PAMELA MARLIKA DIVI - X KULINER 1
A MILLION
WORDS
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.
Sebagaimana
pencipta dan pemelihara alam semesta, yang telah
melimpahkan rahmat serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyusun cerita
pendek yang berjudul "a milion words" Shalawat serta
salam penulis haturkan kepada Nabi Besar
Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari masa kegelapan ke
masa yang terang
benderang.
Daftar isi
- Penampilan
- Pershabatan
- Ingatan buruk tentang hujan
Penampilan
Apa semua wanita harus berpenampilan perfect baru bisa di bilang
cantik?......
Apa semua wanita harus berbadan kurus untuk di bilang body goals??
Apa wanita harus terlihat segalanya untuk bisa di hargai? setiap kata
dan ucapan seseorang adalah duri untukku.
"Dasar jelek....dasar gendut....."
Rasanya dua hal itu bukan suatu hal yang asing yang baruku dengar.aku
berusaha menulikan pendengaranku tapi gagal karena mataku juga bisa
membaca gerak mulut mereka.
Hingga sebuah ide terpikirkan olehku,aku membuka handphoneku dan
membuka aplikasi YouTube untuk dan mengetik "cara berdandan untuk
pemula" di kolam pencarian.
Aku menonton beberapa video tutorial yang ada,hingga malam semakin
larut dan aku memutuskan untuk tidur.
Pada pagi harinya aku menatap diriku pada pantulan cermin.
"Sabar Lisa kamu hanya tinggal berdandan sedikit, setelah itu pasti
mereka tidak akan mengejekmu lagi"
Lalu aku memutuskan untuk mandi dan bersiap untuk kekuliah karna
ada jam pagi ini. Aku bersiap dan memilih celana jeans putih dengan
atasan kemeja. Lalu aku duduk di meja riasku dan mempraktekkan
riasan yang aku tonton semalam di video tutorial.
setelah dua puluh lima menit berdandan,aku sedikit tersenyum dengan
hasilnya.
"Tidak terlalu buruk"
Akupun bersiap untuk berangkat ke kuliah dengan menaiki
ojek online yang sebelumnya aku pesan melalui aplikasi hijau
itu. Lima belas menit ojek yang aku tumpangi berhenti di
kuliah tempatku mencari ilmu.
Aku gugup bukan main karena ini pertama kalinya aku
dandan dalam hidupku, walaupun tidak bisa di bilang dandan
karena hanya memakai alat yang seadanya.
pandanganku terus mengarah pada kakiku, memperhatikan
sepatu putihku,hingga ada sepasang sepatu yang berhenti di
depanku membuat mataku menatap ke orang di depanku.
"OMG!" Teriak histeris Gaida ketua geng di fakultas ekonomi.
aku yang mendengar jeritannya hanya bisa menutup mata
dan telingaku.
"Lisa lu buat gw pangling,lu mau lenong dimana?ya ampun"
ledek Gaida sambil mengambil handphone nya dari tas.aku
tau apa yang akan dia lakukan setelah ini.
Cekrek...
Benar dugaanku pasti setelah ini dia akan mengirimkannya
pada grub jurusan ekonomi,dan berakhir aku yang di bully
mereka.
Aku hanya diam dengan perlakuan Gaida,hingga teman
segerombolan nya datang,dan ikut mengejekku.
"Za coba puterin lagu ondel ondel biar Lisa joget" ledek Gaida
Mereka terus mengucapkan kata kata yang membuatku sedih,lagi
lagi aku hanya bisa menatap sepasang sepatu putihku,lalu aku
mendengar beberapa orang bisik bisik,aku tidak tau apa itu karena
pandanganku hanya kebawah. Hingga aku merasakan seseorang
menarik pergelangan tanganku dan menarikku taman belakang
kampus.
"Kamu siapa?" Tanyaku bingung
Dia tidak menjawab,hanya memperhatikanku,sambil sesekali kulihat
dia tersenyum tipis.
"Cape ya di bully?kenapa gk lawan mereka si?" Ucap cowok itu
sambil berdecak.
"kamu siapa?kenapa menolongku?" Tanyaku ulang"
"Aku Narendra,panggil aja Nana, jurusan fakultas komunikasi"
Aku hanya bergumam setelah mendengar jawabannya.
"Lain kali jangan diam aja kalo di tindas,mereka gk akan berhenti
kalo kamunya diem aja"
"Aku terlalu takut untuk melawan mereka Na"
"Apa si yang buat kamu di bully?karena penampilan?Lisa kamu gk
perlu berpenampilan sempurna untuk mendapatkan pujian
seseorang, cukup jadi diri kamu sendiri"
Untuk saat itu aku tersadar bahwa semua yang diciptakan sudah
seindah yang di rancang kan.
