The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Unsur Transisi adalah unsur – unsur dan konfigurasi elektronnya berakhir pada subkulit d dan subkulit f. Unsur transisi yang elektron terakhirnya berada pada subkulit d disebut dikelompokkan sebagai unsur transisi luar, Unsur transisi yang elektron terakhirnya berada pada subkulit f disebut dikelompokkan sebagai unsur transisi dalam.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dudel2603, 2021-11-04 20:01:00

Unsur Transisi-kelas 12 MIPA 2

Unsur Transisi adalah unsur – unsur dan konfigurasi elektronnya berakhir pada subkulit d dan subkulit f. Unsur transisi yang elektron terakhirnya berada pada subkulit d disebut dikelompokkan sebagai unsur transisi luar, Unsur transisi yang elektron terakhirnya berada pada subkulit f disebut dikelompokkan sebagai unsur transisi dalam.

Keywords: Kimia,unsur transisi,kelas 12,pendidikan

KELOMPOK 6

UNSUR TRANSISI

XII MIPA 2

Unsur transisi Unsur transisi Unsur
transisi
unsur transisi unsur transisi unsur
transisi unsur transjsi unsur
transisi unsur transisi
Unsur transisi unsur transisi unsur
transisi

Penyusun Makalah

Seno Oktariadi (31)
Siti Nazarina (32)
Siti Nurhalizha (33)
Tarangga Athallah (34)
Tasya Alifiya (35)
Zhakilla Syafa Nameera (36)

Editor : zhakilla syafa nameera

I

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkat dan rahmat-Nya kami telah selesai menyusun

makalah yang berjudul "UNSUR TRANSISI" . Tak lupa

kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

makalah ini baik secara moral maupun materil. Kami

juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu Puji

selaku guru mata pelajaran Kimia sebagai pembimbing

dalam proses penyelesaian makalah ini serta terima
kasih atas dalam

kesediaan para pembaca

partisipasinya untuk membaca dan memahami makalah

kami. Maka dari itu kami berusaha dengan keras

menyusun makalah kami dengan menggunakan sumber

yang sebaik-baiknya agar pembaca tidak jenuh dalam

mempelajarinya, dan juga mampu dengan mudah

memahami setiap kata maupun kalimat saat

membacanya

Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan
saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini

II

Daftar isi

Penyusun Makalah ........................................ I
Kata Pengantar ............................................ II
Daftar Isi ....................................................... III
I. Pendahuluan .............................................. IV
Latar belakang ........................................... IV
Rumusan Masalah & Tujuan ...................... V
II. Isi .................................................................. 1
A. Pengertian Unsur Transisi .................... 1
B. Anggota Unsur Transisi ......................... 1
1. Jenis dan Ciri Unsur Transisi ................ 2
C. Senyawa/Ion Kompleks ......................... 5
1. Warna Senyawa Kompleks .................... 8
D. Sifat dan Keunikan Unsur Transisi .... 10
E. Fungsi dan Cara mendapatkannya .... 14
III. Kesimpulan .............................................. 18
IV. Saran ........................................................ 19
V. Daftar Pustaka ...................................... 19

III

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam makalah ini, kita akan mempelajari tentang
sifat unsur transisi periode keempat, reaksi kimia
dan pengolahan unsur transisi periode keempat,
pemanfaatan unsur transisi periode keempat dalam
kehidupan sehari-hari, sifat senyawa kompleks yang
terbentuk dari berbagai unsur transisi periode
keempat, serta penulisan nama senyawa kompleks
yang terbentuk.
Unsur transisi adalah unsur yang dapat
menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur
yang lain. Unsur transisi periode keempat umumnya
memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang
belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada
Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur transisi
periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang
tidak dimiliki oleh unsur-unsur golongan utama,
seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik,
serta kemampuan membentuk senyawa kompleks.
Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh
unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium
(V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt
(Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

