yOaDrnaagnlagDmiBbePaarkiramirtadni AUKskihshaadbhuudl
KSAisimyaohankKyitaa
Kisah ini disebutkan dalam
Al Qur’an surat Al Buruj:1-
9 dan diceritakan dalam
hadist (HR. Muslim no.
3005).
َاَرم(ذم لمللن ذ لشقذركعذهرلرذمويولُُهذاداد9ِهج(دإدجلذذددلو)ُرذهوُذهذرم7شهجيا(َي5)يُهر((دءودجُوادُذدل)س ذشذجذ28واللُل(لللسي ذوعذذارهنُللزجنبسمجيااجَعَذللزجالذرجلىلرماَذذذلملؤلاوُلذحجمك رنججعرتجمي لوليُا ذندلدججلو ذُشذ)) رقرشول4ذدلججض(فللسو)عذوهجُذُذلارا1جء(أسذإسجذذوسالذمُذلصاَوهرأ ذجذحُذتاَالملنالرجليترببعذرؤللرذوارُذوىجملاُلنَرر لو جللجُخذالذرمادرَ)وب جاَُي6عرلو(ُ جمسدسدقرن لت جذمهر)ااَلذللم3)وقرُذا
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang,
dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan
dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah
orang-orang yang membuat parit yang berapi
(dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka
duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan
apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang
yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-
orang mukmin itu melainkan karena orang-orang
mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).
Dahulu hiduplah seorang raja yang zalim dan durhaka
kepada Allah. Karena kekuasaan, kekayaan dan
kekuatannya membuat ia menjadi sombong dan
menganggap dirinya adalah Tuhan, rakyat harus
menyembahnya dan taat pada perintahnya.
Sang raja mempunyai seorang tukang sihir yang
sangat pandai dan tinggi ilmu sihirnya. Sehingga dia
dapat berbuat sewenang-wenang kepada rakyatnya.
Ketika tukang sihir tersebut berada dalam usia
senja, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah
tua dan ia meminta agar dikirimkan anak muda
yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya.
Maka diumumkanlah seantero negeri pemilihan
pemuda yang pandai dan cerdas untuk menjadi
murid sang penyihir.
Maka terpilih seorang pemuda gagah, cerdas dan
pandai untuk menjadi murid, mewarisi ilmu sihir
penyihir kerajaan.
Di tengah perjalanan belajar ilmu sihir, anak ini
bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk
bersamanya dan menyimak nasehat si rahib. Ia
pun begitu takjub pada nasehat-nasehat yang
disampaikan si rahib.
Setiap hari ia mendatangi tukang sihir untuk
belajar ilmu sihir.
Setiap pulang dari belajar dengan tukang sihir
iapun menemui si rahib dan duduk bersamanya,
untuk belajar ilmu agama.
Pada suatu hari di saat ia perjalanan pulang ada
seekor binatang besar yang menghalangi
perjalanan orang-orang.
Anak itupun berkata, “Pada hari ini aku akan
mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik
ataukah rahib itu.”.
Ia pun mengambil sebuah batu kemudian berkata,
“Ya Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di
sisi-Mu daripada tukang sihir itu, maka bunuhlah
binatang ini sehingga tidak mengganggu orang-
orang.
Lalu ia melempar binatang tersebut dan binatang
tersebut terbunuh seketika. Sehingga orang-orang
dapat lalu Lalang kembali.
Menyadari kebesaran Allah tersebut membuat pemuda
tersebut bersujud memuji nama Allah dan beriman
kepada-Nya
Lalu ia mendatangi rahib dan mengabarkan hal tersebut.
Rahib tersebut pun mengatakan, “Wahai anakku, saat ini
engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada
tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya engkau
akan mendapat cobaan, atas keimananmu.
Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan
yang berpenyakit kulit. Ia pun dapat
menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam
penyakit.
Berita ini pun sampai di telinga sahabat dekat raja
yang telah lama buta.
Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan
membawa banyak hadiah. Ia berkata pada pemuda
tersebut, “Ini semua bisa jadi milikmu asalkan Kau
sembuhkan aku” Pemuda ini pun berkata, “Aku
tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang
mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika
engkau mau beriman pada Allah, aku akan berdo’a
pada-Nya supaya engkau bisa disembuhkan.” Ia
pun beriman pada Allah, lantas Allah
menyembuhkannya.
