Gizi Remaja Menghadapi 1000 HPK
Dita Nurul Aini
PO.62.31,3.19 293
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika
Apa itu 1000 HPK
Apa itu Remaja
1000 HPK adalah fase kehidupan yang dimulai sejak
terbentuknya janin dalam kandungan (270 hari) sampai
berusia 2 tahun (730 hari)
1000 hari pertama kehidupan adalah promosi kesehatan
yang wajib dilakukan karena berdampak besar bagi
kehidupan nantinya (Melly & Magdalena, 2018).
Periode seribu hari, yaitu 270 hari selama
kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan
pertama bayi yang dilahirkannya, merupakan
periode sensitif karena akibat yang
ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan
bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi
Pertumbuhan dan Periode 1000 HPK (Hari Pertama
perkembangan memerlukan Kehidupan) merupakan periode
asupan gizi dari ibu, baik yang sensitive yang menentukan
dikonsumsi ibu maupun yang kualitas hidup anak di masa
berasal dari mobilisasi yang akan datang, dimana
simpanan ibu. Bila pasokan akibat yang ditimbulkan
gizi dari ibu ke bayi kurang, terhadap bayi pada masa ini
akan bersifat permanen dan
bayi akan melakukan tidak dapat dikoreksi.
penyesuaian, karena bayi
bersifat plastis (mudah
menyesuaikan diri).
Kejadian stunting merupakan masalah gizi kronik yang disebabkan
oleh banyak penyebab atau multi faktor atau multi dimensi.
Intervensi yang paling menentukan adalah intervensi yang
dilakukan pada 1000 HPK. Hal ini sebabkan karena masa 1000 HPK
merupakan masa yang tepat dalam usaha peningkatan nutrisi. Masa
ini disebut dengan window of opportunity yang yang memiliki
dampak yang cukup besar. Apabila terjadi malnutrisi pada masa
tersebut maka akan berdampak permanen dan jangka panjang. Pada
1000 HPK ini sistem organ mengalami peningkatan pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat.
Remaja (adolescence) menurut WHO adalah
suatu masa individu berkembang saat
pertama kali menujukkan perubahan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat
mencapai kematangan seksual, mengalami
perkembangan psikologis dan pola
identifikasi diri dari kanak-kanak menjadi
dewasa dan terjadi peralihan
ketergantungan sosial ekonomi yang relatif
mandiri.
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain,
seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering
pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung
antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja
awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan
masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja
disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap,
dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik
(Hurlock, 2004).
Usia remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa
yang membutuhkan asupan gizi yang adekuat. Remaja merupakan salah
satu periode dalam kehidupan antara pubertas dan maturitas penuh (10-
21 tahun), juga suatu proses pematangan fisik dan perkembangan dari
anak-anak sampai dewasa. Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga
periode, yaitu remaja awal (10-14 tahun), remaja pertengahan (15-17
tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun) (Kusuma, dkk., 2012).
Menurut WHO batasan usia masa remaja dibagi menjadi tiga yaitu masa
remaja awal (early adolescence) berusia 10-13 tahun, masa remaja tengah
(middle adolescence) berusia 14-16 tahun, dan masa remaja akhir (late
adolescence) berusia 17-19 tahun. Remaja putri yang duduk di bangku
sekolah menengah pertama (SMA) rata-rata berumur 15-18 tahun
berdasarkan WHO remaja putri SMA masuk dalam kategori remaja tengah
dan remaja akhir.
Pertumbuhan anak remaja menempatkannya pada keadaan tidak stabil
dan lebih cenderung
EMOSI
karena pada usia inilah “pencarian jati diri” di mulai. Banyak yang
mengatakan jika perkembangan psikologis sang anak tidak sepesat
pertumbuhan fisik dari sang anak pada usia ini. Pada usia ini mereka
cenderung mengalami peristiwa yang dikenal dengan istilah “storm
and stress”, dimana mereka akan mulai merasakan tekanan-tekanan
yang berasal dari diri mereka sendiri maupun dari lingkungan mereka,
dan dimulainya proses pengambilan keputusan, adaptasi, dan bagaimana
harus menyikapi setiap tekanan yang terjadi dalam hidup mereka. Oleh
karena itu remaja pada usia ini akan cenderung lebih labil karena
ketidakstabilan emosi dalam diri mereka
POLA MAKAN
Pola makan dapat diartikan suatu kebiasaan menetap dalam
hubungan dengan konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis
bahan makanan:makanan pokok, sumber protein, sayur, buah,
dan berdasarkan frekuensi: harian, mingguan, pernah, dan
tidak pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan
danwaktu makan manusiadipengaruhi oleh usia, selera pribadi,
kebiasaan, budaya dan sosialekonomi (Almatsier,2002).
