The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pemberdayaan Desa Baduy
Kelompok : Peter L Berger ( 12 IPS 2 )
( DIO, KANZA, RAISYA )

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Asyaraisya, 2022-03-05 12:16:25

DESA BADUY Sosiologi_Kelompok 3 Peter L Berger_ XII IPS 2

Pemberdayaan Desa Baduy
Kelompok : Peter L Berger ( 12 IPS 2 )
( DIO, KANZA, RAISYA )

SOSIOLOGI 2022PETER L BERGER

BARIZ HERNANDIO, KANZA RACHMA, RAISYA SAFITRI DESA BADUY
XII IPS 2

Pendahuluan Hukum Mata

Lokal Pencaharian







MATERI Keunikan Pakaian Adat Rumah Adat SUKU BADUY
PEMBAHASAN Desa Baduy Desa Baduy Desa Baduy






Kepercayaan Larangan Yang Upaya
Masyarakat Berlaku Di Pemberdayaan
Masyarakat

Masyarakat

Desa Baduy

PENDAHULUAN Pada mulanya masyarakat suku Baduy hanya terdiri dari
satu komunitas, seiring berjalannya waktu pada akhirnya
Suku Baduy merupakan suku yang tinggal di suatu wilayah Baduy terpecah menjadi dua bagian yang saling berkaitan
yang dikenal dengan wilayah ulayat. Wilayah ulayat berada yaitu Baduy dalam atau tangtu dan Baduy luar atau biasa
dibagian barat pulau Jawa, dikelilingi oleh pegunungan disebut juga dengan Baduy panamping.
Kendeng dengan luas tanah sekitar 5101,8 hektar. Secara
administrasi pemerintahan, wilayah ini dikukuhkan dengan Masyarakat Baduy dalam diharuskan berpegang teguh
nama daerah desa Kanekes, terletak di kecamatan kepada buyut (larangan) dan pikukuh (aturan) sedangkan
Leuwidamar, kabupaten Lebak, provinsi Banten Baduy panamping tidak seketat Baduy tangtu memegang
teguh aturan-atruan adat. Baduy panamping hidup dengan
Suku Baduy dikenal sebagai komunitas yang taat kepada peraturan adat yang lebih longgar dari aslinya namun
kepercayaannya. Kepercayaan yang mereka anut yaitu slam kepercayaaan yang mereka anut tetap sama dengan Baduy
sunda wiwitan. Mereka mempercayai dan yakin tentang tangtu yaitu sunda wiwitan.
adanya satu kuasa yaitu batara tunggal yang disimbolkan
dengan Arca Domas Setelah terbagi dua, muncul kembali bagian lainnya yaitu
Baduy muslim. Mereka merupakan masyarakat suku Baduy
yang telah berpindah agama menjadi muslim, keluar dari
komunitas suku Baduy dan bergabung dengan lingkungan
luar Baduy.

PERBEDAAN BADUY KEHIDUPAN SOSIAL
LUAR DAN DALAM
Masyarakat Baduy membatasi interaksi dengan orang luar.
Suku Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan Mereka juga selalu mengingatkan siapapun yang masuk ke
aturan dengan baik. sementara Suku Baduy Luar sudah terkontaminasi perkampungan Suku Baduy agar menghormati kebiasaan dan
dengan budaya luar. Seperti menggunakan barang elektronik dan sabun adat istiadat masyarakat setempat. Suku Baduy tidak
serta menerima tamu dari luar negeri dan memperbolehkan mereka memakai sabun saat mandi dan tidak pula menggunakan
menginap. Perbedaan lain terlihat dari cara berpakaian mereka. detergen untuk mencuci pakaian. Sebabnya, mereka tak ingin
mencemari air yang menjadi sumber kehidupan.
Suku Baduy Dalam mendiami tiga kampung yaitu Kampung Cikeusik,
Cikertawana dan Cibeo yang dipimpin oleh seorang tetua adat yang Suku Baduy menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak
disebut Pu'un. Pu'un dibantu oleh Jaro sebagai wakilnya dan bertugas membuang sampah sembarangan dan tidak asal-asalan
menentukan masa tanam dan masa panen, juga menerapkan hukum adat menebang pohon. Mereka membatasi diri dari teknologi. Tiada
serta mengobati penduduk yang sakit. televisi, radio, apalagi gadget di rumah-rumah penduduk.

