1. Pada saat usahakan badan tetap tegah,jangan condong ke depan atau kebelakang. Pundak jangan terangkat, agar ketika melakukan ayunan tangan tidak cepat lelah. 2. Pada saat gerak maju kebanyakan atlit olahraga jalan cepat mengelengkan kepala nya ke kanan dan ke kiri. Jangan sampai gerakan tersebut mengangu kecepatan jalan cepat. 3. saat melangkah kedepan pandangan lurus ke depan dan melangkah lurus satu garis antara kaki kanan dan kaki kiri.pada saat menempuh, tumit harus mendarat terlebih dahulu terus bergerak ke arah depan secara teratur. 4. Posisi lengan dan bahu, gerakan lengan dan bahu ke depan dan kebelakang secara bergantian kanan dan kiri. Siku di tekuk tidak kurang dari 90 derajat. Konisi ini di pertahanan di akir perlombaan, jaga keseimbangan dan gerakan tetap rilek. Peraturan: 1. Batasan/definisi Jalan cepat adalah gerak maju langkah kaki, yang di lakukan demikian hingan hubungan dengan tanah[oleh kaki] tetap di jaga dan di pelihara. 2. Wasit Mereka harus selalu mengawasi dan mengecek terhadap kaki depan berhubungan dengan tanah sebelum kaki yang lain meninggalkan tanah, dan kaki ini di luruskan minimalsesaat. 3. Diskualifikasi Seorang atlit jalan cepat akan di diskualifikasi apa bila dua orang wasit [salahsatu wasit kepala] bahwa caranya jalan [atlit tersebut] tidsk sempurna dilakukan, atau apabila tiga orang wasit berpendapat hal yang sama. 4. Peringatan Seorang atlet jalan cepat akan diberikan peringatan apabila jalannya tidak menepati peraturan/ketentuan dan dia tak akan diberikan peringatan kedua. Seorang atlet jalan cepat hanya akan diperingatkan satu kali. Bila membuat pelanggaran yang sama kedua kali, dia langsung dikeluarkan/di diskualifikasi.
5. Penyegaran Dalam even jalan cepat 20 km atau lebih, minuman penyegaran disediakan sesudah 1 km dan kemudian setiap 5 km.
Hal-hal yang perlu dihindari tumpuan dua kaki saat akhir, saat awal dorongan, dorongan. 1. Kehilangan hubungan dengan tanah ( terlepas dari permukaan tanah dan ada saat melayang ). 2. Kecondongan badan terlalu ke depan, atau tertinggal di belakang. 3. Menarik dan menurunkan titik pusat gravitasi badan. 4. Mendorong titik gravitasi menurut jalur yang zig-zag. 5. Langkah terlalu pendek. 6. Relaksasi gerak kaki. Hal - hal yang harus di utamakan: 1. Pelihara lutut tetap lurus pada saat/ fase menempuh. 2. Perkuatlah otot-otot belakang/ pungung dan otot-otot daerah perut 3. Jagalah badan dan lengan di angkat terlalu tinggi. 4. Gerakan kaki pada / di atas garis lurus. 5. Lakukan gaya dorong yang penuh, gunakan gerak lengan yang mudah dan gerakan yang baik dari pinggang Keterangan: 1. Badan dan kepala tetaap di usahakan vertikal, lengan bengkok pada siku dengan sudut kurang lebih 90 derajat Pelaksanaan: Dengan badan ringan, tetapi demgan ulamhan/ repetisi yang banyak. a. Lari di tempat dengan lengan bergerak menyilang badan dengan gerakan tubuh yang lentur mudah dan gerak berlawanan dari baru dan pinggang. b. Berjalan dengan kaki menyilang satu sama lain dengan cara seperti pada latihan terdahulu. .
ATLETIK CABANG LEMPAR a. Pengertian Lempar Lempar adalah kegiatan membuang jauh-jauh atau suatu gerakan menyalurkan tenaga pada suatu benda yang menghasilkan kecepatan pada benda tersebut dan memiliki daya dorong kemuka yang kuat. Pembinaan olahraga lempar ini dapat dijadikan olahraga berprestasi melalui kegiatan disekolah maupun diluar sekolah. Pembinaan ini dapat melalui club atau organisasi tersendiri yang didalamnya mendidik dan megarahkan para generasi muda menjadi insan olahraga yang dapat mengharumkan nama bangsa. Semua jenis olahraga termasuk lempar dapat dikembangkan dan ditekuni sehingga menjadi olahraga berprestasi.Adapun macam-macam olahraga dari cabang lempar yakni Lempar Lembing, Lempar Cakram, Lontar Martil, dan Tolak Peluru. I. Lempar Lembing Lempar lembing berawal dari kegiatan manusia zaman dahulu dalam berburu binatang yang sering menggunakan lembing dalam memburu mangsanya. Hal ini dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memakan hasil buruannya. Tetapi zaman modern sekarang ini, lempar lembing menjadi olahraga yang dipertandingkan. a. Peralatan Peralatan utama yang digunakan dalam olahraga lempar lembing adalah lembing/sejenis tombak. Adapun berat lembing yang digunakan dalam olahraga lempar lembing hanya ada dua macam yaitu 800 gram untuk putra, Sedangkan untuk putri 600 gram. Selain lembing peralatan pendukung lainnya adalah alat pengukur (meteran), dan bendera sebagai tanda batas lapangan. b. Lapangan Lempar Lembing
Panjang awalan untuk melempar adalah 36-50 m, lebar 4 m. Sudut siku arah lemparan 29°, panjang titik sudut dengan batas melempar 8 m, tebal garis lapangan 5 cm. c. Pakaian Lempar Lembing Pada umumnya pakaian yang digunakan atlet olahraga atletik adalah pakaian khusus olahraga. Baju bersih dan tidak tembus pandang diwaktu basah, dibuat dengan khas dan tidak terlalu besar yang dapat mengganggu gerakan. Sedangkan sepatu yang digunakan untuk lempar lembing adalah sepatu dengan sol dan tumit berpaku, telapak kaki berpaku 6 buah dan tumit 2 buah. d. Kesalahan Dalam Melakukan Lemparan 1. Lembing digenggam terlalu keras. 2. Kecepatan awalan tidak diatur meningkat. 3. Sewaktu lari, lembing didiamkan saja. 4. Kaki kanan tidak dikencangkan. 5. Lemparan tidak diikuti oleh siku kanan. 6. Kaki kiri tidak dilangkahkan pada saat akan melempar. 7. Lepasnya lembing tidak melewati atas pundak kanan. 8. Sudut lempar kurang atau terlalu besar. 9. Setelah silang, pelempar berhenti dahulu. 10. Tidak dapat memelihara keseimbangan.
II. Lempar Cakram Olahraga lempar cakram terdiri dari dua kata yaitu lempar dan cakram. Lempar berarti usaha untuk membuang jauh-jauh, dan cakram adalah sesuatu alat berbebntuk cakram/piringan yang dibuang jauh-jauh. a. Peralatan Ukuran berat cakram dalam olahraga lempar ada dua jenis, yaitu 1 kg untuk putri dan 2 kg untuk putra. b. Pakaian Lempar Cakram Pada umumnya untuk atletik, dipergunakan pakaian khusus olahraga. Baju bersih dan tidak tembus pandang diwaktu basah, dibuat dengan khas dan tidak terlalu besar. Sedangkan sepatu yang digunakan untuk lempar cakram adalah sepatu dengan sol dan tumit tidak berpaku, karena tidak dilapangan berumput. c. Tahapan Dalam Melempar 1. Persiapan. 2. Perputaran badan. 3. Lepasnya cakram. 4. Menjaga keseimbangan. 5. Keluar dari lingkaran lempar. d. Lapangan Lempar Cakram Lapangan lempar cakram memiliki bentuk lingkaran, yaitu dari titik tengah lingkaran, kemudian ditarik dua garis keluar dan arah depan membentuk sudut 40 derajat.
