontrol .116 25 .200* .967 25

*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan table diatas, nilai Sig 0,200 > 0,05 maka data terdistribusi normal menggunakan
acuan kolmogorv-Smirnov.
Interpretasi Uji independent untuk N-Gain score dengan SPSS
Tabel output pertama “Group statistik” sebelum kita menafsirkan makna dari table output
tersebut, maka terlebih dahulu kita perlu melihat kategorisasi tafsiran efektifitas N-gain (%).
Kategori Tafsiran Efektifitas gain

Persentase Tafsiran
< 40 Tidak efektif
40-55 Kurang efektif
56-75 Cukup efektif
<76 Efektif

Sumber: Hake, R,R 1999

Group Statistics

kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Eksperimen 25
NGain_Persen Kontrol 25 68.3631 10.66331 2.13266

30.6992 9.21910 1.84382

Berdasarkan table output Group Statistik tersebut diketahui nilai mean NGain untuk kelas
ekperimen adalah sebesar 68,36% . Berdasarkan table kategori tafsiran efektivitas nilai NGain
(%) maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode problem based learning cukup efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
Selanjutnya diketahui mean NGain untuk kelas kontrol adalah sebesar 30,70% sehingga
berdasarkan table kategori tafsiran efektivitas nilai NGain (%) dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode konvensional tidak efektif meningkatkan hasil belajar siswa.. Maka secara
deskriptif statistik dapat dikatakan bahwa ada perbedaan efektivitas penerapan metode problem
based learning dengan metode konvensional dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Interpretasi
Berdasarakan table output tersebut diketahui nilai sig. pada levene’s Test for Equality of
Variances adalah sebesar 0.561 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa varians data N-
Gain (%) untuk data kelas ekperimen dan kelas kontrol homogeny. Dengan demikian
maka uji t independen untuk Ngain score berpedoman pada nilai sig. yang terdapat pada
table equal variances assumed.
Berdasrkan table output ‘independent sample test” tersebut diketahui nilai Sig.(2Tailed)
adalah 0,00 < 0,005 dengan demikian dapat disimpulkan ada perbedaan efektifitas yang
signifikan (nyata) antara penggunaan Problem based learning dengan metode
konvensional untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Uji One Sample t Test SPSS
Konsep dasar uji one sample t test

1. Uji One sample test disebut juga dengan uji satu sampel.
2. Tujuan uji one sample t test adalah untuk membandingkan rata-rata populasi yang

sudah ada.
3. Uji one sample test dapat juga dipakai untuk menguji hipotesis dalam statistik

deskriptif.
4. Uji one sample test merupakan bagian dari statistik parametrik. Oleh karena itu,

asumsi dasar yang harus terpenuhi adalah data penelitian berdistribusi normal.

Analisis data penelitian dengan SPSS
Melakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah Model Pembelajaran Based

Learning (PBL) Berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan virtual lab di masa

pandemic covid -19?

Melakukan uji one sample test.

Tahapan Analisis

Input Anasilis Output

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.
.060
Hasil Belajar .152 25 .138 .923 25

a. Lilliefors Significance Correction

Dasar Pengambilan keputusan Uji Normalitas
Jika nilai Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal
Jika nilai Sig. > 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
Kesimpulan
Berdasarkan tes normalitas Kolmogorov-smirnov, nilainya 0,138 > 0,05 maka diambil
kesimpulan data berdistribusi normal.
Hipotesis Penelitian

HO=Nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran based learning sama
dengan 75
Ha=Nilai rata-rata hasil belajar siswa dengan pembelajaran based learning tidak
sama dengan 75
Dasar Keputusan Uji one sample test
Dasar pengambilan keputusn dalam uji one sample t test dapat dilakukan dengan 3 cara
1. Membandingkan nilai sig. (signifikan) dengan 0,05.
2. Membandingkan nilai thitung dengan ttabel.
3. Melihat perbandingan nilai thitung dengan ttabel. dengan kurva
Dasar keputusan berdasarkan nilai Sig.

