KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku
Modul Teknologi Benih ini dengan baik. Modul Praktikum Teknologi Benih ini
ditujukan untuk mahasiswa Program Studi Agroteknologi semester V. Materi
merupakan bagian dari perkuliahan Mata Kuliah Teknologi Benih. Mahasiswa
diharapkan mampu melaksanakan praktikum dengan sebaik-baiknya dan dapat
mempersiapkan kebutuhan untuk setiap acara praktikum yang memerlukan preparasi
sebelum dilakukan acara praktikum. Mahasiswa diharapkan mempelajari pula bahan
kuliah dan literatur pendukung sebagai penunjang dalam melengkapi pelaksanaan
praktikum.
Saran dan tanggapan tentang materi praktikum Teknologi Benih ini sangat
diharapkan untuk perbaikan praktikum ke depan. Terima kasih kepada pemikiran
dosen-dosen pengampu Mata Kuliah Teknologi Benih Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta, semua pihak yang telah membantu
dan berperan dalam kegiatan praktikum Teknologi Benih ini. Semoga modul
praktikum ini dapat membantu dan bermanfaat bagi mahasiswa.
Yogyakarta, 10 November 2022
Penanggung Jawab
Ir. Ami Suryawati, M.P.
i
ACARA DAN JADWAL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BENIH
No. Tanggal Praktikum Acara Praktikum Asisten Penanggungjawab
1 Uji Mutu Fisik dan
Perkecambahan benih
2 Penyimpanan Benih
dan Viabilitas Benih
3 Dormansi Benih dan
Vigor Benih
Waktu Praktikum
Selasa : Sesi 1 : 07.30 – 09.30
: 10.00 – 12.00
Sesi II : 12.30 – 14.30
Sesi III
Tempat Praktikum
Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, UPN Veteran
Yogyakarta
Keterangan
Sebelum praktikum dimulai, terdapat pre-test selama 10 menit dan penjelasan
praktikum selama 10 menit
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH
1. Mahasiswa yang berhak mengikuti praktikum Teknologi Benih adalah mahasiswa
yang sudah terdaftar.
2. Lima menit sebelum praktikum dimulai, praktikan sudah harus hadir di dalam
laboratorium. Bagi yang terlambat tidak diperkenankan mengikuti praktikum, jika
tidak ada alasan yang syah dan benar.
3. Sebelum dilaksanakan praktikum diadakan tes tertulis dan asistensi, praktikan
diharapkan mempersiapkan diri. Jika nilai tes tertulis < 50, maka praktikan
mendapat tugas.
4. Mahasiswa yang berhalangan hadir diwajibkan memberikan keterangan yang sah
dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Mahasiswa yang tiga kali tidak mengikuti praktikum maka dicabut haknya dan
wajib mengulang pada tahun berikutnya.
6. Setelah selesai praktikum, alat-alat yang digunakan harus dibersihkan dan
dikembalikan ke tempat semula dengan tertib dan menjaga kebersihan ruang
praktikum. Menghilangkan atau merusakkan alat harus mengganti dengan alat
yang sama.
7. Setiap selesai praktikum dan pengamatan, laporan sementara harus dibuat dan
disahkan asisten. Laporan setiap acara diserahkan minggu berikutnya setelah
praktikum dan menemui asisten untuk menentukan jadual pendalaman materi.
8. Bagi yang tidak mengikuti suatu acara, diberi kesempatan untuk mengulang satu
kali acara yang bersangkutan pada golongan berikutnya. Inhal dapat dilakukan
dengan kesepakatan asisten dan membawa materi praktikum.
9. Nilai akhir praktikum adalah rata-rata dari nilai tes, laporan dan pendalaman
materi serta aktivitas dengan perbandingan (3-3-4).Kreativitas dan pemahaman
dinilai sebagai bonus sedangkan kedisiplinan dan kejujuran dikurangkan dari
nilai akhir.
10. Semua laporan yang telah disetujui asisten, diserahkan ke penanggungjawab
praktikum.
11. Hal-hal lain yang berhubungan dengan praktikum dan belum tercantum dalam
tata tertib ini diatur kemudian.
iii
DAFTAR ISI
ACARA 1 Uji Mutu Fisik Benih .......................................................................... 1
ACARA 2 Perkecambahan Benih........................................................................ 5
ACARA 3 Penyimpanan Benih.......................................................................... 17
ACARA 4 Viabilitas Benih................................................................................. 20
ACARA 5 Dormansi Benih ................................................................................ 27
ACARA 6 Vigor Benih ....................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
iv
ACARA 1
Uji Mutu Fisik Benih
Latar Belakang
Mutu fisik benih dapat dicerminkan dari kemurnian benihnya, kadar air dan
berat 1000 butir benih. Benih murni merupakan salah satu komponen dalam
pengujian benih dan sangat penting dalam menghasilkan benih yang berkualitas
tinggi. Pada pengujian daya berkecambah, benih yang diuji diambil dari fraksi benih
murni. Dengan demikian hasil pengujian kemurnian dan daya berkecambah benih
mempengaruhi nilai benih untuk pertanaman. Selain uji daya berkecambah, uji bobot
1000 butir, uji kesehatan benih dan uji lain, juga menggunakan fraksi benih murni
(ISTA 2017).
Pengujian kemurnian digunakan untuk mengetahui komposisi contoh kerja,
kemurnian dan intensitasnya yang akan mencerminkan komposisi lot benih yang
didasarkan pada berat komponen pengujian. Dalam pengujian kemurnian contoh
kerja kemurnian dipisahkan menghasil benih murni, biji tanaman lain dan kotoran
(ISTA 2017).
Yang termasuk kategori benih murni yaitu:
- Semua benih varietas tanaman dan kultivar dari spesies tersebut
- Termasuk Benih muda, berukuran kecil dan mengkerut
- Pecahan benih yang ukurannya lebih besar dari ½ benih sesungguhnya. Asalkan
dapat dipastikan bahwa pecahan benih itu termasuk dalam spesies yang
dimaksud.