Sementara Suku Baduy Luar tinggal di 50 kampung yang berada di
kawasan Pegunungan Kendeng.

KEPERCAYAAN
MASYARAKAT

Suku Baduy memiliki kepercayaan lokal, yang dianut Setelah alam semesta diciptakan oleh Allah, suku baduy percaya nabi
terbatas oleh orang Baduy, kepercayaan itu disebut Adam diturunkan di hutan Larangan, tempat suci orang Baduy yang
Sunda Wiwitan. Unsur religi dalam Sunda Wiwitan yang dianggap sebagai pusat alam semesta dengan membawa ajaran Sunda
dianut Suku Baduy memiliki kemiripan dengan ajaran Wiwitan. Hutan Larangan dianggap suci oleh masyarakat Baduy karena
Islam.Kesamaan tersebut bisa dilihat dari konsep keberadaan situs penting dalam ajaran Sunda Wiwitan yang disebut Sasaka
ketuhanan dan kenabian dari ajaran Islam. Domas.

Sehingga Suku Baduy menyebut orang muslim dengan Sasaka Domas dijadikan kiblat oleh orang Baduy untuk menentukan arah
sebutan 'Saudara Muda'. Disebut Saudara Muda hal ini dalam membangun rumah. Orang Baduy percaya bahwa nabi Adam
karena Suku Baduy percaya bahwa ajaran Sunda diturunkan khusus untuk mereka saja, sehingga mereka mengaku sebagai
Wiwitan lah yang pertama diturunkan oleh Allah SWT umat nabi Adam sedangkan tugas untuk menyembah Allah di luar Suku Baduy
sebelum ajaran Islam turun dan diajarkan kepada umat diberikan kepada umat nabi Muhammad SAW.
manusia diluar Suku Baduy.
Dengan alasan itu orang-orang Suku Baduy tidak melaksanakan
kewajiban yang dikenakan kepada umat nabi Muhammad SAW sebagai
umat muslim, seperti shalat, puasa ramadhan, zakat dan naik haji dalam
rukun Islam. Dalam ajaran Sunda Wiwitan dikenal juga istilah Syahadat
Baduy, Syahadat Baduy biasa digunakan sebagai salah satu syarat dalam
ritual pernikahan.

HUKUM SEBA BADUY
LOKAL
Tradisi “Seba Baduy” dalam bahasa Baduy “Seba” sendiri berarti
seserahan. Maka Seba Baduy merupakan tradisi seserahan hasil bumi
serta melaporkan berbagai kejadian yang telah berlangsung selama satu
tahun terakhir di Suku Baduy kepada Ibu gede dan Bapak gede atau
pemerintah setempat yang biasa disebut dengan upeti pada kerajaan.
Itu semua merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Baduy Luar dan
Baduy Dalam karena telah mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Harus dilaksanakan satu tahun sekali dan biasanya acara tersebut digelar
setelah musim panen ladang huma.

Dalam tradisi ini masyarakat adat Baduy menitipkan pesan kepada
Pemerintah untuk tetap menjaga kelestarian alam, hutan, dan lingkungan.
Sebab, masyarakat Baduy tinggal di kawasan hutan Gunung Kendeng, di
mana terdapat kelestarian lingkungan yang perlu dijaga, karena
masyarakat Baduy percaya hal itu dapat menjauhkan dari bencana.

perayaan tradisi adat “ngalaksa” itu nantinya warga luar kampung yang
memberikan beras akan menerima bingkisan yang terbuat dari tepung
beras hingga menjadi makanan ngalaksa, yakni sejenis makanan adat
semacam mie tetapi lebih lebar yang terbuat dari tepung beras. Sebagai
simbol untuk saling membantu antar saudara atau tetangga,
bersilaturahmi, dan mengirimkan makanan sebagai ucapan rasa syukur.

