The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Jurnal Refleksi Model Driscoll Modul 2.3 Coaching Supervisi Akademik

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by kartina pandiangan, 2023-04-15 08:29:17

Jurnal Refleksi Model Driscoll Modul 2.3 Coaching Supervisi Akademik

Jurnal Refleksi Model Driscoll Modul 2.3 Coaching Supervisi Akademik

Kartina's Dwimingguan Journal


Salam Guru Penggerak! Refleksi dwi mingguan kali ini saya akan menuliskan jurnal dengan model Driscoll. Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Ada tiga bagian yang akan saya tuliskan dalam refleksi ini. Dimana ada What, So What, dan Now What. Model Driscoll yang dikenal dengan Model “What?” ini pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, namun dapat dikembangkan dengan berbagai variasi bergantung pada pertanyaan detail yang dipilih. JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Apa yang terjadi? Apa yang saya lihat/dengar/alami? Apa reaksi saya pada saat itu? Apa yang orang lain lakukan pada saat peristiwa itu terjadi? WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)


Bagaimana perasaan saya pada saat peristiwa itu terjadi? Apakah yang saya rasakan sama/berbeda dengan orang yang mengalami kejadian yang sama? Apakah saya masih merasakan perasaan/dampak yang sama jika dibandingkan dengan perasaan/dampak langsung setelah peristiwa? Kecenderungan apa yang saya amati dari diri saya ketika menghadapi peristiwa serupa? Mengapa saya bisa memiliki kecenderungan tersebut? Setelah mengalami peristiwa tersebut, apa hal yang berubah dari pendapat, pemikiran, atau apapun yang Anda yakini sebelumnya? SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi) JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Apakah kejadiannya akan berbeda jika pada saat itu saya mengambil langkah yang berbeda? Di mana saya bisa mendapatkan informasi tambahan agar bisa siap ketika menghadapi peristiwa serupa di masa depan? Dukungan apa yang saya butuhkan agar bisa menindaklanjuti refleksi saya? Bagian mana yang sebaiknya saya kerjakan lebih dulu? Setelah Anda melakukan pembelajaran ini, apa hal baru yang ingin Anda bagikan kepada rekan atau lingkungan Anda NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)


Modul 2.3 ini merupakan modul terakhir di paket modul 2. Dalam modul ini saya mempelajari tentang coaching untuk supervisi akademik. Awalnya saya berpikir bahwa coaching itu sama dengan mentoring, namun ternyata dua hal itu berbeda. Pemahaman ini saya peroleh setelah saya membaca secara mandiri di alur eksplorasi konsep. Saat ruang kolaborasi, saya juga mendapat penguatan dari fasilitator tentang praktik coaching. Selanjutnya saya dan rekan CGP lainnya berlatih untuk mempraktikkan coaching lewat Google Meet. Pada sesi ini kami dikelompokkan berpasangan untuk bermain peran sebagai coach dan coachee. Setelah fasilitator memberikan penguatan, kami langsung disuruh masuk ke BOR untuk berlatih coaching. Dimana latihan video yang pertama saya sebagai coach dan rekan saya Ibu Mega Melly sebagai Coachee, dan pada latihan video yang kedua kami pun bergantian saya sebagai coachee dan dan rekan saya sebagai coach. JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Sesi kedua ruang kolaborasi, kami diminta untuk praktik coaching kembali dengan durasi 15 menit setiap CGP. Pada sesi ini, tema coaching yang saya pilih berbeda dengan latihan coaching sebelumnya. Hal ini sengaja saya lakukan agar pengetahuan dan pemahaman saya bertambah. Puji Syukur, rekan dalam kelompok saya dapat menyesuaikan diri dengan tema yang saya pilih. Hasil video dari praktik ini kemudian diunggah ke LMS sebagai tugas ruang kolaborasi.


Sesi kedua ruang kolaborasi, kami diminta untuk praktik coaching kembali dengan durasi 15 menit setiap CGP. Pada sesi ini, tema coaching yang saya pilih berbeda dengan latihan coaching sebelumnya. Hal ini sengaja saya lakukan agar pengetahuan dan pemahaman saya bertambah. Puji Syukur, rekan dalam kelompok saya dapat menyesuaikan diri dengan tema yang saya pilih. Hasil video dari praktik ini kemudian diunggah ke LMS sebagai tugas ruang kolaborasi. JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Saat sesi demonstrasi kontekstual, saya dengan rekan CGP lainnya juga mendapat tugas untuk membuat video praktik coaching. Kami kembali dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok saya terdiri atas tiga orang yaitu saya, Pak Manangaraon Zazzali Nasution, dan Ibu Mega Melly. Dalam praktik coaching kali ini, kami harus mempraktikkan tiga peran, yaitu sebagai coach, coachee dan pengamat. Video pertama saya berperan sebagai COACH, video kedua sebagai COACHEE dan video ketiga sebagai PENGAMAT Ada hal menarik saat saya melakukan praktik coaching pada sesi demonstrasi kontekstual ini, saya harus berperan menjadi pengamat. Reaksi saya saat itu langsung senang. Saya merasa ada ilmu baru lagi yang harus saya pelajari.


