“Oh iyaa, Zhaf. Bikin nama samaran dia.” “Siapa yah?” “gimana kala kura kura aja” “Wuidih bagus juga tuh ya, ra ra, ada kura kura” Setelah itu semua hal itu berlalu, datang seorang berpenampilan islami dengan wajah yang damai dan sejuk ketika di lihat orang orang. Seseorang paruh baya, yang mengajarkan mapel PAI, di siang itu hingga nanti jam pelajaran akhir. Di kelas Azhaf, hari rabu adalah hari terenak ketika ia sekolah. Kelasnya mendapatkan jam pelajaran yang nyaman untuk di pelajari di hari itu, jam pelajaran terakhir hanya ada 3 jam untuk mempelajari mapel PAI. Walaupun seperti itu, mapel ini banyak di segani oleh teman temannya Azhaf maupun dia, soal nya gurunya sangat seru di ajak becanda apalagi saat di ajak bermain bersama dengan anak kelas nya. Pembelajaran di mulai di siang itu, mempelajari bab baru yang baru saja ia ketahui di hari itu. Mungkin banyak juga orang orang sudah tau materi ini, tetapi masih asing di mata Azhaf untuk mempelajari materi yang ini.
Waktu demi waktu, jam demi jam hingga menit demi menit berlalu dengan cepat. Sekarang waktunya untuk merapihkan semua buku dan barang barang milik masing masing, untuk bergegas pulang ke rumah mereka. Seperti biasa, sebelum pulang Azhaf dan teman temanya duduk duduk terlebih dahulu di tempat biasa. Kantin paling kanan dekat kolam ikan, banyak nya teman teman Azhaf yang sudah menunggui dirinya dari tadi yang baru keluar kelasnya. Teman temannya mulai menyamperi Azhaf dengan wajah candaan yang masih di bawa karna baru saja mendengarkan jokes jokes merekaa semua. "Baru keluar Zhaf, dari mana ?" "Ini mah dah pada mau pulang" saut salah satu teman Azhaf dengan wajah kebingungan. Tidak biasanya Azhaf telat untuk duduk duduk terlebih dahulu di tempat biasa, apalagi yang sering duduk duduk di tempat biasa itu adalah Azhaf, hingga yang membuat tempat mengobrol dan ketawa bersama itu juga Azhaf. Tetapi hal ini beda ketika di hari itu, Azhaf telat untuk pulang duluan.
"Gapapa, lagi mau telat aja, gua juga udah mesen maxim. Bentar lagi nyampe bro" Jawab Azhaf dengan senyuman yang ia tunjukan kepada semua teman temannya yang sedang berbincang ria bersama sama. Hari ini aga sepi di tempatnya, mungkin karna Azhaf telat untuk duduk bersama teman temannya dari awal pulang sekolah. Walaupun seperti itu, ia tetap masih bisa mengobrol dengan teman temannya yang biasanya hingga sore belum di jemput oleh bunda atau ayahnya. "Mas, flamboyan ?" Teriakan seorang bapak bapak yang sudah berumur di depan mata Azhaf. Dengan baju yang ia pakai berwarna kuning, bertuliskan Maxim. "Iyaa, saya pak !" Jawab Azhaf dengan suara lantang karena Bapak maxim tersebut memiliki jarak yang aga jauh dari tempat duduk yang di duduki oleh Azhaf. Sore itu matahari terasa terik di atas kepala Azhaf, matahari terlihat seperti melirik ke arah pelipis mata
Azhaf. Ini adalah waktu yang di tunggu tunggu oleh orang banyak, melihat matahari terbenam di sore hari untuk di gantikan oleh sang perkasa malam bulan. Di mata Azhaf, bulan lebih menarik perhatiannya dari pada matahari tenggelam. Terik rembulan malam, lebih membuatnya tenang di malam hari. Seperti saja ketika Azhaf memandangi rembulan, ia melihat di atas itu ada seseorang yang indah, cantik, menawan di dalamnya, yang membuat Azhaf tertarik dalam dalam ke arah rembulan malam. Jalan demi jalan ia lalui, tetapi hal ini terasa berbeda dari pagi hari, banyaknya motor dan mobil di sore hari membuat Azhaf terganggu dengan asap kenadaraan, di saut oleh bisingnya suara kendaraan motor maupun mobil di sore itu. Azhaf hanya bisa memandangi langit, ia terus menerus bergumam di dalam dirinya, berpikir random apa saja yang lewat di atas kepalanya. Tiba tiba Azhaf merenung memikirkan bahwa kapan dia menjadi atlit internasional yang ia impi impikan seperti panutan panutan taekwondo nya.
4 Berkenalan dengannya ? Pagi hari di awal bulan oktober, hari dimana siswa siswi bersenang senang karna adanya hari libur. Akhirnya waktu libur pun telah tiba, banyak remaja yang berkeliaran karna senangnya di hari libur. Ada yang bermain dengan temannya di luar rumah, maupun berjalan jalan santai menggunakan motor miliknya. Semenjak semua hal berlalu di hari kemarin di sekolah Azhaf masih bingung dengan adanya hal perbincangan sesaat di kelas. Kalimat “Mengapa saya membicarakan hal itu” selalu menghantui di kepala seorang Azhaf. Walaupun beberapa saat Azhaf selalu senang ketika sedang mengulas balik hal itu, tetapi rasanya aneh. Mengapa selalu ada hal yang membingungkan di dalam dirinya, Azhaf merasa ada yang mengganjal di hati Azhaf.
