The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

buku ini merupakan buku fiksi yang mengajarkan siswa untuk belajar mandiri, berinovasi, dan berani mencoba hal baru.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by trihandayanitambrin, 2021-12-02 22:21:52

Cake Lemea buatan Rio

buku ini merupakan buku fiksi yang mengajarkan siswa untuk belajar mandiri, berinovasi, dan berani mencoba hal baru.

Keywords: buku bacaan anak

1

KATA PENGANTAR

Kegigihan seorang anak membuat suatu perubahan dalam kehidupan
keluarganya. Pantang menyerah dan selalu mencoba hal-hal yang baru, membuat
apa yang dikerjakannya berhasil. Keinginan agar dirinya bisa membantu keluarga
dari segi finansial membuat Rio tidak malu dan terus berusaha mengejar impiannya.

Kegagalan tentu saja menghampiri usahanya, tetapi semua itu dijadikan
tantangan dan semangat untuk berinovasi membuat sesuatu yang lain dari biasanya.
Keberhasilan Rio tidak hanya bisa mengenalkan makanan khas daerahnya tetapi
juga membuat kedua orangtuanya bangga.

Itulah sedikit cerita tentang Rio. Seorang anak yang tahu bagaimana
memanfaatkan kesempatan dan tidak malu untuk membantu orangtua. Cerita ini
pantas dibaca oleh anak-anak usia sekolah dasar untuk menumbuhkan sikap
mandiri, sayang pada keluarga, selalu bersyukur atas anugrah Tuhan, percaya diri,
pantang menyerah serta bisa memanfaatkan kesempatan dan peluang.

Kepada semua pihak yang telah memberi motivasi, arahan serta bimbingan
sehingga buku ini dapat selesai, saya ucapkan terima kasih. Semoga buku ini
bermanfaat.

Rejang Lebong, Desember 2021
Penulis

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar......... ................................................................................................. i
Ketika Ayah Jatuh Sakit ........................................................................................... 1
Lemea Buah Tangan Paman Rio .............................................................................. 13
Belajar Lemea Pada Bik Ida...................................................................................... 15
Kegagalan Membuat Lemea Membuat Rio Hampir Putus Asa................................. 22
Pengalaman Rio Pertama Kali Berdagang ................................................................. 30
Kreatifitas Rio............................................................................................................. 34
Rio Pantang Menyerah dan Berdagang Online ........................................................ 42
Keberhasilan Rio......................................................................................................... 48

3

Cake Lemea Buatan Rio

Rio seorang anak tukang bambu yang tinggal di salah satu kabupaten yang
ada di Provinsi Bengkulu. Banyak sekali kebun yang ada di sekitar tempat tinggalnya
salah satunya bambu yang tumbuh subur disekitarnya. Setiap hari Rio membantu
ayahnya mencari bambu untuk dijual di pasar. Kehidupan Rio sangat sederhana.
Untuk membantu keluarga, Ibu Rio bekerja sebagai penjual sayur di pasar. Rio
sangat menyayangi kedua orang tuanya. Walaupun keluarganya memiliki
keterbatasan keuangan tetapi ayah dan ibu Rio selalu memperhatikan kebutuhannya
termasuk kebutuhan sekolah.

****

Ketika Ayah Jatuh Sakit

Suasana pagi itu sangat hening, aktivitas pagi tidak seperti biasanya. Tidak
ada tanda-tanda Ayah membangunkan Rio Shalat subuh. Untung saja tadi malam
Rio ingat untuk menghidupkan alarmnya sehingga subuh ini Rio tetap terbangun
untuk melaksanakan kewajibannya sebagai rasa syukur terhadap sang pencipta.

“Ibu, ibu dimana?” Dengan suara sedikit keras Rio memanggil ibunya. Tidak
ada sahutan suara ibunya, yang terdengar hanya suara jangkrik yang seolah-olah
ingin memberi tanda bahwa ayah dan ibu Rio sedang tidak ada di rumah. Rio
teringat pesan ibunya, jika ayah dan ibu tidak ada di rumah maka Rio harus menjadi
anak laki-laki yang pemberani .

“Pasti ayah ikut berdagang sayur di pasar bersama ibu.” Pikir Rio. Dengan
tenang Rio membersihkan tempat tidurnya dan segera menyiapkan pakaian sekolah
yang akan digunakannya hari ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 Wib sementara kedua orangtua Rio
belum juga pulang.Karena terbiasa untuk menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri,
Rio tidak bingung lagi ketika ibunya tidak ada di rumah. Sebelum berangkat Rio
menyelipkan pesan dibawah vas bunga .

“Bu, Rio berangkat sekolah ya...maaf karena Rio tidak bisa menunggu Ibu
pulang. Rio takut terlambat bu.” Asalamualaikum. Tulis Rio dalam surat kecilnya.

Rio berangkat sekolah tanpa beban, kakinya ringan melangkah karena hari ini
merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas. Tahun ini Rio

4

duduk di kelas 6. Rio merupakan anak terpandai di kelasnya, ia banyak disenangi
teman dan gurunya. Rio hanya berpikir ayah pasti sedang menemani ibu berjualan
sayur di pasar.

Waktu sudah menunjukkan Pukul 12.30 Wib, lonceng tanda kelas berakhir
telah berbunyi. Bergegas Rio merapikan tasnya dan segera pulang ke rumah. Ia
berharap ibu dan ayahnya sudah pulang. Sambil berjalan pulang Rio merasakan
perutnya keroncongan dan berbunyi

“Kruk...kruk...wah...perutku sudah mulai berbunyi, hari ini ibu tidak
meninggalkan uang jajan. Biasanya ibu memberiku uang Rp 1.000,00 untuk jajan
tetapi hari ini mungkin ibu lupa.” Pikir Rio dalam hati.

Sampai di rumah, Rio mengetuk pintu dan mengucapkan salam
“Asalamualaikum, bu...Rio sudah pulang,” ucap Rio. Berkali-kali Rio mencoba
mengetuk pintu tetapi tetap tidak ada sahutan dari ibunya.Karena tidak ada jawaban
dari dalam rumahnya, akhirnya Rio memutuskan untuk membuka sendiri pintu rumah
dengan kunci yang ia bawa tadi pagi.
Di dalam rumah Rio terkejut melihat catatan kecil yang ia selipkan di bawah
vas bunga meja. Catatan itu masih ditempatnya. Rumahpun masih sepi, tidak ada
tanda-tanda ibu dan ayah sudah pulang.
“Kemana ya ibu dan ayah, sampai sekarang belum pulang?” tanya Rio dalam
hati. Rio merasa sangat lapar, tetapi di atas meja belum ada apapun yang bisa
dimakan.
Ketika sedang terdiam menatap meja makan yang kosong, tiba-tiba pintu
rumah diketok oleh seseorang.
“Tok...,tok...” asalamualaikum Rio. Rio bertanya dari dalam rumah, “siapa?”
“Ini mbak Inah, Rio”. Rio membuka pintu.
“Waalaikumsalam, ada apa mbak? tanya Rio. “Ini mbak bawakan nasi sama
lauknya. Kamu tentu lapar kan? Jawab Mbak Inah.
“Terimakasih mbak, saya memang sedang lapar. Saya sedang menunggu ibu
dan ayah pulang, apakah Mbak Ina tahu ibu pergi kemana? tanya Rio.
Mbak Ina meletakkan semangkok nasi yang dibawannya di atas meja dan
memegang lembut tangan Rio.
“Rio..., subuh tadi ayahmu terjatuh dari motor saat mengantar ibumu jualan
sayur ke pasar. Ayahmu naik ojek, tetapi ojek yang ditumpangi ayahmu terlalu
ngebut sehingga pegangan ayahmu terlepas dari motor.” Kata Mbak Inah.

5

Rio memandang wajah mbak Inah sambil menahan air mata yang ingin jatuh
ke pipinya. Pantas saja dari subuh tadi hingga sekarang, ayah dan ibunya belum
juga pulang.

“Siapa yang memberitahu Bik Imah?” tanya Rio. “Mengapa Ibu Tidak
memberitahuku?” tanya Rio lagi.

Sebelum Bik Inah sempat menjawab, sudah terlintas di benak Rio. Wajar saja
ibunya tidak bisa memberitahunya. Dengan cara apa ibu memberitahunya?
Jangankan HP android yang sedang trend saat ini, HP jelek saja keluarganya tak
punya.

“Tadi ibumu menitip pesan kepada Bik Imah, kebetulan Bik Imah melihat
ayahmu saat terjatuh dari motor.” Jawab Bik Imah.

“Bagaimana keadaan ayah sekarang bik?” apakah ayahku tidak apa-apa?
tanya Rio.

Rio Tidak bisa memakan nasi pemberian Bik Imah karena teringat akan ayahnya
6

“Nanti Bik Imah akan mengajakmu melihat keadaan ayahmu di rumah sakit.
Makanlah dulu, kita akan berangkat sebentar lagi. Tunggu di sini dulu, Bik Imah akan
segera kembali.” Kata Bik Imah.

Menunggu Bik Imah seakan menjadi pekerjaan terlama hari itu bagi Rio,
makanan yang disediakan oleh Bik Imah tidak bisa ditelannya. Rasa lapar yang
tadinya tak bisa ditahan sekarang sudah tak dirasakannya lagi. Perutnya sudah
kenyang ketika mendengar kabar mengejutkan tentang ayahnya. Sambil
membayangkan wajah ayahnya, hati Rio tak berhenti berdoa. Semoga saja ayahnya
cepat membaik dan tidak mendapat musibah seperti yang ia bayangkan. Rio juga
terus memikirkan ibunya. Jika ayah sakit pasti ibu sangat sedih. Siapa nantinya yang
akan mencari uang untuk kehidupan sehari-hari. Sementara ibu harus merawat ayah
yang sedang sakit. Lamunan Rio dihentikan oleh suara Bik Imah yang
mengagetkannya

“Ayo Rio kita pergi,” ucap Bik Imah.
Rio mengikuti saja perintah hatinya untuk dia dan mengayunkan kaki bersama
Bik Imah walaupun saat itu Rio sudah tidak punya tenaga sekalipun untuk menopang
tubuhnya.
“Bik, kita pakai apa ke rumah sakit? Rio tidak punya uang sama sekali, kita
jalan kaki saja ya bik,” ucap Rio pelan.
“Tenang saja Rio, bibik hari ini ada sedikit rezeki, kita naik angkot saja. Kamu
tidak usah khawatir. Yang penting kita segera sampai di rumah sakit.” Jawab Bik
Imah.
Di dalam angkot tetap saja, Rio hanya duduk diam dan tak henti meneteskan
air mata. Entah apa yang dipikirkannya saat itu, yang ada dibenaknya hanya wajah
ibu dan ayahnya. Angkot ini terasa berjalan sangat lambat sekali bagi Rio.
Penumpang yang naik turun, membuat perjalanan ke rumah sakit semakin lama
terasa. Bik Imah yang menemaninya hanya bisa menatap Rio dan tersenyum lembut.
Seolah-olah Bik Imah memberi isyarat untuk tegar dan tabah dengan cobaan yang
baru saja dialaminya.

7

Angkutan Kota Yang Ditumpangi Rio dan Bik Imah Terkesan Lamban Sekali

Tiba di Rumah Sakit, Rio segera mengikuti langkah Bik Imah. Rumah sakit itu
penuh sesak oleh pasien yang ingin berobat. Rio memegang erat tangan Bik Imah
seakan takut ditinggalkan dan akan tersesat di lorong rumah sakit yang begitu
banyak. Bik Imah meminta Rio untuk duduk di ruang tunggu karena Bik Imah ingin
bertanya kepada petugas dimana ruangan ayah Rio di rawat. Tidak berapa lama Bik
Imahpun kembali.

“Ayo Rio, ayahmu masih di ruangan Melati, kita akan kesana melalui jalur ini.
Rio harus memperhatikan tanda petunjuk arah agar kita tidak salah mencari
ruangannya.” Jelas Bik Imah.

Rio menoleh ke kiri dan ke kanan sambil memperhatikan tanda-tanda
petunjuk arah di rumah sakit itu. Rumah sakit itu sangat besar untuk Rio. Baru
pertama kali Rio pergi ke rumah sakit itu. Selama ini jika sakit, ibu hanya
membawanya ke bidan Nining. Itupun jika sakit Rio sudah dianggap parah dan
berbahaya, jika tidak Rio hanya dirawat seadanya di rumah. Rio memaklumi
keadaan orang tuanya. Walaupun dengan keterbatasan biaya, ibu dan ayah selalu
menjaganya. Sebelum sampai di Ruang Melati, Rio melihat seorang laki-laki tua

8

yang sedang duduk di kursi roda. Rio sempat berpikir mungkinkah itu ayahnya?
Tetapi setelah diperhatikan lagi, ternyata Rio salah.