IV

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan unsur transisi?
2. Apa saja sifat fisis dan kimia unsur-unsur periode ke empat?
3. Bagaimana keunikan dari unsur transisinya?
4. Bagaimana kegunaan dari contoh unsur-unsur transisi ?
5. Apa saja jenis dan contoh dari unsur transisi?
6. Dan bagaimana pembuatan / cara mendapatkan unsur-

unsur transisi periode keempat?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari unsur transisi
2. Untuk mengetahui apa saja sifat-sifat yang dimiliki

oleh unsur transisi
3. Untuk mengetahui kegunaan dari unsur transisi
4. Untuk mengetahui apa saja jenis contoh yang termasuk

golongan dari unsur transisi

V

II. Isi

A. Pengertian Unsur Transisi




Unsur transisi merupakan unsur-unsur yang terletak antara kelompok
logam reaktif dengan kelompok nonlogam serta yang memiliki
subkulit d atau subkulit f yang terisi sebagian. Unsur transisi biasanya
memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu, hal ini disebabkan karena
mudahnya unsur transisi melepaskan elektron valensinya. Adanya
elektron-elektron yang tidak berpasangan menyebabkan unsur-unsur
transisi bersifat paramagnetik, semakin banyak elektron yang tidak
berpasangan maka semakin kuat sifat paramagnetiknya. Unsur
transisi memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks
dan larutan berwarna. Hal ini disebabkan karena senyawa tersebut
menyerap energi pada daerah sinar tampak. Penyerapan energi
menyebabkan terjadinya eksitasi, yaitu transisi elektronik ke tingkat
energi yang lebih tinggi. Keadaan eksitasi ini tidak stabil dan akan
kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh
energi eksitasinya sehingga akan menimbulkan warna tertentu pada
larutan.

B. Anggota Unsur Transisi

1

1. Jenis dan Ciri Unsur Transisi

SKANDIUM yang
1. Merupakan logam transisi
lunak.

2. Mudah terbakar.
3. Memiliki sifat amfoter.

TITANIUM
1. Merupakan logam transisi yang
berwarna putih metalik keperakan.
2. Logam Ti diperoleh melalui reaksi:

→ ₂TICI (1) + Mg(1) Ti(l) + 2MgCl (g)

3. Memiliki kekuatan seperti baja namun
45% lebih ringan.
4. Titanium bersifat amfoter dan tidak
tembus cahaya.
5. Titanium murni tidak larut dalam air
namun dapat larut dalam asam
konsentrasi tinggi.

VANADIUM
1. Merupakan logam lunak berwarna
putih keabuan dan dapat
2. Tahan terhadap korosi karena
mampu membentuk lapisan oksida.

₂3. Oksida yang terpenting adalah V O,

yang digunakan sebagai katalisator
dalam produksi asam sulfat dengan
proses kontak.

2

KROMIUM

1. Penggunaan untuk pembuatan baja tahan

₂ ₂karat, melalui reaksi: Fe(CrO ) + 4C [Fe + 2Cr] +

4CO

₂ ₂2. K Cr O, adalah oksidator dalam suasana asam,

digunakan dalam analisis kuantitatif untuk

mengetahui jumlah zat yang dioksidasi misal:

² ₂ ₂Fe +, H S, CO2, dan lain-lain. Ion Cr O, dalam
³suasana asam akan tereduksi menjadi Cr +.

₂ ² → ³ ₂Cr 0, + 14H+ + 6e 2Cr + + 7H O

Jingga hijau

₂ ₂ ₂3. Na Cr O,.H O dipakai untuk menyamak kulit.

MANGAN

1. Merupakan logam yang sangat keras, sulit

meleleh, dan mudah teroksidasi

2. Mangan murni bersifat reaktif dan akan

terbakar di udara jika berwujud serbuk.

3. Banyak digunakan pada industri baja

4. KMnO, merupakan oksidator kuat dalam

suasana asam digunakan dalam analisis kuantitatif

untuk mengetahui jumlah zat yang dioksidasi misal:

²Fe +, H.S.C.O.