Pendapat dua pakar yang berbeda-beda dapat diartikan secara
umum bahwa pola makan adalah cara atau perilaku yang
ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih,
menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap
hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan dan
frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial,
budaya di mana mereka hidup (Hudha, 2006).
Timbulnya masalah gizi remaja pada dasarnya dikarenakan
perilaku nutrisi yang salah, yaitu ketidakseimbangan konsumsi
dan kebutuhan nutrisi.Selain itu, pola aktivitas fisik yang tidak
seimbang dengan asupan makanan menyebabkan
ketidakseimbangan antara penggunaan dan masuknya energi
dari makanan.Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya
penumpukan atau kekurangan kalori. Remaja perkotaan
dinegara maju cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji
dan kurang aktivitas (sedentary) yang memicu obesitas.
Sementara itu, praktik pengontrolan berat badan yang tidak
sehat juga berkembang di kalangan remaja perkotaan utamanya
pada remaja putri (Brown, 2013).
ENERGI
Beberapa studi menunjukkan ada hubungan antara
pertumbuhan dengan asupan kalori. Kebutuhan energi remaja
putri memuncak pada usia 12 tahun yaitu hingga 2550 Kkal per
hari dan kemudian menurun menjadi 2.200 Kkal pada usia 18
tahun. Kebutuhan energi didasarkan pada tahap-tahap
perkembangan fisiologis bukan usia kronologis (Sugoyo,
2006).
WHO menganjurkan rata-
ratakonsumsi energi
makanansehari adalah 10-15%
berasal dari protein, 15-30%
dari lemak dan 55-57% dari
karbohidrat (Almatsier, 2011).
PROTEIN
umber protein sangat diperlukan untuk
pertumbuhan pembentukan jaringan-
perkembangan badan, jaringan baru
pemeliharaan tubuh
sumber protein
nabati
Sumber protein sangat diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan badan,
pembentukan jaringan-jaringan baru dan pemeliharaan tubuh.
hewani
lemak
Lemak merupakan zat gizi yang terdiri dari molekul karbon
(C), hydrogen (H), dan oksigen (O²) yang mempunyai sifat
dapat larut pada zat pelarut tertentu.
sumber lemak
Karbohidrat
Karbohidrat dikenal sebagai zat gizi makro sumber “bahan
bakar” (energi) utama bagi tubuh. Sumber karbohidrat
utama dalam pola makanan Indonesia adalah beras. Di
beberapa daerah, selain beras digunakan juga jagung, ubi,
sagu, sukun,
beras sumber
ubi karbohidrat
sagu
jagung
sukun
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja Putri
langsung
tidak langsung
langsung
asupan gizi Penyakit infeksi
Remaja putri pada umumnya memiliki Penyakit infeksi dapat bertindak sebagai pemula
kebiasaan makan tidak sehat. Antara lain terjadinya kurang gizi sebagai akibat
kebiasaan tidak makan pagi, malas minum air
putih, diet tidak sehat karena ingin langsing menurunnya nafsu makan, adanya gangguan
(mengabaikan sumber protein, karbohidrat, penyerapan dalam saluran pencernaan atau
vitamin dan mineral), kebiasaan ngemil peningkatan kebutuhan zat gizi oleh adanya
makanan rendah gizi dan makanan siap saji. Hal penyakit. Kaitan penyakit infeksi dengan
tersebut menyebabkan remaja tidak mampu keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal
memenuhi keanekaragaman zat makanan yang
dibutuhkan oleh tubuhnya (Suryani,2015). balik, yaitu hubungan sebab akibat.
tidak langsung
umur
jenis kelamin
status ekonomi
lingkungan
aktivitas fisik
thank
you!
from dita nurul