Aya masih berdebat terus terusan dengan Azhaf di sabtu ini, rasanya menghabiskan tenaga untuk berdebat dengannya, adalah hal yang seru di akhir pekan. Aya masih saja membicarakan tentang hubungan Azhaf karna mendekati Zikra temannya saat kelas delapan, tetapi Azhaf tetap saja menyelak omonga aya. Menurutnya apa salahnya berkenalan doang, lagi pula Azhaf bukan cowo yang aneh aneh, dan hanya ingin berkenalan dengan Zikra, yang mempunyai niat yang baik. " Jadi lo beneran mau deketin dia, Zhaf ?" "Lo gatakut kaya dulu lagi, kalau semisal nya lo ga dapetin dia gimana ?" "Gimana kalau nanti lo sedih lagi...." Banyak pertanyaan yang di lontarkan oleh Aya, lelah untuk mengutarakan apa yang Aya tau tentang Azhaf. Tetapi opini Azhaf tetap sama, mengelak kata demi kata Aya, sampai sampai. Ia memutuskan pembicaraan terus menerus secara langsung. "ENGGA YA, yang ini beda cuy" "Gue ga salah lagi, orang ini beda dari sebelum nya"
"Lagi pula, gue kan dah bilang gue mau temenan sama dia. Bukan aneh anehh" Kalimat akhir Azhaf yang ia ucapkan kepada Aya, di pagi hari itu. Di soroti oleh warna warna hangat, yang tercipta dari mentari, memperlihatkan kegagahan dirinya di depan mata Azhaf dan Aya. Azhaf menlajutkan berlari berlawanan dari rumah aya, terlihat dari kejauhan banyak kaca kaca, gedung perkotaan di saat itu. Melewati beberapa warung makan yang Azhaf lihat di kanan atau kiri, memperingati bahwa waktu makan siang sudah dekat. Sepoi sepoi angin bergulir ke arah wajah Azhaf, berjalan melangkah melewati dahan pepohonan untuk sampai ke rumahnya. Di kejauhan terlihat palang jalan yang menandakan bahwa Azhaf sudah sampai ke rumahnya yang hangat menanti kepulangan Azhaf. Azhaf tersenyum sendiri ketika menyelesaikan langkahnya di depan pintu rumahnya. Terasa lelah baginya untuk berlari, ke arah yang jauh dan menempuh untuk masa depan nya di Taekwondo. Walaupun seperti itu, Azhaf akan senang bahwa apa yang ia lakukan barusan, akan membuahkan hasil untuk pertandingan nanti. "Semoga saja berat badanku turun" dengan senyuman senang nya, Azhaf memikirkan sebuah kalimat itu di dalam benak otak nya.
Azhaf mulai berjalan untuk meraih timbangan yang ia miliki, Azhaf ingin membuktikan bahwa berat badan yang ia punya akan turun untuk pertandingan nanti. Tetapi saat Azhaf sedang meraih timbangan, aroma makanan yang di buat bunda sangat menyengat di hidung Azhaf. Moment ini pasti tidak akan di lewatkan oleh orang orang, sudah pasti apa yang ingin di lakukan Azhaf adalah menyantap semua lauk pauk yang ada di atas meja makan. "Bun, aku makan yahh. Hehehe..." Seru Azhaf kepada bundanya dengan bisik bisik, karena kalau semisal nya Azhaf ketauan tidak jaga makan, pasti ia akan habis di omelin oleh bunda. "Jangan banyak banyak, inget tanding. Inget!" "Iyaa bundaa" Azhaf langsung menyantap banyak lauk buatan bunda, tidak salah lagi, dari aromanya saja membuat Azhaf tergoda untuk makan banyak, apalagi menyantapnya. Sudah pasti apa saja yang di buat oleh bunda pasti enak, semua lauk yang bunda bikin tidak pernah gagal. Sampai sekarang saja bunda masih membuka bisnis catering buat anak anak SD. Walaupun kadang Azhaf sampai tidak dapat lauk makan siang di
sekolahnya, karna lupa di bawakan bekal yang enak buatan bunda. Selesai semua itu, Azhaf menghabiskan hari liburnya untuk bermain dengan teman temannya, bermain di game online ia menghabiskan semua waktu liburnya untuk itu. Waktu terasa cepat di tempuhnya di hari sabtu ini, seperti biasanya kegiatan yang Azhaf lakukan pasti hanya untuk bermain game di hari sabtu, dan mulai berlatih taekwondo di hari minggu. Tetapi hari ini hari yang berbeda di dirinya. Azhaf seketika mulai terpicu untuk mengechat Zikra di sore hari itu. Tetapi pada akhirnya Azhaf tidak jadi lagi untuk mengechatnya. Malam ini Azhaf berencana untuk pergi ke Cafe dekat rumahnya. Bermain dengan teman dekatnya yang dekat denganya pada saat kelas 7. Azhaf bersiap siap untuk berjalan ke arah Cafe pinggir kota. Dia sudah tidak sabar untuk menceritakan hal banyak kepada mereka ber tiga. Menyusuri jalan jalan kota, pada sore yang cerah, memperlihatkan indahnya sang senja di sore itu. Azhaf memakai motornya untuk berjalan di sore hari itu, melaju terus menerus ke arah cafe pinggir kota. Jalan demi jalan ia lewati sampai akhirnya, Azhaf menghentikan rodanya, di salah satu tempat untuk
memarkirkan motornya. Azhaf berjalan untuk meraih pintu kaca yang tinggi di depan cafe itu, memantau ke semua arah untuk mencari dimana tempat berada duduk nya teman teman Azhaf. Terlihat dari kejauhan seorang perempuan berkacamata dan berkerudung yang sudah duduk ber tiga, di samping jendela kaca. Mereka semua sedang menunggu untuk Azhaf datang ke tengah perbincangan mereka. "Azhaf, akhirnya datang" Sambut salah satu teman Azhaf, perempuan yang mempunya kulit sawo matang yang duduk di arah kanan dari Azhaf. Ia adalah salah satu ketua di Organisasi sekolah juga, sering kali Azhaf berbincang denganya. "Haii !!" Saut gembira oleh teman satunya, seorang perempuan yang memkai kacamata. Di sekolah nya, dia adalah murid yang pintar, sampai sampai semua mata pelajaran ia pahami semuanya. Di malam yang tenang, cafe tersebut dipenuhi dengan suara lembut cicit air hujan yang menari di jendela. Cahaya rembulan memancar masuk melalui
celah celah tirai kaca di samping mereka. Azhaf dan ke tiga temannya, menikmati kopi dingin sambil membiarkan suasana malam meresapi mereka. Musik jazz yang lembut memainkan melodi yang cocok dengan ketenangan malam, menciptakan suasana yang menyenangkan dan mengundang percakapan yang penuh kenangan di malam hari itu. Di sela sela banyak nya perbincangan, Azhaf membicarakan tentang hal yang ia alami beberapa hari terakhir ini. Sejak awal dia mengenal nama Zikra hingga sampai hari sekarang ia mengetahui tentang Zikra. Tanpa di sadari, Belva seorang ketua MPK, teman Azhaf dari kelas tujuh, ternyata mengenal dekat dengan Zikra. Ternyata Belva dulu pernah meminjam buku kepada Zikra, dan sampai sekarang ia masih kenal dengan perempuan bernama Zikra. "Bel, nit, fil. Aku pen chat Zikra deh, chat ga yah" Tanya Azhaf dengan wajah ragu yang ia munculkan seketika saat membincangkan hal tentang Zikra. "Chat ajaa, siapaa tau di jawab, cobaa deh kalau belum di cobain duluan mah, pasti di pikiran mu penasaran mulu Zhaf."
Jawab mereka ber 3 dengan senyum mendukung yang mereka tunjukan, untuk membuat Azhaf percaya diri megobrol lewat Chat Instagram.