5. Lon MnO, dalam suasana asam tereduksi

² → ² ₂menjadi Mn .
MnO, +8H* + Se
Mn + 4H O

Ungu tidak berwarna

NIKEL
1. Merupakan logam keras berwarna putih
keperakan, dapat ditempa dan tahan
terhadap korosi.
2. Merupakan konduktor panas dan listrik
yang baik.
3. Nikel digunakan dalam logam campuran
seperti monel, terdiri atas 60% Ni dan 40%
Cu serta nikrom, terdiri atas 60% Ni, 25% Fe,
dan 15% Cr.

3

KOBALT
1. Merupakan logam yang keras.
2. Bersifat feromagnetik sehingga
dapat dibuat magnet.
3. Isotopnya yang radioaktif digunakan
dalam terapi kanker.
4. Paduan logam kobalt adalah alnico,
yaitu paduan dari Aluminium, nikel, dan
kobalt.

SENG
1. Seng merupakan logam ringan yang
kilapnya berwarna putih kebiruan.
2. Penggunaan seng adalah sebagai
pelapis besi untuk mencegah besi
berkarat karena seng di udara lembab
membentuk seng karbonat basa
[Zn(OH),CO,] yang berupa lapisan tipis
di permukaan logam seng.

BESI
1. Merupakan logam keras berwarna
putih yang dapat ditempa.
2. Besi murni mudah teroksidasi
dalam udara lembab membentuk
karat
Pengolahan Besi

4

TEMBAGA
1. Merupakan logam berwarna
kemerahan yang mudah
ditempa.
2. Merupakan konduktor listrik
dan panas yang baik.
3. Paduan Cu-Sn disebut
perunggu dan paduan Cu-Zn
disebut kuningan.

C. Senyawa/Ion Kompleks

Unsur-unsur transisi memiliki kemampuan untuk membentuk

senyawa/ion kompleks dengan banyak gugus yang disebut

ligan. Dalam membentuk ikatan, kation dari logam-logam

transisi disebut sebagai atom pusat dan bertindak sebagai

asam Lewis sedangkan ligan akan bertindak sebagai basa

Lewis. Ligan harus memiliki pasangan elektron bebas yang akan

didonorkan kepada orbital orbital kosong dari a Kosong dari

atom pusat, Ikatan yang terjadi antara atom pusat dengan

ligan adalah ikatan koordinasi. Jumlah ikatan koordinasi yang

dapat dibentuk oleh atom pusat disebut dengan bilangan

koordinasi.

² → ₂ ²Contoh: Cu + + 4NH,
[CuCl )

Dalam ion Dalam biloks +2 dan [CUCI), Cu bertindak

sebaga pusat dengan +2 dan NH, sebagai ligan. Ion kompleks

tersebut memiliki bilangan koordinasi 4 dan muatan dari ion

tersebut adalah -2. Berdasarkan banyaknya pasangan elektron

yang akan didonorkan ke atom pusat jenis ligan terbagi atas:

1. Ligan monodentat

Ligan monodentat adalah ligan yang mendonorkan sepasang

elektron untuk berikatan. Contoh: NH3, H2O, CI-, Br-, I-, F-, CN-,

OH-, dan SCN-.

2. Ligan bidentat

5

Ligan bidentat adalah ligan yang mendonorkan dua pasang
elektron untuk berikatan. Contoh: NO, SO42-, CH3COO-,
dan etilendiamin (en).
3. Ligan polidentat
Ligan polidentat adalah ligan yang mendonorkan lebih dari
dua pasang elektron untuk berikatan. Contoh: dietilentriamin,
EDTA, dan tripiridin.

