Buletin Sastra edisi
Jurnalisme Kata dalam Sastra
34
2022
Nostalgia
W.S Rendra “Si Burung Merak”
Oleh: M. Rayyan Farhansyah
Memories
Oleh: Choridatul Fitria
Kala Lagu Chrisye Kembali Menggoda
Oleh: Sayu Bande Suri
Nostalgia tema ringan yang tidak pernah salah, nostalgia adalah
momen kerinduan dan momen mengenang peristiwa yang tak
akan pernah terulang lagi. Secara sederhana makna nostalgia
adalah kerinduan akan peristiwa yang terjadi dimasa lalu. Perasaan
nostalgia dapat munul secara tiba-tiba melalui hal-hal kecil yang tidak
terduga. Sesederhana musik, aroma, tempat, tulisan, puisi, atau cerpen
dapat menciptakan rasa ini. Buletin prastasi ke-34 menyediakan tulisan-
tulisan yang dapt membawa kita menjelajahi masa lalu. Rasa rindu, rasa
sedih, rasa senang, dan campuran rasa lainnya akan menemani pembaca
melewati buletin bertema nostalgia ini.
SUSUNAN REDAKSI Salam Pers Mahasiswa, Salam Sastra.
Redaksi berkenan menerima karya berupa PTEuLhIaNnDYUMNEG
tulisan sastra dalam bentuk cerpen, puisi, esai,
maupun artikel di bidang sastra. Juga ilustrasi PENANGGUNG JAWAB
karikatur dan foto karya. Naskah dapat dikirim Dekan FISIP UB
kan ke redaksi sastra perspektif, atau melalui
alamat email: [email protected] Kiriman DEWAN PENASIHAT
harap disertai identitas lengkap. Redaksi berhak Wakil Dekan III
menyunting tulisan tanpa mengurangi Dewan Alumni
maksud dan tujuan tulisan. PIMPINAN UMUM
REDAKSI Dhesia Rohmatul Ni’mah
PIMPINAN DIVISI SASTRA
Alamat: Sekretariat LSO Organisasi M Rayyan Farhansyah
Kemahasiswaan FISIP, Universitas REDAKTUR PELAKSANA
Brawijaya. Jalan Veteran, Malang. Jonathan Sanjaya
Email: [email protected] REDAKSI
Website: lpmperspektif.com Hanisya Fizza A Safira E.
Line: @lpmperspektif
Instagram: @lpmperspektif Yodha A. Kezia Diandra P.
Facebook: LPM Perspektif FISIP UB KONTRIBUTOR
Nur Nabila Qurotaa’yun
Sayu Bande Suri
FOTOGRAFER
Safira El Sarrah Fachrudin
ILUSTRATOR Fadya C.
Putri G.
TATA LETAK
Fadya Choirunnisa
2 Buletin PRASASTI
DAFTAR ISI
SERAMBI RIWAYAT
DAFTAR ISI W.S Rendra “Si
2 Burung Merak”
3 KOLASE 36
LENTERA The Magic Library:
Perpustakaan Ajaib
Kala Lagu Chrisye Bibbi Bokken
4Kembali Menggoda 38
BIAS
6 KILAS 41
Bukan Kisah Rama
dan Shinta
LORONG
Memories
7
RONA
https://id.pinterest.com/pin/881931539503025241/
12Kembali Untukmu
Buletin PRASASTI 3
Lentera
Kala Lagu Chrisye Kembali Menggoda
SOleh: Sayu Bande Suri Lagu Kala Cinta menggoda Maka izinkanlah aku
eiring munculnya yang dinyanyikan oleh mencintaimu
kembali trend Chrisye yang liriknya ditulis
fashion era tahun 90 oleh Guruh Soekarnoputra Atau bolehkanlah aku
seperti baju crop top, jaket dan di produseri oleh Erwin sekadar sayang padamu
denim, kaos oversized dan Gutawa ini sedang
bucket hat, industri musik digandrungi kembali karena Maka izinkanlah aku
era 90-an seperti tak mau melodi yang indah dan juga mencintaimu
ketinggalan ikut andil, lagu- lirik yang menyentuh hati.
lagu yang sempat populer Bahkan lagu ini juga Atau bolehkanlah aku
pada 90-an kini kembali menjadi lagu untuk konten- sekadar sayang padamu
terdengar di sudut-sudut konten bucin di social media
café, radio dan bahkan sosial seperti tiktok dan instagram,
media seperti tiktok. dikarenakan satu bait lagu
yang sangat indah yakni :
Salah satu musisi legendaris
---
Chrisye namanya juga tak
luput diperbincangkan Memang jika kita hanya
dalam kembalinya musik- mendengar satu bait ini saja,
musik di tahun 90-an yang lagu ini terdengar sebagai
tenar kembali, salah satu lagu rayuan untuk kekasih,
lagunya yang sedang namun jika kita mengetahui PERSPEKTIF
menjadi trend di sosial seluruh isi lagu Kala Cinta
media yakni “Kala Cinta Menggoda ini sebenarnya
Menggoda” yang dirilis pada adalah lagu yang
tahun 1997 dalam album menggambarkan perasaan
yang berjudul sama yakni seseorang yang jatuh cinta
Kala Cinta Menggoda. dengan kekasih orang lain.
4 Buletin PRASASTI
Lentera
Selain lagu Chrisye yang bertemakan Sungguh tragis memang kisah pada
lagu ini. Karena demikian lagu ini viral
perasaan sedang jatuh cinta, salah satu kembali karena dianggap menyuarakan
isi hati ketika harus berpisah dengan
lagu musisi bernama lengkap kekasih tercinta.
Chrismansyah Rahadi yang Sebagai seorang musisi, Chrisye sangat
pantas dikategorikan sebagai musisi
bertemakan putus cinta juga kembali legendaris, karena karyanya tak hilang
oleh zaman, bahkan terus didengarkan
terdengar, lagu berjudul “Pergilah oleh berbagai generasi, baik dari
generasi 90-an hingga generasi muda
Kasih” yang dirilis pada awal era 90-an di era saat ini dan bisa menciptakan
trend baru dengan musik yang sudah
ini menjadi lagu wajib para kawula dirilis 20 tahun lalu.
muda yang sedang merasakan patah
hati.
