Modul
SUMBER-SUMBER
KESALAHAN PADA TAHAP
PRA ANALITIK, ANALITIK
DAN PASCA ANALITIK
NOVRIANI GLORIA
PO714203191059
QC DAN VALIDASI METODE
Daftar Isi
SUMBER-SUMBER KESALAHAN PADA TAHAP PRA
ANALITIK, ANALITIK DAN PASCA ANALITIK
DAFTAR ISI..........................................................01
PENDAHULUAN....................................................02
KESALAHAN TEKNIK..............................................05
CARA MENGATASI KESALAHAN TEKNIK.....................14
KESALAHAN NON TEKNIK.......................................16
CARA MENGATASI KESALAHAN NON TEKNIK.............21
DAFTAR PUSTAKA.................................................22
QC DAN VALIDASI METODE 01
Pendahuluan
Kegiatan pemeriksaan sampel di
laboratorium dimulai dari tahap pra
analitik, tahap analitik dan tahap pasca
analitik. Untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang
dipercaya/ bermutu, maka setiap tahap
kegiatan harus benar, sesuai dengan
standar operasional prosedur (SOP).
Mulai dari mempersiapkan pasien untuk
mendapatkan sampel yang
reprasentatif, pengambilan sampel,
pengolahan sampel, pengiriman sampel,
pemeriksaan sampel sampai distribusi
hasil pemeriksaan pasien kepada klinisi.
Pada setiap tahap, mulai dari tahap pra
analitik, tahap analitik dan tahap pasca
analitik selalu ada peluang untuk
terjadinya kesalahan.
Hasil pemeriksaan yang mempunyai 02
pola yang sama, seperti ada
kecenderungan meningkat secara terus
menerus atau turun yang menjurus ke
satu arah, atau hasilnya selalu lebih
besar atau selalu lebih kecil dari nilai
seharusnya. Hal ini merupakan suatu
tanda bahwa telah terjadi kesalahan di
laboratorium. Kesalahan tersebut
dinamakan kesalahan sistematik.
Kesalahan sistematik menunjukan
tingkat ketepatan (akurasi) hasil
pemeriksaan berkurang.
QC DAN VALIDASI METODE
Secara umum kesalahan-kesalahan yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium dikelompokkan menjadi:
1. Pra analitik a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient Praparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen Collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling)
2. Analitik a. Reagen (reagents)
b. Peralatan (instruments)
c. Kontrol & bakuan (control & standard)
d. Metode analitik (analytical method)
e. Ahli Teknologi (Technologist)
3. Pasca analitik a. Perhitungan (calculation)
b. Cara menilai (method evaluation)
c. Ketatausahaan (clerical)
d. Penanganan informasi (information handling)
(Kahar, 2005)
QC DAN VALIDASI METODE 03
Tahap-tahap proses
pemeriksaan di
laboratorium
Tahap-tahap pemeriksaan spesimen di laboratorium mulai dari tahap pra
analitik lalu tahap analitik dan yang terakhir tahap pasca analitik, yang
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Tahap-tahap proses pemeriksaan di laboratorium (Sumber: Usman, 2015)
Pada setiap tahap selalu ada peluang untuk terjadinya
kesalahan, baik kesalahan yang tidak dapat dihindari maupun kesalahan
yang sulit untuk diatasi. Kesalahan yang terjadi pada tahap pra analitik
adalah yang terbesar, yaitu dapat mencapai 68%, sedangkan kesalahan
pada tahap analitik sekitar 13%, dan pada tahap pasca analitik
kesalahannya sekitar 19% (Usman, 2015). Kesalahan yang terjadi di
laboratorium selama proses pemeriksaan, dikelompokkan menjadi 2 jenis
kesalahan analitik, yaitu kesalahan teknik dan kesalahan non teknik.
Kesalahan teknis sering terjadi pada tahap analitik, yaitu berhubungan
dengan reagensia, peralatan, bahan kontrol, metode pemeriksaan yang
digunakan dan pada tenaga ATLM. Kesalahan ini sering terjadi pada saat
proses pemeriksaan berlangsung, yaitu dapat berupa kesalahan acak dan
kesalahan sistematik.
