The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by margaretharindang, 2020-08-26 23:48:46

TAHBISAN IMAM XAVERIAN

Tahbisan Imam Xaverian

IMATMAHXBAIVSAERNIAN

CARITAS CHRISTI URGET NOSTANGERANG, 21 AGUSTUS 2020

GEREJA ST. MATIUS PENGINJIL, PAROKI BINTARO

Jl. Utama I, Pd. Karya, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15225 telp. (021) 7358123



DAFTAR ISI

Sambutan Uskup Keuskupan Agung Jakarta 3
Sambutan Provinsial Xaverian 5
Sambutan Romo Paroki Bintaro, Gereja St. Matius Penginjil 8
Sambutan Ketua Panitia, 12
Antonius Sutatno: “Ketika Senyum Memberikan Kepastian” 13
Ignatius Washington Hendra Kusuma: “Petualang Beruntung” 16
Evansius Abi: “Menjadi Sahabat Bagi Orang Lain” 20
Yanuarius Yeremias Parung: “Terpanggil Menjalani Kehidupan Misioner” 23
Handrianus Masri: “Tuhan Tidak Bosan Memanggil” 26
Erik Tjeunfin: “Perjalanan Panggilan” 29
“Panggilan Kita Tidak Mungkin Lebih Agung dan Lebih Mulia Lagi”,
Surat Direksi Jendral Kepada Para Konfrater 32
Dicari: Anak-Anak Terbaik dari Keluarga Terbaik 34
To Be Xaverian 37
Exodus Ravenna! 41
Fransiskus Xaverius 45
Jangan Takut Lampaui Zona Nyaman 47

SUSUNAN PANITIA TAHBISAN IMAM XAVERIAN, 21 AGUSTUS 2020

Ketua Panitia Julius Sumarlan, Wakil Ketua Stefanus Noto Budiardjo, Sekretaris Beatrice I. Dwi
Yulianti, Bendahara Maria Immaculata Hesti Nugraheni, Sie Liturgi Endi Boston Sitompul, Fredericus
Handoko, K. Liza Herawati Sie Undangan dan Acara Anastasia Dewi Oktoviana, Odilia Risni Wahyuni,
Sie Perlengkapan Liturgi Atanasius Hermawan, Sie Konsumsi Felicia Lilianti, Sie Tata Laksana
Fransiskus Sukistanto, Albertus Binardi Bachtiar, Sie Perlengkapan Umum Romualdus Suko Budi Sujono,
Sie Kesehatan dr. Mulyani Tim Buku Kenangan Albertus Wibisono, Franciska Indria Ratu Patimasang,
Yohanes Agus Rustanto, Tim Dokumentasi FX. Eko Agus Riyanto, Catur Subakti, Tim Live Streaming
Sheren Anisa Permana, Ignasius Loyola, Joshua Eka Pramudya, Bayu Isworo, Gregorius Antonius Diandra,
Tim Gugus Kendali Paroki (TGKP)

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 1

PROFICIAT

2

SAMBUTAN USKUP KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

MGR. IGNATIUS KARDINAL SUHARYO ertama-tama, bersama seluruh umat
Keuskupan Agung Jakarta, dan
khususnya bersama keluarga besar
Tarekat Xaverian Provinsi Indonesia, saya
ucapkan proficiat, selamat mensyukuri rahmat
imamat yang para Pastor—Pastor Evansius
Abi, Pastor Washington Hendra Kusuma, Pastor
Yeremias Parung Yanuarius, Pastor Erik Tjeunfin,
Pastor Handrianus Masri, Pastor Antonius Sutat-
no—terima pada hari pentahbisan ini. Semoga
hidup, kehadiran dan pelayanan para Pastor
selanjutnya menjadi berkat keselamatan bagi se-
makin banyak orang dan kemuliaan bagi Tuhan.

Tahbisan pada tahun 2020 ini dilaksanakan dalam keadaan ketika umat manusia dilan-
da wabah virus Corona 19. Dampaknya sangat dahsyat di segala bidang kehidupan ma-
nusia. Saya merasa bahwa konteks pentahbisan yang semacam ini dapat sangat berarti
bagi para Pastor yang ditahbiskan hari ini.

Sebagai imam, kita semua mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus Sang Imam
Agung yang abadi. Mengenai Yesus Kristus Sang Imam Agung ini, Surat kepada orang-
orang Ibrani menyatakan: ”Itulah sebabnya, dalam segala hal Ia harus disamakan dengan
saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Agung yang menaruh belas kasihan dan
setia kepada Allah …” (Ibr 2:17).

Imamat adalah salah satu jalan untuk menanggapi panggilan Tuhan yang ditujukan
kepada semua murid Kristus untuk bertumbuh menuju kesempurnaan kasih, kesempur-
naan kesucian dan kepenuhan hidup Kristiani. Sebagai imam yang mengambil bagian
dalam imamat Kristus, jalan menuju kepenuhan itu adalah dengan semakin hari semakin
menaruh belas kasihan kepada sesama dan semakin setia kepada Allah. Dalam arti ini ke-
hadiran dan pelayanan seorang imam, sungguh dapat sangat bermakna. Semoga dalam
perutusan yang dipercayakan oleh Tarekat, para Pastor sungguh semakin bertumbuh
menuju kesempurnaan kasih, kesucian dan kepenuhan hidup Kristiani.

Pada kesempatan yang bagus ini, mewakili Keuskupan Agung Jakarta, saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada Tarekat Xaverian yang selalu mengutus anggota-
anggotanya untuk melayani di Keuskupan Agung Jakarta. Terima kasih kepada orangtua
dan keluarga para imam baru yang telah merelakan dan mendukung orang-orang muda
ini dalam memilih jalan hidup menanggapi panggilan Tuhan sebagai imam. Terima kasih
kepada semua saja yang terlibat dalam persiapan dan pelaksanaan ibadat ekaristi pen-
tahbisan ini, sehingga semua dapat berjalan dengan baik dan khidmat. Semoga peristi-
wa pentahbisan ini juga menjadi kesempatan bagi kaum muda untuk bertanya, “apakah
Tuhan juga menghendaki saya untuk memilih panggilan hidup sebagai imam, biarawan
maupun biarawati”.

Salam dan Berkat Tuhan,

+ Ignatius Kardinal Suharyo
Uskup Keuskupan Agung Jakarta

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 3

PROFICIAT...

Proficiat atas Tahbisan
6 Imam Xaverian:
Antonius Sutatno
Erik Tjeunfin
Evansius Abi
Handrianus Masri
Ignatius Washington Hendra Kusuma
Yanuarius Yeremias Parung (Jimmy)

Keluarga James F. Kullit

PROFICIAT...

Proficiat atas Tahbisan 6 Imam Xaverian:
Antonius Sutatno
Erik Tjeunfin
Evansius Abi
Handrianus Masri
Ignatius Washington Hendra Kusuma
Yanuarius Yeremias Parung (Jimmy)

dari Keluarga

Markus Bimbong Roharmadi

Warga lingk. St Yohanes Penginjil.

4 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

SAMBUTAN PROVINSIAL SERIKAT XAVERIAN

agi Serikat Xaverian di seluruh
dunia, tahun 2020-2021 merupakan
tahun rahmat Tuhan yang berse-
jarah dan layak disyukuri, meski
berada di tengah gelombang
badai pandemi Covid-19. Mengapa
menjadi Tahun Rahmat Tuhan yang bersejarah
dan pantas disyukuri? Sebab, pertama-tama
tahun ini para Xaverian merayakan 125 tahun
berdirinya Serikat (3 Desember 1895). Kedua,
ROMO ANTONIUS WAHYUDIANTO, SX. Serikat Xaverian memperingati 100 Tahun Surat
Wasiat Bapa Pendiri, St. Guido Maria Conforti.
Ketiga, tahun 2021 Provinsi Indonesia menyongsong 7 dekade kehadiran Serikat Xave-
rian di bumi nusantara tercinta ini. Keempat, yang paling bersejarah dan layak disyukuri
adalah, perayaan tahbisan imamat 6 diakon Xaverian di Paroki Bintaro. Mereka adalah,
P. Antonius Sutatno, P. Erik Tjeunfin, P. Evansius Abi, P. Handrianus Masri, P. Yeremias
Yanuarius Parung, dan P. Ignatius Washington Hendra Kusuma. Sejak tahun 1995, sei­­
ngat saya inilah tahbisan imamat Xaverian yang terbanyak di Provinsi Indonesia!
Rahmat tahbisan imamat yang diterima dari Allah oleh keenam Misionaris Xaverian
melalui tangan Bapak Kardinal Ignatius Suharyo pada 21 Agustus 2020 tersebut, meru­
pakan martabat istimewa yang dibutuhkan Gereja demi menjalankan imamat kerasul­
annya. Dalam Doa Tahbisan yang diucapkan Uskup, ditandaskan; “Kami memohon ya
Tuhan yang Mahakuasa, berikanlah kepada hamba-hamba-Mu ini martabat imamat.
Perbaharuilah dalam dirinya Roh Kesucian. Semoga sangguplah mereka memangku be-
ban martabat imamat dalam tingkatan kedua yang diterimanya dari-Mu ya Allah, serta
mendukungnya dengan teladan dan kebijaksanaan hidup.”
St. Guido Maria Conforti, dalam tulisannya berkaitan dengan topik Imamat, mene-
gaskan bahwa, imamat adalah penghubung yang menyatukan Allah dan umat manusia
dalam terang iman; Dan seorang imam dipanggil Allah untuk melayani umat-Nya (Ge-
reja) dan mempersembahkan Tubuh Kristus dalam ekaristi dan pengampunan. Imam itu
merupakan “Kristus dalam pribadinya” atau sacerdos alter Christus.
Bagi Paroki Bintaro sendiri, momen tahbisan imam keenam diakon Xaverian ini
menjadi kesempatan untuk menganimasi seluruh umat akan pentingnya pilihan hidup
sebagai misionaris-religius yang tidak saja demi kebutuhan kerasulan Gereja Lokal, na-
mun juga karya evangelisasi Gereja Universal. Begitu penting dan mendesaknya pewar-
taan Injil dewasa ini, dikarenakan oleh pembaruan perutusan gerejawi yang mendesak
pula agar semakin “bergerak keluar”, mencari yang terluka dan memar, yang digaung-
kan oleh Paus Fransiskus dalam Anjuran Apostolik Evangelii Gaudium (lih. EG, no.19-
24). Oleh sebab itu, kami berharap agar melalui perayaan ekaristi tahbisan imamat ini,
segenap umat Paroki Bintaro dapat dinyalakan hati dan jiwa misionernya agar semakin
mampu menjadi Gereja yang misioner seturut teladan St. Matius Penginjil.
Bagi orang tua dan sanak saudara keenam diakon, kami secara khusus menghatur-
kan terima kasih yang melimpah karena bapak-ibu dan saudara-saudari adalah pen­
derma utama bagi Serikat Xaverian dan Gereja Universal yang dengan tulus hati mem-

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 5

persembahkan putera-putera terbaiknya untuk karya evangelisasi di manapun mereka
akan diutus.

Akhir kata, secara pribadi sekaligus mewakili keluarga besar Misionaris Serikat
Xaverian Provinsi Indonesia, saya menghaturkan terima kasih yang tulus kepada Ba-
pak Kardinal Ignatius Suharyo yang telah berkenan memimpin upacara misa tahbisan
imamat keenam imam Xaverian di tengah pandemi Covid-19 dan protokol kesehatan.
Juga kami berterima kasih kepada Komunitas Wisma Xaverian Bintaro dan pihak Panitia
Tahbisan Imam Paroki Bintaro yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu di
sini, sejak persiapan awal hingga terselenggaranya perayaan tahbisan imam ini dengan
lancar, tertib dan khidmat.

Semoga Bunda Maria, Ratu Misi, selalu menganugerahkan rahmat kasih pelayanan
misionernya kepada kita semua untuk lebih berani lagi mengambil tanggung jawab
dengan berpartisipasi dalam kegiatan pewartaan Kabar Gembira sehari-hari menurut
tugas dan profesi kita masing-masing.

(P. Antonius Wahyudianto SX)
Provinsial

PROFICIAT...
atas Rahmat Imamatnya

Semoga senantiasa mengandalkan Tuhan
dalam menghidupi tugas Perutusannya.

Keluarga

Yustinus Haris

Warga lingk. Sta Bernadeth

6 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

PROFICIAT...

Serikat Misionaris Xaverian

Atas Tahbisan Imamat 6 diakon:

P. Ignatius Washington Hendra Kusuma, SX
P. Erik Tjeunfin, SX
P. Handrianus Masri, SX
P. Evansius Abi, SX
P. Antonius Sutatno, SX
P. Yanuarius Yeremias Parung, SX

Semoga selalu setia akan panggilan
untuk melayani dan menggembalakan umat
di manapun diutus..

TERIRING SALAM DAN DOA

WARGA LINGKUNGAN RAFAEL, Wilayah 4

PROFICIAT...

Mengucap syukur kepada Tuhan
atas ditahbiskannya 6 diakon
Xaverian menjadi pastor
dan mengucapkan selamat
kepada para tertahbis.

Semoga setia sampai akhir.

Keluarga

Gustav Ananta Mueller

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 7

RP. GERPASIUS RANTETANA, SX uatu kehormatan dan karunia besar
bagi Paroki Bintaro karena diper-
PASTOR PAROKI BINTARO caya oleh Bapak Uskup dan Dewan
Direksi Serikat Xaverian Indone-
sia sebagai tempat pelaksanaan
pentahbisan Imamat bagi keenam
diakon ini, yakni, Diakon Ignatius

Washington Hendra Kusuma, SX; Diakon Antonius Sutatno, SX; Diakon Erik Tjeufin,
SX; Diakon Evansius Abi, SX; Diakon Handrianus Masri, SX; dan Diakon Yanuarius
Yeremias Parung (Jimmy), SX. Mereka berenam ini berasal dari angkatan yang berbe-
da. Diakon Washington, berasal dari angkatan lebih dulu. Sedangkan lima lainnya dari
angkatan novisiat 2009/2010. Dari angkatan ini yang menjalani masa Novisiat 16 orang
dan akhirnya sampai pada Imamat 6 orang. Satu lainnya sudah ditahbiskan lebih dulu
di Yogyakarta pada Juni 2018, yakni Pastor Berto Kardi, SX yang sekarang ini sedang
menjalankan tugas perutusannya di Madrid Spanyol.