Sambil menyeruput kopi dingin yang mereka beli, Azhaf melanjutkan cerita tentang Zikra yang menarik perhatian Azhaf dalam waktu cepat. Ceritanya membawa kebahagiaan dan semangat ke meja mereka, hingga hingga membuat malam di cafe semakin berkesan. Suasana hangat dan ceria menciptakan kenangan yang tak terlupakan, dihiasi senyum dan tawa sepanjang malam bersama teman Azhaf semuanya. Beberapa saat kemudian, Handphone Azhaf berbunyi, menandakan datangnya sebuah pesan balasan dari seseorang, yang di kirim untuk Azhaf. Di saat hangat nya obrolan, Azhaf tiba tiba memunculkan wajah excitednya sambil meraih handphon yang terletak di tengah meja mereka semua.
"Bel, di bales cuy" "Ih gue harus bales apa woi" "SHSHHEHS" Chat yang di dapatkan oleh Azhaf tentu balasan dari Zikra, walaupun hanya singkat balasannya, membuat Azhaf merasa gembira di malam itu. Teman temannya hanya ketawa melihat Azhaf yang bersemangat untuk membalas chat nya Zikra. Balasan chat dari Zikra membuat pipi Azhaf memerah seketika. Tengah malam sudah terlihat di atas mereka semua, teriknya rembulan melihatkan ke arah mereka semua yang sedang berbincang hangat. Tawa demi tawa mereka lewati hingga waktu perpisahan sudah tiba. Dengan perlahan, Azhaf memberi tahu kepada ke tiga sahabatnya bahwa sudah waktunya untuk pulang dan beristirahat. Azhaf berdiri dari meja cafe dengan senyuman, mengatakan kalimat perpisahan dengan salam hangat, dan berjanji untuk bertemu lagi. "Bel, nit, fil. Aku pulang duluan yah" "Makasih loh dah dengerin ceritaaku, tentang Zikraa hehe"
Seru kalimat terakhir yang di ucapkan Azhaf untuk berpamitan kepada ke tiga temannya. "Iyaa, makasih ya Zhaf dah dating juga" Balas mereka bertiga untuk menjawab kalimat yang baru saja Azhaf berikan untuk pamitan kepada mereka. Malam itu terasa indah di dalam perasaan Azhaf, rasa yang tidak bisa di utarakan dengan kalimat yang bisa di ucapkan oleh seseorang. Azhaf selalu senang ketika mereka ber empat bermain bersama, mengobrol hingga malam, menceritakan semua hal yang mereka alami di dunia ini. Azhaf merasa mereka semua bisa menjadi rumah yang baik bagi Azhaf, apa saja akan di tanggapi oleh mereka, itu yang membuat Azhaf senang dan bisa bersahabatan bersama mereka. Langkah demi langkah Azhaf berjalan untuk meninggalkan cafe yang penuh dengan rasa puas akan malam yang menyenangkan, sambil merencanakan pertemuan berikutnya di dalam otaknya. Rasanya Azhaf ingin terus terusan untuk seperti ini, tetapi waktu terasa cepat. Baru saja mereka membahas satu hal, waktu sudah menunjukan tengah malam, dan sudah waktunya untuk pulang ke rumah secara cepat.
Azhaf menunggangi motornya, dan meelaju di bawah langit malam yang berselimut bintang, motor nya membelah keheningan jalanan. Angin malam menyapu wajah dengan sejuknya, sementara lampu-lampu kota memberikan tanda arah pulang. Perjalanan di malam hari dengan gemuruh mesin motor menjadi soundtrack perlahan menuju rumah, diiringi oleh ketenangan dan keindahan malam yang memikat. Sembari jalan demi jalan yang ia lewati, dengan lampu jalan yang terlihat dari pelipis mata Azhaf, yang berada di kanan dan kiri. Azhaf menyalakan lagu untuk menemani sunyinya malam hari di tengah jalan yang sepi itu, Azhaf memasangkan TWS di telinganya, dan mulai memutar lagu Akad - Payung teduh hingga ke depan pintu rumah. Dalam keseimbangan antara kegelapan dan cahaya lampu jalan yang terlihat di depan mata Azhaf, perjalanan pulang membawa ketenangan dan refleksi. Setiap tikungan dan sudut jalan menjadi seutas benang kisah malam yang dilalui, menciptakan pengalaman pribadi yang dihiasi dengan kesendirian dan kecantikan malam hari yang tenang di saat itu. Plang JL rumahnya sudah terlihat di depan mata Azhaf, sesekali ia masih melihat spionnya untuk memantau belakang motornya. Saat masih tenangnya
malam itu dengan lantunan lagu yang masih berjalan. Azhaf masih memikirkan hal yang barusan ia lakukan, Azhaf merasa lega kali ini, tetapi kalimat " Aku mau berkenalan dengannya lebih dalam" tetap terus mengulang ngulang di benak kepalanya. Di sudut kantin sekolah yang ramai, Azhaf duduk bersama teman-teman dekat di kantin. Cuaca yang menyenangkan membuat mereka memutuskan untuk beristirahat makan siang sejenak. Kami ngobrol ringan, bertukar cerita tentang apa yang terjadi selama akhir pekan terakhir. Gelak tawa dan energi positif memenuhi udara, menciptakan momen kebersamaan yang hangat di tengah hiruk-pikuk kegiatan sekolah. Siang ini matahari tidak terlalu terlihat, awan menutupi sang pencahaya dunia hari ini. Angin mengeluarkan senandungnya ke arah telinga Azhaf, sepoi sepoi Angin terasa dingin hari ini. Sudah lama cuaca tidak terasa seperti ini lagi.
Azhaf beranjak dari tempat makannya yang berada di kantin, berjalan berdua bersama Arul ke arah gedung sekolah, berjalan ke kelas terlebih dahulu dari teman teman beda kelasnya. "Rul, gue dari tadi belum ketemu Zikra tau" "Cari yu". Sontak kalimat tersebut keluar dari mulut Azhaf. Dengan keadaan yang sadar Azhaf mengatakan itu tanpa rasa salah dan malu. Azhaf merasa bahwa dia sudah biasa saja dengan hal itu, dan tidak memikirkan lebih lanjut. "Sok, palingan juga di kelas 9F" Azhaf lanjut berjalan menaiki tangga demi tangga, hingga sampai ke lantai tiga di sekolahnya untuk berjalan ke arah kelasnya. Melewati koridor yang terasa sepi di siang hari membuat Azhaf dan Arul mengobrol dengan tenang tanpa adanya teriakan teriakan dari Siswa siswi lain yang ada di sekolah. Langkah-langkah Azhaf melangkah di depan koridor sekolah yang sunyi. Cahaya jendela menggambarkan bayangan panjang di lantai marmer. Suara langkah kaki menggema, menciptakan
kesunyian yang teduh. Di ujung koridor, sebuah lukisan dinding menambah sentuhan seni pada perjalanannya, menciptakan suasana yang tenang dan tentram. Dengan Azhaf yang sedang memegang tempat makan, Azhaf melangkah ke depan pintu kelas Arul untuk bermain dengannya di waktu istirahat. Di ambang pintu, pelipis mata Azhaf tak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang memancarkan daya tarik tersendiri. Senyuman ringan terukir di wajahnya, dan sekejap, dunia seakan melambat. Dalam sekejap itu, ada kilatan keindahan yang membuat momen sederhana di depan pintu kelas menjadi istimewa di mata Azhaf. "Rul aduh ketemu co" "Itu rul, itu Zikra bukan sih" "Ih iyaa co itu" Seketika Azhaf berbisik kepada Arul, untuk menunjukan bahwa yang di depan mereka adalah Zikra. Seorang perempuan yang menarik perhatian Azhaf secara spontan pada waktu itu. Muka Azhaf mulai memerah ketika melihat binar mata seorang perempuan yang di lihat olehnya di depan matanya, matanya memancarkan indahnya.
