The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhariyan071, 2021-06-24 10:30:16

1. PEMBENTUKAN KELOMPOK

1. PEMBENTUKAN KELOMPOK

SOSIOLOGI XI

PEMBENTUKAN
KELOMPOK SOSIAL

M ARIYAN, S.PD

Halaman Judul 7
Kata Pengantar ….
Daftar Isi, ….
Tinjauan Mata Pelajaran
BAB I Kelompok Sosial

A. Kelompok Sosial dalam Masyarakat
B. Pembentukan Kelompok Sosial
C. Ragam dan Dinamika Kelompok Sosial
BAB II Permasalahan Sosial dalam Masyarakat

A. Permasalahan Sosial
B. Ragam Permasalahan Sosial dan Dampaknya bagi

Masyarakat
C. Penyelesaian Permasalahan Sosial dalam Masyarakat
BAB III Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial

A. Perbedaan Sosial dan Partikularisme Kelompok
B. Prinsip Kesetaraan Guna Mencapai Kepentingan Umum
C. Harmoni Sosial
D. Daftar Pustaka
E. Kunci Jawaban

TINJAUAN MATA PELAJARAN

A. Deskripsi Singkat Mata Pelajaran

Materi sosiologi kelas XI mencakup lima materi yakni yang pertama mengenai pembentukan
kelompok sosial, kemudian yang kedua mengenai permasalah sosial dalam masyarakat, yang ketiga
perbedaan, kesetaraan, dan harmoni sosial, yang keempat tentang konflik, kekerasan, dan perdamaian, dan
yang terakhir mengenai integrasi dan reintegrasi sosial sebagai upaya pemecahan masalah konflik dan
kekerasan.

Didalam materi pembentukan kelompok sosial nantinya akan ada tiga bahasan yakni kelompok
sosial dalam masyarakat, pembentukan kelompok sosial, dan ragam dinamika kelompok sosial. Kelompok
sosial adalah sekumpulan individu yang terdiri atas dua atau lebih manusia, memiliki visi dan misi yang
sama serta terdapat interaksi yang terjalin antaranggota. Kelompok sosial terbentuk karena manusi
menjalin interkasi sosial yang dilakukan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut yang
mendorong manusia membentuk atau begabung dalam kelompok sosial tertentu. Pembentukan kelompok
sosial pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan pola hubungan sosial diantara anggotanya. Pada bab
dua kelas XI membahas mengenai permasalahan sosial dalam masyarakat. Didalam permasalahan sosial
dalam masyarakat akan membahas mengenai permasalahan sosial, ragam permasalahan sosial dan
dampaknya bagi masyarakat, dan penyelesaian permasalahan sosial dalam masyarakat. Permasalahan
sosial merupakan gejala atau fenomena yang tidak dihendaki oleh masyarakat. Bentuk tindakan yang
cenderung melanggar nilai, norma sosial, dan membuat kerugian masyarakat dapat dikategorikan sebagai
permasalahan sosial. Permasalahan sosial dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Dalam menyelesaikan
permasalahan sosial dapat dilakuka secara preventif dan represif.

Pada bab perbedaan, kesetaraan, dan harmoni sosial didalamnya akan membahas tentang
perbedaan sosial dan partikularisme kelompok, prinsip kesetaraan guna mencapai kepentingan umum, dan
harmoni sosial. Dalam masyarakat terdapat individu dan kelompok yang memiliki beragam perbedaan.
Perbedaan sosial perlu disikapi dengan sikap saling bertoleransi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa
individu atau kelompok terkadang mementingkan diri sendiri atau golongan. Kondisi tersebut yang
menunjukkan adanya partikularisme. Perbedaan sosial meliputi dua yakni perbedaan vertikal dan
perbedaan horizontal. Perbedaan sosial secara horizontal meliputi agama, suku bangsa, mata pencaharian,
jenis kelamin, dan gender. Sedangkan vertikal meliputi tingkat kekayaan, kekuasaan, ilmu pengetahuan,
dan keturunan.

B. Kegunaan/Manfaat Mata Pelajaran

Adapun manfaat mempelajari sosiologi di kelas XI yakni mampu menafsirkan pengelompokkan
sosial di masyarakat dan mampu menalar tentang terjadinya pengelompokkan sosial di masyarakat dari
sudut pandang dan pendekatan sosiologis. Kemudian dapat menganalisis permasalahan sosial dan dapat

3
memberikan respons dalam mengatasi permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat dengan cara
memahami kaitan pengelompokan sosial dengan kecenderungan eksklusi dan timbulnya permasalahan

sosial. Untuk memahami arti penting prinsip kesetaraan untuk menyikapi perbedaan sosial demi
terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan demokratis dan Menerapkan prinsip-prinsip kesetaraan
untuk mengatasi perbedaan sosial dan mendorong terwujudnya kehidupan sosial yang damai dan
demokratis.

C. Standar Kompetensi Mata Pelajaran

Dimensi Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2. berkarakter, jujur, dan peduli,
3. bertanggungjawab,
4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
5. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.
Dimensi Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks berkenaan dengan:
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni,
4. budaya, dan
5. humaniora.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional. Dimensi
Ketrampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
1. kreatif,
2. produktif,
3. kritis,
4. mandiri,
5. kolaboratif, dan
6. komunikatif
Melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber
lain secara mandiri.

D. Susunan Urutan Bahan Ajar

BAB I Kelompok Sosial

4
A. Kelompok Sosial dalam Masyarakat

B. Pembentukan Kelompok Sosial
C. Ragam dan Dinamika Kelompok Sosial
BAB II Permasalahan Sosial dalam Masyarakat
A. Permasalahan Sosial
B. Ragam Permasalahan Sosial dan Dampaknya bagi Masyarakat
C. Penyelesaian Permasalahan Sosial dalam Masyarakat
BAB III Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial
A. Perbedaan Sosial dan Partikularisme Kelompok
B. Prinsip Kesetaraan Guna Mencapai Kepentingan Umum
C. Harmoni Sosial

E. Petunjuk bagi Siswa

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Dengan begitu kompleksya
pembahasan materi sosiologi, maka diperlukannya bahan ajar yang memadai. Bahan Ajar Sosiologi ini
diperuntukkan bagi siswa Kelas XI Semester 1. Ada beragam rubrik yang ada didalam bahan ajar ini yang
menjadikan pembelajaran sosiologi menjadi lebih bermakna.