Tata nama senyawa/ion kompleks
Secara umum tata nama dari suatu lon kompleks adalah
sebagai berikut:

lon Jumlah ligan - Nama ligan - Nama atom
pusat – Biloks atom pusat
Namun jika senyawa kompleks tersebut dalam bentuk garam
maka tata namanya adalah nama kation dahulu setelah itu
nama anionnya. Misalnya Cu(NH,) SO, merupakan garam
yang terdiri dari kation Cu(NH) dan anion SO2, maka nama
dari garam tersebut adalah dahulukan nama Cu(NH,),
kemudian dilanjutkan dengan nama SO
Jumlah ligan
Untuk menyatakan banyaknya ligan digunakan awalan
Yunani. Perhatikan tabel berikut.

Catatan: yang ditanda kurung jarang digunakan

6

Nama Ligan

Berdasarkan muatannya ligan terdiri atas ligan netral (tidak

bermuatan) dan ligan negatif (anion). Ligan-ligan netral

memiliki nama yang khusus.

NH3: amin ₂H O: aqua

NO : nitrosil CO : karbonil

Ligan-ligan negatif memiliki nama seperti biasa tetapi diberi

akhiran o. CN:siano. Br: bromo.

‐OH : hidrokso

Cl-: kloro SO42- : sulfato SCNtiosianato

₂ ‐NO : nitrito NO3- : nitrato F- : fluoro

CO3- : karbonato

Jika terdapat suatu ion kompleks yang memiliki lebih dari

satu ligan maka urutan penamaan ligan berdasarkan

₂abjadnya. Misalnya: pada ion [Cr(H O) Cl], maka urutan

penamaan ligan adalah dahulukan menyebut ligan aqua baru

kemudian ligan kloro.

Atom pusat

Ion kompleks dapat berupa kation maupun anion dan

dalam membedakannya dapat dilihat dari penamaan atom

pusatnya. Untuk kompleks kation cara penulisan atom

pusatnya adalah nama logam itu sendiri. Untuk kompleks

anion cara penulisan atom pusatnya adalah nama logam

₂ ³ditambah akhiran -at. Contoh: Fe(H O)6 + atom pusat ditulis
³ferrum dan FeCl atom pusat ditulis ferrat.

Biloks atom pusat

Untuk menunjukkan tingkat oksidasi dari atom pusat maka

biloks atom pusat perlu ditulis dalam bentuk angka romawi.

Contoh: ₂H O merupakan ligan

₂Cu(H O),2+.
₂BO Cu + (4 x BO H O) = +2

netral

BO Cu + O = 2 sehingga BO = 0

BO Cu = +2

7

Ion kompleks di atas berupa kation dengan atom pusat

Cu yang memiliki biloks +2 dan mengikat empat ligan

₂H O maka nama ion tersebut dapat ditulis ion tetraaqua

cuprum (II). Ion heksasiano ferrat(II).

Fe(CN)64- : ion heksasiano ferrat (II)
: ion pentaamin kloro
₂ ²[Co(NH ),CI] +

kobalt(III)

NiCl42- : ion tetrakloro nikelat(II)

K4 [Fe(CN)6 : kalium heksasiano ferrat(II)

₂ ₂[Co(NH3)4 (H O)CI]CI : tetraamin aqua kloro

₂ ₂kobalt(III) klorida (NH ),[CuBr ]

(NH4)2[CuBr4] : ammonium tetra bromo

kuprat(II)

1. Warna Senyawa Kompleks

Suatu zat/benda menghasilkan warna bila zat/benda
tersebut menyerap sejumlah energi warna tertentu
(dengan panjang. Gelombang tertentu) dan melepaskan
warna lain. Warna yang kita lihat adalah warna yang
dipantulkan oleh zat/benda tersebut. Sejumlah energi
yang diserap oleh suatu zat biasanya digunakan untuk
melakukan transisi elektronik dalam atom-atom
penyusun zat tersebut.

Unsur-unsur transisi dapat membentuk senyawa-
senyawa berwarna karena juga dapat melakukan transisi
elektronik. Seperti yang kita ketahui bahwa unsur transisi
adalah unsur pengisi orbital d, dan terdapat lima jenis
orbital d yaitu dxy, dz2, dx2-y2, dan dyz

Berdasarkan Teori Medan Kristal, kelima jenis orbital

tersebut memiliki tingkat energi yang sama jika atom

transisi dalam keadaan terisolasi. Namun dengan

hadirnya ligan dalam pem bentukkan senyawa kompleks

maka akan terjadi perbedaan tingkat energi antara

orbital orbital tersebut.

