The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

RESUME MATERI RESUSITASI DAN LANGKAH. ADELIA-dikonversi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by adeliairmantituna20, 2021-04-01 05:42:41

RESUME MATERI RESUSITASI DAN LANGKAH. ADELIA-dikonversi

RESUME MATERI RESUSITASI DAN LANGKAH. ADELIA-dikonversi

RESUME MATERI RESUSITASI DAN LANGKAH-LANGKAH
RESUSITASI

DISUSUN OLEH

Nama : Adelia Irmanti Tuna

Nim : 751540120002

Dosen Pengampuh : Siti Choirul Dwi Astuti, M. Tr. Keb

Materi : Resusitasi dan Langkah Resusitasi

Prodi : D-III Kebidanan

Jurusan : Kebidanan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
T.A 2020-2021

Kelompok 3

RESUSITASI

1. Pengertian Resusitasi
Resusitasi merupakan suatu usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.

2. Persiapan Keluarga Resusitasi
Sebelum melakukan tindakan resusitasi, penolong harus melakukan
informed consent kepada keluarga, jelaskan pula kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi.

3. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi
• Gunakan ruangan yang hangat dan terang
• Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat misalnya meja, didepan atau diatas lantai beralas tikar.
Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau
pintu yang terbuka).
Keterangan
• Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi
• Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan
posisi kepala bayi
• Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 wall atau lampu
petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan.

4. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan,selain partus set dan persiapan lain yang
mendukung persalinan, penolong juga harus menyiapkan peralatan
resusitasi antara lain:
• 2 helai kain atau handuk

• Bahan ganjal bahu bayi dengan tinggi 5 cm dan dapat di sesuaikan
untuk mengatur posisi bayi,dapat digunakan dengan handuk kecil,
kain, selendang

• Alat penghisap lender Deket atau bola karet
• Tabung dan sungkup
• Kotak alat resusitasi
• Jam atau pencatat waktu
• Resusitasi dapat di lakukan jika bayi mengalami asfiksia
5. Asuhan Pasca Resusitasi
Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang
diberikan baik kepada BBL atau pun ibu dan keluarga. Pelayanan
kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan BBL dan konseling.
Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan. Asuhan pasca resusitasi
diberikan sesuai dengan keadaan BBL setelah menerima tindakan
resusitasi dan dilakuakan pada keadaan:
• Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernafas normal sesudah

langkah awal atau sesudah ventilasi.
• Resusitasi belum/kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah 2

menit belum bernafas atau megap-megap atau pada pemantauan
lanjutan didapatkan kondisinya memburuk.
• Bila bayi tidak bernapas setelah resusitasi selama 10 menit dari denyut
jantung 0, pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. Biasanya
bayi tersebut tidak tertolong dan meninggal.

SESI TANYA JAWAB

1. Penanya : Falniyanti Hamzah (Kelompok 1)
Asuhan pasca resusitasi itu adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yg
berupa pemantauan, Asuhan BBL dan konseling, nah pertanyaan saya
bagaimana tahap konseling jika resusitasi belum/kurang berhasil pada
bayi?
Penjawab : Melanda Sukmawati S. Lihu
1) Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan
rujukan. Sebaiknya bayi dirujuk bersama dengan ibunya dan
didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
2) Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya.
Suami atau salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama
rujukan.
3) Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (jika mungkin)
tentang keadaan bayi dan perkiraan waktu tiba Beritahukan juga
bahwa ibu baru saja melahirkan.
4) Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan

2. Penanya : Eka Pratiwi Teha (Kelompok 2)
Apakah kondisi ibu juga beresiko menyebabkan masalah pada bayi
sehingga bayi memerlukan resusitas?
Penjawab : Anisa Fajri Ibrahim
Iya. kondisi ibu juga berisiko untuk menyebabkan masalah pada bayi,
antara lain:
• Memiliki infeksi dan penyakit tertentu,
• Usia ibu di atas 40 atau di bawah 16 tahun,
• Masalah plasenta, seperti solusio plasenta atau plasenta previa,
• Memiliki kehamilan berisiko sebelumnya,
• Mengalami perdarahan berat selama kehamilan,
• Ketuban pecah dini,
• Diabetes gestasiona.