"Iye, ish udah udah" "Ketauan tolol nanti" Arul terlihat kesal pada saat itu, terlihat wajahnya marah. Mungkin karna merasa malu melihat temannnya yang sedang salah tingkah, ketika melihat seseorang yang baru saja ia chat kemarin. Perasaan Azhaf mulai bercampur aduk di saat itu, Azhaf mulai cerita panjang lebar tentang Zikra kepada Arul. Tetapi, Azhaf tidak tau tempat, Azhaf lupa bahwa Zikra mempunyai banyak temannya di sekolah, dan ternyata seorang perempuan yang mungkin temannnya Zikra, mendengar ketika Azhaf berteriak teriak menceritakan tentang Zikra. Dengan ketidak sadaraannya ia tetap saja melanjutkan ceritanya, tanpa adanya rasa malu Azhaf tetap menceritakan hingga akhir waktu istirahat di siang bolong itu sembari menunggu bel waktu masuk, di bunyikan hingga terdengar di telinga nya. "Rul, gue balik duluan lah" Azhaf beranjak untuk pergi dari kelas Arul dan pergi ke kelas Asalnya di IX F, Azhaf melambaikan tanganya untuk menjadi salam perpisahan yang hangat kepada
Arul. Seketika kaki Azhaf berjalan mengarahkan kakinya ke arah depan kelas Arul. Ketika Azhaf ingin keluar dari kelas, tiba-tiba Azhaf terdiam seketika. Jantung terasa berhenti di dalam dirinya. Azhaf melihat di depan matanya seorang perempuan yang menarik perhatiannya. Mata mereka bertemu, dan ada senyuman kecil di wajahnya. Waktu terasa berhenti seketika. Azhaf langsung terburu buru melangkah pergi dengan senyum tersungging, sementara pikiranku masih melayang pada pertemuan singkat itu. "ANJJJJJJ" Spontan Azhaf berteriak sekencang kencangnya di depan orang banyak, mungkin Azhaf merasa hanya ada dia di sana padahal banyak sekali seseorang yang sedang ber alu lalang di depan matanya. Seketika semua orang melihat dengan wajah kaget, Azhaf langsung berputar badan untuk melihat sekitar dan mulai merasa malu ketika sadar bahwa semua orang sudah melihat dirinya yang habis berteriak sekencang kencangnya di depan banyak orang. Kakinya terasa lemas seketika, tetapi ia masih tetap berlari untuk membuka pintu kelasnya dan duduk di tempat duduknya di kelas.
Dengan wajah yang masih malu Azhaf mulai menyantaikan dirinya, menarik nafas dalam dalam untuk mengstabilkan pernapasan nya yang tersengal sengal karna moment barusan. Sampai pada akhirnya Pernapasan nya mulai stabil, jantung nya sudah tidak berdak kencang, tetapi pikiran nya masih kacau. Sekarang Azhaf mulai merasakan ovt di dalam benak pikirannya, Azhaf terus berpikir bahwa bentar lagi dia akan menjadi bahan perbincangan anak sekolahnya, karna tiba tiba teriak tanpa sebab. Azhaf merasa bahwa bentar lagi dirinya akan di panggil "orang gila", ataupun selainnya. Tetapi di sisi lain dia berpikir bahwa dia senang karna ber papasan dengan seseorang yang ia baru saja kenali itu. Walaupun hanya momen singkat bagi Azhaf, tapi itu cukup membuat detik itu terasa istimewa. "Ya, denger gue teriak tadi ga" "Hehehe, tau ga habis ngapain tadi" "Lucu banget tau" Jantung Azhaf mulai berdetak seperti biasanya, Azhaf merotasikan kursi nya untuk menceritakan semua hal
yang barusan terjadi kepada dirinya, seperti biasa Azhaf akan menceritakan semuanya kepada Aya teman sebangkunya. Akhirnya mereka berdua bercerita sampai jam pelajaran sudah mulai pun tetap terbawa suasana untuk menceritakan semua hal yang mereka alami, dari Azhaf yang hari sabtu men DM Zikra terlebih dahulu, hingga momen yang barusan saja terjadi. "Nah gituu ya, ceritanya." "Lucu yah" Akhir cerita mereka berdua yang terbawa suasana karna bercerita tentang Zikra, sampai sampai lupa waktu karena merasa masuk ke dalam cerita tersebut. Rasa nya indah di dalam perasaan Azhaf, untuk menceritakan kembali momen momen yang berarti di dalam hidup Azhaf, seperti bertemu dengan seseorang baru di dalam hidupnya. "Lucuu banget" "Tapi Zhaf, inget loh bisa aja Zikra risi sama lo, siapa tau lo dah di omgin sama temen nya jik jik"
Setelah semua dialog dialog yang sudah di bicarakan berdua, Azhaf mematikan topiknya dengan Aya untuk mengakhiri cerita tentang Zikra yang baru saja ia alami. Dengan wajah senyum Azhaf berhenti untuk mengobrolkan tentang nya, walaupun sudah selesai momen yang di lewati Azhaf, Azhaf masih senang ketika mengingat ngingat kembali beberapa jam yang lalu. Menurutnya, walaupun hanya beberapa detik itu menbuat dirinya semangat dan senang hingga pulang nanti. Apalagi seseorang yang bernama Azhaf, cerita ini pasti akan di ceritakan ke semua orang yang ia kenali tanpa rasa takut dan malu. Sore hari setelah sekolah, langit dipenuhi warna oranye yang hangat. Siswa – siswi bermain di halaman sekolah, mereka tertawa riang setelah sehari penuh pembelajaran. Suara tawa dan obrolan ringan menciptakan atmosfer yang menyenangkan, sementara beberapa guru masih sibuk mempersiapkan pelajaran untuk keesokan harinya. Hari ini Azhaf dan teman temannya berbeda dari siswa lain, mereka bergegas untuk mengadakan rapat bersama anggota OSIS. Ruang kelas yang sebelumnya ramai dengan suara tawa dan keceriaan kini berubah menjadi tempat rapat serius.
