The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan PKM-PM<br>&quot;Penguatan Literasi Lingkungan pada Komunitas Anak Jalanan Banjarmasin&quot;

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by PKM PM, 2023-11-03 00:22:00

Buku Pedoman Mitra PKM-PM

Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan PKM-PM<br>&quot;Penguatan Literasi Lingkungan pada Komunitas Anak Jalanan Banjarmasin&quot;

GF


Buku Pedoman Mitra PKM-PM Penguatan Literasi Lingkungan Pada Komunitas Anak Jalanan Banjarmasin Disusun sebagai Luaran Wajib Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat tahun 2023 Penyusun : 1. Rahmita Yuliana Gazali, M.Pd 2. Sesarius Santo 3. Arifin 4. Didin Hiddayat 5. Muhammad Saufi 6. Mitra PKM-PM (Al-Ajyb Banjarmasin) Kontak : [email protected] Asal Instansi: STKIP PGRI Banjarmasin


Jl.Sultan Adam, Komp. H. Iyus, No. 18 RT 23, Sungai Jingah, Kec. Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 70122 pkmpm_stkippgribjm stkip_pgri_banjarmasin


KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan buku pedoman ini. Buku pedoman ini disusun sebagai panduan bagi mitra Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) dalam melaksanakan kegiatan yang telah diusulkan dalam proposal PKM-PM. Buku pedoman ini disusun berdasarkan proposal PKM-PM dengan judul "Penguatan Literasi Lingkungan pada Komunitas Anak Jalanan Banjarmasin". Buku ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada masyarakat sekitar, khususnya pada komunitas anak jalanan "AlAjyb” Banjarmasin, dalam upaya penguatan gerakan literasi lingkungan. Dalam buku pedoman ini, mitra PKM-PM akan memperoleh informasi mengenai metode pelaksanaan kegiatan PKMPM, langkah-langkah strategis, serta panduan dalam mengukur kebutuhan mitra. Kami berharap buku pedoman ini dapat membantu mitra PKM-PM dalam melaksanakan kegiatan dengan lebih terstruktur dan efektif. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku pedoman ini. Semoga buku pedoman ini dapat memberikan manfaat bagi mitra PKM-PM dan masyarakat sekitar.


DAFTAR ISI


BAB I PENDAMPINGAN CALISTUNG A. Hakikat Membaca, Menulis, Berhitung (Calistung) Membaca menulis berhitung merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki anak dan sangat penting dalam keberhasilan pendidikan dan perkembangan hidupnya. Jika kemampuan anak terhadap kemmapuan dasar tersebut cukup baik, maka kemampuan literasi sebagai penunjang keberhasilan dalam pendidikan maupun pekerjaan akan mudah tercapai.Calistung adalah akronim dari baca, tulis, dan berhitung. Ketiga hal ini merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki seseorang supaya ia bisa mempelajari hal lainnya lebih mudah. Termasuk dalam pengenalan literasi lingkungan, dimana dengan keterampilan ini, anak-anak bisa lebih luas sumber bacaan sebagai bentuk pengembangan literasi lingkungannya. Seperti dari buku, artikel, internet, koran, dan lain-lain. Menurut Profesor Psikologi dari University of Califonia, Ross A. Thompson, Ph.D., sebagaimana dilansir situs WebMD, tidak ada tolok ukur usia yang pasti bagi anak-anak untuk mulai belajar calistung. Setiap Anak memiliki waktunya masing-masing, bergantung banyak faktor. Banyak Anak yang baru mulai belajar membaca pada usia enam sampai tujuh tahun, tetapi tidak sedikit yang sudah memulainya sejak berusia tiga tahun, bahkan lebih cepat.Tujuan pembelajaran calistung pada anak usia dini hendaknya dilakukan dalam rangka pengembangan seluruh potensi anak, dilakukan melalui pendekatan bermain dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak (Rahayu, 2018). Maka penting menciptakan lingkungan keaksaraan akan memicu kesiapan anak untuk memulai kegiatan calistung. 1. Membaca


Membaca atau baca adalah melafalkan atau melisankan berupa kalimat atau kata, gagasan, bait, pendapat, dan juga teori. Suatu bacaan yang terdapat di dalam buku, media cetak atau tulisan lainnya, dapat di ucapkan, pahami isi dari tulisan tersebut, meramalkan tulisan dengan fantasi atau kreatifitas dan mengetah segala macam informasi yang terdapat dalam tulisan, diperhitungkan atau menghitung sesuatu yang telah diperoleh dari tulisan. 2. Menulis Menurut Jago Tarigan (1995:117) menulis berarti mengekpreikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimegerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti. Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar “menuliskan” kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan dan mengatur (Donn Byrne,1988:1) Menulis, tulis adalah bentuk ekspresi goresan dari anggota tubuh yang mengabungkan antara otak, mata, otot, tangan. Berupa garis, arsir, membatik, bentuk, pola, huruf, angka. membuat kerangka pikir atau ungkapan perasaan. 3. Berhitung Berhitung merupakan kemampuan pemahaman pada angka, sistem angka dan operasi hitung, seperti penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Penanaman konsep matematika pada anak, yang paling mendasar adalah pemahaman tentang operasi hitung. Untuk mengajarkan konsep


operasi hitung pada anak harus senantiasa memperhatikan tahap perkembangan berpikir anak. Pada tahap awal konsep operasi hitung, yang diajarkan adalah konsep penjumlahan untuk bilangan asli. B. Tata Cara Pelaksanaan Pendampingan Membaca 1. Mengenal Huruf . Pengenalan huruf abjad dapat diawali dengan memberikan pemahaman tentang nama setiap abjad, bentuk huruf besar dan kecil, huruf dalam urutan yang acak dan penyebutan suara untuk masing-masing huruf. Mengenal huruf dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: • Menyanyikan abjad A sampai Z dengan irama atau lagu.


• Mengenal huruf vokal dan huruf konsonaan • Menggunakan gambar sebagai media sesuai huruf nama gambar.