3. Penanya : Nurhikma Purnama Putri Tuhala (Kelompok 4)
Jelaskan faktor yang menyebabkan bayi baru lahir mungkin memerlukan
resusitasi!
Penjawab : Defina Adelia Triputri
Bayi baru lahir akan perlu mendapatkan resusitasi Jika bayi tampak tidak
menangis, lemas, kurang responsif, sesak napas, atau bahkan tidak
bernapas. Di samping itu, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan
bayi baru lahir mungkin memerlukan resusitasi, di antaranya:\
• Bayi yang kondisinya dipengaruhi oleh gangguan kehamilan, seperti
terlilit tali pusar dan solusio plasenta
• Bayi yang lahir prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37
minggu
• Bayi lahir sungsang
• Bayi kembar
• Bayi lahir dengan gangguan pernapasan, misalnya akibat aspirasi
mekonium

4. Penanya : Anissa Dunggio (Kelompok 5)
Seperti apa Pencatatan dan pelaporan pada resusitasi berhasil?
Penjawab : Ananda Sugiyanto
Melakukan Pencatatan dan pelaporan kasus sebagaimana pada setiap
persalinan, istilah potograf secara lengkap yang mencakup identitas ibu,
riwayat kehamilan, jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin, dan
kondisi BBL. Penting sekali dicatat denyut jantung janin, oleh karena
seringkali asfiksa bermula dari keadaan gawat janin pada persalinan.
Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apa yang dilakukan. Usahakan
agar mencatat secara lengkap dan jelas:
1) Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan dan waktunya.
2) Kondisi janin/bayi:
• Apakah ada gawat janin sebelumnya?
• Apakah air ketuban bercampur meconium?

• Apakah bayi menangis spontan, bernafas teratur, megap-megap
atau tidak bernafas?

• Apakah tonus otot baik?
3) Waktu mulai resusitasi
4) Langkah resusitasi
5) Hasil resusitasi
5. Penanya : Asriwindari Kadir (Kelompok 6)
Sebutkan pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi yang dimaksud
resusitasi berhasil!
Penjawab : Jean Puluhulawa
1) Tidak dapat menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Nafas cepat (>60 per menit)
5) Merintih
6) Retraksi dinding dada bawah (retraksi)
7) Sianosis sentral

Kelompok 4
LANGKA RESUSITASI
1. Stabilitas Awal
Teknik resusitasi bayi dan anak saat awal adalah melakukan penilaian
kondisi anak secara cepat dengan menggunakan segitiga penilaian
pediatrik, atau pediatric assessment triangle/PAT. Dari PAT ini kita dapat
mengenali kondisi distress napas, gagal nafas, syok, henti napas dan henti
jantung, disfungsi otak dan abnormalitas sistemik lainnya. PAT terdiri atas
3 elemen, yaitu:
1. penampilan anak: tonus, interaksi anak dengan lingkungan,
kenyamanan, arah pandangan anak, suara/tangisan anak
2. upaya napas anak: suara napas abnormal, posisi tubuh abnormal,
retraksi, dan napas cuping hidung
3. kondisi sirkulasi: pucat, mottling, sianosis, perdarahan
a. Primary Assessment
Pada penilaian primer ini dilakukan penilaian:
1. Airway: patensi jalan napas
2. Breathing: usaha napas, napas cuping hidung, retraksi
3. Circulation: evaluasi nadi, tensi, warna kulit, suhu badan, capillary
refill time/CRT
4. Disability: nilai status neurologis dengan metode alert, verbal
response to pain, unresponsive/AVPU, atau Glasgow coma
scale/GCS
5. Exposure
b. Secondary Assessment
Setelah selesai melakukan primary assessment dan manajemen dari
masalah yang mengancam nyawa, lakukan secondary assessment yang
menghimpun anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih detail meliputi
gejala dan tanda yang dikeluhkan, adanya alergi, pengobatan yang
diberikan, riwayat kesehatan sebelumnya, waktu makan terakhir, dan
kejadian yang menyebabkan kondisinya saat ini.