1. Tinjauan Mata Pelajaran. Didalam tinjauan mata pelajaran merupakan gamabaran umum dari mata
pelajaran sosiologi itu sendiri. Dimana didalamnya terdapat beberapa penjelasan yakni: a.
Deskripsi mata pelajaran
Paragraf pernyataan yang mengandung keseluruhan isi mata pelajaran.Pernyataan ini
merupakan rangkuman dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan dalam mata pelajaran. b.
Kegunaan/ manfaat mata pelajaran
Mencakup kegunaan mata pelajaran dikemudian hari bagi peserta didik.
c. Standar kompetensi mata pelajaran
Paragraf yang menjelaskan tentang seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil
belajar mata pelajaran yang harus dicapai peserta didik selama satu semester.
d. Susunan urutan bahan ajar
Paragraf yang menyajikan susunan bab pertama hingga bab terakhir pada kelas XI semester 1
mata pelajaran sosiologi.
e. Petunjuk bagi siswa
Petunjuk bagi siswa merupakan paragraf yang diperuntukkan bagi siswa sebagai petunjuk
pada saat menggunakan bahan ajar.

2. Sajian Setiap Bab
Pada setiap bab, disajikan beberapa rubrik mulai dari kompetensi dasar sampai dengan tugasnya.
Adapun rubrik yang disajikan:
a. Kompetensi dasar dan Indikator
Didalamnya memuat rincian kompetensi dalam setiap aspek mata pelajaran yang harus
dikuasai peserta didik.

5

b. Deskipsi Singkat

Peserta didik dapat melihat gamabaran umum tentang cakupan bab dan relevansi bab dari
paragraf ini.
c. Materi
Didalamnya memuat uraian atau penjelasan materi yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur, contoh ataupun latihan yang dapat dipelajari oleh peserta didik. d. Daftar bacaan
tambahan
Disajikan daftar bacaan tambahan manakala siswa ingin menggali lebih dalam materi yang
menurutnya belum ada didalam bahan ajar ini.
e. Pertanyaan kunci
Disajikan pertanyaam singkat yang berguna untuk menguji kemampuan peserta didik tentang
materi yang sudah dipelajari.
f. Soal
Disajikan soal yang dapat dijawab oleh peserta didik sebagai bentuk pemahaman yang
mendalam tentang materi yang sudah ada.
g. Tugas
Aktifitas yang dapat dilakukan peserta didik sebagai bentuk penguatan pencapaian
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

6

BAB I
KELOMPOK SOSIAL
A. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar
3.1 Memahami pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan pendekatan Sosiologis.
4.1 Menalar tentang terjadinya pengelompokan sosial di masyarakat dari sudut pandang dan
pendekatan Sosiologi.
Indikator

3.1.1 Memahami dasar pembentukan kelompok sosial
3.1.2 Memahami syarat dan ciri kelompok sosial
3.1.3 Mengamati berbagai bentuk dan jenis kelompok kepentingan di masyarakat
3.1.4 Menganalisis katakteristik khusus atau partikularisme dan eksklusivisme
kelompok 3.1.5 Menganalisis pola hubungan antarkelompok dalam masyarakat
3.1.6 Menganalisis dinamika kelompok sosial

4.1.1 Mengumpulkan data tentang ragam pengelompokkan sosial di masyarakat sekitar dari berbagai
macam sumber

4.1.2 Menganalisis data agar dapat mengklasifikasi ragam pengelompokkan sosial di masyarakat
sekitar berdasarkan jenis dan bentuk pengelompokkan untuk menanamkan sikap kesadaran
diri dan tanggung jawab public

4.1.3 Mempresentasikan hasil diskusi tentang pembentukan kelompok sosial

B. Deskripsi Singkat

Interaksi antarmanusia mendorong terbentuknya berbagai kelompok sosial dalam masyarakat.
Perbedaan identitas dalam kelompok tidak jarang menimbulkan persaingan dan pertentangan
antarkelompok. Oleh karena itu, kelompok sosial perlu mementingkan unsur universalisme dan
meminimalkan unsur partikularisme agar integrasi sosial dalam masyarakat dapat tercipta. Perkumpulan
beberapa orang atas dasar persamaan kepentingan dan tujuan dapat dikategorikan sebagai kelompk sosial.
Berarti dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial adalah sekumpulan individu yang terdiri atas dua atau
lebih manusia, yang memiliki visi dan misi yang sama serta terdapat interaksi yang terjalin antarangota.

C. Materi

A. Kelompok Sosial dalam Masyarakat
Manusia memiliki naluri untuk menjalin hubungan sosial dengan manusia lain. Naluri tersebut

yang mendorong sesama manusia untuk bekerja sama dengan manusia lain guna memenuhi
kebutuhannya. 1. Kelompok Sosial dalam Tinjauan Sosiologis

Mengapa kelompok sosial termasuk gejala sosial dalam kehidupan masyarakat? Hal tersebut
dapat dikarenakan sebagian besar kehidupan manusia berlangsung dalam kelompok sosial. Kelompok
sosial dapat dikatakan penting dalam kehidupan karena mulai dari lahir manusia sudah menjadi
anggota kelompok sosial, yakni keluarga. Selain itu juga menjadi anggota kelompok sosial suatu
suku bangsa atau ras, warga suatu tempat, dan tentunya warga negara Indonesia.

Gambar 1.1 Keluarga merupakan contoh kelompok sosial
Sumber https://cdn.popmama.com/content-images/post/20180222/12-cara-memiliki
keluarga-bahagia-sederhana-namun-sangat-penting-10-
0ec262545229e69ef429b87c07ad3d88.jpg

Menurut Robert K Merton, kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berinteraksi
yang sesuai dengan pola yang telah mapan. Sedangkan menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt,
kelompok sosial merupakan sekumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaanya dan
saling berinteraksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial yakni sekumpulan individu
yang terdiri atas dua atau lebih manusia, yang memiliki visi dan misi yang sama serta terdapat interaksi
yang terjalin antaranggota. Suatu interaksi yang terjalin dalam kelompok sosial dapat berupa interaksi
langsung maupun interaksi tidak langsung. Oleh karena itu, interksi sosial antaranggita hendaknya
didasari sikap saling menghargai serta menghormati guna mewujudkan integrasi sosial dalam
kelompok.
2. Ciri- Ciri Kelompok Sosial

Menurut Robert K Merton, kelompok sosial berbeda dengan perkumpulan. Perkumpulan hanya
berkaitan dengan sejumlah orang yang memiliki solidaritas dan ciri-ciri sama namun tidak terdapat
unsur interaksi yang menjadi kriteria utama bagi kelompok-kelompok sosial yang dapat diidentifikasi
melalui ciri-cirinya. Adapun ciri-ciri kelompok sosial:

a. Adanya kesadaran dan Rasa Memiliki (Sense of Belonging)

Gambar 1.2 Gotong Royong merupakan bentuk kesadarang tolong menolong
antaranggota. Sumber https://www.worldofghibli.id/wp-content/uploads/2020/03/warga-

gotong royong.jpeg

Dalam gambar 1.2 adalah sekolompok warga yang membantu perbaikan rumah warga.
Tindakan itu dilakukan karena warga memiliki kesadaran dan rasa memiliki (sense of belonging)
terhadap warga lainnya sebagai yang merupakan bagian dari anggota kelompok di tempat tersebut.