2. Membaca Suku Kata Metode suku kata menurut Depdikbud (1992: 12) adalah suatu metode yang memulai pengajaran membaca permulaan dengan menyajikan kata-kata yang sudah di rangkai menjadi suku kata, kemudian sukusuku kata itu di rangkai menjadi kata yang terakhir merangkai kata menjadi kalimat. Agar bisa menggunakan metode membaca suku kata, maka diharuskan siswa sudah mengetahui huruf A-Z. Mengenalkan suku kata pada siswa kelas rendah dapat dilakukan dengan cara memasangkan huruf konsonan dengan huruf vokal.


bu-ku 3. Membaca Kata Memperkenalkan kata pada anak dapat dilakukan dengan memasangkan suku kata dengan dibantu gambar yang sesuai. bu-mi


ini nasi 4. Membaca Kalimat Sederhana Mengenalkan kalimat sederhana pada anak dapat dilakukan dengan menggabungkan kata yang sudah dipahami. Kenalkan anak pada kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata terlebih dahulu. main bola


5. Membaca Teks Pendek Mengenalkan teks pendek pada anak dapat diawali dengan teks yang terdiri dari dua kalimat sederhana. Membaca Makna Satuan Bahasa Dalam mengenalkan makna kata dapat diawali dengan contoh sangat sederhana dimulai dengan hal yang mereka gemari. Sebagai contoh adalah bola. Metode Membaca 1. Metode Kata Lembaga Proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode kata lembaga diawali dengan memperkenalkan sebuah kata tertentu yang dianggap sebagai lembaganya. Kata ini, ditulis di bawah gambar yang sesuai. Contohnya di atas kata kuda ada gambar kuda, di atas kata rumah ada gambar rumah. Setelah siswa dapat membaca beberapa kata, ambillah satu kata untuk diuraikan


menjadi suku kata, suku kata diuraikan menjadi huruf sampai siswa dapat membaca hurufhuruf tersebut. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagai kata lembaga (kata semula). Contoh: Ketika anak sudah bisa untuk membaca kata sampai kalimat. Maka dapat dilanjutkan dengan pengembangan keterampilan melalui bahan bacaan seperti buku, majalah, koran, ataupun pada benda-benda disekitar mereka yang biasa mereka jumpai. Buku cerita sangat bagus untuk mengembankan daya imajinasi anak dan mereka lebih nyaman. Karena dunia anak


adalah dunia bermain, sehingga yang menjadi sumber bacaan jugalah harus mampu membuat mereka seperti bermain. C. Menulis Menulis merupakan ungkapan dari bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan/coretan. Adapun tahapan menulis yang dapat dilakukan adalah: 1. Pramenulis • Penguatan Motorik (memegang pensil, jarak mata) Sebelum menulis huruf, anak dilatih memgang pensil dan jarak mata 30 cm. • Menulis Fantasi (di udara) • Membuat Coretan (garis lurus dan lengkung) ➢ Hubungkan ke bawah ➢ Hubungkan ke atas


➢ Hubungkan ke samping ➢ Hubungkan menyerong ➢ Gubungkan menjadi lingkaran ➢ Hubungkan meliuk 2. Menulis Satuan Bahasa • Menulis Huruf *g untuk gajah *h untuk handuk Handuk untuk mandi


Gajah hidup di hutan *k untuk kambing Kambing makan rumput *j untuk jagung Jagung bakar enak rasanya • Menjiplak Huruf a a a a a i i i i i u u u u u e e e e e o o o o o • Menebalkan Huruf


• Mencontoh Huruf • Melengkapi Huruf


• Menyalin Huruf • Menjiplak Kata ibu ………………………… adik ………………………… kakak ……………………….. • Menebalkan Kata • Mencontoh Kata Apel merah …………………………………


Mawar putih ……………………………….. Cinta bersih ………………………………... Pohon hijau ………………………………… • Melengkapi Kata


• Menyalin Kata k e p a l a ............................... m a t a .............................. h i d u n g ............................... t a n g a n ............................... k a k i .............................. Langkah berikutnya yang dapat dilakukan dalam upaya pembelajaran dan pengembangan kemampuan menulis adalah: (1) Menulis kata-kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal atau yang baru dengan huruf balok. (2) Menyalin kata-kata yang cocok dengan gambar yang ditunjukkan. (3) Menulis huruf yang ada pada kartu, yang telah disusun menjadi kata. (4) Menulis cerita di dalam gambar. (5) Menulis kata-kata yang sudah dikenal (dengan didiktekan). (6) Menulis kalimat sederhana yang dimulai dengan huruf kapital diakhiri tanda titik. (7) Menulis jawaban atas pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan D. Berhitung Untuk mengajarkan konsep operasi hitung pada anak harus senantiasa memperhatikan tahap perkembangan berpikir anak. Pada tahap awal konsep operasi hitung, yang diajarkan adalah konsep penjumlahan untuk bilangan natural (asli). Konsep-konsep Operasi Hitung Dasar adalah konsep yang mendasari operasi hitung dasar yang meliputi penjumlahan (penambahan), pengurangan, perkalian, dan pembagian (Ruseffendi, dalam Romi, 2010:17).


Bruner membagi proses belajar siswa menjadi tiga tahap yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. 1. Tahap Enaktif Pada tahap ini, anak akan cepat mempelajari pengetahuan jika dimulai dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata bagi para anak. 2. Tahap Ikonik Setelah mempelajari pengetahuan melalui pemanfaatan bendabenda nyata atau benda konkret, tahap berikutnya adalah tahap ikonik yaitu siswa mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda konkret atau nyata. 3. Tahap Simbolik Setelah dua tahap di atas masih ada satu tahap lagi yaitu tahap simbolik di mana siswa mewujudkan pengetahuannya dalam bentuk simbol-simbol abstrak. Dengan kata lain siswa mulai mengalami proses berabstraksi. Mengenal dan Menulis Simbol Bilangan/Angka


Setelah mengenal secara sederhana terkait angka, maka dapat dilanjutkan dengan belajar menuliskan angka. Adapun langkah-langkah menulis angka yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Berlatih membuat gambar garis datar. 2. Berlatih membuat garis tegak. 3. Berlatih membuat garis lengkung.