QC DAN VALIDASI METODE 04
KESALAHAN TEKNIK
Pengukuran/pemeriksaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam
tahap analitik. Setiap hasil pengukuran/pemeriksaan spesimen di
laboratorium akan selalu mengandung kesalahan/error. Tidak ada
pengukuran yang bebas dari kesalahan. Kesalahan ini disebut kesalahan
teknik, yaitu kesalahan yang timbul pada saat melaksanakan pemeriksaan
di labortaorium. Kesalahan teknik merupakan kesalahan yang sudah
melekat, bersifat alamiah, selalu ada pada setiap pemeriksaan dan
seakan-akan tidak mungkin dapat dihindari. Usaha perbaikan hanya
dapat memperkecil kesalahan tapi tidak mungkin menghilangkannya,
misalnya kesalahan dalam mengatur panjang gelombang pada fotometer
atau kesalahan dalam mengatur suhu waterbath atau kesalahan dalam
pengenceran larutan standar (Depkes, 2008; Santoso, 2008).
Kesalahan teknik atau kesalahan analitik yang terjadi di laboratorium,
umumnya dipengaruhi faktor sebagai berikut:
a. Reagen (reagents)
b. Peralatan (instruments)
c. Kontrol & bakuan (control & standard)
d. Metode analitik (analytical method)
e. Ahli Teknologi (Technologist)
QC DAN VALIDASI METODE 05
1. Reagen (Reagents)
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
a. Menurut tingkat kemurniannya reagen/zat kimia dibagi menjadi:
1.Reagen tingkat analitis (Analytical Reagen/ AR), adalah reagen yang terdiri
atas zat-zat kimia yang mempunyai kemurnian sangat tinggi. Kemurniannya
dicantumkan pada botol/wadahnya. Penggunaan bahan kimia ini tidak dapat
digantikan dengan bahan kimia tingkat lain.
2.Zat kimia tingkat lain
Zat kimia ini tersedia dalam tingkatan dan penggunaan yang berbeda, yaitu:
Tingkat kemurnian kimiawi (Chemically Pure Grade)
Tingkat praktis (Practical Grade)
Tingkat komersil (Commercial Grade) Merupakan zat kimia yang bebas
diperjualbelikan dipasaran, seperti alkohol 70%.
Tingkat teknis (Technical Grade) Umumnya zat kimia tingkat ini digunakan
pada industri kimia Zat kimia yang mempunyai tingkat kemurnian kimiawi
(Chemically Pure Grade).
b. Menurut cara pembuatannya, dibagi menjadi:
1.Reagen jadi (reagen komersial) ; yaitu reagen yang dibuat oleh pabrik, reagen
ini direkomendasikan sebagi pilihan utama. Jika tidak ada reagen komersial,
maka diperbolehkan menggunakan reagen buatan sendiri.
2.Reagen buatan sendiri
Keuntungan reagen buatan sendiri:
Dapat dibuat segar sehingga penundaan dan kerusakan akibat transportasi
dan penyimpanan dapat dihindari.
Penggunaan zat pengawet dapat dihindari.
Bila timbul masalah, pemecahannya lebih mudah sebab proses
pembuatannya diketahui.
Bila reagen rusak atau terkontaminasi, maka dapat segera membuat reagen
tersebut. Tidak perlu menunggu pemgiriman reagen tersebut.
Penghematan dari segi biaya.
Kerugian reagen buatan sendiri: 06
Sulit distandarisasi
Biasanya tidak melalui uji Quality Control (QC)
Tidak dapat ditentukan stabilitasnya
QC DAN VALIDASI METODE
2. Peralatan (instruments)
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat
tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara
operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan (Depkes, 2008).
Cara penggunaan/pengoperasian masing-masing jenis peralatan
laboratorium harus ditulis dalam instruksi kerja. Setiap peralatan harus
dilakukan pemeliharaan (maintenance) sesuai dengan petunjuk
penggunaan, yaitu agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat beroperasi
dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Kegiatan pemeliharaan harus
dilakukan secara rutin. Setiap alat harus mempunyai kartu pemeliharaan
yang diletakkan dekat alat tersebut, kartu ini berisi catatan setiap
tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan kelainankelainan yang
ditemukan. Bila terjadi kerusakan/kelainan pada alat, maka segera
dilaporkan kepada penanggung jawab alat tersebut untuk dilakukan
perbaikan (Depkes, 2008).