HUKUM ADAT HUKUM
LOKAL
Sejak dahulu masyarakat Baduy memang selalu berpegang
teguh pada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang
telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala adat). Patuhnya mereka
kepada aturan, dorongan oleh keyakinan yang kuat, hampir
seluruh masyarakat Baduy tidak pernah menentang aturan
tersebut, dan menjadi pegangan mutlak untuk menjalani
kehidupan bersama.

Laranganya itu seperti :
- Gunung tak diperkenankan dilebur
- Lembah tak diperkenankan dirusak
- Larangan tak boleh di rubah
- Panjang tak boleh dipotong
- Pendek tak boleh disambung
- yang bukan harus ditolak yang jangan harus dilarang
- yang benar haruslah dibenarkan

MATA Masyarakat Suku Baduy bermata pencaharian sebagai
PENCAHARIAN petani atau penggarap ladang. Alam yang subur
mempermudah suku ini dalam menghasilkan berbagai
SUKU BADUY komiditas pangan. Orang Baduy dalam juga sering pergi ke PETER L BERGER
kota besar seperti Serang, Jakarta, atau Bogor untuk menjual
madu dan hasil alam lainnya.

Dalam praktik berladang dan bertani, Suku Baduy juga tidak
menggunakan sapi atau kerbau untuk mengolah lahan. Suku
Baduy juga melarang keras anjing masuk ke kawasan tempat
tinggal mereka dengan alasan menjaga kelestarian alam.
Masyarakat Suku Baduy juga gemar memelihara ayam.

Namun, mereka hanya akan menyembelih ayam pada hari-
hari tertentu saja misalnya saat upacara adat ataupun hari
pernikahan. Pekerjaan sampingan di Baduy Tangtu di
antaranya menyadap nira dan membuat kerajinan anyaman
atau rajutan. Adapun pekerjaan tambahan di Baduy Panamping
cukup bervariasi, antara lain membuat gula aren; menenun
kain khas Baduy ; membuat kerajinan anyaman atau rajutan;
menjual makanan dan minuman ringan, benang, dan kain batik
corak Baduy yang dibeli dari Jakartadan Majalaya; menjual
pakaian, madu, dan kerajinan Baduy ke daerah lain; bahkan
kini ada yang merintis menjadi pemandu wisata bagi para
wisatawan yang berkunjung ke Baduy.

RUMAH ADAT DESA BADUY

Rumah Sulah Nyanda adalah rumah tradisional suku Baduy, yang merupakan suku asli dan
mendiami di Provinsi Banten. Di mana alas pondasinya terbuat dari batu. Lantainya dari
bambu yang dibelah, dindingnya terbuat dari anyaman bambu, tiangnya dari balok kayu
berukuran besar, dan atapnya dibuat dari bilah bambu dan ijuk yang dikeringkan. Rumah
suku Badui dibuat saling berhadapan utara dan selatan. Bangunan rumah masyarakat
Baduy berbentuk rumah panggung. Karena konsep rancangannya mengikuti kontur lahan,
tiang penyangga masing-masing bangunan memiliki ketinggian berbeda-beda.

PAKAIAN ADAT DESA BADUY

Pakaian Adat Baduy Luar
pakaian Baduy terdiri dari tiga bagian utama yakni ikat kepala, baju
dan kain sarung atau celana Komprang. Selain warna hitam yang
mendominasi, Baduy Luar juga memiliki warna khas lain yakni biru
tua motif batik. Warna biru ini biasanya terdapat pada ikat kepala
atau sarung yang dikenakan oleh kaum perempuan.
Adapun pakaian atasan kaum laki-laki warga Baduy dinamakan
Jamang Komprang dan memiliki kancing.