One-Sample Test

Test Value = 75

95% Confidence Interval of the
Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper
30.401
Hasil Belajar 24 .000 16.640 15.51 17.77

Jika nilai Sig.(2-tailed) < 0,05, maka HO ditolak sedangkan jika nilai Sig. (2-
tailed) > 0,05 maka HO diterima. Karena nilai Sig.(2 tailed) sebesar 0,000 < 0,05
maka sesuai dasar pengambilan keputusan diatas HO ditolak. Dengan demikian
nilai rata-rata hasil belajar siswa tidak sama dengan 75.
Perbandingan nilai thitung dengan ttabel.
Jika nilai thitung > ttabel maka HO ditolak.
Jika nilai thitung < ttabel maka HO diterima
Keputusan. Nilai thitung sebesar 30,401 > 2,060 maka HO ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa tidak sama dengan 75
Rumus Mencari ttabel
=0,05/2;df
=(0,025;25)
Kemudian lihat pada distribusi nilai ttabel statistik maka nilai ttabel sebesar 2,060
Dasar mengambil dengan melihat perbandingan nilai thitung dengan ttabel. dengan kurva

Berdasarkan kurva diatas, maka dapat disimpulkan bahwa HO ditolak sehingga dapat
diartikan bahwa nilai rata-rata hasil model Pembelajaran Based Learning (PBL)
Berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan virtual lab di masa pandemic covid -19
tidak sama dengan 75.

1. Hasil Belajar
Hasil belajar dalam penelitian ini meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik.
a. Hasil Belajar Kognitif

Gambaran mengenai hasil belajar kognitif (berkenaan dengan kecerdasan)
siswa SMK N 1 Sorkam sebelum dan sesudah diterapkan Model pembelajaran
Problem Based learning pokok bahasan Kalor disajikan pada tabel 4.
Tabel 1 Ringkasan Hasil Belajar Kognitif Sebelum dan Sesudah
Penerapan Metode

Pembelajaran Problem Based learni

300
200 CERAMAH
100 SIKLUS 1

0 SIKLUS 2

SIKLUS 3

Gambar 2 Grafik model ceramah, Problem based learning siklus 1, siklus 2 dan siklus 3

Dari tabel 1 dan gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sebelum

diterapkan metode pembelajaran problem based learning, yaitu berupa nilai rata-

rata ulangan bab sebelumnya adalah 80,84. Setelah penerapan metode

pembelajaran Problem based learning mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai

rata-rata menjadi 72,20 pada siklus II nilai rata-rata menjadi 74,72 Pada siklus I

nilai rata-rata menjadi 91,64 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 68%.

Kesimpulan dari kriteria peningkatan hasil belajar (Sumber: Melber dalam Syshfitri

(2008:33) dapat dikatakan cukup efektif

b. Hasil Belajar Afektif

Gambaran mengenai hasil belajar afektif siswa SMK N 1 Sorkam sebelum

dan sesudah diterapkan metode pembelajaran problem based learning disajikan

pada tabel 5.

Tabel 5 Ringkasan Hasil Belajar Afektif Pokok dengan Metode
Pembelajaran problem based learning

Kategori Penilaian Siklus Jumlah Siswa Siklus3
No Afektif Siklus II

I

1 Amat Baik 5 6 15
2 Baik 10 10 10
3 Kurang Baik 8 6-
4 Tidak Baik 2 --
5 Ketuntasan (%) - - 68

Dari ringkasan di atas dapat diketahui bahwa pada siklus I terdapat 5 siswa
termasuk dalam kategori amat baik, 10 siswa termasuk dalam kategori baik, dan
8 siswa termasuk dalam kategori kurang baik dan 2 siswa termasuk dalam
kategori tidak baik. Pada siklus II terdapat 6 siswa termasuk dalam kategori amat
baik, 10 siswa termasuk dalam kategori baik, dan 6 siswa termasuk dalam kategori
kurang baik.
Pada Siklus 3 terdapat15 dalam kategori amat baik, 10 siswa kategori baik
Ketuntasan 68 % (Dalam Tabel N Gain Skor)

c. Hasil Belajar Psikomotorik
Gambaran mengenai hasil belajar psikomotorik siswa SMK N 1 Sorkam

sebelum dan sesudah diterapkan metode pembelajaran problem based learning
disajikan tabel 6.