Anggota OSIS dan Azhaf berkumpul di sekitar meja, membahas ide-ide untuk kegiatan berlibur OSIS yang akan mendatang. Peta semua ide yang akan di lakukan nanti tergantung di papan tulis, dan semangat untuk memberikan suara terasa di udara. Suasana penuh antusiasme dan keinginan untuk bersenang senang. Terlihat semua anggota anggota yang senang, ketika mendengar seorang ketua OSIS yang sedang membahas tentang ide bakaran dengan seluruh OSIS dan MPK di sekolahnya. Gelak tawa terasa sangat riang di suatu ruangan kelas itu. Azhaf merasa bahagia karna dia berhasil membuat anggota anggotanya bahagia ketia ia memutuskan tanggal lima akan mengadakan acara bakar bakaran. Semua anggota OSIS dan MPK, menghabiskan waktu sore hingga jam 5 untuk merapatkan acara dengan anggotanya nanti. Mereka duduk bersama, membahas detail acara, menyusun rencana, dan memastikan semua aspek terkoordinasi dengan baik. Meskipun waktu telah larut, semangat mereka tetap terjaga, karena akan ada acara yang menyenangkan bagi mereka semua. Terik senja terlihat dari celah jendela kelas mereka rapat, Saat jam menunjukkan pukul 5, suasana rapat OSIS mereda. Anggota berkumpul untuk memberikan penutupan yang ringan, mengukuhkan
hasil diskusi, dan merencanakan langkah selanjutnya. Terlihat kepuasan dalam wajah mereka setelah rapat selesai, sambil saling berterima kasih atas kontribusi masing-masing. Ruangan kelas yang sebelumnya penuh dengan diskusi kini kembali menjadi ruang pembelajaran yang tenang. Rasa lelah mereka semua terbayarkan karena selesainya keputusan rapat di sore itu. “Uh, akhirnyaa selesai juga bel, nit, fil. “ “Habis ini sisa bakaran selesai deh “ Azhaf menguap sambil membicarakan hal tersebut, muka Azhaf terasa lelah tetapi masih ada rasa bahagia yang ia dapatkan karna hasil yang sidsh keluar dari rapat tadi. Semuanya terasa bahagia di sore itu. ” iyaa ya, akhirnya. Gaa sabar deh aku.” Jawaban yang mereka ber tiga ucapkan kepada Azhaf, dengan wajah mereka juga yang sangat bahagia, mereka menceritakan semua hal yang akan mereka lakukan nantinya saat bakaran. Kelas sudah sepi di sore itu, hanya tersisa Azhaf dan ke tiga patner nya yang masih duduk di tengah tengah senyapnya kelas itu. Dengan wajah mereka
semua yang bahagia, mereka semua menghabiskan sore itu dengan cerita dan gelak tawa yang mereka munculkan karena kalimat demi kalimat yang lucu, untuk di bayangkan. pada akhirnya mereka ber empat beranjak dari kelas tersebut untuk menunggu di tempat biasanya. Mereka berjalan ke arah lantai bawah untuk duduk di bawah tangga masjid bersama teman temannya. Kelas demi. Kelas mereka lewati dengan cerita cerita yang masih saja mereka lontarkan satu sama lain. Mereka ber empat merasa bahwa mereka sudah sefrekuensi untuk melakukan semua hal, apapun itu pasti akan terasa lucu di mata mereka ber empat. Akhirnya mereka duduk di bawah tangga masjid, senja masih terpampang jelas di mata mereka. Walaupun sudah terlihat bulan yang muncul. Tetapi keindahan terik matahari yang sudah mulai terbenam masih saja terlihat indah di mata semua orang yang masih berada di sekolah. Banyak anak anak yang memotret foto matahari terbenam yang terpampang jelas di sore itu. “Nit, gue mau chat dia lagi gas gaa nih.” “Pengen tau, masih penasaran nit”
Sontak Azhaf mengatakan hal tersebut tanpa malu di hadapan onit yang masih ketawa karena melihat kelakuan Azhaf yang tidak mau diam beberapa menit terakhir. “Yaa ilah, barusan tantrum sekarang bahas Zikra” “Sok sih, zikra tuh baik pastii orang nya. Pasti dia ngebales chat lu.” Jawab seorang perempuan berkacamata, dengan nada suara yang menunjukan dukungan untuk memulai suatu hal yang ingin di coba oleh Azhaf. Memang terlihat susah di mata Azhaf, tetapi apa boleh buat, dia pasti akan melakukan nya habis ini. Saat Azhaf masih menceritakan tentang Zikra kepada onit, akhirnya mereka berdua di jemput oleh penjemputnya. Dengan senyum ramah, Azhaf melambaikan tangan kepada onit setelah semua cerita dan rapat OSIS di sore itu selesai. Onit memberikan sapaan terakhir, dan Azhaf meninggalkan sekolah dengan perasaan tuntas setelah hari yang penuh aktivitas ini.
5 Kali ini memang aku yang salah
"Wuidih, baikk juga" "SHSHWHHSHA" Rupanya seorang perempuan yang di peringati oleh teman temannya, bahwa dia adalah orang yang cuek, di mata Azhaf seperti perempuan yang biasa saja, dan Zikra pun membalas chat nya dengan ramah dan baik. Siapa sangka, ternyata hasil Azhaf membaca buku novel Malioboro at midnight, yang di sarankan oleh temannya untuk menjadi topik perbincangan dengan Zikra, ternyata berhasil. Wajah Azhaf mulai senang ketika sudah nyaman bercerita, walaupun hanya bertepuk buble chat sebelah di Azhaf doang, tetapi Azhaf merasa senang bisa mengobrol dengan seseorang yang ia baru saja ketahui beberapa pekan terakhir. Beberapa saat, Azhaf kehilangan topik pembicaraan nya karena selalu di matikan oleh Zikra, tetapi ia tetap berusaha untuk mengobrol lagi. Rada gila, mungkin. Hal itu terus ber ulang ulang di waktu yang sama, sampai sampai ia lupa waktu karna mengobrol di sebuah aplikasi bersama seseorang yang selalu ia ingin kenal dengannya. "Duh gue chat apalagi yah, apa gue
kasih nama aja yah" Gumam Azhaf, ketika ia sudah kehilangan semua topik yang ia ingin perbincangkan. Azhaf berpikir bagaimana cara agar masih bisa mengobrol dengannya. Tetapi waktu sudah menunjukan angka 9 sudah terlalu malam untuk mengobrol dengan orang yang baru, Azhaf saja belum tau apakah Zikra akan tidur waktu cepat atau masih lama. Terik rembulan pun sudah masuk ke dalam celah jendela kamar miliknya di malam itu. Senandung angin ac di ruangan Azhaf membuat sekujur tubuhnya mendingin Azhaf menarik selimutnya untuk menutupi setengah tubuh nya. Azhaf berpikir bahwa sudah tidak akan ada lagi topik untuk di bicarakan lagi, tetapi Azhaf berpikir mungkin ini bisa menjadi topik penutup di malam ini.