Untuk sampai pada Imamat membutuhkan proses yang panjang. Mereka yang be-
rasal dari SMU dan sederajatnya menjalani masa formasi dalam institusi SX sekitar 12 ta-
hun dan lulusan dari Seminari Menengah membutuhkan 11 tahun. Itu kalau lancar. Yang
pasti dalam pembinaan calon imam, sepintar apapun orangnya tidak akan mendapat-
kan discount masa formasi, karena berbagai tahapan yang mesti dilalui.

Pada saat mereka menjalani masa novisiat, saya menemani mereka sebagai Magis-
ter. Saya ingat betul, di hadapan 16 novis ini saya mengatakan bahwa dari angkatan
ini yang jumlahnya 16 orang, yang akan sampai pada imamat hanya 5 atau 6 orang.
Syukur kepada Tuhan hal itu terwujud. Ini bukan ramalam tapi pengamatan selama
mendampingi mereka. Angkatan besar menghasilkan jumlah yang besar juga. Pohon
yang besar dengan banyak cabang dan ranting memungkin menghasilkan buah yang
lebih banyak juga. Mereka dipanggil dari tengah-tengah umat Allah dan terpilih dari
antara yang dipanggil.

Kini, Paroki Bintaro memasuki usia yang ke-37 dan sudah mempersembahkan
setidak­nya 5 orang imam, dua orang bergabung dengan OCSO di Rawaseneng, dua
orang suster, beberapa frater di seminari tinggi dan beberapa seminaris di Mertoyudan
(Magelang, Jawa Tengah), Stella Maris (Bogor, Jawa Barat), dan Garum (Blitar, Jawa-
Timur). Tampaknya Paroki Bintaro memberi harapan besar untuk tumbuhnya panggila­ n-
panggilan khusus dalam Gereja. Semoga semakin banyak yang terpanggil.

Sebenarnya momen tahbisan adalah kesempatan yang baik untuk animasi panggilan
bagi anak-anak remaja kita dengan hadir langsung di dalam perayaan tahbisan dan

8 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

SAMBUTAN PASTOR PAROKI BINTARO

melakukan berbagai aktivitas lainnya. Sayang sekali karena pembatasan akibat pandem­ i
Covid-19 ini sehingga mereka tidak bisa hadir secara langsung dalam perayaan yang
agung ini.

Untuk Paroki Bintaro, tahbisan kali ini adalah yang ketiga dilangsungkan di Paroki
Bintaro. Pertama pada 6 Juli 1996 untuk dua orang imam SX, dan pada Agustus 2007
untuk 8 orang imam, yakni 4 orang Imam Projo untuk Keuskupan Agung Jakarta dan 4
orang imam Serikat Xaverian.

Semoga dengan perayaan tahbisan ini semakin banyak kaum muda yang termotivasi
untuk memberikan diri dan menanggapi panggilan Tuhan demi pelayanan di dalam
Gereja.

Dan kepada ke enam imam baru, selamat atas Rahmat Tahbisan suci ini. Selamat
menjalani tugas perutusan di manapun anda diutus.

SELAMAT ATAS TAHBISAN IMAM:

Rm. Erik Tjeunfin, Rm. Yeremias Parung Yanuarius, Rm. Handrianus Masri,
Rm. Antonius Sutatno, Rm. Washington Hendra Kusuma, dan Rm. Evansius Abi.

Lingkungan-Lingkungan Wilayah 5

Sta. Agnes, Sta. Caecilia, St. Robertus, Sta Veronica

SELAMAT

ATAS TAHBISAN
6 IMAM SERIKAT
XAVERIAN

Teriring Salam Dan Doa

Toko Buku Sanmare dan
Toko Buku Matius

9

PROFICIAT...

Mengucap syukur kepada Tuhan Yesus Semoga
atas ditahbiskannya 6 diakon Xaverian setia sampai
menjadi Pastor & mengucapkan selamat akhir & penuh
kepada para tertahbis & keluarga serta berkat buat
keluarga besar Xaverian. banyak umat.

Keluarga yang mendoakan

Bp. Ambrosius Aswin Hendrawan

SELAMAaTtaDs TAahNbisTaUn RImUamT MXaEveNriaDnOAKAN

Dari Keluarga Ibu Susanty Kumala

SELAMAT

untuk para Diakon Xaverian yang ditahbiskan.
Semoga setia dalam pelayanan.

Dari Lingkungan Gabriel, Wilayah 4
PROFICIAT DAN TURUT MENDOAKAN
ATAS TAHBISAN 6 IMAM XAVERIAN

Kumon Taman Asri, Blok E3 No. 3 Larangan, Phone: 082124653513

10

PROFICIAT... Teriring Salam dan Doa
Warga lingkungan
kepada: NAPAS PENDAMAI,

Serikat Misionaris Xaverian

Atas Tahbisan Imamat 6 diakon:

ANTONIUS SUTATNO
ERIK TJEUNFIN
EVANSIUS ABI
HANDRIANUS MASRI
IGNATIUS WASHINGTON HENDRA KUSUMA
YANUARIUS YEREMIAS PARUNG (JIMMY)

Semoga selalu setia
akan panggilan untuk melayani
dan menggembalakan umat
di manapun diutus

PROFICIAT...

kepada:

Serikat Misionaris Xaverian

Atas Tahbisan Imamat 6 Diakon:

ANTONIUS SUTATNO
ERIK TJEUNFIN
EVANSIUS ABI
HANDRIANUS MASRI
IGNATIUS WASHINGTON HENDRA KUSUMA
YANUARIUS YEREMIAS PARUNG (JIMMY)

Doa kami mengiringi
sepanjang perjalanan:

PAGUYUBAN AWAM XAVERIAN (PAX)

11

SAMBUTAN KETUA PANITIA

JULIUS SUMARLAN uji dan syukur kami unjukan ke-
pada Allah Yang Mahakasih atas
karya-Nya yang begitu nyata,
karena hari ini, Jumat 21 Agustus
2020, di Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro
telah berlangsung upacara tahbisan enam
imam Xaverian dengan lancar dan khidmat.
Mereka adalah Pastor Evansius Abi SX, Ignasius
Washington Hendra Kusuma SX, Yeremias Yanu­
arius Parung SX, Erik Tjeunfin SX, Handrianus
Masri SX, dan Antonius Sutatno SX.

Sungguh, hati kami begitu gembira ketika kami mendengar kabar akan ditahbiskan-
nya enam diakon Xaverian. Maka saat diminta untuk menjadi panitia tahbisan, kami me­
nyambut dengan suka-cita meskipun kami tahu bahwa ini bukanlah tugas yang rin­ gan.
Kami percaya bahwa Tuhan akan membimbing melalui banyak orang yang terlibat
dalam kehidupan Gereja, khususnya para pastor dan umat Paroki Bintaro sebagai tuan
rumah penyelenggara.

Tak disangka ketika persiapan sedang dilakukan untuk menyelenggarakan upaca-
ra dan pesta yang megah dan meriah sebagai ungkapan syukur, muncul pandemi
Covid-19 yang begitu ganas dan menakutkan. Karena kondisi ini maka acara tahbisan
ini diselenggarakan dengan sangat hati-hati dan sederhana tanpa mengurangi hakekat
tahbisan itu sendiri. Kami bersyukur kepada Tuhan yang telah membimbing panitia,
membukakan jalan dari setiap masalah yang dihadapi, sehingga akhirnya tahbisan
dapat berlangsung dengan lancar.

Proficiat kepada para imam yang baru saja ditahbiskan. Selamat berkarya di ladang
Tuhan untuk menyampaikan kabar sukacita kepada banyak orang di seluruh penjuru
du­nia. Kami juga mengucapkan selamat kepada Serikat Xaverian yang telah mendidik
dan mempersiapkan mereka untuk menjadi misionaris-misionaris muda yang tangguh,
untuk mewujudkan cita-cita St. Guido Maria Conforti “menjadikan dunia satu keluar-
ga”.

Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Uskup Keuskupan Agung Jakarta,
Ignasius Kardinal Suharyo yang telah berkenan menerimakan sakramen imamat. Terima
kasih kepada para Imam Xaverian, para imam KAJ, Tim Gugus Kendali KAJ dan Paroki,
para donatur, umat Bintaro, dan semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya
acara ini, baik yang hadir gereja maupun yang mendukung doa melalui ‘live streaming’.

Kami mohon maaf kepada umat Bintaro dan para sahabat Serikat Xaverian, karena
situasi yang tidak memungkinkan, kami terpaksa membatasi jumlah kehadiran umat
di gereja. Khusus kepada tamu undangan, kami mohon maaf karena tidak bisa me­
nyambut dengan pantas, bahkan harus menerapkan prosedur sedemikan rupa sehingga
membuat ketidaknyamanan saat mengikuti upacara tahbisan ini.

12 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

PROFIL DIAKON

KMEKTEIEKMPABAESSRETIINKAYANUNM

ntonius Sutatno adalah
nama saya. Saya lahir di
Jlegong, Wonogiri pada
5 Agustus 1987. Orang
tua saya bernama
Markus Tukarmo Kasdi dan
Susana Tinah. Saya memiliki saudara
yang bernama Yohanes Sugeng dan
saudari Cicilia Susini. Kami dibesarkan
dalam kesederhaan keluarga petani.
Saya sebagai anak bungsu merasa
bangga bisa mendapatkan cinta dan
perhatian dari orang tua dan kakak-
kakak saya. Di sanalah saya belajar untuk
mencintai seperti mereka mencintai
saya.

Kami sebagai keluarga pemeluk hi­
dup Katolik yang baru saat itu, memiliki
kebiasaan untuk mengikuti misa dan
ibadat sabda setiap ada kesempatan di
stasi kami, St. Thomas Rasul Jlegong. Di
sana pula hidup panggilan saya sebagai
Romo muncul dan berkembang. Saya
masih ingat dengan baik, pada saat
itu kami sekeluarga mengikuti misa
dan kami menyanyikan doa Bapa Kami
setelah doa Syukur Agung, saya yang
terbilang masih kecil karena baru kelas
tiga SD dan tidak hafal doa Bapa Kami
sempat berhenti untuk beryanyi.

Saya masih ingat, ada dua orang sus-
ter yang datang bersama dengan Romo
tersenyum dan memberikan semangat
untuk bernyayi lagi, dan saya lakukan.
Senyuman dua orang suster membuat
saya sungguh ternganga dan jatuh hati
untuk hidup seperti mereka dalam biara.

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 13

PROFIL DIAKON

Bagi saya pengalaman ini adalah Perjalanan untuk menjadi seorang
peng­alaman jatuh cinta untuk menjadi Romo sangatlah berliku, sebab setelah
seorang Romo bukan karena susternya perjumpaan saya dengan senyuman
tetapi dibalik senyum itulah ada yang suster itu, beberapa minggu kemudian
lebih besar berkarya untuk hidup saya. keinginan menjadi seorang Romo itu
Saya sungguh berterima kasih kepada pun hilang. Selain itu, dibesarkan dalam
mereka yang telah tersenyum untuk saya keluarga sederhana membuat saya harus
dan saya akan melanjutkan ini kepada belajar mandiri, dewasa, dan lepas dari
yang lainnya, sebab di balik senyum orang tua untuk melanjukan pendidikan
itulah, saya percaya Tuhan berkarya. saya. Ketika saya selesai SD, saya hidup

BIODATA

ANTONIUS SUTATNO

05 Agustus 1987 : Lahir di Wonogiri, Jawa Tengah

1993-1994 : TK Bakti

1994-2000 : SD Gemawang II Glogok

2000-2003 : SMP\SLTP Kanisius Wonogiri

2003-2006 : SMK Giri Wacana Eromoko

PENGALAMAN BEKERJA

2007-2008 : Tunas Xaverian Jogyakarta
2008-2010 : Pra-Novis dan Novis Xaverian Bintaro
2010-2014 : Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta
2014-2015 : Tahun Bahasa, Philippines
2015-2016 : Loyola School of Theology, Ateneo
2016-2017 : Tahun Pastoral, Philosophy House Project 8
2017-2020 : Loyola School of Theology, Ateneo
29 Juni 2019 : Kaul Kekal, Gereja St. Francis Xavier, Maligaya
01 Desember 2019 : Tahbisan diakonat oleh Roberto O. Gaa D D,

Masa diakonat Uskup Novaliches, Quezon City-Philippines
: St. Francis Xavier Parish, Maligaya-Quezon City

TEMPAT KERASULAN

Tunas Xaverian 2007-2008 : BIA Perumahan Percetakan Kanisius, Yogjakarta
Pra-Novis 2008-2009 : BIA Kaplo, Gereja St. Stefanus Cilandak, dan BIA SanMaRe (Santa Maria Regina),
Bintaro Jaya
Novis 2009-2010 : BIA Sathora, St. Thomas Rasul, Bojong Indah dan BIA Pondok Domba St. Matius
Penginjil Bintaro.
Filsafat (1) 2010-2011 : Karya sosial bersama Puteri Kasih, Cilincing (mengajar)
Filsafat (2) 2011-2012 : Karya sosial Stasiun Senen (mengajar)
Filsafat (3) 2012-2013 : Katekumen BINUS (Bina Nusantara) (mengajar) dan dialogue antar agama “Pojok Gusdur”
Filsafat (4) 2013-2014 : Karya sosial bersama Puteri Kasih Warakas (mengajar dan Kunjungan orang sakit)
Tahun Bahasa di Philippines dan theology (1) :2014-2016: Ave Maria Youth Ministry
Zone 1, St. Francis Xavier Parish (SFXP).
Pastoral year 2016-2017 : OLPH (Our Lady of Perpetual Help) Sitio Militar Chapel, Project 8.
Theology (2,) 2017-2018 : Bario dan Catleya Youth Ministry Zone 4, (SFXP).
Theology (3) 2018-2019 : Prison/penjara, Station 10, Kemuning.
Theology (4) 2019-2020 : Servant of Charity, Guanella (Special Children), Tandang Sora.