SO WHAT Perasaaan saya saat awal melakukan praktik coaching, saya merasa bingung dan ragu, karena saya merasa ilmu coaching yang saya miliki masih kurang. Namun itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk dapat menaklukkan keraguan tersebut. Beruntung dalam ruang kolaborasi, kami diberi kesempatan untuk mempraktikkan coaching dengan rekan CGP. Dengan berpedoman alur TIRTA membuat saya lebih terarah dalam melakukan praktik coaching. Meskipun kurang maksimal, tapi saya merasa senang dapat mempraktikkan coaching ini dengan baik. Memang perlu latihan yang kontinyu agar coaching dapat berjalan lancar dan tujuan yang diharapkan coachee dapat tercapai. Praktik coaching ini juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang sosial emosionalnya. Di sini lah keterampilan sosial emosional serta mindfulness saya praktikkan. Meskipun belum sempurna, namun tidak ada salahnya untuk terus berlatih dan berusaha. JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Selain itu, saya juga merasa bahagia saat coachee mampu menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi sesuai tujuan yang diinginkan. Saya juga senang karena dapat membantu rekan untuk memaksimalkan potensi dirinya melalui pertanyaaan-pertanyaan berbobot yang saya berikan.


Saya melihat rekan saya (coachee Bapak Mangara yang melakukan praktik coaching merasakan hal yang sama. Mereka terlihat senang ketika mampu menemukan solusinya sendiri sesuai dengan keinginan dan harapannya. Hal yang sama juga saya rasakan, dengan melakukan coaching saya berusaha untuk memberikan pembelajaran diri serta pengalaman hidup coachee sehingga harapannya mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang mampu memaksimalkan potensi dan profesionalnya. Bahkan setelah melakukan praktik coaching pun, saya masih merasakan hal yang sama. Saya merasa senang dan yakin bahwa rekan saya akan menjadi seseorang yang berdaya dengan dirinya, semakin maksimal potensinya. JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Tentunya praktik coaching ini akan semakin maksimal jika kita sering mempraktikkannya. Usaha itu yang sedang saya lakukan saat ini. Jika ada rekan saya yang mendatangi saya untuk meminta solusi, saya mencoba untuk mengajak berdialog dengan teknik coaching. Harapannya, saya bisa menstimulasi dan mengeksplorasi ide-ide kreatifnya agar mereka bisa memaksimalkan kinerjanya. Karena saya meyakini, dengan proses coaching, potensi coachee akan maksimal. Mereka akan lebih bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya sendiri.


NOW WHAT Coaching bertujuan untuk menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkannya. Dalam hal ini, maka tugas coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan pertanyaan berbobot agar coachee merefleksikan sendiri tujuan yang ingin dicapai. Tentunya, hal ini akan berbeda cerita jika saya mengambil langkah yang tidak sesuai dengan tujuan coaching. Pengalaman hidup dan pengembangan diri yang akan dialami coachee tentu akan berbeda. Mereka hanya dapat mengikuti saran atau masukan yang diberikan coach tanpa menemukan sendiri solusi-solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Hal ini juga membuat potensi diri yang dimiliki coachee tidak akan tumbuh dan berkembang. JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Lantas bagaimana saya mendapatkan informasi tambahan tentang praktik coaching ini? Selain dari modul 2.3 ini, informasi dan pengetahuan tentang coaching ini juga akan saya dapatkan dari berbagai sumber referensi misalnya artikel ilmiah, buku, video contoh praktik coaching, narasumber, dan lain-lain. Tentunya ini juga membutuhkan dukungan-dukungan dari berbagai pihak, di antaranya pimpinan sekolah, rekan sejawat, keluarga, dan masyarakat sekitar.


Harapannya, Semoga saya dapat mencoaching dengan RASA mengahdirkan diri sepenuhnya atau presence agar bisa lebih focus untuk bersikap terbuka, sabar dan ingin tahu lebih banyak tentang kondisi coachee. Saya juga berharap dapat melakukan teknik coaching dengan menggunakan alur TIRTA untuk mencapai suatu tujuan dengan memaksimalkan potensi diri dan potensi professional cocheenya. Ilmu yang sudah saya pelajari tentang coaching ini dapat saya diseminasikan dengan rekan sejawat agar mereka juga dapat "menuntun" dan memberdayakan potensi murid dan rekan sejawat supaya tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK Demikian refleksi saya setelah mempelajari modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik. Terima kasih. Salam Hangat, KP


Love For Myself. I record this in my journal as a life motivation and inspiration for everyone to be able to love themselves more. because we are valuable.


Click to View FlipBook Version