- Telah berkecambah sebelum diuji tetapi benih tersebut masih bisa
dikenali sebagai benih yang dimaksud (kecuali sudah berubah bentuk sebagian
atau seluruhnya menjadi ergot seperti cendawan sclerotia,smut
balls atau nematoda galls) (BBPPMBTPH 2020)
Biji tanaman lain mencakup semua biji yang ikut tercampur di dalam contoh
uji tetapi tidak termasuk dalam spesies yang dimaksud dan beratnya tidak lebih dari
5% berat contoh kerja kemurnian tidak dimaksudkan untuk diuji. Bahan
1
lain/kotoran adalah semua materi yang terdapat di dalam contoh kerja kemurnian
akan tetapi tidak termasuk kedua komponen sebelumnya, seperti jerami, sekam, batu,
debu, tanah, pecahan benih yang ukurannya kurang dari ½ ukuran benih asli.
Pengukuran kadar air penting diketahui untuk penentuan saat panen, untuk
tujuan pengolahan maupun penyimpanan kadar air memiliki dampak besar terhadap
benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodoks pada kadar air tinggi
beresiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Pengukuran kadar air
biji dapat dilakukan dengan beberapa, antara lain dapat secara langsung dengan alat
pengukur kadar air benih secara otomatis (seed moisture tester) (bisa dilihat pada
Gambar 1) dan secara tidak langsung dengan metode pengukuran susutnya air secara
total dalam benih.
Berat 1000 butir benih penting untuk mengetahui kebutuhan benih di lapang.
Efek berat 1000 butir benih ditunjukkan dalam hubungannya dengan keadaan embrio
ataupun cadangan makan yang dikandungnya. Pada benih-benih dengan besar embrio
sama, maka benih yang lebih berat menunjukkan kandungan cadangan makanan yang
lebih banyak.
Gambar 1. Seed moisture tester
2
Tujuan
- Mempelajari cara pengujian kemurnian benih dan menghitung bobot 1000 biji.
- Mempelajari cara pengukuran kadar air benih secara langsung dan tidak langsung.
- Menentukan mutu fisik benih berdasarkan kemurnian benihnya, kadar air dan
berat 1000 butir.
Metode praktikum:
A. Uji Kemurnian Benih
1. Menyiapkan benih yang akan diuji dalam sebuah wadah.
2. Menimbang berat contoh biji tersebut dengan timbangan analitik (berat total).
3. Memisahkan komponen contoh uji kemudian menimbangnya
- Benih murni = a gr
- Biji spesies lain = b gr
- Bahan lain/kotoran = c gr
4. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing
komponen dibagi serta total kemudian dikali angka 100%. Hasilnya ditulis
dalam 2 desimal (dua angka di belakang koma).
5. Analisa dilakukan secara duplo (dua kali sebagai ulangan). Beda antar
ulangan tidak boleh lebih tinggi dari 5%.
B. Berat 1000 Butir Benih (BBPMBTPH 2020)
1. Contoh uji yang digunakan harus berasal dari benih murni
2. Dilakukan dengan mengambil secara acak 100 butir benih dengan 4 ulangan,
dan setiap ulangan ditimbang beratnya (Gambar 2).
3. Jumlah bobot 4 ulangan tersebut dan kalikan dengan 2,5.
3
Gambar 2. Penimbangan bobot 1000 biji
C. Penentuan Kadar Air
- Secara langsung
1. Menimbang 10 g benih (berat basah)
2. Masukkan ke dalam wadah khusus pada pengukur kadar air (secukupnya),
kemudian tutup rapat-rapat dan tekan/hancurkan benih melalui pemutar.
3. Kadar air benih dapat dilihat pada meteran penunjuk.
4. Pengukuran dilakukan 2x.
- Secara tidak langsung
1. Menimbang 10 g benih (berat basah)
2. Letakkan dalam wadah tahan suhu oven
3. Masukkan dalam oven bersuhu 75°C selama 1 x 24 jam
4. Dinginkan dalam eksikator, timbang berat keringnya.
5. Kadar air dihitung berdasar rumus :
Kadar air benih : Berat basah - berat kering 100%
Berat basah
4
ACARA 2
Perkecambahan Benih
A. Penilaian Kecambah Normal dan Abnormal
Salah satu kesukaran pokok yang timbul dan sering diabaikan terutama
oleh para mahasiswa atau pekerja laboratorium pada pengujian perkecambahan
biji (seed germination test) ialah menentukan bibit atau kecambah yang termasuk
normal (Identification of normal seedling). Pekerjaan ini menghendaki
pengetahuan mengenai struktur kecambah secara botanis (Morfologis) yang baik
dan pengalaman terampil.
Penentuan kecambah (bibit) yang normal ini dilakukan selama batas
periode pengujian perkecambahan (Germination Period) menurut ISTA
(International Seed Testing Association) yang berbeda-beda untuk masing-masing
jenis biji (spesies).
Pada umumnya, apabila kebutuhan untuk perkecambahan seperti air suhu,
oksigen dan cahaya dipenuhi. Biji bermutu tinggi (high vigor) akan menghasilkan
kecambah atau bibit yang normal (normal seedling). Tetapi oleh karena faktor
luar seperti infeksi jamur atau mikro organisme lainnya selama pengujian
perkecambahan atau sudah terbawa di dalam biji atau biji bermutu rendah (low
vigor) kemungkinan kecambah (bibit) yang dihasilkan tidak normal (abnormal
seedling).
Baik dalam uji daya berkecambah (viabilitas) maupun uji kekuatan
tumbuh (vigor), indikasi untuk kecambah abnormal umumnya adalah :
1. Less of storage tissue. Akibatnya tidak cukup hara bagi kecambah.
2. Meristematic damage. Kerusakan pada jaringan radikula, plumula dan lain-
lain.
3. Vascular damage. Kerusakan/patah pada hipokotil atau epikotil
Selanjutnya indikasi dari struktur terpenting yang harus dimiliki oleh
kecambah normal dalam pengujian di atas substrat buatan menurut ISTA (dalam
proceeding of the ISTA, 2017) adalah sebagai berikut :
5
1. Perkecambahan sistem perakaran yang baik terutama akar primer dan untuk
tanaman yang secara normal menghasilkan seminal maka akar tidak boleh
kurang dari dua.