Tabel 6 Ringkasan Hasil Belajar Psikomotorik dengan Metode

Pembelajaran Problem Based learning

Kategori penilaian Jumlah Siswa
No Psikomotorik
Siklus Siklus II Siklus 3

1 Sangat Terampil 7I 15 25
-
2 Terampil 10 10 -
-
3 Kurang Terampil 5- 68

4 Tidak Terampil 3-

5 Ketuntasan (%) --

Dari ringkasan diatas diperoleh hasil, yaitu pada siklus I terdapat 7 siswa
termasuk dalam kategori sangat terampil, 10 siswa termasuk dalam kategori
terampil, 5 siswa termasuk dalam kategori kurang terampil, dan 3 termasuk
dalam kategori tidak terampil. Ketuntasan belajar tidak tercapai , karena kurang
dari 75% maka belum dikatakan tuntas secara kasikal. Pada siklus II diperoleh
15 siswa termasuk dalam kategori sangat terampil, 10 siswa termasuk dalam
kategori terampil, tidak ada siswa termasuk dalam kategori kurang terampil, dan
tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori tidak terampil. Ketuntasan belajar
yang dicapai kurang dari 75% maka dapat dikatakan tuntas secara klasikal.

Pada siklus III diperoleh semua siswa termasuk kategori sangat terampil, tidak ada

siswa dalam kategori terampil, tidak ada siswa dalam kategori kurang terampil dan
tidak ada siswa kategori tidak terampil.

2. Hasil Kuesioner Siswa
Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran Problem based learning

diperoleh melalui lembar kuesioner disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 Ringkasan Hasil Kuesioner Siswa terhadap Penerapan Metode Problem based
learning

No. Pernyataan Persentase (%)

1. Pembelajaran didasarkan pada masalah 88
75
2. Pembelajaran sangat interkatif antara guru dan siswa 78
82
3. Adanya praktikum menggunakan PhET simulation 85
83
4. Siswa dengan senang hati mempresentasikan hasil pembelajaran dengan 87
90
power point.

5. Tanggapan guru terhadap pertanyaan kami

menyenangkan.

6. Adanya siswa diberi kesempatan menyimpulkan pembelajaran

7. Adanya siswa menyampaikan Yel-yel (SMK BISA),

8. Adanya Siswa dieberi icebreaking untuk penyegaran otak.

Dari data diatas diperoleh nilai rerata skor kelas sebesar 34 sehingga
ketertarikan dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran Problem based learning
dikategorikan sangat positif. Sehingga dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan
bahwa pembelajaran dengan metode Problem based learning disukai siswa.

Hasil belajar kognitif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 72,20 dengan
ketuntasan belajar yang dicapai kurang dari 85% siklus I dikatakan tidak tuntas.
Ketidakberhasilan pada siklus I disebabkan faktor-faktor antara lain: kurangnya kesiapan
siswa menghadapi tes, siswa masih kesulitan dalam mengunakan persamaan
matematis, siswa kurang tepat dalam mengalikan bilangan pada soal dan kurang latihan
soal. Hasil belajar afektif pada siklus I terdapat 5 siswa termasuk dalam kategori amat
baik, 10 siswa termasuk dalam kategori baik, dan 8 siswa termasuk dalam kategori kurang
baik dan 2 siswa termasuk dalam kategori tidak baik. Ketuntasan belajar kurang dari 75%
maka dikatakan belum tuntas secara klasikal. Nilai psikomotorik siswa didapatkan
melalui pengamatan langsung oleh guru selama kegiatan pembelajaran pada saat
melakukan percobaan. Diperoleh hasil, yaitu pada siklus I terdapat 7 siswa termasuk dalam
kategori sangat terampil, 10 siswa termasuk dalam kategori terampil, 5 siswa termasuk
dalam kategori kurang terampil, dan 3 siswa termasuk dalam kategori tidak terampil.