14 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

dengan para suster CB di Wonogiri, Wuryan­toro di mana saya tinggal de­
bekerja dan belajar, dan selanjutnya ngan keluarga Pak dokter Bambang.
hi­dup dengan keluarga dr. Bambang Mereka mengizinkan saya masuk semi­
Sugiarto di Wuryantoro yang sangat nari, tetapi yang dekat dengan rumah
mencintai saya. Di sanalah saya bisa supaya mudah dikunjungi.
melanjutkan pendidikan saya sampai
SMK. Keinginan saya dan ibu ternyata ber-
beda, saya menginkan sebagai seorang
Selesai SMK, bayangan dan kenang­ misionaris dan ibu saya mengharapkan
an senyum dua orang suster kembali saya masuk ke seminari keuskupan de­
dalam lamunan saya. Saya mulai me- ngan alasan mudah dikunjungi. Pada
mikirkan kembali “ada apa dengan akhirnya setelah berdiskusi, ibu saya
senyum itu? Akhirnya keinginan untuk setuju dengan saya. Ada beberapa
menjadi seorang Romo semakin kuat pesan yang saya ingat dengan jelas
setelah saya merenungkan pertanyaan- dari orang tua saya, khususnya ibu saya
pertan­ yaan selanjutnya dalam hati saya; dalam menjalani panggilan ini, “kalau
apa artinya hidup? Ke mana kita akan kamu ingin pulang, tidak usah malu,
pergi setelah mati? Saya memutuskan pulang saja, pintu di rumah selalu
masuk seminari setelah merenungkan terbuka untuk kamu” dan “kebaha-
ini semua selama satu tahun. Keluarga gianmu adalah kebahagianku.” Dua
dr. Bambang san­ gat berjasa dalam hal pesan ini selalu hadir dan memberikan
ini, karena mereka yang membantu saya semangat tatkala saya mengalami per-
untuk merenungkan dan menemukan golakan dan perjuangan dalam mengha-
hidup panggilan saya. dapi kesulitan.

Ketika saya menyampaikan keinginan Saya masuk Xaverian, karena saya
saya untuk masuk seminari pada orang ingin menjadi seorang misionaris. Saya
tua, bapak saya hanya terdiam dan ibu sangat terinspirasi dari perutusan Ye-
saya tidak setuju dengan saya. Saya sus, Markus 15:16, “pergilah ke seluruh
tahu perasaan ibu saya bagaimana saat dunia, beritakanlah Injil kepada segala
itu, ibu saya adalah orang yang sangat makhluk.” Bagi saya, Yesus harus diwar-
mencintai saya. Dia begitu dekat de­ takan sampai ke seluruh dunia supaya
ngan saya karena saya anak yang paling semua merasakan cinta-Nya sebagaima-
lemah dan mudah sakit pada waktu ini. na saya telah merasakan cinta-Nya dari
orang-orang sekeliling saya.
Akhirnya saya urungkan keinginan
saya dan mencoba mencari jalan hi­
dup yang lain. Akan tetapi, suatu hari
orang tua saya datang menemui saya di

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 15

PROFIL DIAKON

BPEETRUUANLTAUNNGG

Pernahkah hati anda berdebar?
Semangat anda berkobar?
Pernahkah anda tersentuh dan berpeluh?
Pernahkah anda merasa damai?
Apakah yang anda cari?
Ke mana kita akan pergi?
Ketika banyak orang merasa redup..
Mencarikah anda apa arti hidup?
Ketika anda merasa pupus..
Pernahkah anda merasakan cinta yang tulus?
Pernahkah anda terpesona?
Tahukah anda arti kata bahagia?
Apa rencana Allah bagi anda?
Apa rencana Allah bagi manusia dan dunia?

Dengan hembusan nafas-Nya Ia
menciptakan dan memberi hidup

(bdk. Kej 2: 7)

Dengan hembusan nafas-Nya Ia
memberi Roh Kudus…(bdk. Yoh 20: 22)

16 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

…sebuah petualangan baru dimu­ biasa dan istimewa, yang membantunya
lai. Dia menempatkan Washing­ untuk menemukan dan mencintai Dia
ton di tengah sebuah keluarga. (Ya, anda semua). Dan ia ingin berterima
Dia membimbing, Dia memang­ kasih bagi anda semua, atas perjumpa­
gil, Dia menjaga, Dia melindungi, an, persaudaraaan, suka cita dan atas
Dia mendampingi, Dia menguat­ doa anda.
kan, agar ia merasakan, agar ia
mencari jawaban, agar ia mampu Ignatius Washington Hendra Kusu-
bersyukur, agar ia menjadi anuge­ ma, lahir di Klaten bulan maret 1980 dari
rah cuma-cuma bagi dunia. pasangan Tarcitius Yoseph Sutardi (†)
dan Susana Maria Yuni Kumaryati. Anak
ahir di tengah keluarga yang luar terakhir dari 4 bersaudara ini melewat-
biasa dengan selera humor di atas kan masa kecil, masa muda yang begitu
rata-rata dan dianugerahi 3 kakak indah. Terima kasih atas kenangan dan
yang istimewa. Dari keluarga inilah, perjumpaan dengan saudara sahabat
handai taulan: keluarga besar Mangun­
petualangan bermula, dari an dan Wirosumarjan, TK Indriasana
sana ia belajar berdoa, bela- Pluneng, SD Negeri Basin (1987-1992),
jar mengasihi, belajar beriman, belajar SMP Pangudi Luhur 1 Klaten (1992-
berpengharapan. 1995), SMU Negeri 2 Klaten (1995-
Dalam hidup ia diberi kesempatan 1998), keluarga besar Gunung Sawo,
untuk bertemu dengan orang orang luar D3 Rekam Medis Lintang Nuswantoro
Semarang (1998-2001), RS Panti Rapih
Yogyakarta. Keluarga Xaverian, STFT
Driyarkara (2004-2008), Lingkungan
St. Jusuf Basin, Paroki Roh Kudus Ke­

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 17

bonarum, Paroki Maria Assumpta Klaten, 2013), Oktober 2011 ia mengikrarkan
KAS, KAJ, Keuskupan Banjarmasin, Sus- kaul Kekal di Roma. Tahun 2013 meneri­
ter-suster FMM, PMY, dan masih banyak ma Perutusan misi pertama di Bonggor
lagi perjumpaan yang menguatkan dan Chad sampai 2016. Setelah membantu
meneguhkan yang tidak dapat disebut- regio Kamerun-Chad dalam urusan
kan satu per satu. ekonomi dan dalam animasi misioner
dan panggilan selama 3 tahun di Douala
Beruntungnya ia, hidup dalam sua- Kamerun, ia menerima tahbisan diakon
sana di sebuah masa, dalam sebuah ke­ di Bafoussam Kamerun pada bulan Juli
luarga. Beruntungnya ia punya keluarga 2019 dan kembali lagi ke Bonggor Chad
Xaverian, beruntungnya ia punya misi untuk menghidupi masa diakonat.
untuk menjadikan dunia satu keluarga.
Hidup dalam keluarga Xaverian,
Formasi Misi pun­ ya rasa dan hasrat yang sama,
Washington berjumpa dengan berb­ a­
Setelah terpesona oleh Dia, Wash- gai konfrater, dengan formator yang
ington memutuskan untuk bergabung membantunya mencari, menemukan
dalam keluarga Xaverian. Ia meng- dan mencintai Allah dalam segala hal.
hidup­i masa Pranovisiat dan Novisiat di Sebuah kebanggaan baginya bisa
Wisma Xaverian Bintaro (2002-2004), berpetualang bersama dengan mere-
setelah mengikrarkan kaul pertama ka. Merasakan indahn­ ya persaudaraan,
pada bulan juli 2004. Tinggal di Wis- meluangkan waktu bersama dalam
ma Xaverian Cem­paka Putih Raya 42 doa, meluangkan waktu bersama un-
Jakarta, ia melanjutkan studi filsafat di tuk berbagi segala. Bersama berziarah,
STFT Driyarakara (2004-2008). Setiba bersama merasakan hidup misi yang
di Kamerun September 2008, ia belajar begitu indah, penuh liku dan mengasik-
bahasa Perancis dan melanjutkan studi kan, bersama bergetar, bersama mem-
teologi di St. Siprianus Nggoya (2009- beri warna pada panggilan dan bersama

18 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

PROFIL DIAKON

mensyukuri indahnya hidup, indahnya Washington tahu bahwa hanya Dialah
pewartaan kabar gembira karena Dia Jalan, Kebenaran dan Hidup. Untuk itu
dan dalam Dia. ia harus pergi…ia harus jatuh..ia harus
mati.. Ia hanya dapat mengandalkan
Jika anda bertanya, siapakah Allah agar mampu untuk terus berjuang,
orang yang paling beruntung terus berpetualang untuk mencari, untuk
di dunia ini... Washington akan mencintai, untuk menemukan hidup. Dia
menjawab...”Ya, sayalah salah berdoa bagi anda semua dan dia butuh
satunya dan andalah bagian doa dari anda semua.
dari keberuntungan dan kegem-
biraan saya” Peziarahan, pencarian, perjuangan
dan petualangan pun terus berlanjut di
“Ia punya Dia, ia punya anda, ia Tanah Misi. Ia akan selalu merindukan
merasakan kedamaian, ia bersuka cita. Tanah Air, ia akan selalu merindukan
Ia pu­nya Tanah Air, Tanah Misi, Tanah anda dan berterima kasih atas nostalgia.
Terjanji…Ia punya keluarga di tanah air, Ia bersyukur atas hidup dan berharap
keluarga di tanah misi dan keluarga di kelak suatu hari akan berjumpa dan
tanah terjanji…” bersama bahagia dengan anda semua
di Tanah Terjanji. Menjadi satu keluarga
dalam Dia.

...dan embusan napas-Nya... membawanya pergi melayang jauh...

(bdk. Mrk 16, 15)

Berbahagialah mereka yang
penuh kasih, yang mewartakan
kabar gembira dan yang setia
melakukan kehendak-Nya…

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 19

PROFIL DIAKON

BSLMAAAEIUGNNDIJOAARRDAAI NG

ama saya Evansius Abi.
Lahir di Sunbaki (Naibeno,
Timor Tengah Utara, Nusa
Tenggara Timur) 03 April
1988. Saya adalah anak ke-
dua dari enam bersaudara.
Bapak saya seorang petani dan ibu seorang
ibu rumah tangga.
Berikut ini saya sampaikan kisah saya,
pengalaman saya ketika berkarya sampai ke
benua Afrika; ke Negara Kamerun (5 tahun)
dan Chad (3 bulan). Sungguh sebuah peng­
alaman tentang kemanusiaan yang berhar-
ga. Di tengah kondisi yang serba sulit; ke-
miskinan, pengangguran, dan situasi hidup
yang serba sulit saya masih bisa menemu-
kan kebahagiaan. Kondisi yang berat justru
menyatukan mereka untuk berbagi. Selalu
ada yang bisa dibagi di antara mereka yang
menderita.

Pengalaman pendidikan

Pendidikan dasar dari tahun 1994-2000
di SDN Sunbaki. Kabupaten Timor Tengah
Utara (TTU). Pendidikan Menengah Pertama
dari tahun 2000-2003 di SMP Negeri 2 Ban-
sone, Kabupaten TTU. Pada tahun 2003-
2004 saya berhenti sejenak dari sekolah
untuk membantu keluarga. Kemudian tahun
2004-2007 saya melanjutkan pendidikanku
ke SMA Katolik Suria Atambua, Kabuaten
Belu. Pada tahun 2007-2008 saya memulai
dengan tahap Formasi Awal di Kongregasi
Misionaris Xaverian (Tunas) di Yogyakarta.
Pada tahun 2008-2010 saya menjalani masa
Pranovisiat dan Novisiat di Bintaro, Ta­
ngerang Selatan. Pada periode ini teruta-

20 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

ma tanggal 1 Juli 2010 saya membuat bahwa perjumpaan pertama saya de­
profesi pertama (ikrar kaul pertama) ngan Tuhan adalah lewat Kitab Suci.
sebagai anggota Misionaris Xaverian. In­ gin kukatakan sejujurnya bahwa se-
Pada Tahun 2010-2014 saya menjalani menjak saya menerimanya, saya seper-
masa pendidikan Filsafat di Sekolah tinya menemukan seorang pembimbing
Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta Pu- hidup dan itulah titik awal saya merasa
sat. Setelah menyelesaikan pendidikan bahwa Tuhan memanggilku. Alhasil, ber-
filsafat saya menjalani Tahun Orientasi kat kesetiaan saya untuk selalu membaca
Misioner (TOM) di Paroki Aeknabara, dan memeditasikan isi Kitab Suci, pada
Sumatera Utara selama setahun (2014- akhirnya saya dituntun untuk mengambil
2015). Setelah menyelesaikan masa keputusan dan awal keputusanku untuk
TOM dari pihak Direksi Jenderal me­ menjadi imam itu terjadi setelah mem-
ngirim saya ke Kamerun (Afrika-Tengah) baca bacaan tersebut (Kis. 19: 13-20).
untuk melanjutkan Studi Teologi Inter- Saat itu saya masih di kelas 2 SMP. Dari
nasional. Di tahun pertama (2015-2016) bacaan tersebut, saya terinspirasi untuk
saya memulai belajar bahasa setempat menjadi seperti St. Paulus teristimewa
(bahasa perancis). Di tahun berikutnya untuk mewartakan Kristus kepada mere-
(2016-2020) saya menjalankan studi ka yang belum mengenal-Nya. Suatu hal
teologi di Sekolah Tinggi Teologi St. yang tidak kusangka selanjutnya bahwa
Cyprian Ngoya Kamerun (Afrika Tengah). Tuhan menemukanku sebuah Kongre-
Pada tanggal 5 November 2019 saya gasi Misioner yang misinya sama dengan
mengikrarkal kaul kekal sebagai anggota mimpiku yakni untuk mewartakan Kristus
tetap Misionaris Xaverian dan satu bulan kepada mereka yang belum mengen­ al-
kemudian tepatnya tanggal 5 Desember Nya. Akhir kata ingin kukatakan bahwa
2019 saya menerima tahbisan diakonat Tuhan akan melakukan apapun untuk
di Yaoundé, Kamerun. mereka yang selalu mencari, mencintai
dan mewartakan-Nya.
Pengalaman Panggilan
Pengalaman Kerasulan
Semenjak kecil saya tidak mem-
bayangkan bahwa suatu saat saya akan Pada momen terindah ini, ingin
menjadi seorang pelayan Tuhan. Namun kubagikan apa yang kualami sebagai
demikian pengalaman hidup sebagai anggota Misionaris Xaverian. Semenjak
seorang anak kecil yang selalu bersaha- saya masuk Xaverian pada tahun 2007
bat de­ngan alam membuatku banyak sampai saat ini tahun 2020 saya mene-
bertanya tentang keajaiban di balik mukan sesuatu yang berharga untuk
semuannya itu. Selain itu juga pengala- dibagikan yakni tentang cara pandang
man hidup dalam keluarga teristimewa hidup manusia terhadap kebenaran dari
kesederhanaan, keharmonisan juga cinta kebahagiaan itu sendiri. Seringkali saya
dan kasih sayang dari sang ayah dan menjumpai orang-orang tertentu yang
sang ibu yang tanpa batas membuatku mengukur kebahagiaan dari kata ‘memi-
bertanya tentang sumber dari kebaha- liki’ daripada kata ‘menjadi atau berada’.
giaan dan cinta itu sendiri. Pengalaman
mendasar lainnya adalah kado berharga Berdasarkan
yang saya peroleh dari orang tua sewak- pengalama­ n kerasulan
tu saya menerima komuni pertama. Saya dengan orang-orang
diberi kado sebuah Kitab Suci dan kado sederhana, (anak-anak
inilah yang menjawab pertanyaan-per-
tanyaan saya seputar sumber kehidupan,
cinta dan kebahagiaan manusia di dunia
ini. Akhir kata, saya ingin mengatakan