c. Tertiary Assessment
Meliputi pemeriksaan penunjang diagnostik, seperti pemeriksaan

laboratorium seperti gula darah dan analisa gas darah, pemeriksaan
radiologi, dan sebagainya, untuk mengidentifikasi penyakit dan kondisi
anak.
d. Persiapan Pasien

Pastikan lingkungan aman untuk penolong dan anak. Nilai
kesadaran anak dengan cara menilai respon yaitu dengan cara memanggil,
menepuk pundak, atau menggoyangkan badan anak.Penilaian denyut nadi
anak dibawah usia 1 tahun yang paling tepat adalah dengan meraba arteri
brakialis. Pemeriksaan denyut nadi anak diatas 1 tahun pada nadi karotis.

e. Peralatan
Alat yang diperlukan untuk melakukan RJP pada bayi dan anak adalah:
1. Bag-valve mask untuk memberikan ventilasi yang efektif dan aman
2. Defibrillator, dibutuhkan dalam memberikan bantuan hidup lanjut bila
ada irama jantung yang dapat dilakukan shock
3. Laringoskop

4. Endotrakeal tube, supraglottic airway devices, laryngeal mask
airway/LMA

5. Tabung oksigen, suction
6. Alat monitor detak dan irama jantung seperti stetoskop, monitor EKG
7. Monitor saturasi dan EtCO2 (end-tidal carbon dioxide)
f. Posisi Pasien

Posisi pasien yang akan dilakukan resusitasi jantung paru adalah
posisi telentang, pada permukaan yang datar dan keras, agar kompresi
jantung dapat optimal. Pada bayi, teknik kompresi dapat menggunakan 2
ibu jari (jari telunjuk dan jari tengah). Pada anak usia ≤8 tahun dapat
menggunakan teknik 1 tangan, dan pada anak usia >8 tahun dapat
menggunakan teknik 2 tangan.
g. Prosedural

Prosedur RJP bayi dan anak berdasarkan European Resuscitation
Council (ERC) dilakukan dengan urutan A-B-C. Sedangkan
berdasarkan American Heart Association (AHA) dengan urutan C-A-B.
Dimana A yaitu airway/jalan napas, B untuk breathing/pernapasan,
sedangkan C adalah circulation/kompresi dada
h. Prosedur Airway/Jalan Napas

Buka jalan napas dengan head tilt dan chin lift. Jangan tekan jaringan
di bawah dagu karena bisa menyebabkan obstruksi jalan napas, terutama
pada bayi. Bila masih sulit membuka jalan napas, coba jaw thrust dengan
cara tempatkan 2 jari kedua tangan pada tiap sisi mandibula anak dan
dorong rahang ke bawah. Bila curiga adanya cedera leher, membuka jalan
napas dengan jaw thrust saja tanpa head tilt. Bila jalan napas tidak terbuka
optimal, tambahkan head tilt sedikit sampai jalan napas terbuka. Dengan
hati-hati singkirkan bila ada penyebab obstruksi jalan napas.
i. Prosedur Breathing/Pernapasan

Pertahankan jalan napas tetap terbuka, kemudian look listen and
feel (lihat, dengar, rasakan) pernapasan normal dengan meletakkan wajah
penolong mendekati wajah anak sambil melihat dinding dada anak. Lihat
pengembangan dada, dengarkan suara napas pada mulut dan hidung anak,
lalu rasakan pergerakan udara pada pipi penolong. Lakukan look listen and
feel tidak lebih dari 10 detik. Bila ragu bernapas normal atau tidak, anggap
sebagai tidak normal. Bila napas tidak normal atau tidak ada napas, beri
5 initial rescue breaths.
Langkah awal stabilisasi :
1. Menjaga kehangatan dengan meletakkan bayi dibawah pemanas,

membuka jalan napas dengan memposisikan sniffing dan
membersihkan jalan napas dengan suction, mengeringkan bayi,
memberi stimulasi napas.
2. Ventilasi dan oksigenasi.
3. Pemberian efinetrin dan atau cairan.
2. Ventilasi Tekanan Positif Non-Invasif

