The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pendekatan Kontekstual (CTL) merupakan suatu konsep belajar yang di dalamnya guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Sehingga mereka dapat mengingat apa yang telah mereka pelajari, ketika siswa dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti Matematika dengan pengalaman mereka sendiri, maka siswa akan menemukan makna dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.[1,3]

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aquillaalbusyra, 2022-10-23 04:21:49

contextual teaching and learning

Pendekatan Kontekstual (CTL) merupakan suatu konsep belajar yang di dalamnya guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, siswa mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Sehingga mereka dapat mengingat apa yang telah mereka pelajari, ketika siswa dapat mengaitkan isi dari mata pelajaran akademik seperti Matematika dengan pengalaman mereka sendiri, maka siswa akan menemukan makna dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.[1,3]

Keywords: CTL

Buku Saku

Frequently Asked Question

Contextual Teaching and
Learning

Aquilla Al Bushra
Cut Alya Assyifa Marda

Kisyfa Khizana Rahmi
Liza Rahmi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala
Angkatan 2021, Unit 03

Kata Pengantar

Alhamdulillah, penulisan Buku Saku Contextual Teaching and
Learning Ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini ditulis dalam
rangka mengerjakan tugas dari dosen di Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Prodi Matematika Universitas Syiah Kuala.

Penulisan buku ini dapat terealisasi dengan baik berkat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapka terima kasih kepada
orang tua kami yang telah mendoakan sehinnga buku saku ini selesai
dan kepada dosen pengampu buk johar yang telah mempercayakan
kami untuk membuat buku saku ini.

Kami meyadari bahwa buku ini tidak terlepas dari adanya
kekuragan untuk dijadikan sebagai sumber dalam proses belajar
mengajar. Oleh karena itu buku ini masih perlu direvisi sehingga
tampilan bentuk dan isinya lebih sempurna. Berkaitan dengan hal
tersebut, kami mengharapkan saran-saran dari pembaca, khususnya
teman dan dosen pengampu di unit 03.

Banda Aceh, 23 Oktober 2022

Kelompok 3

ii

Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................ iii
1. Apa itu contextual teaching and learning? ..................................... 1
2. Darimana asal mula CTL?................................................................. 1
3. Siapakah pencetus CTL? .................................................................. 2
4. Apa ciri-ciri CTL? .............................................................................. 4
5. Komponen apa saja yang ada dalam sistem pendekatan CTL?....... 5
6. Apa manfaat dari pendekatan CTL? ................................................ 5
7. Apa saja kelebihan pendekatan CTL? .............................................. 6
8. Apa kelemahan dari pendekatan CTL? ............................................ 7
9. Apa solusi untuk mengantisipasi kelemahan dari pendekatan

CTL?.................................................................................................8
10. Kenapa CTL dikatakan dengan pembelajaran yang

bermakna?......................................................................................9
11. Apakah semua topik materi pembelajaran matematika bisa

menerapkan pendekatan kontekstual?........................................... 9

iii

12. Bagaimana cara mengaitkan pengajaran dan pembelajaran
dengan konteks situasi sehari-hari siswa? ...................................... 9

13. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTL di jenjang SD?.... 10
14. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTLdi jenjang SMP?.. 11
15. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTL di jenjang

SMA?............................................................................................ 11
16. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTL di jenjang

Universitas? ................................................................................... 12
17. Sebutkan komponen-komponen dalam proses pembelajaran

CTL?.............................................................................................. 13
18. Apa itu konstruktivisme (constructivisme)? .................................. 14
19. Apa itu menemukan (inquiry)? ...................................................... 14
20. Apa itu bertanya (questioning)? .................................................... 14
21. Apa itu masyarakat belajar (learning community)? ...................... 15
22. Apa itu pemodelan (modelling)? ................................................... 15
23. Apa itu refleksi (reflection)? ......................................................... 15
24. Apa itu penilaian autentik (authentic assesment)?....................... 16
25. Apakah CTL cocok untuk semua siswa? ........................................ 16

iv

26. Apakah pendekatan CTL dapat diimplementasikan pada semua
mata pelajaran sekolah?................................................................ 17

