Hari Bersama Keluarga
Daftar Isi (1) Kata Pengantar.................................(2) Chapter 1 : Kelahiran anak kedua...........(3) Chapter 2 : Perjuangan sang ayah...........(8) Chapter 3 : Keterpaksaan....................(12) Chapter 4 : Tuduhan sang anak..............(17) Chapter 5 : Kehilangan.......................(20) Profil penulis.....,.............................(23)
Kata Pengantar Puji Syukur saya panjatkan kepada Alah SWT karena saya menerbitkan buku ini dari proyek Ppkn. Buku ini menceritakan sebuah keluarga yang hidup pas-pasan dan selalu berusaha serta istiqomah di jalan Allah. Tapi salah satu anak mereka tidak terima dengan kehidupannya. Orang tuanya tetap sabar menghadapinya dan merawatnya sebaik mungkin. Makna buku ini adalah hari bersama keluarga itu tidak selamanya ada pasti kita mengalami kehilangan seseorang dari keluarga. (2)
Pada suatu hari, ada sebuah keluarga yang hidup pas-pasan. Seorang ibu yang bernama Velocia Melanie sedang mengandung anak keduanya. Mereka sangat gelisah, karena kehidupan mereka yang pas-pasan tidak mungkin bisa mencukupi kehidupan anak mereka. Mereka masih mempunyai banyak sekali hutang terutama hutang sekolah anak pertama mereka yang bernama Zalf Falaqih. Ayah mereka yang bernama Steven Malvoleka sibuk mencari kerja, tapi tidak diterima. Mereka tidak menyerah dan tetap istiqomah dijalan Allah. Chapter 1 Kelahiran anak kedua (3)
Pada suatu ketika, saat pulang sekolah Zalf Falaqih bertemu dengan teman-temannya. Temanteman Zalf Falaqih sudah mempunyai gadget mereka sendiri dan hanya Zalf Falaqih yang tidak mempunyai gadget. Ia pun diledek oleh temannya “Hahaha, gapunya gadget, Miskin!”, Zalf pun terdiam mendengar perkataan teman-temannya dan langsung ingin pulang. Sesampainya dirumah ia langsung menceritakan kejadian yang ia alami kepada orang tuanya“Ayah, ibu aku diledek oleh temanku di sekolah dan mengatakan aku miskin”, kata Zalf sambil menahan air matanya. Steven dan Melanie saling menatap dan langsung memeluk Zalf “Sudah tidak usah dipikirkan, mereka hanya ingin membuatmu sedih”, ucap sang ibu. Zalf Falaqih pun berhenti menangis”Baik bu, aku tidak akan menangis lagi hanya karena hal sepele itu. (4)
Akhirnya Steven sang ayah mendapatkan sebuah pekerjaan di suatu toko peralatan sekolah. Saat diterima di sebuah kerja, Steven segera berlari ke rumah dan menceritakan kepada keluarganya. Saat Steven menceritakan, Melanie langsung menangis terharu karena ada tempat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Setelah kurang lebih 6 bulan bekerja, ia mendapatkan kan sejumlah uang yang bisa dia gunakan untuk lahiran anak kedua mereka. Karena ia sangat rajin bekerja dan tidak pernah bolos serta selalu tepat waktu ia mendapatkan hadiah tambahan, yaitu satu paket peralatan sekolah, “Steven ini adalah hadiah tambahan untuk kamu karena selalu rajin bekerja”, ucap sang pemilik toko,“Beneran pak, terima kasih banyak”ujar Steven. Steven pun segera pulang dan memberikan hadiah serta uang yang ia dapatkan.Melanie sangat berterima kasih kepada Steven karena sudah mencukupi sebagian kebutuhannya. (5)