Setiap anggota kelompok hendaknya memiliki kesadaran bahwa dirinya menjadi bagian
dari kelompok yang bersangkutan. Kesadaran tersebut sangat diperlukan dalam kelompok, karena
kesadaran yang akan menimbulkan rasa memiliki (sense of belonging) yang mendorong keutahan
kelompok. Rasa memiliki terhadap kelompok terimplementasi dalam bentuk sikap in-group atau
out-group. Dimana sikap in-group ditandai dengan adanya rasa kebersamaan dan keakraban
terhadap anggota kelompok. Sedangkan out-group yakni ditandai rasa dan antipati asing ketika
melihat orang yang bukan anggota kelompok tersebut.
b. Terdapat Hubungan Timbal Balik di antara Anggota Kelompok

Dapat disebut kelompok sosial apabila setiap anggota kelompok saling menjalain interaksi
sosial. Interaksi sosial dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Artinya, terdapat
kelompok sosial yang anggota-anggotanya tidak pernah bertemu secara langsung namun saling
berinteraksi melalui media komunikasi. Interaksi sosial mendorong anggota kelompok saling
memberi dan tolong menolong. Dengan demikian, melalui hubungan sosial tersebut akan tercipta
kebersamaan antaranggota sehingga dapat membentuk solidaritas kelompok.
c. Adanya Faktor Pengikat yang Dimiliki Bersama oleh Anggota-Anggota Kelompok Faktor
pengikat mampu menciptakan kedekatan antaranggota dalam kelompok. Faktor pengikat
berkaitan dengan kesamaan antaranggoata kelompok. Kesamaan antaranggota dapat berupa
kesamaan nasib, hobi, kepentingan, tujuan, maupun ideologi. Adanya faktor pengikat dapat
mempererat hubungan antaranggota kelompok.
d. Berstuktur, Berkaidah, dan Mempunyai Pola Perilaku

Kelompok sosial yang teratur tidak dapat dipisahkan dengan suatu struktur. Struktur
berkaitan dengan kaidah atau norma yang berkembang dalam kelompok. Norma sosial yang
berkembang dalam kelompok menjadi pedoman berperilaku bagi anggotanya. Oleh karena itu,
struktur dapat menunjukkan keberadaan kelompok dalam masyarakat secara resmi. Namun
sebaliknya, kelompok nonformal seperti pertemanan tidak terlalu fokus pada struktur dan kaidah
tetapii memiliki pola perilaku relatif sama.
3. Fungsi Kelompok Sosial

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia menjalin hubungan dengan manusia lain untik
memenuhi kebutuhan hidup. Terbentuknya kelompok sosial bertujuan agar antarmanusia mampu
menjalin kerja sama dalam pemenuhan kebutuhan, kitapun bergabung dalam kelompok soia karena
harus memenuhi kebutuhan hidup, Sebagal contoh, kita memiliki kebutuhan mendapatkan pendidikan.
Oleh karena Itu, kita bergabung dalam kelompok sosial pelajar di suatu sekolah. Sehingga sebagai
sarana memenuhi kebutuhan pendidikan, kita dapat menjalin hubungan sosial atau bersosialisasi
dengan pelajar lain di sekolah.

a. Fungsi Kelompok Sosial bagi Individu
Fungsi kelompok sosial bagi individu berkaitan dengan fungsi yang berdampak langsung

terhadap individu atau anggota kelompok sosial. Adapun fungsi kelompok sosial bagi individu
sebagai berikut.
1) Sarana Menjalin Hubungan Soslal

Kelompok sosial merupakan sarana berkumpulnya individu untuk saling berinteraksi.
Dengan demikian, kelompok sosial dapat berfungsi sebagal sarana pemenuhan kebutuhan
individu untuk menjalin hubungan sosial Mealui kelompok sosial, individu mampu
bersosialisasi serta mempebjari niai dan norma dakam masyarakat
2) Sarana Pendidikan

Kelompok sosial memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan bagi individu. Artinya,
kelompok sosial memiliki peran mewariskan budaya dan memenuhi kebutuhan masyarakat di
bidang ilmu pengetahuan. Dalam kelompok sosial, antaranggota dapat saling bertukar
informasi dan ilmu pengetahuan. Proses pertukaran ilmu pengetahuan dapat dilakukan secara
formal ataupun nonformal Secara formal, pendidikan dapat dibkukan mehlui sebuah kembaga
pendidíkan seperti sekoah. Adapun secara nonformal, pendidikan dapat dihkukan mehlui
kursus, dan kembaga bimbingan belajar.
3) Sarana Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Gambar 1.3 Diskusi menunjukan fungsi kelompok sosial sebagai sarana pemecahan
masalah.

Sumber https://bit.ly/2Src4PC
Pada gambar 1.3 tampak beberapa orang sedang melakukan diskusi. Diskusi kelompok
dapat diartikan sebagai kegiatan bertukar pikiran secara lisan untuk mencari solusi dari
masalah yang ingin dipecahkan. Dalam diskusi, setiap anggota mengemukakan sudut pandang
yang beragam. Semua anggota berdiskusi dan menyampaikan pendapat untuk mencari solusi
bersama sehingga menghasilkan konsensus (kesepakatan bersama). Diskusi dapat memberikan
solusi atas masalah yang dihadapi individu ataupun masalah bersama dalam kelompok.
Kelompok sosial menawarkan pemecahan masalah berkaitan dengan penemuan solusi yang
belum diketahui.
b. Fungsi Kelompok Sosial bagi Masyarakat
Selain bagi individu, kelompok sosial berfungsi bagi masyarakat. Fungsi kelompok sosial bagi
masyarakat bersifat laten (tersembunyi) karena tidak dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.
Adapun fungsi kelompok sosial bagi masyarakat sebagai berikut.