27. Bagaimana metode penilaian yang digunakan dalam pembelajaran
pendekatan kontekstual? .............................................................. 17

28. Bagaimana cara guru menerapkan pembelajaran kontekstual di
kelas?.............................................................................................18

29. Bagaimana cara mengaitkan pengajaran dan pembelajaran
dengan konteks situasi sehari-hari siswa? .................................... 19

30. Apa kaitan CTL dengan belajar mandiri? ....................................... 20
31. Apa saja prinsip ilimiah dalam CTL? .............................................. 20
32. Mengapa siswa perlu berpikir kritis dan kreatif? .......................... 20
33. Apakah guru CTL dapat dikatan sebagai guru serba bisa? ............ 21
34. Apa perbedaan pendekatan kontekstual (CTL) dengan pendekatan

konvensional? ................................................................................ 21
Daftar pustaka ..................................................................................... 23

v

FAQs

Contextual Teaching and Learning

1. Apa itu contextual teaching and learning?
Contextual teaching and learning (CTL) atau biasa di kenal

dengan pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar
yang di dalamnya guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. [1]

2. Darimana asal mula CTL?
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (CTL)

merupakan salah satu pendekatan konstruktivisme baru
dalam dunia pendidikan, yang pertama-tama dikembangkan di
negara amerika serikat untuk memperbaiki beberapa kekurangan
yang paling serius dalam pendidikan tradisional. Kekurangan-
kekurangan ini telah digambarkan dalam berbagai laporan
pemerintah selama lebih dari 15 tahun, dengan tujuan agar
siswa/mahasiswa dapat mencapai standar akademis yang tinggi
juga memiliki keterampilan teknis melalui pembelajaran praktik
langsung atau dikenal dengan “belajar dengan melakukan (learning

1

by doing)” yang menyebabkan siswa membuat keterkaitan-
keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika siswa melihat
makna, siswa menyerap dan menguasai pengetahuan dan
keterampilan. [3]

3. Siapakah pencetus CTL?
Gerakan tech prep dan scans. Laporan dari gerakan tech prep

yang menegaskan bahwa semua siswa, bukan hanya yang
mengikuti empat tahun pendidikan di perguruan tinggi, harus
bisa (tidak hanya mempelajari materi-materi akademis yang maju,
tetapi juga mencapai standar keterampilan yang tinggi). Gerakan
tech prep ini dengan cepat memperoleh dukungan. Antara 1990
dan 1992 saja; 11 latihan kerja tech prep diadakan di seluruh
amerika. Disponsori bersama oleh center for occupational research
and development (cord), american association of state directors of
vocational technical education consortium, latihan-latihan kerja ini
mengutamakan pesan yang ditekankan dalam laporan-laporan
scans: menggabungkan pengetahuan dan keterampilan;
mempelajari konsep-konsep abstrak dengan melakukan
kegiatan praktis; menghubungkan tugas sekolah dengan dunia
nyata (hull, 1993). Pesan dari scans mengimbau untuk mengaitkan