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 21

jalanan dan orang- Sebagai misionaris, kami tidak me-
orang miskin) baik miliki harta material untuk dibagi-bagi
sewaktu di Indonesia tetapi hanya kehadiran kami yang nyata
maupun di Kamerun itulah harta sejati kami terutama dengan
(Afrika Tengah) saya mereka yang menderita, dan yang ber-
akhirnya memahami kekurangan dalam hal materi dan cinta
bahwa kebahagiaan atau kasih sayang. Kehadiran tersebut di
mendasar manusia itu satu sisi tidak hanya membuat mereka
diukur dari kata ‘men- sadar bahwa Tuhanlah yang memberikan
jadi atau berada’. segalanya namun di sisi lain mereka me-
nemukan bahwa kehadiran kami sebagai
sahabat mereka untuk selalu memberi
dukungan, arahan, jalan, motivasi, atau
rasa hidup, itulah yang mereka damba-
kan dari kami para misionaris.

Pengalamanku selama lima tahun di
Negara Kamerun juga tiga bulan di Ne-
gara Chad membawa saya pada sebuah
refleksi yang mendalam soal arti menjadi
dan berada bagi orang lain. Kenyataan
bahwa dari kedua negara tersebut terli-
hat angka kemiskinan yang paling tinggi,
banyak pengangguran dan situasi hidup
yang berat dan sulit. Namun demikian,
dalam situasi tersebut mereka selalu
terlihat bahagia dan gembira. Selain itu
mereka selalu memiliki sesuatu untuk
dimakan dan dibagi-bagikan di antara
mereka yang menderita.

Saya sendiri, juga para konfrater mi-
sionaris bersaksi tentang hal yang sama
bahwa meskipun hidup mereka berat
dan sulit tetapi mereka bertahan hi­
dup dan lebih dari itu bahwa kami para
misionaris tidak pernah merasa kelapar­
an ketika hidup dan tinggal bersama
mereka.

Kebahagiaan mendasar sebagai seo-
rang Misionaris Xaverian adalah berada
dan menjadi saksi cinta Kristus di tengah
orang-orang yang kehilangan cinta,
harapan dan orientasi hidup.

22 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

PROFIL DIAKON

MKMTEEIERSHNIPOIJDAANNULEPGARAGNNIIL

ama saya Yanuarius
Yeremias Parung, atau
biasa dipanggil Jimmy.
Lahir di Ende (Flores),
8 Januari 1989. Saya
anak kelima dari lima
bersaudara. Nama orang tua: Bapa: Alm.
Mathias Banggur dan Mama: Alm. Kristi-
na Reminang.
Pada umur 5 tahun (1994) menjalani
tahap pendidikan awal di Taman Kanak-
Kanak Udayana, Ende, Flores, Nusa
Tenggara Timur. Pada umur 6 sampai 11
tahun (1994-2000), menjalani masa pen-
didikan di Sekolah Dasar di 3 sekolah
berbeda: dari kelas 1 sampai kelas 3 SD,
menjalani pendidikan di Sekolah Dasar
Onekore 1, Ende. Dari Kelas 4 sampai
Kelas 5, menjalani pendidikan di Seko-
lah Dasar Katolik Santa Ursula, Ende.
Mengakhiri masa pendidikan pada tahun
keenam (2000) di SD Inpres Tenda,
Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Setelah menyelesaikan masa pendi-
dikan di Sekolah Dasar, saya meneruskan
tingkat pendidikan di Seminari Pius XII
Kisol, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara
Timur. Di seminari ini saya belajar selama
6 tahun (sejajar dengan tingkat Sekolah
Menengah Pertama/SMP dan Sekolah
Menengah Atas/SMA).
Setelah menjalani masa pendidikan
6 tahun di seminari, saya memutuskan
untuk melanjutkan studi di Yogyakarta
dengan perencanaan mengambil studi
bahasa asing. Karena kedatangan saya

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 23

di Yogyakarta sedikit terlambat, maka
saya untuk memutuskan menjalani kur-
sus bahasa Jerman satu tahun, dengan
pertimbanga­ n akan melanjutkannya lagi
di jenjang universitas.

Pada kesempatan inilah saya menge­
nal Xaverian. Karena merasa terpanggil
dengan kehidupan misioner, akhirnya
saya memutuskan untuk menjadi kandi-
dat misionaris Xaverian. Dan mulai pada
tahun 2008, saya memulai perjalanan
panggilan saya sebagai kandidat Xaveri-
an di jenjang yang berbeda.

Pada tahun 2008-2009 saya menjalani
tahun Pra-Novisiat di Bintaro, Tange­
rang. Sebagaimana lazimnya dalam
masa ini, saya diberi kesempatan untuk
menjalani karya misioner di paroki-paroki
di sekitar Jakarta. Selama satu tahun,
saya menjalani kerasulan di dua tem-
pat yang berbeda. Pertama di Sektor
IX (Paroki Santa Maria Regina). Kedua
di Paroki St. Stefanus Cilandak. Pada
dasarnya, baik di Paroki Sta. Maria Re-
gina maupun di Paroki St. Stefanus, saya
mendalami iman bersama anak-anak
bina iman.

24 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

PROFIL DIAKON

Pada tahun 2009-2010 saya menja­ keempat, saya menjalani kerasulan di
lani masa Novisiat. Pada masa ini, saya Universias Katolik Atmajaya, Jakarta.
juga menjalani kerasulan di dua tempat Pada tahun yang sama, saya menja­
yang berbeda. Pertama di Graha Bintaro lani kerasula­ n di Pojok Gus Dur (PBNU,
(Paroki Sta. Maria Regina) dan di Paroki Matraman).
Sta. Maria Tangerang.
Pada tahun 2015, saya mendapat
Tahun 2010-2014 menempuh pen- tugas untuk melanjutkan pendidikan teo­
didikan filsafat di Sekolah Tinggi Fil- logi di Mexico. Pada tahun pertama di
safat Driyarkara. Selama empat tahun Mexico, saya ditugaskan untuk mempel­
di rumah pedidikan filsafat, saya juga ajari bahasa Spanyol dan juga mengenal
menjalani kerasulan di berbagai tempat (sebagai langkah awal) budaya setem-
yang berbeda. Pada Tahun pertama, pat. Setelah menjalani studi bahasa, ta-
saya membantu pelayanan suster-suster hun 2016 saya memulai menjalani studi
PPYK di Warakas. Di tahun kedua, saya teol­ogi. Selama lima tahun di Mexico
mendalami iman kristiani bersama anak- saya juga menjalani karya-karya kera-
anak di paroki Kedoya. Di tahun ketiga, sulan. Pada tahun pertama di Mexico,
saya ikut membantu karya kerasulan selain mempelajari bahasa Spanyol, saya
dari teman-teman Putri Sion. Di tahun juga diberi kesempatan untuk mengun-
jungi berbagai karya kerasulan dari para
teol­ogan Xaverian. Pada dasarnya, tem-
pat kerasulan kami di Mexico, sangatlah
bervariatif dan menjawabi kebutuhan
para umat, mulai dari pendampingan
untuk para katekumen di paroki-paroki,
kursus Kitab Suci, kunjunga­ n kepada
orang sakit, karya pastoral untuk orang-
orang yang terpinggirkan, dan sebagai­
nya.

Pada tahun kedua dan ketiga, saya
ditugaskan di paroki yang dikhususkan
untuk melayani orang–orang yang ter­
pinggir dan para transmigran dari nega-
ra-negara tetangga Mexico.

Pada Tahun keempat dan kelima,
saya ditugaskan untuk menjalani karya
kerasulan di sebuah paroki yang sedang
mempersiapkan calon baptis dan kegiat­
an kursus Kitab Suci.

Pada November 2019, saya
mengikrarkan kaul kekal kepada Tuhan
melalui jalan hidup membiara dalam
Serikat Xaverian. Pada tahun yang sama,
bulan Desember, saya juga ditabiskan
menjadi Diakon. Demikian kisah panggil­
an saya.

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 25

PROFIL DIAKON

TMIDEATMUKAHBNAOGNSGAINL
(BENAR MEMILIH, BUKAN ASAL PILIH,
APALAGI SALAH PILIH)

ungguh merupakan sebuah
anugerah yang tak terkira
atas diri saya bahwasanya
Tuhan memperkenankan

saya mengambil bagian da-
lam misi-Nya mewartakan
Kabar Gembira dengan cara
istimewa; menjadi seorang imam Misio­
naris Xaverian. Ketika melihat kembali
perjalanan panggilan saya sejak pertama
kali tertarik menjadi imam hingga saat
ini, saya tidak dapat memungkiri bahwa
hanya karena Kasih Tuhanlah saya bisa
teguh ‘berdiri’.
Sebelum melanjutkan, saya mau
memperkenalkan diri. Nama saya Han-
drianus Masri (Rian), buah hati pertama
dari pasangan Bapak Matheus Habat
dan Ibu Maria Surya. Saya mempunyai
dua saudara, Ephifanius Paloti dan
Eugenius Besli. Saya berasal dari bumi
nusantara bagian timur, tepatnya di
Manggarai Timur, Flores.
Ketertarikan saya menjadi seorang
imam bermula ketika saya aktif menja-
di putera altar pada hampir setiap hari
Minggu. Saat itu saya masih duduk di
bangku kelas IV SD. Saya bersyukur juga
karena saya dilahirkan dan dibesarkan
dalam keluarga Katolik yang bersa-
haja. Kebiasaan hidup doa bersama
dalam keluarga yang ditanamkan oleh
kedua orang tua saya turut membantu
menyemai bib­ it panggilan dalam hati
saya. Keinginan saya menjadi imam dan
ikut tes masuk SMP seminari sangat
didukung oleh kedua orang tua dan
guru-guru saya di SD. Saya mengikuti

26 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

tes masuk SMP semin­ ari dan syukur kapok atau mengubah haluan.
kepada Tuhan saya lulus. Akan tetapi Sepertinya Tuhan tidak pernah bosan
saya bertahan cuma satu tahun. Setelah
meninggalkan semin­ ari saya melan- memanggil dan tidak peduli dengan
jutkan kelas 2 sampai kelas 3 di SMP kelemahan saya. Dia malah justru
Katolik. Keinginan untuk masuk kembali menguatkan hasrat hati saya dan tetap
ke seminari saat itu sudah mulai pudar. memanggil saya untuk menjadi pe-
Entahlah, Tuhan punya kehendak yang layan-Nya.
kadang hadir dengan cara sederhana
dan tak diduga. Saya masih ingat persis, Setelah tamat SMA, saya mengikuti
saya mengikuti tes masuk SMA seminari animasi panggilan Serikat Xaverian, dan
waktu itu hanyalah sebuah kebetulan. pertama kali bertemu dengan P. Ciroi
Kebetulan karena jatuh pada hari Senin Rodolfo, SX dan P. Rony Harum, SX (saat
yang mana mata pelajarann­ ya sangat itu masih frater sedang belajar di Kame­
membosankan. Saya memilih ikut masuk run). Ketika saya mengutarakan niat saya
tes masuk seminari daripada mengikuti untuk masuk kembali ke seminari, ibu
les. Tak disangka saya lulus. Akan tetapi saya sepertinya tidak menolak sedikit
aral lagi-lagi menghadang di tahun pun atas pilihan saya, tetapi ayah saya
kedua SMA seminari, saya keluar. Peng­ sedikit tidak setuju. Betul seperti kata
alaman keluar dari seminari untuk kali orang ‘di mana ada kemauan di situ ada
yang kedua ini toh tidak membuat saya jalan’. Ayah akhirnya mendengarkan

BIODATA

HANDRIANUS MASRI
01 Maret, 1988 Lahir di Lengko Elar, Manggarai Timur- Flores, Nusa Tenggara Timur.

1994-2000 Sekolah Dasar Katolik (SDK) Mano II, Manggarai Timur- Flores

2000-2003 SMP St. Fransiskus Xaverius, Ruteng – Manggarai

2003-2007 SMA Seminari Yohanes Paulus II dan SMAK St. Ignatius Loyola,

Labuan Bajo- Manggarai Barat

2007-2008 Tunas Xaverian- Yogyakarta

2008-2010 Pranovisiat - Novisiat di Wisma Xaverian, Bintaro – Jakarta

(Sambil menjalankan kerasulan di Sektor 8-Bintaro, Paroki Sta Maria Regina-

Bintaro, Paroki Sta. Maria-Tangerang dan Stasi Kampung Pulo-Cilandak)

2010-2014 Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara – Jakarta – Indonesia

(Menjalankan kerasulan di Cilincing mengajar anak-anak SD di Poncol,

Mendampingi BIR di paroki St. Andreas Kedoya, Mengajar di SMAN 45 Kelapa

Gading-Jakarta Utara, Mendampingi para katekumen di BINUS dan UNTAR,

dan Dialog Antar-agama di Abdurrahman Wahid Center, Universitas

Indonesia-Depok.