10

1) Pembentuk Nilai dan Norma dalam Masyarakat
Individu sebagai anggota kelompok saling berinteraksi dengan anggota lain. Proses

interaksi tersebut menghasilkan nilai dan norma dalam masyarakat Nilai dan norma dalam
kelompok sosial membentuk pola-pola tertentu sebagai pedoman hidup bermasyarakat Dengan
demikian, kelompok sosial dapat berfungsi sebagai pembentuk nilai dan norma sosial untuk
menciptakan keteraturan dalam masyarakat.
2) Pembentuk Struktur Sosial dalam Masyarakat

Struktur sosial terbentuk dari pola-pola interaksi yang terjalin antaranggota kelompok
sosial. Struktur sosial menunjukkan adanya status dan peran dalam masyarakat Dengan adanya
struktur sosial, kelompok-kelompok sosial dapat dibedakan dalam dimensi vertikal dan horizontal
Berbagai kelompok sosial dalam dimensi vertikal dibedakan dalam strata/tingkatan kelas berbeda.
Adapun pada dimensi horizontal kelompok sósial dibedakan dalam kedudukan sejajar. Pembedaan
dimensi vertikal dan horizontal tersebut menunjukkan fungsi kelompok sosial sebagai pembentuk
struktur sosial dalam masyarakat.
3) Pengawas Sosial

Ibarat rumah, kelompok sosial menjadi tempat bagi anggotanya untuk berlindung.
Kelompok sosial dapat berfungsi melindungi anggotanya dari berbagai tìndakan penyimpangan.
Kelompok sosial memliliki nilai dan norma yang harus dipatuhi okh nggotanya. Setiap anggota
yang tidak menaati niki dan norma dalam keompok akan dikenai sanksi. Secara tidak langsung,
norma tersebut dapat melindungi anggota kelompok agar tidak melakukan penyimpangan sosial.
Kondisi tersebut menunjukkan nikai dan norma dalam kelompok dapat dijadikan pengawas sosial
tìndakan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, hubungan sosial antarmanusia dalam pemenuhan kebutuhan
mendorong terbentuknya kelompok sosial Setiap individu saling berinteraksi dengan individu lain dalam
kelompok untuk memenuhi kebutuhan tersebut Selain pemenuhan kebutuhan, individu bergabung dalam
kelompok sosial karena memiliki persamaan kepentingan dan tujuan. Dalam kelompok itulah, setiap
individu bekerja sama mewujudkan tujuan bersama.

B. Pembentukan Kelompok Sosial

Gambar 1.4 Kelompok Kesenian
Sumber https://jatengtoday.com/wp-content/uploads/2020/01/Kuda-Lumping-Temanggung.png

11

Pembentukan kelompok sosial dalam masyarakat terjadi melalui proses yang sama, yaitu berawal
dari pengenalan hingga tahap membubarkan diri. Meskipun terjadi mealui proses yang sama, latar
belakang pembentukannya berbeda-beda. Gambar 1.4 menunjukkan sebuah kelompok kesenian.
Kelompok tersebut terbentuk atas dasar persamaan kepentingan. Kepentingan tersebut dapat bervariasi
mulai dari kepentingan mengaktualisasi diri, menambah pengetahuan, mencari kesenangan, hingga
kepentingan memperoleh keuntungan ekonomis. Selain persamaan kepentingan, apa saja latar belakang
terbentuknya kelompok sosial? Bagaimana pula proses pembentukan kelompok sosial? Untuk memahami
lebih lanjut, simak pembahasan berikut.

1. Latar Belakang Terbentuknya Kelompok Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki gregariuosness. Artinya, manusia selalu menjalin

interaksi sosial dengan manusia lain. Dengan menjalin interaksi sosial, manusia dapat memenuhi.
kebutuhan hidupnya. Naluri gregariuosness mendorong manusia membentuk atau bergabung dalam
kelompok sosial tertentu.

Menurut Soerjono Soekanto, manusia memiliki dua hasrat yang dibawa sejak lahir, yaitu hasrat
untuk bergabung dengan manusia di sekitarnya dan hasrat untuk menyatu dengan alam di sekitarnya
sebagai bentuk aktualisasi diri. Kedua hasrat tersebut berasal dari kemampuan manusia dalam berpikir
dan merasakan sesuatu. Hasrat untuk bergabung dengan manusia di sekitarnya mendorong manusia
mėmbentuk kelompok sosial. Adapun bentuk-bentuk dorongan dalam pembentukan kelompok sosial
sebagai berikut.
a. Dorongan untuk Mempertahankan Hidup
b. Hasrat untuk Meneruskan Keturunan
c. Keinginan untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas
d. Praktis, Intelektual dan Emosional
e. Ikatan Darah atau Keturunan
f. Kesamaan Ciri-Ciri Fisik
g. Kesamaan Kepentingan
h. Kesamaan Daerah

2. Faktor- Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pembentukan Kelompok Sosial
a. Persepsi

Persepsi berkaitan dengan kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh
dari lingkungan sekitar. Selanjutnya, terjadi penilaian terhadap segala sesuatu yang dilihat atau
dirasakan dan berpikir untuk memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Secara sederhana, persepsi
berkaitan dengan cara pandang seseorang. Persamaan persepsi perlu diperhatikan dalam pembentukan
kelompok sosial Adanya persamaan persepsi antaranggota kelompok mampu memudahkan
tercapainya tujuan bersama. Selain itu, pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan intelegensi
diharapkan berimbang. Artinya, ada anggota yang mempunyai tingkat inteligensi rendah, ada pula
anggota yang mempunyai tingkat inteligensi tinggi. Harapannya, anggota kelompok yang memiliki
tingkat intelegensi tinggi tersebut mampu memengaruhi anggota yang lain.
b. Motivasi

12

Motivasi merupakan dorongan atau semangat bagi setiap anggota kelompok untuk
berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok. Perbedaan kemampuan pada setiap
kelompok juga dapat memicu kompetisi internal secara sehat Dengan demikian, anggota ain akan
termotivasi untuk lebih maju melalui transfer ilmu pengetahuan.
c. Tujuan

Salah satu faktor pembentuk kelompok sosial ialah antaranggota memiliki tujuan sama. Tujuan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai/dicita-citakan kelompok. Setiap anggota kelompok akan
berupaya melakukan kerja sama dan menyusun pembagian kerja untuk mencapai tujuan. Apakah Anda
ikut tergabung dalam suatu kelompok sosial di sekolah? Misalnya, Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS). Salah satu tujuan terbentuknya OSIS adalah memfasilitasi peserta didik untuk menyalurkan
aspirasi, mengekspresikan kreativitas, dan berkontribusi meklui kegiatan positif di sekolah
d. Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antarindividu atau antarkelompok. Melalui
interaksi sosial, segala aktivitas dalam kelompok dapat dilakukan. Selain itu, melalui interaksi sosial
akan terjadi proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota kepada anggota lain.
Dengan demikian, transfer ilmu dapat berjalan dan kebutuhan informasi dapat terpenuhi.
e. Organisasi