8

(Pembentukan kompleks oktahedral)

Pada pembentukan kompleks oktahedral, ligan-ligan dalam
berkoordinasi dengan atom pusat akan menyerang melalui
sumbu x, y, dan z. Hal yang terjadi adalah orbital-orbital d

₂² ²yang tepat berada pada sumbu x, y, dan z (d , dan d2 ) akan

mengalami efek tolakan (ligan membawa muatan negatif dan
orbital juga bermuatan negatif) yang lebih besar dari pada
orbital-orbital yang berada di antara sumbu (d, d dan d). Hal

² ²ini membuat tingkat energi dari orbital d22, dan d , menjadi

meningkat dan lebih besar dibandingkan orbital dy d dyz dan
terdapat selisih energi antar orbital-orbital tersebut yang
dilambangkan dengan A.
Gambar 20.2. Tingkat energi pembentukkan kompleks
oktahedral.

(Tingkat energi pembentukan kompleks tetrahedral) 9

Pada sistem kompleks tetrahedral berlaku keadaan
sebaliknya. Di mana ligan-ligan menyerang melalui daerah
antara sumbu x, y, dan z. Kemudian, membuat orbital-orbital
yang berada di antara sumbu tersebut memiliki tingkat
energi yang lebih besar daripada orbital-orbital yang
berada pada sumbu.

D. Sifat dan Keunikan Unsur Transisi

1. Senyawa berwarna

Warna pada senyawa yang mengandung
logam transisi pada umumnya disebabkan
oleh transisi elektron dalam dua tipe:
a.) transfer muatan kompleks. Sebuah
elektron dapat melompat dari orbit ligan
ke orbit logam, membentuk ligand to metal
charge transfer (LMCT). Hal ini dapat
dilihat dengan mudah jika logam sedang
pada bilangan oksidasi yang tinggi.
Sebagai contoh, warna pada ion kromat,
dikromat, dan permanganat termasuk tipe
ini.

Contoh lainnya adalah pada raksa(II) iodida yang berwarna merah

karena transisi LMCT.

Transisi metal to ligand charge transfer (MLCT) terjadi ketika logam

dalam bilangan oksidasi yang rendah sehingga ligan dengan mudah

tereduksi.

b.) transisi d-d. Sebuah elektron melompat dadi satu orbit d ke orbit

yang lain. Pada senyawa logam transisi yang kompleks, antarorbit d

tidak mempunyai tingkat energi yang sama. Pola pemisahan orbit d

dapat dihitung dengan teori medan kristal. Tingkat pemisahan

tergantung pada jenis logam, bilangan oksidasi, dan sifat dari ligan.

Tingkat energi yang sebenarnya ditunjukkan oleh diagram Tanabe-

Sugano.