Keuntungan melakukan pemeliharaan alat (maintenance) akan diperoleh:
Peningkatan kualitas produksi
Peningkatan keamanan kerja
Pencegahan produksi yang tiba-tiba berhenti
Penekanan waktu luang/pengangguran bagi tenaga pelaksana
Penurunan biaya perbaikan
QC DAN VALIDASI METODE 07
3. Kontrol dan Bakuan (Control
and Standard)
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan
suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil
pemeriksaan sehari-hari.
>Persyaratan bahan kontrol:
Harus memilki komposisi yang sama dengan spesimen. Misalnya:
untuk pemeriksaan urine digunakan bahan kontrol urine atau
menyerupai urine, untuk pemeriksaan darah digunakan bahan kontrol
darah atau menyerupai darah.
Harus stabil Komponen yang terkandung dalam bahan kontrol harus
stabil, artinya tidak akan berubah dalam masa penyimpanan sampai
batas kadaluarsa.
Mempunyai sertifikat analisa yang dikeluarkan oleh pabrik
pembuatnya.
>Bahan kontrol dapat dibedakan berdasarkan:
Sumber bahan kontrol Berdasarkan sumbernya, bahan kontrol dapat
berasal dari manusia, binatang atau bahan kimia murni. Untuk
pemeriksaan spesimen dari manusia, sebaiknya menggunakan bahan
kontrol dari manusia. Karena dalam bahan kontrol yang berasal dari
binatang ada beberapa zat yang berbeda dengan spesimen dari
manusia.
Bentuk bahan kontrol Menurut bentuk bahan kontrol ada yang
berupa: bentuk cair, bentuk padat bubuk (liofilisat) dan bentuk strip.
Bentuk liofilisat lebih stabil dan tahan lama dibandingkan bentuk cair.
Bahan kontrol bidang kimia klinik, hematologi dan imunoserologi
umumnya menggunakan bentuk cair dan liofilisat. Bidang urinealisa
menggunakan bentuk cair, liofilisat dan strip.
Cara pembuatan bahan kontrol Bahan kontrol dapat dibuat sendiri
atau dibeli dalam bentuk jadi. Bahan kontrol yang dibuat sendiri dapat
menggunakan bahan dari manusia (serum, lisat) atau menggunakan
bahan kimia murni. Bahan kontrol yang diambil manusia harus bebas
dari penyakit menular lewat darah, seperti HIV, hepatitis, HCV dan
lain-lain.
QC DAN VALIDASI METODE 08
Ada bermacam-macam bahan kontrol buatan sendiri, yaitu:
1.Pool sera Bahan kontrol ini dibuat dari kumpulan sisa serum pasien
sehari-hari. banyak digunakan bidang kimia klinik. Keuntungan pool
sera yaitu: mudah didapat, bahan berasal dari manusia (pasien), tidak
perlu dilarutkan (rekonstitusi), dan murah. Kerugiannya yaitu:
merepotkan tenaga teknis untuk membuatnya, harus membuat
kumpulan serum khusus untuk enzim, snalisis statistik harus
dikerjakan setiap 3-4 bulan, stabilitas beberapa komponen kurang
terjamin (aktivitas enzim, bilirubin dan lain-lain), bahaya infeksi
sangat tinggi.
2.Bahan kontrol kimia murni Bahan kontrol ini dibuat dari bahan kimia
murni (larutan spikes), banyak digunakan bidang kimia klinik,
urinealisa dan kimia lingkungan.
3.Hemolisat Bahan kontrol ini dibuat dari lisat, banyak digunakan
bidang hematologi
4.Bahan kontrol dari strain murni Bahan kontrol ini untuk pemeriksaan
bidang mikrobiologi.
Bahan kontrol yang sudah jadi (komersial), yaitu:
1.Unassayed Merupakan bahan kontrol yang tidak memiliki nilai rujukan
sebagai tolak ukur. Nilai rujukan dapat diperoleh setelah dilakukan
periode pendahuluan. Biasanya dibuat kadar normal/abnormal
(abnormal tinggi atau abnormal rendah). Keuntungan bahan kontrol
2.Assayed Merupakan bahan kontrol yang diketahui nilai rujukannya
serta batas toleransi menurut metode pemeriksaannya. Hanya bahan
kontrol ini lebih mahal. Bahan kontrol ini dapat digunakan untuk
akurasi kontrol, selain itu dapat digunakan untuk menilai alat dan cara
baru.