e. Kesalahan Dalam Lempar Cakram 1. Kurang tenaga, sehingga lemparan tidak maksimal. 2. Otot-otot sudah tegang. 3. Cakram diayunkan terlalu kuat dan terlalu lama. 4. Melompat terlalu tinggi. 5. Lengan kanan tidak diluruskan. 6. Badan terlalu membungkuk. 7. Tangan kanan mendahului gerak kedepan. 8. Tangan kiri terlalu kuat ditarik kesamping. 9. Tidak dapat memelihara keseimbangan badan. 10. Tidak mengindahkan arah serta kecepatan angin. III. Lontar Martil Lontar martil adalah olahraga melempar atau melepaskan martil dengan jarak yang sejauh-jauhnya. a. Peralatan Nomor atletik ini dahulu hanya dikerjakan oleh atlik-atlik pria, tetapi sekarang atlit perempuan juga dapat melakukannya. Atlit-atlit yang kuat bertubuh tinggi dan besar karena berat martil 7¼ kg. b. Lapangan Lontar Martil
Lapangan lontar martil memiliki ukuran jari-jari lingkaran pada area lempar martil 106.75 cm. Lalu diameter lingkaran pada area lempar martil 2.135 meter. Selanjutnya ada ukuran panjang garis kanan kiri pada area lingkaran sepanjang 75 cm dan panjang area pendaratan dengan ukuran 90 cm. c. Pakaian Lontar Martil Pada umumnya untuk atletik, dipergunakan pakaian khusus olahraga. Baju bersih dan tidak tembus pandang diwaktu basah dan tidak terlalu besar. Untuk lontar martil menggunakan sepatu tanpa paku dengan permukaan yang keras, hal ini untuk memudahkan melakukan tolakan dan dapat menahan beban selesai menolak peluru. d. Tahapan Dalam Lontar Martil Dalam melakukan lontaran, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. 1. Persiapan awalan. 2. Awalan. 3. Lemparan. 4. Lepasnya martil. e. Kesalahan Dalam Lempar Martil 1. Kepala martil diletakkan didepan pelontar. 2. Kedua tangan ditekuk, martil ditarik kurang halus pada waktu penambahan kecepatan. 3. Badan menggantung kedepan, sehingga kaki sukar menahannya. 4. Pada permulaan putaran, martil yang bergerak lebih dahulu. 5. Waktu berputar lutut tidak ditekuk. 6. Badan tidak mengganduli martilnya. 7. Tarikan untuk lontaran terlambat. 8. Tangan kanan terlepas dari genggaman. 9. Pada saat melontarkan, badan tidak diputar kekiri. IV. Tolak Peluru
Tolak peluru adalah olahraga yang menggunakan alat berupa bola besi dengan cara mendorong atau ditolak sejauh-jauhnya, olahraga tolak peluru ini dapat dilakukan orang putra maupun putri. a. Peralatan Berat peluru untuk putra 7,26 kg dan untuk putri 4kg. Peluru dapat dibuat dari tembaga, peluru besi berat lebih ringan tetapi peluru harus lebih besar. Lain halnya dengan peluru tembaga ukuruannya lebih berat, walaupun diameternya lebih kecil. Sebaiknya mempergunakan peluru ini saja, sebab cara memegang lebih enak, sehingga pelaksanaan lempar akan mudah. b. Lapangan Tolak Peluru Permukaan dalamnya datar dan rata dengan permukaan tanah. Terdapat lingkaran tolak yang terbuat dari besi, baja, atau papan yang dilengkungkan. Pada permukaan tolak, posisi permukaan lebih rendah 20 milimeter dari tepi lingkaran besi. c. Pakaian Tolak Peluru Pada umumnya untuk atletik, dipergunakan pakaian khusus olahraga. Baju bersih dan tidak terlalu besar. Untuk tolak peluru harus dibuat sepatu tanpa paku dengan permukaan yang keras, hal ini dapat memudahkan melakukan tolakan dan dapat menahan badan selesai menolak peluru. d. Gaya Dalam Tolak Peluru
Ada dua macam gaya yang sering digunakan yaitu gaya lama (orthodox) dan gaya baru (O’Brien). Kalau memang ada gaya lain, hal itu merupakan variasi dari kedua gaya tadi. e. Kesalahan Dalam Tolak Peluru 1. Belum tenang sudah masuk lingkaran. 2. Arah pandangan mata tidak menentu. 3. Kaki kiri tidak membantu dengan ayunan. 4. Kaki kanan melompat. 5. Badan lurus. 6. Siku melempat badan. 7. Tangan kiri lemas-lemas dan menggantung kebawah. 8. Kaki kanan dan bahu kanan kurang rendah. 9. Mata tidak ditujukan kearah lempar. 10. Sudut lemparan terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Lompat Tinggi A.Lompat tinggi lahraga lompat tinggi terdiri dua kata, yaitu lompat dan tinggi. Lompat berarti bergerak dengan mengangkat kaki ke depan (ke bawah, ke atas) dan dengan cepat menurunkannya lagi. Sedangkan arti tinggi adalah jarak yang jauh dari posisi bawah ke atas. Jadi, lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan car melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu.Alletik Cabang Lompat B.PERALATAN LOMPAT TINGGI Dalam olahraga alletik Khusus lompat tinggiada beberapa peralatan yang harus diperslapkan sebelum pelaksanaan dimulai. Adapun peralatan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Lapangan. 2. Meteran dengan mistar. 3. Matras. C.TEKNIK DASAR LOMPAT TINGGI Untuk mendapatkan lompatan yang maksimal maka perlu dibutuhkan teknik dasar yang harus dikuasai dengan baik. Adapun teknik dasar dalam lompat tinggi adalah sebagai berikut. 1. Awalan. 2. Tolakan atau tumpuan.
3. Sikap badan di atas mistar. 4. Sikap mendarat. D.PAKAIAN DALAM LOMPAT TINGGI Pada umumnya untuk atletik, dipergunakan pakaian khusus olahraga. Baju bersih dan tidak koptembus pandang di waktu basah, dibuat dengan khas dan tidak terlalu ketat serta tidak terlalu besar. Para atlit lompat jauh boleh telanjang kaki, tetapi sebaiknya bersepatu untuk melindungi kaki dari cidera. E.AWALAN DALAM LOMPAT TINGGI Awalan adalah gerakan permulaan dalam usaha untuk mendapatkan kesempatan pada waktu akan melakukan tolakan. Adapun pelaksanaannya adalah sebagai berikut. 1) Jarak awalan tergantung pada tap-tap pelari (sekitar 7sampai 9 langkah). Jarak awalan harus cukup jauh dan lari cepat untuk mendapatkan momentum yang paling besar. 2) Kecepatan awalan dan irama langkah harus tetap. Pada saat melangkah konsentrasi tertuju pada lompatan yang setinggi-tingginya. 3) Langkah terakhir agak diperpendek, supaya dapatmenolak ke atas dengan lebih sempurna. 4) Sikap lari seperti pada lari jarak pendek. F.TOLAKAN ATAU TUMPUAN Untuk tolakanatau tumpuan, posisi kaki sama dengan lompat yang lainnya, yakni harus kuat/keras dengan bantuan ayunan kedua tangan untuk membantu me- 15190 ngangkat seluruh badan. Bila tolakan menggunakan kaki
kanan, maka awalan harus dilakukan dari sebelah kiri mistar.Pada waktu menolakkan kaki bersamaan dengan ayunan kedua tangan ke atas di samping kepala, di manabadan melompat ke atas dan membuat putaran 180 derajat dan dilakukan bersama-sama atau serentak. Sikap Badan di atas Mistar menjaga keamanan keselamatan. Kemudian sikap yang perlu diperankan dalam melakukan daratan adalah perkali adalah punggun bagian belakang kemudian dilanjutkanke belakang lalu Sebelum melangka ninggalkan matra ada salahnya melesteriakan untuk meningkan ketegangan. kondisi badan benatenang baru melmeninggalkan mat Sikap badan di atas mistar hendaknya terlentang dengan kedua kaki tergantung lemas, dagu agak ditarik dekat dada,serta punggung berada di atas mistar seperti busur yangmelenting. d. Mendarat Sebagai tempat untuk mendarat perlu dipersiapkan karet busa dengan ukuran 5 × 5 meter dengan tinggi 60 cm lebih, diatasnya ditutup dengan matras yang tebalnya 10- 20 cm guna F.GAYA DALAM LOMPAT TINGGI Dalam olahraga lompat tinggi ada beberapa gaya yang dapat dilakukan oleh masing-masing atlit sesual dengan kemampuan dan kemahirannya. Gaya yang dilakukan ini sebenarnya adalah sikap badan sewaktu di atas mistar. Adapun gaya dalam lompat tinggi adalah sebagai berikut. 1. Gaya gunting (the scissors style), 2. Gaya guling perut (the straddle style), 3. Gaya flop (Fosbury flop). a.gaya gunting Cara melakukan gaya gunting adalah sebagai berikut. 1. Pelompat mengambil awalan dari samping. Jika pelompat melakukan tolakan dengan menggunakan kaki kiri, maka awalan dilakukan dari samping kiri pula. akan