2. Perkembangan hypokotil yang baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada
jaringan-jaringannya.
3. Penumbuhan plumula yang sempurna dengan daun hijau dan tumbuh baik,
sempurna dengan kuncup yang normal.
4. Satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.
B. Tipe Bibit
Berdasarkan kepada letak cotyledons atau scutellum terhadap permukaan
tanah, maka dapat dibedakan dua tipe bibit (seedling type) yaitu bibit epigeal,
bibit hypogeal.
Bibit Epigeal
Bibit tipe epigeal ialah bibit dimana kotiledonnya terangkat di atas
permukaan tanah sewaktu pertumbuhannya. Terangkatnya kotiledon ini ke atas
permukaan tanah disebabkan oleh pertumbuhan dan perpanjangan hipokotil,
sedangkan oleh ujung arah ke bawah sudah tertambat ke tanah dengan akar-akar
lateral. Hipokotil membengkok dan bergeser ke arah permukaan tanah, kemudian
menembus dengan merekahnya, lalu muncul di permukaan tanah.
Jadi bagian pertama kali terlihat di atas permukaan tanah adalah
bengkokan hipokotil, bukan kotiledon. Kemudian kotiledon diangkat ke atas
permukaan tanah oleh hipokotil. Pada proses ini kotiledon tersebut berfungsi
sebagai pelindung plumula (growing point) dari kerusakan yang disebabkan
pergeseran dengan tanah. Saat merekahnya permukaan tanah oleh hipokotil ini
merupakan kenampakan-kenampakan yang spesifik bagi pertumbuhan bibit tipe
epigeal dan saat ini disebut “cracking stage”. Saat ini mempunyai arti yang
penting bagi petani dalam penilaiannya terhadap proses pertumbuhan bibit di
lapangan (field emergence of seedlings). Bibit tipe epigeal ini umum terdapat
6
pada tumbuhan dikotil seperti kacang hijau, alfalfa, clovers, kacang kedelai,
kacang tanah dan species lainnya, tetapi sedikit dijumpai pada tumbuhan
monokotil.
Bibit Hipogeal
Bibit hypogeal iaiah bibit dimana kotiledonnya tetap tinggal di bawah
permukaan tanah (di dalam tanah) sewaktu pertumbuhannya. Pada bibit tipe
hipogeal, hipokotil tidak atau hanya sedikit memanjang, sehingga kotiledon tidak
terangkat ke atas.
Malah pada species tertentu umpamanya ercis (Pisum sativum) epicotyl ini
menekan kotiledon dari atas sehingga kotiledon tersebut tetap berada di bawah
permukaan tanah. Bibit tipe hipogeal dijumpai pada semua famili grass
(Graminae) atau pada kebanyakan monokotil, tetapi jarang diketemukan pada
dikotil. Contoh bibit hypogeal pada dicots yang terkenal ialah bibit peas dan
“scarlet runner bean”. Tipe bibit epigeal dan hypogeal bisa dilihat pada Gambar 3.
7
Gambar 3. Epigeal dan hipogeal
C. Subtratum Perkecambahan
Subtratum perkecambahan yang dimaksud disini ialah suatu bahan di atas
mana biji dapat ditempatkan untuk pengujian perkecambahan. Secara alami, biji
yang telah masak dan normal apabila jatuh pada substratum yang menguntungkan
(favorable condition) seperti kelembaban, suhu dengan cahaya cukup, maka biji
8
akan berkecambah.
Untuk keperluan pengujian dan hasilnya suatu pengujian dipilih
substratum yang memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan secara umum
substratum ialah mempunyai daya serap dan daya pegang air yang tinggi, tidak
terlalu mudah kering atau terlalu mudah becek, bersih dan steril serta uniform.
Berdasarkan bahan dan cara pemakaiannya, menurut ISTA macam subtrata
perkecambahan biji dibedakan menjadi :
- Tanah atau pasir dengan simbol S (soil or sand)
- Di atas tanah atau pasir dengan simbol TS (top of soil or sand)
- Kertas dengan simbol T (paper toweling)
- Antara kertas kembang dengan simbol B (between blotter)
- Di atas kertas kembang dengan simbol TB (top of blotter)
- Petridish tertutup dengan simbol P (covered petridish)
- Kertas selulosa dengan simbol C (creped cellulosa)
Substratum Tanah atau Pasir
Substratum tanah atau pasir ini merupakan subtrata yang paling tua dan
banyak dipakai karena harganya murah dan mudah didapat serta dapat digunakan
untuk perkecambahan secara luas mulai dari biji yang berukuran kecil sampai
besar. Namun kejelekannya disamping tidak steril juga membutuhkan ruang dan
volume yang lebih besar. Subtratum ini banyak dipakai untuk pengujian vigor
seperti Uji Muncul Tanah (UMT), Uji Muncul Lapangan (UML) dan Uji Dingin
(UD). Subtratum tanah atau pasir ini dapat berupa tanah atau pasir saja atau
merupakan kombinasi kedua-duanya dengan perbandingan tertentu.
Substratum Kertas
Substratum kertas ini terbukti sebagai substrata yang paling praktis dan
memenuhi persyaratan-persyaratan guna pengujian perkecambahan biji atau
pengujian mutu biji secara modern. Subtratum kertas ini lebih mudah diatur atau
ditempatkan pada alat perkecambahan (germinator) dan kelembaban, suhu dan
9
sinar di dalamnya dapat lebih mudah dikontrol. Disamping itu cocok digunakan
untuk biji-biji yang berukuran kecil sampai sedang.
Jenis kertas untuk substratum ini, semula masih import dari Amerika
Serikat atau Eropa namun dengan melalui tinjauan secara ekonomis dan praktis
serta melalui berbagai macam penelitian (dengan alat kecambah baku dan alat
kecambah miring) yang dilakukan Universitas Andalas dan IPB, hal ini dapat
digunakan kertas hasil dalam negeri sendiri berupa “kertas merang” atau kertas
steril.