4. Berlatih membuat garis bundaran. 5. Berlatih membuat garis miring. 6. Menebalkan angka.


7. Berlatih untuk membuat angka secara bebas disekitar. 8. Menuliskan angka pada papan tulis/kertas Selanjutnya sebagai upaya pengemabangan keterampilan anak, bisa diberikan latihan untuk melatih keterampilan mereka.


Mengenal Operasi Hitung 1. Operasi Penjumlahan(Tambah) Operasi penjumlahan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pembicaraan sehari-hari sering menggunakan “penjumlahan” untuk banyak tindakan yang berbeda. Sebagai contoh “penjumlahan sejumlah telur”. Lambang “+” adalah lambang untuk operasi penjumlahan atau pertambahan, sehingga kalimat matematika seperti jumlah lima dan tujuh sama dengan 12, dapat ditulis secara simbol atau model matematika sebagai 5 + 7 = 12. Pengenalan operasi penjumlahan dapat diawali dengan mengenalkannya secara konkret > menjumlah dengan simbol.


2 + 3 = 5 6 + 3 = 9 2. Operasi Pengurangan Menurut Van De Walle (2006:155), jika salah satu bagiannya dan totalnya sudah diketahui, maka pengurangan akan menghasilkan bagian yang satunya. Pengertian ini sesuai dengan istilah “mengambil” yang sudah sering digunakan. Jika memulai dengan total adalah 8, dan menghilangkan sejumlah 3, dua bilangan yang ketahui adalah 8 dan 3. Ekspresi 8 − 3 dibaca “delapan kurang tiga” akan menghasilkan lima sisanya. Oleh karena itu, delapan kurang tiga adalah lima.


9 – 2 = 7 3. Operasi Perkalian Perkalian adalah penjumlahan berulang (Van De Welle, 2003: 35) yang maksudnya adalah 3 × 5 sama artinya dengan 5 + 5 + 5 atau ditulis 3 × 5 = 5 + 5 + 5 = 15. 5 + 5 + 5 Merupakan penjumlahan bilangan yang sama, yaitu 5 secara berulang, sebanyak 3 kali. Penjumlahan berulang 5 + 5 + 5 dapat dituliskan sebagai perkalian dua buah bilangan, yaitu sebagai berikut. 5 + 5 + 5 = 3 × 5 4. Operasi Pembagian Pembagian dilambangkan dengan tanda “:”. Selanjutnya, a : b = c artinya adalah ada sekumpulan benda sebanyak a dibagi rata


(sama banyak) dalam b kelompok. Maka cara membaginya dilakukan dengan pengambilan berulang sebanyak b sampai habis dengan setiap kali pengambilan dibagi rata ke semua kelompok. Banyaknya pengambilan ditunjukkan dengan hasil yang didapat oleh masing-masing kelompok yaitu c. Hasil bagi (c) adalah banyaknya satuan pengambilan b dalam setiap kali mengambil untuk dibagi rata. Jika banyaknya anggota yang dimuat oleh masing-masing kelompok adalah c, maka banyaknya pengambilan b satuan sampai habis pada kumpulan benda sebanyak a adalah c kali. Mengapa? Sebab untuk setiap kali pengambilan sebanyak b anggota dari kumpulan benda beranggotakan a selalu dibagi rata pada masing-masing kelompok sebanyak b. Sehingga jika hasil pada masing-masing anggota adalah c, maka dapat dipastikan bahwa banyaknya satuan pengambilan b anggota sampai habis dari sekumpulan benda sebanyak a itu adalah c kali. Misal: Dalam sebuah keranjang terdapat 20 buah manggis Minta seorang anak untuk mengambil 5 manggis dan menempatkan pada piring 1. Kemudian anak berikutnya diminta juga hal yang serupa sampai semua manggis dikeranjang habis.


Setiap kali anak mengambil 5 manggis, minta juga untuk menghitung sisa manggisnya. Anak 1: 20 - 5 = 15 Anak 2: 15 – 5 = 10 Anak 3: 10 – 5 = 5 Anak 4: 5 – 5 = 0 Jadi ada kali 4 proses pengurangan untuk 20 manggis. Dapat digambarkan menjadi: 20 - 5 - 5 - 5- 5 = 0 Proses yang dilakukan tersebut merupakan proses pengurangan bilangan yang sama secara berulang. Kemudian kita dapat mengatakan bahwa operasi 20 − 5 − 5 − 5 − 5 = 0 dapat dituliskan dalam bentuk operasi yang lain, yaitu: 20 ∶ 5 = 4 Setelah mampu memeahami secara konkret, maka anak bisa dibawa untuk meninggalkan objek konkret tersebut dan berpindah ke simbol matematika. Untuk mengembangkan keterampilan anak, tentu dapat dilakukan dengan dengan memberikan latihan.


BAB 2 GAME EDUKASI A. Pengertian Game Edukasi Game edukasi, menurut Ismail (2009), merupakan suatu kegiatan yang mendidik yang sifatnya menyenangkan dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan berpikir, meningkatkan konsentrasi serta memecahkan masalah. Game edukasi dapat merangsang pikiran dan kreativitas anak. Game edukasi dapat menciptakan lingkungan bermain yang menari, aman dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas belajar anak. Game edukasi meningkatkan logika dan pemahaman pemain tentang informasi yang diperolehnya saat menggunakan game tersebut. Permainan edukasi merupakan contoh media pendidikan yang dapat digunakan menjadi alat pembelajaran. Permainan tipe ini umumnya digunakan untuk mengundang penggunanya agar dapat memperoleh ilmu pengetahuan, sehingga permainan edukasi digunakan dalam dunia pembelajaran. Membuat aplikasi game tidak hanya sebagai media hiburan semata tetapi juga menjadikan sebagai motivasi juga sarana edukasi yang bermanfaat dalam penyampaian pengetahuan tentang surga dan dapat menumbuhkan semangat belajar anak dengan metode belajar sambil bermain terutama dengan materi pembelajaran yang bernuansa B. Pentingnya Permainan Edukasi dalam Pembelajaran anak Jalanan Permainan edukasi dapat menjadi media pembelajaran yang efektif bagi anak jalanan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa permainan edukasi penting dalam pembelajaran anak jalanan: • Meningkatkan minat belajar: Anak jalanan seringkali tidak memiliki minat belajar yang tinggi. Permainan edukasi dapat memancing semangat mereka dalam belajar dan mendorong tumbuhnya minat belajar.