tetapi, jika tolakannya menggunakan kaki kanan, maka awalan yang dilakukan adalah dari samping kanan. 2. Pada saat kaki di ayun (kaki yang dekat mistar) mencapai ketinggian makmimum, kaki yang menolak (kaki yangterjauh dari mistar) diangkat lurus ke depan atas untuk melewati mistar. 3.Saat kaki yang diayun sudah menurun melewati mistar dan badan hampir teak, serta mistar berada di bawah pinggul, kaki tolak mendarat dengan badan menghadapke samping. b.gaya gunting perut Cara melakukan gaya guling perut adalah sebagai berikut. 1. Pelompat mengambil avalan dari samping, dengan sudut awalan antara 35 derajat sampai 45 derajat. Jarak awalan tergantung si pelompat itu sendiri. Biasanya menggunakan langkah ganjil. Tiga langkah terakhir harus lebih panjang dan lebih cepat.Melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat pada mistar sekuat-kuatnya ke atas, dibantu dengan ayunan kaki belakang (kaki ayun) ke dean atas dan dibantu olenayunan kedua lengan ke belakang atas. 3. Setelah kaki ayun mencapai ketinggian maksimum,segera lewatkan di atas mistar. Lengan kiri hendanya jangan sampai menyentuh mistar. Setelah kaki avun melewati mistar, segera badan diputar ke kiri dengan kepala mendahului melewati mistar. Putarkan badan sehingga dada dan perut menghadap ke bawah pada saat di atas mistar. Kaki kiri yang digunakan untuk menolak segera lututnya dilipat ke samping kiri agak ke atas dan agak ke belakang. Lengan kanan harus ke bawah dengan santal. 4. Jika kaki kanan yang digunakan untuk kaki ayun, maka yang pertama kali mendarat pada matras adalah kaki kanan dan tangan kanan secara bersama-sama. Kemudian diteruskan berguling ke samping ke dean dengan badan dibulatkan dan bertumpu pada bahu sebelah kana. c.gaya flop Cara melakukan gaya flop adalah sebagai berikut.Awalan Lari dengan langkah panjang dan cepat pada lintasan menikung. Badan agak condong atau miring ke depan. Jumlah langkah yang digunakan untuk awalan sekitar 5 sampai 9 langkah. Tolakan Jika tolakan menggunakan kaki kanan, maka lariawalannya dilakukan dari
sebelah kiri mistar. menggunakan tolakan dengan kaki kiri, lari awalan dilakukan dari sebelah kanan mistar. Arah badan pada saat melayang di atas mistar adalah serong menyilang diatas mistar dan arah kaki tolak (kaki kanan) pada saat menolak adalah serong menuju mistar. Tungkai ayun, tidak diayunkan secara aktif tetapi diayunkan dengan santai tetapi keras ke arah yang berlawanan dengan mistar. Lutut ditekuk dan diangkat tinggi disertai dengan mengayunkan atau mengangkat kedua lengan ke atas sampai kepala.Pada saat kaki tolak lepas dari tanah dan badan me layang di atas mistar, kepala ditengokkan ke kiri, dan mata melihat ke arah jari-jari kanan. Sikap badan pada saat melewati mistar Badan seakan-akan terlempar mundurmelintasi mistar. Kedua lengan diayun ke atas di samping kepala dan terbuka. Kepala menengok ke kiri, yaitu bila kaki yang digunakan untuk menolak adalah kaki kanan. Pandangan ke arah jari-jari tangan, kedua tungkai agak terbuka dan tungkai bawah tergantung dengan santai. Pada saat melintasi mistar, kedua tungkai harus dilemparkan ke atas dan lurus agar tidak menyentuh mistar. Sikap badan dan gerakan tungkai setelah melewati mistar. Mendarat pada punggung dan tengkuk secara kese luruhan, kedua lengan telentang.
A. Sejarah tolak peluru TOLAK PELURU Tolak peluru adalah olahraga yang mennggunakan bola besi dengan cara di tolak agar jatuh sejauh jauhnya. B. Peralatan Berat peluru untuk tingkatan SD dan SMP yaitu 3kg dan 4kg untuk yang putra 4kg dan untuk yang putri 3kg kemudian untuk tingkatan SMA yaitu 5kg dan 4kg untuk putra 5kg atau 7,26kg sedangkan untuk putri yaitu 4kg sedangkan untuk universitas, atletik berat peluru untuk putra 7,26kg dan untuk putrinya 4kg C.Lapangan Keterangan: 1.Lingkaran tolak peluru biasanya di buat Dari besi,baja atau bahan lainnya yang bisa di lengkungkan 2.Bagian dalam lingkaran tolak biasanya di buat dari aspal,semen,atau bahan lainnya yang padat tetapi tidak licin
3.Permukaan dalm lingkaran tolak biasanya datar antara 20Mm-6Mm lebih rendah dari bibir atas lingkaran besi 4.Garis lebar 5cm biasanya di buat di atas lingkaran besi menjulur sepanjang pada kiri kanan lingkaran. 5.Diameter bagian dalam lingkaran tolak yaitu 2,135m 6.Tebal besi lingkaran tolak minimal 6mm dan biasanya di cat berwarna putih 7.Lebar balok 11,2-30cm, panjangnya 1,21-1,23m di dalam dan tebalnya 9,8-10,2cm D.Tehnik tolak peluru Tehnik tolak peluru linier terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: -Tahapan persiapan,pelempar atau penolak di tempatkan untuk memulai meluncur -Tahapan meluncur pelempar atau penolak dan peluru bergerak di percepat pada saat pekempar atau penolak bersiap untuk fase pengantarn peluru -Tahapan pengantaran peluru di hasilkan kecepatan tambahan dan di pindahkan ke peluru sebelum di lepaskan -Tahapan pemulihan menahan dan menghindari kesalahan E.Gaya dalam tolak peluru Ada 3 gaya yang biasa di gunakan yaitu gaya (orthodox) (gaya lama), gaya (O’Brien) (gaya baru) dan gaya spin (gaya putar) 1.gaya orthodox Gaya ini sering di gunakan oleh pemula atlet hanya perlu memposisikan tubuh menyamping dari area pendaratan 2.gaya O’Brien Sesuai dengan namanya gay o’brien di temukan oleh atlet asal amerika serikat bernama pari obrien.gaya obrien di mulai dengan gerakan membelakangi area sasaran. Tujuannya adalah mencari ancang-ancang dan memposisikan badan dengan
pas sebelum meluncurkan peluru sekuat tenaga kemudian para atlet akan berputar 180derajat ke arah depan untuk mendorong pelurunya ke area sasaran. 3.gaya spin Gaya ini di perkenalkan oleh alexander baryshnikov. Atlet rusia yang mentereng di nomor tolak peluru. gaya spin biasanya di pakai oleh atlet profesional dalam kejuaraan dunia. Pasalnya ketika menggunkan gaya ini, seorang atlet di wajibkan untuk berputar 360 derajat sebelum menolak peluru. Tujuan perputran ini yaitu membangun power dan mencari momentum agar peluru yang atlet bawa dapat di lontarkan sejauh jauhnya. F.Kesalahan-kesalahan dalam tolak peluru Ada beberapa kesalahan yang terjadi pada pelaksanaan tolak peluru antara lain sebagi berikut: -keadaan seorang atlet belum tenang/rilex sebelum memasuki lingkaran -arah pandangan mata tidak menentu kaki kiri tidak membantu dalam ayunan -kaki kanan melompat -badan lurus -siku menempel pada badan -tangan kiri lemas dan bergantung ke bawah -kaki kanan dan bahu kanan kurang rendah -mata tidak di tujukan ke arah lemparan -sudut lemparan terlalu tinggi atau terlalu rendah