QC DAN VALIDASI METODE 09
4. Metode analitik
(Analytical Method)
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang laboratorium berkembang dengan
pesat, persaingan antar laboratorium semakin ketat, serta tuntutan pelanggan
terus meningkat, hal ini harus menjadi perhatian laboratorium dalam memilih
metode pemeriksaan yang dibutuhkan. Sehingga dapat dipastikan bahwa
metode pemeriksaan yang digunakan tetap memiliki makna klinis
sebagaimana yang dibutuhkan.
Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan metode pemeriksaan:
a. Tujuan Pemeriksaan
Metode pemeriksaan yang digunakan dapat untuk uji saring, diagnostik dan
evaluasi hasil pengobatan serta surveilen. Pemilihan metode pemeriksaan
harus dengan kemampuan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, agar hasil
yang didapatkan mempunyai keandalan dan dapat dipercaya.
b. Kecepatan Hasil
Pemeriksaan Pasien di UGD (Unit Gawat Darurat) memerlukan hasil
pemeriksaan laboratorium yang cepat untuk mengatasi
kegawatdaruratannya, sehingga dibutuhkan metode pemeriksaan yang cepat
untuk diagnostik dan pengobatan.
a. Rekomendasi Resmi Metode pemeriksaan yang digunakan di
laboratorium harus yang direkomendasikan oleh:
1. WHO (World Health Organization)
2. IFCC (International Federation of Clinical Chemistry) Meliputi
pemeriksaan kimia klinik
3. NCCLS (National Comittee for Clinical Laboratory Standards) Meliputi
pemeriksaan mikrobiologi
4. ICSH (International Comittee for Standarisationin Hematology) Meliputi
pemeriksaan hematologi
QC DAN VALIDASI METODE 10
5. Ahli Teknologi
(Technologist)
Seorang Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) mempunyai tugas
dan tanggung jawab dalam mengeluarkan hasil laboratorium, sehingga
harus mempunyai kompetensi yang sesuai. Hasil laboratorium digunakan
oleh dokter untuk menangani pasien dalam hal terapi dan diagnostik,
sehingga seorang ATLM berperan penting dalam proses penyembuhan
penyakit pasien. Seorang ATLM yang bekerja di laboratorium harus
memperoleh cukup banyak informasi mengenai pasien dan penyakitnya
untuk mengambil keputusan hasil laboratorium (WHO, 2011).
Kesalahan teknik yang merupakan kesalahan analitik dilaboratorium
terdiri dari 2 jenis kesalahan, yaitu:
a. Kesalahan acak (random error)
b. Kesalahan sistematik (systematic error)
QC DAN VALIDASI METODE 11
Kesalahan Acak
(Random Error)
Kesalahan acak (random error) disebabkan oleh faktor-faktor yang
secara acak/random berpengaruh pada proses pengukuran. Kesalahan ini
bersumber dari variasi yang bersifat acak dan dapat terjadi diluar kendali
personil yang melakukan pengukuran. Kesalahan jenis ini menunjukkan
tingkat ketelitian (prasisi) pemeriksaan. Kesalahan ini akan tampak pada
pemeriksaan yang dilakukan berulang pada sampel yang sama dan hasilnya
bervariasi, kadang-kadang lebih besar, kadang-kadang lebih kecil dari nilai
seharusnya. Hasil pengukuran berulang tersebut akan terdistribusi di sekitar
nilai sebenarnya (true value), dan mengikuti distribusi normal (Gausian).
Kesalahan ini merupakan kesalahan dengan pola yang tidak tetap. Penyebab
kesalahan ini adalah ketidakstabilan, misalnya pada penangas air, reagen,
pipet, dan lain-lain. Kesalahan ini berhubungan dengan prasisi/ketelitian.
Kesalahan acak dalam analitik seringkali disebabkan oleh hal berikut:
1. instrumen yang tidak stabil
2. variasi temperatur, variasi reagen dan kalibrasi
3. variasi teknik pada prosedur pemeriksaan (pipetasi, pencampuran, waktu
inkubasi)
4. variasi operator/analis Selain beberapa hal tersebut, ada penyebab lain
yang dapat menyebabkan kesalahan acak seperti fluktuasi tegangan
listrik dan kondisi lingkungan (Santoso, 2008; Depkes, 2008).