2

mata pelajaran akademik dengan dunia nyata. “pengajaran
seharusnya diberikan dalam konteks”. Kata “konteks” dalam
ibauan scans mengahasilkan terminology pembelajaran
kontekstual. Kontekstual yang lebih menyeluruh menyatakan
kesaling-terhubungan. Kontekstual juga mengarahkan pemikiran
siswa pada pengalaman. Ketika gagasan-gagasan dialami,
digunakan di dalam konteks, mereka memiliki makna. Scans dan
tech prep mendesak agar keterampilan-keterampilan akademis
juga diajarkan dengan cara yang sama. Menerapkan muatan
akademis di dunia nyata menjadi strategi pengajaran utama dari
banyak pengajar perguruan tinggi dan politeknik. Untuk mencoba
ctl dan gagasan-gagasan tech prep, para instruktur kejuruan-teknik
dan akademik. Akhirnya, para guru ilmu pengetahuan alam, bahasa
inggris, dan matematika merevisi ajaran-ajaran mereka untuk
menghubungkannya dengan minat dan bakat siswa politeknik.
Tidak lama kemudian, sekolah-sekolah biasa mulai menerapkan
pengajaran dan belajar dalam konteks. Jurusan yang mengarah ke
bidang akademik dan bidang pekerjaan mulai muncul di sekolah-
sekolah kecil maupun besar di seluruh negeri.[3]

3

4. Apa ciri-ciri CTL?
Menurut Priyatni (Dalam Hosnan, 2016: 278) Pembelajaran

Yang Dilaksanakan Dengan Contextual Teaching and Learning (CTL),
Memiliki Karakteristik Sebagai Berikut.

• Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik,
artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki
ketrampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata
atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan
yang alamiah (learning in real life setting).

• Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful
learning).

• Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by
doing).

• Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi (learning in a group).

• Kebersamaan, kerja sama, saling memahami dengan yang lain
secara mendalam merupakan aspek penting untuk
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to
know each other deeply).

4

• Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan
mementingkan kerja sama (leaning to ask, to inquiry, to work
together).

• Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan
(learning as an enjoy activity). [3]

5. Komponen apa saja yang ada dalam sistem pendekatan CTL?
Sistem CTL mencakup delapan komponen, yakni:

• Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna,
• Melakukakn pekerjaan yang berarti,
• Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri,
• Bekerja sama,
• Berpikir kritis dan kreatif. [3]

6. Apa manfaat dari pendekatan CTL?
Manfaat CTL bagi guru, guna meningkatkan kemampuan guru

dalam mengajar peserta didik, guru dapat memperbaiki metode
pembelajaran sehingga dapat menjadikan kegiatan belajar
mengajar lebih mengasikkan dan bermakna, memberikan
sumbangan pemikiran yang sangat berarti untuk mengembangkan
inovasi pembelajaran pada mata pelajaran lainnya.

5

Manfaat CTL bagi siswa, agar dapat berpikir kritis sesuai dengan
situasi dunia nyata siswa, mengajak siswa pada suatu aktifitas yang
mengaitkan materi dengan penerapan aktifitas sehari-hari.

Manfaat CTL bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai motivasi
terhadap upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang
berimbas pula pada peningkatan mutu pendidikan di sekolah,
menambah pengetahuan bagi guru-guru tentang pendekatan
contextual teaching and learning (CTL) dan memberi kontribusi
yang lebih baik dalam perbaikan pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan kualitas sekolah. [3]

7. Apa saja kelebihan pendekatan CTL?
kelebihan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)

• Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan rill. Artinya, siswa
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa
materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi

6

yang akan dipelajarainya akan tertanam erat dalam memori
siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

• Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa 8 dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme, siswa diharapkan belajar melalui
“mengamati” bukan “menghafal”. [3]

8. Apa kelemahan dari pendekatan CTL?
Kelemahan pendekatan contextual teaching and learning

• Dalam pembelajaran kontekstual dibutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan pembelajaran pada umumnya. Hal
ini dikarenakan siswa dikelompokkan dalam sebuah tim yang
bekerja sama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan
yang baru bagi mereka. Selain itu, siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang karena itulah perlu waktu
untuk siswa dapat beradaptasi dengan kelompoknya.