Substratum kertas ini disamping sebagai uji perkecambahan sebagaimana
yang dianjurkan ISTA juga banyak digunakan untuk pengujian daya tumbuh atau
pengujian vigor seperti Uji Tumbuh Akar dan Batang.
Subtratum Antara Kertas Merang
Bahan substratum ini terbuat dari serat kapas berwarna biru tua, sangat
baik menyerap serta memegang air, steril dengan tebal kira-kira 1 cm. Maka dari
itu harganya mahal dan sukar didapat, karena masih harus import. Pada
prinsipnya penggunaan dan tujuan substratum ini sama dengan substratum kertas
tersebut di atas. Subtratum ini juga digunakan untuk uji kecambah bagi biji-biji
yang berukuran kecil.
Subtratum Petridis Tertutup
Petridish yang digunakan biasanya berukuran (10-12) cm dan sebelum
digunakan terlebih dahulu diberi alas satu atau dua lapis kertas saring. Namun alat
ini sangat terbatas jumlah biji yang akan dikecambahkan, kurang lebih hanya 25
biji. Seperti halnya substratum kertas, setelah petridish ditutup kemudian
diletakkan didalam germinator datar di atas kisi-kisi dulang. Subtratum ini banyak
kelemahannya disamping mahal dan sukar didapat juga mudah pecah. Subtratum
petridish tertutup dapat juga digunakan untuk berbagai macam pengujian
perkecambahan, tetapi biasa ditujukan untuk biji-biji yang berukuran kecil.
10
Subtratum Lain
Disamping subtrata yang disebutkan di atas ada substrata lain berupa
substrata kapas. Pecahan batu bata atau genteng dan agar makanan serta tanah
atau pasir di dalam petridish. Semua substratum ini efektif digunakan dengan
didasarkan pada maksud dan tujuan perkecambahan masing-masing.
Tujuan
- Mengetahui ciri-ciri normal dan abnormal dari berbagai spesies kecambah.
- Mengetahui macam-macam media untuk pengecambahan benih dan metode
yang dapat dipakai
- Menghitung daya berkecambah (db) masing-masing spesies benih pada media
berbeda.
Metode praktikum:
1. Media UDK (Uji Diatas Kertas)
Bahan dan Alat :
1. Petridish atau cawan plastik
2. Media kertas merang berukuran sama dengan alas petridish/cawan
3. Pinset
4. Germinator
5. Benih padi dan kacang hijau masing-masing 20 biji
Prosedur kerja :
- Media kertas (3 lembar) diletakkan pada alat petridish atau cawan plastik.
- Basahi media tersebut hingga merata caranya beri air berlebihan, biarkan
beberapa menit supaya meresap (warna lebih tua), kemudian air sisanya
dibuang.
- Tanamlah benih di atas lembar substrat dengan pinset. Perhatikan jarak
tanam benih, jangan berdekatan satu sama lain seperti pada Gambar 4.
- Beri label pada petridish
- Tanam / letakkan dalam germinator
11
Gambar 4. Uji di atas kertas (UDK)
2. Metode UKDp dan UKDdp
Bahan dan Metode :
1. Empat macam benih (jagung, padi, kedelai, kacang tanah)
2. Substrat kertas merang
3. Germinator
1. UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik)
- Lembaran substrat kertas merang 3 lembar yang telah dibasahi
diletakkan diatas plastik.
- Tanam benih di atas lembaran substrat dengan jarak yang tidak
berdekatan satu sama lain.
- Tutup substrat yang sudah ditanami dengan 2 lembar substrat yang lain
dan digulung.
- Letakkan di germinator dengan posisi horizontal (tidur).
2. UKDdp.
- Lakukan hal yang sama seperti UKDp
- Letakkan di germinator dengan posisi vertikal (berdiri) seperti pada
Gambar 5.
12
Gambar 5. Metode Uji Kertas Digulung Didirikan di Dalam Plastik (UKDdp)
3. Media Pasir
Bahan dan alat
1. Benih kacang hijau dan jagung
2. Kotak plastik yang telah diisi pasir dan/atau tanah
3. Alat penyiraman
Prosedur Kerja :
- Pasir dan tanah dibasahi secukupnya
- Sebar benih dengan jumlah tertentu pada satu deretan
- Deretan dapat digunakan sebagai ulangan. Dibuat 3x ulangan benih
ditanam pada kedalaman 1 cm.
Kriteria Penilaian Kecambah Normal dan Abnormal
1) Benih Padi
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal primer tumbuh kuat dengan beberapa akar sekunder
yang mulai tumbuh, 2-3 buah seminal sekunder mulai tumbuh
13
(yang tersebut terakhir harus ada apabila pengamatan dilakukan
sekali hingga 7 × 24 jam).
Plumula : Daun yang pertama berwarna hijau biasanya sudah tersembul
keluar dari koleoptil atau kira-kira separoh panjang koleoptil.
Koleoptil berbelah asal daun sehat tampak tumbuh keluar.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Tidak terdapat akar seminal primer atau hanya tumbuh lemah
tanpa akar-akar.
Plumula : Tidak tumbuh daun atau hanya tampak koleoptil yang tidak
berwarna. Plumula busuk. Daun pertama adakalanya tumbuh tapi
berbelah atau hanya tumbuh lemah yang panjangnya kurang dari
separuh koleoptil.
2) Benih Jagung
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal primer tumbuh dengan kuat dengan akar-akar
sekunder. Sedangkan akar seminal sekunder tumbuh 2-3 dengan
kuat. Adakalanya akar seminal primer tidak tumbuh tetapi paling
sedikit 2 akar seminal sekunder harus tumbuh dengan kuat.
Plumula : Daun primer tumbuh sepanjang koleoptil telah tersembul keluar
dari koleoptil. Dalam keadaan demikian, daun harus kelihatan
sehat. Plumula dapat pula melengkung tumbuhnya asal tidak
busuk. Ciri-ciri benih jagung normal bisa dilihat pada Gambar 6.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Tidak tumbuh akar seminal primer atau sekunder atau hanya
tumbuh lemah.
Plumula : Tidak tumbuh daun pertama dan koleoptil tidak berwarna.
Adakalanya plumula tumbuh tetapi kerdil atau membelah.