Pada saat menjelang Isya , Mereka bertiga bergegas ke masjid untuk menunaikan shalat wajib dengan tepat waktu. Steven dan Zalf pergi ke barisan paling depan. Setelah selesai menunaikan shalat, Zalf sebagai anak memberikan penghormatan kepada orang tuanya yaitu mencium tangan orang tuanya. Akhirnya setelah pulang ke rumah Steven sang ayah memberikan hadiah untuk anaknya Zalf, yaitu perlengkapan sekolah yang ia dapatkan dari pemilik toko tadi. Zalf pun sangat terkejut sehingga ia tidak tau harus berbuat apa, ia pun memeluk sang ayah dan berkata “Ayah, terima kasih telah memberikan ini untukku, aku berjanji akan menjadi anak yang selalu berbakti kepada orang tua”, setelah itu ia memeluk ibunya “ Ibu, aku juga berterima kasih telah melahirkanku dan menjagaku saat nanti aku juga akan memperlakukan ibu seperti itu”, ucap sang anak. Mereka pun saling memeluk dan menyayangi. (6)
Hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba, yaitu kelahiran anak kedua mereka. Mereka datang ke sebuah klinik di sebuah desa yaitu “Verchorn Klinik”disana Steven dan Melanie tidak menyangka akan seperti ini ekspresi mereka terlihat campur aduk antara sedih, gembira dan takut jika anak itu tidak dalam kondisi yang baik saat dilahirkan. Saat proses melahirkan Steven selalu ada di samping Melanie dan terus berdo’a agar istri dan anaknya selamat saat proses melahirkan. Sedangkan Zalf menunggu diluar bersama salah satu suster disitu, yang bernama Adelaid Margarret. Adelaid meminta Zalf untuk segera tidur karena sudah tengah malam. Ia langsung tidur di salah satu tempat untuk keluarga menginap. Saat pagi hari Zalf sudah tidak sabar bertemu adik perempuannya ia langsung pergi ke kamar tempat ibunya melahirkan. Ia sangat terharu dan ingin memberi nama adiknya yaitu Alexander Brigitte. (7)
Saat Kelahiran anak kedua. Mereka semua menangis terharu, tapi di sisi lain ada rasa gelisah karena uang mereka habis untuk perawatan anaknya Alexander Brigitte. Sang ayah tidak pernah menyerah mencari nafkah untuk keluarganya dan tidak pernah meninggalkan shalatnya termasuk shalat sunnah dan puasa. Perjuangan Steven tidak pernah kenal lelah, dan ia selalu mematuhi perintah dari si pemilik toko yaitu Pak Vero Attrezzo yang dikenal suka berbagi dan ramah terhadap orang lain. Perjuangannya tidak pernah membuat gagal keluarganya, walau dia Chapter 2 Perjuangan sang ayah (8)
pernah tidak digaji ia tetap lembur sampai pagi demi menafkahi keluarganya yang sedang dalam kesusahan. Sampai ia pun rela tidak makan demi anaknya yang baru saja lahir. Pak Vero pun terkesima dengan semangat Steven yang tidak pernah membuat keluarganya kecewa. Steven juga sering bercerita ke Pak Vero tentang kehidupannya dan perjuangannya mencari pekerjaan. Karena hal itu Pak Vero ingin membelikannya sebuah rumah yang tidak besar juga tidak kecil. Walau Pak Vero juga bukan keluarga yang kaya, tapi ia tau bahwa yang dilakukannya adalah hal yang benar. Tapi ia akan memberikannya pada saat gajian yaitu 2 bulan lagi karena ia ingin tau lebih banyak tentang semangat Steven. Steven yang tidak tau apa-apa tetap ingin bekerja walau ia rela membungkus perutnya dengan batu kerikil agar orang mengira ia telah makan. (9)
