538 Ensiklopedi Manajemen Hati 2
yang lebih utama dan mulia, atau bisa juga dia tidak membenarkannya.
Jika dia tidak membenarkan hal itu, maka sesungguhnya dia telah kehi-
langan rasa keimanan secara mutlak. Jika ternyata dia mengimani hal
itu, akan tetapi hal tersebut tidak memberikan pengaruh apa pun untuk
dirinya, maka sesungguhnya akal yang dia miliki telah rusak dan telah
memilih pilihan yang buruk untuk dirinya.
Ketika seseorang lebih mengutamakan kehidupan dunia atas kehi
dupan akhirat, maka hal itu bisa disebabkan karena rusaknya keimanan
atau bisa juga karena rusaknya akal yang dimiliki, dan lebih parah lagi
jika dia memiliki keduanya. Allah Ta’ala telah berfirman,
ﯨﯩﯪﯫﯬﯭﯮﯯﯰﯱﯲ
“Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia
hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat.” (QS.
Ar-Ra’d: 26)
Allah Ta’ala berfirman,
ﭨﭩﭪﭫﭬﭭﭮﭯﭰﭱﭲﭳ
ﭴﭵ ﭶ ﭷ ﭸ ﭹ ﭺ ﭻ ﭼ ﭽ ﭾ ﭿ ﮀ
ﮁﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈ ﮉ ﮊﮋ ﮌ ﮍ ﮎ
ﮏﮐﮑﮒ
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta
berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang ta
naman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman)
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah ke
senangan yang palsu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Ketaatan seorang hamba kepada Allah tergantung dari ukuran ke-
inginan hamba tersebut akan kehidupan dunia dan juga rasa ridha yang
dimilikinya. Begitu juga dengan usahanya untuk mendapatkan kehi
dupan akhirat. Allah Ta’ala telah mengancam orang-orang yang tidak
mengharapkan perjumpaan dengan-Nya, ridha dengan dunia, merasa
Bab KETIGA: FIKIH IBADAH 539
tenang dengan dunia tersebut dan lalai dari ayat-ayat Tuhannya, dengan
siksa api neraka. Allah Ta’ala berfirman,
ﭑﭒﭓﭔﭕﭖﭗﭘﭙﭚﭛ
ﭜﭝﭞﭟﭠﭡﭢﭣﭤﭥ
ﭦﭧ
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya
akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan du
nia serta merasa tenteram dengan (kehidupan) itu, dan orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya di neraka, karena apa
yang telah mereka lakukan.” (QS. Yunus: 7-8)
Zuhud di dunia adalah ketika engkau melepaskan dunia tersebut
dari hatimu, padahal dunia itu ada dalam genggamanmu.
Empat hal yang bisa merealisasikan sikap zuhud ini
• Pertama, pengetahuan yang dimiliki seorang hamba bahwa dunia
ini hanya sementara.
• Kedua, pengetahuan yang dimiliki oleh seorang hamba bahwa sete
lah dunia ini ada kehidupan yang jauh lebih utama dan istimewa,
yaitu kehidupan akhirat.
• Ketiga, pengetahuan yang dimiliki seorang hamba, bahwa sikap zu
hudnya itu tidak akan menghalanginya untuk mendapatkan apa-apa
yang memang sudah ditentukan untuknya dan bahwa usaha keras
yang dia lakukan tidak menghantarkannya untuk mendapatkan apa-
apa yang memang tidak ditentukan untuknya.
• Keempat, pengetahuan yang dimiliki oleh seorang hamba, bahwa
Allah yang telah menciptakan dunia ternyata mencela dan meng
ingatkan manusia akan bahayanya, maka bagaimana kita akan ber
gantung dengan hal tersebut? Barangsiapa menginginkan bersihnya
hati, maka hendaknya dia mendahulukan Allah di atas syahwat yang
dimilikinya.
