The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by arsitalaima91, 2022-12-23 08:47:28

KONEKSI ANTAR MATERI_Modul 1.4

KONEKSI ANTAR MATERI_Modul 1.4

KMoanteekrsii Antar

Modul 1.4

PGP Arsita Laima, M.Pd (CGP)
Angkatan 7
Rahmawaty Polontalo, M.Pd
Kota Gorontalo (Pengajar Praktik)

Arwin Djaini, M.Pd
(Fasilitator)

Buatlah sebuah kesimpulan mengenai

peran Anda dalam menciptakan budaya Melalui pembelajaran Modul 1.1 sampai
positif di sekolah dan keterkaitannya dengan Modul 1.4, saya mulai menyadari

dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi bahwasanya guru memiliki peran yang
Pendidikan Nasional Ki Hadjar sangat penting dalam menanamkan Budaya
Dewantara, Nilai dan Peran Guru Positif di sekolah. Setiap guru diharapkan

Penggerak, serta Visi Guru Penggerak. bisa menjadi seorang pemimpin

pembelajaran di ekosistem sekolah masing-
masing dengan mengajak warga sekolah
untuk berkolaborasi demi menciptakan
pendidikan yang berpihak kepada anak
sesuai filosofi pendidikan Ki Hajar
Dewantoro (Modul 1.1)

Untuk menanamkan Budaya Positif di sekolah, langkah
awal yang harus dilakukan adalah menyusun visi sekolah
dengan terlebih dahulu mengidentifikasi kekuatan atau
aset yang dimiliki sekolah dan membuat daftar
prioritas kebutuhan sekolah yang perlu dikembangkan.
Langkah selanjutnya adalah menyusun prakarsa
perubahan dengan menggunakan langkah BAGJA yang
berorientasi pada elemen Profil Pelajar Pancasila
(Modul 1.3). Langkah BAGJA pada prakarsa perubahan
dimaksud diharapkan mampu menciptakan budaya
positif untuk ekosistem pendidikan khususnya untuk
murid-murid.

Dalam upaya mewujudkan Visi Sekolah, langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah
berkolaborasi dengan Kepala Sekolah dan seluruh
guru/pegawai Tata Usaha untuk menyusun keyakinan
sekolah serta bersama murid menyusun keyakinan
kelas pada awal pembelajaran. Langkah ini sesuai
dengan filosofi Ki Hajar Dewantara tentang merdeka
belajar dan penerapan nilai dan peran Guru
Penggerak yang saya miliki yaitu BERPIHAK PADA
MURID dan KOLABORATIF (Modul 1.2)

Selanjutnya upaya penanaman Budaya Positif di
sekolah dapat dimaksimalkan oleh guru dengan
memahami 5 posisi kontrol (penghukum, pembuat
merasa bersalah, teman, pemantau dan manajer).
Di antara 5 posisi kontrol tersebut, posisi yang
paling diharapkan dimiliki oleh guru adalah
MANAJER karena posisi ini sejalan dengan filosofi
pendidikan KHD yaitu menuntun murid mencapai
kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-
tingginya demi terciptanya student wellbeing.

Bila terjadi penyimpangan keyakinan kelas, guru
diharapkan mampu melakukan segitiga restitusi, yang
terdiri dari 3 tahap yaitu menstabilkan identitas,
validasi tindakan yang salah, dan menanyakan
keyakinan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar murid
kembali memiliki rasa percaya diri setelah melakukan
kesalahan, dapat mengungkapkan alasan mengapa
murid melakukan kesalahan serta dapat mengambil
solusi terbaik untuk memperbaiki kesalahannya dengan
tetap mengacu pada keyakinan kelas yang sudah
disusun bersama.

Refleksi dari pemahaman

atas keseluruhan materi

Modul Budaya Positif


Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep

inti yang telah Anda pelajari di modul 1.4 ?
Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar

dugaan?

Disiplin Positif

Disiplin positif adalah suatu pendekatan dalam mendidik anak untuk
melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri, sehingga
memunculkan motivasi intrinsik anak yang mengacu pada nilai-nilai kebajikan
universal. Disiplin positif menjadi komponen utama dalam mewujudkan
budaya positif.

Hal yang menarik pada topik ini, sebagai guru, tujuan kita menanamkan
disiplin positif adalah untuk menciptakan murid yang memiliki disiplin diri
sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai–nilai kebijakan
universal dan memiliki motivasi intrinsik bukan ekstrinsik, menjadi orang yang
mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka

percaya.

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring Teori Motivasi
School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi

perilaku manusia, yaitu :

Untuk menghindari Untuk mendapatkan Untuk menjadi orang yang
ketidaknyamanan imbalan atau mereka inginkan dan
atau hukuman menghargai diri sendiri
penghargaan dari
orang lain. dengan nilai-nilai yang
mereka percaya.

Hal yang menantang pada topik ini adalah sebagai guru, kita harus
memfasilitasi murid untuk melakukan sesuatu berdasarkan motivasi yang
ketiga yaitu menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka percaya dalam rangka menanamkan budaya

positif pada murid-murid kita

Hukuman & Penghargaan

Hukuman dan penghargaan Hal yang menarik dari topik ini adalah :
adalah salah satu cara Penghargaan ternyata dapat merusak
mengontrol perilaku murid potensi anak , meluluh tantakkan harapan
yang secara tidak langsung yang ada jika ia tidak mendapatkannya,
menghambat potensinya.
Dalam jangka waktu bahkan merasa terhukum jika tidak
tertentu, baik hukuman dan meraihnya (Dihukum oleh penghargaan).
penghargaan akan
memberikan dampak yang Untuk itu, dalam menanamkan budaya
sama, yakni ketergantungan positif di sekolah, guru hendaknya
(bukan kemerdekaan) dan menghindari kedua hal ini.
tentunya mematikan
motivasi internal seseorang.