Plumula berwarna putih atau busuk sama sekali.
14
3) Benih Kedelai
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar primer dan hipokotil tumbuh dengan kuat
Daun : Daun pertama tumbuh sehat diantara kedua daun lembaga dan
dapat dilihat apabila daun lembaga dikuakkan. Keping daun
lembaga tumbuh kuat.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Akar seminal primer tidak tumbuh atau tumbuh kerdil lemah dan
busuk.
Daun : Hipokotil membusuk, daun lembaga tidak segar daun pertama
tidak tumbuh.
4) Benih Kacang Tanah
Ciri-ciri Normal
Akar : Akar seminal primer tumbuh dengan baik dengan banyak akar
sekunder
Daun : Hypokotil, epikotyl daun lembaga serta daun pertama tumbuh
dengan baik.
Ciri-ciri Abnormal
Akar : Akar seminal primer tumbuh kerdil dan busuk atau tumbuh
normal tetapi akar sekunder tumbuh merana.
Daun : Daun lembaga busuk, sebagian atau seluruhnya. Daun pertama
tidak tumbuh
15
Gambar 6. Kecambah normal benih jagung
Perhitungan dan pengamatan
1. Hitung daya kecambah masing-masing benih dengan rumus :
Jumlah benih yang berkecambah normal (Pengamatan I II) 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
Keterangan :
Kecambah yang normal pada pengamatan I, dibuang.
2. Gambarkan diskripsi dari masing-masing kecambah (ada 4 jenis) pada
pengamatan I atau II. Varietas normal dan varietas abnormal tiap perlakuan.
3. Beri keterangan bagian-bagiannya dan sebutkan tipe kecambahnya
berdasarkan letak kotiledon dan skutellum dari permukaan substrat / media.
Keterangan :
Pengamatan I = hari ke-5
Pengamatan II = hari ke-7
16
ACARA 3
Penyimpanan Benih
A. Penyimpanan Benih
Selama benih disimpan maka cepat atau lambat kemunduran daya hidup benih
pasti akan terjadi. Kemunduran tersebut akan lebih dipercepat bila didukung oleh
kondisi lingkungan simpan dan metode simpan yang kurang memenuhi syarat.
Kemampuan benih untuk mempertahankan daya hidupnya yang maksimum dalam
satu periode simpan tertentu, tergantung faktor dalam yaitu : jenis dan sifat benih,
viabilitas awal benih dan kadar air awal benih, dan faktor luar yaitu : kondisi
lingkungan simpan termasuk metode penyimpanan dan kemasan benih.
Jenis benih ortodok seperti: benih jagung, kedelai, padi berbeda cara
penyimpanannya dengan benih rekalsitran seperti rambutan, cacao, mangga,
karet. Benih ortodok hanya dapat disimpan pada kadar air benih yang rendah,
sedangkan benih rekalsitran sebaliknya, hanya dapat disimpan pada kadar air
benih yang tinggi.
Benih rekalsitran menghendaki kadar air dan kelembaban udara ruang simpan
yang tinggi, tetapi hal ini dapat menyebabkan benih berkecambah dalam ruang
simpan dan berkembangnya jamur sehingga viabilitas benih tetap tinggi setelah
disimpan beberapa waktu. Salah satu teknik cara penyimpanan benih rekalsitran
adalah dengan menggunakan media penyimpanan berupa serbuk gergaji lembab
dan fungisida.
17
Gambar 7. Perlakuan fungisida benih jeruk (rekalsitran) dan pengujian daya
berkecambah
Tujuan:
Mengetahui cara penyimpanan dan perlakuan benih, pengaruhnya terhadap mutu
benih.
Bahan dan alat:
1. Benih kakao/rambutan/jeruk/duku/kedelai/kacang hijau
2. Pengukur suhu dan kelembaban (thermohigrograf/termometer basah dan kering)
3. Plastik/kain/kertas pembungkus benih
4. Pasir, bak perkecambahan, kertas merang
Cara kerja
Penyimpanan benih rekalsitran
Untuk menyimpan benih- benih rekalsitran ada 2 kondisi :
1. Benih yang telah dibersihkan sejumlah 20 biji, disimpan dengan dan tanpa
serbuk gergaji.
2. Menyimpan benih dengan dan tanpa fungisida. Fungisida yang digunakan adalah
fungisida Ridomil MZ 5g/L (Gambar 7).
3. Lakukan pengecekan kadar air sebelum disimpan
4. Lakukan pengecekan kadar air setelah 2 minggu
18
5. Lakukan penanaman pada media pasir dan catat hasilnya setelah 2 minggu
(Gambar 7).
6. Amati daya berkecambahnya.
Penyimpanan benih ortodok
Untuk menyimpan benih-benih ortodok ada 2 cara :
1. Menyimpan benih sejumlah 25 biji dalam kantung plastik beraerasi dalam suhu
kamar dan ruang AC
2. Menyimpan benih dengan dan tanpa fungisida. Fungisida yang digunakan adalah
fungisida Ridomil MZ 5g/l.
3. Lakukan pengecekan kadar air sebelum disimpan
4. Lakukan pengecekan kadar air setelah 2 minggu
5. Lakukan penanaman pada media pasir dan catat hasilnya setelah 2 minggu.
6. Amati daya berkecambahnya.
Tugas
Amati dan bandingkan perbedaan metode penyimpanan terhadap mutu benih setelah
2 minggu.
19
ACARA 4
Viabilitas Benih
Latar Belakang
Viabilitas benih dapat dideteksi melalui pengamatan dan pengujian secara fisik,
fisiologi, biokimiawi, anatomi, sitologi, dan matematik. Pengujian secara fisik dengan
melihat keseragaman bentuk dan ukuran benih serta kebersihan benih. Pengujian
fisiologis benih dengan mengamati proses pertumbuhan dan metabolisme benih
menjadi kecambah normal di dalam laboratorium dan dilapang dengan keadaan
lingkungan yang terkendali. Pengujian selanjutnya menggunakan pengujian
biokimiawi dengan mengamati reaksi kimia dengan larutan kimia tertentu untuk
mengetahui metabolik dalam benih, sel hidup dan sel mati. Pengamatan anatomi
dengan alat bantu mikroskop dengan perbesaran tertentu untuk mengetahui struktur
sel dan inti sel pada benih.