Ventilasi non-invasif (NIV) merupakan pilihan terapi bermakna dalam
manajemen gagal napas akut dan kronis. Penerapan NIV mendahului
pengenalan laringoskopi di awal tahun 1990-an dan penggunaan ventilasi
mekanik dengan tekanan positif melalui pipa endotrakea di tahun 1950-an.
Keberhasilan penggunaan HIV pada gagal napas pertama kali dipublikasikan
pada tahun 1936. Semua modalitas NIV menggunakan sirkuit tertutup atau
semi tertutup dan dengan demikian mampu mengontrol dan memberikan FiO₂
yang tinggi. Hal ini merupakan mekanisme penting di mana NIV
memperbaiki oksigenasi, terlepas dari beberpa mekanisme lain-lain.

Ventilasi tekanan positif non-invasif (non-invasive positive pressure
ventilation, NPPV) menambah penggunaan ventilasi spontan yang
menggunakan masker hidung yang ketat atau masker oronasal tanpa intubasi
endotrakea. Teknik ini dapat digunakan dalam banyak kondisi jika tidak ada
kontraindikasi. Aplikasi dari ventilasi tekanan positif non-invasif tidak
seharusnya menunda intubasi endotrakea jika memiliki indikasi klinis.
3. Kompresi Dada

Untuk meningkatkan keefektifan kompresi dada, posisikan korban pada
permukaan yang datar, keras, dan rata dengan posisi terlentang dan penolong
mengambil posisi disebelah dada korban. Kompresi di atas matras di atas
tempat tidur pasien dapat menyebabkan kompresi dada tidak maksimal.
Backboard dapat dipakai selama resusitasi jantung paru dilakukan dan
menginterupsi kompresi dada.

Penolong harus menekan sternum dengan kedalaman 5-6 cm dan diberi
kesempatan untuk mengembang kembali setelah setiap kali penekanan.
Pengembangan dada kembali yang tidak adekuat, peningkatan tekanan
intratorakal dan pemburukan hemodinamik diantaranya penurunan perfusi
koroner, cardiac index, perfusi otot, jantung, dan perfusi ke otak.
Cara mengkompres dada :
1. Memposisikan tangan untuk kompresi dada

Teknik kompresi dada merupakan tekanan serial dan ritmis pada setengah
bahwa tulang dada. Posisi tangan untuk kompresi dada:

a. Raba tulang iga paling bawah dengan jari tengah sampai anda
menemukan batas bawah sternum (sterna notch)

b. Letakan jari telunjuk anda disebelah jari tengah anda
c. Letakan bantalan telapak tangan anda yang lain di sebelah jari

telunjuk anda
2. Melakukan kompresi dada:

a. Kaitkan jari tangan anda yang diatas kejari tangan yang di bawah
dan angkat jari tangan anda yang di bawah dari dinding dada
korban

b. Luruskan kedua siku anda dan pastikan mereka terkunci dalam
posisinya

c. posisikan bahu anda tepat tegak harus diatas dada korban
d. gunakan berat badan anda untuk menekan sternum sedalam 5-6 cm
e. hitung kompresi dada:

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

1,2,3,4,5,6,7,8,9,20

1,2,3,4,5,6,7,8,9,30

f. lakukan kompresi dada dengan kecepatan dengan kecepatan 100-
120 kali per menit

g. Setelah melakukan kompresi dada 30 kali, lanjutkan dengan
melakukan ventilasi (bantuan nafas) sebanyak dua kali

h. Perbandingan kompresi dada dengan ventilasi adalah 30:2
i. Lakukan 30 kompresi dada dan 2 ventilasi selama 5 siklus atau

kira-kira 2 menit
j. Panduan melakukan kompresi dada yang baik, lakukan:

1. pertahankan posisi tangan selama melakukan kompresi dada
2. Berikan kesempatan dada mengembang kembali setelah

kompresi dada
3. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100-120 per menit

4. Lakukan kompresi dada dengan kedalaman 5-6 cm
5. Minimalkan interupsi selama kompresi dada (interupsi

kompresi dada tidak lebih dari 10 detik)
k. Jangan melakukan kompresi dada dengan kasar karena dapat

menyebabkan cedera.