“Rio, ini ruangannya...ayo kita masuk,”ucap Bik Imah.
Entah mengapa kaki Rio seakan terpaku di lantai Rumah Sakit itu.Tangannya
dingin dan tatapannya kosong memandang ke pintu ruangan itu. Rio takut, ya...,takut
jika apa yang ada dipikirannya ternyata benar. Takut jika ternyata khayalan buruk
yang menimpa ayahnya ternyata sama seperti yang ia bayangkan. Rio
menangis...entah apa yang membuatnya menangis.
“Ayo nak, kita masuk. Ibu dan Ayah Rio pasti sudah menunggu,” ucap Bik
Imah lembut.
Dengan langkah yang berat, Rio membuka pintu ruangan itu.
“Kreek.....asalamualaikum,” ucap Rio. Pandangan Rio langsung tertuju pada
sorotan mata sendu dan sembab yang tak lain adalah ibunya.
“Waalaikumsalam,” jawab ibu Rio. ”Masuk nak, ibu sudah lama menunggumu.
Maaf ibu tidak sempat memberitahumu. Untung saja ibu bertemu Bik Imah di pasar
sehingga Bik Imah bisa membawamu kesini.” Jelas ibu.
Rio masih saja terdiam, seakan tidak percaya apa yang baru saja dilihatnya.
Baru kemarin rasanya ia bersama ayahnya mencari bambu untuk dijual di pasar.
Tertawa bersama ayah dan memikul bambu bersama. Melihat keadaan ayahnya, Rio
tetap bersyukur Allah masih memberi kesempatan hidup kepada ayahnya.

Ayah Rio Yang Sedang Terbaring Di Rumah Sakit
9

“Bagaimana keadaan ayah bu?” tanya Rio. “Ayahmu sedang tertidur nak, baru
saja perawat memberikan obat. Kata dokter, ayah harus banyak istirahat dan tidak
boleh mengangkat beban berat dulu karena pergelangan tangan kiri dan kanan
ayahmu patah.” Jawab ibu.

Mendengar penjelasan ibunya, tangis Rio pecah dan semakin menjadi. Rio
berusaha menahan suara tangisannya agar ibunya tidak bertambah sedih. Bik Imah
yang berada di ruangan itupun ikut menangis. Ia melihat kesedihan yang
disembunyikan Rio. Dalam hati Bik Imah berkata, “sungguh kuat anak ini...selalu
ingin menjaga perasaan orang tuanya.”

Hari sudah sore, Bik Imah pamit untuk pulang ke rumahnya. Tetapi Rio tidak
ingin pulang, ia masih ingin menunggu ayahnya bangun dari tidur. Ibu Riopun tidak
bisa mencegahnya.

“Bu..saya pulang dulu ya, besok saya datang lagi menjenguk bapak. Kalau
Rio ingin tetap di sini tidak apa-apa, biar nanti saya buatkan surat izin untuk
sekolahnya besok,” ucap Bik Imah.

“Terimakasih banyak Bik Imah, kalau tidak ada Bik Imah saya tidak tahu
bagaimana nasib Rio di rumah sendirian. Semoga kebaikan Bik Imah dibalas oleh
Allah.” Jawab ibu.

Bik Imah pun pulang dengan meninggalkan senyum simpul untuk Rio.
Senyum yang mengisyaratkan ketegaran dan kekuatan untuk seorang anak yang
sedang berduka. Bik Imah memang tetangga yang baik, ia selalu ada untuk keluarga
Rio. Walaupun Bik Imah tidak ada hubungan keluarga dengan Rio, tetapi kebaikan
Bik Imah melebihi hubungan persaudaraan.

Rio duduk di sebelah ayahnya, sambil menatap ayahnya, Rio berharap
ayahnya segera bangun dan memanggil namanya. Di sudut ruangan, Rio melihat
ibunya yang sedang tertidur lelap. Mungkin karena kelelahan mengurus ayah dari
pagi, ibu jadi mengantuk. Kulihat keranjang sayur ibu masih lengkap ditempatnya.
Artinya ibu sama sekali belum berjualan subuh ini. Sayuran yang masih segar
sepertinya masih bisa untuk dijual. Rio membangunkan ibunya dengan lembut

“Bu..., ibu...sudah makan? tanya Rio. Ibu Rio hanya mengangguk ragu, dan
Riopun tahu apa artinya. Rio sangat tahu watak ibunya. Ibu Rio tidak pernah mau
memperlihatkan kesedihannya. Satu hal yang ada dibenak Rio, ia ingin membeli
sebungkus nasi untuk ibunya. Bagaimana caranya? Ia tidak punya uang sepeserpun.

10

Hari menunjukkan pukul 16.00 wib. Rio mengambil sayuran yang ada di
keranjang jualan ibunya.., Rio menyiram sayuran itu dan merendamnya dengan air.
Rio ingat pesan ayahnya, jika ingin sayur terlihat segar maka sayuran harus
direndam dengan air. Rio hanya kasihan pada ibunya, jika sayuran membusuk maka
ibunya pasti akan rugi. Melihat sayuran itu, terlintas dibenak Rio untuk berjualan di
sekitar rumah sakit. Paling tidak bisa untuk membeli sebungkus nasi untuk ibunya.

Mata Rio baru saja ingin terlelap ketika suara batuk ayah menyadarkannya.
“Uhuk...uhuk...,” segera Rio berlari mendekati ayahnya.
“Rio, sejak kapan kamu disini? Kata ayah Rio. Rio menjawab pertanyaan
ayahnya dengan tangisan.
“Pulang sekolah tadi Bik Imah mengantarkan Rio kesini, ayah bagaimana?
Sudah sehat? tanya Rio.
Ayah hanya terdiam mendengar pertanyaan Rio, sambil menoleh ke arah ibu
yang sedang tertidur pulas, ayah berkata“Nak, kamu harus rajin belajar ya, walaupun
ayah tidak bisa mencari bambu untuk keperluan kita seperti biasa. Kamu harus tetap
semangat.”
Riopun menjawab“Ayah tidak usah memikirkan itu dulu, Rio akan menjaga
ayah supaya ayah cepat sembuh. Ayah harus cepat sembuh, agar kita bisa mencari
bambu besama-sama lagi.”
Tanpa menghiraukan air matanya yang terus mengalir. Rio memeluk erat
ayahnya. Pelukan yang tidak pernah ia berikan pada ayahnya. Kali ini hati Rio benar-
benar sedih, ayahnya tak bisa lagi mencari uang.
“Apa yang harus dia lakukan.” Pikir Rio.
Pagi menjelang, Rio teringat akan rendaman sayurnya. Bergegas Rio melihat
tumpukan sayur di dalam ember yang ia letakkan di sudut ruangan. Hati Rio sangat
senang, melihat sayur yang masih segar dan masih bisa dijual. Tanpa
sepengetahuan ibu dan ayahnya, Rio keluar dari kamar tempat ayahnya
dirawat.Melihat ayah dan ibunya masih terlelap, Rio membawa sayurnya keluar.
Pagi itu begitu sunyi, tidak nampak seorangpun petugas rumah sakit yang
berjaga. Rio menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan langkah yang pasti.
Tujuannya hanya satu, membawa sayuran ibunya ke pasar tanpa menghiraukan
udara dingin yang menusuk kulitnya.
Jujur saja, sebenarnya Rio sangat takut, tapi demi kedua orangtuanya Rio rela
mengalahkan rasa takutnya. Baru saja keluar gerbang rumah sakit dan berniat

11

mencari tempat untuk membuka lapak sayur, Rio dikejutkan oleh teriakan seorang
ibu yang memanggilnya dari atas motor

“Dek..dek..., mau dibawa kemana sayuran itu? tanya ibu itu dari atas motor.
Rio hanya terdiam, Rio takut bukan dia yang dipanggil oleh ibu itu. Rio menoleh
kekiri dan kekanan tetapi tidak ada seorangpun selain dirinya di jalan itu. Akhirnya
Rio memberanikan diri untuk menjawab

“Saya mau menjualnya bu.” Jawab Rio ragu.
Ibu itu mematikan mesin motornya dan mendekati Rio.
“Wah..., kebetuan sekali. Ibu baru saja mau ke pasar untuk membeli sayuran.
Di rumah ibu akan ada acara keluarga pagi ini. Berapa sayurannya dek?” tanya ibu
itu dengan semangat.
“Ibu mau beli berapa? Saya lupa menanyakan harganya bu. Jawab Rio sedikit
malu.
“Lho...biasanya yang jualan siapa, kok sampai tidak tahu harga? tanya ibu itu
lagi.”
“Biasanya ibu saya bu, tapi karena ayah sedang sakit jadi saya yang
menggantikan. Ibu mau beli berapa? tanya Rio lagi”
Begini saja, ibu beli semuanya ya...karena keluarga ibu yang akan datang
nanti banyak, jadi ibu tidak usah lagi ke pasar, ibu beli sama adek saja. Ini uang Rp
100.000,00 untuk membayar 15 ikat sayurnya ya. Cukup kan?” Jawab ibu itu sambil
mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah.
Rio terdiam, karena belum pernah memegang uang Rp 100.000,00. Lagipula
jika dibayar dengan uang segitu, sayur Rio terlalu mahal. Apalagi sayur yang dibawa
Rio adalah sayur kemaren.
“Maaf ibu, uangnya terlalu banyak, kalau boleh jujur ini juga sayuran kemarin
ibu, hanya saja saya rendam supaya sayurnya tetap segar. Biasanya juga setahu
saya satu ikat sayur kangkung hanya Rp.3.000,00.” Jelas Rio.
Ibu itupun menjawab dengan senyuman“tidak apa-apa nak, ibu sangat senang
bisa membeli sayur di sini. Tadinya ibu mau ke Pasar Raya, sayurannya juga masih
sangat segar. Terima saja uangnya ya, itu sudah menjadi rezekimu.”
Rio akhirnya menerima uang ibu tersebut dan menyerahan sayur yang
dibawanya. Sambil mengucapkan terima kasih, Rio segera berlari masuk kembali ke
dalam rumah sakit tempat ayahnya dirawat.

12

Dengan semangat Rio kembali ke rumah sakit, dia sangat bersyukur dan
berterima kasih atas rezeki yang ia dapatkan pagi ini. Di pintu gerbang rumah sakit,
Rio melihat ada penjual nasi uduk. Segera Rio mendekat ke penjual dan membeli
duabungkus nasi uduk untuk ayah dan ibunya.

“Asalamualaikum, ibu sudah bangun?” tanya Rio ketika masuk ke ruangan
ayahnya.

“Waalaikumsalam, sudah nak. Rio darimana?” tanya ibu ketika melihat Rio
membawa sebungkus kantong berwarna putih.

“Rio dari depan bu, tadi Rio menjual sayuran yang ada di keranjang ibu.” Jelas
Rio.

Mendengar jawaban Rio, Ibu sedih dan segera memeluk tubuh mungil Rio. Ibu
tidak percaya, anaknya sudah bisa berpikir sejauh itu. Keadaan keluarga membuat
Rio semakin dewasa dalam berpikir. Ibu semakin sedih dan terharu melihat apa yang
Rio lakukan. Ibu sangat bersyukur karena dianugrahi anak yang sangat mengerti
kondisi orangtuanya.

Satu minggu sudah ayah Rio dirawat di rumah sakit. Sejak ayahnya di rawat,
Rio tidak pernah masuk sekolah. Rio tidak tega meninggalkan ibunya sendirian di
rumah sakit, apalagi jarak sekolah Rio dan rumah sakit sangat jauh. Untuk berangkat
kesekolah dari rumah sakit sangat tidak mungkin, karena harus punya ongkos dan
uang saku. Saat ini ibunya tidak bisa lagi jualan sayuran. Untuk menutupi kebutuhan
saja ibu Rio harus menjual satu-satunya kalung peninggalan nenek. Syukurnya biaya
rumah sakit sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah melalui BPJS sehingga ayah
Rio bisa dirawat dengan baik.

“Bu, bagaimana kalau Rio berhenti sekolah saja, Rio ingin membantu ibu
mencari uang,” ucap Rio.

Mendengar perkataan Rio, ibupun terkejut dan berkata“Apa yang Rio katakan
nak? Rio tidak boleh berkata seperti itu. Keadaan kita memang sedang sangat sulit.
Ayah memang tidak bisa bekerja lagi tetapi ibu tetap akan berusaha untuk membuat
Rio tetap bisa sekolah. Rio adalah satu-satunya harapan ayah dan ibu, Rio harus
tetap semangat dan menjadi anak yang berguna nantinya.