Pergilah Kasih yang diciptakan oleh
Tito Soemarsono ini bercerita tentang
seseorang yang berpisah dengan
kekasihnya, karena kekasihnya telah
berpaling darinya.
PERSPEKTIF Profil Penulis
Penulis bernama Sayu Bande Suri, Mahasiswi
Ilmu Pemerintahan angkatan 2021, Universitas
Brawijaya. Saat ini sedang aktif berproses
sebagai Staff Ahli Kajian Penalaran dan Aksi
HIMAP FISIP UB.
Buletin PRASASTI 5
Bias
Bukan Kisah Rama dan Shinta
Oleh: Hanisya Azzahra Larasati
Ragamu disampingku Duniaku hampir redup
tapi hatimu jauh dariku semakin kelabu dan gelap
Anganmu menembus kabut Kukira kau cahaya baskara
membuatku sedikit kalut dalam duniaku yang penuh lara
Banyak kata tak terucap Kukira ini kisah Rama dan Shinta nyatanya,
menyisakan tangis sampai sembap Kau hanyalah sebuah aksara yang ditulis,
Kau hanya takut menyakiti hanya untuk mewakili rasa
bukan atas dasar mencintai bukan pelengkap raga
Kau memilihku dengan kepastian
ragu
dengan angan yang kaku
Kau hanya ingin bertamu
tanpa berniat menjadikanku
milikmu
Aku sadar, Aku hanya ingin beranjak PERSPEKTIF
bahkan setelah kau pergi pun dari memori yang telah terpatri
memori ini kembali menyeruak aku tak ingin terjebak
mengadu dalam benak dalam memori berduri
membuat luka semakin menganga
dan tak pernah ketara Aku ikhlaskan engkau tuan
Selamat tinggal, luka tak karuan.
Profil Penulis
Hanisya Azzahra Larasati, mahasiswa jurusan
Ilmu Pemerintahan angkatan 2021, Universitas
Brawijaya. Saat ini sedang aktif berproses
sebagai anggota divisi sastra LPM Perspektif
6 Buletin PRASASTI
Lorong
Memories Perpustakaan, sebuah tempat dalam bangunan
sekolahku yang sangat jarang dikunjungi siswa
SOleh: Choridatul Fitria kecuali ketika jam pelajaran bahasa Indonesia.
etelah lebih dari dua Satu dari belasan bangunan yang berdiri kokoh
tahun berlalu, tepat disebelah lapangan olahraga outdoor yang
akhirnya aku kembali ada disini. Catnya masih sama seperti yang biasa
berdiri ditempat ini. Tempat aku lihat dua tahun lalu. Berwarna hijau cerah
yang menyimpan banyak dengan empat pasang jendela kaca yang
sekali kenangan dan sayang menghadap langsung pada salah satu sisi
apabila dilupakan. Bola lapangan.
mataku memendar, sibuk
mengamati satu persatu
bangunan yang ternyata
sudah banyak berubah.
Bibirku perlahan terangkat
ketika tak sengaja sudut
mataku menangkap sebuah
bangunan yang tidak pernah
absen aku kunjungi setiap
jam istirahat makan siang
dua tahun silam.
Berbeda dari kebanyakan
PERSPEKTIF anak yang tidak menyukai
keberadaannya, bagiku
bangunan tersebut ibarat
album kenangan yang
paling ingin aku kunjungi
pertama kali ketika kembali
ke tempat ini.
Buletin PRASASTI 7
Lorong
Kulangkahkan kakiku mendekat “Alhamdulillah mbak kabar baik,
menuju bangunan yang selalu berhasil kuliah juga lancar. Mbak Dewi juga
memaksa kesadaranku untuk kembali baik kan?” wanita itu hanya
ketempat ini. Melalui pintu kayu yang mengangguk dan tersenyum
menjadi satu-satunya akses masuk, menanggapi pertanyaanku
kulihat seorang paruh baya sedang “Oh iya mbak, aku boleh kan lihat-
sibuk dengan layar komputer menyala lihat perpustakaan?” tanyaku yang
dihadapannya. Masih sama, wanita itu kemudian langsung dijawab dengan
juga adalah yang dua tahun lalu anggukan olehnya.
menjadi pendengar sekaligus pemberi
nasehat terbaik atas segala kesulitan Mendapatkan persetujuan, aku mulai
dan keluh kesahku. melangkahkan kakiku mengitari
ruangan yang lebarnya hanya dua kali
“Mbak Dewi, lagi sibuk?” sapaku yang ukuran ruang kelas. Kutatap deretan
langsung membuyarkan konsentrasi rak buku kayu yang sedikit berdebu,
wanita dihadapanku dari kegiatannya. mungkin mbak Dewi terlalu sibuk
hingga tak sempat membersihkannya
“Tari? Ini beneran Tari?” respon wanita dalam beberapa hari terakhir. Maklum
itu penuh antusias, kini perhatiannya karena memang beliau adalah satu-
telah ia alihkan sepenuhnya untuk satunya penjaga perpustkaan yang tak
menatapku. hanya bertugas mencatat keluar
masuknya buku, tetapi juga kebersihan
“Iya mbak ini Tari, udah lama ya mbak ruang perpustakaan. PERSPEKTIF
kita nggak ketemu” ucapku basa basi
sambil mengulurkan jabatan tangan. Bibirku sedikit terangkat melihat salah
satu rak yang menampung puluhan
“Ya Allah, gimana kabarmu Tar? buku favoritku selama masih
bersekolah disini. Refleks tanganku
Kuliahnya lancar?” wanita itu kembali terangkat untuk mengambil salah
satunya secara acak,
merespon jawabanku dengan
pertanyaan,
8 Buletin PRASASTI
Lorong
meniup tumpukan debu tipis yang Entahlah, mungkin tujuan mereka
menutupi tulisan judul yang ada diatas datang keperpustakaan hanya untuk
sampul buku itu. Mungkin memang menikmati sejuknya kipas angin besar
setelah aku lulus tak ada satu anakpun yang tergantung disetiap sisi ruangan
yang tertarik untuk membaca buku ataukah hanya sekedar menumpang
tersebut. sambungan internet perpustakaan.