7

• Guru hanya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak
siswa agar menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-
strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun, dalam konteks
ini, tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan ekstra
terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.[3]

9. Apa solusi untuk mengantisipasi kelemahan dari pendekatan
CTL?
Solusi untuk mengantisipasi kelemahan dari pendekatan

contextual teaching and learning (CTL) adalah dengan cara
mengelompokkan siswa secara heterogen. Dengan begitu akan ada
beberapa siswa yang memiliki kemampuan diatas anggotaanggota
kelompoknya yang akan membimbing kelompok tersebut untuk
dapat menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi
mereka. Selain itu juga dapat mengantisipasi waktu yang semula
memerlukan waktu yang lama menjadi lebih cepat dibandingkan
waktu yang diperlukan sebelumnya. Dengan mengelompokkan
siswa secara heterogen akan membantu mempermudah guru

8

dalam membimbing siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan
apa yang diterapkan semula.[5]

10. Kenapa CTL dikatakan dengan pembelajaran yang bermakna?
Karena konsep yang digunakan pada pendekatan CTL

mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan nyata. [1]

11. Apakah semua topik materi pembelajaran matematika bisa
menerapkan pendekatan kontekstual?
Pendekatan kontestual dapat diterapkan disemua topik materi

pembelajaran matematika, karena pendekatan kontekstual dapat
digunakan untuk melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis yang dapat dikembangkan dengan baik, dengan cara
melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran matematika.[2]

12. Bagaimana cara mengaitkan pengajaran dan pembelajaran
dengan konteks situasi sehari-hari siswa?
Metode yang paling efektif untuk mengaitkan pengajaran dan

pembelajaran dengan konteks situasi sehari-hari siswa yaitu:
9

• Ruang kelas tradisional yang mengaitkan materi dengan
konteks siswa,

• Memasukkan materi dari bidang lain dalam kelas,
• Mata pelajaran yang tetap terpisah, tetapi mencakup topik-

topik yang saling berhubungan,
• Mata pelajaran gabungan yang menyatukan dua atau lebih

disiplin
• Menggabungkan sekolah dan pekerjaan: pembelajaran berbasis

pekerjaan, jalur karier, pengalaman kerja berbasis sekolah.
• Model kuliah kerja nyata (kkn) atau penerapan terhadap hal-hal

yang dipelajari di sekolah ke masyarakat. [3]

13. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTL di jenjang SD?
Anak-anak di sekolah dasar meneliti beberapa pelukis. Dalam

kelas mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk
menggambar sesuai dengan gara pelukis yang sedang dipelajari
dengan menggunakan krayon dan kapur tulis. Pada akhir pelajaran
kesenian, setiap anak memilih seorang pelukis yang karyanya paling
disenangi untuk di tiru. Lalu, anak tersebut pergi ke kantin sekolah
saat sedang kosong dan mendapati kertas kosong yang sangant
panjang dan luas tergantung di sana. Setiap siswa melukis sebuah

10

gambara di kertas tersebut, meniru karya pelukis yang sudah
mereka tentukan, saat semua anak selesai menggambar, para siswa
mundur untuk melihat dan membicarakan karya mereka. Mereka
termotivasi saat mengetahui lukisan mereka menghiasi kantin
selama dua minggu.[3]

14. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTL di jenjang
SMP?
Para siswa kelas sembilan memilih satu episode dari odyssey

yang mereka senangi dan menuliskannya kembali dalam bentuk
sandiwara boneka untuk anak-anak sekolah dasar. Mereka mebuat
dan mendesain boneka-boneka dan mempertunjukkkan sandiwara
boneka mereka di depan siswa kelas tiga dan empat.[3]

15. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTL di jenjang
SMA?
Para siswa kelas sepuluh yang sangat berminat pada cerita fiksi

pendek dibagi dalam kelompok, setiap kelompok harus
menceritakan kisah yang berbeda pada teman sekelas mereka
dengan mengacu pada salah satu kecerdasan majemuk. Dulu,