Sambil menatap ayahnya yang sedang terbaring di tempat tidur, Rio kembali
menangis.

“Tapi bu, bagaimana dengan ibu. Rio tidak mau membebani ibu. Rio sudah
besar bu, Rio bisa mencari uang sendiri bu. Rio bisa mencari bambu seperti yang
sering Rio lakukan bersama Ayah,” ucap Rio sambil meneteskan air mata.

13

Seakan tidak percaya, ibu mengusap rambut Rio dengan lembut.
“Nak, kehidupan kita semuanya diatur oleh Allah. Kita pasrahkan semuanya
pada Allah karena sang pencipta tidak akan memberikan cobaan diluar batas
kemampuan kita. Sekarang yang perlu Rio lakukan hanya berdoa untuk kesembuhan
ayah dan tetap sekolah seperti biasa.” Penjelasan ibu membuat Rio menganggukkan
kepalanya tanda mengerti. Dalam hati Rio berjanji untuk tetap sekolah dan suatu
saat nanti menjadi kebanggaan orangtuanya.
Hari itu hari sabtu, saatnya ayah pulang ke rumah. Dokter mengatakan ayah
sudah boleh pulang walaupun sebenarnya ayah belum sembuh betul. Ayah Rio
menjalani rawat jalan. Untuk sementara ayah Rio tidak bisa bekerja karena walaupun
sudah diperbolehkan pulang, tangan ayah Rio masih patah.

14

Lemea Buah Tangan Paman Rio

Pagi itu sangat cerah, Rio baru saja ingin berangakat sekolah. Tiba-tiba diluar
terdengar suara motor berhenti. Segera Rio keluar dan melihat siapa yang datang.
Dari celah jendela kayu yang sudah tidak kokoh lagi, Rio melihat sesosok pria paruh
baya yang tidak asing lagi baginya. Ya...itu Paman Ali. Paman Ali adalah kakak ayah
Rio yang tertua. Paman Ali tinggal di Desa Air Dingin yang memakan waktu 30 menit
jika ditempuh menggunakan motor. Melhat kedatangan pamannya, Rio segera
membuka pintu dan mencium tangannya.

“Asalamualaikum paman, paman apa kabar?” tanya Rio.
“Alhamdulillah paman sehat. Bagaimana keadaan ayahmu Rio? tanya paman
lagi.
“Alhamdulillah ayah sudah membaik paman. Ayo paman kita ke dalam.” Rio
mengajak pamannya masuk ke dalam rumah. Karena jam sudah menunjukkan pukul
07.00 WIB, Rio segera pamit untuk berangkat sekolah.
Hati Rio sangat senang pagi ini, melangkah kaki dengan ringan tanpa beban.
Entah apa yang membuat perasaannya begitu tenang. Mugkin karena kedatangan
pamannya membuat Rio merasa senang. Rio berpikir, pasti ayahnya akan senang
sekali melihat paman yang selama ini dirindukan oleh ayah.
“Semoga saja ayah bisa kembali tersenyum dengan kedatangan paman.”
Bisik Rio dalam hati.
Pulang sekolah Rio tetap semangat meskipun mentari terik terasa sangat
membakar kulitnya. Rio tetap semangat dan ingin sekali cepat sampai di rumah.
“Asalamualaikum, ayah, ibu, paman.” Salam Rio menghentikan percakapan
keluarganya.
“Waalaikumsalam nak, bagaimana sekolahmu hari ini? tanya paman.
“Alhamdulillah paman, hari ini Rio mendapat nilai tertinggi untuk pelajaran
matematika, tadi ibu guru memberikan bintang prestasi kepada Rio,” ucap Rio
dengan penuh semangat.
“Paman sangat senang sekali mendengarnya.tingkatkan terus prestasimu ya
nak, paman doakan Rio menjadi anak yang berhasil nantinya,” ucap paman dengan
penuh bangga.
Hari sudah siang dan Rio sangat lapar, ibu menyiapkan makan siang untuk
Rio di atas meja. Rio melihat ada satu makanan yang asing baginya. Aromanya juga
sangat khas, belum pernah Rio mencium aroma makanan seperti ini.

15

“Bu, ini apa? Kenapa seperti rebung ya bu? tanya Rio.
“Itu lemea nak, oleh-oleh paman. Pamanmu membawa lemea dari Air Dingin,
lemea salah satu makanan khas dari daerah kita. Coba Rio makan, rasanya enak
sekali.
Dengan hati-hati Rio mengambil sesendok lemea dan diletakkan di piring nasi
yang telah ia siapkan. Karena asing baginya, pelan-pelan Rio mencoba mencicipi
lemea yang sudah dipegangnya.
“Enak ya bu, lemea ini terbuat dari apa? Kenapa ibu tidak pernah memasak
lemea seperti ini sebelumnya? tanya Rio lagi.
“Lemea itu terbuat dari bambu muda yang dicincang halus nak, kemudian
lemea didiamkan bersama ikan mentah yang difermentasi selama beberapa hari.
Setelah itu kita masak seperti biasa. Sangat mudah sekali untuk membuatnya.” Jelas
ibu pada Rio.
“Bambu muda bu? Artinya bambu yang sering Rio cari bersama ayah ya
bu?”Penasaran Rio bertambah mendengar penjelasan ibunya.
Ibu hanya tersenyum dan mengangguk tanda mengiyakan kepada Rio.

Lemea Yang Dijadikan Lauk, Oleh-oleh Dari Paman
16

Belajar Lemea Pada Bik Ida

Hari itu hari minggu, paman mengajak Rio ketempatnya di Air Dingin. Rio
sangat senang skali karena ibu memberi izin. Tidak lupa Rio pamit pada ayahnya,
ayah memperbolehkan Rio untuk berlibur ke rumah pamannya. Perjalanan ke Air
Dingin sangat mengasyikkan. Rio belum pernah ke rumah pamannya. Hamparan
kebun dan sawah di sepanjang jalan menjadi pandangan mata yang sangat
menyejukkan.

Waktu 30 menit sangatlah singkat bagi Rio, tidak terasa rio sudah sampai di
rumah pamannya. Sambutan ramah Bik Ida membuat Rio semakin merasakan
seakan berada di rumah sendiri. Bik Ida adalah istri Paman. Bik Ida sangat baik, ia
selalu menerima Rio dan keluarganya dengan tangan terbuka.

“Wah...ada Rio ya, ayo nak silahkan masuk,” sapa Bik Ida dengan ramah.
Dengan cepat, Rio segera mengambil tangan kanan Bik Ida dan mengucapkan
salam.

“Iya bi, bibi apa kabar? tanya Rio.
“Alhamdulillah kabar bibi baik Rio, bagaimana kabar ibu dan ayahmu?” bibi
melajutkan pertanyaannya.
“Alhamdulillah kabar ibu sehat bi, ayah juga sudah mulai membaik.”
Sembari menunggu paman yang sedang membantu bibi membuka warung,
Rio melihat sekeliling rumah paman. Banyak sekali kebun dan bambu yang tumbuh
disana. Dari kejauhan Rio melihat seorang kakek tua yang memikul bambu besar
dengan entengnya sendirian tanpa bantuan orang lain. Rio berpikir dalam hati,
sungguh kuat kakek itu, diusia yang sudah tidak muda lagi, kakek itu masih mampu
untuk mengangkat beban berat. Di sebelah kakek itu ada lagi sebuah gerobak kayu
yang sudah siap untuk mengangkut tumpukan bambu kecil yang biasa digunakan
masyarakat untuk menjemur pakaian.
Sambil melihat sekeliling, Rio bertanya pada pamannya
“Paman disini banyak sekali bambu ya? Apakah bambu itu tumbuh sendiri?
“Bambu itu awalnya sengaja ditanam oleh penduduk air dingin Rio, karena
tanah disini sangat subur, maka bambu yang tertanam sangat cepat tumbuh dan
berkembang biak. Bambu yang muda juga punya cerita tersendiri. Konon menurut
cerita bambu muda juga merupakan makanan para Raja yang ada di daerah ini,
setiap ada kegiatan adat pasti lemea merupakan sajian utama yang harus ada

17

bahkan sampai sekarang. Makanya di daerah ini banyak sekali tumbuhan bambu.”
Jelas paman.

Warung bik Ida sudah hampir selesai dirapikan dagangannya. Rio ikut
membantu menyusun dagangan Bik Ida, di sudut lemari, Rio melihat ada tumpukan
lemea yang sudah dibungkus menggunakan kantong plastik.

Lemea Yang Biasa Dijadikan Menu Ketika Ada Kegiatan Adat
Rio kembali bertanya pada pamannya

“Paman, bukankah ini lemea yang paman bawa ke rumah Rio kemarin?” tanya
Rio sambil memegang sekantong plastik lemea.

18

“Iya Rio, Itu lemea yang paman bawa untuk oleh-oleh kemarin. Rio suka?”

tanya Paman lagi.
“Suka paman, bagaimana cara membuatnya paman? Rio sangat ingin belajar

membuatnya.” Lanjut Rio

Mendengar ucapan Rio, paman terkejut dan menatap Rio dengan senyum.

Paman tidak percaya Rio tumbuh sebagai anak yang mandiri dan suka bekerja.

Walaupun usianya masih sangat muda, tetapi pemikirannya sudah melebihi batas

usianya.
“Rio mau belajar membuat lemea untuk apa nak?” tanya paman sambil

menyusun dagangan ditempatnya.
“Rio ingin membantu ibu, paman. Sejak Ayah sakit, ibu bekerja sendirian. Ibu

harus mengurus ayah sambil bekerja. Rio tidak tahu kalau bambu muda bisa

dijadikan makanan. Dulu setiap hari Rio membantu ayah mencari bambu, tetapi

sejak ayah tidak bisa lagi bekerja Rio tidak pernah lagi mencari bambu. Siapa tahu
dengan menjual lemea, Rio bisa membantu ibu.” Jelas Rio sambil sesekali melihat

kearah pamannya.

Paman yang mendengar ucapan Rio, sekai lagi tersenyum dan memandang

Rio. Dalam hati, paman berucap
“Sungguh beruntung kakaknya mempunyai anak seperti Rio.”

Hari menjelang sore, Rio tak ada teman di rumah pamannya. Anak semata

wayang paman sedang sekolah di pesantren yang berada di Kota Bengkulu. Setelah

mandi dan rapi, Rio menemani paman menjaga warung. Hari ini pembeli di warung

paman sangat banyak sekali, mungkin karena hari libur jadi banyak orang-orang

yang menghabiskan wakt di luar rumah. Sambil memandang dagangan paman,

perhatian Rio tertuju pada wadah lemea yang sudah kosong. Rio bertanya pada

paman
“Paman, lemeanya sudah disimpan ya?”
“Maksud Rio?” tanya paman lagi
“Rio melihat tidak ada lagi satupun lemea di sana paman. Baskomnya sudah

kosong.” Rio menjawab pertanyaan paman sambil menunjuk wadahlemea yang

banyak tadi. sama pembeli.
“oo..., alhamdulillah Rio, hari ini lemeanya habis diborong

Lemea buatan bibikmu terkenal enak disini.” Jawab paman.
“Berapa harga lemea satu bungkus paman?” tanya Rio lagi

19

“Satu bungkus harganya Rp 2.000,00 Rio. Lemea murah meriah dan
merupakan salah satu makanan cirikhas dari daerah kita. Paman kembali
menjelaskan pertanyaan Rio.

Sambil mendengar Penjelasan Paman. Dari jauh Rio mendengar suara
tak...tok...tak...tok seperti ada yang memotong-motong sesuatu diatas papan.Rio
mencoba menebalkan telinganya, dan mencari sumber suara tersebut berasal.
Suara itu berasal dari dalam rumah, bergegas Rio bangkit dari duduknya dan segera
masuk ke dalam. Di ruangan belakang Rio melihat bibinya sedang menghadap ke
arah dapur sambil memegang bambu muda dan sedang mencincangnya. Dalam
benak Rio berpikir, pastilah suara bising tadi berasal dari dapur ini.