• Menyediakan media pembelajaran yang baru dan menyenangkan: Permainan edukasi dapat menjadi media pembelajaran yang baru dan menyenangkan bagi anak jalanan. Hal ini dapat membantu mereka belajar dengan lebih efektif. • Meningkatkan kreativitas: Bermain permainan edukasi dapat membantu meningkatkan kreativitas anak jalanan. Mereka dapat belajar dengan cara yang lebih interaktif dan kreatif. • Meningkatkan kemampuan literasi: Beberapa permainan edukasi, seperti permainan mengenal huruf atau mengeja kata, dapat membantu meningkatkan kemampuan literasi anak jalanan. • Meningkatkan kemampuan sosial: Bermain permainan edukasi juga dapat membantu meningkatkan kemampuan sosial anak jalanan. Mereka dapat belajar bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain Dengan demikian, permainan edukasi dapat menjadi media pembelajaran yang efektif bagi anak jalanan. Hal ini dapat membantu meningkatkan minat belajar, kreativitas, kemampuan literasi, dan kemampuan sosial mereka. C. Contoh Permainan yang mendukung Literasi Lingkungan 1. Game Ular Tangga Permainan ular tangga adalah permainan papan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih. Permainan ular tangga diharapkan dapat meningkatkan minat siswa karena Permainan ini mudah dilakukan, sederhana peraturannya dan mendidik apabila diberikan tema yang positif. Bagaimana permainan ular tangga? Ular tangga dimainkan dengan cara anak-anak bermain langsung dalam petak-petak papan ular tangga. Melalui kegiatan ini, anak-anak sangat antusias mengikuti permainan dan memahami aturan permainan. Terlihat dari bagaimana anak-anak patuh untuk berbaris dan melempar


dadu bergantian dengan pemain yang lainnya. Permainan ular tangga dapat melatih dan mengajak anak untuk mengembangkan percaya diri anak. Media permainan ular tangga merupakan media pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan permainan tradisional permainan ular tangga disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dengan tujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran sebagai media informasi yang akan disampaikan kepada peserta didik. 2. Scrabble Huruf Atau Angka Scrabble Scrable Huruf/Angka adalah salah satu media permainan yang memiliki fungsi untuk mengasah otak. Scrabble dapat dimainkan oleh 2 orang atau lebih dan memiliki tujuan untuk mengumpulkan poin berdasarkan nilai kata yang tertulis dari tiap huruf yang disusun.Keterampilan yang bisa didapatkan dari bermain game Scrabble, yaitu: Melatih koordinasi tangan, mata dan motorik halus serta kemampuan spasial. Belajar memecahkan suatu masalah dengan logikanya. Mengikuti instruksi dan membuat rencana. 3. Tebak tebakan Permainan tebak tebakan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak, karena keterampilan anak sangat perlu di tingkatkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain dan menyampaikan apa yang akan disampaikan dengan baik serta dapat dipahami oleh orang lainnya. • Tingkatkan Keterampilan Komunikasi Fungsi tebak-tebakan dalam edukasi anak mungkin sangat membantu mereka meningkatkan kemampuan komunikasinya. Karena anak harus menjawab pertanyaan dengan tegas saat bermain tebak-tebakan dan membeberkan


jawabannya kepada teman yang lainnya. Tentunya dengan melakukan langkah ini akan membantu anak anak belajar berkomunikasi di lingkungannya. Dengan begitu anak yang tadinya belum mahir berbicara bisa menjadi cakap karena manfaat adanya game tebak-tebakan ini. • Meningkatkan Daya Ingat Anak Daya ingat anak dapat ditingkatkan melalui permainan tebak-tebakan, terutama yang menggunakan kata-kata. Teknik belajar tebak-tebakan juga menambah kosakata anak. Hasilnya, anak akan terinspirasi untuk berpikir lebih imajinatif. • Meningkatkan Komunikasi dan Kerjasama Fungsi tebak-tebakan dalam edukasi anak dengan teman akan membantu mengajari anak untuk bekerja sama satu sama lain. Karena paradigma ini sebenarnya menuntut kerjasama, maka proses sosialisasi akan terjalin dengan baik. • Meningkatkan Aktivitas Mental Salah satu fungsi tebak-tebakan dalam edukasi anak adalah meningkatkan dan mempertajam fungsi otak. Setiap permainan tentunya membutuhkan konsentrasi yang tinggi agar dapat berkonsentrasi untuk mendapatkan skor terbaik. • Menggunakan Sportifitas Terhadap Lawan Sebagai Latihan Fungsi tebak-tebakan dalam edukasi anak berikutnya memiliki efek mengajarkan pesaing bagaimana menjadi manusia yang sportif. Ini dapat membantu anak lebih siap untuk menerima kekalahan tanpa putus asa atau menang dengan rendah hati. 4. Puzzle Warna Bermain puzzle mendorong anak untuk berpikir secara kritis sehingga membantu meningkatkan kemampuan kognitif anak. Permainan ini memerlukan pemikiran yang cerdas dan logis, di mana anak anak harus


mencoba menggabungkan warna, bentuk, pola, dan lainnya.Bermain puzzle juga melatih gerakan motorik halus untuk membantu meningkatkan ketrampilan anak seperti kemampuan dalam menulis. Bermain puzzle dapat melatih penglihatan, mengasah otak, dan motorik anak. Bermain puzzle anak dapat memahami bentuk, warna dan ukuran mana yang tepat untuk disatukan dengan potongan lainnya dan akan terlatih anak memecahkan masalah.