SESI TANYA JAWAB
1. Penanya : Sri Zein Hunggialo (Kelompok 1)

Apa saja pertolongan pertama yang harus kita lakukan sebagai masyarakat
awam apabila mendapati korban yang terkena henti jantung mendadak?
Penjawab : Ria Kamelia Olii
RJP adalah tindakan pertolongan pertama pada korban henti jantung dan
henti napas. Tindakan RJP dapat dilakukan oleh orang awam ketika tidak
ada tenaga medis di sekitarnya. Langkah-langkah untuk melakukannya
adalah sebagai berikut:
1) Periksa kesadaran korban
2) Panggil bantuan
3) Atur posisi korban
4) Atur posisi kepala korban
5) Periksa nadi pasien
6) Lakukan pompa jantung Selama 20 menit dan teruslah lakukan

tindakan tersebut sampai bantuan tenaga medis datang.
2. Penanya : Nopi Fujiastuty R. Daud (Kelompok 2)

Apa paparan anda tadi menjelaskan pada stabilitas awal bagian posisi
pasien dimana posisi pasien pada saat melakukan Resusitasi jantung
dilakukan dalam keadaan posisi telentang. Pertanyaan saya mengapa pada
saat melakukan Resusitasi jantung harus dilakukan dalam keadaan
telentang?
Penjawab : Fitri Patricia Duengo
Posisi terbaik pasien yang akan menerima resusitasi jantung paru adalah
posisi telentang pada permukaan yang keras. Hal ini memungkinkan
kompresi yang efektif ke area sternum. Berbaring terlentang adalah cara
terbaik untuk menjaga tulang belakang Anda tetap lurus dan menghindari
tekanan pada punggung bagian bawah, pinggul dan lutut,”dan juga dapat
meningkatkan jumlah darah kembali ke jantung dan paru dari ekstremitas
inferior.

3. Penanya : Ananda Sugiyanto (Kelompok 3)
Jelaskan bagaimana tahapan pemeriksaan ABC Resusitasi?
Penjawab : Masna Usman Djafar
1) Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien,
dan dua jari tangan di bawah dagunya bentuk tangan seperti pistol.
Dengan lembut dongakkan kepalanya dengan menekan dahi sambil
sedikit mendorong dagu pasien
2) Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai
dengan pipi anda sampai 10 detik. Bila tak ada tanda bernafas,
mulailah pernapasan buatan.
3) Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari
selama 10 detik. Untuk bayi rabalah denyut brakhial di bagian dalam
lengan. Untuk orang dewasa atau anak-anak, raba denyut karotid di
leher di rongga antara trakhea(saluran udara)dengan otot besar leher.
Periksa tanda-tanda lain peredaran darah, misalnya kewajaran warna
kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda peredaran darah, segera lakukan
CPR.

4. Penanya : Siti Uswatun Khasanah Nggilu ( Kelompok 5 )
Mengapa kita perlu mempelajari tehnik resusitasi jantung paru?
Penjawab: Sri Wahyuni Hasan
Karena, pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Harus Menjadi Bekal Tiap
Orang. Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan langkah pertolongan
medis untuk mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi darah di
dalam tubuh yang terhenti. Resusitasi jantung paru bertujuan menjaga
darah dan oksigen tetap beredar ke seluruh tubuh.
1. Mungkin bisa menyelamatkan seseorang dari kerusakan otak
Salah satu keuntungan kita bisa melakukan RJP adalah mampu
mengurangi risiko korban mengalami kerusakan otak. Hal ini sangat