Ketuntasan belajar yang be l um dicapai sehingga hasil belajar psikomotorik belum
dikatakan tuntas secara kasikal karena kurang dari 75%.

Hasil belajar afektif dan psikomotorik yang diperoleh siswa kurang berhasil
karena ketuntasan belajar klasikal masih di bawah indikator yang telah ditetapkan. Hal
ini disebabkan antara lain: keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran yang
belum optimal, kurangnya keterlibatan siswa dalam diskusi maupun kegiatan
laboratorium, terlihat hanya beberapa anak yang aktif, bahkan ada beberapa yang hanya
duduk diam atau mondar-mandir melihat pekerjaan kelompok lain, meskipun sudah ada
LKPD sebagai acuan masih banyak siswa yang kurang serius dalam melakukan percobaan
maupun pengamatan. Pada umumnya, setiap kelompok masih membutuhkan bimbingan
guru secara ekstra. Pada siklus I hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik tidak
tuntas, sehingga guru dan peneliti melakukan perbaikan pada siklus II dengan materi
yang sama.

Perbaikan pada siklus II dilakukan untuk meminimalkan permasalahan yang terjadi
pada siklus I dan tetap berorientasi meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya yang
dilakukan adalah dengan cara memberikan latihan soal melalui kuis course review horay,
memotivasi siswa agar bertanya tentang materi yang belum jelas, berperan aktif dalam
diskusi, memperbanyak LKPD dan menugaskan siswa mempelajari LKPD dirumah
sebelum praktikum, serta berdiskusi dan bekerjasama dengan teman satu kelompoknya
dalam mengerjakan tugas. Memberikan penghargaan untuk kelompok yang hasil kerjanya
baik.

Hasil dari siklus II diperoleh hasil belajar kognitif siswa nilai rata-rata 74,72
dengan ketuntasan belajar yang dicapai 92%. Hasil belajar afektif pada siklus II terdapat
6 siswa yang termasuk dalam kategori amat baik, 10 siswa dalam kategori baik,
dan 6 siswa dalam kategori kurang baik. Ketuntasan belajar yang belum tercapai .
Hasil belajar psikomotorik pada siklus II terdapat 15 siswa termasuk dalam
kategori sangat terampil, 10 siswa termasuk dalam kategori terampil, tidak ada siswa
termasuk dalam kategori kurang terampil, dan tidak ada siswa yang termasuk dalam
kategori tidak terampil. Ketuntasan belajar yang tidak tercapai . Hasil belajar kognitif
sudah tuntas secara klasikal karena lebih dari 85% (Mulyasa, 2003:99), demikian juga
hasil belajar afektif dan psikomotorik sudah dikatakan tuntas secara kasikal karena lebih
dari 75% (Priatiningsih dalam Erna Baroroh, 2005:37).

Hasil dari siklus III diperoleh hasil belajar kognitif siswa nilai rata-rata 74,72 dengan
ketuntasan belajar yang sudah tercapai. Hasil belajar afektif pada siklus III terdapat 15
siswa yang termasuk dalam kategori amat baik, 10 siswa dalam kategori baik, dan
tidak ada siswa dalam kategori kurang baik. Ketuntasan belajar yang sudah tercapai.
Hasil belajar psikomotorik pada siklus III terdapat 25 siswa termasuk dalam

kategori sangat terampil, tidak ada siswa termasuk dalam kategori terampil, tidak ada
siswa termasuk dalam kategori kurang terampil, dan tidak ada siswa yang termasuk
dalam kategori tidak terampil. Ketuntasan belajar yang tercapai .