padahal ia belum makan 3 hari, hanya meminum air putih yang diberi oleh Pak Vero. Karena hal itu, Pak Vero kasihan, dan pada saat tengah pulang ia diberi makanan yaitu nasi kuning untuk makan dia dan keluarganya. Saat pulang kerumah Steven memberi kabar bahagia yaitu mendapatkan sebuah makanan, “Ibu, kak ini ayah tadi diberikan makanan ayo dimakan, oh ya sama ini ada bubur buat adek”, ucap Steven. Steven tidak memakan makanan itu dan hanya diam. Melanie yang merasa kebingungan bertanya “Ayo ini dimakan bersama, kamu kan udah kerja dari pagi”, “ Tidak usah aku sudah makan tadi bersama pemilik toko itu”, ujar Steven, padahal ia sama sekali belum makan dari pagi. Melanie merasa aneh, karena kemaren Steven berkata ia tidak pernah diberi makanan kecuali dibawakan bekal oleh Melanie. (10)
2 bulan berlalu, hari gajian Steven pun tiba. Pak Vero juga tidak sabar ingin memberikan rumah kepada Steven. Seperti biasa Steven berangkat pukul 6.00, ia selalu rajin dan menjaga barangbarang yang ia jual. Dan saat pulang, Pak Vero tidak sabar memberi Steven hadiah. Saat itu ia memberikan uang gaji. Setelah Steven hendak pergi Pak Vero memanggilnya kembali, “Steven!”, “Kenapa pak, apa saya melakukan kesalahan”, sahut Steven, “Tidak saya hanya ingin kamu ikut dengan saya ”, ucap Pak Vero. Ia pun langsung menunjukkan jalan ke rumah yang sudah ia beli. “Oh ya pak mengapa anda mengantar saya ke tempat ini, apakah ini rumah bapak?”, ujar Steven, “Tidak”, ucap Pak Vero, “Lalu untuk apa?”, ucap Steven kembali, “Ini adalah rumah untuk kamu Steven”, Steven tidak tau harus berbuat apa, ia hanya bisa melihat keindahan rumah itu. Ia pun sangat berterima kasih, dan berjanji akan terus melaksanakan kewajiban. (11)
Besok adalah ulang tahun Brigitte, Melanie dan Steven ingin memberikan kado terbaik untuk anaknya. Tapi masalahnya, uang hasil kerja sang ayah sudah di tabung untuk sekolah sang anak kelak. Jika Steven dan Melanie tidak memakai uang itu untuk hadiah Brigitte, mereka takut tidak membahagiakan sang anak. Saat itu, Zalf mendengar perkataan mereka. Zalf pun berniat ingin membantu orang tuanya walau uang yang ia dapatkan juga dari orang tuanya. Chapter 3 Keterpaksaan (12)
Ia niat berjualan di sekolahnya, tapi ia tidak tau modal yang ia dapatkan dari mana. Sedangkan ia hanya mendapatkan uang dari orang tuanya. Lalu ia mengingat ada seorang yang selalu membantu orang lain, dan bos di tempat kerja ayahnya, yaitu tiada lain, tiada bukan ialah Pak Vero. Zalf juga mempunyai teman yang selalu ada ketika ia mengalami kesusahan, bernama Syahfaz Melraza. Syahfaz selalu memberikan bantuan sebisa mungkin untuk membantu kebutuhan dia dan keluarganya. Tapi Zalf ingat Syahfaz berkata “Aku ingin membantumu untuk kebaikan kini dan nanti” kata-kata itu selalu diingat oleh Zalf, ia takut hanya untuk ulang tahun sang adik ia harus memaksakan dirinya untuk mencari uang juga. Tapi jika ia tidak memberitahu Syahfaz ia akan ditanya-tanya, karena kebetulan Syahfaz adalah anak Pak Vero. Akhirnya, ia pun pergi ke tempat yang jauh untuk menemui neneknya yang jauhnya 5 jam dari rumah. Ia menaiki sepeda bekas (13)