Selama manusia hidup di dunia ini, dia akan senantiasa tersiksa, se
suai dengan keinginan yang dia miliki terhadap dunia. Hati itu tergan
tung dengan syahwat, yang dapat menghalangi dari jalan Allah, sesuai
dengan ketergantungan hati terhadap syahwat itu. Jika hati mampu un-
540 Ensiklopedi Manajemen Hati 2
tuk meninggalkan tempat yang ada di dunia, maka ia akan duduk di atas
tempat yang ada di akhirat.
Ketaatan kepada Allah dan usaha untuk meraih kehidupan akhirat
yang dimiliki oleh seorang hamba, tergantung dari keinginan hamba ter
sebut terhadap dunia, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta
’ala,
ﭴﭵﭶﭷﭸﭹﭺﭻﭼﭽﭾﭿ
ﮀ ﮁ ﮂﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇ ﮈﮉ ﮊ
ﮋﮌﮍﮎﮏﮐﮑﮒ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila dikatakan kepada
kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu merasa be
rat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi ke
hidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan
hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanya
lah sedikit.” (QS. At-Taubah: 38)
Apakah yang bisa diberikan oleh kenikmatan sesaat yang berbalut
dengan kotoran, jika yang demikian itu dapat menyebabkan kesengsara-
an abadi. Allah Ta’ala berfirman,
ﰀﰁﰂﰃﰄﰅﰆﰇﰈﰉﰊﭑﭒ
ﭓﭔﭕﭖﭗ
“Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenik
matan hidup beberapa tahun, kemudian datang kepada mereka adzab
yang diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka ke
nikmatan yang mereka rasakan.” (QS. Asy-Syu’ara`: 205-207)
Allah Ta’ala berfirman,
ﯪ ﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﯱ ﯲ ﯳﯴ ﯵ ﯶ ﯷ
ﯸ ﯹ ﯺ ﯻ ﯼ ﯽ ﯾ ﯿﰀ ﰁﰂ ﰃ ﰄ ﰅ ﰆ
ﰇﰈ
“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-
rasul yang memiliki keteguhan hati, dan janganlah engkau meminta agar
Bab KETIGA: FIKIH IBADAH 541
adzab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat adzab yang
dijanjikan, mereka merasa seolah-olah tinggal (di dunia) hanya sesaat
saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada
yang dibinasakan, kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah).”
(QS. Al-Ahqaf: 35)
Sikap zuhud yang disyariatkan itu ada tiga tingkatan
• Pertama, zuhud dalam hal-hal yang mengandung syubhat (keragu-
raguan), setelah meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Yaitu me
ninggalkan hal-hal yang meragukan seorang hamba, apakah sesuatu
itu termasuk yang dihalalkan ataukah yang diharamkan? Seseorang
akan berhati-hati atas ancaman Allah kepada dirinya, takut jika ke
dudukannya akan berkurang di sisi Allah, apakah dia akan jatuh di
mata Allah ataukah akan jatuh di mata manusia?
• Kedua, sikap zuhud dari berlebihan-lebihan dalam hal makanan,
minuman, pakaian, tempat tinggal dan pernikahan. Orang yang zu
hud merasa cukup dengan kebutuhan yang ada dan bersikap zuhud
terhadap yang selain itu. Mampu menggunakan waktu yang ada un
tuk melaksanakan ketaatan kepada Allah, atau mengusahakan ter
wujudnya hal tersebut lewat makanan dan minuman atau selain ke
duanya.
Jika orang yang zuhud menggunakan makanan dan minuman ter
sebut sebagai penguat atas apa-apa yang dicintai oleh Allah, maka
hal itu termas uk bagian penggunaan waktu yang baik. Bagi orang
yang berakal, kelezatan itu dapat dikenang dengan kelezatan yang
lain, kesenangan dengan kesenangan lain dan kegembiraan dengan
kegembiraan lain yang berhubungan dengan kehidupan akhirat.
Orang itu akan bersikap zuhud atas apa-apa yang akan hilang dan
sungguh-sungguh dalam hal yang kekal atau abadi. Orang yang zu
hud tidak berpaling kepada dunia ketika berinteraksi atau mening
galkannya. Laksana para Nabi dan pencinta kebenaran, yang mana
mer eka adalah orang-orang yang benar-benar zuhud. Mereka ber
sikap zuhud terhadap dunia, meskipun mereka berinteraksi dengan
kehidupan dunia tersebut.