Pada kompleks yang sentrosimetrik, seperti oktahedral, transisi d-d

melanggar aturan Laporte dan hanya terjadi karena penggabungan

vibronik di mana getaran molekul terjadi bersamaan dengan transisi

d-d. Kompleks tetrahedral mempunyai warna yang lumayan terang

karena perpaduan subkulit d dan p dimungkinkan jika tidak ada pusat

simetri, sehingga transisi tidak murni d-d. 10

2. Bilangan oksidasi

Salah satu ciri logam transisi adalah di mana unsur-
unsur tersebut mempunyai lebih dari satu bilangan
oksidasi. Contohnya, pada senyawa vanadium diketahui
mempunyai bilangan oksidasi mulai -1 pada V(CO)6-
hingga +5 pada VO43-. Bilangan oksidasi maksimum
pada logam transisi baris pertama sama dengan jumlah
elektron valensi seperti titanium (+4) dan mangan (+7)
namun berkurang pada unsur-unsur selanjutnya. Pada
baris kedua dan ketiga ada ruthenium dan osmium
dengan bilangan oksidasi +8. Pada senyawa seperti
[Mn04]- dan OsO4, unsur logam transisi memperoleh
oktet yang stabil dengan membentuk empat ikatan
kovalen. Bilangan oksidasi terendah ada pada senyawa
Cr(CO)6 (bilangan oksidasi nol) dan Fe(CO)42-
(bilangan oksidasi -2) di mana aturan 18 elektron
dipatuhi. Senyawa tersebut juga merupakan kovalen.
Ikatan ion biasanya terbentuk pada bilangan oksidasi +2
atau +3. Pada senyawa yang terlarut, ion tersebut
biasanya berikatan dengan enam molekul air yang
tersusun secara oktahedral.

3. Kemagnetan
Senyawa pada logam transisi biasanya bersifat
paramagnetik apabila terdapat satu atau lebih elektron
tak berpasangan pada subkulit d. Pada senyawa
oktahedral dengan elektron antara empat hingga tujuh
pada subkulit d, spin tinggi dan spin rendah mungkin
terjadi. Senyawa tetrahedral seperti [FeCl4]2- bersifat
spin tinggi dikarenakan pemisahan medan kristal yang
rendah sehingga energi yang diperoleh dari elektron
yang berada pada tingkat energi yang lebih rendah
selalu lebih kecil daripada energi yang diperlukan untuk
memasangkan spin. Beberapa senyawa bersifat
diamagnetik.

11

Yang termasuk golongan ini adalah senyawa oktahedral,
spin rendah, d6, dan d8 yang berbentuk segi empat
planar. Feromagnetisme terjadi jika atom tunggal
bersifat paramagnetik dan arah spin tersusun sejajar
satu sama lain pada bahan kristal. Logam besi dan
campuran alniko adalah contoh senyawa logam transisi
yang bersifat feromagnetik. Anti-feromagnetisme
adalah contoh sifat kemagnetan yang terbentuk dari
susunan khusus dari spin tunggal pada benda padat.

4. Sifat katalitik

Logam transisi dan senyawanya diketahui mempunyai
aktivitas katalitik sifat homogen dan heterogen. Aktivitas
ini berasal dari kemampuan logam transisi untuk
mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi dan
kemampuan membentuk senyawa kompleks. Sebagai
contoh Vanadium (V) oksida dikenal dapat memisahkan
besi (pada proses Haber) dan nikel (pada hidrogenasi
katalitik). Katalis pada permukaan bidang padat
menyertakan pembentukan ikatan antara molekul
reaktan dan atom pada permukaan katalis. Hal ini
mempunyai pengaruh meningkatnya konsentrasi reaktan
pada permukaan katalis dan memperlemah ikatan pada
molekul yang bereaksi (menurunkan energi aktivasi
reaksi). Dan juga karena unsur logam transisi dapat
mengubah bilangan oksidasinya, sehingga efektif
sebagai katalis.

12

5. Sifat magnetik

Didasarkan atas perilaku suatu

zat dalam bidang magnet, zat

– zat dibagi menjadi tiga

golongan yaitu:

a.) Diamagnetik = tidak

tertarik/terpengaruh oleh

medan magnet

b.) Paramagnetik = tertarik

sebagian oleh medan magnet

c.) Feromagnetik = sangat

tertarik oleh medan magnet.

6. Kecenderungannya membentuk senyawa-senyawa
non-stoikiometrik, yaitu senyawa-senyawa dengan
struktur dan proporsi yang tak-tentu. Contohnya besi(II)
oksida seharusnya ditulis dengan penambahan garis di
atas formulanya FeO untuk mengindikasikan bahwa
rasio atom-atom Fe dan O tidak tepat 1 : 1. Suatu
analisis menunjukan bahwa formulanya bervariasi antara
Fe0,94O dan Fe0,84O.