Persahabatan
Suara hujan menjadi iringan pagi yang sejuk ini,bau tanah
karena guyuran hujan membuatku enggan bangkit dari kasur
empukku.
"Aira bangun!" ucap ibuku sambil memukul bokongku
menggunakan sapu lidi yang biasa digunakan untuk
membersihkan kasur.
"iya bu,Aira udah bangun ini" ucapku sambil bangkit perlahan
dari kasur.
'Mau jadi apa kamu jam segini bukannya bangun,malah asik
tidur,cepet mandi trus sekolah sekalian jualannya di bawa
buat di titipin di kantin"
Lagi lagi aku hanya menurut dan tersenyum mendengar
suruhan ibu,semenjak ayah meninggal kebutuhan ekonomi
kami kurang,jadi aku harus membantu ibu mencari rezeki
dengan menitipkan gorengan dan kue buatan ibu di kantin.
"Cepet siap siapnya nanti gk dapet angkutan umum,nanti
yang ada gorengannya keburu gk anget lagi sampe sana"
"iya ibu ini juga udah cepet"
"makanya kalo malem tuh jangan begadang mulu,jadi ribet
ginikan paginya"
Setelah selesai memakai sepatu aku bersiap untuk berangakt
sekolah tak lupa membawa jualan ibu yang akan dititipkan di
kantin,aku berjalan dan menaiki angkutan umum berwarna
merah dan sampai di sekolah sekiat sepuluh menit
kemudian.
Banyak sepasang mata yang menatapku saat aku datang dengan
membawa dua wadah besar,ya beginilah sekolah di tempat
jajaran tinggi,selain mendapatkan ilmu di sekolah aku juga
mendapatkan ejekan dan bully-an tapi aku sudah kenyang dengan
itu semua.
dari ratusan atau bahkan ribuan murid di SMA angkasa ini aku
hanya mempunyai dua orang teman, Malika dan Zahra hanya
mereka yang mau berteman denganku,tapi aku bersyukur atas itu.
Sesuai suruhan ibu aku menitipkan jualan ibu pada kantin.
"Hai Ra,ngapain?" sapa Malika sambil merangkulku
"Eh Malika,biasa nitipin jualan ibu ke mba kantin" ucapku sambil
tersenyum. Malika adalah anak yang baik,dia lahir dalam keluarga
kaya tapi tidak malu berteman denganku yang bahkan hanya anak
penjual kue,saat aku bertanya alasan mengapa dia tidak malu
berteman kepadaku dia selalu menjawab.
"Memilih milih teman bukanlah hal yang di ajarkan oleh kedua orang
tuaku,berteman dengan siapa saja,karena suatu saat nanti teman
kamu adalah sandaran untuk kamu jika kamu membutuhkan
seseorang untuk bersandar setelah tuhan dan orang tuamu"
Didikan orang tua Malika memang tidak perlu di ragukan
lagi,bahkan beberapa kali ibunya sering membelanjakan aku baju
dan seragam serta alat tulis saat aku mengunjungi
rumahnya,beliau benar benar memperlakukanku seperti anaknya
sendiri,aku jadi iri,tapi lagi lagi aku menghapus rasa iri itu,ibuku
tidak kalah istimewa di mataku.
"Udah sarapan Ra?Bunda nyiapin bekel juga nih buat
kamu,katanya harus di habisin"
Aku tersenyum dan berterima kasih mendengar perkataannya.
Setelah berbincang dan bertukar cerita dengan Malika,Zahra hadir
tanpa diduga,tiba tiba duduk di hadapan kami dengan senyum
lebarnya yang menampakan gigi putihnya.
"hayooo kalian lagi cerita apa,kok gk nunggu aku sih" Ucapnya bete
sambil menaruh ranselnya di atas meja.
"lagian kamu sih datengnya siang mulu,jadi ketinggalan cerita deh"
"Ih emang kalian abis cerita apa si" Ucap kesel Zahra
Aira yang tidak tega melihat wajah kesal Zahra pun hanya mampu
menggelengkan kepala sambil tersenyum kecil,Zahra adalah sosok
yang paling ceria dan cerewet di antara kami bertiga.
"Enggak cerita apa apa,abis dengerin curhatan Aira"
Zahra yang tau arah pembicaraan Malika hanya mampu tersenyum
tipis.