Pengamatan sitologi dengan mengamati pada organel sel normal kromosom tidak
mengalami aberasi. Pengamatan menggunakan pendekatan matematika ditentukan
oleh dimensi waktu periode viabilitas benih yang menunjukkan kecenderungan garis
viabilitas dengan fungsi persamaan diferensial (Widajati et al., 2013).
Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak
langsung. Metode uji secara langsung akan dapat diketahui antara lain potensi
tumbuh maksimum benih, daya berkecambah benih, kekuatan tumbuh benih, dan
kecepatan tumbuh benih. Pengujian secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup
benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme benih. Gejala metabolisme
misalnya berupa tingkat pernafasan benih, tingkat aktifitas enzim, dan tingkat
permeabilitas kulit (Sadjad et al., 1975).
Tetrazolium
Metode pengujian benih terdiri dari metode pengujian langsung dan tidak
langsung. Metode pengujian langsung dilakukan dengan mengamati masing-masing
individu benih, sedangkan metode pengujian tidak langsung dilakukan dengan cara
20
mengamati sekelompok benih sekaligus. Mengamati gejala pertumbuhan seperti pada
pengujian daya berkecambah merupakan salah satu pengujian langsung sedangkan
pengujian viabilitas benih dengan metode tidak langsung adalah uji tetrazolium (Ilyas
dan Widajati 2015).
Uji tetrazolium adalah pengujian viabilitas benih secara biokemis yang digunakan
untuk mengevaluasi viabilitas benih secara cepat (Ilyas dan Widajati 2015). Uji
tetrazolium menggunakan zat indikator 2,3,5 Triphenil tetrazolium klorida untuk
mengindikasi adanya sel-sel yang hidup.
Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan
tingkat kebocoran membran sel. Semakin banyak elektrolit yang dikeluarkan benih
kedalam air rendaman akan semakin tinggi nilai pengukuran konduktivitasnya.
Kondutivitas yang tinggi mengindikasikan vigor benih rendah. Menurut Szemruch et
al. (2015) DHL dapat digunakan sebagai indikator vigor benih oleh pengaruh induced
dan innate. Karena DHL lebih peka dan dini dalam menunjukkan perbedaan vigor
benih oleh faktor induced dan innate maka DHL dapat digunakan untuk memdeteksi
vigor awal benih dan nilai Va merupakan interaksi dari faktor induced dan innate
dimana benih dihasilkan. Viabilitas benih yang diukur dengan peubah DHL akan
lebih dini menunjukkan gejala kemunduran benih.
Uji daya hantar listrik pada benih pada dasarnya merupakan pengujian yang
dilakukan untuk mengukur elektrolit yang bocor dari jaringan benih (Widajati, 2012).
Benih yang memiliki vigor yang tinggi memiliki integritas membran sel yang bagus.
Sebaliknya benih dengan vigor yang rendah memiliki integritas membran sel benih
yang lemah sehingga sangat mudah melalukan bahan-bahan seperti gula, K, Cl, dan
asam-asam amino dari dalam sel. Jika benih diimbibisikan, maka bahan-bahan atau
elektrolit tersebut akan larut ke dalam air rendaman benih. Konsentrasi elektrolit
terlarut dapat diukur daya hantar listriknya atau konduktivitasnya menggunakan alat
conductivity meter.
21
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
1. Mempelajari metode pengujian viabilitas benih secara biokimia dengan
tetrazolium dan melihat pola pewarnaannya serta dibandingkan dengan uji daya
berkecambah.
2. Dapat menentukan tingkat kemunduran benih berdasarkan nilai konduktivitas/
daya hantar listrik elektrolit/bocoran benih.
3. Melihat hubungan antara nilai konduktivitas benih dengan nilai vigor benih dari
pengujian lainnya.
Cara kerja Uji Tetrazolium
Benih monokotil (jagung)
1. Benih jagung 20 butir diirendam selama 1 malam
2. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam
benih. Rendam benih tersebut dengan larutan tetrazolium 1% secukupnya sampai
benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40oC selama 1 jam.
3. Keluarkan wadah benih dan tiriskan dengan menggunakan saringan teh, cuci benih
dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium)
4. Rendam dalam air bersih
5. Amati benih satu persatu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan
gambar 1-10. Gambar dan hitung persentase benih viabel
Benih dikotil (kedelai)
- Menyiapkan 20 benih kedelai yang sudah ddilembabkan selama 10 jam, mengupas
kulitnya.
- Benih kedelai sebanyak 25 direndam dalam larutan tetrazolium 1% dalam
petridish selama 1-2 jam. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa dimasukkan
ke dalam oven pada suhu 40oC selama 1 jam.
22
- Keluarkan wadah benih dan tiriskan dengan menggunakan saringan teh, cuci benih
dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium)
- Rendam dalam air bersih
- Amati benih satu persatu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan
keterangan pada Gambar 8.
- Gambar dan hitung persentase benih viable.