BAB 3 FILM PENDEK A. Pengertian Film Pendek Film pendek adalah sebuah bentuk film yang memiliki durasi lebih singkat daripada film panjang atau feature film. Konsep film pendek adalah menciptakan narasi atau cerita dengan berfokus pada pesan yang ingin disampaikan dalam waktu yang terbatas, biasanya sekitar 40 menit atau kurang. Film pendek sering digunakan sebagai medium untuk menyampaikan cerita, ide, atau pesan dengan cara yang efektif dalam waktu singkat. Film pendek dapat berkisah tentang berbagai topik dan genre, termasuk drama, komedi, dokumenter, animasi, eksperimental, dan banyak lainnya. Tujuan utama dari film pendek adalah untuk menghibur, menginformasikan, menginspirasi, atau merangsang pemirsa dalam jangka waktu yang relatif singkat. Karena batasan waktu, film pendek seringkali harus memadatkan cerita atau konsepnya sehingga memiliki dampak emosional atau intelektual yang kuat. Film pendek dapat menjadi wadah bagi sutradara, penulis, dan pembuat film lainnya untuk mengekspresikan kreativitas mereka dalam bentuk yang kompak. Mereka juga dapat digunakan untuk mengangkat isu-isu sosial, menyuarakan pandangan pribadi, atau membagikan cerita yang belum pernah terdengar sebelumnya. Film pendek sering tampil dalam festival-festival film pendek dan dapat memiliki dampak yang signifikan dalam dunia perfilman dan budaya. B. Manfaat Film Pendek untuk Anak-Anak 1. Peningkatan Pemahaman Visual: Film pendek mengekspos anak-anak pada pemahaman visual dan keterampilan persepsi. Mereka belajar untuk mengenali komposisi gambar, penggunaan warna, penyutradaraan, dan editing visual. Ini dapat membantu meningkatkan literasi visual mereka, yang menjadi keterampilan penting dalam dunia yang semakin tergantung pada media.


2. Pengembangan Keterampilan Berbahasa: Film pendek sering menyertakan dialog dan narasi, yang dapat membantu anak-anak dalam pengembangan keterampilan berbahasa. Mereka belajar mendengarkan, memahami, dan menginterpretasi bahasa yang digunakan dalam film. Ini juga dapat membantu meningkatkan kosakata dan pemahaman mereka terhadap narasi. 3. Stimulasi Kreativitas: Menonton dan membuat film pendek dapat merangsang kreativitas anak-anak. Mereka dapat belajar tentang cerita, karakter, dan konsep yang menarik, serta memiliki kesempatan untuk mengungkapkan ide-ide kreatif mereka sendiri. Ini dapat membantu mereka merencanakan, menulis, dan membuat film pendek mereka sendiri. 4. Peningkatan Keterampilan Kritis: Menilai dan mengkritik film pendek dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan pemikiran kritis. Mereka belajar untuk mengevaluasi plot, karakter, pesan, dan pengaruh emosional dari film. Ini juga dapat mempromosikan kemampuan mereka untuk menyampaikan pendapat mereka secara rasional dan argumen. 5. Pemahaman Kebudayaan dan Nilai: Film pendek sering mencakup ceritacerita yang mencerminkan beragam budaya, nilai, dan perspektif. Anakanak dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dunia dan masyarakat mereka dengan mengeksplorasi film-film yang menggambarkan realitas yang berbeda. Ini dapat membantu meningkatkan toleransi, empati, dan pemahaman multikultural. 6. Mendorong Diskusi: Film pendek dapat menjadi titik awal untuk diskusi yang mendalam antara anak-anak, guru, dan orang tua. Mereka dapat membahas tema-tema yang muncul dalam film, seperti persahabatan, kebaikan, keadilan, atau lingkungan. Ini dapat merangsang pemikiran kritis dan membantu anak-anak memahami nilai-nilai yang penting dalam kehidupan. 7. Hiburan dan Pencahayaan: Terlepas dari manfaat pendidikan, film pendek juga dapat memberikan hiburan. Anak-anak dapat menikmati cerita yang


menghibur dan menginspirasi mereka, memberikan mereka momen hiburan yang berharga. Film pendek dapat menjadi alat pendidikan yang kuat, menggabungkan hiburan dengan pembelajaran. Melalui film pendek, anak-anak dapat mengembangkan beragam keterampilan dan wawasan yang dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang. C. Cara Memilih Pendek Memilih film pendek yang sesuai dapat menjadi proses yang menarik dan bermakna. Berikut adalah beberapa metode atau cara untuk memilih film pendek: 1. Tema atau Topik yang Relevan: Pertimbangkan topik atau tema yang relevan dengan tujuan Anda. Apakah Anda ingin menyampaikan pesan khusus, membangkitkan emosi tertentu, atau mengajarkan sesuatu kepada penonton Anda? Memahami tema yang Anda inginkan akan membantu Anda menyusun pilihan film pendek yang sesuai. 2. Durasi: Pertimbangkan berapa lama Anda ingin film pendek tersebut, karena durasi adalah salah satu karakteristik utama film pendek. Anda dapat memilih film pendek yang berkisar antara beberapa menit hingga sekitar 40 menit, tergantung pada preferensi Anda dan audiens yang dituju. 3. Genre: Pilih genre yang sesuai dengan selera Anda atau audiens Anda. Film pendek dapat mencakup berbagai genre, termasuk drama, komedi, dokumenter, animasi, eksperimental, dan lain-lain. Pastikan genre yang Anda pilih sesuai dengan pesan atau tujuan Anda. 4. Sumber Daya: Pertimbangkan sumber daya yang Anda miliki. Apakah Anda memiliki akses ke film pendek tertentu? Apakah Anda memiliki anggaran untuk membeli atau menyewa film pendek? Sumber daya yang Anda miliki dapat membatasi pilihan Anda. 5. Sumber Film: Anda dapat menemukan film pendek di berbagai sumber, termasuk daring, perpustakaan, festival film pendek, dan platform streaming. Selain itu, Anda juga dapat memeriksa apakah ada komunitas