ayahnya yang sudah lama tidak dipakai. Neneknya yang juga tidak punya apa-apa hanya memberikan 10.000 rupiah untuk ulang tahun cucunya. Sebenarnya Brigitte tidak pernah tau siapa neneknya, Melanie juga hanya menceritakan neneknya adalah seorang pedagang kaya. Melanie melakukannya agar membuat Bigitte tidak menangis, karna saat itu Brigitte berkata “Jika nenekku adalah orang miskin, aku tidak pernah mau menganggapnya!”. Neneknya ingin sekali bertemu cucu keduanya, tapi tidak mungkin ia menganggapnya. Zalf yang merasa kasihan pun berkata “Nek, jika kamu ingin mengunjungi adikku, kunjungi lah, aku akan menjadi alasan kenapa nenek datang”, tapi nenek Zalf tetap tidak ingin ikut dan beralasan “Sudah, tidak usah begitu aku pasti akan kelelahan menaiki sepeda bersamamu umurku sudah terlalu tua”, padahal nenek itu sangat ingin bertemu. Zalf pun (14)
mengikhlaskannya dan pamit pulang ke rumah. Di waktu yang berbeda Steven pergi ke rumah pak Vero untuk meminta memberikan satu barang saja besar atau tidak ia ikhlaskan, untuk ulang tahun anak perempuannya. Pak Vero merasa kasihan dan akhirnya memberikan baju berwarna merah muda bekas anak perempuannya ketika berumur 10 tahun, yang bernama Areesha Lucinda. Steven menerimanya dan semoga Brigitte menyukainya. Saat pulang, ia menemui istrinya karena ingin memberitahu hadiah untuk anak perempuannya. Keesokan harinya, saat di siang hari Brigitte langsung meminta hadiahnya “Ayah!Ibu! dimana hadiahku! ini adalah hari ulang tahunku, gimana sih!”, ayahnya langsung memberikan baju yang telah di beri Pak Vero “Ini nak, hadiah untuk kamu”, ucap Steven dengan lemah lembut. Brigitte kaget dan langsung mengambil hadiah yang diberikan oleh ayahnya ia berkata “Apaapaan ini, jelek banget”, ucap sang (15)
anak. Brigitte pun langsung membuang baju itu ke tempat sampah dan marah kepada ayahnya”Ayah! aku tidak pernah suka warna merah muda, jahitannya juga jelek sekali, aku pasti akan ditertawakan oleh temanku!”, mendengar hal itu Steven dan Melanie hanya bisa terdiam dan menahan tangisan matanya. “Nggak mau tahu minggu depan ayah dan ibu harus belikan aku handphone!”, ujar Brigitte dan langsung pergi menemui temannya di taman dekat rumahnya. Tiba-tiba ia berhenti dan meminta uang kepada kakaknya, “Kak! minta uang cepet sini!”, Zalf pun memberikan 10.000 yang ia dapatkan dari neneknya. Setelah Brigitte pergi Zalf langsung memeluk kedua orang tuanya. “Ayah, ibu mungkin ini memang sulit tapi aku tetap selalu ada bersama kalian”, ucap Zalf, “Makasih ya”, ucap sang ayah. (16)
Sekarang Zalf berumur 26 tahun dan Brigitte 19 tahun. Sifat Brigitte tidak pernah berubah dan terus melawan orang tuanya. Pada suatu ketika ayahnya mendapatkan gaji lebih, ia pun berniat untuk mengajaknya berlibur ke pantai di dekat rumah. Steven pun mengajak keluarganya dan akan pergi pada hari Minggu. Steven ingin langsung memberi tahu kepada anaknya, terutama anak keduanya, yang selalu ingin berlibur ke suatu tempat. “Zalf, Brigitte hari Minggu nanti kita akan pergi ke Pantai Elfreda, bagaimana? kalian mau ikut?”, sahut Steven. Chapter 4 Tuduhan sang anak (17)