QC DAN VALIDASI METODE 12
Kesalahan Sistematik
(Systematic error)
Kesalahan sistematik disebabkan oleh berbagai faktor yang secara
sistematis mempengaruhi hasil pengukuran. Kesalahan jenis ini menunjukkan
tingkat ketepatan (akurasi) pemeriksaan. Sifat kesalahan ini menjurus ke satu
arah. Hasil pemeriksaan selalu lebih besar atau selalu lebih kecil dari nilai
seharusnya.
Kesalahan sistematik ini merupakan kesalahan yang terus menerus
dengan pola yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh standar kalibrasi atau
instrumentasi yang tidak baik. Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi
suatu metode atau alat, dan kesalahan ini dapat menghasilkan nilai yang
tetap atau jika berubah dapat dipradiksi.
Kesalahan sistematik umumnya disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
Spesifitas reagen rendah (mutu rendah)
Kelemahan metode pemeriksaan
Blangko sampel dan blangko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi tidak
liniear)
Mutu reagen kalibrasi kurang baik
Alat bantu (pipet) yang kurang akurat
Panjang gelombang yang dipakai
Salah cara melarutkan reagen
Kesalahan sistematik dibagi dua, yaitu:
Kesalahan sistematik konstan (constant systematic error)
Kesalahan sistematik proporsional (proportional systematic error)
QC DAN VALIDASI METODE 13
Cara Mengatasi
Kesalahan Teknik
Kesalahan teknis yaitu kesalahan yang timbul pada saat melaksanakan
pemeriksaan di labortaorium (tahap analitik). Walaupun kesalahan teknik yang
paling kecil jika dibandingkan kesalahan pra analitik dan pasca analitik, tetapi
tetap harus mendapat perhatian.
Di bawah ini adalah cara mengatasi/ meminimalkan kesalahan teknis yang
berupa kesalahan acak dan sistematik.
Cara meminimalkan kesalahan acak dan sistematik
Jenis Kesalahan Cara meminimalkan kesalahan
Kesalahan Acak Ambil lebih banyak data. Kesalahan acak dapat
dievaluasi melalui analisis statistik dan dapat
dikurangi dengan rata-rata pada sejumlah besar
pengamatan.
Perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Kestabilan instrumen harus dijaga
2. Temperatur harus konstan, reagen dengan lot yang
sama dan lakukan kalibrasi pada alat
3. Prosedur pemeriksaan sesuai SOP
4. Teknik pipetasi yang benar, pencampuran, dan
waktu inkubasi yang tepat.
5. Teknisi laboratorium (ATLM) harus kompeten
Kesalahan sistematik Kesalahan sistematik sulit dideteksi dan tidak dapat
dianalisis secara statistik, karena semua data menuju
ke arah yang sama (baik ke tinggi atau terlalu
rendah). Melihat dan mengoreksi kesalahan
sistematis membutuhkan banyak perawatan.
Perhatikan hal-hal berikut ini:
1. Periksa sistem kontrol kualitas, pastikan bahan
kontrol tidak terkontaminasi, atau kadaluarsa.
2. Periksa reagensia yang digunakan
3. Periksa larutan standar
4. lakukan kalibrasi kembali 5. Periksa instrumentasi
yang digunakan
QC DAN VALIDASI METODE 14
CARA MENGATASI KESALAHAN TEKNIK
Di bawah ini adalah alur pemecahan masalah untuk kesalahan sistematik,
agar didapatkan hasil laboratorium yang andal dan dipercaya
QC DAN VALIDASI METODE 15
KESALAHAN NON TEKNIK
Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk
mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam
pengambilan spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan
pasien. Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya
kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil
pengujiannya merupakan fokus yang utama (Usman, 2015).
Teknisi laboratorium terus menerus mencari dan mengembangkan
strategi untuk memperbaiki dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang
sering terjadi di laboratorium. Alur kerja di laboratorium adalah suatu
proses yang saling berhubungan satu fase dengan fase berikutnya,
sehingga baik secara langsung atau tidak langsung adanya kesalahan
mulai tahap
pra analitik sampai tahap terakhir akan sangat berpengaruh (Usman,
2015).
Kesalahan non teknik ada dua, yaitu :
Pra Analitik
Pasca Analitik
QC DAN VALIDASI METODE 16
KESALAHAN NON TEKNIK
Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk
mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam
pengambilan spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan
pasien. Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya
kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil
pengujiannya merupakan fokus yang utama (Usman, 2015).