“VOC di Kepulauan Indonesia” Dengan wajah penuh dengan
begitulah judul yang tertulis rapi
disampulnya. Perlahan aku mulai senyuman, aku melangkah menuju
membalik halaman demi halaman.
Merasakan Kembali getaran masa lalu deretan bangku tersebut. Memilih
yang membuatku bertekad untuk
berlari sejauh ini. Kecintaan terhadap tempat duduk yang menjadi favoritku
sejarah bangsa Indonesia yang dua
tahun lalu membuatku berambisi untuk dua tahun lalu. Dua bangku panjang
mempelajarinya lebih dalam hingga ke
negri kincir angin. dengan satu meja kayu yang menjadi
Setelah puas membolak-balik beberapa pembatasnya. Posisinya sangat
halaman, aku kemudian mengemba-
likannya ketempat semula. Mataku strategis, tepat berada di dekat jendela
memendar, memandangi deretan
bangku lengkap dengan meja kayu sehingga akan menyuguhkan
berwarna coklat yang ada disana. Sepi,
hanya terlihat beberapa anak yang pemandangan lapangan outdoor sekolah
sedang duduk bermalas-malasan. Tak
ada buku dihadapannya, mereka hanya yang biasa digunakan anak-anak
sibuk dengan ponsel masing-masing
yang ada dalam genggaman. untuk bermain basket dikala jam
Buletin PRASASTI istirahat makan siang.
PERSPEKTIF Lapangan tersebut terlihat lenggang,
tidak nampak anak laki-laki penuh
keringat berkumpul disana. Tak
terdengar pula suara sorakan anak
perempuan dari bangku beton ditepi
lapangan seperti yang biasa aku dengar
dua tahun lalu. Wajar saja, karena hari
ini matahari sedang bersinar dengan
sangat terik sehingga mampu
membakar kulit siapapun yang berani
menantangnya.
9
Lorong
Diam memandangi lapangan kosong nyata layaknya rekaman video yang
seperti saat ini membuat memori diputar tepat dihadapanku. enampilkan
lamaku kembali berkeliaran memenuhi pemandangan dia yang berlarian
kepala sehingga berhasil menerbang- dengan semangat sambil membawa dan
kan ribuan kupu-kupu dalam diriku. mengoper bola ditengah lapangan
Mengingat dua tahun lalu aku si anak dengan teriknya cahaya matahari.
kutu buku yang selalu pergi ke Suara sorakan histeris anak perempuan
perpustakaan untuk membaca buku ketika bola yang dibawanya berhasil
pengetahuan sejarah mulai membobol ring lawan dan mencetak
membelokkan niat untuk melihat angka demi demi untuk kemenangan
seseorang yang hingga saat ini masih timnya. Menampilkan betapa
memiliki ruang khusus dalam hatiku. merahnya wajahku yang secara diam-
Seseorang yang membuatku merasakan diam terus memperhatikan setiap
debaran aneh hingga kehilangan fokus langkahnya dalam permainan melalui
untuk belajar atau mengerjakan soal- jendela perpustakaan tanpa sengaja
soal ujian. Membuatku untuk pertama bertatapan pandang dengan manik
kalinya dalam hidup mulai mata teduhnya. Mengingatkan kembali
memperhatikan penampilan serta betapa kencangnya debaran jantungku
riasan wajah saat akan berangkat ke ketika dia dengan senang hati
sekolah. Membuatku yang hampir menolongku yang saking gugupnya
setiap hari begadang untuk belajar sampai menjatuhkan buku saat
mulai tidur tepat waktu agar segera berpapasan dengannya dalam
bertemu pagi dan kembali melihatnya perjalanan menuju perpustakaan.
disekolah. Seseorang yang bahkan
hingga aku merantau jauh ke negri Bibirku semakin terangkat keatas. PERSPEKTIF
Sesaat aku merasa sangat pemasaran
orang masih mengacaukan pikiranku bagaimana kabar dia yang bahkan
tidak pernah mengenal namaku.
karena sesuatu yang disebut rindu. Apakah saat ini ia masih menjadi idola
banyak perempuan seperti dua tahun
Jatuh terlarut dalam lamunan membuat lalu?
potongan kenangan masa lalu
dikepalaku semakin terlihat
10 Buletin PRASASTI
Lorong
Apakah wajahnya masih tetap sama Meskipun menjalani kehidupan
tampannya seperti yang selalu aku sekolah yang rajin dan penuh ambisi
kagumi bahkan didalam mimpi? dimasa lalu, tetapi aku masih memiliki
Apakah dia masih sama baik dan sepotong kisah romansa yang begitu
ramahnya seperti yang selama ini aku manis untuk dikenang. Anggap saja
kenal selama ini? Apakah saat ini sudah aku bodoh kala itu, karena menyimpan
ada wanita beruntung yang berhasil rasa yang dalam pada seseorang yang
memenangkan hatinya? Dan banyak bahkan aku sendiri tidak tau apakah
pertanyaan acak lain yang berlarian dia menyadari keberadaanku sebagai
dikepalaku. makhluk hidup di dunia ini. Tapi
bukankah hal itu akan membuat masa-
Jika diingat kembali, ternyata masa masa sekolah kita yang membosankan
sekolahku tak begitu suram seperti menjadi lebih menarik untuk
kisah anak kutu buku yang diceritakan?
dibayangkan oleh orang-orang.
Profil Penulis
Choridatul Fitria, mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi angkatan 2020, Universitas Brawijaya.
Saat ini sedang aktif berproses sebagai anggota
divisi marketing dan komunikasi LPM Perspektif.
