BUKU AJAR
MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
OLEH:
ZTELLA RUMAWATINE, S.Pd.,M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
PROGRAM STUDI DI LUAR KAMPUS UTAMA (PSDKU) DI
KABUPATEN KEPULAUAN ARU
UNIVERSITA PATTIMURA
2022
SINOPSIS
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari
faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan
buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat
mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek
langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek
dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar –gambar
yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. Media pembelajaran sebagai alat
bantu dalam proses belajar dan pembelajaran adalah suatu kenyataan yang tidak bisa
kita pungkiri keberadaannya. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk
memudahkan tugasnya dalam menyampaikan pesan–pesan atau materi
pembelajaran kepada siswanya. Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka
materi pembelajaran sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi
pembelajaran yang rumit dan komplek. Buku ajar ini hadir sebagai penunjang
mahasiswa Pendidikan Jasmani untuk memahami secara mendalam agar leih mudah
untuk mengimplementasikannya.
KATA PENGANTAR
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah
disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran
pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran
pendidikan jasmani cenderung tradisional. Proses pembelajaran pendidikan
jasmani tidak harus tetap terpusat pada guru tetapi harus pada siswa. Orientasi
pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan urusan
materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan
menyenangkan. Dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani disekolah-sekolah
banyak menemukan kendala terutama yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana, keterbatasan waktu, jumlah siswa yang banyak, serta yang paling
utama pengembangan media yang dimiliki oleh guru. Modul ini menjawab
permasalahan guru dalam pembelajaran yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana. Dalam modul ini membahas secara detail tentang Media Pembelajaran,
Penggunaan Media, Belajar dan Pembelajaran, Pendidikan Jasmani, Sarana dan
Prasarana serta, modifikasi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Tujuan penulisan
buku ajar ini untuk menjadi salah satu modul wajib rujukan mahasiswa dalam
perkuliahan Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Program Studi Pendidikan
Jasmani PSDKU Di Kabupaten Kepulauan Aru Universitas Pattimura pada
khususnya, dan guru pendidikan jasmani pada umumnya. Pada akhirnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan
buku ini sehingga penulisan buku ini dapat terselesaikan, penulis menyadari bahwa
dalam penulisan ini banyak kekurangan dan keterbatasan penulis, oleh sebab itu
saran dan perbaikan dari pembaca sangat diharapkan.
DAFTAR ISI
COVER
SINOPSOS
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I MEDIA PEMBELAJARAN……………………………………………...
A. Pengertian Media Pembelajaran…………………………………………..
B. Media Visual…………………………………………………………………
C. Media Audio …………………………………………………………………
D. Multimedia……………………………………………………………………
BAB II PENGGUNA MEDIA DALAM PEMBELAJARAN…………………..
A. Pinsip-Prinsip Umum Penggunaan Media………………………………..
B. Faktor-faktor Motivasional………………………………………………….
C. Faktor-faktor Psikologis…………………………………………………….
D. Klasifikasi Tujuan……………………………………………………………
E. Memilih Metode……………………………………………………………...
F. Memilih Bentuk Media………………………………………………………
G. Mendapatkan Materi Khusus……………………………………………….
H. Memodifikasi Materi yang Ada…………………………………………….
I. Merancang Materi Baru…………………………………………………….
BAB III BELAJAR DAN PEMBELAJARAN…………………………………..
A. Pengertian Belajar…………………………………………………………..
B. Pengertian dan Ciri-ciri Pembelajaran…………………………………….
C. Prinsip-prinsip Pembelajaran………………………………………………
BAB IV PENDIDIKAN JASMANI……………………………………………..
A. Pendahuluan…………………………………………………………………
B. Definisi Pendidikan Jasmani……………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………
D. Fungsi Pendidikan Jasmani………………………………………………..
E. Materi Pendidikan Jasmani………………………………………………...
F. Aspek Dominan Pembelajaran Pendidikan Jasmani……………………
BAB V SARANA DAN PRASARANA………………………………………...
A. Hakikat Sarana………………………………………………………………
B. Hakikat Prasarana…………………………………………………………..
C. Standar sarana dan Prasarana…………………………………………………………………
BAB VI MEDIA PEMBELAJARAN PENJAS………………………………...
A. Media Pembelajaran Pendidikan Jasman………………………………...
BAB VII MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI……….
A. Pendahuluan ……………………………………………………………...
B. Konsep Modifikasi ………………………………………………………..
C. Konsep Modifikasi ………………………………………………………..
Daftar Pustaka………………………………………………………………...
BAB I MEDIA PEMBELAJARAN
A. Pengertian Media Pembelajaran
Media dalam proses pembelajaran dapat digunakan oleh guru sebagai
alat bantu mengajar dan dapat digunakan sendiri oleh siswa untuk membantu
memahami materi pelajaran
Kata media berasal dari Bahasa latin medius dari kata tersebut berarti ‘tengah’,
perantara, atau pengantar. media atau medium adalah segala sesuatu yang
terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja yang digunakan
sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. Menurut National
Association/NEA dalam Agus S. Suryobroto (2001) media adalah bentuk-
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Oleh
karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang
mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima
pesan.
Disamping sebagai penyampaian atau pengantar media yang sering
diganti dengan kata mediator yang menunjukan medi fungsi dan perannya,
yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak untama dalam proses
belajar siswa dan isi pelajaran. Disamping mediator dapat pula mencerminkan
bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari
guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat disebutkan dengan
media. Maka dapat dikatakan bahwa media itu adalah alat yang digunakan
untuk menyampaikan atau mengantar pesan-pesan pembelajaran.
Istilah media bahkan sering dikaitakan atau dipergantikan dengan kata
teknologi yang berasal dari kata latin tekne, dalam Bahasa inggris art dan
logos, serta Bahasa Indonesia adalah ilmu. bahwasanya media adalah segala
sesuatu berupa benda, alat, bahan yang digunakan dalam proses
pembelajaran untuk menyampaikan informasi darikomunikator ke komunikan
yang berfungsi sebagai penghubung untuk efektivitas dalam mencapai tujuan.
mendefinisikan media sebagai segala sesuatu yang dapat diindra yang
berfungsi sebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi (proses
belajar-mengajar). Pengertian serupa diungkapkan Arief S. Sadiman (2006)
yang menyatakan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi. Sementara Smaldino, et.al (2005) menyatakan media sebagai
sarana komunikasi dan sumber informasi
perluasaan konsep tentang media, di mana teknologi bukan hnaya sekedar
benda, alat, nbahan, atau perkakas, tetapi tersimpan juga sikap, perbuatan,
organisasi dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.
(Achsin, 1986).
Dengan demikian kalau ada teknologi pembelajaran pendidikan jasmani
misalnya, maka ynag akan kita bahas adalah masalah bagimana kita memakai
media dan alat bantu dalam proses mengajar pendidikan jasmani yang akan
membahas masalah keterampilan, sikap dan startegi mengajar pendidikan
jasmani. Dikatakan media pembelajaran, bila segala sesuatu tersebut
membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Masih banyak lagi
pengertian media, yang masing-masing memberi tekanan pada hal-hal
tertentu, misalnya ada definisi yang menekankan pada anggota tubuh yang
dikenal rangsangan. Anggota tubuh itu misalnya mata dan telinga, dengan kata
lain media audio dan media visual.
Dari uraian singkat di atas, kira-
kira apakah anda sudah dapat
memahami apa yang dimaksud
dengan Media Pembelajaran?
Konsep media pembelajaran mempunyai dua segi yang satu sama lain
saling menunjang, yaitu perangkat keras (harware) dan materi atau bahan yang
disebut perangkat lunak (software). Contoh: bila guru membuat bagan/ tulisan
pada suatu transparansi, kemudian diproyeksikan melalui Overhead Projector
(OHP), maka bahan/ materi pada transparan tersebut dinamakan perangkat
lunak (software) sedangkan OHP itu sendiri merupakan alat/ perangkat keras
(hardware) yang digunakan untuk memproyeksikan (memantulkan) materi
pelajaran pada layar
Menurut Sanaky (2013) media pembelajaran adalah sebuah alat yang
dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Apabila suatu
media membawa pesan dan informasi yang mengandung maksut-maksut
pengajaran, maka media tersebut biasa disebut dengan media pembelajaran.
Menurut Sudjana (2013) media pengajaran sebagai alat bantu mengajar ada
dalam komponen metodelogi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang
diatur oleh guru. Gagne dalam Yusufhadi Miarso (2007) menyatakan bahwa
media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa/mahasiswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
Pada masa sekarang ini orang dapat membedakan membedakan antara
alat peraga dengan media, namun masih banyak saja yang menggunakan
kedua istilah itu saling berganti dengan menunjuk kepada suatu alat atau benda
yang sama. Sebetulnya perbedaan antara keduanya hanyalah pada fungsi,
bukan substansi maupun benda itu sendiri. Sementara Sri Anitah (2008)
mendefinisikan media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau
peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik
menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap. Lebih lanjut Azhar Arsyad
(2019) mengemukakan ciri-ciri umum yang terkandung dalam batasan media,
sebagai berikut;
1) media pendidikan memiliki pengertian fisik (hardware) yang dapat
dilihat, diraba dan didengar dengan panca indera,
2) media pendidikan memiliki pengertian non fisik (software) yaitu
kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat hardware merupakan
isi yang ingin disampaikan kepada siswa,
3) penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan video,
4) media pendidikan dapat diartikan sebagai alat bantu proses belajar,
5) media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi
antara pendidik dan peserta didik,
6) media pendidikan dapat digunakan secara masal
7) Sikap perbuatan, organisasi, startegi, manejemen yang berhubungan
dengan penerapan ilmu.