atau klub film di daerah Anda yang mungkin memiliki koleksi film pendek yang dapat dipinjam. 6. Rekomendasi: Tanyakan rekomendasi dari teman, keluarga, atau sesama pencinta film. Mereka mungkin memiliki saran yang berharga tentang film pendek yang patut ditonton berdasarkan preferensi Anda. 7. Tujuan: Ingatlah tujuan Anda dalam memilih film pendek. Apakah Anda ingin menghibur, mendidik, atau memprovokasi pemirsa Anda? Jelaskan tujuan Anda dan pilih film yang sesuai dengan misi Anda. Memilih film pendek dapat menjadi proses yang pribadi dan kreatif. Ingatlah untuk memiliki tujuan yang jelas dan bersiap untuk mengalami berbagai jenis karya seni yang berbeda untuk menemukan film pendek yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda.


BAB 4 STORY TELLING A. Pengertian Story Telling Storytelling adalah proses seseorang menyampaikan sebuah cerita melalui berbagai media, seperti kata-kata, gambar, atau suara. Mereka yang menyampaikan cerita disebut dengan "storyteller" atau seseorang yang menceritakan, membentuk atau menafsirkan isi cerita. Singkatnya, storytelling dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai bercerita. Storytelling pada dasarnya terdiri dari dua kata, yakni story (cerita) dan telling (penceritaan). Storytelling merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Storytelling dapat dikatakan sebagai cabang dari ilmu sastra yang paling tua sekaligus yang terbaru. Meskipun tujuan dan syarat-syarat dalam storytelling berganti dari abad-ke abad, dan dari kebudayaan satu ke kebudayaan yang lain, storytelling berkelanjutan untuk memenuhi dasar yang sama dari kebutuhankebutuhan secara social dan individu. Perilaku manusia nampaknya mempunyai impuls yang dibawa sejak lahir untuk menceritakan perasaan dan pengalamanpengalaman yang mereka alami melalui bercerita. Cerita dituturkan agar menciptakan kesan pada dunia. Mereka mengekspresikan kepercayaankepercayaan, keinginan-keinginan, dan harapan-harapan dalam cerita-cerita sebagai usaha untk menerangkan dan saling mengerti satu sama lain. B. Manfaat Storytelling Story telling sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk mempelajari berbagai macam hal dalam bentuk cerita yang disuguhkan dengan adanya media yang dapat membuat ketertarikan dalam belajar hal baru dan juga sebagai bahan media pembelajaran yang efektif untuk digunakan sekarang. Story telling identik dengan kartun atau tokoh fiksi yang membuat anak-anak merasa tertarik dengan cerita yang dibacakan atau dibawakan oleh storytelller atau pencerita, serta hal ini


menjadi hal yang bagus untuk metode pembelajaran anak-anak sekarang dimana story telling mencakup audio, visual dan kinestetik didalam yang dapat dinikmati anak-anak untuk lebih dapat memahami cerita yang disuguhkan storyteller. Karena melalui storytelling ini, anak dilatih untuk mendengar, menyimak hingga menyimpulkan suatu cerita. Ini sangat penting bagi karena mampu menumbuhkan kreativitas sedari dini, dapat memperkuat kecerdasan emosional pada anak. Selain itu, anak juga akan belajar melalui pesan dan nilai moral yang diceritkan sehingga melatih rasa empati dan simpati. Saat inilah, sang anak akan belajar memahami dan mengenal emosinya. Ketika anak-anak mendengar cerita, mereka menggunakan imajinasi mereka. Mereka menggambarkan cerita dari deskripsi pembaca cerita. Kreativitas ini bergantung pada bagaimana pembaca cerita dapat menghidupkan ceritanya, dan bagaimana pendengar aktif meginterpretasikan apa yang didengarnya. Banyak sekali manfaat storytelling di antaranya adalah: pertama, penanaman nilai-nilai. Storytelling merupakan sarana untuk “mengatakan tanpa mengatakan”, maksudnya storytelling dapat menjadi sarana untuk mendidik tanpa perlu menggurui. Pada saat mendengarkan dongeng, anak dapat menikmati cerita dongeng yang disampaikan sekaligus memahami nilai-nilai atau pesan yang terkandung dari cerita dongeng tersebut tanpa perlu diberitahu secara langsung atau mendikte. Kedua, mampu melatih daya konsentrasi. Storytelling sebagai media informasi dan komunikasi yang digemari anakanak, melatih kemampuan mereka dalam memusatkan perhatian untuk beberapa saat terhadap objek tertentu. Ketika seorang anak sedang asyik mendengarkan dongeng, biasanya mereka tidak ingin diganggu. Hal ini menunjukkan bahwa anak sedang berkonsentrasi mendengarkan dongeng. Ketiga, mendorong anak mencintai buku dan merangsang minat baca dan menulis. Storytelling dengan media buku atau membacakan cerita kepada anak-anak ternyata mampu mendorong anak untuk mencintai buku dan gemar membaca dan kemudian dapat menjadi media yang cukup tepat dalam melatih kemampuan menulis. Anak dapat