PERSPEKTIF
Buletin PRASASTI 11
Rona
Kembali Untukmu
HOleh: Diandra Paramitha teman-temannya mengajak
ari yang lelah reuni sementara mereka berada di
menyesakan. kota, bahkan negara yang
Semalam, Mama
akhirnya diketahui mengi- berbeda. Awalnya, aku dan nenek
dap Alzheimer oleh dokter. mengira Mama mengalami
Entah sudah berapa bulan demensia. Namun semakin hari,
lamanya, kami merasa ada gejalanya jadi semakin terlihat. Aku mengira dia
hanya lupa, lalu
yang tidak beres dengannya. Aku ingat betul hari itu Sabtu
aku mengira
Setiap melakukan sesuatu, pagi di bulan kemarin. Mama Mama salah sebut.
ada saja yang salah. Awalnya berkata akan memasakkan Selanjutnya aku
mengira dia
hanya seperti kesalahan- makanan favoritku, Rendang. sedang pergi
kesalahan kecil saja, seperti Namun ketika disajikan, masakan sebentar, ternyata
lupa dengan jalan
lupa meletakkan barang yang disebutnya Rendang itu
pulang.
contohnya. Namun, sema- ternyata Opor. Awalnya aku kira
kin kesini keanehannya Mama hanya salah menyebut saja,
semakin terlihat. Bahkan, tapi ternyata beliau begitu yakin
Mama sampai seperti orang mengatakannya. Tak lama
linglung. setelahnya, pernah suatu waktu
aku dan nenek sedang mencari
Mungkin ketika itu, pertama Mama ada dimana, awalnya kami
kali gejalanya terlihat. kira Mama hanya sedang ke PERSPEKTIF
Sekitar beberapa bulan lalu, warung sebentar. Namun, tiba-
Mama tiba-tiba bilang tiba Mama diantarkan oleh ibu-
bahwa ada acara dengan ibu tetangga rumah, katanya
teman-teman SMA-nya, Mama terlihat kebingungan saat
reuni katanya. Saat itu aku ada di minimarket, lupa jalan
bingung, apa mungkin pulang katanya.
12 Buletin PRASASTI
Rona
Tapi dibanding itu semua, bagiku hal sepakat untuk membawa Mama ke
yang paling menyesakkan adalah Dokter saat itu juga.
ketika Mama lupa aku siapa. Kemarin,
Minggu pagi yang berjalan seperti Sejak awal, kami berniat untuk
biasanya. Setelah merapikan kamar, memeriksakan Mama ke Dokter, tapi
aku keluar berniat untuk membantu Mama menolak. Mama bilang hanya
mama menyiapkan makanan. Entah kecapekan saja. Selain itu, gejalanya
kenapa, Mama hanya diam melihat pun tidak terlalu sering muncul.
keberadaanku. Tanpa sepatah kata Sekarang, setelah mengetahui apa yang
apapun. Mungkin bagi kalian ini tidak sebenarnya dialami Mama, aku tak
aneh, tapi Mamaku orang yang punya tahu harus bersikap seperti apa. Nenek
cukup banyak hal untuk dibicarakan. sudah pasti masih berusaha
mengendalikan tangisnya, sedangkan
Tak lama kemudian, ketika Nenek Mama berusaha untuk terlihat baik-
keluar, Mama akhirnya mulai bicara. baik saja.
Di antara semua percakapan itu, Mama
tiba-tiba bertanya, “Perempuan itu Alzheimer mungkin terlihat mirip
siapa? Ibu sudah punya tamu pagi-pagi
sekali?”. Siapa yang tidak terkejut seperti demensia. Hanya saja, demensia
mendengarnya, aku dan nenek
langsung bersitatap sambil memastikan hanya membuat penderitanya linglung,
apakah ada orang lain selain kami
bertiga. Nenek kemudian memastikan, pikun, jika tingkat lanjut bisa membuat
perempuan siapa yang dimaksud
Mama. Dan ya, kalian pasti sudah tahu penderitanya kehilangan kemampuan
jawabannya. Entahlah, saat itu semua
perasaanku tidak dapat didefinisikan. dasar. Sedangkan, Alzheimer tidak
Kalaupun bisa, sepertinya aku tak
sanggup menceritakannya. Yang pasti, hanya membuat penderitanya
aku dan Nenek.
mengalami penurunan daya ingat,
PERSPEKTIF tetapi juga membuat penderitanya
berhalusinasi, bahkan dapat memicu
penyakit lainnya.
Buletin PRASASTI 13
Rona
Sejak semalam, aku sulit untuk tidur. Di hari libur seperti ini, Mama biasanya PERSPEKTIF
Semua kilas balik dan bayang-bayang membuat kue atau mencoba resep-
terus memenuhi pikiranku. ‘Andai resep baru. Hari ini pun begitu, setelah
Mama lebih cepat diperiksakan, apa menyirami tanamannya, mama mulai
semua ini akan lebih baik?’. berkutat dengan tepung dan baking
Entahlah, semua kekalutan ini seakan powdernya. Sedangkan Nenek, masih
mempercepat waktu. Hingga pagi betah dengan tehnya di teras. Aku pun
menjelang, aku masih termenung menghampiri Nenek.
dengan pikiranku. Dan suara Mama
pun memecahnya, “Nin, makan dulu Tidak ada percakapan yang
yuk. Udah siap nih sarapannya.” menyinggung momen semalam. Kami
berdua sama-sama paham itu begitu
Sembari mengumpulkan kesadaran, menyakitkan. Namun, jika Mama saja
aku juga berusaha mengatur nafas agar berusaha untuk baik-baik saja, berarti
bisa terlihat baik-baik saja. Seberusaha kita yang disekelilingnya harus lebih
mungkin untuk tidak terlihat kuat darinya.
menyedihkan di depan Mama.