Zalf pun ikut senang dengan kabar yang gembira itu, tapi Brigitte malah mengatakan “Hah! ke pantai yang kotor itu,ihh ngak mau!”, Zalf pun berkata “Dek, ini itu hadiah untuk kamu karena sudah menjadi anak yang baik”, “Yaudah deh! aku ikut!”, ia pun tenang. Sesampainya di pantai itu, Melanie dan anaknya duduk di pantai sedangkan Steven membelikan pop mie dan teh hangat untuk keluarganya. Setelah itu ia berikan kepada keluarganya tapi Brigitte menolak”Ihh gamau ah makanan apaan itu!”, kata Brigitte. “Baiklah jika kamu tidak mau makan, mainlah jika kamu ingin”, kata sang ibu, Brigitte pun pergi. Ketika hendak malam mereka bergegas pulang ke rumah. Tapi kejadian yang mengenaskan pun terjadi saat ingin menyebrang jalan posisinya Zalf didepan, ayah kedua, ibu ketiga dan Brigitte di belakang. Saat ayah hendak menyebrang ada sebuah mobil yang melanggar lalu lintas dan ingin menabrak (18)
ayah, melihat itu Melanie dan Zalf berteriak “Ayah!”dan mendorongnya ketepi jalan, ternyata yang tertabrak adalah Melanie dan Zalf. Ayahnya pun kaget, kemudian Brigitte melihat kakak dan ibunya sudah tertabrak mobil ia pun teriak “Kakak, Ibu!”, “Ini semua karena ayah’. Steven hanya diam mendengar perkataan anaknya padahal ia hanya ingin menyebrang jalan tapi karena ditolong jadi bukan ayah yang tertabrak. Namun, saat dibawa ke klinik ternyata Steven mengalami buta pada matanya akibat terbanting di aspal jalanan, Melanie dan Zalf pun akhirnya pergi meninggalkan dunia. Ayahnya menangis mendengar hal itu. Brigitte juga, tapi ia malah marah dan menuduh ayahnya lah membuat ibunya dan kakaknya meninggal dunia. Karena tuduhan itu banyak orang yang menjauhi Steven dan menamainya “Pembuat Kerusakan”. Steven tetap sabar walau ia diperlakukan seperti itu. Pak Vero juga mendukung Steven dan terus menyemangatinya. (19)
2 tahun kemudian, Brigitte masih terus menagih handphonenya tapi Steven masih belum punya banyak uang. Dan juga Pak Vero akan pindah kampung, jadi dia harus segera mencari pekerjaan. Pak Vero menawarkan pekerjaan yaitu menjadi Cleaning Service di sebuah supermarket . Ia terima saja yang penting ia mendapatkan pekerjaan untuk menafkahi anak semata wayangnya itu. Diam-diam ia menjual peralatan rumahnya dan mengambil tabungan hajinya untuk anaknya. Ia membelikan sepeda motor, handphone dan barang-barang lainnya yang dia inginkan. Tapi ia tidak pernah Chapter 5 Kehilangan (20)
memberitahu Brigitte karena ia ingin hadiah ini adalah tanda kasih sayang kepada anaknya. Dan dia juga menulis surat untuk anaknya jika ia sudah tidak ada karena umurnya yang sudah tua. Dan ia menyuruh Brigitte untuk membacanya nanti”Nak, nanti kalo ayah sudah tidak ada baca surat di laci lemari ayah ya”. “ Iya-iya!”, sahut Brigitte . Ayahnya pun lanjut bekerja sedangkan Brigitte pergi dengan temannya dan dia diledek karena orang miskin. Brigitte pun langsung mencari ayahnya dan berkata “Ayah! Kenapa sih aku dilahirkan orang miskin, aku tuh diledek terus yah”, kata sang anak, “Sudah sabar aja mereka hanya ingin membuatmu sedih”, kata Steven sama seperti yang dikatakan ke Zalf. “Ishh udah ah!”. Ayahnya pun lagi-lagi menahan air matanya. 2 minggu berlalu hari pulang kampung Pak Vero pun tiba, Pak Vero berpesan kepada Steven”Jangan pernah takut dan jangan pernah menyerah” (21)