Dia menunggu lagi untuk mendapatkan balasan dari Zikra, walaupun lama, rasanya Bahagia bisa mengobrol denganya. Akhirnya nontifikasi yang sudah di tunggu tunggu dating juga, senyumannya terukir lebar di wajahnya. Azhaf seketika mulai salah tingakh karena balesannya. Walaupun lumayan singkat di matanya, tetap saja rasa bahagi tidak berkurang sedikit pun.
Azhaf duduk di gelap malam yang dingin di atas kasurnya, matanya terpaku pada layar ponselnya. Jantungnya berdegup cepat, menanti pesan yang tak kunjung tiba. Suara kerlap-kerlip lampu di sekitarnya hanya menegaskan keheningan yang menyelimutinya. Ternyata apa yang di pikirkan Azhaf berbeda dari aslinnya, belum ada jawaban langsung dalam satu jam tersebut. Walaupun Azhaf menunggu lama, belum ada pesan atau nada dering yang masuk satupun pada saat itu. Sontak Azhaf berpikir bahwa, mungkin dia sudah tidur, lagi pula sudah malam. Dengan mata yang semakin berat, dia merasa mengantuk setiap detiknya. Namun, penasarannya membuatnya tetap memegang ponsel, menunggu pesan yang belum juga datang. Kesenjangan antara kelelahan dan harapan membuatnya terjaga, terus menatap layar dengan harapan. ponselnya tergelincir dari genggamannya yang melemah, dan dengan perlahan, dia terlelap dalam tidurnya. Mimpi-mimpi menghampiri, menggantikan penasaran yang mengiringi menunggu. Azhaf tertidur terlelap di malam itu, matanya yang lelah untuk menunggu balasan dari Zikra, tertutup seketika. Dirinya sudah masuk ke dalam mimpi-mimpi indah di malam itu. Tubuhnya tenggelam dan terlelap di tengah malam
yang terasa indah karena hari yang bahagia, bisa mengobrol dengan seseorang yang dia inginkan adalah momentum kebahagiaan yang dia dapatkan seketika. Azhaf terbangun oleh bunyi notifikasi yang menggema di ruangan sepi pagi. Dengan mata yang masih setengah terpejam, senyum tipis menyelinap di wajahnya saat melihat balasan yang lama dinantikan akhirnya tiba.
Segera setelah membaca pesan itu, matanya yang masih setengah terpejam menjadi lebih terjaga. Senyuman terukir lebih lebar di wajahnya, dan rasanya seolah segala kelelahan semalam lenyap dalam sekejap di mata Azhaf. Mungkin menunggu tadi malam itu terbayarkan, oleh notifikasinya. Sambil menjawab pesan dengan penuh semangat, Azhaf berteriak kegirangan di pagi itu. Walaupun matanya yang masih setengah tertutup, tapi kebahagian yang dia dapati di pagi ini sangat luar biasa di pikirannya. Kegirangan meluap dalam diri Azhaf, seperti gelombang hangat. Kata dalam balasan pesan menambah getaran kebahagiaan, membuat paginya berkilau dengan sinar keceriaan yang baru di pagi itu. Tetapi tiba tiba Azhaf berpikir dan merasa berbeda ketika memahami balasannya lebih lanjut. Meskipun senang mendapat balasan, singkatnya pesan itu menyisakan rasa kekurangan. Sedih menyelinap pelan, meninggalkan pertanyaan di benaknya. Apakah sebaiknya ia mengabaikannya atau mencoba memahami lebih dalam? Dengan langkah ringan, Azhaf beranjak dari kasurnya, membawa senyum ke wajahnya yang masih berseri-seri. Langit pagi menyambutnya dengan sinar mentari yang lembut, seolah mencerminkan
kebahagiaannya yang hakiki. Mungkin hari ini akan menjadi petualangan baru yang menyenangkan di dalam hidup Azhaf. Dengan semangat yang belum reda, dia bergegas menuju kamar mandi. Air hangat menyirami tubuhnya, menyegarkan diri setelah tidur malam yang penuh harap. Sebentar lagi, Azhaf akan melangkah keluar, siap menghadapi hari di sekolah dengan mood yang masih gembira. Azhaf berencana untuk mengobrol kan tentang hal yang dia lakukan dengan percaya diri kepada seorang Zikra, dengan teman temannya. Mungkin hari ini dia akan bahagia sepanjang waktu jam pelajaran di sekolah, ataupun akan memasangkan wajah senyum nya di waktu sekolahnya. Setelah mandi yang menyegarkan, Azhaf bergegas ke sekolah dengan semangat penuh. Seragam sekolah yang rapi, tas yang sudah dipersiapkan, dan sarapan cepat diambil untuk memulai hari dengan energi positif. Di perjalanan menuju sekolah, udara segar menyapa wajah sambil melangkah dengan langkah yang mantap. Jalan raya dipenuhi dengan kegiatan pagi,
kendaraan bergerak bersama-sama membentuk arus yang teratur. Azhaf menikmati perjalanan dengan musik yang sudah terpasang terlebih dahulu setelah menaiki motor ojek yang dia pesan, lagu yang Azhaf dengarkan sebagai teman setia di saat tengahnya terik matahari di perjalanan, atau kadang-kadang merenung sambil melihat pemandangan sepanjang jalan. Kendaraan umum yang di pesan membawa Azhaf ke sekolah dengan lancar, sementara pikiran sudah terisi dengan ekspektasi untuk hari indah yang sedang dia jalani sekarang. Angin pagi menyapu wajah, menyegarkan setiap perjalanan. Sudah banyak anak murid yang terlihat di depan mata Azhaf. memberikan sensasi sejuk di depan pintu gerbang sekolahnya. Setelah hari kemarin yang menyenagkan, Azhaf masih memasangkan wajah senangnya di sepanjang hari sekolah. Di pagi itu, banyak anak murid yang sedang bermain, berlari dan tertawa bersama di lapangan. Mereka anak baru kelas 7 yang masih menjalani MPLS di sekolah Azhaf. “Zhaf, nih cekin kuku anak kelas 7”
Saat Azhaf berdiri di depan pintu kelas 7E, sambut temannya terdengar di telinga Azhaf, suaranya lumayan keras. Hingga hingga membuat Azhaf kaget saat itu. Seperti biasanya Azhaf seorang ketua Osis yang di percayai untuk menjaga anak anak yang baru saja masuk ke sekolah, memulai hari paginya dengan menyambut anak anak kelas 7 di depan kelasnya. Membariskan mereka, sampai mengecek semua perlengkapan yang mereka miliki untuk bersekolah di 3 bulan itu. Setelah semuanya berakhir, mereka ber tiga yang menjaga di kelas bawah bergegas untuk melangkahkan kakinya ke arah kelas mereka masing masing, Masuk kelas mereka memberikan suasana yang penuh keceriaan. Saling sapa dan tukar cerita membuat pintu kelas terasa seperti gerbang menuju petualangan pembelajaran. “Kamu jadi ngechat Zikra ?” Seketika saat bisingnya anak kelas lain yang sedang bermain di koridor kelas, tiba tiba Onit mengatakan hal tersebut tanpa sebab. Mungkin untuk mencairkan suasanya yang diam diam saja dari tadi tanpa adanya satu katapun yang keluar dari mulut mereka ber dua.