“Nin, kamu tau ga kalo kamu bisa
Nenek dan Mama sedang berada di pinter gambar itu diturunin dari
teras ketika aku keluar kamar. Nenek Mamamu?”, ucap Nenek memecah
masih menikmati teh dan keheningan. “Mungkin selama ini
gorengannya. Sedangkan, Mama mulai kamu merasa bakat itu dari Papamu
sibuk untuk menyirami tanamannya. karena dia arsitek, tapi sebenarnya
Meskipun sudah hari Senin, pagi ini bakatmu itu diturunkan dari Mamamu.
rasanya seperti weekend. Mama, Karakteristik dari gambarmu itu mirip
akhirnya memilih untuk resign dari banget sama gambar Mamamu,
kantornya. Sedangkan aku, sedang imajinatif tapi seperti realita. Seinget
berusaha mengajukan cuti kuliah. Nenek, Mamamu punya beberapa
Kami mencoba yang terbaik untuk bisa gambar yang disimpan di lemari
menemani pengobatan dan pemulihan kamarnya, coba nanti kamu lihat
Mama. disana.”
14 Buletin PRASASTI
Rona
Cukup terkejut aku mendengarnya. Menggambarkan seorang laki-laki
Jujur saja, sejak ayah tiada, aku tidak dengan tampak belakangnya. Siapa
pernah melihat Mama menggambar dia? Tapi sepertinya saat ini aku tidak
lagi. Dulu pun, Mama tidak sering punya energi untuk memikirkan hal
menggambar, hanya sekali-dua kali. itu, mungkin karena semalaman aku
Bahkan, aku pun lupa kapan terakhir tidak tidur, sekarang rasanya jadi
kali itu. mengantuk sekali.
Setelah mendengar apa yang dikatakan Alzheimer mungkin terlihat mirip
Nenek, aku coba mencari buku gambar
Mama. Sepertinya, itu berada di tempat seperti demensia. Hanya saja, demensia
yang sama dengan tempat album foto
keluarga. Dan benar saja, koleksi buku hanya membuat penderitanya linglung,
gambar itu ada disana. Salah satu yang
paling menarik adalah Mama memiliki pikun, jika tingkat lanjut bisa membuat
satu buku yang disulap menjadi
kalender. Satu halaman berisi beberapa penderitanya kehilangan kemampuan
kotak untuk menunjukkan tanggal.
Dan disetiap kotaknya terdapat dasar. Sedangkan, Alzheimer tidak
gambar, semacam karikatur yang
berbeda setiap harinya. hanya membuat penderitanya
Aku pun mulai melihat-lihat gambar- mengalami penurunan daya ingat,
gambar tersebut. Meskipun ukuran
gambarnya kecil, namun setiap tetapi juga membuat penderitanya
goresannya terasa dalam sekali.
Rasanya seperti gambar yang dibuat berhalusinasi, bahkan dapat memicu
berdasarkan suatu momen. Diantara
semua gambar, ada satu yang menarik penyakit lainnya.
perhatianku, gambar sebuah siluet.
“El, bangun! Sebentar lagi Pak Anto
yang masuk. Guru Matematika kita
galak banget, El bangun!”
PERSPEKTIF Seketika aku terbangun, bersamaan
dengan Mama yang membangunkanku
untuk makan malam. Yang tadi itu
mimpi, bukan? tapi mengapa rasanya
seperti nyata sekali. Sungguh aneh.
Siapa El? Batinku tak henti
menanyakan itu.
Buletin PRASASTI 15
Rona
Di meja makan, aku tidak terlalu Aku justru heran kenapa kamu begitu PERSPEKTIF
mendengarkan percakapan Mama dan tenang sekarang. Dasar aneh kamu
Nenek. Masih terhanyut dengan mimpi ini.”
yang tadi. Bahkan, sampai tengah Tunggu, siapa sih orang ini. Jika ini
malam entah mengapa mimpinya betul-betul mimpi, sungguh mimpi
masih kuingat dengan jelas. Setauku, yang aneh. Tapi, kok aku merasa
jika itu memang hanya mimpi, kita seperti tahu orang ini, seperti aku sudah
tidak akan mengingat momennya pernah mengalami ini sebelumnya.
secara keseluruhan dengan jelas. Hanya
beberapa bagian tertentu saja. Ah, “Ning, Dave yang kamu maksud itu si
belum lagi dengan rasa penasaranku blasteran dari kelas ujung?”, ucapku
siluet siapa yang tadi ada di kalender coba mengetes ingatan ini.
buatan Mama. Bikin kepikiran saja,
batinku. Lebih baik aku tidur, bukan? “Kamu pikun ya? Emang ada berapa
Lelah sekali rasanya harus overthinking Dave yang coba deketin kamu? Kamu
malam-malam. mau pamer ke aku kalo ada yang lain
lagi yang berusaha mendekati kamu?”
“El, katanya Dave nitip salam. Terus
nanti suruh temui dia di taman Sepertinya mimpi ini akan menarik. Jiwa
belakang sepulang sekolah nanti.” jahilku mulai penasaran dengan
Sebentar, dimana aku? Kenapa tempat kelanjutan mimpi ini. Mungkin karena
yang asing ini terasa familiar. Baju beberapa hari ini aku mulai tertekan
yang kupakai ini seragam, kan? Tapi dengan kenyataanku, aku jadi merasa
kenapa modelnya unik sekali. Dan lagi, mungkin saja mimpi ini bisa sedikit
siapa sebenarnya El? menghiburku.
Ketika aku mengernyitkan dahiku ke Setelah sepulang sekolah, aku menuruti
orang di sebelahku, dia mengernyitkan perkataan Ningsih untuk pergi ke
dahinya juga. “Kenapa malah seperti taman belakang sekolah.
itu? Kamu heran kenapa Dave
mengajakmu bertemu?
16 Buletin PRASASTI
Rona
PERSPEKTIF Sampai disana, ada satu laki-laki yang Setelah kejadian itu, aku bergantian
sedang duduk membelakangi posisiku. dengan Nenek untuk menjaga Mama
Terasa familiar sekali sosoknya, tapi di rumah sakit. Dokter bilang kalau
siapa. Sesaat ia menoleh, parasnya penurunan fungsi otak Mama semakin
entah mengapa tapi aku merasa begitu memburuk. Kami sadar bahwa
mengenalnya. Dan disaat yang sama penyakit ini masih belum ada obatnya,
juga terasa amat asing. jadi yang bisa kami lakukan adalah
menemaninya hingga akhir.