Warga Baduy Luar juga menggunakan ikat kepala atau Lomar.
Ikat kepala ini menjadi ciri khas yang dikenakan dalam keseharian
oleh kaum laki-laki Baduy Luar. Sedangkan, kaum perempuan Baduy
Luar menggunakan kain serupa kebaya berwarna hitam dan
menggunakan kain sarung sebagai pakaian bawahan. Kain sarung ini
dipakai di bawah lutut hingga mata kaki.

Pakaian adat Baduy Dalam
Sementara pakaian adat Baduy Dalam identik dengan warna putih.
Namun, kadang juga menggunakan pakaian berwarna hitam tanpa
kancing. Serupa dengan Baduy Luar, pakaian kaum pria Baduy Dalam
juga terdiri dari tiga bagian. Bagian itu yakni ikat kepala atau
Telekung berwarna putih kecoklatan.

Pu'un

Di Suku Baduy ini Pu’un adalah seorang
pimpinan yang menjadi panutan. Bahkan,
dalam mengambil keputusan terhadap
permasalahan sosial yang ada ada di
tangan Pu’un.

KEUNIKAN Budaya Gotong Royong Suku Baduy
DESA BADUY
Jika kebanyakan masyarakat yang ada di beberapa daerah
sudah mulai meninggalkan gotong royong, berbeda dengan
Suku Baduy. Suku ini hingga sering masih menggunakan
budaya gotong royong dalam berbagai hal.

Biasanya, budaya gotong royong ini akan di terapkan oleh
Suku Baduy ketika memindahkan lahan pertanian ke tempat
lainnya. Sehingga, budaya pada Suku Baduy ini memang
masih kental.




Bentuk Rumah Bukan Penentu Kekayaan

Orang kaya yang ada di Suku Baduy memiliki
tembikar yang terbuat dari bahan kuningan.
Sehingga, semakin banyak tembikar kuningan yang
dimiliki. Maka orang tersebut memiliki derajat yang
lebih tinggi atau lebih kaya. Sehingga ketika Anda
mengunjungi perkampungan Suku Baduy, tidak akan
menemukan bentuk dan ukuran rumah yang
berbeda. Karena semuanya sama.

Budaya Berjalan Kaki

pergi kemanapun orang dari Suku Baduy akan
lebih suka berjalan kaki.
Seperti halnya ketika ingin menjual hasil panen
atau mengunjungi saudara di kota, mereka akan
lebih memilih berjalan kaki. Hal ini tentu saja
memberikan dampak negatif pada alam di
sekitarnya, karena masih terjaga alami.

KEUNIKAN Menganut kepercayaan Sunda Wiwitan Suku Baduy
DESA BADUY
Hingga saat ini, Suku Baduy masih menganut kepercayaan
Sunda Wiwitan. Ini merupakan kepercayaan kepada roh para
nenek moyang atau yang populer dengan sebutan
animisme.
Namun selama bertahun-tahun belakangan, kepercayaan
Sunda Wiwitan ini juga sudah mulai dipengaruhi oleh agama
lain, seperti: Islam, Hindu, dan yang lainnya.

Perjodohan

Seorang gadis yang ada di Suku Baduy ini akan di
jodohkan ketika masih usia 14 tahun.
Nah, biasanya selama proses perjodohan ini, orang tua
laki-laki dari Suku Baduy ini bebas memilihkan wanita
untuk anaknya. Namun, jika tidak ada yang cocok,
pilihan Pu’un menjadi solusinya dan tak boleh
terbantahkan.

Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Desa Baduy

SUKU BADUY




Salah satu destinasi budaya yang menjadi andalan di Provinsi Banten, yaitu daya tarik
wisata kampung Suku Baduy. Sebagai daya tarik wisata yang mempunya keunikan

kebudayaan dan alam, daya tarik wisata ini ditopang oleh keberadaan budaya masyarakat
Suku Baduy, yang mempunyai keunikan tersendiri.