PERATURAN TEKNIK PERLOMBAAN ATLETIK INTERNASIONAL PASAL 100 UMUM Semus perlombaan atletik internasional sebagaimana diuraikan dalam peraturan IAAF Pasal I, harus diselenggarakan dengan menggunakan peraturan IAAF (PASTI dalam hal ini harus dinyatakan dalam semua selebaran pengumuman, brosur, barang-barang produk tertentu, reklame/ iklan dan buku acara buku program perlombaan dan barang-barang cetakan lainnya. Catatan Disarankan agar Federasi Atletik Nasional (PASI) menggunakan peraturan lomba atletik IAAF untuk menggelar lomba atletik di lingkungannya masing-masing SEKSI 1-OFISIAL Pasal 110 OFISIAL INTERNASIONAL (International Officials) Pada perlombaan atletik yang diatur berdasarkan peraturan Pasal 1.1 a) dan b), Ofisialofisial berikut ini harus ditunjuk secara internasional, mereka itu adalah a) Organisational Delegate (s) = Delegasi Organisasi b) Technical Delegate (s) = Delegasi Teknik c) Medical Delegate = Delegasi Medis d) Doping Kontrol Delegate = Delegasi Kontrol Doping e) International Technical Officials/ = Ofisial teknik Internasional Area Technical Officials = Ofisial Teknik Area f) International Race Walking Judges/ = JuriJalan-Cepat Internasional Area Race Walking Judge = JuriJalan Cepat Area g) International Road Race Measurer = PengukurJalur-lombaInternasional h) International Photo Finish Judge = Juri Foto Finish Internasional
1) Jury of Appeal (panitia hakim) Jumlah Ofisial yang diangkat pada tiap kategori harus dinyatakan di dalam peraturan Perlombaan Atletik IAAF (Asosiası Area) yang mutakhir/berlaku Pada perlombaan yang diatur berdasarkan pasal 1.1 a) -Pemilihan untuk orang-orang butir a), b), c), d) dan i) dilakukan oleh Council IAAF (Dewan IAAF) -Pemilihan orang-orang untuk butir e) dilakukan oleh Council IAAF dari para De anggota pane! ITO (International Technical Officials) IAAF -Pemilihan untuk orang-orang untuk butir f) dilakukan oleh Council IAAF dari D para anggota Panel Intenational Race Walking Judge IAAF -Pemilihan orang-orang untuk butir g) dan h) dilakukan oleh Delegasi Teknik IAAF -Council IAAF harus mengesahkan criteria pemilihan, kualifikasi dan tugas- tugas dan para official tersebut di atas Anggota IAAF harus memilki hak untuk menyarankan pribadıpribadi memenuhi syarat yang cocok untuk dipilih pemilihan -Dalam lomba atletik yang diatur berdasarkan pasal 1.1 b) orang-orang ini akan dipilih oleh Asosiasi Area yang relevan Dalam hal Area Technical Officials dan Area Race Walking Judges, pemilihannya dilakukan oleh Asosiasi Area yang relevan dari daftar mereka sendiri dari Are Technical Officials dan Area Race Walking Judges -Untuk lomba-atletik yang diatur sesuai pasal 1.1 a) dan f), IAAF dapat menunjuk seorang komisioner periklanan. Dan untuk lomba atletik yang digelar berdasar 1.1 b), d) dan g), setiap pengangkatan akan dilakukan oleh Asosiası Area PASAL 111 DELEGASI ORGANISASI (ORGANISATIONAL DELEGATED) Delegası Organısası tetap memelihara hubungan erat dengan Panitia Penyelenggara setiap waktu dan melapor secara teratur kepada Council IAAF PASAL 112 DELEGASI TEKNIK Delegası teknik dalam hubungannya dengan panitia penyelenggara yang akan memberikan bantuan yang diperlukan, adalah bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa semua pengaturan teknis telah sepenuhnya dengan peraturan teknik IAAF Delegasi teknik harus mengajukan proposal jadwal perlombaan, formutir pendaftaran. peserta yang baku standar, dan daftar peralatan lomba yang akan digunakan Delegaza teknik adalah bertanggung jawab akan
semua masalah persapan teknis Mereka harus mengontrol pendaftaran peserta dan memiliki hak untuk menolak berdasarkan alasan teknis. Mereka harus mengatur seri-seri lari, babak pendahuluan dan babak kualifikasi dan perlombaan grup-grup untuk lomba event gabungan PASAL 113 DELEGASI MEDIK Delegasi medik memiliki wewenang tertinggi atas semua masalah medis, pemberian pengobatan medis dan perawatan darurat pada area lomba. Dan juga berwenang mengatur untuk penentuan jenis kelamin (gender) peserta lomba bila menurut pertimbangannya hal ini perlu diadakan PASAL 114 DOPING KONTROL DELEGATE Dalam berhubungan dengan Delegası Medik dia harus bertanggung jawab terhadap semua masalah yang berkaitan dengan kontrol doping PASAL 115 INTERNATIONAL TECHNICAL OFFICIALS (ITO) Delegasi teknik harus menunjuk minimal i ketua ofisial ITO. Mereka harus selalu hadir sepanjang waktu apabila suatu event sedang berlangsung ditempat dimana dia ditugasi dan harus menjamın bahwa pelaksanaan lomba itu berjalan sesuai sepenuhnya dengan peraturan IAAF PASAL 116 INTERNATIONAL RACE WALKING JUDGES Suatu Panel darı Judge Lomba Jalan Cepat Internasional harus ditentukan oleh komite jalan cepat IAAF dengan menggunakan kriteria yang disahkan oleh Council IAAF PASAL 117 INTERNATIONAL ROAD RACE MEASURER Seorang, juru ukur jalur lomba lari internasional harus ditunjuk oleh IAAF untuk menguji dan mengesahkan suatu jalur lomba ları dimana event lari jalanan akan digelar yang sebagian atau seluruh jalur lombanya ada di luar area stadion.
Juru ukur ini akan mengecek dan membuat sertifikat tentang keadaan jalur lomba lari itu bila dia menemukan bahwa jalur lomba itu sesuai benar dengan peraturan IAAF tentang lomba lari jalanan. Dia harus kerjasama dengan pihak panitia penyelenggara dalam pengaturan jalur lomba dan menyaksikan pergelaran lomba dimaksud guna menjamin bahwa jalur lomba itu ditempuh oleh para atlet peserta lomba dengan mengikuti jalur yang sama yang telah diukur dan disahkan. PASAL 118 INTERNATIONAL PHOTO FINISH JUDGE Seorang Judge Photo-Finis Internasional harus diangkat oleh IAAF, berkewajiban memeriksa semua peralatan photo-finis berfungsi dengan baik. PASAL 119 PANITIAHAKIM Pada semua perlombaan yang digelar seorang Juri Dewan Hakim yang biasanya terdiri dari 3, 5 atau 7 orang harus ditunjuk, dan salah satu harus menjadi ketua (Dewan Hakim) dan satu lagi sebagai Sekretaris. Fungsi utama Panitia Hakim adalah berhubungan dengan masalah protes berdasar peraturan IAAF pasal 146 PASAL 120 OFISIAL SUATU PERLOMBAN ATLETIK Panitia penyelenggaraan suatu lomba atletik menunjuk/ mengangkat semua ofisial, sesuai peraturan Negara- Anggota IAAF dimana lomba itu digelar. Daftar berikut ini berisikan Ofisial yang dianggap penting untuk bertugas melayani perlombaan atletik besar tingkat Internasional. Panitia penyelenggara boleh mengadakan variasi yang disesuaikan dengan kondisi setempat. OFISIAL PENGELOLA (Managemen Officials) -Satu orang direktur perlombaan -Satu orang Manajer lomba -Satu orang Manajer teknik -Satu orang Manajer ruang panggil (Call Room Manager)
OFISIAL PERLOMBAAN -Satu (atau lebih) wasit event lintasan -Satu (atau lebih) wasit event lapangan -Satu (atau lebih) wasit event gabungan -Satu (atau lebih) wasit event luar stadion -Satu ketua Judge dan jumlah secukupnya judge Event lintasan -Satu ketua Judge dan jumlah secukupnya judge untuk tiap Event lapangan -Satu ketua Judge dan 5 judge per Event lomba jalan cepat yang digelar di dalam stadion -Satu ketua Judge dan 8 judge per Event jalan cepat yang digelar di luar stadion -Ofisial jalan cepat lainnya: pencatat/ recorder; operator papan peringatan, dll -Satu ketua pengawas & jumlah secukupnya pengawas -Satu ketua pencatat waktu & jumlah secukupnya pencatat waktu. -Satu coordinator Starter dan jumlah starter dan recaller secukupnya. -Satu (atau lebih) asisten starter -Satu ken dan jumlah secukupnya lap Scorer (penghitungan putaran lari) -Satu Competition Secretary (Sekretaris lomba) dan beberapa asisten; -Satu ketua keamanan (Marshal) dan sejumlah keamanan yang cukup; -Satu (atau lebih) Wind Gauge Operator (Operator pengukur angina) -Satu ketua dan jumlah secukupnya asisten Judge Foto-Finis. -Satu (atau lebih) Judge pengukur jarak (Elektroniks) -Satu (atau lebih) CallRoomJudge (Judge Ruang Panggil) OFISIAL TAMBAHAN -Satu (atau lebih) Announcer (Penyiar) -Satu (atau lebih) Statistician (Ahli statistic) -Satu (atau lebih) Komisaris periklanan - Satu Surveyor Resmi (Ahli Ukur Resmi) -Sejumlah pramubakti untuk peserta lomba, Ofisial & Press.