“Elma, sudah sejak tadi kah? Kenapa
tidak langsung memanggil?” Setelah beberapa jam di rumah sakit,
aku memutuskan kembali ke rumah.
Di otakku, laki-laki di depanku ini Mengambil perlengkapan untuk Mama
yang bernama Dave. Orang yang tadi dan untukku. Karena nanti malam, aku
disebutkan oleh Ningsih. Dia seperti yang akan menemani Mama.
mengatakan banyak hal padaku saat Bergantian berjaga dengan nenek. Tak
ini, tapi aku tidak bisa mendengarkan lupa, aku juga mengambil kalender
apa yang dibicarakannya. Seperti ia Mama yang kemarin aku lihat dan
mengucapkan sesuatu tapi tidak beberapa buku gambar lainnya. Aku
bersuara. juga membawa buku gambarku dan
beberapa pensil warna. Untuk mengisi
“Nin, cepat nyalakan mobil. Kita ke waktu, pikirku.
rumah sakit sekarang!.”
Ketika malam tiba, aku yang tidak bisa
Aku terperanjat dari tidurku setelah tidur ini mencoba mengingat mimpiku
mendengar teriakan Nenek. Aku semalam. Memutar kembali ingatanku
menghampiri suaranya dan melihat tentang sosok Ningsih dan Dave, tak
Mama yang terduduk di lantai kamar lupa juga dengan seragam sekolah dan
mandi dengan tatapan kosong. Tanpa taman yang menjadi latarnya.
bertanya sedikitpun, aku langsung
menyalakan mobil dan membantu Akhirnya aku mencoba mengisi
Nenek memindahkan Mama. waktuku dengan menggambar.
Buletin PRASASTI 17
Rona
Melukiskan kembali memori yang aku Seragam dan dinding yang masih PERSPEKTIF
dapatkan semalam. Di tengah-tengah kuingat betul. Lagi-lagi mimpi aneh
melukis, aku sembari membuka itu. Hanya saja, siapa perempuan yang
kalender dan buku gambar milik lagaknya macam preman kampung ini.
Mama. Iseng saja. Kemudian aku Sok sekali gayanya. Apa dia pikir dia keren,
teringat siluet laki-laki yang digambar begitu?
oleh Mama. Posturnya mirip sekali
dengan Dave. Juga mirip dengan yang Masa iya ada orang di masa kini yang
sedang aku gambar saat ini. Kok bisa? masih menggunakan gaya rambut
seperti itu, penampilannya juga. Apa-
Rasanya saat itu juga aku ingin apaan baju digulung macam itu. Tapi,
menanyakan rasa penasaranku ini ke kenapa ada perasaan takut jauh di
Mama. Tapi, tak mungkin aku dalam hatiku. Rasa seperti diintimidasi
membangunkan Mama hanya untuk oleh sesuatu yang superior. Masa iya
urusan ini. Pada akhirnya, aku hanya aku merasa takut oleh cewek itu.
bisa kembali larut dalam pikiranku.
Siapa sebenarnya Dave? Apakah Tetapi, meskipun aku coba mengelak,
mimpiku dengan gambar Mama ini sepertinya memang benar. Ada bagian
hanya kebetulan? dari diriku yang merasa takut olehnya.
Namun, ada juga bagian dari diriku
Semakin aku memikirkannya, semakin yang lain merasa seperti sangat marah
melelahkan. Hingga tak terasa aku dan ingin buru-buru menjambaknya.
mulai menutup mataku dan tertidur.
“Kenapa diam saja? Bisu ya kamu? Atau
“Oh kamu yang namanya Elma. Pake jangan-jangan benar, kamu pake susuk
apa kamu sampe si Dave mau sama ya?’
kamu? Pake susuk ya kamu?”
Wah kurang ajar sekali dia, batinku. Ah
Siapa cewek gila ini?, batinku. peduli setan, kujambak saja rambutnya
sampai botak.
18 Buletin PRASASTI
Rona
PERSPEKTIF Dan benar saja. Kujambak rambutnya jam pelajaran sebentar lagi akan
dengan senang hati. Entah berapa dimulai. Mimpi yang anehnya terasa
banyak rambutnya di genggamanku semakin nyata saja, batinku tak hentinya
ketika salah satu guru datang dan mengulang kalimat ini.
melerai kami. Aku hampir saja
mendapat skors jika beberapa teman “Sial. Pak Anto habis ini. Mati saja aku,
dari kelas lain tidak membelaku. aku belum mengerjakan tugas yang
Ningsih, teman sebangkuku juga salah diberikan Pak Anto. El, boleh tidak aku
satunya. Berkat pengakuan mereka, lihat PR mu. Aku terlalu bodoh untuk
aku hanya dianggap seperti membela mengingat PR ini, apalagi
diri. Huft syukurlah. Kemudian, samar- mengerjakannya. ”
samar aku mendengar Ningsih
mengatakan bahwa aku sudah lama Aku langsung mengambil buku di
dirundung olehnya. tasku dan memberikannya ke Ningsih.
Jujur saja, aku pun tak tahu apakah aku
Rita namanya. Perempuan dengan kaos sudah mengerjakannya atau belum.
kaki sebetis, lengan digulung, dan apa Toh, ini hanya mimpi, bukan?
itu yang dia pakai di kepalanya.
Semacam bandana, tapi juga seperti “El, kamu lupa menuliskan tanggal di
handuk kecil yang diikat asal di kepala. PR mu. Tulis cepat, Pak Anto sangat
Haha. Kata Ningsih kepada guru BK, memperhatikan hingga hal kecil
Rita merundungku karena kesal Dave sekalipun. Minggu kemarin ketika PR
mendekatiku. Kisah klise yang terlalu ini diberikan itu tanggal 11 Mei 1990.
konyol. Masa iya jaman sekarang Cepat tulis, El!”
masih ada yang memakai alasan itu
untuk merundung seseorang. Sontak aku pun terkejut, “Apa? 1990?”.