Bibi tidak menyadari kehadiran Rio. Rio hanya memandang dan
memperhaikan pekerjaan bibinya dari belakang. Rio mengamati apa saja yang
bibinya lakukan, dari mencincang bambu muda sampai bibinya selesai
membersihkan dan mencuci potongan bambu tersebut. Bibi yang tadinya tidak
menyadari kehadiran Rio sempat terkejut dan mengucap

“Astagfirullahhaladzim, Rio...sejak kapan Rio berdiri di situ?” tanya bibi.
“Sejak bibi memotong bambu muda bi.” Jawab Rio sambil menunduk karena
malu.
Bibi yang sangat fokus dalam bekerja hingga tak merasakan ada yang
memperhatikan hanya tersenyum dan berkata“Lain kali, panggil saja bibi, bibi
senang jika Rio menemani bibi membuat lemea di dapur. Jarang-jarang lho bibi
punya partner kerja he...he...he...” bibi berkata dengan ramah.
“Iya bi, maafkan Rio ya..., Rio tadi Cuma takut mengganggu pekerjaan bibi.
Bibi sedang membuat lemea ya?” tanya Rio lagi.
“Iya, ini bambu muda yang sudah bibi cincang akan didiamkan dulu
bersamaIkan sungai yang sudah dibersihkan.” Jelas bibi sambil memasukkan ikan-
ikan tersebut ke dalam baskom besar cincangan bambu muda.
“Lho bi, apakah nanti ikannya tidak membusuk?” tanya Rio lagi dengan rasa
penasaran.
“Justru lemea menunggu ikannya hancur Rio, cincangan bambu muda ini
akan di fermentasi bersama ikan-ikan sungai ini selama beberapa hari.”
Rio memperhatikan langkah demi langkah cara pembuatan lemea yang
dikerjakan oleh bibinya. Rio tidak segan-segan untuk bertanya apabila ada yang Rio
tidak mengerti.

20

“Bi, biasanya berapa hari kita harus menunggu lemea hingga siap untuk
dijual?” tanya Rio sambil menolong bibinya mengaduk potongan bambu dan ikan
yang sudah menjadi satu di dalam baskom.”

“Paling tidak 5-7 hari baru bisa dijual Rio, jika pas waktunya dan bambu muda
yang digunakan bagus, maka lemea yang dihasilkan juga akan enak. Yang penting,
jangan lupa dalam membuat lemea harus dijaga kebersihannya.” Bibi menjelaskan
dengan penuh semangat. Sedang asyik berbincang datang anak-anak tetangga yang
biasa menemani Bik Ida membuat lemea.

Rio mendapat ide untuk menjual lemea seperti yang bibinya lakukan, selain
bahannya tidak susah didapat, modal untuk membuat lemeapun tidak terlalu mahal.
Tidak sabar Rio ingin segera bercerita pada ibunya dan mencoba sendiri membuat
lemea untuk dijual.

“Bi, kapan bibi membuat lemea lagi? Boleh tidak Rio ikut membantu, Rio ingin
belajar dari awal bi, siapa tahu nanti di rumah Rio bisa buat sendiri,” ucap Rio pada
bibinya.

“Setelah ini masih ada 1 baskom lagi yang mau bibi buat Rio, kebetulan bibi
mendapat pesanan banyak untuk acara hajatan tetangga. Rio boleh membantu
mencoba mengerjakan sendiri.” Bibi menjawab pertanyaan Rio dengan semangat.

“Wah..., terimakasih bi, Rio bisa langsung belajar, siapa tahu nanti bisa
membantu ibu untuk mencari uang.” Sambut Rio dengan semangat.

Mendengar ucapan Rio, Bibi hanya tersenyum dan mengangguk.
Hari sudah berganti, waktunya Rio pulang kembali ke rumahnya. Pengalaman
di rumah paman membuat Rio berpikir untuk membantu ibunya mencari tambahan
uang. Ayah yang masih sakit dan belum bisa bekerja membuat Rio sangat kasihan
pada ibunya. Ibu yang selau mendampingi dan merawat ayah dengan baik selalu
tersenyum dan sabar dalam menyelesaikan tugasnya.
Rio ingin sekali membantu ibunya, hati Rio selalu menangis jika teringat ayah
dan ibunya. Membayangkan ibunya berjualan sayuran di saat semua orang masih
terlelap dan setelah pulang ke rumah ibu harus merawat ayah dan menyiapkan
keperluan Rio sekolah. Batin Rio berkata, dia harus menjadi anak yang mandiri agar
bisa meringankan pekerjaan ibunya. Tanpa sadar di atas motor paman, Rio
meneteskan air mata dan sesekali menyapu air mata tersebut dengan tangannya.
Rio memalingkan wajahnya ketika paman melirik dari pandangan spion motornya.
Rio tidak ingin paman tahu kesedihannya.

21

Rio bersama Bik Ida dan beberapa anak-anak yang biasa menemani Bik Ida
Membuat Lemea

22

“Ibu, ayah...tiba-tiba Rio sangat Rindu pada ayah dan ibunya,” ucap Rio dalam
hati.

Air mata kerinduan yang Rio usap membuat paman yang melihat menjadi
semakin iba padanya.

Sampai di rumah Rio menceritakan pengalamnya belajar membuat lemea, ibu
yang mendengar santa senang karena Rio merasa bahagia. Rio memeluk erat
ibunya,

“Ada apa Rio, biasanya Rio tidak pernah memeuk ibu.” Kata Ibu pelan.
Rio hanya diam dan menunduk saja, sementara paman mengerti apa yang
Rio rasakan.
“Rio, paman pulang dulu ya, baik-baik menjaga ayah dan ibumu. InsyaAllah
paman akan sering kemari, Rio juga boleh kapan saja ke rumah paman dan
membantu bibi membuat lemea lagi,” ucap paman sambil mengenakan helm.
“Iya paman, terimakasih karena sudah mau mengajak Rio ke rumah
paman.Salam sama bibi ya paman, maaf kalau Rio merepotkan.” Balas Rio dengan
sedikit terbata-bata.
Paman dan ibu Rio hanya berpandangan dan tersenyum mendengar ucapan
Rio.
Rio segera masuk ke dalam rumah dan melihat ayahnya yang sedang
berbaring di kamar.
“Ayah..., ayah sudah makan? Tadi bibi menitipkan kue tat kesukaan ayah. Rio
suapkan ya ayah,” ucap Rio pada ayahnya.
“Wah..kebetulan sekali nak, ayah sudah lama tidak memakan kue tat.
Terimakasih Rio.” Jawab ayah.
Ibu yang mengintip dari balik pintu kamar, hanya termangu melihat Rio dan
ayahnya. Ibunya tidak menyangka keadaan membuat Rio menjadi begitu kuat dan
sabar. Rio sudah bisa berpikir dewasa melebihi usianya.

23

Kegagalan Membuat Lemea Membuat Rio Hampir Putus Asa

Berbekal apa yang sudah diajarkan oleh bibinya, Rio hari ini bertekad untuk
mencoba membuat lemea sendiri. Rio pamit pada ayahnya nanti sepulang sekolah,
Rio akan pergi ke tempat biasanya Rio dan ayahnya mencari Bambu.

“Ayah, Rio berangkat sekolah ya, O iya ayah...Rio boleh tidak nanti sepulang
sekolah mencari bambu muda?” tanya Rio.

“Bambu muda untuk apa nak? Memangnya Rio bisa menebas sendiri bambu
yang mau diambil?” tanya ayah lagi.

“Ayah kan sudah banyak mengajarkan Rio cara menebas bambu yang aman
dan Rio juga sudah tahu yang mana bambu muda dan tua. Rio ingin mencoba
membuat lemea ayah.” Jawab Rio.

“Nak, Rio kan harus sekolah, dahulukan sekolahmu.” Jawab ayah lagi.
“Iya ayah, Rio akan selalu ingat pesan ayah dan ibu untuk menomorsatukan
belajar dan sekolah, tapi boleh ya..., Rio janji akan hati-hati yah, lagipula nanti Rio
akan mengambil bambu muda yang rendah saja yah.” Bujuk Rio pada ayahnya.
Melihat keinginan Rio yang begitu kuat dan sorot mata Rio yang begitu
meyakinkan, akhirnya hati ayah Rio luluh juga.
“Ya sudah nak, hati-hati ya, ayah minta maaf karena tidak bisa menemani Rio.
Jangan lupa nanti pamit pada ibumu, jangan sampai ibumu khawatir.”
“Iya, ayah....Rio akan bilang pada ibu, terimakasih ayah...”
Setelah pamitan dengan ayahnya, Rio segera menghampiri ibunya yang baru
saja pulang dari jualan sayuran di pasar.
“Bu, Rio pamit ke sekolah ya, nanti sepulang sekolah Rio langsung mencari
bambu muda bu.” Jelas Rio pada ibunya.
“Untuk apa bambu muda nak? Apakah Rio sudah bilang pada ayah?” tanya
ibu lagi.
“Sudah bu, ayah mengizinkan Rio, ibu tidak usah khawatir, Rio sudah biasa
mencari bambu bersama ayah sebelum ayah sakit. Rio sudah besar bu, Rio janji
akan selalu berhati-hati.” Rio berusaha meyakinkan ibunya.
“Ya sudah nak, jika memang ayahmu sudah mengizinkan, pergilah. Tapi hati-
hati ya. Jika sudah dapat bambu yang Rio cari segera pulang ya. Jawab ibu
menasihati Rio.
Rio segera berangkat sekolah dengan penuh semangat. Dibenaknya sudah
terbayang saat dia nanti mencari bambu muda. Pakaian ganti untuk pulang sekolah

24

sudah Rio siapkan di tasnya. Peralatan Rio untuk mencari bambu akan dititipkannya
pada penjaga sekolah supaya aman dan tidak mengganggu kegiatan belajarnya.

Bel pulang berbunyi, Rio segera bergegas menyiapkan peralatannya.
Mengganti baju dan mengambil perlengkapan yang dititipkan di rumah penjaga
sekolah.

“Asalamualaikum, pak...Rio mau mengambil perlengkapan yang dititipkan tadi
terimakasih ya.” pamit Rio

“Waalaikumsalam, iya Rio hati-hati ya.” Sambut Bapak Penjaga sekolah.
Dengan semangat Rio menuju ke kebun tempat dia dan ayahnya biasa
mencari bambu. Sampai di sana Rio sedikit takut, tetapi karena tekadnya sudah
bulat untuk mencoba membuat lemea, Rio segera membuang rasa takutnya jauh-
jauh.
Usaha Rio untuk mengambil bambu muda ternyata cukup melelahkan.
Tadinya Rio berpikir hanya akan mengambil bambu muda yang ada disekitar kebun
tak berpenghuni yang ada di depannya. Ternyata kebun itu sekarang rumput dan
belukarnya sudah sangat tinggi, Rio hanya takut ada ular ataupun binatang lain yang
nantinya tidak sengaja terinjak dan menggigitnya. Rio melihat kearah lain. Di sisi
kirinya ia melihat rumpun bambu yang cukup subur juga tetapi dekat dengan jurang.
Rio tidak berani untuk mendekati rumpun bambu tersebut. Perasaan takut muncul
lagi ketika terdengar suara gonggongan anjing.
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari bahaya, aku hanya ingin mencari bambu.
Lindungi aku ya Allah.” Doa Rio dalam hati.
Setelah menunggu suara gonggongan anjingpun tidak lagi didengarnya. Rio
kembali memandang satu persatu bagian kebun itu untuk memilih bambu mana yang
bisa ia jangkau. Akhirnya, pandangan Rio berakhir pada rumpun bambu muda yang
terletak di tepi jurang yang tidak terlalu dalam. Rio segera mengeluarkan
peralatannya dan memotong bambu muda itu dengan hati-hati.
“Srek...srek...srek..., suara gergaji kecil Rio memulai tugasnya. Wah...,
kebetulan sekali bambu muda ini sangat mudah untuk diambil. Mudah-mudahan
tidak terlalu berat untuk dibawa,” ucap Rio kepada dirinya sendiri.
Rio tidak peduli pada keringat yang mengalir deras membasahi baju kaos
oblongnya. Semangat Rio semakin membara ketika bambu yang diambilnya jatuh
pada posisi yang ia harapkan.

25

Bambu Muda Yang Dicari Rio
26

Hari sudah menjelang sore, suara adzan ashar sudah menggema dan
terdengar karena lambaian angin. Rio segera bergegas dan memikul sendiri bambu
muda hasil potongannya. Dalam hati, Rio sangat bersyukur atas kemudahan dan
perlindungan yang diberikan oleh Allah kepadanya. Pikulan Rio terasa ringan karena
ingin segera membuktikan kepada ayahnya, bahwa Rio sudah besar dan sudah bisa
mengerjakan sendiri pekerjaan yang biasannya dikerjakan bersama ayahnya.

“Asalamualaikum bu... Rio sudah pulang.” Sambil meletakkan sebuah bambu
muda yang berhasil dibawa pulang.