2014-2015 Belajar Bahasa Inggris di komunitas Teologi Internasional SX di Manila



2015-2016 Studi Teologi (Tingkat I) di Loyola School of Theology (LST),

Ateneo de Manila University-Philippines

2016-2017 Menjalakan masa Pastoral di St. Francis Xavier Parish- Maligaya,

Quezon City, Manila.

2017-2020 Melanjutkan Studi Teologi di LST (tingkat II-IV)

29 Juni 2019 Kaul kekal di Paroki St. Francis Xavier-Maligaya, Quezon City

01 Desember 2019 Ditahbiskan Diakon di gereja Paroki St. Francis Xavier, Maligaya-Quezon City.

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 27

keinginan hati saya. Saat itu saya cukup komunitas, para frater dan sahabat yang
yakin bahwa Tuhan yang memilih untuk dengan caranya masing-masing turut
memanggil saya, saya hanya menjawab membantu membentuk saya. Saya juga
panggilan-Nya. Setelah mengikuti tes, bangga menjadi seorang Xaverian yang
saya akhirnya diterima sebagai calon punya kekhasan dan berbeda dari yang
Misionaris Xaverian. lain. Tentu saja ini terletak pada unsur
kekeluargaan yang berpanjikan moto
Perjalanan panggilan saya mungkin “menjadikan dunia satu keluarga” dan
terbilang unik dan tak biasa. Setelah misi “mewartakankan Kristus kepada
tamat SD saya masuk seminari, cuma orang yang belum mengenal Kristus”
bertahan 1 tahun lalu keluar pindah ke yang menjadi warisan St. Guido Conforti
SMP Katolik, masuk lagi SMA seminari pendiri Serikat Xaverian.
dan hanya bertahan 2 tahun, namun
setelahnya keluar lagi. Akhirnya, moto hidup dari almarhum
P. Aniceto Morini, SX selalu saya sim-
Semua ini bagian dari lika-liku jawab­ pan dalam hati dan coba hidupi dalam
an “YA” saya kepada Tuhan. Bukan perjalanan panggian saya: “Donec
karena saya ‘gemar’ atau punya ‘hobi’ Formetur Christus in me, sampai Kristus
masuk dan keluar seminari. Pengalaman- terbentuk dalam diri saya (bdk. Gal
peng­alaman itu justru mendewasakan 4:19). Ini menandakan perjalanan iman
saya untuk benar memilih, bukan asal dan panggilan saya akan selalu berada
pilih apalagi salah pilih. Pengalaman dalam proses pencarian. Satu keyakinan
itu membuat saya sedikit demi sedikit saya, saya tidak berjalan sendiri. Terima
memahami arti jawaban atas panggilan kasih untuk semua pihak yang dengan
hidup yang Tuhan percayakan. caranya masing-masing telah dan akan
selalu mengambil bagian dalam per-
SX menjadi tambatan hati saya yang jalanan panggilan saya sebagai seorang
terakhir. Perjalanan masa pendidikan imam Misionaris Xaverian. Terima Kasih.
menjadi saat-saat yang penuh rah-
mat. Saya dibentuk “seperti tanah liat
di tangan tukang periuk” (Yer. 18:61).
Saya mengalami kehadiran Tuhan yang
nyata lewat kehadiran para formator,

28 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

PROFIL DIAKON

PPAERNJGAGLIALNANAN

aya, Erik Tjeunfin, dilahirkan
pada 17 July 1988 di Oelneke, Nusa
Tenggara Timur. Saya anak bungsu

dari lima bersaudara. Seperti anak-
anak desa pada umumnya, saya
menikmati masa kecil saya dengan
tinggal bersama keluarga, bermain
dengan teman-teman, menjual kue, dan
mengambil kayu bakar di hutan.
Saat bersekolah di SDK Oeolo II (1994-
2000), saya mempunyai dua cita-cita yakni
menjadi guru dan imam. Awal panggilan
saya untuk hidup membiara dimulai de­
ngan keinginan untuk memakai jubah putih.
Keinginan tersebut semakin berkembang
saat saya melibatkan diri dalam beberapa
kegiatan gereja dan melanjutkan pendidikan
saya di SMPK Putri St. Fransiskus Xaveri-
us, Kefamenanu (2000-2003). Saat di SMA
Seminari Menengah Lalian, Atambua (2003-
2007), saya diperkenalkan dengan beberapa
kongregasi yang berkarya di Timor, sayang-
nya saya kurang tertarik. Saya lebih memilih
Serikat Xaverian (SX) yang berkarya di Jawa
dan hanya dikenal lewat sebuah majalah.
Orang tua saya sempat tidak menyetujui,
akan tetapi saya berusaha untuk meyakinkan
dan pada akhir­nya mereka menyetujui pilih­
an saya.
Pada bulan Agustus, 2007, saya memulai
formasi pendidikan di SX, tepatnya di Tu-
nas Xaverian, Yogyakarta. Selain menjalani
hidup komunitas, doa, dan belajar, saya
juga mendapat tugas kerasulan untuk men-
jadi pendamping iman anak di Lingkungan
Banteng Baru, Paroki Kelurga Kudus dan
Paroki St. Antonius de Padua, Kota Baru,

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 29

Yogyakarta. Setelah itu, saya melanjut- orang lain, dan Allah dan juga pemur-
kan masa pembinaan di pranovisiat and nian motivasi. Saya juga diperkenalkan
novisiat SX di Bintaro, Tangerang Sela- tentang kehidupan Xaverian; dalam hal
tan (2008-2010). Di sana, saya mendapat ini pendiri, misi, spiritualitas, dan lain-
bimbingan yang sangat bagus dalam hal lain. Bagi saya, masa-masa ini sangat
perubahan gambaran tentang diri saya, berkesan karena membentuk fondasi

BIODATA

ERIK TJEUNFIN

17 Juli 1988 : Lahir di Oelneke, Nusa Tenggara Timur (NTT)

1994-2000 : SDK Oeolo II, NTT

2000-2003 : SMPK Putri St. Fransiskus Xaverius, Kefamenanu, NTT

2003-2007 : SMA, Seminari Lalian, Atambua, NTT

2007-2008 : Tunas Xaverian, Jogjakarta

2008-2010 : Pranovisiat-Novisiat, Bintaro, Tangerang

1 Juli, 2010 : Kaul Pertama di Novisiat SX, Jakarta

2010-2014 : STF Driyarkara/Skolastikat SX, Cempaka Putih Raya, Jakarta

2014-2015 : Kursus Bahasa Inggris, Komunitas St. Conforti, Filipina

2015-2016 : Loyola School of Theology, Ateneo De Manila, Filipina

2016-2017 : Kursus bahasa Tagalog & TOM di Our Lady of Guadalupe Parish, Marikina, Filipina

2017-2020 : Loyola School of Theology, Ateneo De Manila, Filipina

29 Juni, 2019 : Kaul kekal, St. Francis Xavier Parish, Filipina

01 Desember 2019 : Tabisan diakonat, St. Francis Xavier Parish, Filipina

Januari-Mei 2010 : Praktik diakonat di St. Francis Xavier Parish, Filipina

TEMPAT-TEMPAT KERASULAN

2007 Pendamping Bina Iman Anak (BIA) di Lingkungan Banteng Baru, Gereja Kel. Kudus
Banteng Baru, Yogyakarta dan Gereja St. Antonius Padua, Kota Baru, Yogyakarta

2009 Pendamping BIA di Gereja St. Thomas Rasul Bojong Indah, Jakarta Barat
dan Gereja St. Matius Penginjil, Bintaro, Tangerang

2010 Pendamping BIA di Gereja St. Stefanus Cilandak, Jakarta Selatan dan di
lingkungan Sektor 8, Gereja St. Matius (Gereja St. Maria) Jakarta selatan

2010-2011 Mendampingi anak-anak jalanan di Perempatan Cocacola dan anak-anak di
Pedongkelan, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

2011-2012 Menjadi Pendamping Iman di SMP Tarakanita, Rawamangun dan volunter di Bimbel
KANCIL, Komunitas Putri Sion, Kramat Kwitang, Jakarta Pusat.

2012-2013 Mendampingi para katekumen di Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat.
2013-2014 Menjadi volunteer di Wahid Institute (Dialog Antar Agama), Jakarta dan
mendampingi anak-anak di Cilincing, Jakarta Utara
2014-2015 Mendampingi Orang Muda Katolik (OMK) di lingkungan Calamancian - St Francis
Xavier Parish, Novaliches - Philippines
2015- 2016 Pendamping iman untuk OMK, St Antony de Padua – St Francis Xavier Parish,
Novaliches - Philippines
2016-2017 Tahun Orientasi Missioner di Our Lady of Guadalupe Parish, Marikina -Philippines
2017-2018 Pendamping iman untuk OMK di Lingkungan St.Conforti Chapel – St Francis Xavier
Parish, Novaliches – Philippines dan volunter di Komunitas Charity Brothers untuk
orang-orang berkebutuhan khusus
2018-2019 Pendamping iman untuk OMK di Lingk. Boenavista dan Malipaka - St Francis Xavier
Parish, Novaliches – Philippines dan volunter di Guanela Center (anak-anak spesial).
2019-2020 Melayani di penjara di Quezon City -Philippines.

30 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

PROFIL DIAKON

panggilan saya. Saya sangat bersyukur oleh kami dalam komunitas. Selain kuli-
bisa mendapatkan formasi yang sa­ ah, saya juga menjalankan kerasulan di
ngat baik. Selain berdoa, belajar, hidup beberapa tempat seperti, mendampingi
bersama, saya juga dipercayakan untuk anak-anak (jalanan) di perempatan Coca
menjalani kerasulan sebagai pendam­ Cola, Cempaka Mas dan Pedongkelan,
ping iman anak di Gereja St. Thomas Ra- Sekolah Kancil-Putri Sion, Kramat Kwi-
sul, Bojong Indah, Jakarta Barat; Gereja tang, dan di anak-anak Cilincing yang
St. Matius Penginjil, Bintaro, Tangerang dikumpulkan oleh para suster Putri Kasih.
Selatan; dan Gereja St. Stephanus Cilan- Saya juga menjadi pembina iman rema-
dak, Jakarta Selatan. Kegiatan ini sangat ja di SMP Tarakanita,Rawamangun dan
bermanfaat karena membentuk sema­ mendampingi para katekumen di Univer-
ngat misioner saya dalam memberikan sitas Bina Nusantara, Jakarta Barat. Se-
pendampingan, berkolaborasi dengan lain itu, saya menjadi volunter di Wahid
orang lain. Sarana transportasi yang saya Institute.
gunakan: sepeda; sehat sekaligus penuh
tantangan. Selanjutnya, setelah menamatkan kuli-
ah di Jakarta, pada pertengahan 2014,
Setelah mengikrarkan kaul pertama saya diutus bersama Rian (Handrianus
pada 1 Juli 2010, saya melanjutkan Masri) dan Tatno (Antonius Sutatno) un-
pembinaaan di Skolastikat Xaverian, tuk belajar teologi di Manila (2014-2020).
Cem­paka Putih Raya, Jakarta Pusat, Pengalaman hidup dengan para Xave-
untuk belajar filsafat dan teologi di rians (frater dan pastor) dari berbagai
Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara (2010- negara dan kuliah teologi di luar negeri
2014). Banyak hal-hal yang menarik adalah sesuatu yang sangat menarik dan
dan tantanga­ n yang saya dapatkan menantang. Saya menga­ presiasi isi dan
dalam masa tersebut, misalnya dalam kegiatan kuliah saya di Loyola School of
hidup berkomunitas, rohani, sekolah, Theology, Ateneo de Manila University
kerasulan, keluarga, dan sebagainya. selama 4 tahun. Selain kuliah yang meng-
Dalam masa tersebut, saya dibentuk gunakan bahasa Inggris, saya juga men-
untuk menjadi pribadi yang dewasa dan jalankan pastoral dengan terlebih dahulu
menjiwai misi dan spiritualitas Xaveri- belajar lagi bahasa Tagalog. Beberapa
an. Di tahap tersebut, saya menga­ lami kegiat­an kerasulan saya adalah sharing
pengalaman yang sangat menar­ik yakni Kitab Suci di beberapa lingkung­an dari
semangat kekeluargaan dan perubahan paroki Xaverian, Our Lady of Guadalupe
‘image’ saya tentang imam. Hal ini ter- Parish, Marikin, dan sebagai pendamping
jadi karena saya menyaksikan dari hidup iman para remaja di beberapa lingkun-
para pastor yang membe­rikan kesaksian gan di St. Francis Xavier Parish, Novali-
hidup yang sederhana dan melayani ches. Saya juga menjadi volunter untuk
dan ‘gaya hidup’ Xaverian yang dihidupi mendapingi orang-orang dan anak-anak
berkebutuhan khusus di Bothers of Chari­
ty dan Guanella Center dan juga saya
melayani di penjara, Quezon City Jail.

Akhirnya, pada 29 Juni 2019, saya
mengikrarkan kaul kekal dalam keluarga
Xaverian dan pada 01 Desember 2019,
saya menerima tahbisan diakonat di
Paroki Xaverian, St. Francis Xavier Parish
dan di Paroki yang sama, saya menja­
lani masa praktik diakonat dalam situasi
Covid-19.