Organisasi berarti pengelolaan kelompok. Melalui organisasi, penyelesaian masalah dalam
kelompok menjadi efektif dan efisien melalui koordinasi, Dalam koordinasi diperlukan pembagian
peran di antara anggota kelompok. Pembagian peran tersebut berkaitan dengan wewenang dan
tanggung jawab sesuai pekerjaan tiap-tiap anggota.
f. Independensi/Kebebasan

Bentuk independensi/kebebasan dalam kelompok dapat berupa kebebasan setiap anggota
untuk menyampaikan ide, pendapat, dan ekspresi. Kebebasan tersebut perlu dimiliki agar setiap
anggota memiliki rasa nyaman dan mampu mengembangkan kelompok. Meskipun demikian,
kebebasan tetap berada dalam tata aturan yang disepakati bersama.
3. Tahap Pembentukan Kelompok Sosial

Berikut ialah tahapan dalam pembentukan kelompok sosial, yakni
a. Tahap Pembentukan (Forming)

Menurut Bruce W. Tuckman, tahap pertama pembentukan pembentukan (forming). Tahap
ini ditandai dengan adanya ketidakpastian dan rasa cemas pada anggota kelompok. Anggota
kelompok masih a. kelompok adalah tahap merasa kebingungan mengenai tujuan kelompok.
Kondisi tersebut menyebabkan keterlibatan anggota dalam kelompok masih kurang. Oleh karena
itu, anggota kelompok berusaha mengatur perilaku mereka agar keberadaannya dapat diterima oleh
anggota lainnya. Selain itu, anggota kelompok mencoba mengenal satu sama lain untuk
menemukan kesamaan tujuan.
b. Tahap Menghadapi Konflik (Storming)

Tahap kedua dalam pembentukan kelompok adalah tahap menghadapi konflik (storming).
Mengapa konflik dapat terjadi dalam kelompok sosial? Perbedaan antaranggota kelompok dapat
memicu terjadinya konflik. Perbedaan pendapat, cara kerja, dan tujuan dapat memiću antaranggota

13

berselisih paham. Adapun tanda-tanda kelompok sosial berada di tahap storming antara lain
timbulnya kemarahan, ketidaknyamanan, dan terjadi perselisihan/konflik. Konflik dalam
kelompok harus segera diselesaikan agar tidak berujung pada perpecahan. Oleh karena itu,
antaranggota perlu memiliki sikap toleransi dan menghargai perbedaan. Kelompok yang mampu
mengelola konflik antaranggotanya dapat terus berkembang. Sementara itu, kelompok yang tidak
mampu mengelola konflik dapat berhenti pada tahap ini.
c. Tahap Pembentukan Struktur (Norming)

Pada tahap ini sudah terdapat kesepakatan antaranggota kelompok. Kelompok sosial pada
tahap ini mampu menyamakan persepsi dan meredam konflik serta mulai membentuk struktur.
Struktur dalam kelompok sosial berkaitan dengan aturan, peran, dan status yang mengikat
antaranggota kelompok. Artinya, kelompok mulai membangun aturan-aturan, sistem kerja, dan
prosedur pengelolaan proporsi kerja tiap-tiap anggota. Pada tahap norming kelompok mulai
menemukan dalam kelompok kesepakatan yang dibuat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang
digunakan. Anggota kelompok mulai saling memercayai dan berkontribusi dalam pencapaian
tujuan bersama. Kondisi tersebut menunjukkan adanya harmoni dalam kelompok.
d. Tahap Produktivitas (Performing)

Pada tahap produktivitas (performing) anggota kelompok dapat menyelesaikan pekerjaan
atau tugas dengan lancar dan efektif. Artinya, hambatan dan konflik yang terjadi dapat dikelola
dengan baik oleh kelompok. Anggota kelompok lebih mengutamakan musyawarah dalam
menyelesaikan masalah. Setiap anggota kelompok pada tahap ini dapat menunjukkan kinerja
maksimal karena sistem sosial dalam kelompok sudah terbentuk secara mapan. Anggota kelompok
juga dapat berkomunikasi dengan baik, memercayai satu sama lain, dan memiliki ikatan kuat
e. Tahap Pembubaran (Adjourning)

Tahap pembubaran (adjourning) dikhususkan untuk kelompok sosial bersifat sementara.
Dalam beberapa kasus, kelompok yang tidak mampu memelihara sistem dant struktur sosial
dengan baik cenderung mengalami kemunduran. Sebagian kelompok berupaya melakukan
adaptasi dan melakukan transformasi agar kelompok tidak mencapai tahap pembubaran. Akan
tetapi, pada kondisi tertentu terdapat kelompok yang berhenti berkembang sehingga mencapai
tahap pembubaran diri. Kondisi ini juga dapat terjadi akibat konflik dalam kelompok yang tidak
terselesaikan dengan baik.

Teori yang dikemukakan oleh Bruce W.Tuckman tersebut dapat dijadikan pedoman dalam
pembentukan suatu kelompok. Akan tetapi, teori ini memiliki keterbatasan karena hanya menjelaskan
tahap yang terjadi pada kelompok dengan ukuran kecil Oleh karena itu, tahapan pembentukan setiap
kelompok tidak selalu berlangsung seperti teori yang telah dijelaskan. Kondisi tersebut terjadi karena
model teori berkaitan dengan perilaku anggota kelompok masing-masing. Terkadang, tidak jelas ketika
sebuah kelompok berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya. Selain itu, tumpang tindih antartahapan dapat
terjadi.

C.Ragam dan Dinamika Kelompok Sosial

14

1. Ragam Kelompok Sosial

Gambar 1.5 Salah satu bentuk kelompok sosial yang terdapat di lingkungan
sekitar. Sumber: https://bit.ly/3bU0zqQ

Pada gambar tersebut menunjukan salah satu benuk kelompok sosial dalam masyarakat.
Kelompok sosial dapat ditemui dilingkungan sekolah, rumah, dan masyarakat. Pada dasarnya
kelompok sosial dalam masyarakat dapat dibedakan berdasarkan pola hubungan sosial diantara
anggotanya. Hubungan sosial antar anggota kelompok dapat terbentuk atas dasar hubungan batin
dan bersifat terbuka. Berikut bentuk-bentuk kelompok sosial:
a. Kelompok Sosial Teratur

Kelompok sosial teratur merupakan kelompok yang mempunyai pertauran tegas dan
sengaja diciptakan untuk mengatur anggotanya. Interaksi sosial yang terjalin dalam kelompok
sosial teratur bersifat intensif dan relatif berlangsung alam.
Ciri- ciri kelompok sosial teratur:

a) Memiliki prosedur keanggotaan
b) Memiliki daftar anggota yag rinci
c) Memiliki program kegiatan yang mengarah pada pencapaian tujuan
d) Memiliki identitas kolektif yang tegas.