23
Gambar 8. Pola pewarnaan tetrazolium
24
Keterangan:
Pengamatan Jagung
a. Benih dapat berkecambah :
- No 1 Seluruh embrio berwarna merah cerah
- No 2-4 Ujung skutelum tidak berwarna
- No 5-6 Ujung skutelum tidak berwarna, bagian radikula yang tidak kritis tidak
berwarna
b. Benih tidak dapat berkecambah
- No 7-8 Daerah asal akar seminal tidak berwarna
- No 9 Plumula tidak berwarna
- No 10 Bagian tengah skutelum dan daerah perkembangan akar seminal tidak
berwarna
- No 11 Plumula dan radikula tidak berwarna
- No 12 Daerah tidak berwarna pada skutelum bagian bawah dan radikula yang
meluas ke dalam daerah tempat akar seminal berkembang
- No 13 Seluruh skutelum tidak berwarna
- No 14 Skutelum dan radikula tidak berwarna
- No 15 Pewarnaan merah jambu sangat lemah
- No 16 Seluruh embrio tidak berwarna
Pengamatan Kedelai
a. Benih dapat berkecambah
- No 1 Seluruh benih berwarna, warna tidak terlalu gelap
- No 2-5 Sedikit daerah tidak berwarna pada kotiledon
- No 6 Sedikit ujung radikula tidak berwarna, sedikit daerah tidak berwarna pada
kotiledon
b. Benih tidak dapat berkecambah
- No 7 Tidak sedikit ujung radikula tidak berwarna
- No 8 Pertautan antara poros radikula-hipokotil dan kotiledon tidak berwarna
- No 9 Daerah tidak berwarna pada tempat plumula berada
25
- No 10 Sedikit daerah tidak berwarna pada bagian atas poros radikula-hipokotil
- No 11 Lebih dari setengah bagian atas kotiledon tidak berwarna
- No 12 Bagian bawah kotiledon dan poros radikula-hipokotil berwarna merah
gelap atau merah susu, pewarnaan meluas ke seluruh daerah potongan melintang
dari kotiledon
- No 13 Seperti pada No 12 kecuali bahwa daerah berwarna merah susu lebih
meluas lagi
- No 14 Benih berwarna sangat merah keunguan, pewarnaan meluas ke seluruh
daerah potongan melintang kotiledon
- - No 15 Seluruh benih tidak berwarna
Bahan dan metode uji DHL
- Akuabides, larutan standar (KCl 0,01 M (diperoleh dengan melarutkan 0.745 g
KCl dalam 1 liter akuabides)
- Benih kedelai dan jagung yang berbeda umur simpannya
- Beaker glass, konduktiviti meter, germinator, oven, kertas stensil, timbangan
analitik, aluminium foil/plastik
Cara kerja uji DHL
1. Benih direndam dalam aquades dengan perbandingan volume 1:3 selama 24 jam
2. Daya Hantar Listrik (DHL) air rendaman benih diukur dengan conductivity meter
3. Nilai DHL air rendaman benih yang tinggi menunjukkan rendahnya mutu benih,
karena sudah terjadi kebocoran membran benih (Gambar 9).
Gambar 9. Pengujian DHL pada benih kedelai
26
ACARA 5
Dormansi Benih
Latar Belakang
Benih dikatakan dorman bila dihadapkan pada lingkungan yang cocok untuk
perkecambahan, tetapi tidak mau tumbuh, meskipun masih hidup. Dormansi pada
benih disebabkan oleh keadaan kulit benihnya atau keadaan dalam benih itu sendiri.
Dormansi yang disebabkan oleh keadaan kulit benih disebut juga dengan istilah
dormansi struktural. Misalnya: 1. Kulit benih yang keras atau tertutup gabus/lilin,
tidak dapat dilalui air atau udara, 2. Zat penghambat yang berada dalam kulit benih
atau menempel pada kulit benih, 3. Kulit benih yang mekanik resisten, karena
kerasnya kulit biji, embrio yang sudah berkecambah dengan kekuatannya tidak dapat
menyobek kulit, sehingga tidak dapat tumbuh keluar.
Dormansi yang penyebabnya ada dalam benih dibedakan menjadi 2 yaitu
dormansi morfologis dan fisiologis. Dormansi morfologis penyebabnya karena
embrio belum sempurna pertumbuhannya, sedangkan dormansi fisiologis
penyebabnya karena embrio belum masak atau ada zat penghambat atau belum
mampu membentuk gibberellin. Cara mematahkan dormansi pada benih:
1. Skarifikasi yaitu perlakuan perusakan kulit biji (abrasi), misalnya dengan
mengikir /mengamplas/menipiskan kulit benih atau menusuk benih.
2. Merendam benih dalam air dingin, mengalir atau air panas.
3. Stratifikasi yaitu perlakuan suhu rendah dan / tinggi.
4. Perlakuan zat kimia seperti KNO3, GA dan sitokinin.
27
Gambar 10. Pengamplasan benih lamtoro (kiri), perendaman benih padi
dengan KNO3 (kanan)
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat
pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after ripening) dan dormansi fisik
(tebalnya kulit benih)
Bahan dan Alat
1. Benih padi baru kering panen kadar air 11% sebanyak 20 butir, benih
lamtoro/sengon/berkulit keras (25x2x3)
2. Amplas, gunting/cutter
3. KNO3 3%, oven
4. Pasir/kertas merang
Cara Kerja
1. Perlakuan untuk mematahkan dormansi benih padi meliputi:
a. Merendam benih dalam larutan KNO3 3% selama 48 jam (Gambar 10)
b. Memanaskan benih dalam oven dengan suhu 500C selama 5 hari
2. Perlakuan untuk mematahkan dormansi benih sengon meliputi:
a. Menipiskan kulit benih dengan amplas (Gambar 10)
b. Perendaman dengan air panas
28
3. Pengujian perkecambahan
Benih-benih yang telah diperlakukan diuji perkecambahannya dengan media pasir
atau kertas. Dan hitung persentase daya berkecambah.
4. Catat jumlah benih yang berkecambah dan hitung persentase daya berkecambah.
29
ACARA 6
Vigor Benih
Vigor/kekuatan tumbuh adalah kemampuan benih berkecambah normal dalam
kondisi lapangan yang kurang menguntungkan. Menurut ISTA dalam Widajati
(2018): Vigor benih adalah sejumlah aktivitas dan performansi suatu lot benih untuk
dapat berkecambah dalam lingkungan pertumbuhan yang luas.
Kekuatan tumbuh benih dapat ditunjukkan oleh berbagai indikasi antara lain
kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh dalam kondisi optimum, berat kering bibit
dan perkecambahan benih yang normal dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Dengan kata lain ada banyak cara pengujian vigor benih dan bibit. Diantaranya
adalah kecepatan berkecambah.
Pengujian vigor benih dapat digolongkan menjadi (Widajati 2018)
1. Uji stress
Uji pada Stress lingkungan tumbuh atau kondisi tertentu di laboratorium (dihitung
persentase pertumbuhan /perkecambahan). Contoh uji stress yaitu pengujian daya
kecambah dengan larutan garam (NaCl) atau larutan PEG (Polietilen Glikol).