Ciri khusus unsur transisi:
1. pembentukan senyawa yang warnanya disebabkan
oleh transisi elektron d-d
2. pembentukan senyawa dengan banyak bilangan
oksidasi, dikarenakan kereaktifan yang relatif rendah
pada elektron subkulit d yang tidak berpasangan
3. pembentukan beberapa senyawa paramagnetik
disebabkan oleh adanya elektron subkulit d yang tidak
berpasangan. Beberapa senyawa dari unsur golongan
utama juga merupakan paramagnetik (seperti nitrogen
oksida dan oksigen).

13

E. Fungsi dan Cara Mendapatkannya

1. Scandium (Sc). Logam ini

ditemukan pada mineral torvetit.

Skandium dibuat dengan elektrolisis

cairan ScCl3 yang dicampur

kloridaklorida lain. Manfaat unsur ini

utamanya ketika dipaukan logam

lain. Misalnya paduan alumunium -

skandium dipakai pada industri

aeroangkasa dan peralatan sukan.

2. Titanium (Ti). Ditemukan pada

mineral rutil yang di di bijih besi

sebagai ilmenit dan ferrotitanate.

Titanium terdapat pula pada karang,

silikat, bauksit, batubara, dan tanah

liat. Titanium dibuat dengan Metode

Kroll yang banyak menggunakan klor

dan karbon. Titanium dipaai pada

badan pesawat terbang dan pesawat

supersonik. Pada suhu tingga,

kekuatan titanium cenderung stabil.

3. Vanadium (V). Vanadium terdapat

pada senyawa karnotit dan vanadinit.

Frevonadium (logam campuran

dengan besi) dihasilkan dari reduksi

V2O5 dengan campuran silikon (Si)

dan besi (Fe). Vanadium kerap

dipergunakan untuk membuat

peralatan dengan kekuatan dan

kelenturan tinggi. Contohnya per mobil

dan alat mesin berkecepatan tinggi. 14

4. Kromium (Cr). Unsur ini ditemukan

pada krommit dan sejumlah kecil

kromoker. Logam krom dibuat

menurut proses goldschmidt dengan

jalan mereduksi Cr2O3 dengan

logam aluminium. Krom sering

digunakan untuk mengeraskan baja,

pembuatan baja tahan karat, hinga

membentuk banyak aloi (logam

campuran) yang bermanfaat.

5. Mangan (Mn). Mangan bisa

ditemukan pada biji berupa pirulosit

dan rodokrosit. Pembuatan

feromangan dilakukan dengan

mereduksi MnO2 dengan campuran

besi oksida dan karbon. Mangan

dipakai pada produksi baja yang

berguna saat pemurnian besi. Selain

itu digunakan pula untuk

mengeraskan baja.

6. Besi (Fe). Besi jarang ditemui

secara bebas di bumi, namun

berada dalam wujud bijih besi,

seperti hematite, siderite, dan

magnetite. Besi dibuat

menggunakan bijih besi dengan

cara mereduksi bijih dalam tanur

(tungku). Besi digunakan dalam

bahan cat seperti cat minyak, cat

air, atau cat tembok. Dapat pula

unsur ini untuk bahan tinta atau

mengkilapkan kaca. 15

7. Nikel (Ni). Nikel bisa ditemui

sebagai senyawa, seperti sulfida,

arsen, dan silikat. Nikel sering

ditemukan pada komponen

pemanas listrik sebagai logam

campuran. Nikel juga untuk aliase

seperti pada baja stainless,

monel, alnico, dan nikrom

8. Tembaga (Cu). Unsur ini dapat

ditemukan pda Pirit tembaga,

bornis, kuprit, melakonit, dan

malasit. Tembaga diperoleh dari

bijih kalkopirit CuFeS2 melalui

tahapan pengapungan,

pemangganggan, reduksi, dan

elektrolisis. Tembaga kerap

digunakan sebagai kabel

jaringan listrik. Pipa ledeng juga

sebagian memakai bahan dari

campuran tembaga.