• Ketiga, bersikap zuhud dalam kezuhudan. Seseorang yang hatinya
telah terpenuhi dengan rasa cinta kepada Allah dan pengagungan
kepada-Nya, tidak melihat bahwa kehidupan dunia yang dia tinggal
kan bukanlah sebagai sebuah bentuk pengorbanan. Dunia seisinya
542 Ensiklopedi Manajemen Hati 2
itu tidak sebanding dengan apa-apa yang dimiliki Allah, meskipun
hanya satu sayap lalat, sehingga hamba tersebut merasa malu untuk
menyebutkannya. Hamba itu menilai bahwa hilang atau datangnya
sesuatu yang dia zuhudi itu memiliki nilai yang sama, karena dia
tidak memiliki kehendak apa pun juga. Sehingga dia akan bersikap
zuhud ketika sesuatu itu dia terima, dan juga akan bersikap zuhud
ketika meninggalkannya. Keinginan yang ada pada dirinya itu lebih
tinggi dari sekedar mengambil atau meninggalkan sesuatu itu, ka
rena sesuatu tersebut memiliki kedudukan yang kecil di matanya.
Barangsiapa menganggap kecil dunia dengan hatinya, maka datang
dan perginya dunia akan bernilai sama untuk diri orang tersebut.
Orang itu tidak melihat bahwa dengan meninggalkan dunia kedu
dukannya akan semakin tinggi.
Begitu juga, orang yang zuhud menyaksikan keesaan Allah dalam
pember iaan dan penghalangan sesuatu. Apa-apa yang dia ambil,
maka hal itu sesuai dengan pemberian Allah kepadanya. Apa-apa
yang dia tinggalkan, maka hal itu karena Allah Ta’ala memang telah
mencegahnya. Dengan demikian dia akan merasa tenang atas apa-
apa yang dia dapatkan atau apa-apa yang dia tinggalkan.
Sikap zuhud itu ada tiga bagian
• Pertama, sikap zuhud yang wajib dilakukan oleh setiap orang mus
lim, yaitu zuhud dalam hal-hal yang diharamkan. Ketika seorang
hamba kehilangan hal ini, maka datanglah kepadanya sebab-sebab
dari hukuman.
• Kedua, sikap zuhud yang terpuji. Yaitu tingkatan dalam hal-hal yang
dicintai, tergantung dari sesuatu tertentu. Bisa merupakan sikap
zuhud dalam hal-hal yang dibenci, hal-hal yang mubah dan larut
dalam syahwat.
• Ketiga, sikap zuhud dari orang-orang yang berjalan di atas petunjuk
Allah, dan ini terbagi dalam dua bentuk.
Bentuk pertama, zuhud dari kehidupan dunia secara total. Bukanlah
yang dimaksudkan bahwa dengan melepaskan tangan dari kehidupan
dunia dan berpangku tangan dari kehidupan dunia itu, akan tetapi yang
dimaksudkan adalah dengan mengeluarkan kehidupan dunia dari da-
lam hatinya secara total, dengan tidak menoleh kepadanya, ketenan gan
hat inya tidak terpengaruh, meskipun dunia itu ada dalam gangguan ta
ngannya. Bukanlah yang dimaksud dengan kezuhudan itu ketika engkau
Bab KETIGA: FIKIH IBADAH 543
meninggalkan dunia dari gangguan tanganmu, sedangkan hatimu itu
terpaut dengannya, akan tetapi sikap zuhud adalah ketika engkau me
ninggalkan dunia dari dalam hatimu, sedangkan dunia itu ada di dalam
genggamanmu, seperti halnya keadaan para Nabi, Rasul dan para Khu-
lafaur Rasyidin.
Sikap zuhud itu bukan terletak pada harta, akan tetapi zuhud ada-
lah ketika hati tidak terpaut dengan harta tersebut. Nabi Sulaiman Alai
hissalam termasuk orang-orang yang zuhud, padahal beliau memiliki
kek uasaan yang sangat besar.