Kelompok sosial teratur dalam masyarakat memiliki beragam jenis, yakni sebagai berikut:
1. Kelompok sosial berdasarkan jumlah anggota

Menurut Nasworo dan Bagong Suyanto (2011), berdasrkan jumlah anggotanya dibedakan
menjadi dua yakni kelompok primer (primary group) dan kelompok sekunder (secondary group).
Kelompok primer adalah kelompok sosial terkecil dan paling sederhana demgan hubungan
antaranggota saling mengenal dan memiliki kerjasama yang erat. Sedangkan kelompok sekunder
adalah kelompok sosial yang terdiri atas banyak individu, sifat hubungan antaranggota tidak saling
mengenal secara pribadi, dan kelangsungan kelompok cenderung tidak langgeng. Kelompok
sekunder terbentuk karena adanya tujuan dan kepentingan tertentu.

Perbedaan Kelompok Primer Kelompok Sekunder

Sifat hubungan Informal Formal
Akrab Kurang akrab
Personal Impersonal

Orientasi Hubungan sosial yang Asas manfaat
bersifat langgeng Hubungan sosial bersifat
tidak langgeng

Tujuan Manusiawi (intim, Efisiensi ( ada perhitungan
hubungan untung rugi)
keakraban, memiliki rasa

simpatik, dan kebersamaan)

Jumlah individu Kecil dan sedikit Besar dan banyak

Tabel 1.1 Perbedaan Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

2. Kelompok sosial berdasarkan kedekatannya
Berdasarkan kedekatan anggota dibagi menjadi dua yakni kelompok in-group dan out

group. Kelompok in-group adalah kelompok sosial yang setiap anggotanya mengidentifikasi diri
sebagai bagaian dari sebuah kelompok. Sikap in-group ditandai dengan munculnya kedekatan
yang erat antaranggota kelompok. Kelompok in-group sering ditemui ada kelompok suporter
bola, dimana antaranggota kelompok suporter memiliki ikatan kuat. Ikatan tersebut
menimbulkan rasa saling melindungi antaranggota.

Sedangkan kelompok out-group adalah kelompok sosial yang berada di luar individu
sehingga individu tidak menjadi anggota kelompok. Out-group ditandai dengan sikap antagonis
atau antipati terhadap kelompok lain. Adanya perasaan antipati terhadap kelompok lian dapat
berubah menjjadi etnosentrisme. Etnosentrime berkaitan dengan sikap meilai unsur-unsur budaya
lain dengan mengacu pada kebudayaan sendiri. Kondisi tersebut terjadi karena orang yang berada
diluar kelompok dianggap tidak memiliki kesamaan minat dan tujuan.
3. Kelompok sosial berdasrkan sruktur organisasinya

Berdasarkan struktur organisasinya dibedakan menjadi dua yaitu formal dan informal.
Kelompok formal dapat digambarkan pada pola hubungan pekerjaan yang bersifat formal dan
memiliki birokrasi jelas. contohnya iala sekolah, perusahaan, dan lembaga pemerintahan.
Kelompok formal merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan
oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan dalam kelompok (Soekanto). Sedangkan
kelompok informal merupakan kelompok yang tidak resmi serta tidak mempunyai struktur dan
organisasi jelas (Narwoko, 2010). Kelompok informal memiliki sistem hubungan yang lebih
fleksibel dibandingkan kelompok formal. Artinya, hubungan antarnggota yang terbentuk
didalamnya bersifat pribadi dan intim. Interkasi yang dibangun tidak bersifat struktural sehingga
dalam kelompok informal sistem hierarki cenderung tidak diperhatikan.
4. Kelompok sosial berdasarkan interaksinya

Berdasarkan interaksinya dibagi menjadi dua yakni kelompok referensi (reference group)
dan kelompok membershipp (membership group). Menurut kamus sosiologi (Haryanta, 2012)
kelompok referensi adalah kelompok yang menjadi model atau penuntun bagi keputusan da
tindakan seseorang. Kelompok referensi merupakan sekelompok orang yang secara nyata

memengaruhi perilaku seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Robert
K Merton ada dua tipe kelompok referensi yakni tipe normatif dan tipe perbandingan. Tipe
normatif berarti tipe kelompok referensi yang menentukan dasar-dasar kepribadian seseorang.
Sedangkan tipe perbandingan yakni tipe yang menjadi pegangan individu dalam menilai
kepribadiannya.

Sedangkan kelompok membership menurut Narwoko (2010), kelompok membership
merupakan kelompok didalamnya setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut.
Suatu kelompok dapat dikategorikan sebagai kelompok membership apabila antaranggota
didalamnya dapat mengetahui dengan jelas status keanggotaan satu sama lain. Biasanya dalam
kelompok membership diperlukan kartu sebagai bukti keanggotaan secara resmi. Kelompok
membership dibedakan menjadi dua yakni nominal group member dan peripheral group member.
Nominnal group member ditandai dengan hubungan yang terjalin antaranggota kelompok yang
masih terjalin dengan baik, sedangkan perpheral group member ditandai dengan tidak adanya
interaksi yang terjalin baik antaranggota kelompok. Oleh karena itu, kelompok ini tidak memiliki
kekuasaan penuh untuk memaksa seseorang mematuhi peraturan yang ada.
5. Kelompok sosial berdasarkan ikatannya

Menurut Ferdinand Tonnies, kelompok sosial berdasarkan ikatannya dibedakan menjadi
dua yakni kelompok paguyuban (gemeinschaft) dan kelompok patembayan (gesselschaft). Dalam
paguyuban ikatan tiap-tiap anggotanya timbul secara alami dan kelangsungannya bersifat kekal.
Selain itu, dalam kelompok paguyuban ini terdapat rasa pengertian dan kemauan bersama.
Gemeinschaft adalah kehidupan bersama anggota masyarakat yang terjalin dengan hubungan batin
murni, alami, dan kekal. Ikatan antaranggota terjadi berdasarkan rasa cinta dan kesatuan batin yang
kuat.
Adapun tipe-tipe kelompok paguyuban:
a. Gemeinshaft by place, bentuk kehidupan bersama yang didasari oleh kedekatan tempat tinggal.
b. Gemeinshaft by blood, bentuk kehidupan bersama atas dasar hubungan darah ataupun
hubungan kekerabatan.
c. Gemeinshaft of mind, bentuk kehidupan bersma berdasarkan kesamaan jiwa, pikiran, dan

ideologi.
Patembayan (gesselchaft) menunjukkan bentuk kehidupan bersama yang berlangsung

secara singkat. Hubungan antaranggota gesselchaft bersifat public life artinya hubungan yang
terjalin terbuka untuk semua orang. Kelompok ini sering dijumpai diperkotaan. Kelompok
gesselschaft identik dengan pola pikir terbuka dan hubungan antaranggota tidak akrab. Selain itu,
cenderung memiliki spesialisasi kerja tinggi. Menurut Durkheim, kelompok gesselschaft memiliki
solidaritas antaranggota bertipe organis. Dimana solidaritas organis ialah bentuk solidaritas yang
mengikat kelompok dan memiliki ketergantungan tinggi yang disebabkan adanya sistem
spesialisasi kerja.
6. Kelompok sosial berdasarkan kepentingannya

