TAHUKAH KAMU ???? H E W A N B E R F O T O S I N T E S I S & T U M B U H A N T I D A K B E R F O T O S I N T E S I S Siti Soimah, S.P.,S.Pd. SD Muhammadiyah Sudagaran Wonosobo 2023
Cerata siput daun, yang mirip dengan tanaman sukulen, memiliki kelenjar pencernaan. Sementara itu, tanduknya mengambil sinyal kimia dalam air dan memberikan indra penciuman pada siput daun dan memungkinkannya menemukan sumber makanan. Baca juga: Hidup dengan Cangkang, Bagaimana Siput Mendapatkannya? Tubuh siput daun berukuran sangat kecil, yakni panjang maksimumnya hanta 7 hingga 8 mm saat berusia ewasa. Kemampuan fotosintesis Siput daun tidak hidup di terumbu karang, melainkan tinggal di Avrainvillea, sejenis ganggang berbulu halus yang tumbuh di lanau atau pasir yang halus. Seluruh hidup siput daun dihabiskan di ganggang tersebut dan terkadang setiap anggota koloninya pun hidup di sana. Selain sebagai tempat tinggal, Avrainvillea juga merupakan sumber makanan siput daun. Sebagai spesies Sacoglossa atau penghisap getah, siput daun merumput pada alga dan menghisap kloroplasnya yang mengandung klorofil, pigmen fotosintesis. Klorofil disimpan selama 10 hari di cerata siput daun. Hal ini memungkinkan siput daun untuk melengkapi makanannya melalui proses fotosintesis yang umum dilakukan tumbuhan. Selain dapat mendorong proses fotosintesis, kloroplas dari alga juga menjadi perlindungan bagi siput daun karena memberikan warna hijau untuk berkamuflase dan menghindari dari predator. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Siput Daun, Hewan Laut yang Bisa Berfotosintesis" , Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/01/160200823/mengenal-siput-daun-hewan-laut-yang-bisaberfotosintesis. Siput Daun (Costasiella kuroshimae) KOMPAS.com – Siput daun (Costasiella kuroshimae) atau dikenal juga dengan nama domba laut merupakan salah satu spesies siput laut. Siput laut yang satu ini memiliki bentuk yang sangat menggemaskan. Ia mirip dengan domba yang tubuhnya dipenuhi daun sehingga disebut siput daun atau domba laut. Dilansir dari BBC Travel, siput daun memiliki mata berbentuk manik-manik hitam yang terletak berdekatan. Ia memiliki tanduk dengan ujung hitam yang menyerupai telinga domba dari kepala putihnya dan cerata hijau berbintik-bintik yang menyembul dari permukaan tubuhnya. TAHUKAH KAMU ????
Monotropa uniflora Seringkali disebut sebagai "tanaman hantu" , tanaman ini memiliki tampilan putih pucat. Tentu penampilannya yang pucat disebabkan karena memang tanaman ini tidak memiliki klorofil sama sekali. Dengan demikian, tanaman ini tidak mampu untuk menghasilkan makanannya sendiri dan harus mengandalkan gaya hidup parasit untuk dapat bertahan hidup. Yang membuat parasitisme dari tanaman ini unik adalah bahwa tanaman ini tidak menjadi parasit bagi tanaman lain, namun bagi jamur yang melakukan simbiosis mutualisme dengan tanaman lain. Tanaman apakah yang bisa hidup dan tumbuh tanpa berfotosintesis (tapi bukan jamur)? Sebenarnya banyak kok tanaman yang dapat hidup tanpa melakukan fotosintesis sama sekali. Biasanya tanaman yang tidak berfotosintesis adalah tanaman parasit, dan beberapa di antaranya bahkan tidak memiliki klorofil sama sekali. Yep, tanaman tanpa klorofil, yang artinya mereka tidak hanya tidak mau berfotosintesis tapi juga memang tidak mampu. Mari kita berkenalan dengan mereka. Bingung? Jadi terdapat beberapa kelompok jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman, di mana jamur dapat memberikan tanaman inangnya kemampuan untuk mengikat nutrien dari dalam tanah, dan sebagai gantinya sang jamur akan diberikan hasil fotosintesis tanaman inangnya. Nah, si Monotropa uniflora ini membajak hifa jamur simbion tanaman lain dan mencuri hasil fotosintesis tanaman inang jamur tersebut. Jadi pada dasarnya tanaman ini adalah tanaman yang bertingkah seperti jamur yang memiliki inang berupa jamur betulan yang sendirinya memiliki inang berupa tanaman betulan.