“Waalaikumsalam Rio, jawab ibu dari dalam rumah.
Ibu melihat wajah Rio yang sumringah dan segera mengambil segelas air
untuk anak semata wayangnya itu.
“Rio pasti lelah, ini minum dulu nak.” Sapa ibu sambil mengusap keringat yang
masih menetes didahi Rio.
“Terimakasih bu.” Jawab Rio yang segera meneguk habis air pemberian
ibunya.
“Bu, besok sore Rio akan mencoba membuat lemea. Jika nanti Rio berhasil
membuat lemea yang enak, boleh tidak Rio ikut jualan di pasar menemani ibu pada
hari minggu?” tanya Rio.
Ibu hanya diam saja, tidak mengiyakan dan juga tidak melarang. Sebenarnya
ibu Rio takut nantinya pelajaran sekolah Rio terganggu, tetapi melihat semangat dan
kerja keras Rio yang begitu besar, ibu tidak tega untuk mengatakan tidak.
“O,iya bu...Rio mau bertemu ayah dulu.” Sambil melangkah pergi Rio
bergegas menemui ayahnya.
“Ayah..., Rio berhasil membawa bambu pulang.” Dengan semangat yang
menggebu, Rio menceritakan pengalamannya pada ayah.
Ayah yang memperhatikan wajah Rio yang sangat bahagia, hanya bisa
tersenyum dan sesekali mengusap kepala Rio. Pengalaman pertama Rio sepertinya
membuat Rio sangat bahagia. Rio seperti mendapatkan harta karun di tengah gurun
yang luas dan dalam.
Setelah mendapatkan bambu, Rio berpikir kembali untuk mencari bahan yang
kurang.
“Apa lagi ya yang belum ada, kemaren saya lihat bibi hanya menyiapkan
cincangan bambu dan ikan. O’iya...ikan, aku harus mencari ikan dulu.” Bisik Rio
dalam hati.

27

Rio mengambil alat pancingnya, dia segera perg ke sungai yang ada di
belakang rumahnya. Melihat Rio yang berlari dengan tergesa-gesa, ibu langsung
bertanya“Mau kemana nak?”

“Rio pergi memancing dulu bu.” Jawab Rio
Tanpa melihat ke belakang lagi, langsung saja Rio bergegas menuju tempat
yang ia maksud.
Sampai di sungai, Rio melihat ada teman sekolahnya yang juga sedang
menunggu umpannya dimakan oleh ikan.
“Wah...Adit, ternyata kamu hobi memancing juga ya?”tanya Rio yang
langsung saja membuat Adit terkejut.
“Eh...Rio, iya aku biasanya setia sore memancing disini.” Jawab Adit lagi.
Rio melihat hasil tangkapan Adit sudah lumayan banyak. Ada 7 ekor ikan
mujahir di dalam embernya. Adit adalah teman sekelasnya yang sangat baik. Adit
suka meminjamkan peralatan sekolah yang tidak dipunyai oleh Rio. Adit termasuk
anak yang berada, orang tuanya bekerja di sebagai manager di salah satu
perusahaan ternama di daerahnya. Adit juga tidak sombong, ia tidak pernah
menghina ataupun merendahkan Rio walaupun Rio berasal dari keluarga tidak
mampu.
Sudah lama Rio menunggu di sungai itu, tetapi umpannya tidak juga dimakan
oleh ikan. Rio hampir putus asa, bayangan membuat lemea hari ini tak terlintas lagi
dikhayalannya, karena ikan yang merupakan salah satu bahan utamanya tidak bisa
dia dapatkan. Melihat kemurungan Rio, Adit menjadi kasihan.
“Rio, aku mau pulang, ini 3 ekor ikan untuk kamu. Aku masih ada 4 ekor lagi,
jangan lupa tulangnya jangan dimakan ya,” ucap Adit sambil tertawa.
“Terimakasih Dit, kamu memang temanku yang paling baik.” Balas Rio juga
dengan membalas candaan Adit.
Pulang kerumah, walaupun tidak mendapatkan ikan hasil pancingannya sediri
Rio bersyukur karena bahan yang akan ia gunakan untuk membuat lemea sudah
lengkap. Kebaikan Adit membuat Rio bisa mencoba membuat lemea sendiri.Dengan
sigap, Rio mengambil bambu muda yang telah ia ambil tadi siang. Setelah dikupas
dan dibersihkan, Rio mencincang bambu muda tersebut. Sambil bekerja Rio
membayangkan apa yang dilakukan bibinya pada saat mencincang lemea. Dengan
hati-hati Rio mengikuti gerakan bibinya yang sudah ia rekam diingatan.

28

Setelah mencincang bambu muda, Rio segera merendamnya. Sekarang Rio
membersihkan ikan yang diberikan oleh Adit tadi. Ibu hanya bisa melihat apa yang
Rio kerjakan, ibu tidak bisa membantu karena ibu harus merawat ayah.

Tahap demitahap sudah Rio lakukan, Rio merasa apa yang dikerjakannya
sudah sangat benar. Segera Rio masukkan ikan yang sudah dibersihkan tadi ke
dalam cincangan bambu muda yang sudah dicuci. Rio ingat perkataan bibinya
bahwa potongan bambu muda dan ikan harus dibiarkan selama beberapa hari. Rio
meletakkan baskom rendamannya di sudut dapur dan menutupnya dengan kain
supaya tetap bersih.

Hari ke lima Rio sudah tidak sabar untuk melihat hasil lemea buatannya. Rio
segera pergi ke dapur dan membuka kain penutup baskomnya. Betapa terkejutnya
Rio ketika melihat lemeanya tidak seperti yang ia harapkan. Aroma lemeanya tidak
sama dengan yang dibuatoleh bibinya. Rio melihat cincangan bambunya berubah
warna menjadi hitam. Rio sangat kecewa dan hampir menangis melihat hasil
kerjanya. Dengan sedih, ia memandang lemeanya dan berkata dalam hati“Apa yang
salah dengan lemeanya? Mengapa jadi seperti ini? tanya Rio dalam hati.

Ibu sangat kasihan melihat anaknya yang kecewa dan menyudut di dapur.
Melihat anaknya yang sedang bersedih, ibu segera mendekati Rio dan memberi
semangat untuknya

“Ada apa nak?” tanya ibu lembut.
“Bu, kenapa lemea Rio jadinya tidak sama seperti yang dibuat oleh bibi?”
tanya Rio murung.
“Sabar ya nak, Rio baru pertama kali mencoba kan? Percobaan pertama
gagal itu sangat biasa nak, apalagi dengan umur Rio yang masih kecil ini adalah
kerja yang sangat luar biasa. Ibu sampai tidak menyangka kalau Rio bisa sampe
berpikir sejauh ini. Tetap semangat ya nak, coba lagi lain kali ya. Nanti ibu bantu
tanyakan pada bibimu apa yang salah dengan lemea buatan Rio.” Jawab ibu
Ibu berusaha menghibur hati Rio, ibu tidak ingin melihat anaknya larut dalam
kekecewaan. Apapun yang diinginkan Rio, selama itu positif dan menjadikeinginanya
sendiri, akan didukung oleh ibu.
“Terus sekarang, lemea yang rusak ini mau kita apakan bu? Sayang sekali
jika semuanya harus dibuang, Rio sudah susah payah membuatnya lanjut Rio sambil
meneteskan air mata.
“Nak, usaha Rio tidak sia-sia walaupun apa yang Rio lakukan tidak berhasil.
Sekarang Rio jadi tahu berarti ada yang kurang tepat dalam pengerjaan lemea Rio.

29

Besok kita akan cari tahu apa penyebabnya. Sekarang kita keringkan saja lemea ini
dan disaring. Kita masukkan ke kantong dan kita gunakan untuk makanan ayam
saja, tetap bermanfaatkan?” lanjut ibu menjelaskan dengan perlahan.

Rio yang mendengar ucapan ibunya langsung terdiam dan mengangguk tanda
mengerti. Segera ia lakukan apa yang disarankan oleh ibunya. Ibu menarik napas
lega, akhirnya Rio mau mendengar perkataannya.

“Nah, sekarang Rio sudah tidak sedih lagi kan? Apakah Rio masih mau
mencoba lagi besok? tanya ibu sambil tersenyum.

“Iya bu, tapi sebelum mencoba lagi Rio akan bertanya dulu pada bibi.” Jawab
Rio.

Menunggu datangnya hari libur, Rio ingin sekali berkunjung ke tempat bibinya.
Sedang melamun di depan pintu, tiba-tiba Rio melihat ada sepeda motor masuk ke
halaman rumahnya. Wajah Rio tiba-tiba menjadi ceria karena dia tahu persis siapa
yang datang.

“Paman, bibi...wah kebetulan sekali, Rio baru saja berpikir untuk mengunjungi
paman dan bibi tapi paman dan bibi sudah duluan kemari.” Sambut Rio.

“Iya Rio, kebetulan paman mau mengantar obat ayahmu, obat herbal yang
biasa paman berikan untuk ayahmu sudah habis, jadi harus segera diantar supaya
obat ayahmu tidak terputus. Kebetulan bibimu kali ini ingin ikut.” Jawab paman.

“Mana ayah dan ibumu?” kenapa kamu melamun sendiri di depan pintu, tidak
baik lho....” paman menggoda Rio

“Ayah di dalam paman, sedangkan ibu belum pulang dari pasar. Ayo paman
kita masuk. O’iya bi...kemaren Rio sudah mencoba membuat lemea sendiri, tetapi
kenapa hasilnya tidak sama. Lemea yang Rio buat warna dan baunya sama sekali
tidak enak bi, Rio sangat kecewa melihat hasilnya,” ungkap Rio kepada bibinya.

Satu persatu, Rio menceritakan tahap demi tahap cara dia membuat lemea,
bibi mendengarkan Rio dan mencoba mengetahui dimana letak kesalahannya.
Setelah mendengar cerita Rio, bibi mengerti sepertinya Rio melupakan sesuatu. Bibi
menjelaskan kembali kepada Rio, bahwa bambu muda yang sudah dicincang harus
dicuci bersih sampai airnya benar-benar bening. Kemudian ikan yang digunakan juga
begitu, harus dipastikan sudah benar-benar bersih. Lemea yang dibuat harus benar-
benar tertutup rapat dan cukup didiamkan selama 2 sampai 3 hari saja supaya
rasanya tidak asam. Rio ingat apa yang dia kerjakan, ternyata Rio terlalu lama
membiarkan lemeanya, lagipula Rio hanya menutup baskom lemeanya

30

menggunakan kain. Sedangkan kain masih bisa ditembus oleh udara dan tidak rapat,
makanya lemea Rio menjadi hitam.

“Bi, terimakasih ya..., sekarang Rio tahu salahnya dimana. Besok Rio akan
coba membuat lemea lagi bi, Rio tidak akan berhenti sampai Rio berhasil,” ucap Rio
dengan penuh semangat.

Semua yang ada di ruangan itu terkagum melihat lelaki muda itu. Sambil
bercengkrama bersama keluarga, Rio tidak sabar menunggu hari esok untuk
mencoba lagi membuat lemea.

****

31

Pengalaman Rio Pertama Kali Berdagang

Sabtu ini merupakan hari yang sangat dinanti Rio. Setelah tiga hari yang lalu
Rio mencoba membuat lemea, ia yakin kali ini ia pasti berhasil. Rio sudah
menerapkan saran dan ajaran bibinya. Pulang sekolah kali ini, merupakan pulang
sekolah yang paling ia tunggu. Masuk ke rumah, Rio tidak menghiraukan yang lain,
Rio langsung menuju dapur dan melihat lemea buatannya. Pada awalnya Rio takut
untuk membuka tutup baskomnya, karena terbayang kegagalan pertama yang ia
rasakan. Tetapi dari aromanya, Rio sangat yakin sudah hampir sama dengan yang
pernah dibuat oleh bibi. Perlahan Rio membuka tutup baskom lemeanya. Matanya
terpejam dan sesekali mengintip kecil ke arah lemeanya. Jantung Rio berbunyi keras
sekali, seperti orang yang sedang menunggu pengumuman lomba, seperti itulah
yang Rio rasakan saat ini. Begitu Rio membuka matanya, senyum lebar segera
menghampirinya...

“Alhamdulillah...sudah seperti yang Rio bayangkan. tTerimakasih ya Allah,”
ucap Rio dalam hati.

“Ibu...ibu, lemea Rio sudah jadi bu, Ayah...Rio berhasil membuat lemea.”
Dengan semangat yang tinggi Rio berlari menuju ayah dan ibunya yang sedang
berada dikamar.

“Ibu, besok Rio ikut jualan ke pasar ya, lemea Rio sepertinya sudah bisa
dijual. Boleh ya bu?” Rio membujuk ibunya dengan nada merayu.