Akhirnya Steven melanjutkan hidupnya dengan menjadi Cleaning Service. Saat menjadi Cleaning Service ia sering kali di jahili oleh pelanggan disana seperti pura-pura menjatuhkan saus tomat ke lantai atau menuduh Steven telah membuatnya jatuh sebab pembersih lantai yang digunakan tidak diperas terlebih dahulu, padahal dia sendiri yang menjatuhkan air itu. Pada suatu ketika Brigitte mengajak temannya pergi ke supermarket tepat dimana ayahnya bekerja. Ketika sedang membeli di suatu lorong supermarket, Brigitte melihat ayahnya yang sedang menyapu lantai. Ayahnya melihat dia dan berkata “Nak, sedang apa kamu disini”, temannya pun bertanya “Apa kakek tua itu ayahmu Brigitte”, karena Brigitte merasa malu ia mengatakan “Bukan itu hanya cleaning service yang dekat pada anak remaja”, ayahnya yang mendengar anaknya berbucara seperti itu menahan tangisan yang paling dalam. Steven hanya terdiam dan melanjutkan pekerjaannya. (22)
Suatu ketika, pemilik dari supermarket itu berpesan kepada karyawan agar mengirimkan barang dan bahan untuk warga Palestina melewati sebuah kapal, dan meminta para Cleaning Service untuk menemani saat kapal berlayar. Steven pun menerima ajakan itu. Saat pulang ia bertemu dengan putrinya, “Nak, mengapa kamu berkata seperti itu kepada temanmu?”, kata sang ayah. “Ihh aku malu punya ayah kayak ayah miskin tau ngak!”, Steven mendengarnya dan berkata “Hmm, ayah ingin berangkat ke Maluku dulu ya untuk mengantar barang-barang esok hari”, “Yaudah sih”, Keesokan harinya ia berangkat dengan keberangkatan nomor 2 bersama teman kerjanya. Saat di tengah lautan ada badai besar yang ingin mendekati mereka. Nahkoda kapal segera mempercepat kapal tersebut. Kapal pertama berhasil menjauh dari badai tetapi kapal kedua terkena badai dan terombang-ambing diatas laut. Setelah itu mereka tak sengaja menbrak sebuah pulau kecil yang membuat mereka (23)
tenggelam dan jatuh ke dasar lautan. Steven hanya berdo’a dan pasrah jika dia ajal sudah menjemputnya. Saat kapal no 1 sudah sampai mereka menunggu sangat lama sehingga mereka menerbangkan drone untuk melihat kapal no 2. Mereka pun kaget karena menemukan kapal no 2 sudah dalam keadaan terbalik dan semua pemumpang tenggelam. Mereka semua pun memberi kabar satu persatu kepada keluarga penumpang kapal no 2. Saat Brigitte mengetahui ayahnya telah meninggal dunia, ia menangis tak henti “Ayah, Brigitte minta maaf’, dengan nada yang sedang menangis. Brigitte mengingat ada sebuah surat yang ditinggalkan ayahnya untuk dia, yang berisikan“Brigitte, maaf ya kalo ayah nggak bisa beliin yang kamu mau, dan maaf udah jadi orang tua yang kehidupannya miskin, ini ayah belikan sedikit hadiah untuk kamu. Makasih ya udah jadi anak baik, tapi ayah pamit dulu”. Brigitte tambah menangis dan menyadari kesalahan yang telah ia buat. (24)
Profil Penulis Namaku adalah Texandria Anaya Mustopo, aku biasa dipanggil Naya. Aku lahir pada 6 Juli 2012. Aku dari sekolah SDI AL-Fauzien. Aku sekarang sudah di tingkat kelas 6. Di proyek ini, guru saya memberikan tugas untuk membuat sebuah buku yang berisikan hak,kewajiban & tanggung jawab. Akhirnya saya berniat untuk membuat buku ini yang berjudul “Hari Bersama Keluarga”. Di baca yaaaa!! nyspytex_12 (25)