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 31

TAHUN YUBILEUM SERIKAT XAVERIAN (02 juni 2020 - 02 Juni 2021)

Surat Direksi Jendral kepada para Konfrater

PANGGILAN KITA
TIDAK MUNGKIN LEBIH AGUNG
DAN LEBIH MULIA LAGI

Kesimpulan

«Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit
terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam
hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang
kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus. Tetapi harta ini
kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa

kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan
dari diri kami» (2 Kor. 4:6-7). Karena rahmat ilahi belaka, kita
adalah penjaga suatu anugerah yang agung: membawa Yesus Kristus kepada mereka
yang belum mengenal-Nya. Mons. Conforti menghendaki supaya anugerah ini disam-

32 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

INFO XAVERIAN

but dan dihayati oleh anak-anaknya «se- dan dicintai Allah, dan sekaligus kita
karang dan di masa yang akan datang» membutuhkan suatu kepatuha­ n yang
melalui pengikraran kaul-kaul hidup bakti sungguh-sungguh kepada bisikan Roh,
(SW 2). Inilah panggilan khusus Xaverian. yang seperti bunyi angin sepoi-sepoi
Perayaan tahun yubileum, seratus tahun basa (bdk. 1 Raj 19: 9-13). Dan segala
dari pengesahan Konstitusi pertama, ini dihayati oleh Xaverian-Xaverian yang
mengajak kita secara mendesak mem- memiliki kepribadian yang kaya kemanu-
perkuat keterlibatan misioner ad gentes siaan.
dan ad extra dalam takdisan religius
yang telah kita ikrarkan di hadapan Allah Mari kita mengucapkan satu sama
di dalam Gereja. Supaya kita melanjutkan lain: selamat Tahun Yubileum yang su­
karya evangelisasi yang telah dipercaya­ bur!
kan kepada kita, mutlak ya kita, yang
meyakini siapa kita di dalam Gereja, dan Salam persaudaraan.
percaya akan janji Tuhan.
«Semoga Tuhan kita Yesus Kris-
Mari kita mengiakan perkataan Santo tus dikenal dan dicintai oleh
Yohanes Paulus II: semua orang! »

«Zaman kita ini, dengan bangsa Santo Guido M. Conforti dan Santo
manusia yang terus bergerak Fransiskus Xaverius, doakanlah kami!
dan mencari, menuntut suatu
dorongan baru dalam karya Para konfrater
misioner Gereja. Cakrawa- Direksi Jendral
la-cakrawala dan kemung­kinan-
kemungkinan misi melebar, dan Fernando García Rodríguez sx
kita, orang kristiani didesak Mario C. Mula sx
memiliki keberanian apostolik, Eugenio Pulcini sx
yang berlandas pada keper- Fabien Kalehezo T’chiribuka sx
cayaan kepada Roh. Dialah Javier Peguero Pérez sx
pelaku misi!» (RMi 30).
Roma, 2 Juli 2020
74. Kita sedang menyaksikan suatu Permulaan Tahun Yubileum Xaverian
peru­ bahan zaman yang terutama menun- 2020 - 2021
tut kita mengambil dua sikap. Perta-
ma-tama, kesetiaan kepada panggilan
spe­sifik Tuhan ter­hadap masing-masing
kita, yang menjadikan kita bangga atas
panggilan yang telah kita terima. Yang
kedua, kepekaan terhadap kenyataan;
suatu kepekaan yang menyangkut krea-
tivitas dan kejernihan profetis supaya
mampu menanggapi tanda-tanda zaman
yang sedang muncul dan seharusnya
mendikte ‘jadual harian’ misi ad gentes
dan ad extra Gereja zaman ini.

Maka, kita butuh mengembangkan
dalam diri kita suatu visi kontempla-
tif tentang dunia ini yang diciptakan

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 33

Foto bersama Profesi Pertama Novis Angkatan XXXII di Wisma Xaverian, Bintaro.

DICARI:

KAenlauka-rAgnaaTkeTrebrabika!ik dari

Ketika para uskup Indonesia mengadakan kunjungan ad limina ke Roma,
mereka menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu Kuria Roma­
na yaitu mengunjungi Kongregasi untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat
Hidup Kerasulan. Dalam kunjungan ini para uskup Indonesia mendapat
apresiasi karena termasuk lima negara besar yang menyumbang jumlah
imam, bruder dan suster.

entu saja bagi kita yang mende­ pandang statistik, para religius di Indo-
ngar pujian yang datang langsung nesia saat ini merupakan penyumbang
dari Vatikan ini merupakan sebuah terbesar dalam beberapa tarekat dari
kegembiraan dan penghormatan luar negeri yang berkarya di Indonesia.
yang luar biasa, apalagi mengingat
bahwa Indonesia merupakan negara Namun dengan makin bertumbuhnya
dengan penduduk muslim terbesar di kualitas hidup dalam bidang ekonomi,
dunia. Jumlah umat Katolik Indonesia studi, pembangunan yang makin merata
hanya sekitar 3% saja. Prestasi ini tentu di seluruh tanah air, kenyamanan fasilitas
saja sesuatu yang sangat membang- yang mulai dirasakan oleh semua orang,
gakan. Jumlah umat Katolik Indonesia teknologi yang makin berkembang dan
tidak begitu banyak namun mempunyai menjanjikan penghidupan yang cerah,
keberanian untuk menyumbangkan serta berbagai perkembangan lainnya
putra-putrinya untuk Gereja. Dari sudut yang menawarkan kenyamanan dan

34 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

INFO XAVERIAN

Penampilan para Novis dalam vokal grup di Wisma Xaverian, Bintaro.

stabilitas dalam hidup di masa depan, perlu berperan aktif untuk tetap meng-
maka muncul pertanyaan yang mengge- giatkan lahirnya panggilan-panggilan
litik ini: sampai kapan Gereja Indonesia baru di masa depan. Pertama adalah
dapat mempertahankan prestasi ini? keluarga. Keluarga adalah dasar dari se-
mua kehidupan bermasyarakat termasuk
Mempertimbangkan situasi dalam Gereja. Istilah yang umum digunakan
dunia pendidikan para imam dan reli- adalah Keluarga sebagai Gereja rumah
gius, ternyata jumlah calon dari Indone- tangga (ecclesia domestica).
sia yang mau membaktikan diri menjadi
anggota hidup bakti mulai menurun Penyebab utama kurangnya panggil­
secara perlahan. Jumlah seminaris an hidup bakti saat ini tentu saja adalah
yang masuk dan menyelesaikan jenjang manusianya, dalam arti berkurangnya
pendidikan mulai berkurang. Sudah orang-orang yang ingin membaktikan
sangat bersyukur bila ada 20% saja yang diri untuk hidup bakti. Keberhasilan
menyelesaikan program pembinaan me- program dua anak cukup telah menekan
reka dan membaktikan diri sepenuhnya laju pertumbuhan penduduk serta makin
dalam kehidupan imamat dan religius. meningkatkan kualitas hidup banyak
Kalau hal ini tidak disikapi dengan keluarga di Indonesia. Hanya saja, jum-
cermat bukan tidak mungkin bahwa lah umat Katolik tetap stabil dan makin
situasi ini bisa terbalik. Gereja Katolik di sedikit juga mereka yang bersedia untuk
Indonesia pun juga bisa memasuki masa mempersembahkan dirinya kepada Allah
krisis panggilan seperti yang sudah di sebagai imam atau religius.
alami oleh banyak negara di belahan
dunia barat. Menyikapi hal ini, para orang tua
diharapkan untuk sejak dini meng­
Apa yang harus kita lakukan seka- u­ngk­ apkan keprihatinan ini kepada
rang? Ada 2 kelompok utama yang anak-anak mereka sekaligus berusaha

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 35

untuk memperkenalkan dan mendorong na gaya hidup yang terpisah jauh dari
mereka untuk mau membaktikan diri umat, pembawaan yang selalu murung,
mereka menjadi anggota hidup bakti. suka marah-marah, atau tertutup dan
Semoga tidak terjadi bahwa para orang mengurung di kamar, ketidakmampuan
tua yang sudah mengetahui menurun- untuk berdialog dengan orang muda
nya jumlah orang yang mau bergabung atau bahkan keteladanan hidup mereka
menjadi imam atau religius, mereka yang kurang meyakinkan. Untuk apa
justru melarang anak-anaknya untuk saya menjadi imam atau religius bila
bergabung di dalamnya. Semoga tidak masa depanku nanti seperti itu?
terjadi bahwa orang tua menjadi peng­
halang bagi Allah yang memanggil Cara hidup mereka yang tidak lagi
anak-anak yang telah dianugerahkan menarik bagi orang muda menjadi tanda
kepada mereka. tumpulnya kesaksian hidup Injili di te­
ngah-tengah Gereja. Tidak ada bedanya
Gereja adalah tanggung jawab kita kehidupan imam dan religius dengan
bersama. Masa depan Gereja, kualitas kehidupan seorang single atau berke-
para imam dan religius di dalam Gereja luarga yang membahagiakan lainnya.
juga tergantung pada pendampingan Dengan kata lain kaum imam dan tertak­
orang tua terhadap anak-anak. Pendam- dis sudah kehilangan “keradikalannya”
pingan ini terwujud melalui pendidikan di dalam aspek kesaksian hidup mereka.
iman dasar serta keteladanan. Tidak
cukup hanya mempercayakan pendi- Oleh sebab itu, marilah kita doakan
dikan agama anak-anak kepada para ketika anak-anak melangkahkan kaki
guru agama di sekolah, maupun para mereka ke seminari menengah, ke tahun
katekis di paroki masing-masing. Se- rohani atau ke novisiat. Perjalanan me-
mua sarana itu hanyalah pelengkap dari reka masih panjang. Niat tulus mereka
pendidikan agama di rumah. Tugas ini di awal perjalanan ini masih perlu diuji
mengandaikan bahwa para orang tua kesungguhannya dengan berbagai ma-
hendaknya mempunyai bekal penge- cam pengalaman. Kalau mereka gagal,
tahuan iman yang cukup dalam pendam- hendaknya keluarga menerima mereka
pingan kepada anak-anak mereka serta kembali di rumah apa adanya. Kalau me-
memberikan teladan berdoa bersama, reka berhasil, marilah kita berdoa agar
membaca kitab suci dan berbagi peng­ mereka tetap setia kepada anugerah
alaman iman bersama di rumah. Mari Allah yang telah dipercayakan kepada
kita ingat bahwa buah tidak pernah jauh mereka sampai akhir. Dengan demikian,
dari pohonnya. Demikian orang tua, marilah kita -para Romo, Suster, Bruder
demikian pula anaknya. Oleh sebab itu, dan keluarga-keluarga muda-, bersa-
semoga tidak terjadi bahwa kita meng­ ma-sama membangun Gereja kita di
harapkan memiliki imam atau religius masa depan mulai dari sekarang. (Rm.
yang baik, kalau sejak dini anak-anak Yonas, SX-Tim Animasi SX).
tidak mendapatkan pembinaan dan
keteladanan yang baik.

Kelompok kedua yang memegang
peranan penting adalah para imam dan
religius itu sendiri. Mereka juga perlu
merefleksikan kehadiran mereka di te­
ngah-tengah umat terutama orang muda
saat ini. Jangan sampai bahwa salah
satu faktor yang membuat menurunnya
jumlah panggilan saat ini adalah kare-

36 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

INFO XAVERIAN

St. Guido Conforti bersama para Misionaris.

TO BE XAVERIAN

Pada tahun ini secara khusus keluarga besar Misionaris Xaverian mempe­
ringati 125 tahun pengesahan peraturan-peraturan dasar yang memberi
bentuk model kehidupan bagi para anggotanya. Inilah saat yang sangat
tepat untuk merenungkan kembali semangat awal dan mengambil titik
pijak yang diperbarui dengan kharisma dan cita-cita pendiri.

Beberapa kekhasan yang terlihat kemudian menyusul disahkan Kongre-
dalam perjumpaan yang hidup dengan gasi Propaganda Fide pada tanggal 4
para Misionaris Xaverian, bisa dikenali Maret 1906. Konstitusi dari Institut untuk
bebe­rapa karakter berikut ini: karya misi di luar negeri ini dieksaminasi
kemudian oleh Prefek Hidup Bakti dan
Totalitas untuk memperoleh pengesahan pada tahun
karya misi 1921, yang menempatkan keberadaan
Institut ini dibawah naungan Kongregasi
eminari misi St. Guido Con- Propaganda Fide.
forti dibuka oleh Uskup Parma,
Peraturan dan Norma dasar dari se-
Mgr. Francesco Magani minari misi yang didirikan Guido Confor-
pada 3 Desember 1895, ti pada mulanya serupa dengan sebuah
kemudian sebagai kongre- seminari diosesan. Bahkan di tahun-
gasi religius untuk misi-misi tahun awal, tempat pendidikan para
di luar negeri di tingkat Keuskupan pada frater maupun para pendampingnya
3 Desember 1898. «Decretum Laudis» juga masih berasal dari Seminari Tinggi
Keuskupan Parma. Hal mendasar yang
membedakan antara para seminaris dio-

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 37

sesan dan seminaris misi adalah tujuan St. Guido Conforti
pembinaannya. Bagi para seminaris
diosesan, mereka diminta untuk secara kata terus menerus agar pewartaan Injil
total mengabdi kepada pengembangan kepada mereka yang belum mengenal
umat Allah di Keuskupan, sementara Yesus Kristus menemukan bentuk-bentuk
bagi para xaverian, tujuan tunggal dan yang konkret dan aktual. Katekese yang
eksklusifnya untuk karya misi apostolik kokoh, dialog kehidupan dan pewar-
terutama mereka yang belum mengenal taan, merintis dan mengembangkan
Yesus Kristus. sebuah komunitas umat Allah menuju
kemandirian, siap sedia melepaskannya
Perjalanan konstitusional yang cukup ketika komunitas sudah menjadi dewasa,
panjang dan alot dilatarbelakangi oleh pengembangan paroki dan pemantap­
kekhasan tidak lazim yang ditawarkan an «sensus ecclesiae» -rasa memiliki
oleh Sang Pendiri, St. Guido Confor- pada Gereja», percaya sepenuhnya
ti, sebagai Uskup Agung di Ravenna pada Penyelenggaran Ilahi dengan tidak
kemudian Parma. Kekhasan itu berupa memiliki aset dan jaminan pribadi, siap
kehidupan imamat misioner yang dikom- pergi kapan saja dan kemana saja Gereja
binasikan dengan kehidupan religius mengutus adalah beberapa ungkapan
dengan kaul-kaul Injili. Hal ini sulit dite- khas dari totalitas misi.
rima pada waktu itu karena dua bentuk
kehidupan ini memiliki karakter dan Kesiapsediaan untuk
jalan hidup yang berbeda. Kita patut diutus
bersyukur bahwa Konsili Vatikan II telah
memberikan angin pembaruan yang Pergi, meninggalkan dan berpisah
menyejukkan di dalam Gereja sehingga adalah kelompok kata yang tidak kita
saat ini hal itu menjadi hal yang lazim. sukai, karena membawa kesan yang se-
dih. Namun inilah realitas dan tantangan
Pertanyaannya, mengapa St. Guido yang harus kita hadapi semua. Suatu
Conforti berani menganyam dua jalan saat, seorang anak pun akan meninggal-
hidup ini menjadi satu tenunan dalam kan rumah dan mulai tinggal di kost un-
diri para misionarisnya? Ia tentu sangat tuk kuliah di luar kota. Suatu saat mereka
berharap agar para misionaris itu ber­ pun akan pamit pada orang tuanya dan
karya di dunia dengan mempersem- mulai memban­ gun bahtera kehidupan
bahkan karya-karya terbaik mereka berkeluarga.
untuk membawa terang ke dalam dunia,
memperkenalkan Yesus Kristus kepada
mereka yang masih tinggal dalam ke-
gelapan kesesatan dan bayangan maut,
serta sekaligus membaktikan diri mereka
seutuhnya dengan terlibat dalam karya
keselamatan yang dibawa oleh Yesus
Kristus. Karya-karya yang baik harus
disertai dengan pembaruan spiritual,
pertobatan diri terus menerus dalam
kepekaan membaca tanda-tanda zaman
yang berubah.