Guru Media Siswa
Gambar.1.1 Ciri-ciri Umum batasan media
Media pembelajaran secara khusus dipergunakan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tertentu yang telah
dirumuskan. Sesuatu disebut sebagai alat peraga bila fungsinya hanya sebagai
alat bantu belaka, dan disebut media bila merupakan bagian integral dari seluruh
kegiatan pembelajaran, serta ada pembagian tanggung jawab antara guru di satu
pihak dan media di lain pihak. Contoh: pada suatu pembelajaran bahasa dengan
materi deklamasi, suatu saat mungkin tak perlu ada guru untuk memberi contoh,
pebelajar dapat diminta mendengarkan kaset audio sebagai media pembelajaran.
Guru hanya diperlukan sewaktu memberi penjelasan tentang isi sajak yang
dimengerti oleh pebelajar.
B. Media Visual
media visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat dilihat
dengan indra penglihatan (mata). Media visual juga merupakan penyampaian
pesan atau informasi secara teknikdan kreatif yang mana menampilkan
gtambar, grafik serta tata dan letaknya jelas, sehingga penerima pesan dan
gagasan dapat diterima sasaran. Media visual dapat mempelancar
pemahaman misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi. Dan
memperkuat ingatan. Visual ini juga dapat pula menumbuhkan minat siswa dan
dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Agar proses pembelajaran menjadi efektif media visual sebaiknya pada
konteks yang bermakna dan siswa harus berintwraksi dengan visual salah satu
contoh adalah gambar pada matapelajaran pendidikan jasmnai itupun ynag
akan menyakinkan terjadinya proses informasi.
Media visual juga disebut media pandang, karena seseorang dapat
menghayati media tersebut melalui penglihatannya. Media ini dapat dibedakan
menjadi dua,pada gambar dibawah ini:
1. Media visual
yang tidak
diproyeksikan
media Visual
2. Media
visual yang
diproyeksikan
Gambar.1.2. jenis-jenis media Visual
1. Media Visual yang Tidak Diproyeksikan
Media visual yang tidak diproyeksikan merupakan media yang sederhana,
tidak membutuhkan proyektor dan layar untuk memproyeksikan perangkat lunak.
Media ini tidak tembus cahaya (non transparan), maka tidak dapat dipantulkan
pada layar. Namun, media ini hanya digunakan oleh guru karena lebih mudah
pembuatan maupun penggunaannya. Faktor-faktor seperti: tidak adanya aliran
listrik, daerah terpencil, tidak tersedianya peralatan, kelompok kelas kecil,
menyebabkan guru memilih media yang dirasa praktis. Termasuk dalam jenis ini
antara lain:
a. gambar fotografik
b. grafis
a. gambar fotografik
Gambar fotografik atau seperti fotografik ini termasuk ke dalam gambar
diam/mati (still pictures), misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat
atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan isi/bahan pembelajaran yang
akan disampaikan kepada siswa. Dalam pelaksanaannya, anda dapat
melibatkan para siswa untuk mencari gambar diam ini. Gambar fotografik ini ada
yang tunggal dan ada pula yang berseri, misalnya fotonovela, yaitu sekumpulan
gambar fotografik yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Smaldino, dkk (2008) mengatakan bahwa gambar atau fotografi dapat
memberikan gambaran tentang segala sesuatu, seperti: binatang, orang, tempat
atau peristiwa. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam
pembelajaran, yaitu: potret, kartu pos, ilustrasi dari buku, katalog, dan gambar
cetak. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang
lebih realistis. gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar
dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit (pengalaman langsung).
Misalnya guru akan menjelaskan terjadinya letusan gunung berapi, maka
pebelajar akan lebih mudah menangkap gambar daripada uraian guru dengan
kata-kata. Selain dapat menggambarkan berbagai hal, gambar mudah diperoleh
dari majalah, koran atau buletin, dan lain-lain. Kalau terpaksa tidak dapat
menggambar dengan bagus, guru dapat menggambar dengan sederhana,
misalnya stick figure drawing (gambar dengan bentuk-bentuk seperti
tongkat/garis-garis/ gambar corek).
Adapaun keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media
gambar fotografik dalam pembelajaran, yaitu:
1) Dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih
realistik.
2) Banyak tersedia dalam buku-buku (termasuk buku teks), majalah, surat kabar,
kalender dan sebagainya.
3) Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain, tidak mahal,
bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk pengadannya.
4) Dapat digunakan pada setiap tahap pembelajaran dan semua mata
pelajaran/disiplin ilmu.
Kekurangan menggunakan media gambar fotografik dalam pembelajaran,
yaitu: antara lain:
1) Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar
2) Gambar mati adalah gambar dua dimensi. Untuk menunjukkan dimensi yang
ketiga (kedalam benda), harus digunakan satu seri gambar dari objek yang
sama tetapi dari sisi yang berbeda.
3) Tidak dapat menunjukkan gerak
4) Pebelajar tidak selalu mengetahui bagaimana membaca (menginterprestasi)
gambar
Gambar diam atau gambar mati adalah gambar-gambar yang disajikan secara
fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat,
atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan bahan/isi tema yang diajarkan.
Gambar diam ini ada yang sifatnya tunggal ada juga yang berseri, yaitu berupa
sekumpulan gambar diam yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
Pertimbangan memilih gambar untuk media untuk memberikan ilustrasi dan
memperkaya bahan ajar yang spesifik:
Kesesuaian dengan mata pelajaran atau subyek tertentu
Akurasi gambar dalam mengkomunikasikan informasi
Kesederhanaan dalam mengungkapkan informasi
Skala yang dipergunakan dalam menggambarkan objek
Kualitas teknis, seperti: warna, garis, dan lain-lain
Ukuran gambar
a. Bahan-bahan grafis (graphics materials)
Gambar Diagram
dan chart
Graphics Grafik
materials
Kartun Poster
Gambar 1.3 Bahan-bahan Grafik
a) Gambar
Bisa berbentuk sketsa yang berisi garis-garis yang membentuk orang,
tempat, objek dan konsep tertentu. Gambar akan lebih representatif jika
dibandingkan dengan sketsa, karena garis-garisnya lebih banyak dan
akurat sehingga lebih mendekati keadaan yang sebenarnya.
b) Diagram dan chart, digunakan untuk menghubungkan/keterkaitan antara
konsep yang satu dengan konsep yang lain, menggambarkan suatu
proses. Chart diklasifikasikan: chart organisasi (organisation chart), chart
klasifikasi (classification chart), timelines, flochart, tabulator chart
c) Grafik, digunakan untuk memberikan penjelasan tentang data numerik,
ketertautan antara unit yang terdapat dalam data berikut
kecenderungannya. Grafik dibagi menjadi: grafik batang, grafik gambar,
grafik lingkaran, grafik garis
d) Poster, merupakan konsep visual yang terdiri dari kombinasi garis, warna
dan kata-kata (teks). Poster digunakan untuk menangkap dan
memperhankan perhatian oang agar dapat memahami pesan yang ada di
dalamnya. Poster bersifat persuasif, membujuk orang untuk melakukan
tindakan, bisa untuk memotivasi orang untuk mempelajari sesuatu. Jika
poster dipajang terlalu lama, maka akan menjadi tidak merarik lagi.
e) Kartun (cartoon), didefinisikan sebagai gambar atau karikatur yang bisa
memberi informasi tentang orang atau peristiwa yang aktual tentang tokoh,
kebijaksanaan dan peristiwa yang tengah berlangsung, bisa diungkapkan
dengan ungkapan/gambar yang lucu.
b. Manfaat gambar sebagai media visual, antara lain sebagai berikut:
Menurut Subana (1998) manfaat gambar sebagai media pembelajaran
yaitu:
Meningkatkat daya Tarik siswa
1) Meningkatkan daya tarik siswa.
2) Mempermudah pengertian atau pemahaman siswa.
3) Mempermudah pemahaman yang sifatnya abstrak.
4) Memperjelas dan memperbesar bagian yang penting atau bagian kecil
sehingga dapat diamati.
5) Menyingkat suatu uraian. Informasi yang diperjelas dengan kata-kata
mungkin membutukan uraian panjang.
6) Gambar dapat diperlakukan dengan tangan. Ada yang menganggap
bahwa gambar adalah sesuatu yang suci, tetapi sebagai media
pembelajaran, gambar harus dapat dipegan, diraba oleh pebelajar
Teknik penggunaan gambar
Sebelum menggunakan gambar, hal yang harus diperhatikan adalah:
Pengetahuan apa yang akan diperlihatkan melalui gambar itu, harus
jelas terlebih dahulu.
Kemungkinan salah pengertian yang akan ditimbulkan oleh gambar
Persoalan apa yang hendak dijawab oleh gambar
Reaksi emosional apa yang hendak dibina oleh gambar
Apakah gambar itu membawa pebelajar ke penyelidikan lebih lanjut
Apakah sekiranya ada media lain yang lebih tepat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan
Cara menunjukkan gambar
Menujunkan gambar Kepada pebelajar hendaknya ditunjukkan hal-hal
yang perlu diperhatikan pada waktu mempelajari gambar, antara lain:
Apa yang harus dicari pebelajar dalam gambar itu
Pebelajar harus mengerti bagaimana mempelajari gambar
Bagaimana pebelajar memberikan kritik terhadap gambar
Bagaimana hubungan gambar tersebut dengan materi pelajaran lain
Bila gambar terlampau luas, berikan dalam seri-seri gambar yang
mempunyai ukuran logis
Wkatu melihat gambar, mungkin tidak semua pebelajar dapat melihat
dengan jelas, maka sesudah pembelajaran berakhir hendaknya
gambar diletakkan ditempat yang dapat dijangkau oleh pebelajar.