“Besok hari minggu Rio, Rio kan belum pernah berjualan.” Jawab ibu lagi.
“Iya bu, makanya, besok Rio jualan di samping ibu, jadi ibu bisa memberitahu
Rio bagaimana caranya. Tenang saja bu, Rio bisa membungkus sendiri lemeanya.
Rio sudah pernah membantu bibi.” Jawab Rio lagi sembari mayakinkan ibunya.
Keinginan Rio yang begitu kuat, tidak dapat dibendung oleh ayah dan ibunya.
Ibu Rio hanya bisa diam dan memperbolehkan anaknya untuk berjualan esok pagi.

****

32

Cuaca subuh ini begitu menusuk tulang, selesai mengerjakan shalat Rio
langsung pergi bersama ibunya ke pasar. Ini merupakan pengalaman pertama Rio
ikut ibu berjualan. Ember kecil ditangan kiri dan kantong plastik di sebelah kanan.
Rio menggunakan jaket tebal dan tak lupa menggunakan topi kupluk buatan ibunya.
Semua itu agar tubuhnya tidak merasa kedinginan.

“Rio, ayo kita duduk disini. Bantu ibu untuk membentang terpal ini supaya
cukup untuk ibu dan Rio duduk.” Ibu meminta Rio mengerjakan apa yang dimintanya.

Dengan sigap Rio segera mengerjakan apa yang diminta oleh ibunya. Ibu
berjualan di pasar ini sudah 6 tahun. Pasar tradisional yang selalu ramai dikunjungi
pembeli. Pasar subuh terkenal karena harganya lebih murah. Banyak pembeli yang
berdatangan dari berbagai kalangan. Sayur-sayur segar sangat terjamin disini,
daerah tempat tinggal Rio sangat terkenal subur karena merupakan daerah
pegunungan. Wajar saja apapun yang ditanam disini selalu tumbuh dengan subur.
Ibu Rio mengambil sayuran pada bosnya, juragan sayur. Setiap subuh sebelum
jualan, ibu selalu mendatangi bos terlebih dahulu untuk mendapatkan sayuran segar
dan dijual kembali. Baru kali ini Rio benar-benar merasakan betapa gigih ibunya
mencari uang. Dengan menembus dinginnya subuh, ketika orang lain masih terlelap
dengan mimpinya ibu sudah berjuang untuk mengumpulkan pundi-pundi koin untuk
menghidupi keluarga.

“Aku sangat sayang pada ibu...” bisik Rio dalam hati.
Subuh menjelang pagi, tetapi belum ada satupun yang mendekati lemeanya,
sementara dagangan ibu sudah hampir habis. Rio berpikir lagi, apa yang salah
dengan lemeanya. Apakah para pembeli tidak tahu dan tidak pernah memakan
lemea seperti yang ia jual.
“Ah..., tidak mungkin.”Pikirnya dalam hati.
Ibu, yang melihat kegelisahan anaknya merasa kasihan, dan tidak tega. Ketika
ada langganan ibu yang datang, ibu langsung membantu Rio menawarkan
lemeanya.
“Tidak sekalian lemeanya bu, ini lemea asli lho bu buatan anak saya,” ucap
ibu pada salah seorang langganannya.
“Maaf bu, saya baru saja membeli lemea ditempat langganan saya.” Jawab
ibu tersebut dengan lembut.
“O, iya tidak apa-apa bu.” Sambut ibu dengan ramah.

33

Wajah Rio kembali berubah, dia tidak menyangka seperti ini rasanya jualan di
pasar. Hati Rio sedih tetapi di depan ibunya, Rio selalu memperlihatkan senyuman.
Rio tidak ingin ibunya juga ikut sedih melihat dagangannya yang tidak laku.

Memang tidak semua orang suka dengan aroma khas lemea. Bagi sebagian
orang lemea dianggap makanan fermentasi yang sedikit ekstrim karena
menggunakan pembusukan ikan sebagai salah satu bahan bakunya.

Dagangan ibu sudah habis, tapi lemea Rio masih banyak. Hanya beberapa
orang saja yang membeli lemeanya. Kecewa pasti ada dalam hati Rio, malu
bercampur sedih tak bisa lagi Rio tahan. Ibu yang selalu menyemangati Rio selalu
mengajak Rio bercanda supaya Rio tidak selalu sedih dalam kekecewaan. Rio minta
izin pada ibunya untuk berkeliling pasar dan melihat dagangan lemea pedagang
yang lain.

“Apa yang salah pada lemeaku.” tanya Rio dalam hati. Rio mencicipi
lemeanya sendiri. Dan merasakan tidak ada yang salah pada lemea buatannya.

“Apakah karena disini sudah ada yang menjual lemea juga, sehingga
lemeanya tidak ada yang membeli. Atau apakah karena Rio masih kecil jadi tidak
ada seorangpun yang mau mendekati dagangannya.” Pertanyaan-pertanyaan itu
muncul silih berganti, Rio teringat perjuangannya membuat lemea. Paling tidak Rio
sudah belajar dan berusaha membuat lemea sendiri. Pengalaman Rio membuat Rio
semakin tertantang lagi untuk menjual lemea ditempat lain.

Hari sudah siang, ibu mengajak Rio untuk pulang.
“Ayo nak, kita pulang. Ayahmu pasti sudah menunggu. Kasihan ayahmu
sendirian di rumah.” Ajak ibu.
Rio hanya mengangguk dan segera membereskan dagangannya.
Sampai di rumah, Rio disambut oleh sapaan hangat ayahnya.
“Bagaimana daganganmu Rio? ayah lihat Rio sedikit murung. Mana semangat
anak ayah yang hebat...”sambut ayah sembari memberi semangat pada Rio. ayah
sudah bisa membaca raut wajah Rio. ayah tidak ingin melajutkan pertanyaannya
lantaran takut nanti Rio menjadi sedih.
“Bu, dagangan Rio apakah masih bisa untuk besok?” tanya Rio
“Masih bisa nak, lemea itu bisa bertahan hingga 3 hari. Besok ibu akan
membantu menjualkan lemea Rio ke pasar ya.” Jawab ibu, sambil memberi
semangat pada anaknya.

****

34

Rio Merasa Sedih Karena Lemea buatannya Sepi Pembeli
35

Kreatifitas Rio

Hari berganti, Rio berangkat sekolah seperti biasa, tetapi kali ini Rio masih
penasaran dengan lemeanya. Ada perasaan mengganjal dihatinya. Ia sangat yakin,
bisa mengenalkan lemea ke daerah lain. Tapi bagaimana caranya? Itulah yang akan
dicari oleh Rio. Pikiran Rio kembali terusik dengan keinginannya. Tetapi Rio selalu
ingat akan pesan ibunya untuk selalu menomorsatukan belajarnya.

Di kelas Adit memperhatikan tingkah laku Rio. Tidak seperti biasanya, adit
melihat Rio banyak melamun.

“Ada apa Rio, aku perhatikan dari tadi kamu berbeda sekali hari ini?” tanya
Adit.

“Tidak apa-apa Dit, aku cuma memikirkan sesuatu. Kemaren aku berjualan
lemea bersama ibu, tetapi lemeaku sepi pembeli. Bagaimana caranya ya supaya aku
bisa mengenalkan apa itu lemea, kamu kan tahu tidak semua orang suka aroma
khas lemea.” Jelas Rio kepada Adit.

“Iya juga sih Rio, artinya kamu harus mencari cara supaya lemea bisa
dimakan dalam bentuk lain.” Saran Adit untuk Rio

“Maksudnya bagaimana Dit? Aku tidak mengerti.” tanya Rio lagi
“Begini saja, nanti sepulang sekolah aku akan traktir kamu makan bola tahu
ya.., nanti kamu akan mengerti apa yang aku maksudkan.” Jelas Adit lagi.
“Oke...pulang nanti, aku akan ikut kamu, aku jadi penasaran Dit.” Jawab Rio
sambil mengerutkan keningnya.
“Sudah, yang penting sekarang kita belajar dulu ya, nanti Bu Fahmi marah jika
melihat kita ngobrol heheheh..” Adit menutup obrolannya.
Pulang sekolah, Rio mengikuti keinginan Adit. Rio menunggu Adit di depan
pintu gerbang sekolah.
“Ayo Rio, ikut aku...kita naik sepeda saja, kamu ikut membonceng di belakang
ya.” Pinta Rio
Tanpa basa-basi Rio langsung naik kesepeda Adit. Tidak lama di atas sepeda,
Adit mengentikan kayuhannya.
“Nah...kita sudah sampai. Ayo kita masuk,” ucap Adit kepada Rio.
Rio terkagum-kagum melihat apa yang ada di depannya. Sebuah warung kecil
tetapi sangat ramai pembelinya. Penuh sesak, oleh anak-anak bahkan sampai orang
tua.
“Tempat ini menjual makanan apa Dit?” tanya Rio

36

“Coba kamu baca di depan.” Pinta Adit
Rio membaca nama unik yang terpampang besar didepan pintu masuk.
“Tahu Bola Panas..., Rio membaca dengan keras. Maksudnya apa ya? ”bisik
Rio dalam hati. Rio berusaha mengartikan sendiri. “Tahu artinya pasti tahu yang
sering ia makan. Ibu biasa membuat tahu goreng untuk dimakan bersama nasi, tapi
bola artinya apa ya? Apakah bentuknya bulat seperti bola. Kemudian panas? Panas
pasti disajikan ketika baru diangkat dari kompor.” Rio menduga dalam hatinya.
Sedang asyik menduga, tiba-tiba Adit menyodorkan sebungkus tahu bulat
panas yang ada ditangannya.
“Ini, Rio coba kamu cicipi rasanya,” ucap Adit.
Rio memakan tahu bulat panas tersebut dan terdiam sejenak.
“Rasanya seperti tahu ya, tapi ada rasa kejunya juga dan sayuran yang
tercampur di dalamya membuat tahu ini tidak terasa lagi seperti tahu ya Dit. Terus
pedasnya pas....aku suka sekali Dit.” Jawab Rio sambil menghabiskan makanan
yang ada di depannya.
“Nah...itu yang aku maksudkan Rio, sebenarnya makanan yang kita makan ini
adalah tahu biasa. Hanya saja penjualnya membuat rasa dan bentuk tahu ini jadi
berbeda, sehingga pembeli menjadi penasaran dan banyak yang ingin mencoba.
Pembelinya tidak hanya datang dari daerah kita lho...tapi juga dari daerah lain.” Jelas
Adit kepada Rio.
Rio mengerti maksud Adit membawanya kewarung ini, pasti Adit ingin
membuat Rio berpikir untuk berinovasi agar lemea yang dibuatnya berbeda dan tidak
sama dengan buatan orang lain.
“Darimana saja para pembeli ini tahu bahwa disini menjual tahu bulat panas
Dit?” tanya Rio lagi.
“Sekarang ini zamannya sudah canggih Rio, orang bisa kapan saja
mengupload sesuatu ke media sosial melalui internet. Jadi dengan sekejap saja
berita terbaru mudah tersebar, sehingga warung ini menjadi terkenal. Aku saja tahu
ada tahu bulat panas di tempat kita dari internet,” ucap Adit menjelaskan.
“Dit, kamu kan tahu sendiri aku tidak punya handphone, jangankan untuk
menggunakan internet. Untuk menelepon saja aku tidak bisa,” ungkap Rio sedih.
Adit yang mendengar mengerti betul apa yang dirasakan teman baiknya.
“Tenang saja Rio, sekarang tugasmu hanya memikirkan bagaimana caranya
membuat lemeamu itu berbeda. Nah mengenai promosi, nanti akan aku bantu
menggunakan handphoneku. “ hibur Adit.

37

Adit mengayuh kembali sepedanya sambil membonceng Rio. Kali ini Adit
langsung mengantar Rio sampai ke rumahnya.

“Sudah Rio, biar aku saja yang mengantarmu, nanti ibumu cemas karena kau
belum pulang. Kalau menggunakan sepeda kan lebih cepat,” ucap Adit kepada Rio.

“Kamu memang sahabatku yang paling baik Dit, kamu tidak malu berteman
denganku walaupun aku anak orang tidak punya,” ucap Rio kepada Adit.

Adit yang mendengar ucapan Rio hanya terdiam dan menepuk halus pundak
sahabatnya itu.

Dirumah ibu sudah menunggu Rio, sudah pukul 14.00 Wib tapi Rio belum juga
pulang. Rio tidak bilang akan pergi kemana hari ini. Kecemasan ibu hilang ketika
melihat Rio dan Adit datang.