Wasit dan ketua jun harus mengenakan sebuah Ban-lengan atau lencana yang menyolok. Bila perlu, para petugas pembantu harus diangkat. Namun harus berhati- hati, arena lomba harus bebas terjaga danı ofisial, penonton dan orang-orang yang tidak berkepentingan dalam perlombaan PASAL 121 COMPETITION DIRECTOR DIREKTUR PERLOMBAAN Direktur perlombaan harus merencanakan organisasi petugas teknis suatu perlombaan dan yang dalam bekerjasama dengan pihak Technical Delegate, serta menjamin bahwa rencana ini dapat dilaksanakan dan mampu memecahkan semua masalah teknis yang timbul. Dia akan memimpin hubungan interaksi antara peserta lomba dalam perlombaan dan selalu berhubungan dengan semua ofisial (petugas teknik), dengan perantaraan system komunikasi. PASAL 122 MANAJER PERLOMBAAN Manajer perlombaan bertanggung jawab atas penyelenggaraan perlombaan dengan benar. Dia harus mengecek bahwa semua ofisial telah datang melapor untuk menjalankan tugas, menunjuk pengganti bila perlu dan berwenang memberhentikan seorang petugas (teknis) sebab tidak mematuhi peraturan Dan berwenang memberikan izin yang berada di arena lomba. PASAL 123 TECHNICAL MANAGER Manajer teknik ini bertanggung jawab dan menjamin atas kesiapan arena lomba, lintasan ları, jalur lan ancang-ancang, lingkaran-lingkaran lempar, lengkung batas lempar, sektor lemparan, tempat-tempat pendaratar, bak air lan halang rintang, dan semua perkakas & peralatan lomba, tersedia sesuai peraturan IAAF PASAL 124 CALL ROOM MANAGER Bekerjasama dengan para juri yang ditugaskan di ruang panggil, dia harus mengawasi perpindahan atlet peserta lomba antara tempat latihan pemanasan dan arena lomba, guna memastikan bahwa atlet yang setelah diperiksa dicek di dalam ruang panggil harus hadir dan siap
dibawa masuk ke dalam arena lomba untuk memulai perlombaan sesuai jadwal event yang telah ditetapkan. PASAL 125 REFEREE/WASIT 1. Seorang wasit terpisah harus diangkat untuk event lintasan, untuk event lapangan (Lempar & Lompat), untuk event gabungan, dan untuk event lari & jalan cepat dengan arena lomba di luar stadion 2. Wasit harus menjamin bahwa peraturan IAAF ditaati dan akan menentukan semua masalah yang timbul selama perlombaan dan hal-hal yang belum tercantum dala peraturan. Wasit lintasan dan untuk event diluar stadion harus memiliki wenang untuk menentukan kedudukan pemenang dalam suatu perlombaan lari. 3. Wasit harus meneliti/ memeriksa mengecek semua hasil akhir, harus menghadapi setiap masalah yang dipersengketakan 4. Wasit harus memperhatikan setiap protes atau keluhan keberatan terhadap jalannya perlombaan. Dia memiliki wewenang kekuasaan untuk membern peringatan atau mengeluarkan dari perlombaan Pemberian peringatan ini dapat ditujukan kepada atlet dengan memperlihatkan sebuah kartu kuning kepadanya, atau kartu merah apabila ini adalah suatu tindakan pengeluaran. 5. Bila menurut pendapat wasit, suatu keadaan timbul di dalam arena lomba dar menuntut keadilan bahwa suatu event perlu dilombakan ulang lagi. 6. Pada akhir lomba tiap event, formulir hasil lomba harus segera di selesaikan disempurnakan pengisiannya, ditandatangani oleh wasit yang bersangkutan serta segera dikirim/ disampaikan kepada sekretaris perlombaan 7. Wasit event gabungan (tri, panca, sapta, dasa-lomba) razmiliki wewenang atas pelaksanaan lomba event gabungan dimaksud. Dan memiliki wewenang atas pelaksanaan lomba masingmasing event individu) dalam lomba event gabungan Umum PASAL 126 JUDGES/PARA JURI 1. Ketua juri untuk event lintasan dan ketua judge untuk tiap event-lapangan harus mengkoordinir tugas-tugas kepada para juri untuk event mereka masing-masing. Event lari lintasan & lari jalanan dengan finis di lintasan
2. Para juri yang harus menempatkan diri dan bertugas dari satu sisi lintasan yang sama, harus menentukan urusan kedudukan peserta lomba sewaktu memasuki garis finis, dan la juri tidak dapat memutuskan sendiri (urutan pemenang) maka dia akan melapor kepada wasit lari yang akan mengambil keputusan. Event lapangan (Lempar & lompat) 3. Para juri akan mewasiti setiap giliran lomba (trial) dan mengukur setiap trial yang sah dibuat oleh masing-masing peserta dalam nomor lapangan tersebut, serta mencatat dengan teliti. Pada lomba lompat tinggi dan lompat tinggi galah, pengukuran yang akurat harus dilakukan bila mistar dinaikkan, terutama apabila pembuatan suatu rekor sedang diupayakan. PASAL 127 UMPIRES (Pengawas Lintasan untuk lomba lari & jalan cepat) 1. Pengawas fintikan adalah pembantu wasit lari yang tidak memiliki wewenang untuk membuat keputusan akhir 2. Pengawas lintasan harus ditempatkan oleh wasit lari pada posisi demikian yang memungkinkan dia mengamati perlombaan dari dekat dan dalam hal terjadi kesalahan peraturan oleh atlet peserta lomba, harus segera membuat laporan tertulis tentang insiden itu kepada wasit fari 3. setiap kali terjadi pelanggaran peraturan harus diberi tanda dengan mengangkat bendera warna kuning 4. Sejumlah pengawas lintasan yang cukup juga harus diangkat/ditunjuk guna mengawasi zona pergantian tongkat dalam lari estafet PASAL 128 TIMEKEEPERS & PHOTO-FINISH JUDGES 1. Dalam hal peatatan waktu secara manual/dengan tangan, sejumlah pencatat waktu dalanı jumlah yang cukup untuk sejumlah peserta lomba yang terdaftar yang harus ditunjuk/diangkat,salah satu dari mereka diangkat menjadi Ketua Juri Pencatat Waktu.