2. Media Visual yang Diproyeksikan
Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya merupakan media
yang menggunakan alat proyeksi (disebut proyektor) di mana gambar atau
tulisan akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk
media proyeksi diam misalnya gambar diam (still pictures) dan proyeksi gerak
misalnya gambar bergerak (motion pictures).
Media ini juga merupakan suatu media visual, namun dapat
diproyeksikan pada layar melalu suatu pesawat proyektor. Oleh karena itu,
media inti terdiri dari dua unsur yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu
perangkat keras dan perangkat lunak. Media Visual Yang Diproyeksikan
(Projected Visual) Menggunakan Alat Proyeksi, Media visual yang dapat
diproyeksikan pada dasarnya adalah media yang menggunakan alat proyeksi
(projector) sehingga gambar atau tulisan tampak pada layar (screen). Media
proyeksi ini bisa berbentuk media proyeksi diam, misalnya gambar diam (still
pictures) dan media proyeksi gerak, misalnya gambar bergerak (motion
pictures). Alat proyeksi tersebut membutuhkan aliran listrik dan membutuhkan
ruangan tertentu yang cukup memadai.
Pada sekolah-sekolah yang ada di daerah perkotaan yang memiliki
kemampuan untuk mengadakan media proyeksi ini tentu sangat menguntungkan
sebab bisa ditata lebih menarik perhatian dibandingkan dengan media yang tidak
diproyeksikan. Melalui pesawat proyektor, materi atau perangkat lunak yang
berwujud gambar, bagan, atau tulisan, dapat diproyeksikan pada layar. Misalnya
guru akan menunjukkan gambar-gambar pada transparan atau slide, maka
gambar-gambar tersebut merupakan perangkat lunaknya. Pesawat proyektor
yang digunakan untuk menampilkan gambar itu, disebut perangkat keras. Media
visual ini banyak jenisnya, akan tetapi pada buku ajar ini hanya akan ditampilkan
beberapa jenis yang banyak digunakan. Antara lain adalah sebagai berikut:
a. OHP (overhead projection)
Suatu alat yang digunakan untuk memproyeksikan gambar atau tulisan pada
transparancy film yang diletakkan di atas OHP dan diproyeksikan ke layar,
sehingga diperoleh gambar/tulisan yang lebih besar dari aslinya. Nama
pesawat ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, namun kalau
diartikan secara harfiah merupakan suatu pesawat yang memproyeksikan
sesuatu melalui atas kepala (overhead). Maksudnya, bahwa sinar yang
dipantulkan oleh pesawat ini melampaui kepala orang yang
menggunakannya. Untuk lebih jelasnya, silahkan mengikuti penjelasan
beserta sketsa pada gambar sederhana tentang posisi pesawat dengan orang
yang menggunakannya.
Gambar 1.4. OHP (overhead projection)
b. Slide projector (projector film bingkai)
Alat ini diterjemahkan demikian karena perangkatnya terdiri dari film yang
digunting satu persatu, kemudian diberi bingkai dari kertas karton 7 atau
plastik yang dapat dibeli di toko-toko fato atau membuat sendiri dari karton.
Slide projector dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 1.5. Slide projector
c. Filmstrip projector
Filmstrip Projector A filmstrip adalah salah satu audio visual proyektif
yang urutan tetap terkait masih pada gulungan film 35 mm. Filmstrip dapat
diproyeksikan ke belakang peta sebagai kenyamanan situasi pengajaran
yang dibutuhkan. Film ini sama halnya dengan slide, akan tetapi tidak
dipotong-potong, melainkan dibiarkan dalam gulungan satu rol, kemudian
diproyeksikan dengan projektor filmstrip. Filmstrip projector dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 1.6. Filmstrip projector
d. Opaque projector
Nama projektor ini juga belum diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Kalau tiga jenis alat diatas perangkat lunaknya merupakan
lembaran plastik atau film yang transparan, maka untuk opaque, perangkat
lunaknya tidak tembus cahaya, seperti gambar dalam majalah, koran, tulisan
dibuku, dan sebagainya.
keempat jenis media visual tersebut diatas akan diuraikan sebagai berikut ini:
1) Overhead projector (OHP)
OHP adalah salah satu jenis alat (pesawat) projecto yang digunakan untuk
memproyeksikan (memantulkan) objek yang tembus cahaya (transparan)
ke permukaan layar. Alat ini dipakai oleh guru sebagai pengganti papan
tulis, dapat diletakkan di meja guru, dengan layar pada dinding di muka
kelas.
Kelebihan OHP
1. ruang presentasi tidak perlu dipergelap,
2. komunikator atau guru dapat selalu menghadap kepada khalayak atau
kelas,
3. pembuatan perangkat lunak transparansi relatif mudah, cepat, dan murah
4. filem transparansi dapat dipergunakan berulang kali
5. dapat dipergunakan sebagai pengganti papan tulis, dengan menulis
langsung pada filem transparansi kosong yang berada pada kaca
landasan, sambil OHP dinyalakan.
Kelemahan OHP
1. Efektifitas penyajian OHP tergantung pada penyaji
2. OHP tidak dipersiapkan untuk belajar mandiri
3. Bahan-bahan cetak seperti gambar, majalah, koran tidak dapat secara
langsung diproyeksikan karena harus dipindahkan dahulu ke bahan
transparan
4. Kadang-kadang ada bagian yang tidak dapat diamati bila guru perlu
menambahkan suatu tulisan pada transparan, karena tertutup oleh
bayangan guru
2) Slide projector (projector bingkai)
Slide merupakan suatu gambar transparan dalam bentuk kecil yang
bersifat individual, dalam arti dipertunjukkan satu persatu. Bahan
transparan dapat dibuat dari celluloid (seperti film, tetapi khusus film slide),
dari kaca atau plastik bening. Materi yang berupa gambar, kata-kata atau
lukisan, dapat ditulis dengan tangan atau hasil pemotretan. Slide biasanya
berukuran 24 x 36 mm. Film slide yang telah dicuci, diberi bingkai satu
demi satu untuk diatur dalam tempat slide sesuai dengan jumlah yang
direncanakan, kemudian disajikan melalui pesawat proyektor
Kelebihan
1) Gambar yang bersifat individual, memudahkan guru dalam
mengatur urutan penyajian
2) Materi pelajaran dapat dibuat sendiri oleh guru dengan
menggunakan prinsip pemotretan
3) Lama penyajian satu gambar dapat diatur oleh guru sesuai dengan
kebutuhan
4) Projektor slide yang bersifat otomatis, dapat menampilkan sendiri
urutan gambar yang telah diatur
5) Projektor slide sederhana shingga mudah digunakan
6) Dapat digunakan untuk pembelajaran individual maupun kelompok
Kelemahan
1) Tidak dapat memberikan kesan yang berhubungan dengan gerak,
emosi maupun suara
2) Pembuatan bahan membutuhkan biaya yang lebih mahal
dibandingkan bahan untuk OHP
3) Membutuhkan keterangan yang banyak dari guru
4) Slide yang dibuat dari kaca mudah pecah
5) Kesalahan menempatkan gambar menyebabkan gambar terbalik
pada layar
6) Gambar yang bersifat individual mudah hilang
7) Tidak dapat menunjukkan kedalaman benda (dimensi ketiga)
8) Sukar menunjukkan hubungan, karena gambar-gambar yang lepas-
lepas, sehingga dapat merosort menjadi pertunjukkan gambar.
C. Media Audio
Audio adalah suara yang keluar dari getaran sebuah benda. Audio bisa
ditangkap oleh panca indra manusia, apabila memiliki kekuatan minimal 20
kali/detik. Media audio merupakan sarana menyampaikan informasi yang lebih
komunikatif dan menarik. Penggunaan media audio saat ini banyak
peminatnya, karena mampu menyampaikan informasi secara lebih detail dan
jelas.
Ada Berbagai jenis kegiatan belajar yang dilakukan oleh pembelajar di
dalam kelas seperti, menjawab pertanyaan guru, membaca bahan pelajaran,
mengerjakan tugas-tugas, ulangan (tes), dan mendengarkan uraian guru.
Ditingkat sekolah lanjutan ke bawah. Berbagai jenis kegiatan yang
dimaksudkan sering dilakukan oleh guru. Akan tetapi apabila diamati di
perguruan tinggi, masih banyak waktu para mahasiswa di kelas yang
digunakan untuk mendengarkan ceramah dosen, diskusi, atau seminar.
Dengan media audio, informasi (bahasa pelajaran) dapat disampaikan dengan
berbagai cara penyampaian dan rekaman suara manusia atau suara-suara lain
untuk tujuan pembelajaran.
Pemanfaatan media audio mempunyai hubungan dengan tujuan pembelajaran
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini ;
Tujuan
Kognitif
Tujuan Pemanfaatan Tujuan
Afektif media audio Psikomotor
Gambar 1.7. pemanfaatan audio dengan tujuan pembelajaran
a. Tujuan Kognitif
Penggunaan media audio bertujuan untuk membangun pengetahuan peserta
didik.
b. Tujuan Psikomotor
Pemanfaatan program audio bertujuan untuk mengajar keterampilan verbal.
c. Tujuan Afektif
Penggunaan media audio bertujuan untuk menciptakan suara oleh musik latar,
efek suara, suara narator, sehingga menuntut peserta didik berkonsentrasi
penuh dalam pembelajaran.