Karena begitu terkejutnya aku, hal itu
Sudahlah. Yang terpenting aku sudah sampai membuatku bangun dari
puas menjambak rambut si mulut tidurku. Buru-buru aku mengecek hp
bebek itu. Bikin kuping pengang saja. ku. Benar, sekarang tahun 2022. Jadi,
Lebih baik aku ke kelas, tadi hanya sekedar bunga tidur, bukan?
Buletin PRASASTI 19
Rona
Ayo cepat lupakan, Nina. Jangan sampai JJadi ya, sudah satu hari aku tidak PERSPEKTIF
mimpi itu mempengaruhimu. mengobrol dengan Mama. Hanya bisa
menemaninya saja.
Setelah itu, aku langsung mengecek Setelah menyelesaikan begitu banyak
keadaan Mama. Ternyata Mama masih pekerjaan rumah, aku kembali
belum bangun. Sejak didiagnosa, entah membuka buku gambar milikku dan
mengapa Mama semakin banyak Mama. Kembali mengamati siluet laki-
tertidur. Dan jujur, aku semakin laki yang digambar Mama. Apa benar
merasa bahwa waktuku dengan Mama itu Dave?, batinku.
jadi semakin singkat.
Ketika aku membuka halaman lain
Bahkan ketika Mama bangun pun, aku dalam buku gambar itu, ada satu
bingung apa yang harus kubicarakan gambar yang begitu familiar di
dengan Mama. Aku saat ini sedang ingatanku. Ningsih, iya itu Ningsih.
mengambil cuti kuliah. Jadi, tak ada Tidak mungkin salah. Tetapi, kenapa
banyak kegiatan untukku. Satu- ada wajah Ningsih di gambar Mama.
satunya yang menjadi topik bahasan Kali ini bahkan gambaran wajahnya
dengan mama adalah gambar yang lebih jelas, bukan hanya sekedar siluet.
sedang aku buat ini. Sebenarnya, aku Aku kemudian mencari wajah Ningsih
juga ingin menanyakan tentang di beberapa buku gambar Mama
gambar yang Mama buat, tapi entah lainnya. Totalnya, ada 5 yang digambar
kenapa rasanya aku ragu. Atau lebih oleh Mama. Dua diantaranya digambar
tepatnya takut. Takut ternyata Mama dengan beberapa orang di dalamnya,
semakin melupakan banyak hal. Hari satu gambar terlihat seperti belum
demi hari, bisa saja nantinya hal selesai dikerjakan, dan dua sisanya
tersebut adalah aku. gambar full wajah Ningsih. Namun,
diantara dua gambar terakhir, ada satu
Pagi ini, Nenek yang bergantian hal yang cukup mengganjal untukku.
berjaga hingga sore nanti. Aku yang
akan mengerjakan pekerjaan rumah. Buletin PRASASTI
Tidak sampai hati aku meminta Nenek
melakukan semua hal itu.
20
Rona
PERSPEKTIF 15 Desember 2001. Di sisi lain, aku yang masih penasaran
Selamat Jalan sahabat terbaikku. ini jadi mengurungkan niatku untuk
Maaf aku tak bisa ikut mengantarmu menanyakan pertanyaan-pertanyaan
pulang. itu ke Mama. Tapi, jika ternyata
Ningsih itu teman baik mama,
Di salah satu gambar full wajah mungkin saja Mama mau menjawab,
Ningsih, di sisi kanan bawah gambar kan?
itu ada tulisan ini.
Namun, sesaat ketika aku menanyakan
Apa maksudnya? Apakah Ningsih yang ada itu, Mama tiba-tiba mengatakan, “Nin,
di dalam mimpiku itu nyata? Jika pun iya, apapun yang terjadi nanti, tetap
apakah hidupnya akan berakhir 11 tahun lanjutkan hidupmu. Jika pun nanti
setelah mimpi terakhirku kemarin?. Lalu, jika Mama sudah tidak punya ingatan
Ningsih itu adalah seseorang yang nyata, jadi apapun, bahkan tentang kamu dan
siapa yang disebut El ini? Nenek, ketahuilah kalau Mama benar-
benar menyayangimu.”
Aku sudah begitu penasaran sejak
beberapa waktu terakhir merasakan Siapa yang tidak terkejut mendengar-
keanehan ini. Satu hal yang pasti saat nya. Rasanya seperti salam perpisahan.
ini adalah aku harus menanyakan hal “Apa sih, Ma. Kenapa tiba-tiba berkata
ini kepada Mama nanti. Tentang Dave, seperti itu?.”
tentang Ningsih, tentang mimpi aneh
ini. “Gapapa kok. Mama hanya takut saja
kalau sewaktu-waktu penyakit ini juga
*** menelan ingatan Mama sepenuhnya,
Sesampainya di rumah sakit, Nenek setidaknya kamu tau perasaan Mama
mengatakan bahwa Mama sulit sekali bagaimana.”
untuk makan. Jadi, Nenek memintaku
untuk membujuk Mama agar mau Aku yang tadinya berusaha untuk tetap
makan. “Sebisa mungkin buat suasana terlihat baik-baik saja di depan Mama,
hati Mamamu baik dan bujuk dia setelah mendengar itu pertahananku
untuk makan”, kata Nenek. jadi hancur.
Buletin PRASASTI 21
Rona
Pertanyaan yang tadinya ingin Jika memang benar bahwa aku di
mimpi ini adalah Mama, memang
kutanyakan berubah menjadi tangisan. seingatku Mama menyelesaikan S2 nya
di Australia.
Melihat aku yang begitu cengeng ini,
“El, nanti pas sampai di Indonesia
Mama akhirnya menawarkan jangan lupa kabari aku ya. Tapi, jangan
pamer tentang ini-itu, nanti aku makin
pelukannya. rindu. Huh, aku harus cepat-cepat
menyelesaikan studiku kalau ingin
“El bangun! Nomor penerbangan yang cepat-cepat kembali. Andai saja aku
disebutkan tadi itu adalah penerba- sepintar dirimu, El.”
nganmu kan. Cepat bangun!“
Ketika itu, aku tidak terlalu
Seperti suara Ningsih. Loh sebentar. memikirkan apa yang dibicarakan oleh
Siapapun tolong bilang padaku kalau Ningsih. Aku justru teringat dengan
ini bukan mimpi yang sama lagi seperti tulisan Mama di lukisan Ningsih. Jika
kemarin. “Tanggal berapa sekarang?,” saja itu benar, berarti sisa waktunya
setidaknya aku harus memastikan ini hanya 2 tahun lagi, bukan?
kepada Ningsih.