2. Pencatat Waktu haus bertindak berbuat sesuai peraturan Pasal 165. (Timing & Photo Finish). 3. Bila peralatan Photo Finish Otomatik penuh sedang digunakan, seorang Ketua Judge Photo Finis dan minimal dua orang Asisten Judge foto Finis harus ditunjuk/diangkat. PASAL 129 START COORDINATOR, STARTER & RECALL-STARTER (Coordinator Start, Starter & Pemanggil Kembali) 1. Koordinator start akan menguasai tugas kewajiban sbb a) Mengalokasikan tugas-tugas kepada pada juri team start, menetapkan tugas memberi start kepada anggota team yang menurut pendapatnya adalah yang terbaik untuk event dimaksud b) Mengawasi tugas-tugas yang harus diisi oleh setiap anggota team c) Untuk memberi info kepada starter, setelah menerima perintah yang releven dari direktur perlombaan, bahwa segala sesuatu ada dalam urutan tertib untuk memulai prosedur start adalah dalam keadaan siap siaga. d) Bertindak sebagai seorang iterlocuter (teman berbicara) antara staf teknik dariperusahaan peralatan pencatat-waktu dengan para juri e) Untuk memelihara semua lembaran kertas kerja yang dihasilkan selama prosedur start termasuk semua dokumen yang menunjukkan waktu reaksi atau gambar waveform start salah apabila tersedia f) Guna menjalin apakah yang diatur dalam peraturan pasal 130.5 dipenuhi 2. Starter harus memiliki seluruh kontrol atas peserta lomba pada saat bersedia di geris start. Bila ada kesalahan dari alat kontrol maka seorang recaller harus mengenakan telepon kepala dalam rangka mendengar dengan jelas setiap signal akoustik yang dipancarkan bila starter salah. 3. Starter harus menempatkan diri sedemikian rupa sehingga dia mendapatkan kontrol visual sepenuhnya terhadap seluruh peları selama prosedur start dilakukan. 4. Satu orang recaller atau lebih harus ditunjuk untuk membantu starter. 5. Tiap-tiap recaller harus menempatkan diri sedemikian rupa sehingga dia dapat melihat jelas setiap peserta lomba yang dipercayakan kepadanya. 6. Pemberian peringatan dan penjatuhan diskualifikasi sesuai peraturan pasal 162.7 dan 8. 7. Koordinator start harus menugaskan suatu tugas khusus dan posisi khusus bagi tiap recaller, yang diwajibkan memanggil kembali perlombaan apabila terlihat terjadi suatu kesalahan. 8. Untuk membantu semua perlombaan yang menggunakan start-jongkok, dapat digunakan alat pengontrol start salah sebagaimana dijelaskan pada pasal 161.2.
Pasal 130 STARTER'S ASSISTANTS (Para asisten starter) 1. Pembantu starter harus memeriksa mengecek bahwa para peserta lomba berlomba dalam seri-seri/ heat yang benar dan nomor-nomor peserta mereka dipasang dengan betul tempat-tempat start untuk semua jarak lomba harus diberi nomor dari kin ke kanan menghadap arah lari. 2. Para Pembantu Starter berkewajiban menempatkan tiap pelari peserta-lomba pada jalurlintasan yang benar mengumpulkan peserta-lomba kira-kira 3 m di belakang garis start (dalam hal lomba yang gans startnya berjenjangan, sama juga di belakang garis tart masingmasing) bila hal ini telah selesai dia harus memberi isyarat kej da starter bahwa semuanya telah siap apabila suatu start baru diperlukan, maka pembantu starter akan mengumpulkan peserta-lomba lagi. 3. Pembantu starter bertanggung jawab atas kesiapan / tersedianya tongkat estafet bagi para pelari-pertama dalam lomba lan estafet 4. Bila starter telah memerintahkan para peserta lomba untuk menuju ke garis start, ('Bersediaaa") maka para pembantu starter harus menjamin bahwa peraturan pasal 162.4 dipatuhi 5. Dalam hal start-salah yang pertama, atlet yang bertanggung jawab terhadap start salah itu harus diberi peringatan dengan sebuah kartu kuning yang dipasang pada tempat tanda lintasan pada waktu yang sama, pada atlet peserta yang ikut dalam Jomba ini harus diberi peringatan dengan kartu kuning yang diangkat di depannya oleh seorang atau beberapa asisten starter dalam rangka memberi tahukan kepada mereka bahwa setip orang yang berbuat kesalahan start berikut / selanjutnya akan dijatuhi 'diskulipikasi system dasar yang diucapkan terakhir ini (untuk mengangkat kartu didepan si atlet terkait bertanggung jawab terhadap start-salah) juga akan diikuti bila tanda lintasan tidaklah digunakan. Dalam hal terjadi start salah lanjutan,atlet yang bertanggung jawab terhadap terjadinya start salah harus diberi peringatan dengan sebuah kartu kuning yang dipasang pada lintasan atau diangkat pada si atlet yang bersangkutan tiap atlet yang bertanggung jawab terhadap dua start salah haruslah dijatuhi diskualifikasi dan sebuah kartu merah harus ditempatkan / dipasang pada kotak tanda lintasan atau diangkat di depan atlet terkait 1 PASAL 131 LAP SCORERS (Penghitung Putaran Lari) 1. Penghitung putaran lari harus mencatat jumlah putaran lari yang telah ditempuh oleh setiap peserta lomba dalam lomba lari 1.500 m atau lebih. Untuk lomba 5000 m atau lebih, dan untuk event lomba jalan cepat, sejumlah penghitung putaran lari harus
ditunjuk/diangkat dan bertugas di bawah pengarahan wasit, dan dilengkapi dengan 'kartu penghitung putaran lari di atas mana dia akan mencatat waktu resmi tiap putaran/lap (yang diberikan kepadanya dari pencatat waktu resmi) untuk tiap peserta lomba yang dipercayakan kepadanya. Apabila sistem demikian digunakan, tidak seorang pun Penghitung Putaran Lari harus mencatat waktu lebih dari empat peserta lomba lari(dan enam untuk lomba jalan cepat). Sebagai pengganti pencatatan (putaranlari) secara manual,suatu sistem komputerisasi yang boleh melibatkan dibawanya suatu "chip'oleh setiap atlet pelari,dapat digunakan. 2. Satu orang Juri Penghitung Putaran lari bertanggung jawab untuk selalu memelihara suatu display/ tampilan jumlah sisa putaran-lari yang masih harus ditempuh peserta lomba, bertempat di garis finis. Display demikian harus dirubah pada tiap kali putaran apabila peserta terdepan memasukı lintasan lurus yang berakhir di garis finis. Sebagai tambahan, indikası manual harus diberikan, bila layak, kepada peserta lomba yang telah atau yang akan dilewati. Putaran terakhir harus diberi tanda signal kepada setiap peserta lomba, biasanya dengan wwmbunyikan loncing/bel. PASAL 132 COMPETITION SECRETARY Sekretaris perlombaan harus mengumpulkan semua hasil dari tiap event perlombaan, rincian harus disahkan disediakan oleh wasit, ketua jari pencatat waktu atsu Ketua Judge foto finis dan dari juru ukur kecepatan angin Dia harus segera mmeruskan semua rincian hasil int kepada announcer/ penyiar mencatat semua hasil dan meneruskan seluruh formulu kartu hasil ini kepada direktur perlombaan PASAL 133 MARSHAL/PENGAWAS KEAMANAN Pengawas keamanan harus mengawasi & menguasai keamanan arena lomba dan tidak akan mengizinkan orang, selain atlet peserta lomba dan ofisial, memasuki arena dan tetap berada ddi dalamnya. PASAL 134 ANNOUNCER/PENYIAR Penyiar harus mengumumkan kepada publik penonton nama-nama dan nomornomor peserta-lomba yang berpartisipasi dalam tiap event, dan semua informasi yang relevan seperti susunan seri-seri lari, penentuan jalur-jalur lintasan lari (yang telah diundi) dan catatan waktu prestasi. Hasil dari tiap event harus diumumkan pada kesempatan pertama setelah menerima bahan dimaksud (kedudukan posisi, catatan waktu, prestasi ketinggian dan jarak)
PASAL135 SURVEYOR/AHLI UKUR RESMI Ahli ukur berkewajiban mengecek ketepatan pemberian markal tanda-tanda dan pemasangan serta melengkapinya dengan sertifikat-sertifikat diserahkan kepada manajer teknik sebelum perlombaan dimulai. PASAL136 WIND GAUGE OPERATOR (Juru ukur kecepatan angin) Juru ukur kecepatan angin harus menjamin bahwa alat ukur kecepatan angin telah dipasang sesuai ketentuan pasal 163.9 (event lintasan) dan pasal 184.5 (event lapangan). Dia akan menentukan kecepatan tiupan angin pada arah lari untuk perlombaan tertentu dan kemudian mencatatnya dan menanda tangani hasil catatan yang diperoleh itu kemudian menghubungkan kepada sekretaris perlombaan. PASAL 137 MEASUREMENT JUDGE (ELEKRONIK (Juru ukur elektronik) Seorang juru ukur elektronik harus ditunjuk diangkat apabila alat ukur jarak elektronik akan digunakan dalam lomba atletik. Sebelum perlombaan dimulai, dia akan bertemu dengan staf teknik terkait dan mengenali peralatan itu. PASAL 138 CALL ROOM JUDGE (juri ruang panggil) Juri ruang panggil harus menjamin bahwa semua peserta lomba harus mengenakan pakaian seragam klub atau nasionalnya yang secara resmi disahkan oleh Badan Kuasa Nasional (PASI), bahwa nomor peserta dipakai dengan betul (di dada dan punggung) sesuai dengan yang tercantum pada daftar start dalam buku acara, bahwa sepatu lomba/ spikes, jumlah dan ukuran paku, iklan pada pakaian dan tas harus sesuai dengan ketentuan & peraturan IAAF, dan bahwa semua bahan/ materi yang tidak ada diberı ızın tidak dapat dibawa masuk ke dalam arena lomba. PASAL 139 KOMISARIS PERIKLANAN Komisaris periklanan akan memeriksa mengawasi dan menerapkan ketentuan dan peraturan periklanan IAAF yang berlaku.