“Jadii nit cuman…” “Lumayan rada cuek nit, kayanya karna masih awal.” Mereka berdua melanjutkan perjalanannya dengan mengobrolkan tentang Zikra, sembari menuju kelas mereka berdua yang berada di lantai tiga. Tumben seorang onit menanyakan tentang hal Zikra secara tiba tiba. Langkah mereka semakin cepat seiring waktu yang berjalan begitu cepat. Beberapa menit lagi mereka masuk ke jam kelas pertama, dan memfokuskan diri mereka untuk belajar mata pelajaran yang di pelajari di jam pertama masing masing kelas. Akhirnya Langkah Azhaf terhenti di depan kelasnya, seperti biasnya ia memberikan sapaan hangat terlebih dahulu kepada teman temannya yang berada di kelas. Riuh suara ketawa dan sedih ada di dalam kelas. Azhaf merasa nyaman Ketika sudah berada di dalam kelas. Mereka semua memiliki keharmonisan di dalamnya, rasa kekeluargaan yang di dapatkan di kelas membuat Azhaf mempunyai rumah ke dua di dalam kehidupannya.
Waktu terasa cepat di hari itu, dinginnya ruangan membuat mereka semua tak sadar bahwa sudah waktunya jam istirahat. Bell sudah berbunyi dari beberapa menit sebelumnya, tetapi guru yang mengajar di kelas Azhaf belum kunjung menyelesaikan tugasnya di kelas. “Anak anak, samapi di sini saja hari ini. Tolong pelajari lagi materi yang barusan ibu kasih.” Kalimat terakhir yang di ucapkan oleh guru yang mengajar di dalam kelas Azhaf di hari itu. Walaupun hanya satu kalimat saja, tetapi kalimat itu membuat semua anak kelas Bahagia mendengarnya. Azhaf beranjak dari tempat duduknya, senyuman Azhaf masih terjaga sampai waktu istiarahat pertama ini. Sontak dia ingin sekali untuk bertemu dengan teman temannya untuk membicarakan hal epic yang kemarin dia lalui. Azhaf berniatan untuk berjalan ke arah kantin sekolahnya, berharap lebih untuk bertemu teman teman nya di sana. Azhaf sudah menyiapkan semua scenario di dalam otaknya yang akan dia ucapkan ke teman teman dekatnya yang berada di kantin. Tetapi Ketika Azhaf melangkahkan Langkah pertamanya, dia di tepuk pundaknya oleh seseornag yang berada di belakang dia.
“Zhaf” Sontak Azhaf langsung kaget Ketika pundaknya di tepuk oleh seseornag di belakangnya. Ternyata itu Arul, Panjang umur sekali dia dating di waktu yang tepat. Wajah Azhaf langsung berganti ke ceria lagi seperti di awal agi hari tadi. “Kaget rul, sumpah” “Tapi pas banget lo dating, kantin yo” Waktu yang pas untuk Arul dating di depan hadapan Azhaf, tanpa basa basi mereka berdua berjalan Bersama kearah kantin sekolah. Tanga demi tangga mereka berdua lewati dengan seksama. Candaan tawaan sudah mulai dari beberapa menit setelah bertemu. Dengan wajah yang gembira mereka mengobrolkan semua hal yang mereka lewati di akhir pekan kemarin. Sesampainya di kantin Azhaf memilih untuk duduk di tempat duduk kantin pojokan sebelah kiri, tempat biasanya Azhaf dan teman temannya bercanda Bersama di sana. Mereka semua bercanda, tertawa dan menghabiskan waktu istirahat sekolahnya Bersama teman temannya. ”Coy, gua ke ageng dulu lah.”
Pada waktu yang bersamaan dengan teman temannya yang masih ngobrol di saat waktu istirahat, Azhaf ingin berjalan kea rah kantin sekolah satunya. Di tempat tadi Azhaf merasa bosan dan dia ingin berjalan kea rah lain sebelum pulang ke kelasnya di akhir istirahat pertama ini. “Ikut gua Zhaf” Arul selalu ingin mengikuti Azhaf Ketika dia ingin kemanapun. Bisa di bilang mereka Sudha menjadi lato lato sepertinya sejak kelas semibilan di Angkatan kali ini. Mereka berdua mulai melangkahkan kakinya kea rah yang mereka tuju, dengan langakah yang ringan di pagi itu. Matahari menyinari Terik dan suara ramai anak anak yang sedang berolahraga saga menggelegar hingga menutupi suara perbincangan orang orang di pagi itu. Mata Azhafa mengarah ke segala arah, tanpa sengaja dia melihat seorang Perempuan yang terasa familiar di matanya. Benar saja ternyata yang di depan matanya adalah seorang Zikra, dalam sekejap kejuatan melintas di wajah Azhaf. Tanpa di sadar, senyumnya Kembali lebar Ketika melihat dirinya, entah mengapa pipi yang tadi terasa biasa saja sekarang mulai memerah dan memanas di saat itu.