11

kelompok yang memilih kecerdasan kinestetik memerankan
adegan dan membuat garis dilantai dengan menggunakan plaster.
Mereka meminta teman sekelasnya untuk berdiri dibagian yang
mewakili pandangan mereka tentang sebuah episode atau tokoh.
Sebuah kelompok kecerdasan special mencipatakn model dari
tanah liat dan kayu untuk meyampaikan struktur isi cerita, dan
mereka juga meminta teman sekelas untuk memetakan dan
menggambar lokasi-lokasi dab adegan-adegan yang digambarkan
dalam cerita. Kelompok kecerdasan linguistic menulis pertanyaan-
pertanyaan menggelitik dan mengadakan diskusi untuk
membahasnya. Sesudahnya mereka memberi tes esai singkat.
Setiap kelompok memiliki strategi yang berbeda.[3]

16. Bagaimana contoh penerapan pendekatan CTL di jenjang
Universitas?
Dalam mata kuliah education 305, sebuah mata pelajaran

pengantar praktik mengajar, para mahasiswa memperluas lingkup
belajar mereka keluar ruang kelas. Berpasangan dengan para guru
senior, mereka masuk ke ruang kelas tingkat tk sampai sekolah
menengah sejak awal semester, bukan diakhir semester. Karena
mahasiswa prapraktik sudah mulai mengaplikasikan teori

12

pendidikan dalam praktik di ruang kelas sejak awal semester,
mereka memahami pengaruh pengaitan pelajaran akademik
dengan konteks nyata. Para mahasiswa tersebut mengalami
langsung keampuhan pengaitan isi dengan konteks sehari-hari yang
diharuskan oleh CTL.[3]

17. Sebutkan komponen-komponen dalam proses pembelajaran
CTL?
Komponen-komponen utama dalam pembelajaran CTL:
1) Konstruktivisme (constructivisme),
2) Menemukan (inquiry),
3) Bertanya (questioning),
4) Masyarakat belajar (learning community),
5) Pemodelan (modelling),
6) Refleksi (reflection),
7) Penilaian autentik (authentic assesment). [1]

13

18. Apa itu konstruktivisme (constructivisme)?
Kontruktivisme adalah landasan berpikir (filosofi) pendekatan

kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan manusia dibangun secara
bertahap, sedikit demi sedikit. [1]

19. Apa itu menemukan (inquiry)?
Inquiry merupakan bagian inti dari CTL. Dimana pengetahuan

dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil
mengingat sejumlah fakta, memainkan hasil dari menemukan
sendiri. [1]

20. Apa itu bertanya (questioning)?
Bertanya (questioning) merupakan strategi utama

pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam kegiatan
pembelajaran di pandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran bertanya berguna untuk

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis,
2) Mengecek pemahaman siswa,
3) Membangkitkan respons siswa,

14

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, dan
5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa. [1]

21. Apa itu masyarakat belajar (learning community)?
Konsep “masyarakat belajar” menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dalam
kelas guru disarankan melaksanakan pembelajaran dalam
kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya
heterogen sehingga yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu
memberi tahu temannya yang belum tahu, yang mmepunyai
gagsan segera memberi usul, dan seterusnya. [1]

22. Apa itu pemodelan (modelling)?
Pemodelan dalam pembelajaran maksudnya keterampilan atau

pengetahuan tertentu yang di pedomani dari model yang dapat di
tiru. Model itu dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara
menyelesaikan soal matematika, cara melafalkan kata dalam
bahasa inggris, dan sebagainya. [1]

23. Apa itu refleksi (reflection)?
Refleksi adalah cara tentang apa yang baru dipelajari atau

berpikir ke belakang tentang apa-apa yang telah dilakukan.
15

Pelaksanaan refleksi dalam pembelajaran adalah guru menyisakan
waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi dalam bentuk.