9. Seng (Zn). Unsur tersebut

ditemukan di alam sebagai

senyawa sulfida seperti seng

blende, senyawa karbonat

kelamin, dan senyawa silikat

seperti hamimorfit. Pembuatan

logam seng dilakukan dengan

memanggang seng sulfida (ZnS)

lalu oksida seng direduksi

dengan karbon pijar. Seng

digunakan dalam pelapisan besi

dan baja sebagai pencegah

karat.

16

10. Kobalt (Co). Kobalts di alam

ditemuakan sebagai arsenda

dari Fe, Co, Ni dan dikenal

sebagai smaltit, kobaltit, dan

eritrit. Unsur Kobalt ketika hujan

hidroksida hujan, akan timbul

(NaOCl). Kobalt dipakai dalam

pembuatan alnico dengan

menyampurnya dengan besi,

nikel dan logam lain. Paduan

kobalt, kromium, dan wolfram

bisa dimanfaatkan dalam

peralatan berat, peralatan

bersuhu tinggi, peralatan yang

berkecepatan tinggi.

17

III. Kesimpulan

Unsur transisi merupakan unsur-unsur yang terletak
antara kelompok logam reaktif dengan kelompok
nonlogam serta yang memiliki subkulit d atau subkulit f
yang terisi sebagian. Contoh unsur transisi adalah
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr),
Mangan (Mn), Nikel (N), Seng (Zn), Kobalt (Co),Besi (Fe),
dan Tembaga (Cu). Ciri ciri unsur ini antara lain, warna
pada senyawa logam transisi disebabkan oleh transisi
elektron dalam dua tipe: a.) transfer muatan kompleks.
b.) transisi d-d; mempunyai lebih dari satu bilangan
oksidasi, bersifat paramagnetic, mempunyai aktivitas
katalitik sifat homogen dan heterogen, cenderung
membentuk senyawa-senyawa non-stoikiometrik.
Scandium (Sc), ditemukan pada mineral torvetit,untuk
industri aeroangkasa dan peralatan sukan. Titanium (Ti),
ditemukan pada mineral rutil, untuk badan pesawat
terbang. Vanadium (V). Vanadium terdapat pada
senyawa karnotit dan vanadinit, untuk per mobil.
Kromium (Cr), ditemukan pada krommit, untuk bahan
aloy. Mangan (Mn), ditemukan pada biji pirulosit dan
rodokrosit, untuk pengerasan baja. . Besi (Fe), ditemukan
pada bijih besi, untuk beragam cat. Nikel (Ni) ditemukan
pada senyawa, seperti sulfida, arsen, dan silikat. Untuk
pembuatan baja stainless. Tembaga (Cu), ditemukan
pada Pirit tembaga, bornis, untuk kabel jaringan listrik.
Seng (Zn) ditemukan pada senyawa sulfida untuk
pencegah karat. Kobalt (Co), ditemuakan sebagai
arsenda dari Fe, Co, Ni, untuk peralatan berat,untuk
lebih jelasnya tentang unsur transisi dapat dilihat dalam
uraian berikut.

18

IV. Saran

Menurut pendapat kami, unsur transisi ini sangat

berguna bagi kehidupan manusia untuk sekarang dan

selanjutnya, maka Manfaatkanlah unsur transisi yang

ada di bumi dengan sebaik-baiknya dan tidak

berlebihan karena dapat menimbulkan dampak negatif

juga serta jangan disalahgunakan dalam

penggunaannya untuk hal negatif.

V. Daftar Pustaka

Buku Kimia SMA Kelas XII Wening Sukmanawati, dkk.
Big book kimia kelas 1, 2, dan 3
http://repository.uin-
suska.ac.id/12967/7/7.%20BAB%20II_2018502PK.pdf
https://tirto.id/sifat-kimia-unsur-transisi-periode-4-
proses-pembuatan-dan-manfaat-gizl
https://id.wikipedia.org/wiki/Logam_transisi
https://lms.untad.ac.id/mod/page/view.php?
id=11173&forceview=1

19


Click to View FlipBook Version