Pada akhirnya, apa yang di lihat oleh Azhaf sudah menghilang Ketika ia melewati pintu depan sekolah. Mungkin saja dia ingin Kembali ke kelasnya, pikiran Azhaf mulai bercampur aduk, yang awal nya ingin ke tempat kantin ke dua, sekarang tujuannya berganti untuk kea rah depan Gedung sekolah. “Rul, ga jadi lah” “Ke kelas aja yu” Tanpa piker Panjang dari jawaban Arul. Azhaf langsung menarik pergelangan arul untuk mengikuti dirinya kea rah Gedung sekolah. Mereka berdua berlari kearah lantai tiga. Tidak ada rasanya bagi kaki mereka yang menlangkahkan kakinya kea rah lantai tiga. Dengan wajah Arul yang masih bingung, mereka berdua akhirnya berada di lantai tiga. Azhaf melepaskan genggamannya di pergelangan Arul untuk berjalan kea rah depan kelasnya. dengan jalan nya yang santai, Azhaf berjalan tanpa adanya salam perpisahan yang hangat kepada Arul. Azhaf lupa untuk menutup perbincangan istirahat pagi itu kepada Arul. Sampainya di depan kelas, Azhaf melihat sekumpulan anak Perempuan yang melingkari bulat di sebelah kanan kelasnya. Hanya sedikit sih, tetapi Azhaf
tidak merasa bahwa di sana akan ada Zikra di dalam lingkaran depan matanya. Azhaf melihat teman yang tadi ada berada di samping Zikra Ketika dia berjalan di lapangan, dulunya dia berteman juga denga Azhaf,. Tanpa pikir pajang, seketika Azhaf melontarkan kalimatnya yang nyeleneh tiba tiba. “Rah, tadi lo jalan sama Zikra yah.” “Ya ga sih neem” Tanpa di sadari apa yang di omongi Azhaf sudah kelaur dari mulutnya. Tiba tiba seorang Perempuan yang berada di depannya menoleh ke arah Azhaf, benar saja ternyata seorang Perempuan itu adalah Zikra. Perempuan itu sontak langsung berdiri, dan mulai meinggalkan kelas milik Azhaf, di lain sisi Azhaf seketika langsung berbalik badan untuk menutupi wajahnya yang malu. Dengan perasaan nya yang sudah acak acakan, Azhaf menggulingkan badannya ke lantai, dan mulai meratapi nasibnya yang terlihat malang oleh teman teman perempuannya di kelas. Mereka semua menertawai Azhaf yang tiba tiba mengatakan hal tersebut tanpa dosa.
Wajah Azhaf masih pucat pasi, senyum bahagianya sekarang reda berganti dengan senym malu. Habis ini mungkin dia akan menyalahkan dirinya yang nekat, tetapi dia pasti akan berpikir bahwa dia tidak salah dan hanya tidak sengaja. “Malu, malu tuh” Tiba tiba aya dating sambil tertawa kencang di depan muka Azhaf, terkadang aya ngeselin di saat yang tidak depat. Bukannya membantu Azhaf malah menertawakaan nya. “Mending lo diem deh ya” Semua hal yang terjadi tadi, tanpa di sadari membuat nama Azhaf terancam seketika, banyak yang memandangnya tiba tiba langsung suka dengan orang baru. Padahal waktu yang di orang sebelumnya belum tebilang lama. Semua kalimat kalimat yang membuatnya overthingking, menghantui pikiran Azhaf. Mungkin kali ini Azhaf yang akan salah, dan rumor nya akan tersebar luas di hari itu. Waktu jam Pelajaran sudah di mulai, waktu demi waktu dia lewati untuk mendengar suara lembut
pembelajaran guru favorit Azhaf, Pelajaran yang mempelajari ap aitu cerpen, pidato dan lain lainnya. Waktu di jam Pelajaran ini sangat berharga di mata Azhaf, Dimana dia akan bertemu wali kelasnya yang terasa sangat baik sekali kepada Azhaf. seorang guru Perempuan yang mempunyai suara yang lembut ke ibu ibuan adalah guru favorit Azhaf Ketika ia berada di kelas Sembilan, hanya guru itu yang bisa membuat Azhaf merasa nyaman di kelas Sembilan di sekolahnya. Sejak kelas delapan awal dia menjabat menjadi ketua osis, Azhaf merasa tidak ada guru yang mendukung perorganisasian dirinya, hanya saat ia mengenal Bu Petti, dia merasa bahwa ada guru yang menghargai jabatan nya di sekolah ini. “Bu, kayanya saya lagi suka sama orang, tebak bu dia siapa.” Seketika waktu sedang free, Azhaf menyempatkan dirinya untuk mengobrol dengan Bu Petti, dengan wajahnya yang cengngesan membuat Bu Petti kaget Ketika mendengarkan kalimat dari Azhaf. Siapa sangka apa yang di tanyakan Azhaf menjadi Panjang dan lebar di cerita siang itu. Dengan Cahaya matahari yang sudah Terik dari celah celah jendela yang sudah di tutup karton di
kelasnya. Azhaf dan Bu Petti masih bercerita tentang seseorang yang disukai oleh Azhaf. Mereka berdua berbincang sangat seru, di siang hari itu. Waktu siang itu di habiskan untuk bercerita tentang seseorang misterius itu, Bu Petti masih kebingungan siapakah Perempuan yang di maksud, sampai waktu pembelajaran berakhir. Bel tanda berakhirnya pelajaran berdenting, menggema di seluruh koridor sekolah. Siswa-siswa bergerak menuju pintu keluar dengan riuh rendah, memenuhi udara dengan semangat kebebasan. Azhaf bersiap-siap untuk pulang, berbagi tawa dan cerita singkat dengan teman-teman sebelum meninggalkan ruang kelas menuju tempat mengobrol biasnya. Azhaf bergegas untuk berlari kearah temmpat duduk biasanya, hari ini dia tidak telat untuk keluar dari Gedung sekolah. Ketika dia berjalan di depan kantin, ternyata hanya ada kesepian di dalamnya, hanya sedikit temannya yang duduk di tempat itu. Mungkin karena akhir akhir ini mereka semua memakai sepeda ke sekolah, jadinya mereka balik lebih cepat dari biasanya untuk mengejar waktu maghrib sudah sampai di rumah mereka masing masing. Azhaf yang sudah di depan kantin, langsung membalikan badannya kea rah berlawanan dengan kantin. Dia langsung mengotak ngatik Hp nya untuk
memesan ojek pulang ke rumah, tanpa pikir Panjang Azhaf berjalan kea rah tangga masjid untuk menunggu, sampai ojek yang di pesan dating. Angin sore itu sangat terasa di tubuh Azhaf, semerbak wangi sate yang asapnya berlarian ke segala arah terlewati oleh motor yang di naiki Azhaf. Di saat itu Azhaf tidak memikirkan hal apapun di dala dirinya, tetapi seketika pikiran itu berubah dalam waktu sekejap. Terakhir kali dia mengobrol tentang Zikra kepada temannya, ada yang menyarankan untuk mengobrol dengan Zikra tentang hal yang di sukai Zikra. Ketika Azhaf sedang memikirkan hal itu, Azhaf membuka ponselnya untuk menulis note apa saja yang di sukai oleh Zikra. Akhir akhiran ini, dia melihat apa saja yang di sukai oleh Zikra, dan yang terutama baginya, Zikra sangat menyukai buku Malioboro At Midnight, yang sama seperti buku yang baru saja di beli oleh Azhaf beberapa pekan seelumnya. Azhaf berencana untuk membuat reka adegan seperti Malio yang berada di buku itu.