Bentuk kedua, sikap zuhud dalam jiwa. Ini merupakan sesuatu yang
paling sulit dan berat. Mayoritas orang-orang yang zuhud mampu men-
capai derajat tersebut, akan tetapi tidak konsisten berjalan di atasnya.
Orang yang zuhud itu relatif lebih mudah untuk meninggalkan sesuatu
yang diharamkan, dikarenakan sisi negatif yang akan ditimbulkan atau
dilahirkannya, untuk menjaga agamanya, mengutamakan kelezatan dan
kenikmatan daripada siksaan. Orang zuhud tidak akan bergaul dengan
orang-orang yang fasik dan pelaku kemaksiatan, karena dia ingin terhin-
dar dari pengaruh musuhnya tersebut.
Manusia juga cenderung merasa mudah untuk bersikap zuhud atas
hal-hal yang dibenci atau berlebih-lebihan dalam sesuatu yang mubah,
karena dia mengetahui jika mengutamakan hal tersebut, maka dia akan
kehilangan kelezatan dan kesenangan yang abadi serta kenikmatan-ke-
nikmatan yang kekal.
Manusia juga akan merasa mudah untuk bersikap zuhud di dunia
karena mengetahui apa-apa yang ada di balik semua itu, serta apa-apa
yang dia cari, berupa pengganti yang sempurna dan sesuatu yang ting-
gi.
Zuhud dengan jiwa adalah dengan ‘mengurbankan’ atau ‘menyem-
belihnya’ tanpa menggunakan pisau. Sikap zuhud ini ada dua macam:
• Pertama, ketika engkau mematikan jiwa tersebut sehingga jiwa itu
tidak memiliki sesuatu pun di hadapanmu. Engkau tidak marah de
ngan jiwa tersebut, tidak ridha, tidak menolong dan juga tidak mem
balas dendam kepadanya. Engkau telah menguasainya ketika dia
membutuhkan, yang mana itu relatif lebih mudah untukmu daripa
da saat dia sedang menguasai. Atau ketika engkau membalasnya dan
memenuhinya ketika dia memanggilmu.
Ini merupakan kunci hidup dan sehatnya sebuah jiwa. Tidak ada
kehidupan untuk sebuah jiwa sama sekali tanpa hal ini. Ini adalah
544 Ensiklopedi Manajemen Hati 2
level terakhir yang dilalui manusia dalam menuju tingkatan hamba-
hamba yang dekat dengan Allah. Terbebas dari belenggu ujian dan
cobaan, serta belenggu syahwat, kemudian dia bersandar kepada
Tuh an, Sembahan dan Penolongnya. Betapa bahagia dan senangnya
ketika dia dekat dengan Allah. Betapa gembiranya dia ketika telah
lep as musuh-musuhnya, bersandar kepada Penolongnya, yaitu Allah
Ta’ala, pemilik segala urusannya dan yang mengurus semua kebai
kan-kebaikan untuk dirinya.
• Kedua, ketika hamba tersebut mencurahkan jiwanya secara total
untuk Tuhannya, di mana tidak ada yang tersisa apa pun darinya,
akan tetapi dia benar-benar zuhud, selayaknya zuhud orang yang
sed ang mencintai terhadap ukuran minimal harta yang dimilikinya.
Keinginan dari yang dicintainya itu telah berpadu dengannya. Be
gitulah sikap zuhud di dalam jiwa orang yang benar-benar mencin
tai, dia telah keluar dari belenggu jiwa dan kemudian menuju kepada
Tuhannya.
Semua tingkatan dari sikap zuhud yang telah disebutkan di atas,
merupakan sarana dan penunjang bagi bentuk zuhud yang seperti ini.
Jika Allah menghendaki kebaikan dari seorang hamba, maka Dia akan
menjadikan hamba tersebut mampu untuk bersikap zuhud di dunia ini,
memberikan petunjuk kepadanya dalam urusan agama dan memperli-
hatkannya pada semua aib yang dimiliki. Zuhud di dunia adalah dengan
tidak memperpanjang angan-angan, tidak mengonsumsi sesuatu secara
berlebihan, dan tidak mengenakan pakaian yang mewah.