SEKSI II-PERATURAN LOMBA-ATLETIK PASAL 140 FASILITAS ATLETIK Suatu lapangan yang berpermukaan datar kokoh yang memenuhi kekhususan yang tercantum dalam buku manual Fasilitas Atletik IAAF, boleh digunakan untuk (lomba) atletik Perlombaan Track & Field atletik berdasar peraturan pasal 1.1 a), b), c), d) dan perlombaan yang langsung dibawah kontrol pengawasan IAAF hanya dapat digelar di atas fasilitas berpermukaan sintesis yang sesuai dengan spesifikasi prestasi IAAF untuk permukaan sintetik dan yang memegang sertifikat kelas | IAAF yang masih berlangsung. Maka disarankan bahwa apabila lintasan yang demikian itu tersedia, maka perlombaan atletik berdasar peraturan pasal 1.1 e), f), g), dan h) juga harus dapat digelar di atas fasilitas demikian. PASAL 141 KELOMPOK UMUR Definisi-definisi berikut ini berlaku bagi kelompok-kelompok umur yang diakui oleh IAAF 1. Remaja putra & remaja putri setiap atlet berumur 16 atau 17 tahun pada tanggal 31 Desember dalam tahun perlombaan 2. Junior Putra & Putri setiap atlet berumur 18 atau 19 tahun pada tanggal 31 Desember dalam tahun perlombaan. 3. Atlet master putra seorang atlet putra menjadi seorang master pada hari ulang tahunnya ke 40. 4. Atlet master putri seorang atlet putri menjadi seorang master pada hari ulang tahunnya ke 35. PASAL 142 ENTRIES/PENDAFTARAN PESERTA PERLOMBAAN 1. Lomba atletik yang menggunakan peraturan IAAF adalah terbatas bagi para atlet vang memenuhi peraturan keabsahan IAAF
2. Tidak seorang atlet pun duzinkan berlomba atletik di luar negerinya, kecuali bila keabsahannya diyamin keabsahannya oleh federasi anggota yang dari padanya dia diberi ızın untuk turut berlomba. Pendaftaran serentak 3. Apabila seorang atlet peserta didaftarkan di event lintasan & lapangan sekaligus, atau dalam event lapangan lebih dari satu yang perlombaannya berlangsung serentak, wasit yang bersangkutan dapat mengizinkan atlet untuk ikut berlomba untuk satu giliran lomba, atau untuk tiap giliran lomba dalam lompat tinggi dan galah, mengizinkan seorang atlet untuk melakukan gıliran lombanya dengan urutan yang berbeda dari yang ditentukan dengan undian sebelum lomba dimulai. Kegagalan berpartisipasi 4. Pada semua lomba atletik berdasar pasal 1.1 a), b), dan c), kecuali seperti yang disediakan di b wah, seorang peserta harus dikeluarkan darı partisipasinya di dalam lomba event-event lebih lanjut dalam suatu kompetisi, termasuk lari estafet, dalam masalah-masalah dimana: a. Suatu konfirması akhir telah diberikan bahwa seorang atlet akan melakukan start pada suatu event, tetapi kemudian dia gagal berpartisipasi, sehingga tidak praktis untuk mencoret dengan resmi nama itu dari daftar peserta untuk event dimaksud. b. Dia ikut dalam babak pendahuluan atau Heat dan berhak untuk meneruskan partısıpasınya dalam event itu, tetapi dia gagal untuk berpartisipasinya lebih lanjut. PASAL 143 PAKAIAN, SEPATU & NOMOR PESERTA PAKAIAN 1. Dalam sernua event, peserta lomba harus mengenakan pakaian yang bersih, dan dengan desain potongan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan keberatan waktu dipakai Pakaian harus terbuat dari bahan yang tidak transparan sekalipun waktu basah. Peserta tidak harus memakai pakaian yang dapat mengganggu pandangan juri SEPATU 2. Peserta lomba boleh berlomba dengan kaki telanjang atau memakai sepatu pada satu kaki atau kedua kakinya. JUMLAH PAKU
3. Telapak dan tumit sepatu harus dibantu sedemikian rupa untuk dapat dipasangi hingga 11 buah paku/ spikes. Tidak boleh lebih dari 11 buah. UKURAN PAKU SPIKES 4. Apabila satu lomba atletik digelar diatas lintasan sintesis, maka tiap bagian paku spikes yang mencuat dari sol atau tumit tidak boleh melebihi 9 mm kecuali pada event lompat tinggi dan lempar lembing tidak boleh melebihi 12 mm. Paku spikes ini memiliki diameter maximal 4 mm. Untuk permukaan lintasan non-sintesis, panjang paku spikes maximal 25 mm dan diameter maximal 4 mm. Untuk permukaan lintasan non-sintetis, panjang paku/spikes maksimal 25 mm dan diameter maksimal 4 mm. SOL DAN TUMIT 5. Sol dan tumit (sepatu atlet) boleh ada alur/celah, punggung bergerigi atau tonjolan asalkan semuanya dibuat dari bahan yang sama mirip dengan dasar sol itu sendiri. Pada lompattinggi dan lompat jauh, tebal maksimum sol 13 mm dan tumit pada lompat tinggi harus maksimum setebal 19 mm. Pada event yang lain tebal bagian sol dan tumit boleh beberapa saja. Dalam semua event yang lain sol dan tumit boleh dari tebal itu. TAMBAHAN DAN SISIPAN PADA SEPATU 6. Peserta lomba tidak boleh menggunakan alat-alat tambahan, baik di dalam atau pun di luar sepatu, yang berpengaruh menambah tebal sol melebihi tebal maksimum yang diizinkan, atau yang dapat memberi keuntungan kepada si pemakai yang tidak akan diperoleh dari macam/tipe sepatu yang dijelaskan dalam paragraf sebelumnya/di atas. 7. Setiap peserta lomba harus disediakan dua helai nomor peserta yang selama perlombaan harus dipakai dipasang dengan jelas di dada & punggung, kecuali pada event lompat tinggi galah dan lompat tinggi dimana satu helai nomor Peserta saja yang dipakai hanya di dada atau di punggung Nomor peserta ini harus sesuai dengan nomor yang tercantum di dalam Buku Program Perlombaan Apabila pakaian track-suits dikenakan selama perlombaan, nomor peserta harus dipasang juga pada pakaian track-suits itu dengan cara yang sama. 8. Nomor peserta ini harus dipakai sebagaimana aslinya (sejak dibagikan) dan tidak boleh dipotong, dilipat atau dikaburkan sedemikian rupa. Dalam event lari jarak jauh nomor peserta ini boleh dilubangi guna membantu sirkulasi udara, namun lobang yang digunakan tidak boleh merusak angka atau huruf yang nampak padanya