Dibagi menjadi dua yakni kelompok okupasional dan kelompok volunter. Kelompok
okupasional adalah kelompok-kelompok profesi dalam masyarakat. Persamaan profesi menjadi
ciri khusus munculnya kelompok okupasional. Kelompok ini memiliki pedoman tingkah laku bagi
anggotanya yang disebut dengan etika profesi atau kode etik profesi. Apabila salah satu anggota
profesi melakukan kesalahan, ia akan dinilai buruk oleh anggota lainnya. Contohnya adalah Ikatan

Dokter Indonesia (IDI), semua anggota yang tergabung dalam organisasi tersebut adalah dokter.
Sedangkan kelompok volunter adalah kelompok yang memiliki kepentingan sama, namun tidak
mendapatkan perhatian masyarakat. Adapun kepentingan tersebut bertujuan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan berikut:
1. kebutuhan kasih sayang
2. kebutuhan mengenal harga diri
3. kebutuhan keselamatan jiwa dan raga
4. kebutuhan sandang, pangan, dan papan
5. kebutuhan mengambangkan potensi diri
b. Perilaku kolektif

Perilaku kolektif adalah perilaku yang terjadi secara spontan, tidak terorganisasi, dan
tidak direncanakan. Adapun bentuk perilaku kolektif, yakni:
1. Kerumunan (Crowds)

Kerumunan adalah kelompok sosial yang ditandai dengan berkumpulnya orang-orang,
tetapi hanya sebatas fisik tanpa pengorganisasian secara jelas, kerumunan ini tidak mempunyai
pembagian kerja dan pelapisan sosial. ukuran utama kerumunan adalah kehadiran orang-orang
secara fisik dan tidak ada batasan jumlah minimal atau maksimal. Interaksi antaranggota terjadi
secara spontan dan tidak terduga.
2. Publik

Publik adalah individu yang tidak secara fisik berkumpul, tetapi interaksi yang terjalin
terpusat melalui alat komunikasi ataupun pesan berantai antarindividu. Interaksi dalam kelompok
publik menggunakan alat media massa seperti surat kabar, radio, media sosial, atau televisi. 3.
Massa

Massa berbeda dengan kerumunan dan publik. Massa adalah kumpulan orang yang
mempunyai kehendak atau pandangan sama, tidak berkerumun disuatu tempat, dan mengikuti
kejadian atau peristiwa penting. Kelompok massa biasanya menggunakan alat-alat komunikasi
seperti pada kelompok publik.

2. Dinamika Kelompok Sosial
Kelompok sosial bersifat dinamis, artinya setiap kelompok sosial selalu mengalami

perubahan dan perkembangan. Kondisi ini disebut dinamika kelompok. Dinamika kelompok sosial
merupakan proses perubahan dan perkembangan akibat adanya interaksi, baik antaranggota
kelompok maupun antara anggota suatu kelompok dan kelompok lain.
Adapun faktor yang memengaruhi dinamika kelompok sosial:
1. Komunikasi Kelompok, komunikasi membantu anggota kelompok menyampikan informasi

kepada orang lain. Komunikasi hendaknya dilakukan secara efektif agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
2. Konflik. Konflik dapat menyebabkan kondisi lingkungan tidak nyaman sehingga menghambat
aktivitas kelompok. Meskipun demikian, konflik wajar terjadi dalam kelompok.
3. Kohesi kelompok, menunjukkan ketertarikan anggota kelompok untuk bertahan pada tujuan
yang telah ditetapkan. Kohesi dapat diartikan tingkat keeratan hubungan dalam kelompok. 4.
Kekuatan dan pemecahan masalah dalam kelompok. Kekuatan berkaitan dengan kemampuan
anggota kelompok untuk memengaruhi perilaku anggota lain.

Faktor pendorong dinamika kelompok sosial yang berasal dari dalam yakni:
1. Perbedaan kepentingan
2. Konflik antaranggota kelompok
3. Pergantian anggota kelompok
Faktor pendorong dinamika kelompok sosial yang berasal dari dalam yakni:
1. Perubahan situasi sosial
2. Perubahan situasi ekonomi
3. Perubahan situasi politik
Faktor penghambat dinamika sosial:
1. Isolasi, adalah kondisi menolak pengaruh dari luar kelompok.
2. Keinginan yang tertanam kuat, keinginan tersebut bertujuan mempertahankan kedudukan atau

kondisi kelompok sehingga menolak segala informasi dan masukan dari luar.
3. Tradisi, terdapat beberapa tradisi yang tetap dipegang oleh anggota masyarakat dan

menghambat dinamika kelompok. Kondisi tersebut terjadi karena mereka menganggap nilai
nilai dalam tradisi masih relevan bagi kehidupan kelompok.

D. Daftar Bacaan Tambahan

1. Judul : Ensiklopedia Sosiologi: Kelompok Sosial
Penulis : Joan Hesti G.P.
Yustinah Eka Janah
Sri Muh. Kusumantori
Penerbit : Cempaka Putih

2. Judul : Sosiologi Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMA/MA Kelas XI
Penulis : Kun
Maryati
Suryawati Juju
Penerbit : Esis / 2017

E. Pertanyaan Kunci

1. Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang saling berinteraksi yang sesuai dengan pola yang telah
mapan. Pengertian tersebut dikemukakan oleh .....
2. Kehidupan bersama anggota masyarakat yang terjalin dengan hubungan batin murni, alami, dan kekal
disebut .....
3. Kelompok sosial berdasarkan kepentingannya dibagi menjadi dua yakni .... dan ....