1. Karakteristik media audio
Media audio merupakan alat bantu yang digunakan dengan hanya bisa
mendengar saja. Media ini membantu para siswa agar dapat berfikir dengan baik,
menumbuhkan daya ingat serta mempertajam pendengaran.
Dalam proses pembelajaran, media tersebut diajarkan ke siswa berupa pesan.
Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal
maupun non verbal. Sehingga proses pembelajaran dapat terprogram dengan baik.
Media ini merupakan bentuk pembelajaran yang murah dan terjangkau.Materi yang
disapaikan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.Audio dapat
memberikan pesan yang menarik dan memotivasi siswa. Secara sederhana
bahasa audio adalah bahasa yang memadukan elemen-elemen suara, bunyi dan
musik, yang mengandung nilai abstrak. Misalnya: bahasa puitis, musik yang agung,
suara yang merdu, dan lain-lain.
Kelebihan Media Audio
kelebihan-kelebihannya sebagai berikut:
1) Mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dan memungkinkan
menjangkau sasaran yang luas.
2) Mampu membangkitkan system dalam imajinasi.
3) Mampu memusatkan perhatian siswa pada penggunaan kata-kata, bunyi,
dan arti dari kata itu.
4) Mampu mempengaruhi suasana dan prilaku siswa melalui musik latar dan
efek suara.
5) Sangat tepat / cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa; laboratorium
bahasa tidak lepas dari media ini terutama untuk melatih listening
(pendengaran).
Disamping memiliki kelebihan media audio juga memiliki keterbatasan dan
kekurangan
kekurangan Media Audio
1) Melalui media audio kaset, dapat mendengarkan urutan penyajian yang
tepat, bahkan bila diputar kembali, akan terdengar hal-hal yang sama. Hal
ini kadang-kadang membosankan.
2) Tanpa ada penyaji yang bertatap muka langsung dengan pebelajar,
beberapa diantara pebelajar kurang memperhatikan penyajian itu.
3) Pengembangan program audio yang baik, akan banyak menyita waktu
4) Penentuan cara penyampaian informasi dapat menimbulkan kesulitan bila
pendengar memiliki latar belakang serta kemampuan mendengar yang
berbeda.
5) Tidak dapat diperoleh balikan secara langsung karena hanya ada satu jalur
penyampaian informasi
2. Bentuk-bentuk Program Audio
a. Program wicara
Program ini paling tua dan sederhana. Berbeda dengan sebuah kuliah
atau pidato, pendengar tidak harus diam mendengarkan atau melihat gerak-
gerik pembicara. Intinya adalah pada kata-kata yang akrab, dengan bahasa
yang digiunakan sehari-hari. Program ini berisi suatu pembicaraan yang
bersahabat tentang suatu topik tertentu, dan kepribadian pembicara sangat
menentukan. Pribadi yang membosankan, jarang menarik minat pendengar
untuk mengikuti, walaupun topik pembicaraan yang dibawakan sebenarnya
penting.
b. Wawancara
Salah satu variasi program wicara adalah wawancara. Pada hakikatnya
wawancara merupakan suatu pembicaraan yang berpangkal dari pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara kepada seseorang atau lebih
untuk memperoleh informasi. Ada dua jenis wawancara yaitu: Wawancara
informasi, yang mengemukakan fakta-fakta dan berlangsung dalam waktu yang
wajar. Ada sedikit ulasan dari pewawancara dalam Wawancara pribadi,
dimaksudkan untuk mengenal pribadi seseorang yang penting, menarik,
berprestasi, dan sebagainya; untuk dikemukakan ide-idenya, kehidupannya
sehari-hari, pengalamannya, prestasi yang dicapainya, karakter atau potret dari
seseorang yang ditokohkan.
D. Multimedia
Dalam segi Bahasa multimedia terdiri dari dua kata yaitu multi yang berarti
banyak dan media yang berarti perantara yang digunakan untuk menyampaikan
sesuatu. Sedangkan Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, multimedia
merupakan penyediaan informasi pada komputer yang menggunakan suara,
grafika, animasi, dan teks.
Multimedia diartikan sebagai penggunaan berbagai jenis media secara
berurutan maupun simultan untuk menyajikan suatu informasi. Multimedia tidak
harus menggunakan alat canggih (Smaldino, dkk, 2008). Multimedia merupakan
sarana komunikasi yang menjadi perantara pesan yang terdiri dari beberapa
elemen, seperti teks, grafik, gambar diam dan bergerak, animasi audio, dan media
lain. Oleh itu, dengan menggabungkan seluruh elemen multimedia tersebut
menjadikan informasi dalam bentuk multimedia yang dapat diterima oleh indera
penglihatan dan pendengaran, lebih mendekati bentuk aslinya dalam dunia
sebenarnya. Multimedia enteraktif adalah apabila suatu aplikasi terdapat seluruh
elemen multimedia yang ada dan pemakai (user) diberi keputusan atau
kemampuan untuk mengawal dan menghidupkan elemen-elemen tersebut.
Multimedia merupakan kegiatan interaktif yang sangat tinggi, mengajak
pebelajar untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memilih dan
mengendalikan layar di antara jendela informasi dalam penyajian media.
Dengan multimedia berbagai gaya belajar pebelajaran terakomodasi seperti
pebelajar yang auditorial, visual, maupun kinestetik, sehingga pebelajar dapat
memilih media yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Menurut
Gumelar (2014), multimedia adalah penggunaan kompter untuk menyajikan dan
menggabungkan teks, aimasi, suara, gambar dan video dengan tool (alat bantu)
dan link sehingga penggna dapat melakukan navigasi, interaksi, berkarya dan
berkomunikasi.
Tujuan penggunaan multimedia dalam pendidikan dan pelatihan adalah
melibatkan pebelajar dalam pengalaman multi sensori untuk meningkatkan
kegiatan belajar. Padamasa lalu, pengalaman yang paling dominan adalah kata-
kata tertulis dan lisan melalui buku teks dan ceramah. Saat ini, dimanfaatkannya
multimedia dan berbagai sumber informasi serta metode pembelajaran
pencapaian hasil pembelajaran diharapkan lebih meningkat.
Di sekolah, multimedia akan menjadi media pembelajaran yang efektif.
Selama ini metode pengajaran dianggap mononton dan membosankan. Dengan
sarana multimedia, ilmu dapat disampaikan secara lebih menarik sehingga anak
didik mudah mengingatnya. Salah satu contoh penggunaan multimedia adalah
pada tugas presentasi. Di mana peserta didik juga menggunakan media
interaktif untuk mempresentasikan hasil belajar menggunakan laptop dan
proyektor. Di sisi lain, multimedia pun menjadi saranan yang tepat untuk
mengetahui minat peserta didik. Peserta didik memiliki kebebasan dalam
memilih bidang kegemarannya, belajar sesuai kehendaknya, sehingga lebih aktif
mendapatkan pendidikan. Meskipun begitu, multimedia tak lantas
menghilangkan peranan para pendidik. Peserta didik yang aktif masih
membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru dan orang tua, agar mereka
memperoleh pembelajaran yang positif.
Smaldino, dkk (2008) mengklasifikasikan multimedia sebagai berikut:
1) Multimedia kit, merupakan kumpulan bahan-bahan yang berisi lebih dari
satu jenis media yang diorganisasikan untuk satu topik.
2) Hypermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materimateri
yang tidak berurutan.
3) Media interaktif, yaitu media yang meminta pebelajar mempraktikan
suatu keterampilan dan menerima balikan.
4) Virtual Reality, media yang melibatkan pengalaman multi sensori dan
berinteraksi dengan fenomena sebagaimana yang ada di dunia nyata.
5) Expert system, pakar software yang mengajarkan kepada pebelajar
bagaimana memecahkan masalah yang kompleks dengan menerapkan
kebijakan para ahli secara kolektif di lapangan
Rangkuman
Secara sederhana, media pembelajaran adalah alat-alat bantu yang digunakan
untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar, mulai dari buku sampai
penggunaan perangkat elektronik dikelas. Media pembelajaran berfungsi untuk
menjelaskan atau memvisualisasikan suatu materi yang sulit dipahami jika hanya
menggunakan ucapan verbal. Misalnya, penjelasan tentang siklus air, sistem
pencernaan ataupun sistem pernapasan pada manusia. Nah, diartikel ini kita akan
membahas lebih jauh tentang media pembelajaran, mulai dari fungsi, manfaat, jenis
jenis dan contoh media pembelajaran. Media pembelajaran terbagi menjadi beberapa
macam jenis. Diantara jenis jenis media pembelajaran adalah sebagai berikut; media
visual dan non visual. penggunaan multimedia dalam pendidikan dan pelatihan adalah
melibatkan pebelajar dalam pengalaman multi sensori untuk meningkatkan kegiatan
belajar. peserta didik juga menggunakan media interaktif untuk mempresentasikan
hasil belajar menggunakan laptop dan proyektor. Di sisi lain, multimedia pun menjadi
saranan yang tepat untuk mengetahui minat peserta didik. Peserta didik memiliki
kebebasan dalam memilih bidang kegemarannya, belajar sesuai kehendaknya,
sehingga lebih aktif mendapatkan pendidikan.
Latihan
1. Apa yang anda ketahui tentang media pembelajaran?. Deskripsikanlah
2. Sebutkan jenis-jenis media pembelajaran
3. Pentingkah seorang guru harus menguasi media pembelajaran? Jelaskan
BAB II PENGGUNA MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
A. Pinsip-Prinsip Umum Penggunaan Media
Dalam pemilihan media untuk pembelajaran, guru tidak hanya cukup
mengetahui tentang kegunaan, nilai, serta landasannya tetapi juga harus
mengetahui bagaimana cara menggunakan media tersebut.