berbicara dan mendengar sebelum ia belajar membaca dan kemudian akan dapat menuliskan kembali apa yang dibacanya.karena tulisan merupakan sistem sekunder bahasa, yang dapat diawali terlebih dahulu membaca kemudian dihubungkan dengan bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu, pengembangan sistem bahasa yang baik sangat penting untuk mempersiapkan anak belajar membaca dan menulis. Storytelling dapat menjadi contoh yang efektif bagi anak mengenai cara membaca dan menulis. Bercerita tentang sebuah kisah ini bukan hanya sekadar menyampaikan cerita begitu saja, tetapi kita juga harus memikirkan sebuah cara agar pendengar atau penyimak bisa menikmati setiap jalan cerita yang disampaikan. Bahkan, seseorang ketika bercerita perlu memikirkan bagaimana supaya makna sebuah kisah dapat tersampaikan dengan baik. Dengan demikian, kegiatan bercerita ini tidak mudah untuk dilakukan karena membutuhkan sebuah cara khusus atau harus melakukan pelatihan dengan pelatih secara rutin. Maka dari itu, kemampuan bercerita perlu dimiliki oleh seseorang walaupun tidak digunakan di depan orang banyak. Dengan bercerita, seseorang akan mudah untuk menuangkan isi pikirannya, sehingga bisa menghasilkan sebuah kisah. Namun, bagi sebagian orang yang pandai bercerita terkadang menggunakan kisah-kisah dongeng yang sudah ada, seperti timun emas, si kancil dan buaya, dan masih banyak lagi. Cerita merupakan media yang sangat baik. Cerita, yang diceritakan dengan baik dapat menginspirasi suatu tindakan, membantu perkembangan apresiasi kultural, kecerdasan emosional, memperluas pengetahuan anak-anak, atau hanya menimbulkan kesenangan. C. Metode Penyampaian Cerita 1. Tempat Bercerita Bercerita tidak selalu harus dilakukan dalam ruangan, tetapi juga bisa dilakukan di luar yang dianggap baik oleh pencerita agar anak-anak bisa duduk dan mendengarkan cerita. Menciptakan tempat bercerita yang sesuai bisa


dilakukan dengan mengadakan sesi di ruang terbuka, dan yang terpenting adalah menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan penuh kepedulian dimana anakanak dapat merasa nyaman mendengarkan dan berpartisipasi dalam sesi bercerita. 2. Posisi Duduk Sebelum pencerita memulai cerita, sebaiknya memposisikan anak-anak dengan posisi yang baik untuk mmendengarkan cerita. Kemudian pencerita bisa duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita. Selama bercerita, pencerita sebaiknya tidak duduk terus, tetapi juga berdiri, bergerak, dan mengubah posisi gerakan sesuai dengan jalanya cerita. 3. Bahasa Cerita Bahasa dalam bercerita hendaknya menggunakan gaya bahasa yang lebih tinggi dari gaya bahasa anak-anak sehari-hari, tetapi lebih ringan dibandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan catatan, tetap dipahami oleh anakanak. Dalam bercerita pencerita juga hendaknya menggunakan kata-kata dan ung- kapan yang pendek dan baru tapi mudah diingat dan dekat dengan anak. Seperti ungkapan Kelinci 'keras kepala. Kata 'keras kepala' boleh jadi tidak dikenal artinya di kalangan para anak. Pencerita dapat menjelaskannya dengan kata 'yang kepala- nya gundul'. Ia akan mengatakan, 'Kelinci keras kepala yang kepalanya gundul'. Dengan memberi kata baru yang disertai penjelasan arti akan membekas dalam ingatan anak-anak. 4. Penampakan emosi Saat bercerita, pencerita harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si pencerita sendiri. Jika situasinya menunjukkan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal tersebut. Jika pencerita menampakkan ekspresi yang berlawanan dengan apa yang diceritakan, seperti tersenyum


dalam cerita yang sedih atau sebaliknya, maka itu adalah kesalahan besar. Begitu juga jika pencerita membiarkan para anak memperlihatkan ekspresi yang berlawanan, misalnya mereka tertawa ketika mendengar ucapan: "Kemudian laki-laki buta itu berjalan hingga kakinya terantuk batu dan terjatuh." 5. Penguasan terhadap anak yang tidak serius Ketika proses bercerita berlangsung, mungkin menemukan salah seorang anak yang mengabaikan cerita dan menyepelekannya. Dalam hal ini pencerita tidak boleh memotong penyampaian cerita untuk memperingatkan anak tersebut, tetapi dapat dengan menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukkan kembali si anak di tempat duduknya, atau membiarkannya berdiri di samping sang pencerita. Bisa juga dengan menyebut nama anakmisalnya Ibrahim dan melihatnya dengan pandangan tajam. Kemudian bercerita, umpamanya tentang Mahjubah Si Pemalas dengan menyebut nama Ibrahim di tempat cerita. Contohnya, "Ibrahim, konon ada seorang anak bernama Mahjubah. Ia selalu tidur sejak Maghrib dan bangun terlambat yaitu ketika matahari telah naik."


BAB 5 LITERASI LINGKUNGAN A. Pengertian Literasi Lingkungan Menurut Hollweg et al (2011), literasi lingkungan diartikan sebagai pengetahuan tentang lingkungan serta sikap seseorang yang digunakan untuk membuat keputusan yang efektif dalam berbagai konteks lingkungan. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi lingkungan apabila orang tersebut telah mampu bertindak dalam isu-isu lingkungan. Literasi lingkungan adalah suatu sikap peduli terhadap perlindungan lingkungan hidup menjaga keseimbangan. Sikap peduli ini juga dipahami sebagai sikap melek lingkungan, di mana tidak hanya pengetahuan lingkungan tetapi juga memiliki sikap responsif dan kompeten memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup. Sikap peduli lingkungan merupakan kompetensi yang sangat mendesak untuk dikuasai oleh manusia terutama anak-anak, dikarenakan semakin banyak isu global tentang kerusakan lingkungan oleh manusia. Sikap tersebut apabila tidak diatasi maka akan menjadi sikap yang bisa diturunkan kepada generasi selanjutnya atau dengan kata lain dapat menjadi budaya turun temurun. Kemampuan literasi lingkungan seseorang diperlukan untuk memberikan tindakan nyata terhadap lingkungan agar tetap terjaga kondisi dan kelestariannya. Kemampuan tersebut sebaiknya ditanamkan sejak dini, karena nilai yang diajarkan kepada anak-anak akan tertanam lama dan mudah diterima oleh mereka. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Taufiqi (2016), bahwa masa terbaik dalam penanaman pendidikan karakter adalah dimasa anak usia dini dan apabila masa ini terlewatkan maka akan semakin sulit membentuk karakter yang baik pada diri anak. Karakter yang baik ini diantaranya juga adalah cinta dan menjaga lingkungan. Dewasa ini, literasi lingkungan telah banyak dibahas dan dikembangkan, salah satunya oleh NAAEE (Nort American Association for Environmental Education). NAEE telah merumuskan tentang konsep literasi lingkungan, komponen-komponen literasi lingkungan serta melakukan penelitian-penelitian