“Rio, darimana saja nak? Ibu sangat cemas, ibu takut terjadi apa-apa pada
Rio,” sahut ibu dari depan pintu.

“Maaf bu, tadi Adit mengajak Rio jalan-jalan sebentar.” Adit menjawab
pertanyaan yang ditujukan untuk Rio.

“Ya sudah tidak apa-apa, lain kali pamit dulu ya nak, setidaknya ibu tahu
kemana kalian pergi.” Lanjut ibu lagi.

Setelah Adit pamit, Rio segera masuk ke dalam dan melihat potongan cake di
atas meja. Cake merupakan sebutan untuk kue bolu di daerah Rio.

“Bu, ini kue siapa?” tanya Rio.
“Makan saja Rio, tadi Bik Imah memberikan cake itu untuk Rio.” Jawab ibu.
“Kenapa bentuknya sedikit aneh ya bu?” sambil berbicara Rio mengambil
cake itu dan memakannya.
“Wah...enak sekali bu bolunya. Tapi kok seperti ada rasa pisang ya?” tanya
Rio penasaran.
“Iya Rio itu namanya bolu pisang, Bik Imah sengaja memberikannya agar Rio
mencicipinya. Selama ini Rio kan tidak suka makan pisang. Gimana? Enak kan
kuenya?” ucap ibu lagi sambil menjelaskan.
Mendengar ucapan ibunya, Rio teringat sesuatu. Ia teringat lemeanya. Banyak
orang yang tidak suka aroma khas lemea, mungin jika Rio mengemas lemeanya
dalam bentuk lain pasti banyak orang suka. Pikiran Rio kembali dipenuhi dengan
tantangan. Seperti bolu pisang yang ia makan. Rio memang tidak suka sama sekali
dengan pisang, bagi Rio bentuknya lucu dan rasanya lembek. Siapapun yang
memberinya buah pisang pasti tidak akan disentuhnya padahal buah pisang sangat

38

bagus untuk kesehatan. Tetapi setelah mencicipi bolu pemberian bi imah tadi, Rio
sangat suka.

“Bu, Bik Imah Pintar membuat kue ya?” tanya Rio
“Iya nak, Bik Imah pintar sekali membuat kue, bahkan sering mendapat
pesanan.” Memangnya ada apa Rio? tanya ibu lagi.
“Bu, seandainya lemea dicampur dengan adonan kue kira kira enak tidak bu?”
Rio melanjutan pertanyaanya.
“Kenapa Rio bertanya seperti itu?”
“Tidak bu, Rio hanya membayangkan jika pisang di dalam bolu tadi diganti
dengan lemea bagaimana rasanya hehehe.” Jelas Rio pada ibunya.
Rio berlari sambil meninggalkan rasa penasaran pada ibunya. Diam-diam Rio
bertandang ke rumah Bi Imah.
“Asalamualaikum, Bi Imah..., Bi Imah sedang apa?” tanya Rio
“Waalaikumsalam Rio, ini...Bik Imah sedang menyelesaikan beberapa cetak
lagi bolu pisang pesanan tetangga.” Jawab Bik Imah.
“Bik, buat kue itu susah tidak?” tanya Rio lagi
“Tidak Rio, kalau ada keinginan dan alatnya ada pasti kuenya jadi.
Memangnya kenapa, kamu mau belajar membuat kue?” tanya Bik Imah lagi.
“Bisa tidak bik, Rio membuat kue tanpa menggunakan mixer seperti yang bibi
gunakan? “ Rio melanjutkan rasa penasarannya.
“Bisa saja Rio, ada pengaduk tradisional yang tidak harus menggunakan
mixer. Namanya spatula. Bibi ada satu di dalam dan tidak digunakan lagi, kalau Rio
mau, Rio boleh ambil.” Jawab Bik Imah.
“Terimakasih bi, o’iya...Bik Imah mau mengajarkan Rio membuat kue?” tanya
Rio lagi.
“Tentu saja Bik Imah mau, ayo sini...sekalian Bik Imah membuat pesanan
sekalian Rio bibi ajarkan.” Bik Imah menjawab pertanyaan Rio dengan senang hati.

****
Berbekal ajaran Bik Imah dan catatan yang ia punya, Rio mulai beraksi
dengan uji cobanya. Dengan peralatan seadanya dan bahan yang tidak terlalu mahal
Rio mencoba mempraktekkan apa yang telah ia pelajari dari Buk Imah.
“Bu, lemea yang Rio buat kemaren masih ada? tanya Rio pada ibunya.

39

“Masih ada Rio, tadi pagi ibu bawa ke pasar, tapi di pasar hari ini sepi. Tapi
ada juga yang membeli lemea Rio walaupun hanya beberapa orang saja.” Jawab
ibu.

“Tidak apa-apa bu, Rio sekarang akan mencoba membuat sesuatu yang baru
dari lemea. Nanti jika sudah jadi ibu coba cicipi ya.” Sambung Rio.

Sebenarnya ibu tidak mengerti maksud Rio, tetapi melihat apa yang dilakukan
anaknya membuat ibu menjadi penasaran.

“Rio mau buat apa nak?” tanya ibu
“Ibu duduk saja di sini ya, Cuma tunjukkan saja, dimana oven kompor yang
biasa ibu gunakan untuk membuat kue lebaran,” tanya Rio lagi.
“Itu ovennya tepat di samping Rio.” sambil menujuk letak ovennya, ibu duduk
dan memperhatikan anaknya.
Perlahan Rio keluarkan oven tersebut dan menyiapkan peralatan yang akan ia
gunakan. Bermodal bahan yang diberikan oleh Bik Imah, Rio akan membuat sesuatu
yang baru pada lemeanya.
Rio sangat menikmati apa yang dikerjakannya sekarang. Satu persatu Rio
memasukkan telur yang hanya digunakan dua butir saja, kemudian Rio
mencampurkan gula, tepung dan mentega ke dalamnya. Rio mengambil spatula
yang diberi oleh Bik Imah tadi. Setelah adonan Rio menyatu dan mengembang,
segera Rio ambil lemeanya dan membuang airnya. Lemea tersebut ditakar sebanyak
enam sendok makan dan diaduk menjadi satu dengan adonan. Rio memasukkan
adonan tersebut ke dalam ceakan yang sudah ia siapkan. Mengetahui oven yang
diletakkan di atas kompornya sudah panas, Rio segera memasukkan kuenya.
Tak percaya dengan apa yang dilihatnya, ibu menceritakan pada ayah. Ayah
juga sangat terkejut sekali melihat kemandirian anaknya. Seakan tak percaya,
ayahpun ikut menyaksikan Rio membuat kue. Aroma kue Rio sudah menusuk
hidung, eroma khas lemea tidak lagi kentara. Rio mencoba melihat ke dalam oven
dan kuenya sudah jadi. Dibukanya penutup oven tradisinal itu, dan dikeluarkannya
kue tersebut.
“Ibu..ayah, kue Rio sudah jadi.” Dengan bangga Rio memperlihatkan hasil
karyanya.
Rio menunggu beberapa waktu sampei kue tersebut dingin dan mengeluarkan
kue tersebut dari cetak kecil yang hanya berukuran 10 cm x 20 cm. Rio memanggil
ibunya dan minta tolong untuk dipotongkan.
“Bu, Rio tidak bisa memotongnya,” ucap Rio

40

“Sini nak, biar ibu saja yang memotongnya.” Jawab ibu lagi.
“Ibu...coba ibu dulu yang mencicipi, bagaimana rasanya? ucap Rio
Ibu mengambil potongan kecil kue tersebut dan memakannya. “Hmm....enak
sekali Rio, lemeanya juga terasa tetapi aromanya tidak seperti lemea yang biasa kita
jadikan lauk. Darimana kamu belajar membuat ini?” tanya ibu lagi
“Rio hanya mencoba mengubah sedikit resep bolu pisang yang diberikan Bik
Imah bu, kemudian Rio menambahkan lemea ke dalam resep kuenya.”jelas Rio
kepada Ibunya.
“Ayo...sekarang coba bawa kuenya pada Bik Imah, dan minta tolong Bik Imah
untuk mencicipi kue Rio.” Jawab ibu lagi.
Dengan semangat, Rio membawa potongan kuenya dan menunjukkan hasil
kerjanya pada Bik Imah.
“Wah...enak sekali Rio, ini lemea ya? Ternyata enak juga ya jika dibuat
menjadi bolu.” Puji Bik Imah.
“Iya bi...Rio hanya coba-coba saja dan ternyata berhasil.” Jelas Rio pada Bik
Imah.
Tidak sampai di sini saja, Rio teringat akan sahabat karibnya Adit, besok di
sekolah Rio akan memberikan kue buatannya.

****

Kedatangan Adit di sekolah sangat dinanti oleh Rio, sahabat yang telah
memberikan semangat untuk Rio berinovasi. Rio sangat tidak sabar ingin
menunjukkan hasil kerjanya pada temannya itu, tetapi Adit yang ditunggu belum
juga datang. Rio tetap menunggu Adit di depan pintu kelas, hingga bel tanda masuk
berbunyi.

“Sepertinya Adit tidak masuk hari ini, ya sudah...aku simpan saja dulu kue ini.”
Bisik Rio dalam hati.

Ketika ingin membalikkan badan, terdengar suara seseorang memanggilnya.
“Rio..., tunggu!” teriak orang itu.
Rio menoleh dan ternyata sahabat yang ia tunggu telah tiba.
“Dit...aku pikir tadi kamu tidak masuk, tumben baru datang?” tanya Rio.
“Iya Rio, tadi aku mengantar saudaraku yang dari Jambi untuk membeli oleh-
oleh makanan khas dari daerah kita. Saudaraku mau pulang. Tadi sekalian

41

berangkat sekolah, ayahku mengantarnya ke terminal. Hampir saja aku terlambat,”
ucap Adit menjelaskan.

“Apa itu ditanganmu Rio? tanya Adit lagi.
“Ini, coba kamu makan dulu, nanti aku akan ceritakan sejarahnya,” kata Rio
sambil tertawa.
Adit memakan habis kue itu dan belum bertanya mengenai apa yang ia
makan. Rio hanya tersenyum bahagia melihat kue buatannya disikat habis oleh
sahabatnya. Padahal setahu Rio, Adit sama sekali tidak menyukai lemea. Adit tidak
sadar telah memakan lemea. Rio berkata dengan dirinya sendiri, seandainya Adit
tahu apa yang ia makan apakah Adit akan memarahinya? Rio tetap membiarkan
rasa penasarannya hingga nanti waktu istirahat tiba.
Ketika bel tanda istirahat berbunyi, Rio mendekati Adit dan bertanya“Dit, kamu
tidak mau tahu kue apa yang kamu makan tadi?” kata Rio sambil menatap Adit.
“Memangnya kenapa Rio? kuenya enak kok, aku yakin pasti ibumu
membelikan kue tersebut di pasar kan?” sambung Adit lagi.
“Ha..ha..ha..,bagaimana rasanya?” ujar Rio lagi.
“Enak, seperti rasa bolu kesukaanku. Memangnya kenapa? Tanya Adit lagi.
“Kamu tahu tidak, kue itu campurannya lemea dan aku yang telah
membuatnya.” Jelas Rio
Penjelasan Rio membuat mata Adit terbelalak.
“Lemea.....? kamu yang membuatnya?” tanya Adit seakan tak percaya. Jadi
tadi aku sudah makan lemea ya? Kenapa tidak terasa sama sekali ya?” jawab Adit
seakan tak percaya. Hebat kamu Rio, aku sampai tidak sadar telah memakan
makanan yang sama sekali aku tidak suka. Ternyata setelah dijadikan kue bolu
rasanya enak ya. Bisa untuk dijual tu Rio.” lanjut Adit lagi
“Aku ingin sekali menjualnya Dit tapi, bagaimana caranya?” gumam Rio.
“Sini dit, kita coba browsing melihat kue kue bolu yang dijual online di
internet.” Papar Adit
Adit dan Rio melihat kue-kue bolu khas apa saja yang ada diinternet beserta
bentuknya. Mereka melihat banyak sekali jenis kue tetapi tidak ada satupun kue
yang menggunakan bahan lemea. Bentuknya pun beraneka ragam, ada yang
berbentuk bintang, bulat, persegi bahkan ada yang digulung menyerupai slinder.
Melihat keberagaman kue bolu khas daerah, Adit memunyai ide utuk
membantu Rio,

42

“Rio, bagaimana kalau kuemu kita buat bentuk aneh juga, supaya orang yang
melihat penasaran. Kemudian kita upload nanti di internet. Tenang saja Rio aku akan
membantu memasarkannya, kamu cukup menyiapkan nama dan bentuk unik yang
memunculkan khas daerah kita. Jangan lupa kata-kata lemea nya dimasukkan di
nama kue tersebut supaya orang lain tahu dan mengenal apa itu lemea.” Saran Adit
menyemangati Rio.