Dalam menentukan maupun memilih media pembelajaran tentunya harus
mempertimbangkan beberapa prinsip sebagai acuan dalam mengoptimalkan
proses pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah:
1. Efektifitas
Pemilihan media pembelajaran harus berdasarkan pada ketepatgunaan
(efektivitas) dalam pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran atau
pembentukan kompetensi. Pendidik harus dapat berusaha agar media
pembelajaran yang diperlukan untuk membentuk kompetensi secara optimal
dapat digunakan dalam pembelajaran.
2. Relevansi
Kesesuaian media pembelajaran yang digunakan dengan tujuan, karakteristik
meteri pelajaran, potensi dan perkembangan siswa, serta dengan waktu yang
tersedia.
3. Efisiensi
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus benar-benar
memperhatikan bahwa media tersebut murah atau hemat biaya tetapi dapat
menyampaikan inti pesan yang dimaksud, persiapan dan penggunaanya relatif
memerlukan waktu yang singkat, kemudian hanya memerlukan sedikit tenaga.
4. Dapatdigunakan
Media pembelajaran yang dipilih harus benar-benar dapat digunakan atau
diterapkan dalam pembelajaran, sehingga dapat menambah meningkatkan
kualitas pembelajaran.
5. Kontekstual
Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus mengedepankan aspek
lingkungan sosial dan budaya dengan mempertimbangkan aspek
pengembangan pada pembelajaran life skills.
Menurut Sri Anitah 2009, prinsip-prinsip umum penggunaan media adalah sebagai
berikut:
1. penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian
integral dalam sistem pembelajaran,
2. media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai sumber daya
3. guru hendaknya memahami tingkat hirarki sequence dari jenis alat dan
kegunaannya
4. pengujian media pembelajaran hendaknya berlangsung terus, sebelum,
selama, dan sesudah pemakainnya
5. penggunaan commit to user multimedia akan sangat menguntungkan dan
memperlancar proses pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran hendaknya dipandang sebagai bagian
integral dalam sistem pembelajaran. Media pembelajaran hendaknya dipandang
sebagai sumber dana. Guru hendaknya memahami tingkat hierarki (sequence) dari
jenis alat dan kegunaannya. Pengujian media pembelajar hendaknya berlangsung
terus, sebelum, selama, dan sesudah pemakaiannya. Penggunaan multimedia akan
sangat menguntungkan dan memperlancar proses pembelajaran.
Langkah-langkah penggunaan
Dengan menggunakan media, seharusnya akan dilakukan perencanaan
yang sistematik. Perlu diingat pula bahwa media pembelajaran digunakan bila
media itu mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang disampaikan.
Langkah-langkah penting dalam penggunaan media yaitu:
1) Persiapan sebelum menggunakan media Langkah awal penggunaan
adalah membuat persiapan sebaik-baiknya, yang dilakukan dengan cara:
a) Mempelajari petunjuk penggunaan media, terutama bila dibutuhkan
perangkat keras, seperti berbagai jenis pesawat proyektor (media
elektronik).
b) Semua peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan
sebelumnya, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak
akan terganggu oleh hal-hal yang bersifat teknis.
Apabila media akan digunakan secara kelompok, penempatan media diatur
sedemikian rupa, sehingga memungkinkan semua pebelajar untuk mengikuti
kegiatan pembelajar dengan baik.
2) Pelaksanaan penggunaan media
menggunakan media berlangsung, hendaknya harus dijaga agar suasana
tetap tenang. Kemudian Keadaan harus tenang tidak berarti
siswa/mahasiswa harus duduk diam dan pasif, tetapi yang terpenting
adalah bagaiman perhatian siswa/mahasiswa tetap terjaga. apabila
hendak menggunakan pesawat proyektor yang memerlukan kegelapan
ruang, usahakan siswa/mahasiswa masih dapat menulis, sehingga masih
mungkin membuat catatan yang perlu. Jika dalam proses pembelajaran
guru masih perlu manambahkan penjelasan yang harus ditulis dipapan tulis
atau transparansi, usahakan agar pebelajar tidak terhalang oleh posisi
guru.
Disamping itu, guru jangan sampai terlampau lama membelakangi
pebelajar, sehingga kelas kacau karena perhatian guru berkurang. Kalau
media akan digunakan secara kelompok, usahakan setiap kelompok
secara bergiliran dipantau. Dengan demikian, guru dapat membatu
pebelajar bila mendapat kesulitan. Selain itu, dapat menjaga ketertiban
kelas (antar kelompok tidak saling terganggu). Selama sajian media
berlangsung dapat diselingi dengan pertanyaan, meminta pebelajar
melakukan sesuatu, misalnya menunjuk gambar, mengerjakan soal, atau
merumuskan sesuatu.
3) Evaluasi
Evaluasi adalah Tahapan penyajian yang dimana akan mengetahui apakah
tujuan pembelajar telah tercapai, selain untuk memantapkan pemahaman
materi yang disampaikan melalui media. Oleh sebab itu perlu disediakan
tes yang harus dikerjakan oleh siswa/mahasiswa sebagai umpan balik.
Kalau ternyata tujuan belum tercapai guru perlu mengulangi sajian program
media tersebut.
B. Faktor-faktor Motivasional
4. Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini
motivasi berasal dari kata motif yang berarti “dorongan” atau rangsangan atau
“daya penggerak” yang ada dalam diri seseorang. Menurut Sardiman (2006)
motivasi merupakan daya penggerak dari dalam untuk melakukan kegaiatan
untuk mencapai tujuan. Dijelaskan juga oleh Mc. Donald (dalam Sardiman
2007)
menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan
Faktor motivasional merupakan hal-hal yang mendorong untuk berprestasi dan
dorongan tersebut bersifat intrinsik atau bersumber dari dalam diri seseorang. Yang
tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang,
keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan
pengakuan orang lain.
Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi
kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan
upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Berbagai Faktor Motivasi
seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu sebagai berikut:
2. Faktor Internal yaitu adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu, terdiri
atas:
1) Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau tidak
untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif
berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan
mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak
2) Harga diri dan prestasi; faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu
(memotivasi) untuk berusaha agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat,
dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu dalam
lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk
berprestasi
3) Harapan; adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini
merupakan informasi objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap
dan perasaan subjektif seseorang. Harapan merupakan tujuan dari
perilaku.
4) Kepuasan kerja; lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul
dalam diri individu untuk mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari
suatu perilaku.
5) Kebutuhan; manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan
dirinya sendiri yang berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih
potensinya secara total. Kebutuhan akan mendorong dan mengarahkan
seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan dan memberi
respon terhadap tekanan yang dialaminya.
3. Faktor Eksternal; faktor yang berasal dari luar diri individu, terdiri atas:
1) Jenis dan sifat pekerjaan
dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai
dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu
untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni.
Kondisi ini juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang
dimiliki oleh objek pekerjaan dimaksud
2) Kelompok kerja dimana individu bergabung
kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung
dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai
suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini
dapat membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai
kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat memberikan arti bagi
individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan sosial.
3) Situasi lingkungan pada umumnya
setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya
dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya
4) Sistem imbalan yang diterima
imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang
dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau
dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang
mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan
dapat mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan;
perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai
maka akan timbul imbalan.
Berbagai factor emosional sangat berpengaruh pada perhatian terhadap
sesuatu, berapa lama memperhatikan, seberapa jauh usaha memahami pelajaran,
dan bagaimana perasaan ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar. Ketakutan,
perhatian, tingkat struktur, motivasi berprestasi, motivasi social, keberhati-hatian,
dan persaingan, merupakan variable yang penting dalam belajar. Motivasi ini
dibedakan menjadi dua yaitu; motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Cara yang
baik untuk medieskripsikan movasi belajar yaitu dengan menggunakan model
ARCS dan Keller, yang membedakan aspek penting motivasi yaitu; atensi, relevan,
keyakinan dan kepuasan.
C. Faktor-faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat. -
Kecerdasan/inteligensi siswa. Anak laki-laki dan perempuan berbeda 19 dalam
merespon pengalaman-pengalaman sekolah. Contoh; anak laki-laki lebih kompetitif
dan agresif daripada perempuan, akibatnya merespon lebih baik dalam permainan-
permainan kompetitif. Lapar dan sakit sangat mempengaruhi kegiatan belajar.
Faktor-faktor psikologis ini merupakan keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Bebera¬pa faktor psikologis yang utama memengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
1. Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu¬an psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan
dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting
dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali
tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam
proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin
tinggi tingkat inteli¬gensi seorang individu, semakin besar peluang individu
tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat
inteligensi individu, semakin sulit indivi¬du itu mencapai kesuksesan belajar.
Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua,
dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan
perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka
dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh
orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi
dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada
pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata¬rata, atau
mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar
seseorang. -Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan
membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan
kepada siswa.
2. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendo¬rong siswa inginn melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di
dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva¬si intrinsik adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan
sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena memba¬ca tidak hanya menjadi aktivitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi
intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergan¬tung pada motivasi dari luar
(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi
intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk
maju;
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan
dari orang-orang penting, misal¬kan orangtua, saudara, guru, atau teman-
teman, dan lain sebagainya;
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta¬huan yang berguna
bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi
memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan,
tata tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang
menjadi lemah.
3. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut
Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya,
seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan
dan motivasi, karena memberi penga¬ruh terhadap aktivitas belajar. Karena
jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar
tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang
bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan
dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku
materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplor
apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal
ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
4. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng¬aruhi keberhasilan
proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif
berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya
sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi
guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang
dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
membe¬rikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada
muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajar¬an yang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan
senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
D. Klasifikasi Tujuan
Dalam Pengelompokkan tujuan ini sangat penting karena pemilihan metode
dan media pembelajaran, juga cara mengevaluasi, tergantung pada jenis tujuan
yang ditetapkan. Suatu tujuan mungkin diklasifikasikan menurut jenis belajar utama
yang akan dicapai. Meskipun ada rentangan pendapat mengenai cara terbaik untuk
mendeskripsikan dan mengorganisasikan jenis-jenis belajar, ada 3 kategori
dominan yang secara luas diterima yaitu:
keterampilan
kognitif
Jenis-Jenis
Belajar
keterampilan keterampilan
psikomotor afektif
Gambar.2.1.Jenis-Jenis Belajar
keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor. Molenda (2005)
menambahkan keterampilan interpersonal, karena keterampilan ini sangat penting
dalam suatu kerja tim. Dalam domain kognitif, belajar meliputi susunan kemampuan
intelektual yang dikelompokkan sebagai informasi verbal/ visual atau keterampilan
intelektual. Domain afektif melibatkan perasaan dan nilai. Tujuan afektif memiliki
rentangan dari misalnya, menstimulasi minat dalam pelajaran disekolah,
meningkatkan kepedulian social, mengadopsi standar etika. S = Select method,
media, and materials (memilih metode, media dan materi) Rencana untuk
penggunaan media dan teknologi, pertama-tama tentu saja menuntut pemilihan
yang sistematis. Proses memilih ada 3 tahap yaitu; (1) menentukan metode yang
sesuai untuk suatu tugas belajar, (2) memilih bentuk media yang cocok dengan
metode yang akan disajikan, dan (3) memilih, memodifikasi, atau merancang materi
secara khusus dalam bentuk media.
E. Memilih Metode
Dalam memlih metode pertama yakinlah bahwa tidak ada metode yang
paling baik untuk semua kegiatan belajar. Untuk suatu kegiatan pembelajaran,
mungkin diperlukan penggabungan satu atau dua metode untuk tujuan yang
berbeda pada pelajaran yang berbeda pula. Misalnya, suatu pembelajaran
dilakukan dengan kegiatan simulasi untuk menambah perhatian dan mnimbulkan
minat pada awal pelajaran, kemudian menggunakan demostrasi untuk
menampilkan informasi baru, selanjutnya memberikan latihan computer untuk
mempraktekan keterampilan baru.
F. Memilih Bentuk Media
Memilih bentuk media adalah bentuk fisik yang membawakan pesan yang
akan disajikan. Bentuk media misalnya, bagan lembaran balik (gambaran diam dan
teks), slide (gambaran proyeksi diam), audio (suara dan music), 21 video
(gambaran bergerak pada layar TV), dan multimedia computer (grafik, teks dan
gambaran bergerak pada monitor). Tiap bentuk itu memiliki kelebihan dan
kelemahan dalam hal jenis pesan yang direkam dan ditampilkan.
G. Mendapatkan Materi Khusus
Dalam mendapatkan materi khusus Untuk mendapatkan materi yang sesuai
ada 3 alternatif yaitu; memilih materi yang tersedia, memodifikasi materi yangt ada
dan merancang materi baru. Sebagian besar materi yang akan digunakan oleh guru
merupakan materi yang siap pakai dan tersedia disekolah, atau koleksi dari
sumber-sumber lain, seperti spesialis media atau teknologi. Guru juga harus selalu
memperbaharui konten bidanf studi dengan materi-materi mutakhir.
H. Memodifikasi Materi yang Ada
Dalam proses pembelajaran apabila guru tidak dapat menemukan materi-
materi yang sesuai, bisa saja guru melakukan modifikasi materi yang ada. Ini
adalah suatu tantangan yang harus memiliki dan juga memerlukan kreatifitas.
Dalam hal waktu dan biaya ini merupakan prosedur yang lebih efisien daripada
merancang sendiri materi baru.
I. Merancang Materi Baru
Memilih dalam merancang materi memang lebih mudah dan sangat efisien dari
segi biaya bila menggunakan materi yang tersedia dengan atau tanpa modifikasi,
daripada mulai menyusun materi baru. Namun bila anda ingin menyusun materi
baru, perlu mempertimbangkan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu: Tujuan, apa
yang diinginkan untuk dipelajari oleh pebelajar?
Pebelajar, bagaimana karakteristik pebelajar?
apakah memerlukan pengetahuan dan keterampilan prasyarat untuk mempelajari
materi itu?
a. Biaya, cukup dana yang tersedia, yang diperlukan untuk menyiapkan materi itu
(misalnya, videotape, audiotape, dan lain-lain)
b. Keahlian teknis, apakah diperlukan keahlian untuk mendisain dan memproduksi
materi yang akan digunakan?
c. memanfaatkn media dan meteri
Perubahan paradigma pembelajaran dari teacher-centered ke student-
centered, yang lebih memungkinkan pebelajar memanfaatkan materi, baik
secara mandiri atau kelompok kecil daripada mendengarkan presentasi guru
secara klasikal. Untuk mengaplikasikan media dan materi, baik untuk teacher-
centered maupun student-centered, perlu melakukan; Privieu materi, seorang
guru tidak pernah menggunakan materi tanpa pertama melakukan revieu awal.
Selama proses pemilihan, harus menentukan apakan materi itu sesuai untuk
pebelajar dan tuajuan yang ditetapkan.
d. Menyiapkan materi
Guru perlu menyiapkan media untuk mendukung kegiatan
pemebalajaran yang telah direncanakan. Langkah pertama adalah menyiapkan
seluruh materi dan peralatan yang dibutuhkan oleh pebelajar, dan menentukan
urutan apakah yang akan digunakan untuk memanfaatkan media dan materi.
e. Menyiapkan lingkungan
Dimanapun kegiatan belajar dilakukan, didalam kelas, di laboratorium,
di pusat olahraga, atau dilapangan yang lain, fasilitas harus ditata terlebih
dahulu sebelum pebelajar menggunakan media dan materi pembelajaran.
f. Menyiapkan pebelajar
Banyak hasil riset menunjukkan bahwa belajar dari suatu kegiatan
tergantung pada bagaimana pebelajar disiapkan untuk kegiatan pembelajaran.
Beberapa fungsi seperti, mengarahkan perhatian, meningkatkan motivasi,
menjelaskan rasional mepelajari suatu materi, merupakan kegiatan untuk
menyiapkan pebelajar, baik kelas yang teacher-centered maupun student-
centered.
g. Menyajikan pengalaman belajar
Jika materi itu berpusat pada guru, maka guru harus menyajikan sebagai
seorang professional. Jika pengalaman yang akan diberikan kepada pebelajar
adal studentcentered, guru harus berperan sebagai fasilisator atau pembimbing.
h. meminta partisipasi pebelajar
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran,
akan meningkatkan kegiatan belajar. John Dewey pada tahun 90’an telah
mengemukakan partisipasi tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori
belajar kognitif yang menekankan pada proses mental, juga mendukung
partisipasi aktif tersebut. Kaum behavioris menyarankan bahwa individu harus
melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses untuk mencoba
berbagai prilaku dengan hasil yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini
berarti perancang pembelajaran harus mencari cara agar pebelajar melakukan
sesuatu. Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahw pebelajar
membangun schemata katika otaknya secara aktif mengingat atau
mengaplikasikan beberapa konsep atau prinsip. Kaum konstruktivis seperti juga
behavioris memandang belajar sebagai proses aktif. Tetapi penekanannya
berbeda. Aliran konstruktivistik lebih menekankan pada proses mental bukan
pada kegiatan fisik.
i. Menilai
Evaluasi dan revisi merupakan komponen yang paling penting untuk
mengembangkan kualitas pembelajaran. 1. Menilai hasil pebelajar Pernyataan
tentang tujuan akan membantu untuk mengembangkan criteria guna
mengevaluasi unjuk kerja pebelajar baik individual maupun kelompok. Cara
menilai pencapaian hasil belajar tergantung pada hakekat tujuan itu. Ada tujuan
yang menuntut keterampilan kognitif, misalnya mengingat hokum OHM,
membedakan kata sifat dengan kata keterangan, menyimpulkan sesuatu.
Rangkuman
Rangkuman pemilihan dan penggunaan media Pemilihan media Untuk memilih
media yang akan digunakan dalam pembelajaran, perlu dipertimbangkan factor-
faktor ; tujuan pembelajaran, pebelajar, ketersediaan, ketepatgunaan, biaya, mutu
teknis, dan kemampuan SDM. Ada dua model dalam memilih media, yaitu; model
tertutup dan model terbuka. Penggunaan media 25 Secara umum, ada 4 langkah
yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media, persiapan sebaelum
menggunakan, pelaksanaan penggunaan media, evaluasi, dan tindak lanjut.