Hasil siklus III diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar kognitif dan
ketuntasan belajar yang dicapai mengalami peningkatan baik dari segi kognitif, afektif
maupun psikomotorik, hal ini menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran pada siklus II
lebih baik. Adanya peningkatan tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran

problem based learniing dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
Kalor. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa pada setiap siklus ini
dikarenakan dalam pembelajaran Problem based learning siswa selalu diajak untuk
mengaitkan materi yang diajarkan dengan peristiwa sehari-hari sehingga dapat
meningkatkan minat siswa serta memotivasi dan mendorong siswa belajar lebih baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2003:33) belajar dengan minat akan
mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat.

Peningkatan nilai rata-rata siswa pada setiap siklus juga dipengaruhi karena
adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, dengan mengalami,
melihat dan mengamati obyek secara langsung dan nyata menuntut siswa untuk terlibat
langsung. Selama proses pembelajaran berlangsung dengan metode pembelajaran
Problem based learning, siswa tidak hanya sekedar menghafal tetapi harus berusaha
mencari pengetahuan mereka sendiri dari pengetahuan baru dan bukan diberi dari guru.
Siswa lebih banyak belajar sendiri, misalnya melakukan percobaan dan
membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya melalui Lembar Kegiatan
Peserta Didik (LKPD) yang telah diberikan oleh guru. Melalui pengalaman tersebut
siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Hal itu sesuai dengan pendapat
Darsono (2004:28) yang menyatakan bahwa salah satu prinsip belajar adalah
mengalami sendiri artinya siswa yang belajar dengan melakukan sendiri akan
memberikan hasil belajar yang lebih cepat dan pemahaman yang lebih mendalam.

Setelah siswa menyelesaikan pengalaman belajarnya, guru meminta siswa untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, baik secara lisan maupun secara
tertulis, kemudian hasil ini ditanggapi oleh kelompok yang lain. Hasil kegiatan ini
memotivasi siswa untuk berani menyampaikan gagasan mereka.

Secara keseluruhan dari siklus I dan siklus II hasil belajar kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa meningkat. Namun masih ada siswa yang belum tuntas baik untuk
penilaian kognitif, afektif maupun psikomotorik. Keberhasilan pembelajaran pada
ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa
yang memiliki minat belajar dan sikap baik terhadap pembelajaran akan merasa senang

dengan mata pelajaran tersebut sehingga diharapkan akan mencapai hasil optimal

(Tim Peneliti Pasca Sarjana UNY, 2003:6).

Peningkatan hasil belajar siswa juga didukung dengan adanya ketertarikan siswa

terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner

tentang ketertarikan dan tanggapan siswa mengenai pelaksanaan pembelajaran

Problem based learning . Menurut De Porter (2004:26) kegembiraan membuat siswa

siap belajar dengan lebih mudah dan bahkan dapat mengubah sikap negatif.

Kegembiraan dalam pembelajaran diantaranya dapat dilakukan dengan bentuk perayaan

(penguatan) diantaranya pujian, tepuk tangan juga yel- yel. Berdasarkan hasil kuesioner

siswa didapatkan bahwa siswa antusias dengan metode pembelajaran Problem based

learning dengan rerata skor 34 atau sangat positif terutama dengan kuis course review

horay. Dengan adanya perayaan siswa dapat terbebas dari ketegangan dalam

pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi Fisika. Selain itu

sebanyak 81% siswa semangat dalam belajar dengan adanya poster dan wangi-wangian

(pengharum ruangan).

Secara keseluruhan rangkaian proses penelitian dengan metode

pembelajaran Problem based learning pada prinsipnya adalah membantu siswa untuk

meningkatkan hasil belajar mereka dengan cara membuat pembelajaran lebih menarik

dan menyenangkan. Dengan pembelajaran Problem Based Learning dapat membuat

pembelajaran yang dilakukan lebih bervariasi, tidak semata-mata didominasi

komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa akan

termotivasi.


Click to View FlipBook Version