Pengembangan Desa Kampung Wisata Baduy membutuhkan dukungan berupa tenaga dan
pikiran dari masyarakat setempat. Hal ini disebabkan daya tarik utama yang ditawarkan
oleh kampung wisata ini adalah keunikan dari budaya masyarakat Baduy yang terjaga sejak
dulu, sehingga dibutuhkan sumber daya manusia berkualitas dan memiliki kemampuan untuk
dapat memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki. Permasalahannya adalah hampir semua
masyarakat Desa Baduy memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, karena secara
adat, masyarakat Baduy menolak utuk bersekolah. Di sisi lain, pemahaman tradisional yang
dimiliki tetap harus dihormati, sehingga dibutuhkan pemberdayaan masyarakat sekitar

Baduy, maupun di Provinsi Banten.



Studi ini dilakukan untuk memahami bentuk partisipasi masyarakat adat dalam
pengembangan desa wisata kampung Baduy ke depannya. Studi ini diharapkan dapat

memberikan manfaat teoretis bagi para akademisi untuk studi mengenai
partisipasi masyarakat dalam pengembangan daya tarik wisata suatu destinasi; serta
memperkaya pengetahuan tentang desa wisata khususnya mengenai pemberdayaan
masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Baduy. Hal ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan pemikiran serta referensi bagi penelitian maupun ilmu di bidang pariwisata. Di
sisi lain, studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat dan
perangkat desa untuk dijadikan referensi dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam

mengembangkan pariwisata di Desa Wisata Kampung Baduy.

PENUTUP SARAN

DISUSUN OLEH : 1.Pihak suku Baduy sudah termasuk jaro atau kepala desa
sebagai pengelola lebih menjaga dan mengawasi dalam
1). BARIZ HERNANDIO kehidupan sosial yang menjadi nilai yang begitu kuat dalam
mennghadirkan wisatawan untuk hadir
2). KANZA RACHMA ALLYSA
( Mencari Hukum Lokal, Kepercayaan, Perbedaan, 2.Pihak pengelola suku Baduy terus memberikan informasi
secara moderen dan memunculkan keunggulan dan
Kehidupan sosial, Mata pencaharian, Upaya pemberdayaan ) keunikan mengenai Suku Baduy melalui media sosial.

3). RAISYA SAFITRI PUTERI F Mari kita jaga, pelihara dan lestarikan benda cagar budaya
( Membuat PPT dan Anyflip, Pendahuluan, Mencari khususnya tenun selendang Baduy sebagai warisan yang
mempunyai nilai penting untuk ilmu pengetahuan sejarah
Materi Pakaian adat, Rumat adat, Keunikan, Dan Penutup ) kebudayaan bangsa, warisan budaya itu sendiri serta kesadaran
kepemilikannya, sangat berguna bagi kependidikan, yaitu
sebagai waliana dalam memupuk rasa kebanggaan nasional dan
memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa, serta untuk
memperkaya pengetahuan pada umumnya.

DAFTAR https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/16/mengenal-sejarah-
PUSTAKA suku-baduy-tempat-tinggal-hingga-tradisi
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/09/10/tradisi-seba-
Baduy-dan-hukum-adat-leluhur-banten
https://id.wikipedia.org/wiki/Pikukuh_Baduy#:~:text=Pikukuh%20Bad
uy%20adalah%20sebuah%20larangan,kehidupan%20ini%20yang%20sud
ah%20ditentukan.
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/16/mengenal-sejarah-
suku-Baduy-tempat-tinggal-hingga-tradisi?page=1
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/kehidupan-
masyarakat-Baduy/
http://ojs-journey.pib.ac.id/index.php/art/article/download/43/29
https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/16/suku-baduy-
banten-budaya-bahasa-pakaian-adat-hingga-tarian-daerah


Click to View FlipBook Version