Oke, sebenarnya semua genus Rafflesia juga melakukan perilaku parasitisme yang serupa, namun saya memilih Rafflesia arnoldii karena spesies ini yang paling besar dari kelompoknya. Tanaman yang dinobatkan sebagai tanaman dengan bunga tunggal terbesar ini cukup aneh bentuk hidupnya. Awal dari kehidupan tiap individu dimulai dari biji yang disebarkan oleh celurut. Biji yang jatuh di atas akar dari tanaman yang cocok untuk dijadikan inang akan tumbuh membentuk gumpalan jaringan yang akan membajak sistem perakaran sang inang. Rafflesia arnoldii tidak membentuk organ-organ yang umum dimiliki tanaman, seperti akar, batang, atau daun. Sebagian besar hidupnya dihabiskan dalam bentuk jaringan parasit yang membelit akar inangnya. Bahkan tanaman ini juga tidak memiliki klorofil. Nah, ketika sudah waktunya untuk berkembang biak, tanaman ini akan menumbuhkan sekuntum bunga yang keluar menembus akar dari inangnya menuju permukaan tanah. Bunga ini akan mekar dan menebarkan aroma yang aduhai, seperti aroma daging busuk. Alasan mengapa bunga tersebut berbau busuk adalah karena agen penyerbuknya adalah lalat. Setelah penyerbukan berhasil, maka akan terbentuk buah yang biasanya menjadi santapan celurut. Biji yang termakan oleh celurut kemudian akan tersebar tiap kali sang celurut melakukan defekasi. Siklus hidup Rafflesia arnoldii kemudian akan berulang kembali. Eh, Rafflesia bukan satu-satunya genus tanaman parasit tanpa klorofil yang menghasilkan bunga berbau busuk, loh. Raflesia arnoldi
Hydnora africana Oke, semua anggota dari genus Hydnora memiliki gaya hidup yang serupa. Saya pilih Hydnora africana karena spesies ini bagi saya memiliki penampilan paling menyeramkan. Siklus dan gaya hidup dari Hydnora africana sangat mirip dengan siklus dan gaya hidup dari Rafflesia arnoldii, bedanya adalah bahwa bunga dari Hydnora africana berkembang di dalam tanah sedangkan buah dari Rafflesia arnoldii berkembang di atas permukaan tanah. Jadi tidak ada penjelasan tambahan lain selain informasi bahwa Hydnora dan Rafflesia merupakan contoh dari evolusi konvergen, di mana dua kelompok yang terpisah mengembangkan karakter yang mirip karena gaya hidup keduanya juga saling bermiripan.
Sequoia sempervirens adalah spesies pinus raksasa yang dapat ditemukan di pesisir Pasifik Amerika Utara. Selayaknya pohon pinus pada umumnya, Sequoia sempervirens memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis. Akan tetapi, beberapa individu mengalami mutasi albinisme, di mana penderitanya tidak mampu menghasilkan klorofil, jadi daun-daunnya benar-benar putih dan tidak dapat melakukan fotosintesis. Untuk dapat bertahan hidup, individu albino akan menyebarkan akar mereka ke pohon-pohon tetangga, seringkali ke anggota sesama spesiesnya. Kasus ini adalah kasus langka di mana interaksi parasitismenya kanibalistik, alias menjangkiti ke anggota dari spesies yang sama. Karena nutrisi yang didapat dari mencuri dari sistem perakaran tanaman lain, individu albino tidak dapat tumbuh melebihi ketinggian 2 meter. Sequoia sempervirens