mungkin terjadi sebab tindakan pertolongan pertama dengan RJP dapat
menjaga oksigen dan darah tetap beredar di dalam tubuh korban. Pada
kondisi ketika tubuh tidak lagi dilalui suplai oksigen dan darah, maka
kemungkinan terjadinya kerusakan otak akan sangat tinggi.
2. Bisa menyelamatkan nyawa seseorang
Makin cepat sebuah pertolongan diberikan, maka makin besar
kemungkinan seseorang yang mengalami kecelakaan atau serangan
jantung bisa diselamatkan. Jika seseorang mengalami serangan
jantung, maka fungsi jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh
akan terhenti. Jika RJP dilakukan segera setelah kejadian, makin besar
kemungkinan jantung bisa kembali bekerja mengedarkan oksigen dan
darah ke seluruh tubuh. Hal ini tentu saja akan meningkatkan
kemungkinan seseorang untuk terhindar dari kematian.
3. Masih jarang orang yang bisa melakukan RJP
Jangan terkejut mendapati fakta bahwa lebih dari separuh pasien yang
terkena serangan jantung tidak mendapatkan pertolongan pertama
berupa resusitasi jantung paru. Alasan utamanya adalah banyak orang-
orang yang belum pernah mendapatkan pelatihan melakukan RJP.
Padahal, upaya penyelamatan dengan RJP mudah untuk dipelajari
sekaligus diaplikasikan secara nyata.
4. Banyak kejadian serangan jantung di rumah
Salah satu alasan penting lainnya kenapa kita perlu memiliki bekal
yang cukup untuk melakukan RJP adalah untuk mengantisipasi orang
di rumah mengalami kondisi yang memerlukan RJP. Setidaknya 85
persen serangan jantung terjadi di rumah. Hal tersebut bisa saja
menimpa orang di sekitar kita termasuk anggota keluarga. Dengan
memiliki kemampuan melakukan resusitasi jantung dan paru, kita bisa
berperan dalam menyelamatkan nyawa orang-orang yang kita cintai.

1. Tindakan bagaimana cara menghangatkan bayi :
▪ Selimuti bayi dengan kain
▪ Lakukan penilaian
▪ Lakukan dan berikan bayi pada dada ibu untuk menjaga
kehangatannya
▪ Mengintruksikan ibu untuk menyusui bayi sambil dibelai
▪ Memakai pakaian
▪ Jaga suhu ruangan agar tetap hangat

2. Tindakan bagaimana cara mengatur posisi bayi
1) Atur posisi kepala bayi dekat dengan penolong
2) Ganjal bahu menggunakan handuk setinggi 5 cm agar kepala bayi
ekstensi

3. Tindakan bagaimana cara menghisap lendir pada bayi ;
1) Memasukkan ujung penghisap kedalam fulus bayi
2) Kemudian menghisap dan masukan 5 cm ke dalam mulut
3) Kemudian dihisap secara bersamaan
4) Kemudian memasukkan ujung penghisap kedalam hidung dengan
sedalam 3 cm dan dilakukan dengan cara yang sama dihisap secara
bersamaan dengan ujung penghisap. Mengapa kita memasukkan alat
penghisap 5 cm di mulut dan 3 cm di hidung karena kalau lebih dari 5
dan 3 cm itu akan menyebabkan denyut jantung bayi melambat dan
akan terjadinya henti napas pada bayi.

4. Tindakan bagaimana cara mengeringkan bayi :
1) Memulai mengeringkan bayi dari wajah kepala dan bagian tubuh
lainnya
2) Kemudian ditekan secara perlahan-lahan atau sedikit demi sedikit
tujuannya agar dapat membuat pernapasan bayi lebih baik.
3) Ambil handuk dan keringkan mulai dari wajah kepala dan bagian
tubuh lainnya.
4) Kemudian mengganti kain yang telah basah dengan kain yang kering
dan bersih.