"Kalo kamu butuh sesuatu jangan sungkan bilang sama aku ya
Ra,aku juga mau di andelin sama kamu"
"Ih apasi kalian,aku temenan kan bukan buat minta tolong mulu'
"Persahabatan gk selamanya harus setara Ra,gk selamanya yang
kaya harus berte,am dengan yang kaya,yang susah sama yang
susah,persahabatan itu ada untuk saling melengkapi,jadi jangan
ngerasa susah sendiri ya,ajak ajak kita juga" Ucap Zahra sambil
menepuk bahu Aira.
Ingatan buruk akan
hujan
Karena sebuah kejadian aku tidak menyukai hujan,padahal kejadian itu
bukan karena hujan tapi karena takdir,tapi lagi lagi jika hujan turun aku
selalu menghindar dan membencinya,karena selalu teringat akan kejadian
itu.
Tepat saat ini,hujan membasahi padatnya ibukota dengan iringan
petir,aku takut,aku takut
hanya itu yang aku rasakan,biasanya jika hujan turun aku akan lari ke
kamar kakak laki lakiku untuk mencari perlindungan dari petir yang
menyeramkan sekaligus ingatan buruk itu,tapi untuk kali ini aku mau
mencoba kuat tanpa harus berdekatan dengan orang lain.
Jderrr
Kali ini suara petir itu semakin kuat,datang bersamaan dengan ingatan
kejadian sebulan yang lalu...
Malam itu tepatnya di Bali,ayah dan ibu akan melakukan penerbangan ke
Jakarta,kita sedang melakukan liburan di bali,rencananya ini akan
berlangsung selama dua minggu tapi ayah ada urusan mendadak di jakarta
yang di haruskan terbang ke Jakarta pada malam itu.
Aku terus menggenggam tangan ayah dan ibu sebelum mereka berdua pergi
karena panggilan pesawat akan take off.
Ibu yang melihatku menangis berlari kecil menghampiriku.
"Hei anak cantik ngapain nangis,liburannya sisa dua hari lagi abis itu kan
kamu juga nyusul ke jakarta,ah gitu aja nangis gimana si"
"Ya lagian kenapa harus duluan si,padahal kan seharusnya sisa liburan bakal
lebih seru,tapi ayah sama ibu malah pulang duluan"
"Nanti kalo ada kesempatan kita liburan lagi,lagian kan gak ada ayah
sama ibu masih ada tante sama om dan yang lainnya" ucap ibu
menenangkan.
"Janji ya abis ini kita liburan lagi" ucapku sambil membawa jari
kelingkingku kehadapan ibuku,ibu terkekeh dan mengaitkan jarinya ke
jariku.
setelah itu ayah dan ibu benar bear jalan menjauh dari ibu kami,aku
melambaikan tangan sepeninggalan mereka.
Setelah mengantar ayah dan ibu pergi ke bandara,aku bersantai
sebentar bersama sepupu sepupuku,ami terus bercengkerama hingga
tidak sadar malam semakin larut,lalu bibi menyuruhku untuk tidur.
Aku berjalan menaiki tangga untuk memasuki kamar di villa yang di
sewa ayah,kakiku tersandung tangga bersamaan dengan suara petir
yang menggelegar,aku pun bangkit dan merasakan perasaan yang tidak
enak menghampiriku,aku terus berjalan memasuki kamarku
Tepat setelah aku masuk kamar hujan mengguyur Denpasar dengan
deras,di iringi dengan suara petir,seketika aku teringat dengan orang
tuaku yang baru landing sekitar 1 jam yang lalu,apakah mereka sudah
sampai?aku terus bertanya tanya sambil menatap langit malam,hingga
aku jatuh ke alam mimpiku di derasnya hujan malam ini.
hikss....hiksss kakak
Suara tangis itu membangunkanku dari tidur nyenyakku,aku bertanya
tanya mengapa bibi menangis pada malam hari sambil
memanggil...kakak? kakak yang di maksud siapa? dengan pikiran yang
bertanya tanya aku memilih menghampiri bibiku dan melihat semua
orang berkumpuk kecuali sepupu kecilku,aku menatapnya satu
persatu,mereka semua menangis,apa yang membuatnya menangis
Menangis tengah malam begini. aku memilih menghampiri abangku dan
menepuk bahunya. dia menatapku dan memeluku sambil menangis
dengan keras.
"Kenapa si?kok pada nangis?" ucapku bingung
"HIksss,pesawat yang ibu sama ayah tumpangi mengalami
kecelakaan,dan tersambar petir"
Bagai di tikam pisau hatiku hancur mendengar pernyataan itu,ini pasti
bohong,aku terus menangkal hal itu,tapi sayang semua itu adalah
kenyataan,bahwa ibu dan ayahku adalah korban dari kecelakaan
pesawat.