Teknisi laboratorium terus menerus mencari dan mengembangkan
strategi untuk memperbaiki dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang
sering terjadi di laboratorium. Alur kerja di laboratorium adalah suatu
proses yang saling berhubungan satu fase dengan fase berikutnya,
sehingga baik secara langsung atau tidak langsung adanya kesalahan
mulai tahap
pra analitik sampai tahap terakhir akan sangat berpengaruh (Usman,
2015).
Kesalahan non teknik ada dua, yaitu :
Pra Analitik
Pasca Analitik
QC DAN VALIDASI METODE 17
1.KESALAHAN TAHAP PRA
ANALITIK
Prosedur yang tepat pada tahap pra analitik sangat penting untuk
mendapatkan spesimen yang sesuai untuk pemeriksaan. Dalam
pengambilan spesimen penting untuk memperhatikan keselamatan
pasien. Laboratorium merupakan mitra klinisi dalam mencapai upaya
kesembuhan dan kesehatan pasien sehingga keandalan dan kualitas hasil
pengujiannya merupakan fokus yang utama (Usman, 2015).
Teknisi laboratorium terus menerus mencari dan mengembangkan
strategi untuk memperbaiki dan mengurangi kesalahan-kesalahan yang
sering terjadi di laboratorium. Alur kerja di laboratorium adalah suatu
proses yang saling berhubungan satu fase dengan fase berikutnya,
sehingga baik secara langsung atau tidak langsung adanya kesalahan
mulai tahap pra analitik sampai tahap terakhir akan sangat berpengaruh
(Usman, 2015).
Ada beberapa kesalahan yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium dalam tahap pra analitik, yaitu:
a. Ketatausahaan (clerical)
b. Persiapan penderita (patient preparation)
c. Pengumpulan spesimen (specimen collection)
d. Penanganan sampel (sampling handling) (Kahar, 2005).
QC DAN VALIDASI METODE 18
2. KESALAHAN TAHAP
PASCA ANALITIK
Tahap pasca analitik merupakan tahap terakhir dari rangkaian proses pengujian
di laboratorium. Kesalahan tahap pasca analitis sangat sedikit, tetapi terkadang
menjadi kritis, ketika terjadi kesalahan seperti pelaporan hasil yang salah,
keterlambatan dalam pelaporan, tau pemberian informasi waktu tes dapat
menghambat keputusan klinis yang penting Seperti pada tahap analitik,
kesalahan pada tahap pasca analitik hanya berkisar 15% - 20%. Walaupun
tingkat kesalahan ini lebih kecil jika dibandingkan kesalahan pada tahap pra
analitik, tetapi tetap memegang peranan yang penting (Usman, 2015).
Kesalahan pada pra analitik sering pula terjadi pada penghitungan dan penulisan
(Cleritical error). Pada pasca analitik kesalahan dapat terjadi berupa penulisan
dan pengimputan hasil (Santoso, Witono, dkk, 2008).
Beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada tahap pasca analitik, yaitu:
a. Perhitungan (calculation)
b. Cara menilai (method evaluation)
c. Ketatausahaan (clerical)
d. Penanganan informasi (information handling)
QC DAN VALIDASI METODE 19
Beberapa hal di bawah ini dapat menjadi sumber kesalahan jika tidak dikerjakan
dengan benar, yaitu:
a. Kesesuaian antara pencatatan dan pelaporan hasil dengan pasien/spesimen.
b. Penulisan hasil uji laboratorium dengan angka dan satuan yang digunakan.
Pelaporan hasil uji laboratorium yang berupa angka maka perlu disesuaikan
mengenai desimal angka dan satuan yang digunakan terhadap keperluan pasien
maupun terhadap nila normal.
c. Pencantuman nilai normal
Pada pelaporan hasil laboratorium perlu dicantumkan nilai normal, yaitu rentang
nilai dianggap merupakan hasil pemeriksaan orang-orang normal. Pada
pencantuman hasil uji, perlu disertakan metode pemeriksaan yang digunakan
serta kondisi-kondisi lain yang harus diinformasikan seperti batas usia dan jenis
kelamin. Satuan yang digunakan harus sama antara hasil uji dengan satuan pada
nilai normal.
d. Pencantuman keterangan yang penting, misalnya bila pemeriksaan dilakukan
dua kali, spesimen darah yang lisis, atau serum yang lipemik dan lain-lain.
e. Penyampaian hasil
keterlambatan penyampaian hasil uji dapat menghambat diagnostik dan
pengobatan terhadap pasien, maka sampaikan asil uji sesegera mungkin jika
pemeriksaan laboratorium telah selesai dilaksanakan.
f. Dokumentasi/ Arsip
Setiap laboratorium harus mempunyai sistem dokumentasi yang lengkap, yang
berisi catatan dan laporan hasil uji laboratorium pasien. Dokumen ini harus
lengkap, jelas dan muda digunakan ketika dibutuhkan untuk melihat data-data
pasien, baik berupa data hasil uji laboratorium maupun data pasien itu sendiri
(Depkes, 1997).