1) Pernyataan langsung tentang pengetahuan dan cara
memperolehnya pada hari itu,

2) Catatan atau jurnal pada selembar kertas yang dikoleksi dalam
suatu portofolio,

3) Diskusi tentang pengetahuan yang telah diperoleh hari itu, dan
4) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. [1]

24. Apa itu penilaian autentik (authentic assesment)?
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan berbagai data

yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di
sepanjang proses pembalajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di
akhir pembelajaran, tetapi juga dilakukan terintegrasi oleh proses
pembelajaran. Jadio, kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan
melulu hasil. [1]

25. Apakah CTL cocok untuk semua siswa?
Cocok, karena CTL telah membuka jalur menuju keunggulan

akademik. Jalur yang tepat untuk anak yang sangat berbakat adalah
jalur yang tepat untuk semua anak. Dengan menerapkan

16

komponen-komponen yang ada secara bersama-sama, semua anak
akan terbantu untuk mencapai standar pendidikan yang tinggi. [3]

26. Apakah pendekatan CTL dapat diimplementasikan pada semua
mata pelajaran sekolah?
Pendekatan CTL dapat diimplementasikan pada semua mata

pelajaran di sekolah.[4]

27. Bagaimana metode penilaian yang digunakan dalam
pembelajaran pendekatan kontekstual?
Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran pendekatan

kontekstual adalah:

• Diskusi: kemampuan siswa berbicara, mengemukakan ide, dsb.
• Wawancara: kemampuan siswa dalam memahami konsep dan

kedalamannya.
• Paper & pencil test: berbagai jenis tes dengan tingkat

pemikiran yang tinggi.
• Observasi: menilai sikap dan perilaku siswa.
• Demonstrasi: kemampuan mentransformasikan ide-ide ke

dalam sesuatu yang konkret dan dapat diamati melalui
17

penglihatan, pendengaran, seni, drama pergerakan atau
musik. [4]

28. Bagaimana cara guru menerapkan pembelajaran kontekstual
di kelas?
Menurut zahorik (nurhadi, 2002: 7) terdapat lima elemen

penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam praktek
pembelajaran kontekstual, yaitu:

• Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge)

• Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge), yaitu
dengan cara memperlajari secara keseluruhan terlebih dahulu,
kemudian memperhatikan detailnya.

• Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu
dengan cara menyusun konsep sementara atau hipotesis,
melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan atau validasi dan atas dasar tanggapan itu konsep
tersebut direvisi atau dikembangkan.

• Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut
(applying knowledge).

18

• Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut. [3]

29. Bagaimana cara mengaitkan pengajaran dan pembelajaran
dengan konteks situasi sehari-hari siswa?
Metode yang paling efektif untuk mengaitkan pengajaran dan

pembelajaran dengan konteks situasi sehari-hari siswa yaitu:

• Ruang kelas tradisional yang mengaitkan materi dengan
konteks siswa,

• Memasukkan materi dari bidang lain dalam kelas,
• Mata pelajaran yang tetap terpisah, tetapi mencakup topik-

topik yang saling berhubungan,
• Mata pelajaran gabungan yang menyatukan dua atau lebih

disiplin
• Menggabungkan sekolah dan pekerjaan: pembelajaran

berbasis pekerjaan, jalur karier, pengalaman kerja berbasis
sekolah.
• Model kuliah kerja nyata (KKN) atau penerapan terhadap hal-
hal yang dipelajari di sekolah ke masyarakat. [3]

19

30. Apa kaitan CTL dengan belajar mandiri?
Kaitan CTL dengan belajar mandiri yakni sama-sama suatu

metode yang melibatkan siswa dalam tindakan-tindakan yang
meliputi beberapa langkah, dan menghasilkan baik hasil yang
tampak maupun yang tidak nampak. [3]

31. Apa saja prinsip ilimiah dalam CTL?
• Prisip kesaling-bergantungan
• Prinsip kesaling-bergantungan dan CTL
• Prinsip diferensiasi
• Prinsip diferensiasi dan CTL
• Prinsip pengaturan-diri
• Prinsip pengaturan-diri dan CTL.[3]