9. Apabila alat foto pada garis finish sedang dioperasikan/ digunakan dalam lomba ini, maka Panitia Penyelenggara dapat meminta para peserta lomba untuk memasang nomor peserta tambahan model melekat/tempelan pada sisi samping celananya. Tidak ada peserta lomba yang diizinkan turut serta dalam suatu lomba tanpa memasang nomor peserta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PASAL 144 BANTUAN KEPADAATLET (Assistance to Athletes) Menunjukkan Waktu Antara 1. Waktu antara dan waktu kemenangan dalam babak pendahuluan/penyisihan dapat secara resmi drumumkan dan atau dipertunjukkan di scoreboard. Dengan cara lain catatan waktu demikian tidak di komunikasikan kepada para atlet oleh orang dalam area lomba tanpa terlebih dahulu disahkan oleh wasit terkait Pemberian Bantuan 2. Hal-hal berikut ini tidak boleh dianggap sebagai bantuan a. Berkomunikasi antara para atlet dan pelatihnya tidak bertempat di arena perlombaan Dalam rangka memperlancar komunikasi ini dan tidak untuk mengganggu pergelaran perlombaan, suatu tempat di dalam tribun, dekat dengan arena lomba nomor lapangan, harus disediakan bagi pelatih si atlet. b. Penerapan physioterapi dan atau ujian medis yang diperlukan guna memungkinkan seorang atlet untuk berpartisipasi atau meneruskan perlombaan, sekali telah ada di arena lomba oleh penugasan pribadi atau disahkan oleh Delegası Medik atau Delegasi Teknik khususnya untuk maksud inı, adalah izinkan, asalkan ini tidak menunda pelaksanaan lomba atau suatu gılıran lomba para peserta dalam urutan yang telah ditetapkan. Untuk maksud dari peraturan ini, hal-hal berikut ini harus dianggap sebagai bantuan, meskipun tidak boleh dilarang. c. Menentukan langkah dalam perlombaan oleh orang yang tidak ikut dalam perlombaan, oleh peları atau pejalan kakı yang didahului atau akan didahului atau setiap macam saran teknis d. Penggunaan atau kaset perekam, radio, CD, pemancar radio, telepon mobil, atau alat vang mirip di dalam arena. Setiap atlet memben atau menerima bantuan dan dalam
arena perlombaan selama suatu event harus diben perhatian oleh wasit dan diberi peringatkan bahwa apabila diulangı, dia akan diskualifikası darı event dimaksud. Informasi kecepatan angin 3. Suatu kantong angin harus ditempatkan dekat dengan daerah tempat yang bertolak bertumpu untuk semua event lompat, event lempar cakram lembing, guna menunjukkan kepada peserta lomba perkiraan arah dan kekuatan kecepatan trupan angin Minuman guyur penyegaran 4. Dalam lomba lan 5000 m atau lebih jauh, panitia penyelenggaraan dapat menyediakan air dan karet spons bagi para peserta lomba, apabila keadaan cuaca memperingatkan penyediaan demikian PASAL 145 DISQUALIFICATION (Dis-kualifikasi) Apabila seorang atlet dalam suatu perlombaan dijatuhi diskualifikasi, karena melanggar peraturan teknik IAAF referensi harus dibuat di dalam hasil resmi terhadap peraturan IAAF yang telah dilanggar. Meskipun fakta ini harus tidak mencegah seorang peserta dari berpartisipasi dalam semua event selanjutnya. Seorang atlet telah bertindak & bersikap tidak sportif, tidak menempatkan dirinya rawan untuk dikenakan diskualifikasi dalam suatu event lanjutan dalam perlombaan. Suatu referensi catatan harus dibuat pada lembaran hasil resmi (formulir perlombaan) membern alasan terhadap diskualifikasi demikian. Bila pelanggaran itu dianggap sennus, maka Direktur perlombaan akan melaporkannya kepada badan kuasa nasional yang layak untuk dipertimbangkan tindakan disipliner apa yang perlu diambil selanjutnya sesuai pasal 22.1 titik f. PASAL 146 PROTEST & APPEAL (protes & tuntutan) 1. Protes mengenai status seorang atlet untuk berpartisipasi dalam suatu lomba atletik harus dibuat diajukan sebelum lomba itu dimulai, kepada delegasi teknik. Sekali delegasi teknik membuat suatu keputusan, maka harus ada suatu hak untuk mengajukan tuntutan kepada panitia hakim. Apabila masalah belum dapat diselesaikan dengan baik menjelang perlombaan, maka sa atlet yang bersangkutan dapat diperbolehkan turut berlomba dengan status dalam pengaduan/ under protest, sedang masalah diajukan ke Council IAAF PASI
2. Protes mengenai hasil atau tentang pelaksanaan lomba suatu event harus diajukan dalam tempo 30 menit setelah hasil prestasi diumumkan dengan resmi dari event dimaksud 3. setiap protes tingkat pertama harus disampaikan secara lisan kepada wasit ybs. Oleh atlet peserta lomba yang berkepentingan, atau oleh seseorang yang bertindak atas nama dia. Untuk dapat sampai kepada suatu keputusan yang baik-adil, wasit harus mempertimbangkan semua bukti yang ada yang dianggap perlu, termasuk film atau gambar hasil rekaman video tape-recorder resmi. Wasıt akan menentukan protes tersebut atau akan meneruskan kepada panitia hak.m. Bila wasit membuat suatu keputusan maka ada hak untuk naik-banding kepada panitia hakim. 4. Dalam lomba event-lapangan, bila seorang atlet mengajukan protes lisan mendadak terhadap suatu giliran lomba yang dinggap salah, maka wasit event itu dapat memerintahkan agar hasil lomba itu diukur dan hasilnya dicatat, ini dalam rangka melindungi hak dari semua pihak yang terkait. 5. Suatu appeal diajukan kepada panitia hakim harus diajukan dalam tempo 30 menit setelah pengumuman resmi dari keputusan yang dibuat wasit, secara tertulis, ditandatangani oleh ofisial yang bertanggung jawab dan atas nama atlet yang bersangkutan, dan disertai penyerahan suatu deposit sebesar US 100,-- atau bernilai sepadan itu dalam valuta asing, dan yang akan dikorbankan apabila protes vu tidak dibenarkan 6. Panitia hakim harus berkonsultasi kepada semua orang yang relevan, termasuk wasit dan para juri Apabila panitia hakım merasa ragu, bukti-bukti lain yang ada dapat dipertimbangkan. Bila bukti-bukti demikian termasuk bukti rekaman video yang tersedia, tidak menentukan, maka keputusan wasit harus ditegakan. PASAL 147 MIXED COMPETITION (lomba peserta campuran) Untuk semua kompetisi yang digelar sepenuhnya di dalam stadion, event-event lomba campuran antara peserta putra dan putri haruslah tidak diperbolehkan PASAL 148 MEASUREMENTS (pengukuran) Utuk event-event atletik dalam perlombaan berdasar pasal 1.1 a) sampai c) termasuk, semua pengukuran harus dilakukan dengan suatu pita-baja yanag dikalibrasikan dan
diberi sertifikat atau alat ukur batangan atau suatu alat ukur ilmiah (yang telah dikalibrasikan dan diberi sertifikat) Pada perlombaan lainnya, alat ukur dari pita ukur fiberglass dapat digunakan. Ketepatan alat ukur yang digunakan harus diberi sertifikat oleh suatu penguasa tentang ukuran dan timbangan (yang berwenang). PASAL 149 VALIDITY of PERFORMANCE (Pengesahan Prestasi) Tidak ada prestası yang diciptakan oleh seorang atlet akan menjadi sah valid, kecuali ini dilakukan selama ini di dalam perlombaan atletik resmi yang digelar sesuai ketentuan & peraturan IAAF yang berlaku. PASA L 150 VIDEO RECORDE R (Rekaman Video) Dalam lomba-atletik berdasar pasal 11 a) dan b) dan bila mana mungkin dalam lomba atletik lainnya, disarankan bahwa suatu rekaman video resmi untuk semua event, yang mengutamakan ketepatan ketelitian pelaksanaan dan pelanggaran terhadap ketentuan dan peraturan, untuk dicatat dibuatnya ini akan sangat berguna sebagai dokumen pendukung (bila diperlukan) PASAL 151 SCORING (Pemberian Nilai) Dalam suatu perlombaan dimana hasilnya akan ditentukan atas butir-butir nilai (score), maka metode penilaian (scoring) ini harus disepakati bersama oleh semua negara-negara peserta, sebelum perlombaan dimulai.