QC DAN VALIDASI METODE 20
CARA MENGATASI
KESALAHAN NON TEKNIK
Pada prinsipnya untuk mengatasi kesalahan non teknik dapat dilakukan
dengan menguasai standar operasional prosedur (SOP) pada setiap proses
kegiatan, baik tahap pra analitik, maupun tahap pasca analitik. Kesalahan non
teknik tahap pra analitik penyumbang terbesar pada hasil uji laboratorium,
sehingga perlu penatalaksanaan pasien dengan tepat dan benar. Jika
mendapatkan spesimen yang tidak sesuai atau rusak, maka harus ditolak dan
diganti dengan spesimen yang sesuai dengan jenis pemeriksaannya. Ini
penting dilakukan agar mendapatkan hasil uji laboratorium yang andal dan
bermutu, yang dapat membantu penanganan dan kesembuhan pasien.
Persiapan pasien adalah diluar kendali laboratorium, sehingg pasien harus
mendapatkan informasi yang benar tentang persiapan yang harus dilakukan
agar mendapatkan spesimen yang benar.
Kesalahan pasca analitik dapat dikurangi atau diperkecil dengan instrumen
laboratorium yang sudah otomatisasi dan terhubung dengan komputer
(sistem informasi laboratorium). Dengan adanya sistem informasi
laboratorium maka kesalahan dalam menginput data dapat dikurangi, karena
penginputan data pasien cukup dilakukan satu kali di ruang pendaftaran
pasien dan datanya sudah dapat dilihat di ruang pemeriksaan. Teknisi
laboratorium bagian pemeriksaan tidak perlu menginput data pasien lagi,
hanya menginput hasil uji laboratoriumnya saja (Riswanto, 2010; Usman,
2015).
Namun demikian, otomatisasi tidak menjamin kemungkinan untuk terjadinya
kesalahan. Kesalahan dapat terjadi karena faktor kelalaian teknis
laboratorium, seperti kesalahan dalam menginput data pasien atau
menginput hasil uji laboratorium (Usman, 2015).
QC DAN VALIDASI METODE 21
Daftar Pustaka
Charles JP Siregar, Praktik Sistem Manajemen Laboratorium Pengujian
Yang Baik ( Good Testing Laboratory Manajemen System Practice). EGC,
Jakarta, 2007
Depkes RI, 2008, Good Laboratory Practice (Pedoman Praktek
Laboratorium Yang benar. Dirjen Bina Pelayanan Medik departemen
Kesehatan RI. Jakarta.
Imankhasani, Soemanti. 2000. Praktek Laboratorium yang Baik (II).
ManajemenLaboratorium. Warta Kimia Analitik, nomor 15 tahun XI
Agustus 2005.
Kahar, H. 2005. Peningkatan Mutu Pemeriksaan di Laboratorium Klinik
Rumah Sakit. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, 12 (1): 38-40
Permenkes RI Nomor 43/Menkes/SK/III/ 2013. Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik. Jakarta.
PPDS. 2015. Pemantapan mutu kimia klinik. diunduh dari
https://dpcpatelkibukittinggi.files.wordprass.com/2015/03/qc.pptx
Santoso, Witono. 2008. Pemantapan Mutu. Pusat Laboratorium
Kesehatan. Jakarta.
Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M., Hendriawan, B. 2010. Pemantapan
Mutu Internal Laboratorium Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Usman, U; Javed Ahmed Siddiqui, Javed Lodhi. 2015. Evaluation and
Control of Pra Analytical Errors in Required Quality Variables of Clinical
Lab Services. IOSR-JNHS: 4 (3) 54-71.
WHO. 2011. Manual of basic techniques for a health laboratory. alih
bahasa: Chairlan, Estu Lesfari. EGC. Jakarta
QC DAN VALIDASI METODE 22