Posisi Kontrol Guru

Penghukum Pembuat Teman Pemantau Manajer
merasa
bersalah

Hal yang menarik pada topik ini adalah kita perlu menyadari bahwa tujuan
akhir dari 5 posisi kontrol seorang guru adalah pencapaian posisi Manajer, di
mana pada posisi inilah murid dapat menjadi pribadi yang mandiri, merdeka, dan
bertanggung jawab atas segala perilaku dan sikapnya, yang pada akhirnya

dapat menciptakan lingkungan yang positif, nyaman, dan aman.

Kebutuhan Dasar Manusia Kesenangan

Bertahan
Hidup

Penguasaan Kasih sayang dan Kebebasan
rasa diterima

Hal yang menarik pada topik ini adalah dengan mengetahui
kebutuhan dasar manusia, kita bisa memetakan motivasi yang
dilakukan murid saat ia berbuat sesuatu yang tidak sesuai dengan

aturan/keyakinan sekolah.

Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas adalah nilai-nilai kebajikan Hal yang menarik dari topik ini,
yang diyakini oleh warga kelas untuk dengan adanya keyakinan kelas
diharapkan dapat mewujudkan
menumbuhkan motivasi internal dan budaya visi sekolah melalui penanaman
positif di kelas. Keyakinan kelas adalah salah
satu disiplin posistif yang bisa kita terapkan Budaya Positif yang
dalam membangun budaya positif di sekolah. berorientasi kepada Profil

Keyakinan kelas berupa pernyataan- Pelajar Pancasila.
pernyataan universal yang dibuat dalam

bentuk kalimat positif.

Segitiga Restitusi

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi
murid untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga
mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan

karakter yang lebih kuat (Gossen:2004)

Tahapan Segitiga Restitusi Menstabilkan identitas

Hal yang menarik pada topik ini adalah restitusi Validasi tindakan yang salah
merupakan cara jitu yang dapat dilakukan untuk
Menanyakan keyakinan
menciptakan budaya positif di sekolah saat
murid melanggar aturan atau keyakinan
kelas/sekolah.

Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda
dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun
sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

1. Pentingnya membuat keyakinan kelas bersama murid
2. Belajar dan berupaya menerapkan posisi kontrol sebagai

manajer
3. Menghindari pemberian hukuman tetapi menerapkan segitiga

restitusi untuk menyelesaikan masalah
4. Menghindari pemberian penghargaan karena memberi

penghargaan sama dengan menghukum

Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait
penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif

baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Setelah mempelajari modul ini, ketika saya mendapati murid yang melakukan
kesalahan atau pelanggaran, secara perlahan saya mulai menerapkan segitiga
restitusi meskipun belum maksimal. Masih banyak hal yang perlu saya pelajari

untuk menjalankan segitiga restitusi. Untuk itu, ke depan saya akan terus
belajar mulai dari melakukan perubahan terutama dari yang sebelumnya
membuat kesepakatan kelas atau tata tertib yang berisi aturan-aturan,
menjadi kesepakatan kelas yang berisi nilai-nilai kebajikan universal yang

diyakini murid saya.

Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami
hal-hal tersebut?

Saya sangat termotivasi untuk melakukan perubahan dan merasa
tertantang untuk mendalami cara menerapkan segitiga restitusi
untuk membantu murid menemukan kembali kepercayaan dirinya
setelah melakukan pelanggaran, agar penerapan segitiga restitusi
benar-benar memberikan manfaat yang maksimal untuk tumbuhnya

nilai-nilai budaya positif di sekolah.

Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan
konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik?

Adakah yang perlu diperbaiki?



Hal yang sudah baik dari saya adalah saya sudah mulai menerapkan
segitiga restitusi ketika mendapati murid yang melakukan kesalahan,
meski belum maksimal tetapi hasil yang nampak dari apa yang sudah
saya lakukan sangat memotivasi saya untuk terus belajar.

Hal yang harus diperbaiki, saya harus bisa memahami kebutuhan
dasar murid, karena ketika mereka melakukan suatu perbuatan yang

bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar
peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi

kebutuhan dasar mereka

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid,
berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda

pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari
modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda

sekarang? Apa perbedaannya?



Sebelum mempelajari modul 1.4. saya lebih banyak menempatkan diri pada
posisi guru sebagai pembuat merasa bersalah. Untuk anak yang tidak

menyelesaikan tugas, saya sering menegurnya dengan nada suara memelas,
dengan maksud agar anak menjadi merasa bersalah dan menyesali

kesalahannya. Namun setelah mempelajari modul ini saya akan belajar
memposisikan diri sebagai manajer, sebab dengan posisi manajer, murid bisa
menyadari masalah yang dilakukannya dan memberikan ruang kepada murid

untuk menyelesaikan masalah dengan solusinya sendiri.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan
segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid
Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan
bagaimana Anda mempraktekkannya?

Pernah, tetapi belum sesuai tahapan segitiga restitusi yang
sebenarnya. Saya menerapkannya baru sampai pada tahapan
menstabilkan identitas. Untuk tahapan validasi tindakan yang
salah dan menanyakan keyakinan, saya belum melakukannya

karena saya belum paham.

Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini,
adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk

dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik
di lingkungan kelas maupun sekolah?



Hal yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan
budaya positif di lingkungan kelas atau sekolah adalah

bagaimana cara membangun komitmen untuk selalu konsisten
dalam menanamkan dan mendukung tumbuhnya budaya
positif, baik dengan rekan guru, orangtua dan murid.

Salam & Bahagia

Terima Kasih


Click to View FlipBook Version