Di sinilah seorang xaverian diharap­
kan untuk bersedia berjalan bersama
de­ngan Yesus Kristus di dalam sejarah.
Hal ini menuntun pembaruan karya dan

38 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

INFO XAVERIAN

Saat keterpisahan menjadi tidak enak beriman. Tantangan kehidupan di Eropa
karena kita dituntut untuk meninggalkan yang konon mayo­ritas kristiani itu juga
kenyamanan. Demikianpun para misionar- tidak semudah berpastoral di Indonesia
is xaverian diundang untuk siap mening- dimana kita masih minoritas. Ketiga,
galkan segala fasilitas yang membuat dia pembaptisan yang kita terima merupa-
nyaman demi sebuah cita-cita ideal yang kan buah kesaksian dari Gereja melalui
diperintahkan oleh Yesus Kristus kepada orang-orang di sekitar kita. Gereja Katolik
para muridNya: “Pergilah ke seluruh dunia di Indonesia ada karena buah karya para
dan beritakanlah Injil kepada segala mah- misionaris yang datang ke tanah air. Mi­
luk!” (Mk 16:20). Bagi para xaverian, ini salnya, pelagianisme orang-orang saleh
adalah sebuah imperatif, sebuah perintah maupun superfisialitas kaum gnostik baru
yang harus dilaksanakan. yang menciptakan budaya light christian
mer­upakan tantangan yang sangat aktu-
Maka selama masa pembinaan, para al. Kemudian, apakah Mk 16:20 menjadi
frat­er sudah mulai dibekali, dilatih, ditem- tidak berlaku lagi kalau semua bangsa di
pa untuk berani meninggalkan kenyaman- bumi sudah dibaptis? Tentu tidak. Rasa
an dan menempatkan diri mereka dalam syukur akan anugerah baptis itu hendak­
karya misi dan perutusan Gereja. Mereka nya justru makin mendesak kita untuk
diajak untuk makin berkembang dalam pergi dan memberi kesaksian tentang
kedewasaan pribadi, makin matang dalam iman yang kita yakini dengan sungguh,
relasi dengan Allah dan makin siap sedia bahkan sampai ke ujung dunia!
untuk menjadi pelayan Gereja dengan
memberikan kualitas terbaik dalam ber­ Kita menyadari bahwa menjadi
bagai bentuk pelayanan yang dipercaya- misionar­is xaverian itu bukan panggilan
kan kepadanya. untuk semua orang. Tantangan untuk
pergi meninggalkan rumah tercinta,
Dasar kesiapsediaan maksimal ini orang-orang terkasih, makanan kesukaan,
belajar dari Yesus Kristus sendiri, «yang kenyamanan relasi dan fasilitas di dae­
walaupun dalam rupa Allah tidak meng­ rah sendiri itu memang ditawarkan untuk
anggap kesetaraan dengan Allah itu semua, namun setiap orang memiliki
sebagai milik yang harus dipertahankan, kharismanya sendiri-sendiri seturut de­
melainkan telah mengosongkan diri-Nya ngan kedalaman relasinya dengan Allah.
sendiri dan mengambil rupa seorang Dengan demikian, perjalanan kita untuk
hamba dan menjadi sama dengan manu- mencari kehendak Allah itu tidak pernah
sia» (Fil 2:6-7). Allah yang maha sempurna berhenti karena perputaran dunia terus
berinkarnasi dan menjadi sangat terbatas menuntut suatu kesiapsediaan hati untuk
dalam kerapuhan kemanusiaan. Bagaima- berkorban.
na dengan kita?
Misionaris dan Religius
Kerap orang mengatakan: untuk apa
pergi jauh-jauh bahkan sampai mengam- Mempersembahkan buah dengan
bil resiko nyawa sendiri, kalau di sini saja pohonnya. Inilah inti pokok perjuangan
orang Katolik masih minoritas? Pertama, Guido Conforti dalam pengesahan Kon-
hal yang perlu diwaspadai saat ini ada- stitusi pertama Serikat Xaverian. Apakah
lah mengendornya semangat berkorban manfaatnya kaul-kaul religius bagi karya
diantara orang muda, juga para imam dan misioner diantara orang-orang yang tidak
religius. Hal ini menjadi peringatan serius beriman menurut pemikiran St. Guido
bagi masa depan Gereja yang bercita-cita Conforti?
makin membumi. Kedua, tindak misioner
Gereja universal itu tidak berdasar pada Kaul berarti penyerahan diri secara
kuantitas, melainkan kualitas hidup umat total dari seseorang demi sebuah ideal

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 39

kehidupan. Dengan kaul religius, seseo- sudah dipersembahkan kepada Allah.
rang itu memutuskan untuk tinggal ber-
sama dengan Allah dan bersembunyi di Menjadikan dunia satu
jalan kerendahan hati bersama dengan keluarga
Yesus Kristus yang tersalib. Ia memutus-
kan segala ikatan dan belenggu harta Barangkali ini sebuah utopia yang
duniawi dan bahkan relasi afektif dengan entah kapan akan terwujud. Tantangan
orang-orang yang paling dikasihinya. di lapangan tidak mudah. Di tengah
Ketika St. Guido Conforti mendirikan maraknya isu rasisme dan sektarian yang
seminari khusus untuk misi di Parma, makin berkembang dalam konteks global
ia tidak menerima para kandidat yang dimana dunia serasa menjadi seperti
ingin membuat jenjang karier gerejawi. kampung, bumi terasa makin menjadi
kotak. Migrasi ke dunia digital semakin
Maka, ketika kaul untuk misi diper- memberikan PR besar bagi kita untuk
kaya dengan kaul-kaul religius, seorang memahami siapakah aku, siapakah sesa-
misionaris itu diajak untuk tinggal ber- maku dan kemana kita akan pergi.
sama dengan Allah, menggantungkan
hidup sepenuhnya kepada Allah dan Orang makin tersekat-sekat berda-
menjalankan tugas perutusannya de­ sarkan hobi yang sama, ide yang sama,
ngan segenap hidup dan matinya. Tidak bakat yang sama, pola hidup yang sama,
hanya kehidupan yang akan memberikan asal daerah yang sama, agama yang
kesaksian perutusannya, melainkan ke- sama, parpol yang sama dst. Media sosial
matiannya pun juga akan terus mengge- makin memfasilitasi hal ini. Meskipun
makan kehidupan yang telah dijalaninya. bisa diambil makna positif dan memban-
tu perkembangan diri, kepribadian dan
Pada zaman dahulu ketika seorang komunitas, kehadiran kampung digital
misionaris berangkat, sungguh-sungguh ini masih menyisakan tantangan sosial
hari itu merupakan hari yang tidak dapat yang tidak mudah. Inilah tantangan yang
terlupakan bagi keluarga. Mengapa? memberi kesempatan untuk berkembang
Karena keberangkatannya itu adalah bagi para misionaris, yang hadir seba-
sebuah keberangkatan definitif, tidak gai simbol persaudaraan universal. Kita
pernah akan kembali. Ia tidak menuntut menjadi keluarga karena kita disatukan
cuti tiga tahun sekali seperti sekarang oleh Yesus Kristus. (tim animasi SX)
ini, karena menyadari bahwa hidupnya

40 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

INFO XAVERIAN

Kota Ravenna yang indah.

EXODUS
RAVENNA!

Dari cakrawala pandang historis, sebagian besar kehidupan Guido Con­
forti terpolarisasi di dua kota, yaitu Parma dan Ravenna. Di Parma, ia
mendampingi dan mempersiapkan para misionaris muda untuk berang­
kat ke tanah misi dan berjerih payah mengabdi ke Keuskupan Parma.
Tiba-tiba permintaan dari Tahta Suci pada tahun 1902 untuk menjadi
Uskup Agung di Ravenna adalah seperti halilintar yang menyambar di
siang bolong.

avenna adalah sebuah Leo XIII memintanya untuk pindah dari
keuskupan yang besar. Keuskupan Pavia ke Ravenna. Ia pun
Sayang sekali bahwa dalam membawa team strategis yang sangat
lima puluh tahun terakhir itu gemuk untuk mereformasi keuskupan
didampingi oleh para Uskup dan meletakkan sebuah pondasi yang
yang saleh dan kuat dalam sungguh-sungguh baru.
doktrin Gereja, namun sudah tua, sakit
dan rapuh kesehatannya. Misalnya, Beratnya salib di Ravenna yang diala-
Uskup terakhir sebelum Guido Confor- mi Kard. Riboldi juga disampaikannya
ti masuk adalah Mgr. Riboldi. Ia pun kepada Paus Leo XIII demikian: «Se-
menerima tugas di keuskupan agung itu bagian besar dari anak-anak yang kau
dalam semangat ketaatan, ketika Paus berikan kepadaku itu semuanya sudah

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 41

mati. Itulah sebabnya saya tidak tahu geografisnya pada waktu itu, Bologna
bagaimana menyelamatkannya». dan Ravenna menjadi satu bergabung
dengan keuskupan di Regio Emilia­
Ketika Conforti menjadi Uskup Agung na-Romagnola, sementara bagian lain
Ravenna, ia pun menemukan fakta adalah Modena bersama dengan keus­
bahwa jumlah pemakaman secara sipil kupan-keuskupan di sekitar Emilia,
mencapai 80%, sementara perkawinan Modena, Carpi, Guastalla, Parma hingga
sipil tanpa pemberkatan Gereja berki- Piacenza.
sar 70%. Situasi para imam juga sangat
menyedihkan. Mereka sangat miskin Munculnya nama Guido Conforti ini
dan hidup berkekurangan. Bahkan para diduga merupakan hasil operasi se­
imam pun tidak segan-segan meminjam nyap dari Lucido Maria Parocchi, yang
uang dari Bapak Uskup lalu melunasi­ menjadi bagian dari Komisi Kardinal De
nya. Uskup Agung Kard. D. Svampa eligendis Italiae episcopis, yang diben-
dari Keusk­ upan Bologna menambahkan tuk oleh Paus Leo XIII. Ia sendiri secara
bahwa para imam terpecah dan umat personal mulai melirik sepak terjang
yang terabaikan hampir meninggalkan Guido Conforti ketika Mgr. Magani
imannya. Orang muda tidak lagi beriman mempresentasikan profilnya: Pendiri
dan sosialisme makin menjadi domi- Seminari untuk misi di luar negeri di
nan. Ia pun berharap semoga uskup tahun 1895, nominasi dari Paus untuk
agung yang baru dapat memperbaiki melayaninya sebagai «Cameriere segre-
kebobrok­an ini secepat mungkin dan to in abito paonazzo» - pelayan rahasia
mempersatukan para imam, tidak terikat berjubah merah - pada tanggal 16 De-
dengan pihak dan relasi manapun de­ sember 1895, jenjang karier gerejawi di
ngan situasi dan konteks di Ravenna. Keuskupa­ n Parma serta audiensi privat
dengannya pada tanggal 26 September
Persaingan untuk menjadi Uskup 1900. Ia sungguh yakin bahwa di pundak
Agung di Ravenna sangat panas karena yang kokoh dan solid ini bisa disandar-
keha­diran kandidat di Keuskupan itu kan salib Keuskupan Agung Ravenna.
sendiri yang sangat berambisi untuk
menjadi Uskup, namun ia terlibat skan- Proses berjalan sangat cepat. Ha­
dal yang memecahbelah dan tidak mem- nya 18 hari setelah meninggalnya Kard.
berikan kesaksian yang otentik tentang Riboldi, surat panggilan mendadak ke
Yesus Kristus dan GerejaNya di Ravenna. Roma diterima oleh Guido Conforti.
Ravenna harus berani membuka lembar­
Mengapa Conforti dari Parma yang an yang baru. Guido Conforti adalah
diminta untuk ke Ravenna? Parma tidak kuda hitam untuk segera dimainkan
termasuk dalam keuskupan sufragan guna menyelesaikan masalah konfliktual
dari Ravenna. Kalau dilihat konteks yang sangat pelik di Ravenna. Orang

Gereja Kathedral di kota Parma, merupakan salah satu ikon wisata.