Sahabat raja tadi kemudian mendatangi raja dan
menyampaikan tentang kesembuhannya. Raja pun
bertanya padanya, “Siapa yang menyembuhkan
penglihatanmu?” Ia pun menjawab, “Rabbku.” Raja
pun kaget, “Apa engkau punya Rabb (Tuhan) selain
aku?” Sahabatnya pun berkata, “Rabbku dan
Rabbmu itu sama yaitu Allah.”
Rajapun marah dan memerintahkan sahabatnya kembali
menyembahnya, jika tidak maka ia akan disiksa.
Didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya.
Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala
tersebut.
Sampai akhirnya pemuda itupun digiring untuk dibunuh
dijatuhkan dari atas gunung, dihadapan penduduk ramai
agar tidak ada yang mengikuti keimanannya.
Ketika akan dijatuhkan dari gunung. Pemuda ini
berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan
mereka dengan kehendak-Mu.” Gunung pun lantas
berguncang dan semua pasukan raja akhirnya
jatuh. Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju
raja.
Selamatnya permuda tersebut membuat semakin banyak
orang beriman. Kemudian ia menghadap raja kembali.
Ketika sampai, raja berkata pada pemuda, “Apa
yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda
tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi
dari tindakan mereka.” Lalu pemuda ini dibawa lagi
bersama pasukan raja, untuk ditenggelamkan ke
tengah lautan.
Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu
pemuda ini pun berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku
dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Tiba-
tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan raja
tenggelam.
Kejadian ini menyebabkan semakin banyak penduduk
yang beriman.
Pemuda itupun menemui raja,ketika menemui raja,
rajapun bertanya pada pemuda, “Apa yang
dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut
menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi dari
tindakan mereka.” Bahkan penyihir rajapun tak
sanggup mengalahkan pemuda tersebut.
Ia pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa
membunuhku sampai engkau memenuhi
syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?”
Pemuda tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu
di suatu bukit. Lalu saliblah aku dengan mengucap,
“Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama
Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena
jika melakukan seperti itu, engkau pasti dapat
membunuhku.”
Lantas rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit.
Pemuda tersebut pun disalib dihadapan rakyatnya.
Sang raja mengarahkan busur panahnya ke arah
pemuda tersebut sambil mengucapkan, “Bismillah
robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama
Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu dilepaslah panah
tersebut.
Anak panah tepat mengenai pelipis pemuda
tersebut. Allahu akbar pemuda itupun syahid
dijalan Allah. Seseorang berkata pemuda ini
terbunuh bukan karena raja tapi atas ijin Allah.
Sambil berseru, wahai raja, sepertinya, yang engkau
khawatirkan selama ini benar-benar terjadi. Manusia saat
ini telah beriman pada Tuhan pemuda ini.
Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata,
“Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut. Kami
beriman pada Tuhan pemuda tersebut.”
Raja tidak menyangka dengan terbunuhnya
pemuda sholih tersebut, rakyatnya berbondong-
bonding beriman kepada Allah. Akhirnya raja
memerintahkan untuk membuat parit di jalanan
lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun
berkata, “Siapa yang tidak mau kembali pada
ajaranku dan menyembahku, maka lemparkanlah
ia ke dalamnya.
Paritpun dibuat para pasukan raja dengan dinyalakan api
yang menyala, orang-orang yang tetap beriman kepada
Allah dimasukkan dalam parit api tersebut.(sebagaimana
Sampai ada seorang wanita bersama bayinya.
Wanita ini pun begitu tidak berani maju ketika akan
masuk di dalam parit api yang bergejolak. Anaknya
pun lantas berkata, “Wahai ibu, bersabarlah karena
engkau di atas kebenaran.” Bayi yang dapat berbicara
tersebut makin menguatkan iman ibu dan juga kaum
beriman. Mereka rela dibakar hidup-hidup, demikian juga
sang ibu dan bayinyapun syahid dijalan Allah.
Kisah ini mengajarkan wajibnya bersabar dalam
berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus
disakiti. Semoga kita semua dapat meneladaninya
sikap orang sholih dalam kisah ini.