Smaldino dkk (2005) mengemukakan model ASSURE dalam penggunaan media,
yang merupakan akronim dari; Analyze learner characteristic (menganalisa
karakteristik belajar) state objective(menyatakan tujuan), select methods, media,
and materials (memilih metode, media, dan materi), utilize media and materials
(memanfaatkan media dan materi), require learner participation (meminta
partisipasi siswa) evaluate (mengevaluasi)
Latihan
1. Menjelaskan jenis-jenis belajar yang anda ketahui?
2. Deskripsikan Faktor-faktor Psikologis?
3. Deskripsikanlah faktor-faktor motivasional dalam proses pembelajaran?
BAB III BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses atau upaya yang dilakukan setiap individu untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai
materi yang telah dipelajari. Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks
yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih
bayi (bahkan dalam kandungan) hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda
bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku
dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut
nilai dan sikap (afektif). Kalau sebelumnya Pandu tidak tahu nama dan letak ibukota
provinsi Banten, dan sekarang sebagai siswa SD dia dapat menyebutkan nama
dan menunjukkan letak ibukota provinsi tersebut, maka kita katakan siswa SD itu
telah belajar. Begitu pula halnya kalau dia sebelumnya tak dapat menulis angka 1
s.d 10 dan sekarang dapat menuliskannya dengan lancar, baik dan benar. Begitu
pula Mirna, sebelum kursus komputer, dia tak dapat mengoperasikan komputer,
sekarang dengan lancar dan mahir dia dapat menggunakannya. Atau si Koko, dulu
dia tidak tahu siapa R.A.Kartini, sekarang dia tahu dan sangat kagum serta
menghargai perjuangan serta jasa-jasanya. Koko telah belajar karena ada
perubahan baik dalam pengetahuan maupun sikapnya..
Stimulus adalah apa yang guru kepada siswa, sedangkan reaksi atau respon
dalam bentuk tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon penting untuk dicatat karena tidak dapat
diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon,
oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Berikut ini beberapa perspektif para ahli tentang pengertian belajar.
1. Djamarah dan Zain (2010) : Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah
laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
2. Hilgard (dalam Sanjaya, 2007) : learning is the process by which an activity
originates or changed through training procedures (wether in the laboratory or
in the natural environment) as distinguished from changes by factors not
attributable to training (belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah).
3. Skinner (dalam Mudjiono dan Dimyati, 2006) : Belajar didefenisikan sebagai
suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,
sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
4. Sudjana (2010) : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar.
5. Sudjana (2010) : Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti penambahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan, kebiasaan serta perubahan
aspek-aspek lain yang ada pada individu-individu yang belajar.
Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung
beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah
1) bertambahnya jumlah pengetahuan,
2) adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi,
3) ada penerapan pengetahuan,
4) menyimpulkan makna,
5) menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas, dan adanya
perubahan sebagai pribadi.
Dari berbagai perspektif pengertian belajar sebagaimana dijelaskan di atas
maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang
berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan yang bersifat relatif konstan.
Kalau kita simpulkan, seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat interaksi
dengan lingkungannya, tidak karena pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak
karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. Kecuali itu perubahan
tersebut haruslah bersifat relative permanen, tahan lama dan menetap, tidak
berlangsung sesaat saja. Dengan memahami kesimpulan di atas setidaknya belajar
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan . Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun nilai dan sikap
(afektif).
2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha.
Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan
fisik/kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-
obatan.
Dalam proses belajar mengajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan
yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam
aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-
macam. Jenis-jenis belajar antara lain sebagai berikut:
1. Belajar Abstrak
Belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak.
Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-
masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan
peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan
generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia,
kosmografi, astronomi dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti
tauhid.
2. Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan
motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot
(neuromuscular). Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan
jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur
amat diperlukan. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar olahraga, musik,
menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian
materi pelajaran agama seperti ibadah shalat dan haji.
3. Belajar Sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan
teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk
menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-
masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dan
masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu belajar sosial
juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan
bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk
memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang
studi yang termasuk bahan pelajaran sosial antara lain pelajaran agama dan
pendidikan moral.
4. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan
metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.
Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan
siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta
insight (tilikan akal) amat diperlukan. Dalam hal ini hampir semua bidang studi
dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru
(khususnya) yang mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA sangat
dianjurkan menggunakan model dan strategi mengajar yang berorientasi pada
cara pemecahan masalah.
5. Belajar Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir
secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk
memperoleh aneka ragama kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan
konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar
pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki
kemampuan rational problem solving, yaitu kemampuan memecahkan
masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis,
dan sistematis. Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana
belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan
masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada
penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang-bidang studi noneksakta
pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar
rasional.
6. Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau
perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain
menggunakan perintah, suri tauladan, dan pengalaman khusus, juga
menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuan agar siswa memperoleh sikap-
sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti
selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konstekstual). Selain itu, arti tepat
dan positif di atas ialah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku,
baik yang bersifat religius maupun tradisional dan kultural.
7. Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting
atau nilai suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skill), yaitu kemampuan
untuk menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya
aspresiasi sastra, musik, dan sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat
menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi, antara lain bahasa dan sastra,
prakarya, dan kesenian.
8. Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan
mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan
sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasai materi pelajaran
dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar
pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan
pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan
memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan
menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan (Syah, 2002).
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis
belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokan hasil-hasil belajar yang
mempunyai ciri-ciri sama dalam satu kategori. Kelima hal tersebut adalah:
1. Keterampilan intelektual: kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungannya dengan mengunakan simbol huruf, angka, kata atau gambar.
2. Informasi verbal: seseorang bealajar menyatakan atau menceritakan suatu
fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara
menggambar.
3. Strategi kognitif: kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya
sendiri, mengingat dan berfikir.
4. Keterampilan motorik: seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur
dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah
otomatisme, yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan
lancar dan luwes.
5. Sikap: keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan
pilihan-pilihan dalam bertindak
4. Jenis Belajar Menurut Bloom
Benyamin S Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai
pencetus konsep taksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokan
tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada
tiga domain belajar, yaitu:
1) Cognitive Domain (kawasan kognitif): perilaku yang merupakan proses
berfikir atau perilaku yang termasuk hasil kerja otak. Beberapa contoh
berikut bisa termasuk kawasan kognitif: menyebutkan definisi
manajemen, membedakan fungsi meja dan kursi, menggambarkan
kegiatan proyek dengan PERT, menjabarkan perilaku umum menjadi
perilaku khusus, menyusun desian instruksional, dll. Beberapa
kemampuan kognitif tersebut dapat disebutkan antara lain (1)
pengetahuan, tentang suatu materi yang telah dipelajari, (2)
pemahaman, memahami makna materi, (3) aplikasi atau penerapan
penggunaan materi atau aturan teoritis yang prinsip, (4) analisa, sebuah
proses analisis teoritis dengan menggunakan kemampuan akal, (5)
sintesa, kemampuan memadukan konsep sehingga menemukan
konsep baru, (6) evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas
penguasaan materi pengetahuan.
Dalam Revised Taxonomy Anderson dan Krathwohl (2001), melakukan
revisi pada kawasan kognitif, ada 2 kategori yaitu kategori dimensi
proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Pada dimensi proses kognitif,
ada enam jenjang tujuan belajar yakni:
a) Mengingat: Meningkatkan ingatan atas materi yang disajikan
dalam bentuk yang sama seperti yang diajarkan
b) Mengerti: mampu membangun arti dari pesan pembelajaran,
termasuk komunikasi lisan, tulsan maupun grafis.
c) Memakai: menggunakan prosedur untuk mengerjakan latihan
maupun memecahkan masalah.
d) Menganalisis: memecah bahan2 kedalam unsur2 pokoknya &
menentukan bagaimana bagian2 saling berhubungan satu sama
lain & kepada keseluruhan struktur.
e) Menilai: membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar
tertentu.
f) Mencipta: membuat suatu produk yang baru dengan mengatur
kembali unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu pola
atau struktur yang belum pernah ada sebelumnya.
Pada dimensi pengetahuan ada empat kategori yaitu:
1. Fakta (factual knowledge): berisi unsur2 dasar yang harus dikethui
siswa jika mereka akan diperkenalkan dengan satu mata pelajaran
tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (low level
abstraction)
2. Konsep (conceptual knowledge): meliputi skema, model mental atau
teori dalam berbagai model psikologi kognitif.
3. Prosedur (procedural knowledge): pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu, biasanya berupa seperangkat urutan atau langkah2
yang harus diikuti.
4. Metakognitif (metacognitive knowledge): Pengetahuan tentang
pemahaman umum, seperti kesadaran tentang sesuatu & pengetahuan
tentang pemahaman pribadi seseorang.
B. Pengertian dan Ciri-ciri Pembelajaran
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung
proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang
berperanan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami
siswa (Winkel, 1991). Sementara Gagne (1985), mendefinisikan pembelajaran
sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar
dan membuatnya berhasil guna. Dalam pengertian lainnya, Winkel (1991)
mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi
ekstern sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa dan tidak
menghambatnya. Salah satu pengertian pembelajaran seperti yang dikemukakan
oleh Gagne (1977) akan lebih memperjelas makna yang terkandung dalam
pembelajaran: Instruction as a set of external events design to support the several
processes of learning, which are internal.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang
dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang sifatnya internal. Lebih
lanjut Gagne (1985) mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih
lengkap: Instruction is intended to promote learning, external situation need to be
arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes
each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar,
situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung
dan mempertahankan proses internal yang yang terdapat dalam setiap peristiwa
belajar.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut :
1. merupakan upaya sadar dan disengaja
2. pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun hasilnya
C. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Dalam melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu
diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun
atas dasar prinsip-prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar
dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran
bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran akan diperoleh hasil yang lebih optimal. Selain itu akan
meningkatkan kualitas pembelajaran dengan cara memberikan dasar-dasar teori
untuk membangun sistem intruksional yang berkualitas tinggi. Beberapa prinsip
pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi
pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut
1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon
yang terjadi sebelumnya. Implikasinya adalah perlunya pemberian umpan
balik positif dengan segera atas keberhasilan atau respon yang benar dari
siswa; siswa harus aktif membuat respon, tidak hanya duduk diam &
mendengarkan saja.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akbat dari respon, tetapi juga di bawah
pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa. Implikasinya
adalah perlunya menyatakan tujuan pembelajaran secara jelas kepada
siswa sebelum pelajaran dimulai agar siswa bersedia belajar lebih giat.