mengenai literasi lingkungan. Environment Education and Training Patnership (EETAP) menegaskan bahwa seseorang melek lingkungan jika dia tau yang akan dia lakukan untuk lingkungan (NAAEE, 2011). Hal tersebut dapat diartikan bahwa literasi lingkungan memiliki komponen karakter seseorang yang dapat menjaga lingkungan dengan baik, tidak hanya memanfaatkan saja namun juga mampu mengatasi masalah-masalah lingkungan yang timbul dari tindakan memanfaatkan tersebut. B. Pentingnya Literasi Lingkungan Literasi lingkungan lebih baik diberikan sedini mungkin, mengingat krisis bumi yang melatarbelakangi pentingnya literasi ini demi memperbaiki kesalahankesalahan yang mengakibatkan bumi dalam kondisi yang memprihatinkan kehidupan manusia (Buxton& Provenzo, 2007). Literasi lingkungan sangat diperlukan untuk menciptakan masyarakat yang berwawasan lingkungan, yang sadar akan arti lingkungan bagi keberlangsungan hidup manusia. Literasi lingkungan melibatkan pengembangan kesadaran atau kepedulian, komitmen yang bertanggungjawab, sikap, nilai-nilai dan etika, pengetahuan dan keterampilan yang penting dalam memecahkan permasalahan lingkungan untuk keberlangsungan hidup ekosistem. Bagi anak jalanan, literasi lingkungan akan menumbuhkan kesadaran anak terhadap permasalahan nyata terkait lingkungan yang ada di sekitarnya, mengetahui dan melakukan tindakan yang menjadi solusi dari permasalahan tersebut (Aeni, 2020). Literasi lingkungan akan menumbuhkan sikap peduli, empati, dan aktif ambil andil dalam kegiatan lingkungan (Maslamah et al., 2021). Literasi lingkungan sebagai bekal bersikap dan bertindak di lingkungan sekitarnya dan di masyarakat terkait menjaga kebersihan, keasrian, dan kelestarian lingkungan. Literasi lingkungan sangat penting ditumbuhkan sebagai bagian dari keterampilan hidup siswa anak. Tingkat perkembanganya literasi lingkungan pada anak jalanan sebaiknya dikembangkan dengan mengajak mereka melakukan tindakan nyata atau melakukan sesuai (learning by doing) atau menunjukkan isu-isu nyata yang kontekstual dan kegiatan-kegiatan nyata terkait pelestarian lingkungan.


Literasi lingkungan memiliki peran penting dalam kehidupan anak jalanan diantaranya literasi lingkungan membantu anak jalanan memahami pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan. Mereka dapat belajar tentang dampak buruk dari pencemaran, limbah plastik, dan perubahan iklim. Pengetahuan ini dapat merangsang perubahan sikap dan tindakan positif terhadap lingkungan. Anak-anak jalanan mungkin lebih rentan terhadap masalah kesehatan lingkungan, seperti polusi udara dan air. Literasi lingkungan memberikan pengetahuan tentang cara menjaga diri mereka sendiri dan komunitas mereka dari dampak buruk lingkungan. Literasi lingkungan dapat memberikan anak jalanan kemampuan agar bisa ikut serta dalam upaya pelestarian lingkungan di masyarakat mereka. Mereka dapat terlibat dalam kegiatan seperti penanaman pohon, membersihkan sungai, dan kampanye lingkungan. Literasi lingkungan juga membuka pintu untuk berinteraksi dengan berbagai kelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Anak-anak jalanan dapat terlibat dalam kegiatan bersama dengan organisasi lingkungan, sukarelawan, dan komunitas lokal. C. Evaluasi Kemampuan Literasi Lingkungan Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi lingkungan apabila orang tersebut mampu bersikap terhadap isu-isu lingkungan. Menurut (Susilastri & Rustaman, 2015) bahwa kemampuan literasi lingkungan seseorang dapat diukur melalui empat komponen yaitu: 1) Pengetahuan lingkungan yang meliputi dasar-dasar lingkungan; 2) Sikap terhadap lingkungan yang meliputi pandangan tentang lingkungan, kepekaan terhadap kondisi lingkungan, dan perasaan terhadap lingkungan; 3) Ketrampilan kognitif yang meliputi identifikasi masalah lingkungan, analisis lingkungan dan pelaksanaan perencanaan; dan 4) Perilaku yang meliputi tindakan nyata terhadap lingkungan. Komponen-komponen tersebut merupakan acuan yang digunakan untuk menilai sejauh mana kemampuan literasi lingkungan seseorang.


Dalam pelaksanaan kegiatan PKM-PM, tim dan mitra akan melaksanakan kegiatan yang mencerminkan perilaku yang peduli lingkungan yaitu melakukan sosialisasi kepada mitra terkait pentingnya literasi lingkungan, melakukan kegiatan bersih-bersih di sekitar tempat pelaksanaan PKM-PM, dan melakukan kegiatan penanaman pohon. Dalam kegiatan sosialisasi, anak-anak akan ditanya terkait pengetahuannya akan literasi lingkungan, sedangkan kegiatan bersih-bersih dan penanaman pohon dilakukan untuk melihat sikap dan perilaku anak-anak terhadap kondisi lingkungan.


Click to View FlipBook Version