F. Soal

PILIHAN GANDA
1. Kelompok sosial terkecil dalam masyarakat adalah .....

a. kecamatan
b. keluarga
c. rukun warga
d. rukun tetangga
e. kelurahan
2. Sistem kehidupan berkelompok berdasarkan kekeluargaan dan memiliki hubungan yang erat serta
mendalam merupakan ciri dari .....
a. masyarakat perkotaan
b. masyarakat pedesaan
c. kelompok okupasional
d. kelompok volunter
e. kelompok kekerabatan
3. Menurut Tonnies, ciri-ciri paguyuban adalah .....
a. intim, publik, inklusif
b. intim, privat, eksklusif
c. minim, privat, delusive
d. intim, privat, inklusif
e. intim, privat, delusive
4. Kecemburuan antarkelompok sosial merupakan akibat dari ....
a. hubungan yang tidak berimbang antarkelompok sosial yang ada
b. kesetaraan dalam mengakomodasikan budaya lokal
c. ketidakadilan mengakomodasi budaya lokal
d. pengakomodasian budaya lokal yang berlebihan
e. hubungan setara antarbudaya lokal yang ada
5. Terjadinya kelompok volunter di lingkungan masyarakat merupakan salah satu contoh dari
.... a. adanya kolonialisme
b. adanya kepentingan yang berbeda
c. adanya revolusi
d. adanya paham yang berbeda
ESSAY
1. Jelaskan proses terjadinya kelompok profesi dan kelompok volunter!
2. Sebutkan syarat terbentuknya kelompok sosial!
3. Apakah perbedaan istilah gemeinschaft dan gesselschaft!
4. Mengapa kelompok minoritas mendapat perlakuan eksploitatif dan diskriminatif dari kelompok
mayoritas?
5. Jelaskan hubungan antara interaksi sosial dengan proses terbentuknya kelompok sosial!

G. Tugas
Menganalisis Proses Pembentukan Kelompok Sosial
Anda telah mempelajari materi tentang latar belakang terbentuknya kelompok sosial, faktor
faktor, dan tahap pembentukan kelompok sosial. Selanjutnya, Anda diminta melakukan pengamatan
langsung kelompok sosial di lingkungan sekitar. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 3-5 peserta didik.
Kunjungilah kelompok sosial yang ada di lingkungan sekitar Anda. Lakukan wawancara terhadap
beberapa anggota kelompok untuk menemukan latar belakang, program kerja, dan kendala dalam
pengorganisasian kelompok tersebut. Selanjutnya, analisislah tahap perkembangan kelompok
berdasarkan data tersebut menggunakan contoh format berikut.

21

Daftar Pustaka

Arifin, Bambang Samsul. 2015. Dinamika Kelompok. Bandung: Pustaka Setia.
Purwanto dan Abu Huraerah. 2006. Dinamika Kelompok. Bandung: Refika Aditama Purwasih, Joan
Hesti Gita, Yustina Eka Janah, Faqih Rizki Gumilar, dan Sri Muhammad Kusumantoro. 2014.
Ensiklopedia Sosiologi: Kelompok Sosial. Klaten: Cempaka Putih.
Purwasih, Joan Hesti Gita, dan Farida Rahmawati. 2015. Kelompok Sosial. Klaten: Cempaka Putih.

Kunci Jawaban
Pertanyaan Kunci:

1. Robert K Merton
2. Gemeinshaft
3. Kelompok Okupasional dan kelompok volunter
Soal:
Pilihan ganda
1. B. Keluarga

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil. Kelompok sosial dapat dikatakan penting dalam
kehidupan karena mulai dari lahir manusia sudah menjadi anggota kelompok sosial, yakni
keluarga.
2. B. Masyarakat pedesaan
Masyarakat pedesaan atau biasa disebut gemeinschaft atau paguyuban. Dalam paguyuban ikatan
tiap-tiap anggotanya timbul secara alami dan kelangsungannya bersifat kekal. Selain itu, dalam
kelompok paguyuban ini terdapat rasa pengertian dan kemauan bersama.
3. B. Intim, privat, ekslusif
Dalam paguyuban ikatan tiap-tiap anggotanya timbul secara alami dan kelangsungannya bersifat
kekal. Selain itu, dalam kelompok paguyuban ini terdapat rasa pengertian dan kemauan bersama. 4.
A. hubungan yang tidak berimbang antarkelompok sosial yang ada
5. B. adanya kepentingan yang berbeda
Kelompok volunter adalah kelompok yang memiliki kepentingan sama, namun tidak
mendapatkan perhatian masyarakat.
Essay
1. Proses terbentuknya kelompok profesi karena adanya sekelompok orang yang melakukan pekerjaan
sejenis yang disebabkan adanya pembagian kerja sesuai dengan spesialisasi keahliannya.
Munculnya kelompok profesi yang terdiri atas kalangan profesional yang seolah-olah memonopoli
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut menyebabkan terbentuk masyarakat yang
semakin heterogen. Di sisi lain, terdapat kelompok yang kepentingannya belum terpenuhi dan
tidak mendapat perhatian di masyarakat. Untuk memenuhi kepentingan anggotanya terbentuklah
kelompok volunter.
2. a. Adanya kesadaran bahwa setiap anggota merupakan bagian dari kelompoknya
b. Adanya hubungan timbal balik di antara anggota kelompok

22
c. Adanya faktor pengikat hubungan (misalnya nasib, cita-cita, tujuan, kepentingan, atau musuh

yang sama)
d. Adanya struktur, kaidah, dan pola perilaku, serta e. Adanya sistem dan proses sosial 3.
Gemeinschaft (paguyuban) adalah kelompok sosial yang terbentuk karena diikat oleh hubungan
batin yang murni dan bersifat alamiah serta kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan
kesatuan batin. Contoh perkumpulan karena hubungan darah, misalnya perkumpulan keluarga
Minang di Jakarta. Gesselschaft (patembayan) adalah kelompok sosial yang terbentuk karena ikatan
lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek atas dasar kepentingan tertentu. Ikatan
antaranggotanya bersifat longgar. Contohnya ikatan pedagang, ikatan para pengusaha. 4. Kelompok
mayoritas anggotanya berjumlah banyak sehingga memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding
kelompok minoritas. Hal itu memudahkan kelompok mayoritas dalam menguasai kelompok
minoritas.
5. Hubungan antara interaksi sosial manusia dengan yang lain memberikan keserasian dengan tindakan
orang lain. Interaksi sosial timbul karena manusia sejak lahir telah memiliki hasrat atau keinginan
untuk menjadi satu dengan yang lain (masyarakat) dan menjadi satu dengan suasana alam. Hasrat
itulah yang mendorong manusia untuk hidup berkelompok dan membentuk kelompok sosial.

23


Click to View FlipBook Version