“Boleh juga idemu Dit, pulang nanti aku akan memikirkan nama dan bentuk
yang cocok untuk kueku ini. Terimakasih banyak ya Dit kamu banyak sekali memberi
masukan yang membangkitkan semangatku.” Jawab Rio

43

Rio Pantang Menyerah dan Berdagang Online

Dirumah Rio kembali mencoba mengotak-atik nama kuenya, Rio mencoba
mencorat-coret kemungkinan nama yang bagus dan bentuk yang bagus untuk
kuenya. Ide Rio terbentur ketika harus memikirkan bentuk kuenya. Dalam hati Rio
berkata “kue persegi, bulat itu sudah sangat biasa bentuknya, tapi apa ya, yang
cocok untuk kuenya?” imajinasi Rio melayang-layang hingga menangkap sebuah
gagasan yang ia yakini.

“Nah...bagaimana kalau bentuknya slinder seperti bambu saja. Bukankah
lemea terbuat dari bambu muda. Kebetulan ibu punya cetakan yang bentuknya
menyerupai bambu. Rio ingat dulu ibu sering membuat kue bolu air kesukan Rio
menggunakan cetakan itu. Wah...pas sekali.” Rio berbicara pada dirinya sendiri.

Sudah ada tiga nama yang menjadi kandidat kuenya. Dari ketiga nama itu Rio
tertarik dengan penggunaan kata cake. Cake sedikit modern pikir Rio, jika ditambah
kata lemea menjadi cake lemea.

“Nanti di internet akan dipromosikan dengan kata Cake Lemea Buatan Rio.”
Dengan semangat dan pasti Rio segera menuliskan nama kuenya dan bentuk
kue yang ia inginkan.
Di sekolah, Rio langsung melapor pada sahabatnya.
“Bagaimana Rio? sudah ketemu nama yang pas?” tanya Adit
“Sudah Dit, ini kertasnya, silahkan kamu baca dan lihat sendiri bentuk
kuenya.” Jelas Rio
Adit melihat kertas yang diberikan oleh Rio, dan semakin kagum pada
kreatifitas temannya ini.
“Ck..ck..ck..., kamu memang luar biasa Rio. dalam satu malam saja kamu bisa
menemukan apa yang kamu inginkan.” Puji Adit
“Jadi sekarang bagaimana? Mulai kapan kita mencoba mempromosikan
kuemu? tanya Adit lagi.
“Apa bisa mempromosikan kue jika kuenya belum ada? tanya Rio tidak
mengerti.
“Ya..buat dulu contohnya Rio, nanti kita foto dn aku akan bantu
mengunggahnya ke internet. Jangan lupa dikemas semenarik mungkin supaya orang
tertarik membelinya. Nanti aku promosikan juga sama saudara-saudara ayahku.”
Jelas Adit kepada Rio.

44

Rio yang mendapat dukungan penuh dari Adit, semakin semangat dan ingin segera
membuat kuenya.

Perjalanan pulang dari sekolah ke rumah dimanfaatkan langsung oleh Rio
untuk membeli bahan kuenya. Bermodal dari uang celengan yang ia buka tadi
malam, Rio yakin bahwa usahanya kali ini akan berhasil. Pulang ke rumah ayah
terkejut melihat anaknya langsung menuju ke dapur. Biasanya pulang sekolah
setelah makan Rio pasti menengok ayahnya dulu di kamar.

“Rio...kamu sudah pulang? tumben nak..biasanya Rio pasti menyapa ayah
dulu sesudah makan,” tanya ayah.

“Iya ayah, maaf Rio lupa, karena semangat sekali akhirnya Rio lupa menyapa
ayah, maaf ayah.. heheh... jawab Rio menghibur hati ayahnya.

“Memangnya Rio mau membuat lemea lagi? Kok sekarang Rio betah sekali di
dapur,” tanya ayah lagi.

“Rio sedang mendapat ide yah...nanti kalau Rio sudah berhasil. Pasti Rio
beritahu ke ayah. Pokoknya kejutan untuk ayah dan ibu.” Jawab Rio lagi.

Ayah hanya bisa diam dan menyaksikan apa yang dikerjakan anaknya. Ayah
Rio sudah yakin akan pekerjaan anaknya. Jatuh bangun percobaan yang ia lakukan
tetap selalu bisa membuat Rio bangkit dan bersemangat lagi. Ibu belum pulang,
untung saja Rio tahu tempat dimana ibunya sering meletakkan perlengkapan
memasak kue. Menjadi anak semata wayang tidak menjadikan Rio sosok anak yang
manja, bahkan sebaliknya Rio terus berusaha mandiri dan tidak ingin menyusahkan
orang tuanya.

Selesai sudah kuenya...sesuai dengan yang ia harapkan. Kue tersebut akan
disimpannya baik-baik supaya besok sepulang sekolah, Adit bisa mengambil
fotonya. Aroma cake lemea buatan Rio sangat wangi sekali. Lemea yang awalnya
hanya bisa dijadikan lauk ternyata juga bisa dicampur untuk dibuat kue yang enak.

Baru saja mau menyimpan kuenya, tiba-tiba terdengar suara Adit
memanggilnya.

“Rio..Rio...asalamualaikum,” sahut Adit dari jauh.
“Waalaikumsalam Dit, silahkan masuk.” Sambut Rio.
“Baru saja aku menyimpan cake lemeanya Dit, kupikir besok pagi aku akan
minta tolong padamu untuk mengambil gambarnya.” Kata Rio
“Aku sengaja datang kemari karena aku yakin kamu pasti sudah selesai
membuat kuenya. Mana kuenya? Biar kita tata dan kita ambil gambarnya,” ucap Adit.

45

Rio segera mengambil cake lemea buatannya dan menunjukkannya pada
Adit.

“Nah...ini kuenya, bagaimana mirip tidak sama bambu? Diatasnya kutaburi
sedikit cokelat bubuk agar kelihatan enak dan menarik.” Tambah Rio lagi.

“Kamu memang jenius Rio, tidak hanya pintar di kelas tetapi kamu juga pintar
membuat kue supaya terlihat berbeda.” Puji Adit lagi

Segera Adit mengambil gambar cake lemea yang dibuat oleh Rio, dan
menguploadnya di internet. Adit mengajarkan Rio cara mengupload gambar ke
internet dan menjelaskan bagaimana nanti seandainya ada pesanan yang masuk
dari situs online.

“Dit, bagaimana cara aku menerima pembayaran jika ada yang memesan,”
tanya Adit sambil menampakkan wajah bingungnya.

“Tenang saja Rio, nanti aku akan mengajarkan kamu caranya, tetapi nanti
kamu harus membuka rekening supaya pembeli bisa mentransfer uangnya dan
setelah uangnya masuk, baru kamu kirimkan cake lemeanya ke alamat pembeli. Aku
biasa mengantar kakakku mengirim uang jika belanja online, nanti aku akan minta
tolong kakakku untuk mengajari kamu.” Jelas Adit kepada sahabatnya.

“Apakah boleh anak seusia kita membuka tabungan dit?” tanya Rio lagi.
“Boleh saja Rio, sekarang ada yang namanya tabungan pelajar dan itu khusus
untuk kita para pelajar,” ucap Adit meyakinkan Rio.
Semua yang diucapkan oleh Adit, direkam baik-baik oleh Rio. Rio mengerti
dan memahami apa yang diucapkan oleh Adit. Rio juga diajak oleh Adit ke warnet
yang ada di dekat rumahnya, untuk belajar menggunakan internet.
Baru sebentar saja Adit dan Rio berbincang, tiba-tiba pemberitahuan ada
pesan masuk dari Handphone Adit berbunyi. Segera mereka membuka
pemberitahuan tersebut, dan betapa terkejutnya mereka ketika banyak sekali
pertanyaan seputar cake lemea buatan Rio. cake lemea buatan Rio dianggap aneh
dan unik. Ada 5 pesanan yang masuk dan semuanya ingin mencoba cake lemea
buatan Rio.
“Dit, bagaimana caranya aku membuat 5 pesanan? Lemeanya sih masih ada,
tetapi besokkan aku harus sekolah dan aku belum pernah membuat pesanan
sebanyak itu,” tanya Adit panik.
“Lho...kamu ini bagaimana sih Rio, sekarang sudah ada yang pesan malah
kamu bingung hahahaha....” ledek Adit.

46

“O,iya..kan ada Bik Imah. Aku kerjasama saja sama Bik Imah ya. Bik Imah
orangnya baik Dit. Aku yakin Bik Imah pasti mau membantuku,” ungkap Rio sambil
meyakinkan Adit.

Bergegas Rio ke rumah Bik Imah dan menceritakan apa yang harus
dihadapinya. Bik Imah yang mengerti kendala yang Rio alami dengan santai
menjawab.

“Tenang saja Rio, nanti bibi bantu. Besok sepulang sekolah kita buat di rumah
bibi saja kuenya supaya lebih cepat. Berapa Rio jual satu cetaknya?” tanya Bik Imah
lagi.

“Rio menjual kuenya Rp 25.000.00 percetaknya bi, kata Adit jika kita harus
mengirimkan kue tersebut ke alamat pembeli maka akan ditambah lagi dengan
ongkos kirim. Jujur saja bi, Rio belum mengerti,” ucap Rio dengan lugu.

“Rio sayang...tidak usah khawatir, Bik Imah akan membantu Rio. Bik Imah
sudah biasa melayani pembeli dari luar daerah.” Jelas Bik Imah.

47

Rio Belajar Menggunakan Internet di Warnet
48

Mendengar ucapan Bik Imah, hati Rio sangat senang. Dia merasa dikelilingi
oleh orang-orang yang sangat menyayanginya.

Adit pamit untuksegera pulang ke rumahnya, sebelum pamit Adit
mengingatkan Rio tentang pesanan cake lemeanya. Rio hanya memberikan jempol
tanda siap. Siap karena Bik Imah selalu bersedia membantunya. Tak lupa Adit
membawa cake buatan Rio untuk diberikan kepada orangtuanya di rumah.

Tiba di depan pagar rumah Rio, ibu Rio baru saja pulang. Ibu dari mengambil
obat ayah jadi hari ini pulangnya sore, karena tempat mengambil obat ayah jaraknya
dari rumah cukup jauh.

Di rumah Adit ayah mencicipi cake buatan Rio, ayah tidak percaya kalau anak
seusia Rio bisa membuat cake lemea seenak ini. Lemea yang ada di kue tersebut
menjadi berbeda rasanya.

“Sepertinya Adit harus banyak belajar dari Rio ya..” ucap ayah Adit.
Adit menceritakan bagaimana perjuangan Rio dari membuat lemea sampai
berhasil membuat lemea berbeda yaitu dengan dijadikan cake lemea seperi ini. Adit
juga mengatakan pada ayahnya bahwa sampai sekarang Rio dan keluarganya sama
sekali tidak punya alat komunikasi. Jangankan handphone android seperti yang
digunakan oleh Adit, handphone yang hanya bisa untuk SMS dan nelepon sajapun
Rio dan keluarganya tidak punya. Ayah merasa kasihan dan terketuk hatinya.
“Dit, Rio tidak mungkin bergantung terus pada Adit. Bagaimana cake lemea
Rio bisa maju jika tidak ada salah satu komponen penting dalam mempromosikan
yaitu handphone. Begini saja Dit, handphone Adit kan ada dua, yang satu lagi kan
tidak Adit gunakan. Berikan saja pada Rio, supaya Rio bisa memajukan usahanya.”
Pinta Ayah Adit.
Adit yang mendengar ucapan ayahnya merasa senang sekali. Adit merasa
sangat bersyukur karena ayahnya mempunyai jiwa sosial yang sangat tinggi.
“Baik ayah, besok pagi di sekolah, Adit akan memberikan handphone tersebut
pada Rio,” ucap Adit.
“Lebih baik jangan di sekolah Dit, nanti ibu dan ayah Rio berpikir jika Rio
mencuri atau sebagainya, baiknya Adit berikan di rumahnya saja. Sebenarnya ayah
ingin sekali berjumpa dengan Riotapi pekerjaan ayah sedang banyak sekali, mungkin
lain kali ayah bisa berjumpa dengan si pembuat cake lemea itu.” Jelas Ayah pada
Adit.

49

Cake Lemea Buatan Rio Yang Dipromosikan Diinternet
50


Click to View FlipBook Version