32. Mengapa siswa perlu berpikir kritis dan kreatif?
Untuk membantu siswa mengembangkan potensi intelektual

mereka, melalui pendekatan CTL siswa dapat menemukan
langkah-langkah yang dapat digunakan dalam berpikir kritis dan
kreatif serta memberikan kesempatan untuk menggunakan
keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi dalam dunia
nyata.[3]

20

33. Apakah guru CTL dapat dikatan sebagai guru serba bisa?
Para guru CTL adalah sekaligus sebagai konsultan penelitian,

pengawas proyek, penuntun pemikiran kritis dan kreatif, perantara
antara masyarakat bisnis dan para siswa, dan ahli di bidang
pelajaran mereka. Mereka juga sebagai penasihat. Sifat dasar ctl
menuntut para guru untuk menasihati, mendedikasikan diri bagi
setiap siswanya. Para guru CTL memelihara usaha-usaha pribadi
yang utuh. [3]

34. Apa perbedaan pendekatan kontekstual (CTL) dengan

pendekatan konvensional?

Perbedaan Kontekstual (CTL) & Konvensional

Pendekatan Kontekstual Pendekatan Konvensional
(CTL)

Siswa secara aktif terlibat Siswa adalah penerima

dalam proses pembelajaran. informasi secara pasif.

Siswa belajar dari teman Siswa belajar secara

melalui kerja kelompok, individual.

diskusi, saling mengoreksi.

Pembelajaran dikaitkan Pembelajaran sangat

dengan kehidupan yang nyata abstrak.

dan atau masalah yang

disimulasikan.

Perilaku dibangun atas Perilaku dibangun atas

kesadaran diri. kebiasaan

21

Keterampilan dikembangkan Keterampilan dikembangkan
atas dasar pemahaman.
Hadiah untuk perilaku baik atas dasar latihan.
adalah kepuasan diri.
Hadiah untuk perilaku baik

adalah pujian atau nilai

(angka) rapor.

Siswa menggunakan Siswa secara pasif menerima

kemampuan berpikir kritis, rumus atau kaidah

terlibat penuh dalam (membaca, mencatat,

mengupayakan terjadinya mendengarkan, menghafal),

proses pembelajaran efektif, tanpa memberikan

ikut bertanggung jawab atas konstribusi ide dalam proses

terjadinya proses pembelajaran.

pembelajaran yang efektif.

Pengetahuan yang dimiliki Pengetahuan adalah

siswa dikembangkan oleh penangkapan terhadap

siswa sendiri. siswa serangkaian fakta, konsep

menciptakan atau atau hukum yang berada di

membangun pengetahuan luar diri manusia.[4]

dengan cara memberi arti dan

memahami pengalamannya.

22

Daftar Pustaka

[1] Johar, rahmah., & hanum, latifah. 2021. Strategi belajar mengajar
untuk menjadi guru yang profesional. Banda aceh: universitas
syiah kuala press.

[2] Sulianto, joko. 2008. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran

matematika untuk meningkatkan berpikir kritis pada siswa

sekolah dasar.

Https://journal.uny.ac.id/index.php/pythagoras/article/viewfil

e/555/413. Diakses pada 19 oktober 2022.

[3] Johnson, elaine b. 2010. CTL “contextual teaching & learning”
menjadikan kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan
bermakna. Bandung: kaifa.

[4] Hasnawati. 2006. Pendekatan contextual teaching learning

hubungannya dengan evaluasi pembelajaran.

Https://media.neliti.com/media/publications/17252-id-

pendekatan-contextual-teaching-learning-hubungannya-

dengan-evaluasi-pembelajaran.pdf. Diakses pada 19 oktober

2022.

[5] Rukajat, ajat. 2004. Pembelajaran contextual teaching and learning
untuk meningkatkan mutu hasil pembelajaran.
File:///c:/users/kisyfa/downloads/4589-9687-1-sm.pdf.
Diakses pada 19 oktober 2022.

23


Click to View FlipBook Version