Juga penggunaan berbagai metode dan media agar dapat mendorong
keaktifan siswa dalam proses belajar
3. Perilaku yang ditimbulkan oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau
berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang
menyenangkan Implikasinya adalah pemberian isi pembelajaran yang
berguna pada siswa di dunia luar ruangan kelas dan memberikan balikan
(feedback) berupa penghargaan terhadap keberhasilan mahasiswa. Juga
siswa sering diberikan latihan dan tes agar pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang baru dikuasainya sering dimunculkan pula.
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan
ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula. Implikasinya adalah
pemberian kegiatan belajar kepada siswa yang melibatkan tanda-tanda
atau kondisi yang mirip dengan kondisi dunia nyata. Juga penyajian isi
pembelajaran perlu diperkaya dengan penggunaan berbagai contoh
penerapan apa yang telah dipelajarinya. Penyajian isi pembelajaran perlu
menggunakan berbagai media pembelajaran seperti gambar, diagram,
film, rekaman audio/video, komputer dll, serta berbagai metode
pembelajaran seperti simulasi, dramatisasi dan lain sebagainya.
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk
belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan
pemecahan masalah. Implikasinya adalah perlu digunakan secara luas
bukan saja contoh-contoh yang positif, tapi juga yang negatif.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi
perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar. Implikasinya
adalah pentingnya menarik perhatian siswa untuk mempelajari isi
pembelajaran, antara lain dengan menunjukkan apa yang akan dikuasai
siswa setelah selesai proses belajar, bagaimana menggunakan apa yang
dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana prosedur yang
harus diikuti atau kegiatan yang harus dilakukan siswa agar mencapai
tujuan pembelajaran dan sebagainya.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai
umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
Implikasinya adalah guru harus menganalisis pengalaman belajar siswa
menjadi kegiatan-kegiatan kecil, disertai latihan dan balikan terhadap
hasilnya.
8. Kebutuhan memecah materi yang kompleks menjadi kegiatan-kegiatan
kecil dapat dikurangi dengan mewujudkannya dalam suatu model.
Implikasinya adalah penggunaan media dan metode pembelajaran yang
dapat menggambarkan materi yang kompleks kepada siswa seperti
model, realia, film, program video, komputer, drama, demonstrasi dll.
Rangkuman
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Dalam proses
belajar mengajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam aspek materi dan
metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang
diharapkan.
Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperanan
terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Dalam
melaksanakan pembelajaran, agar dicapai hasil yang lebih optimal perlu diperhatikan
beberapa prinsip pembelajaran. Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip-
prinsip yang ditarik dari teori psikologi terutama teori belajar dan hasil-hasil penelitian
dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip pembelajaran bila diterapkan dalam proses
pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran akan diperoleh hasil
yang lebih optimal. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akbat dari respon, tetapi juga
di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda di lingkungan siswa.
Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu
yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah
Latihan
1. Sebutkan Jenis-jenis belajar ?
2. Menurut Bloom ada tiga domain belajar sebutkan dan jelaskan ?
3. Jelaskan pengertian belajar menurut anda ?
BAB IV PENDIDIKAN JASMANI
A. Pendahuluan
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam
hal kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Melalui aktivitas
jasmani anak akan memperoleh berbagai macam pengalaman yang
berharga untuk kehidupan seperti kecerdasan, emosi, perhatian, kerjasama,
keterampilan, dsb. Aktivitas jasmani untuk pendidikan jasmani ini dapat
melalui olahraga atau non olahraga. Pengertian pendidikan jasmani telah
banyak diterangkan oleh para ahli pendidikan jasmani diantaranya adalah:
Williams menyatakan bahwa pendidikan jasmani adalah semua aktivitas
manusia yang dipilih jenisnya dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Singer memberi batasan mengenai pendidikan jasmani
sebagai pendidikan melalui jasmani berbentuk suatu program aktivitas
jasmani yang medianya gerak tubuh dirancang untuk menghasilkan
beragam pengalaman dan tujuan antara lain belajar, sosial, intelektual,
keindahan dan kesehatan.
Bucher menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian yang
integral dari seluruh proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
fisik, mental, emosi, dan sosial, melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih
untuk mencapai hasilnya. UNESCO memberikan pengertian pendidikan
jasmani adalah suatu proses pendidikan manusia sebagai individu atau
anggota masyarakat dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai
kegiatan jasmani untuk memperoleh peningkatan kemampuan dan
keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembangunan watak.
Oleh sebab itu pendidikan jasmani merupakan bagian yang integral dari
pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan
kebugaran jasmani, mental sosial, serta emosional dalam kerangka menuju
manusia Indonesia seutuhnya dengan wahana aktivitas jasmani sehingga
pengertian pendidikan jasmani adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis
untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh
pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang
harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas
berdasarkan Pancasila. (Cholik Mutohir, 1992)
Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang sangat penting
untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan khususnya
pertumbuhan dan perkembangan gerak manusia yaitu gerak yang
dibutuhkan manusia dalam aktivitas kesehariannya baik untuk belajar
mengenal alam sekitar maupun belajar mengenal dirinya sebagai mahluk
individu dan mahluk sosial dalam usaha mengatasi dan menyesuaikan
perubahan yang terjadi di lingkungannya. Pendidikan jasmani pada
dasarnya merupakan pendidikan yang mengaktualisasikan seluruh potensi
aktivitas manusia berupa sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk, isi dan
arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan.
Pendidikan jasmani terutama pengalaman gerak memberikan kontribusi
yang dominan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara
menyeluruh, sehingga pandangan terhadap kehidupan manusia antara jiwa
dan raga tidak bisa dipisahkan satu sama lain benar-benar dapat dibuktikan.
Pendidikan jasmani adalah proses sosialisasi atau pembudayaan via
aktivitas jasmani, bermain dan atau olahraga untuk mencapai tujuan
pendidikan
Program pendidikan jasmani khususnya di persekolahan terdiri dari satu
lingkungan belajar yang berisikan berbagai dan beragam kondisi dan
rangsang agar memberikan kemungkinan bereaksi secara jasmaniah,
sosial, emosional dan intelektual. Melalui kondisi dan rangsang anak didik
dapat berubah atau dididik ke arah yang diinginkan. Fasilitas yang tersedia
merupakan bagian esensial dari lingkungan khusus pendidikan jasmani.
Unsur esensial lainnya adalah guru pendidikan jasmani, pelatih, instruktur,
program pendidikan jasmani dan perlombaan serta pertandingan. Hasil
pendidikan jasmani yang diperoleh peserta didik bergantung pada respons
dan sikap yang mempengaruhinya, sebab pendidikan jasmani pada
hakikatnya kondisi perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu
sebagai akibat dari pengalaman dalam mempelajari gerak. Gerak
yang dilakukan individu merupakan inti sari dari pendidikan jasmani, karena
itu dalam pendidikan jasmani terdapat tiga faktor yang sangat mendasar
dalam gerak manusia. Pertama, faktor unjuk kerja jasmani, faktor ini sangat
berpengaruh dalam melakukan aktivitas jasmani malahan mendasari semua
gerak seperti kelincahan, kecepatan, kekuatan, daya tahan, keseimbangan,
kelentukan, dan stamina. kedua adalah aktivitas universal yakni
keterampilan fundamental seperti: lari, lempar, lompat, panjat, dan
menggantung. ketiga adalah gerakan khusus yang bertingkat tinggi yang
dikuasai dengan latihan dan pengalaman khusus yakni mencakup aktivitas
dalam pendidikan jasmani.
Aktivitas jasmani yang teratur dan berprogram dilaksanakan oleh
peserta didik untuk meningkatkan keterampilan motorik dan dan nilai-nilai
fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif dan sosial. Aktivitas jasmani
ini harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik agar
pesereta didik tumbuh dan berkembang secara sehat dan harmonis. Kegiatan
pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan melalui gerak fisik sebagai
alat untuk mencapai sasaran. Intisari pengertian pendidikan jasmani merupakan
suatu proses pendidikan dengan menggunakan gerak sebagai medianya yang
dilakukan secara sistematis untuk meningkatkan dan mengembangkan
keterampilan motorik, sikap, nilai-nilai sosial, emosional dan intelektual. Pengertian
ini sejalan dengan tujuan pendidikan jasmani yang pada intinya membina manusia
seutuhnya yang meliputi aspek jasmaniah, intelektual, emosional, social dan mental
spiritual melalui pemanfaatan gerak yang teratur, terprogram, terkendali dan terarah
dengan memperhatikan aspek manusia.
Nilai-nilai inti program pendidikan jasmani akan bermakna dalam
konteks pendidikan di Sekolah, jika dapat memberikan pengalaman gerak
yang bermakna kepada peserta didiknya. Ini dapat terwujud bukan saja
pengembangan dalam dimensi jasmaniah yakni kebugaran jasmani peserta
didik akan tetapi juga dalam pengembangan perubahan sikap sosial peserta
didik. Melalui program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, terarah,
dan terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang
mencakup pembentukan dan pembinaan pertumbuhan dan perkembangan