5. Langkah-langkah resusitasi dewasa :
a. Stabilitas Awal
Pendekatan kepada pasien dengan perdarahan gastrointestinal
pendekatan kepada pasien perdarahan sama seperti perdarahan pada
umumnya,yakni meliputi pemeriksaan awal ,resusitasi, diagnosis
,terapi. Tujuan pokoknya adalah mempertahankan stabilitas
hemodinamik ,menghentikan perdarahan,dan mencegah perdarahan
ulang.
1) Perhatikan kondisi sekitar (Danger)
Saat melihat korban yang tidak sadarkan diri seperti korban
serangan jantung, tersambar petir, atau korban kecelakaan, penting
melihat kondisi sekitar untuk memastikan keamanan dalam
menolong korban. "Perhatikan apakah kondisi sekitar aman bagi
korban, si penolong, dan orang lain yang berada di sekitar. Hal ini
penting agar si penolong tidak terkena bahaya seperti sisa arus
listrik dan lainnya," ucap Vani dalam pelatihan tersebut.
2) Cek respon (Response)
Cek respon atau kesadaran dilakukan saat penolong memastikan
bahwa kondisi sekitar aman. Penilaian tingkat kesadaran korban
dapat dilakukan dalam empat tahap. Pertama, cek apakah korban
sadar? Apakah korban merespon dengan panggilan suara? Apakah
korban merespon apabila ada pemberian rasa sakit, seperti ditepuk
pundaknya. Jika tidak memberikan respon, mintalah seseorang
untuk menghubungi ambulan, mengambil P3k dan Defibrilator
Eksternal Otomatis (AED), jika ada. Selain itu, cek apakah korban
bernapas atau tidak. Jika tidak, korban baru bisa mendapatkan
penanganan CPR. Pengecekan napas bisa dilakukan dengan
melihat pergerakan dada.
b. Ventilasi Tekanan Positif
Berlutut di samping korban. Letakkan dua telapak tangan dengan
posisi saling bertumpu di tengah dada korban. Posisikan siku tegak

lurus di atas dada korban dengan posisi bahu sejajar tangan. Mulai
kompresi dada (menekan dada korban) dengan kedalaman 5 cm
(dewasa) secara cepat, kira-kira 120 kali per menit.
1) Jalan napas (Airway)

Setelah memberikan 30 kali kompresi dada, buka jalan napas
dengan menggunakan cara meletakkan satu tangan di dahi korban
dan tengadahkan kepala korban. Kemudian letakkan ujung jari di
bawah dagu korban, kemudian angkat dagunya. Posisi ini akan
mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
2) Berikan bantuan napas (Breathing)
3) Berikan bantuan napas sebanyak dua kali. Setiap tiupan dilakukan
selama 1 detik dan terlihat dada terangkat.
c) Kompres Dada
RJP atau CPR adalah kombinasi tindakan kompresi dada dan
bantuan napas. Ketika jantung tidak bisa berdetak, kompresi dada
diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen. Agar
kompresi dada efektif, maka korban harus dalam posisi terlentang
pada permukaan rata dan keras. Langkah melakukan kompresi
dada dewasa yaitu dengan memberikan penekanan pada dada
sebanyak 30 kali penekanan dengan kedalaman 5 sampai 6 cm.
Lokasi penekanan berada pada pertengahan dada yaitu di bawah
tulang sternum. Kompresi dada adalah penekanan yang bertenaga
dan ritmis pada setengah bawah tulang dada. Kompresi ini
menyebabkan Aliran darah dengan cara meningkatkan tekanan
intratorakal dan penekanan langsung pada jantung. Kompresi dada
yang efektif memerlukan penekanan dengan kecepatan 100-120
kali per menit. Kompresi dada untuk meningkatkan keefektifan
kompresi dada, posisikan korban pada permukaan yang datar,
keras, dan rata dengan posisi terlentang dan penolong mengambil
posisi di sebelah dada korban. Kompresi di atas matras di atas

tempat tidur pasien dapat menyebabkan kompresi dada tidak
maksimal.


Click to View FlipBook Version