Nama : Cicik Wijayanti
Kelas : 22.1 IPA-A
Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia
Topik : Empat (Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif lain)
KONEKSI ANTAR MATERI
Tugas : Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan
pemahaman dari Topik IV dengan Topik I, Topik II dan Topik III. Sejauh mana topik tentang
Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan perwujudan Profil Pelajar
Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21.
Jawab :
A. Rangkuman
Pada Topik I kita mempelajari tentang perjalanan Pendidikan di Indonesia sebelum
kemerdekaan (zaman kolonial), sesudah kemerdekaan dan Pendidikan Abad ke-21. Yang
mana berawal dari perjuangan yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara untuk
memajukan pendidikan kaum pribumi. Ki Hadjar Dewantara menyaksikan bahwa
masyarakat terbelenggu oleh budaya feodal. Anak-anak pribumi hidup dalam lingkaran
kebodohan dan kemiskinan. Selain itu para penguasa bangsa Hindia Belanda di Indonesia
sebenarnya sama sekali tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan. Mereka
semata-mata hanya mementingkan pengajaran, yang intelektualitas serta materialistis,
karena pendidikan di situ semata-mata berupa pendidikan intelek. Melihat realitas tersebut
mendorong Ki Hadjar Dewantara untuk memajukan pendidikan karena menurutnya
dengan pendidikanlah seseorang dapat mengerti akan keberadaan / kemerdekaannya baik
secara lahir maupun batin. Perjalanan Pendidikan di Indonesia dimulai tahun 1854 sejak
didirikannya sekolah Bumi Putera pada masa kolonial sampai saat ini yaitu mulai
diberlakukannya Kurikulum Merdeka. Sementara itu setelah kemerdekaan Indonesia pun
ternyata masih terdapat praktik pendidikan yang membelenggu dan belum memerdekakan
peserta didik, seperti sekolah belum menjadi tempat pendidikan yang berpihak kepada
upaya “mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya”, guru-guru sering hanya berperan
sebagai pengajar sehingga aktivitasnya terfokus pada perkara pengembangan kognitif
peserta didik, peserta kita sukar belajar dengan tentram, karena dikejar-kejar oleh ujian-
ujian yang sangat keras dalam tuntutan-tuntutannya, mereka belajar tidak untuk
perkembangan hidup kejiwaannya; sebaliknya, mereka belajar untuk dapat nilai-nilai yang
tinggi dalam rapor sekolah-nya atau untuk dapat ijazah.
Pada Topik II kita mempelajari tentang dasar pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu
pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat.
Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar
mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi manusia mandiri
(merdeka lahir). Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-
anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Pendidikan yang "menuntun", artinya peran atau tugas kita sebagai guru adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak (peserta didik) , agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia,
maupun anggota masyarakat. Guru itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak (peserta didik), agar dapat memperbaiki lakunya
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat mereka. Dalam proses “menuntun”, anak diberi
kebebasan namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar
anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat
memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
Pada topik III kita mempelajari tentang Identitas Manusia Indonesia yaitu identitas
manusia yang menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia yang meliputi nilai
kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila dan religiusitas. Kebhinekatunggalikaan atau
keragaman bagi masyarakat Indonesia merupakan nilai yang khas dan menjadi salah satu
identitas dan budaya bangsa Indonesia. Pancasila juga sebagai identitas bangsa Indonesia
dan sekaligus manusia Indonesia yang digali dari nilai-nilai luhur yang sudah dihidupi
masyarakat di kepulauan nusantara. Pancasila merupakan intisari yang merangkum nilai-
nilai, jiwa dan semangat yang dihidupi oleh orang-orang Indonesia yang selalu
menjunjung tinggi nilai gotong-royong. Hal ini juga ditegaskan oleh Ki Hajar Dewantara.
Sila-sila Pancasila memuat imperative etis untuk hidup bersatu, bertanggungjawab,
bekerjasama, hidup adil dan bermusyawarah (bergotong-royong) untuk memenuhi
kebutuhan hidup setiap pribadi dan bersama dalam segala dimensinya. Dalam konteks
masyarakat Indonesia yang multi budaya, bahasa, agama, keyakinan, etnis, suku, dan
kearifan lokal, pendidikan mempunyai peran penting dalam melestarikan keragaman,
menjaga kesatuan, memelihara keharmonisan, dan mengembangkan
kualitaskeindonesiaan. Pendidikan berperan penting untuk membangun paradigma
berpikir, bersikap, dan berperilaku sebagai bangsa Indonesia.
Pada topik IV kita memplajari tentang Pancasila Sebagai Fondasi Pendidikan
Indonesia, Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan
untuk melestarikan kemajemukan budaya, agama, ras dan suku di tengah tantangan dan
ancaman keterpecahan hidup berbangsa. Penerapan Pancasila sebagai entitas dan identitas
bangsa dalam pendidikan dapat diwujudkan sebagai Pendidikan yang Berpihak pada
peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21 melalui program program Profil Pelajar
Pancasila di sekolah. Profil Pelajar Pancasila terdiri dari 6 dimensi yang sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila, meliputi: Beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, mandiri, bergotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, dan
kreatif.
B. Kesimpulan dan Pesan Kunci
Maka dengan mengaitkan pemahaman dari Topik IV dengan Topik I, Topik II dan
Topik III di atas dapat ditarik kesimpulan dan pesan kunci bahwa :
1. Seyogyanya guru dapat mewujudkan pendidikan yang berpihak pada anak atau peserta
didik sesuai dengan keberagaman konteks sosial budaya dan nilai-nilai luhur Indonesia,
memberikan pendidikan yang memerdekakan artinya proses pendidikan yang
meletakan unsur kebebasan anak didik untuk mengatur dirinya sendiri, bertumbuh dan
berkembang menurut kodratnya secara lahiriah dan batianiah, serta memberikan
pendidikan yang memanusiakan, artinya pendidikan yang membentuk hakikat insani
dengan melalui pendidikan karakter.
2. Guru juga harus menghormati dan memperlakukan peserta didik dengan sebaik-
baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan
(ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan
memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak, serta
menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana
sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
3. Guru juga harus memberikan pendidikan yang dapat menghayati dan melestarikan
nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia yang meliputi nilai kebhinekatunggalikaan,
nilai-nilai Pancasila dan religiusitas.
4. Untuk itu guru dapat menerapkan program Profil Pelajar Pancasila di sekolah sebagai
bentuk pendidikan yang berpihak pada peserta didik dalam Pendidikan Abad ke-21
yang sesuai dengan identitas manusia Indonesia dan dasar-dasar pemikiran Ki Hadjar
Dewantara.