Rakyat Riau Angkat
Senjata
Perang Melawan
Keserakahan Kongsi
Dagang (abad ke-16
sampai ke-18)
Kelompok 3
O Fauza Desvina Maheswari
O Lia Lastiar Benedicta
O Nur Wildan Prayogo
O Savina Mutiara
O Zaydan Rafee Yasir
Naluri VOC untuk melaksanakan
monopoli perdagangan dan menguasai
daerah-daerah di Nusantara, nyatanya
belum usai. Setelah menguasai Malaka,
VOC mengincar Kepulauan Riau. VOC
mulai menanamkan pengaruhnya di
Riau, mereka melakukan politik
memecah belah (politik devide et
empera). Maka dampaknya, kerajaan-
kerajaan kecil di Riau, seperti Siak,
Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin
terdesak akibat perlakuan jajahan VOC
yang bertindak sewenang-wenang dan
meluluh lantahkan perekonomian
rakyat. Oleh karena itu, dimulailah
perlawanan dari beberapa kerajaan.
Salah satu perlawanan
yang cukup berhasil di
Riau adalah
perlawanan yang
dilancarkan kerajaan
Siak Sri Indrapura.
Raja sekaligus pendiri kerajaan Setelah berhasil merebut
ini yaitu Sultan Abdul Jalil Johor, Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah (1723-1744) Rahmat Syah membangun
memimpin lansung proses benteng di Pulau Bintan
perlawanan terhadap VOC.
Beliau senantiasa mengikut untuk memperkuat
pertahanan sebelum
sertakan puteranya, Raja Indra penyerangan untuk merebut
Pahlawan, dalam setiap
Malaka.
pertempuran. Itulah sebabnya
sifat bela negara telah
tertanam sejak muda di diri
Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi Tahun 1751 berkobar perang
perebutan kekuasaan dengan melawan VOC. Sebagai
VOC itu, Sultan Abdul Jalil strategi menghadapi serangan
Rahmat Syah wafat. Maka Raja Siak, VOC berusaha
diangkatlah puteranya yang
bernama Muhammad Abdul memutus jalur perdagangan
Jalil Muzafar Syah (1746 -1760) menuju Siak.
. Ia juga memiliki naluri seperti
ayahandanya yang ingin selalu
memerangi VOC di Malaka dan
sebagai komandan perangnya
adalah Raja Indra Pahlawan.
VOC memperkuat pertahanan dengan Tahun 1752 terjadilah pertempuran sengit di
membangun benteng-benteng. Kapal- Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng
kapal dagang yang akan menuju Siak
ditahan oleh VOC. Oleh karena itu segera VOC di Pulau Guntung itu berlapis-lapis dan
dipersiapkan kekuatan yang lebih besar dilengkapi meriam-meriam besar. Namun
untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga
VOC harus mendatangkan bantuan kekuatan
pimpinan pasukan dipercayakan termasuk juga orang-orang Cina. Pertempuran
kembali kepada Raja Indra dan hampir berlangsung satu bulan. Melihat situasi
Panglima Besar Tengku Muhammad Ali. yang demikian itu kedua panglima perang Siak
Dalam serangan ini diperkuat dengan menyerukan pasukannya untuk mundur kembali
kapal perang “Harimau Buas” yang
dilengkapi dengan perlengkapan perang ke Siak.
secukupnya.
Sultan Siak bersama para Pada saat perundingan baru mulai
panglima dan penasihat justru Sultan Siak dipaksa untuk
mengatur siasat baru. Disepakati tunduk kepada pemerintahah VOC.
bahwa VOC harus dilawan Sultan segera memberi kode pada
dengan tipu daya. Sultan diminta anak buah dan segera menyergap
berpura-pura berdamai dengan
cara memberikan hadiah kepada dan membunuh orang-orang
Belanda. Oleh karena itu, siasat Belanda di loji itu.
ini dikenal dengan “siasat hadiah
sultan”. VOC setuju dengan
ajakan damai ini. Perundingan
damai diadakan di loji Pulau
Guntung.
Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke
Siak dengan membawa kemenangan. sekalipun belum
berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini
tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena
itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai
Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima
Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”
Kesimpulan
Perlawanan yang dilancarkan oleh Kesultanan Siak adalah
salahsatu dari banyaknya perlawanan daerah yang dilakukan
masyarakat terhadap VOC. Disamping itu masih terdapat
perlawanan-perlawanan lainnya di berbagai tempat di
Kepulauan Indonesia sampai VOC dibubarkan pada abad
ke-18. Di antara beberapa perlawanan terhadap Hindia
Belanda yang terjadi pada abad ke-19, perlawanan Saparua,
Paderi, Diponegoro, Banjar dan Aceh dapat dikatagorikan
sebagai perlawanan besar.