42

INFO XAVERIAN

Paus Leo XIII untuk pelayanan yang begitu
tinggi dan baru... Saya Vikaris di
Sekilas semuanya nampak indah. Namun Parma, tetapi keuskupan ada di
audiensi dengan Paus Leo XIII, 16 Mei 1902 tangan Uskup, para penasehat
diwarnai dengan dialog yang tajam dan dan kuria».
menusuk jiwa. Berikut point-point dialog
yang terjadi selama audiensi tersebut untuk Paus Leo XIII:
memahami krisis yang dialami oleh Guido
Conforti. «Saya Paus dan saya memiliki
para penasehat. Demikian juga
Conforti: Uskup Agung Ravenna harus
mencari bantuan dari para pe-
«Kondisi kesehatan saya tidak nasehat yang baik».
terlalu baik».
Conforti:
Paus Leo XIII:
«Saya tidak memiliki pengeta-
«Silahkan melakukan apa yang huan yang cukup untuk men-
bisa dilakukan. Saya dipilih men- dampingi para imam dan umat
jadi Paus pada usia 71 tahun. Allah di keuskupan yang besar...
Saya masih berada di sini dan »
tidak sedang sekarat. Silahkan
melakukan apa yang bisa dilaku- Paus Leo XIII:
kan».
«Tentang hal itu, urusan saya».
Conforti:
Kemudian Paus menambahkan:
«Saya harus merawat rumah
misi­ku di Parma». «Terlalu banyak resistensi kepa-
da Vikaris Kristus itu saya tidak
Paus Leo XIII: suka, saya tidak suka. Janganlah
kamu menuntunku untuk mem-
«Itu hanya soal ganti penjaga. berikan perintah yang tegas. Hal
Apakah jika Conforti meninggal, itu tidak saya suka, tidak saya
maka rumah itu akan runtuh? suka...»
Orang lain akan tahu dan mela-
kukan hal yang perlu dilakukan». Conforti:

Conforti: «Yang Mulia... dalam perkataan-
mu...».
«Saya tidak memiliki persiapan
dan ia pun jatuh bertelut dengan isak
tangis yang tak sanggup berkata-kata

Ketika semua tenang kembali, Paus
Leo XIII menyapa dengan penuh keba-
paan dengan berkata:

«Silahkan datang besok ke Con-
cistorium dengan kacamata
berbing­kai emas».

Kemudian ia memberi salam kepada
mereka dan audiensi selesai (FCT XI,
126-127).

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 43

muda yang bersemangat, cerdas, «… Karena itu, ia yang men-
seimbang, mampu menjadi penengah cari tahta keuskupan demi
dan sabar dalam menghadapi berbagai kemuliaan kehormatan itu
situasi krisis di Ravenna, mirip seperti dan bukan demi karya yang
di Parma. Kali ini bukan orang tua yang baik dari pelayanan ini, ia
dikirim seperti biasanya, melainkan bersaksi bagi dirinya sendi-
seorang outsider yang tangguh dalam ri, untuk dirinya sendiri dan
spirit­ualitas, moral dan kepribadian, bukan pelayanan keuskupan
namun masih belum berpengalaman yang dia cita-citakan. Ia tidak
dalam hal teknis dan moral, yang akan saja tidak mencintai sama
dilengkapi dengan kehadiran Mgr. Pietro sekali jabatan suci itu, tetapi
Maffi yang akan mendampinginya. ia bahkan tidak tahu maksud
jabatan suci itu apa... ».
Pada waktu itu ia berusia 37 tahun
ketika diangkat menjadi Uskup Agung Guido Conforti menyadari sungguh
Ravenna. Figur Guido Conforti di sini bahwa gelar Uskup Agung di Ravenna
masih melekat erat pada «ciptaannya», itu sebagai salib yang berat. Benar bah-
yaitu seminari baru untuk misi di luar wa «Salib mengajar bagaimana jiwa-jiwa
nege­ri. Ia masih terikat dengan buah- itu harus menderita dan memberikan
buah hidup rohaninya yang terwujud hidupnya».
dalam karya pendirian seminari ini. Seo-
rang Guido Conforti yang masih berpikir Setelah tiga tahun berlalu, situasi
sebagai «single fighter», dimana tanpa ling­kungan dan udara di Ravenna yang
kehadirannya secara fisik, maka seminari tidak kondusif itu sangat mempengaruhi
barunya itu tidak akan berkembang. kondisi kesehatannya. Tantangan pasto-
Kekhawatiran, kesedihan dan keberatan ral makin beragam dan membutuhkan
yang disampaikan ini wajar semuanya. respon yang seimbang. Situasi kesehat­
Namun totalitas kepada Yesus Kristus an yang makin memburuk itu tidak
mendesak juga totalitas dari pihak ma- mendukung kinerjanya secara maksimal.
nusia. Oleh sebab itu, Uskup Agung Ravenna
ini akhirnya menyerah dan mengajukan
Situasi ini tidak bisa disangkal bahwa surat pengunduran dirinya kepada Paus
ia masih memiliki iman dewasa yang Pius X dan diterima 12 oktober 1904.
perlu lebih dimatangkan lagi, lebih
mendekatk­ an diri pada pengalaman Ia meninggalkan Keuskupan Ravenna
perjalanan Yesus Kristus menuju puncak secara definitif dengan perayaan ekaristi
Golgota. Inilah tunas iman yang telah pontifikal pada peringatan pernyataan
menyambut kedalaman tatapan Yesus dogma Bunda Maria yang terkandung
Kristus yang tersalib di masa kecilnya. tanpa noda pada tanggal 8 Desem-
Pengalaman mistik yang dialami Guido ber 1904. Di Katedral itu, terangkum
Conforti itu tidak boleh tinggal dalam perjalana­ n imannya selama menggem-
romantisme religius yang palsu. Hanya balakan umat di Keuskupan Agung
dikenang pengalaman keindahannya, Ravenna dalam affresco dari Guido Reni
namun melupakan proses yang harus ertema «Yesus Kristus yang jaya dengan
ditempuh untuk mengaktualisasikannya salib» (disadur dari seri studi Conforti -
dan mendewasakannya. Rm. Alfons, SX)

Ada beberapa orang yang berhasrat
akan tugas mulia ini, namun ada juga
yang menerimanya setelah dipaksa. St.
Gregorius Agung dalam Regola Pastora-
le mengingatkan:

44 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

INFO XAVERIAN

FRANSISKUS XAVERIUS

St. Fransiskus Xaverius wafat di Tiongkok pada 3 Desember 1552. Ku­
rang lebih sepuluh tahun di akhir hidupnya dihabiskan hanya untuk
menjalankan pewartaan Injil di Asia. Itulah sebabnya, kehadirannya se­
bagai tonggak misi di Asia tidak terelakkan. Hal inilah yang mendorong
St. Guido Conforti untuk mengambil nama dan inspirasi bagi para mi­
sionarisnya de­ngan nama «Serikat Santo Fransiskus Xaverius untuk misi
luar negeri...» di permulaan Konstitusi 1931.

agaimanakah model bermisi nya. Ia berangkat tanpa buku referensi di
St. Fransiskus Xaverius pada tangan. Ia nihil relasi dengan orang Asia.
masa itu? Di benua Asia Ia tidak memiliki data statistik maupun
yang begitu luas, berba- dokumen yang bisa dipelajari terlebih
gai macam tradisi religius dahulu. Ia hanya bisa memproyeksikan
sudah berakar dan memben- dirinya masuk di tengah-tengah bang-
tuk karakter kehidupan masyarakatnya, sa-bangsa pagan dalam konteks yuna-
jauh sebelum ia datang dengan penge- ni-latin.
tahuan yang sangat minim tentang bu-
daya dan religiositas di Asia. Ia melom- Apakah kelemahan itu membuatnya
pat dari Eropa ke Asia tanpa persiapan mundur? Tidak. Miskinnya sarana untuk
diri yang cukup untuk menjalankan tugas mempersiapkan diri dengan baik tidak
misionernya. Ia tidak memiliki informasi bisa menjadi alasan untuk tidak pergi
yang cukup tentang tanah misi tujuan- dan berangkat mewartakan Injil. Sebuah

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 45

dialog kehidupan ditawarkannya sebagai meyakinkan kaisar, para bangsawan
jalan untuk berbicara tentang Allah dan dan semua orang yang mampu
dengan Allah. Ia mengunjungi orang menga­ mbil keputusan untuk menjadi
sakit, bermain dengan anak-anak, hadir kristiani».
di tengah-tengah orang dari segala
lapisan, berbicara dengan para budak, Misi tidak pernah terlepas dari pewartaan
pedagang, penjajah asing serta para tentang Yesus Kristus sebagai Allah. Seturut
pekerja dengan bahasa portugis se- konteks masing-masing, pewartaan ini bisa da-
derhana dan sekaligus mendorong para lam bentuk kesaksian hidup yang hening dan
Jesuit yang terpelajar untuk berdialog perbincangan ringan seturut dengan gerak
dengan kaum cendekiawan di Tiongkok tuntunan Roh Kudus yang terus mendampingi
dan Jepang. para pencari kebenaran untuk menemukan Al-
lah. Tanpa pengalaman pribadi dengan Yesus
Dalam sebuah surat kepada rekan- Kristus, tidak mungkin akan ada pertobatan
rekan Jesuit di Roma, 20 Januari 1548, dan pembaruan kualitas hidup. Oleh sebab
St. Fransiskus menceritakan pertemuan- itu, kesaksian hidup orang-orang yang telah
nya dengan Anjiro. Dialah orang Jepang dibaptis, secara khusus para misionaris yang
pertama yang diperkenalkan kepada­ dengan niat membaktikan seluruh hidupnya
nya oleh beberapa pedagang Portugis. untuk misi, merupakan kesaksian terbaik dari
Dia kemudian menemani perjalanan St. berbagai macam kotbah tentang Injil. Di
Fransiskus di Jepang. Suatu hari, setelah tengah-tengah kekayaan tradisi religiositas di
mendapat informasi mengenai kepulau- Asia, Fransiskus menegaskan: Biarkanlah me-
an «yang baru ditemukan» ini, ia berta­ reka melihat kehidupanmu dan karya-karyamu
nya kepada Anjiro tentang kemungkinan itu lebih daripada doa-doamu. Kehidupan kita
orang-orang Jepang menjadi kristiani. hendaknya mengungkapkan kesaksian yang
meyakinkan, pertobatan hati dan mentalitas
«Ia menjawab bahwa orang- yang sungguh-sungguh, serta menebarkan
orang Jepang tidak akan mau cinta kasih Yesus Kristus yang membangun
menjadi Kristen segera. Ia me­ budaya cinta kasih di Asia. (terinspirasi oleh
ngatakan bahwa mereka per- refleksi PeterHans Kolvenbach S.J. di Sam-
tama-tama akan mengajukan pran, Thailand, Maret 2002 – tim animasi
banyak pertanyaan. Lalu mem- SX).
pertimbangkan jawaban yang
diberikan, mengintuisi juga
apakah saya memahami apa
yang saya katakan, dan terakhir
adalah melihat apakah hidup
saya sesuai dengan apa yang
saya katakan. Jika saya berhasil
melakukan hal ini dengan baik,
berbicara sopan dan memberi
jawaban yang memuaskan atas
berbagai pertanyaan mereka,
serta menghidupinya dengan
konsisten sehingga mereka
tidak menemukan sesuatu yang
pantas dikecam, maka cukup
setengah tahun saja untuk

46 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020

INFO XAVERIAN

JANGAN TAKUT
LAMPAUI ZONA NYAMAN

Romo Juang berfoto bersama seorang jemaat di depan patung Bunda Maria.

allo, salam kenal semuanya. Saya P. Juang, SX.
Saya lahir di Maumere pada tahun 1984. Pada
usia 18 tahun saya bergabung dengan Serikat
Misionaris Xaverian. Mengapa memilih Xaveri-
an? Pertama, karena jatuh cinta pada sembo­
yan satu keluarga bagi dunia untuk menja-
dikan dunia satu keluarga. Kedua, tertarik untuk mengambil
bagian dalam pewartaan Injil kepada orang-orang yang belum
mengenal Yesus. Setelah menyelesaikan teologi di Italia, saya
ditahbiskan pada tanggal 14 september 2015 di Maumere.
Sekarang saya sedang bermisi di Jepang, lebih tepatnya di
Keuskupan Osaka.

TAHBISAN IMAM XAVERIAN 47

Pada desember 2016, saya
tiba di Osaka. Beberapa bu-
lan kemudian, petualangan
barupun segera dimulai, yakni
belajar Bahasa Jepang. Jujur,
awalnya sangat takut karena
berpikir bahwa saya mungkin
tidak sanggup sampai akhir.
Dua tahun penuh perjuangan,
antara air mata dan keyakinan
akan bantuan Tuhan, akhirnya
selesai juga pada April 2019.
Saat ini, saya tinggal di sebuah
paroki dekat biara Xaverian
dan belajar melayani Gereja
Jepang bersama seorang imam
Keuskupan Osaka.
Bagi saya, tantangan terbesar untuk bermisi di Jepang
adalah bahasa. Belajar dua tahun di sekolah formal hanyalah
sebagai pengantar awal untuk mengenal tulisan kanji dan ka-
takana. Apalagi ketika usia tidak lagi muda, orang harus ber-
juang untuk belajar dari nol seperti seorang anak kecil yang
baru mulai belajar menulis abjad, melafalkannya dan meng­
hafalkannya. Tetapi bukan berarti bahwa tantangan itu adalah
akhir dari segalanya, justru sebaliknya, menjadi batu pijakan
untuk melompat ke depan. Terus kuncinya apa? Pertama dan
utama adalah kerendahan hati. Tidak takut salah saat berbi­
cara dan terbuka untuk menerima koreksian dari penutur asli.
“Saya belajar dari nol, tolong diberitahu jika ada kesalahan”;
inilah permintaan saya ketika memperkenalkan diri di paroki.
Kedua, mencintai bahasa dan budaya setempat. Ibarat pa­
sangan yang saling mengenal satu sama lain, sebelum me-
langkah ke jenjang selanjutnya, mereka akan berusaha untuk
saling mengenal dan mencintai satu sama lain. Demikian juga
bagi saya. Ketika tidak ada cinta akan bahasa dan budaya se-
tempat itu, maka relasi itu hanya bertahan di level permukaan
saja, tidak masuk ke dalam hati dan menjadi bagian dari diri
saya. Sampai sekarang saya masih jatuh bangun dalam belajar
bahasa, tetapi saya sudah mencintai jepang dan siap untuk
bermisi sampai kapanpun. Semua ini karena Tuhan yang me-
manggil saya, Dialah yang menguatkan saya.
Pesan saya untuk kaum muda; jangan takut untuk melampaui
zona nyaman kita dan berani untuk berbagi Kabar Gembira
ke semakin banyak orang. Keberanian kita akan membuahkan
hasil: Tuhan akan semakin dikenal dan dicintai, memberikan
kebahagiaan kepada sesama karena boleh mengenal Yesus,
dan secara pribadi, kita menjadi kaya akan pengalaman hidup.

48 GEREJA SANTO MATIUS PENGINJIL BINTARO - 21 AGUSTUS 2020


Click to View FlipBook Version