2. Uji pertumbuhan bibit
Uji pertumbuhan bibit atau uji daya berkecambah juga dapat menggambarkan
vigor benih dengan menghitung Indeks Vigor (IV) yaitu persentase benih yang
berkecambah pada hitungan pertama; daya berkecambah (db) yaitu persentase
benih yang berkecambah pada hitungan kedua dan kecepatan tumbuh (KCT).
3. Uji biokimia
Uji biokimia seperti perlakuan tetrazolium yang telah dilakukan pada acara
sebelumnya.
Pada perlakuan NaCl, tanah atau kertas yang mengandung kadar garam tinggi,
terutama NaCl dapat menyebabkan terhambatnya perkecambahan, hal ini terutama
disebabkan oleh pengaruh tekanan osmose. Metode tekanan osmose tinggi dapat
30
digunakan untuk menduga ketahanan benih terhadap kekeringan dan ketahanan benih
terhadap salinitas. Benih yang kuat dapat tumbuh dengan baik dan merata dalam
kondisi kekeringan air, sedangkan benih yang kurang kuat tidak akan tumbuh.
Manitol dan PEG juga dapat dipakai untuk indikasi ketahanan benih terhadap
kekeringan tanpa mengalami keracunan. Penilaian kekuatan tumbuh benih
digolongkan atas kecambah kuat, kurang kuat, abnormal dan mati. Untuk
memudahkan penilaian kelompok kecambah yang dinilai, terlebih dahulu
digolongkan sebagai mati. Penilaian kuat dan kurang kuat dilakukan dengan
membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam substrat.
Uji Vigor lainnya adalah Paper Piercing Test (PPT). PPT merupakan uji vigor
bibit dengan menggunakan pasir dan kertas filter. Kecambah yang mampu menembus
kertas filter tersebut dianggap mempunyai vigor yang tinggi.
Tujuan
1. Mengetahui berbagai jenis uji vigor.
2. Menghitung persentase kekuatan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih.
Bahan dan Alat
1. Benih kedelai lama dan baru.
2. Pasir, kertas filter, NaCl, substrat kertas merang.
3. Bak plastik perkecambahan.
Cara Kerja
A. Indeks Vigor (IV), daya berkecambah (db) dan Kecepatan Tumbuh (KCT)
1. Benih kedelai lama dan baru dikecambahkan di bak plastik perkecambahan
yang berisi pasir.
2. Kecambah normal dihitung setiap hari sampai hari ke-7, kemudian dibuang.
Rumus:
31
(%) = ℎ × 100%
+
(%) = ℎ × 100%
(%/ ) = ∑
=0
Keterangan:
IV : Indeks Vigor
db : Daya berkecambah
KN I : Kecambah normal pada hitungan pertama (hari ke-5)
KN II : Kecambah normal pada hitungan kedua (hari ke-7)
KCT : Kecepatan tumbuh benih
D : Tambahan persentase kecambah normal tiap 24 jam
B. Kekuatan Tumbuh dengan Uji NaCl
1. Substrat kertas merang terlebih dahulu direndam dalam larutan NaCl 0,25%
dan 0,50% (Gambar 11)
2. Benih kedelai baru dan lama ditanam di dalam substrat sebanyak 25 butir, bisa
dilihat contoh peletakan benih jagung pada Gambar 12.
3. Penilaiannya berdasar persen kecambah kuat, dihitung pada saat 4 x 24 jam
(hari keempat) sebagai pembanding dibuat kontrol (substrat dibasahi dengan
air).
32
Gambar 11. Pelembababan media kertas perkecambahan dengan larutan NaCl
Gambar 12. Peletakan benih pada media NaCl
C. Kekuatan Tumbuh dengan Uji PP (Paper Piercing)
1. Isi separuh bak plastik dengan media pasir lembab.
2. Tanam benih di atasnya, kemudian tutup dengan kertas filter.
3. Isi separuh bagian lagi dari bak plastik dengan pasir lembab.
4. Amati jumlah kecambah normal pada hari ke-7
5. Hitung persentase perkecambahannya
33
DAFTAR PUSTAKA
BBPMBTPH. 2020. Penetapan berat 1000 butir benih [internet]. [diacu 2022 Agustus
8]. Tersedia dari http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id
/index.php/berita/541.
BBPMBTPH. 2020. Definisi benih murni (Pure Seed Definition/PSD) untuk benih
padi (PSD 38) [internet]. [diacu 2022 November 7]. Tersedia dari
http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id /index.php/berita/563.
Ilyas, S, Widajati, E. 2015. Teknik dan prosedur pengujian mutu benih tanaman
pangan. Bogor. IPB Press.
ISTA. 2017. International Rules for Seed Testing, Rules 2017. International Seed
Testing Association (ISTA). Seed Science and Technology 24 (supplement).
Zurich, Switzerland.
ISTA (InternasionaI Seed Testing Association). 2017. International Rules for Seed
Testing 2017. The International Seed Testing Association. Switzerland (CH):
ISTA.
Szemruch C, Longo OD, Ferari L, Renteria S, Murcia M, Cantamutto M, Rondanini
D. 2015. Ranges of vigor based on the electrical conductivity test in dehulled
sunflower seeds. Research Journal of Seed Science: 8(1): 12-21.
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. (Revisi ke-6). Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo
Persada.
Widayati, E. 2012. Metode Pengujian Mutu Benih. Dalam Dasar Ilmu dan Teknologi
Benih. Widayati, E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, dan A.
Qodir (Ed). IPB Press. 173 hal.
Sadjad, S., H. Suseno, S. S. Harjadi, J. Sutakaria, Sugiharso, Sudarsono. 1975. Dasar-
dasar Teknologi Benih. Biro Penataran IPB, Bogor.
Widajati, E., E. Murniati, E. R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, A. Qadir.
2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press, Bogor.
Widajati, E. 2018. Pengujian Mutu Benih. [internet]. [diacu 2022 November 8].
Tersedia dari
http://bbppmbtph.tanamanpangan.pertanian.go.id/assets/front/uploads/document
/Materi%20Pelatihan%20BBPPMBTPH%202018.pdf
34