“Ning, aku mau minta tolong sesuatu
“Heran sekali. Bisa ya kamu sepules ini padamu. Tolong jaga dirimu baik-baik. PERSPEKTIF
tidur di bangku bandara. Bahkan, Jangan sampai telat makan. Jika sedang
sampai lupa tanggal. Atau, jangan banyak tugas pun, usahakan makan
bilang kamu salah melihat jadwal dengan baik. Kalau merasa tidak enak
penerbanganmu. Aku jitak kamu ya. badan, langsung periksakan ke klinik
Hari ini tanggal 28 Januari 1999. Jadi, universitas. Jaga dirimu selama tidak
kamu tidak salah jadwal penerbangan ada aku disini. Aku hanya minta tolong
kan?.” satu hal itu padamu.”
Aku hanya mengangguk kecil dan
tidak menjawab apapun lagi. Akupun
tak tau ini ada di mana. Yang pasti,
bukan di Indonesia.
22 Buletin PRASASTI
Rona
PERSPEKTIF Ningsih hanya menanggapiku dengan Kenapa tiba-tiba ada wawancara kerja.
candaan. Tapi entah kenapa, rasanya Apa tidak bisa ya seseorang
dada ini sesak sekali. Seperti aku sudah mengatakan padaku mimpi aneh apa
mengetahui akhirnya akan bagaimana. ini.
Dan tanpa direncanakan, air mataku “Dave, tanggal berapa sekarang?.”
akhirnya menetes. Ningsih keheranan Tanyaku mencoba memastikan.
melihat aku yang seperti itu. Pasti dia “Hari ini tanggal 1 Desember 2001. Ada
berpikir aku ini aneh karena apa? Kenapa tiba-tiba kamu
seharusnya aku senang akan kembali menanyakan tanggal?.”
ke tanah air. Hanya saja, aku merasa Jika memang benar hari ini tanggal 1
bahwa mungkin ini terakhir kali aku Desember 2001. Maka, aku harus
melihat Ningsih. membatalkan wawancara kerja itu.
Entah mimpi ini pernah jadi kenyataan
Aku kemudian terbangun mendengar atau bukan, aku harus datang ke
suara beberapa orang yang sedang pemakaman Ningsih.
berbincang. Namun anehnya, saat ini
aku tidak berada di rumah sakit,
melainkan ada di sebuah taman. ***
Semakin aneh lagi, di sebelahku ada Lagi, Aku terbangun dengan suara
seseorang yang wajahnya seperti Dave. percakapan orang di luar sana.
Dave yang terlihat beberapa tahun Bedanya, kali ini benar-benar di rumah
lebih tua dibandingkan yang dulu sakit. Aku melihat Nenek sudah datang
pernah aku temui. dan sedang berbicara dengan dokter.
Entah apa yang mereka bicarakan saat
“Kenapa malah bengong? Rabu depan itu, namun feeling-ku mengatakan itu
kamu jadi tidak ke Bandung? Katamu bukan hal baik. Raut wajah Nenek pun
akan ada wawancara kerja disana?.” memperlihatkan hal yang sama.
Pertanyaan itu memecah keheni- Kata Nenek, dokter mengatakan
nganku. Tahun berapa sekarang? bahwa fungsi otak Mama semakin
memburuk. Bahkan, mungkin dalam
Buletin PRASASTI waktu dekat Mama akan kehilangan
ingatannya sepenuhnya.
23
Rona
Jadi, dokter berpesan agar lebih banyak Nenek bilang bahwa aku kenalan PERSPEKTIF
membicarakan banyak hal yang pernah Nenek yang akan menemani Mama
berkesan bagi Mama. Membangun beberapa waktu ke depan. Sedih sekali
memori itu kembali. Dokter juga mendengar itu, tapi untuk saat ini, itu
berpesan, kalaupun Mama nanti mulai adalah cara terbaik agar emosi mama
tidak mengingat satu per satu tetap stabil.
memorinya, bantu Mama untuk
mengenali dirinya sendiri, dan buat ia Beberapa jam kemudian aku kembali
senyaman mungkin. ke rumah seperti biasanya. Di
perjalanan, aku menghabiskan
Ketika dokter sudah pergi, Nenek tangisku yang sudah kutahan sejak
kemudian menceritakan hal yang baru tadi. Bagaimana jika nanti ingatan
saja terjadi. Ternyata ketika Nenek Mama tidak kembali lagi? Apakah
datang, Mama sudah terbangun. percakapan kemarin adalah ingatan
Namun, Mama tidak mengenali aku terakhir Mama denganku?
siapa. Sama seperti waktu itu. Aku pun
tak sanggup dengan apa yang Aku seharusnya merapikan rumah dan
dikatakan oleh Nenek. Aku akhirnya menyiapkan beberapa hal untuk
pergi ke toilet dan menangis disana. dibawa nanti. Akan tetapi, aku masih
Semakin hari, ingatan Mama semakin tak kuasa mengingat kejadian di rumah
memburuk. Bahkan, beberapa hari ini sakit tadi. Mama hanya ingat Nenek.
saja aku tidak banyak berbicara dengan Itupun mungkin karena ingatan
Mama. Lalu hari ini, Mama kehilangan tentang Nenek lebih banyak
ingatannya lagi. Entah berapa waktu dibandingkan diriku. Bagaimana jika
lagi yang tersisa Mama untuk ingat nanti Mama bahkan sudah tidak ingat
bahwa aku adalah anaknya. Atau Nenek? Apa yang harus kami lakukan?
bahkan, ingat tentang dirinya sendiri. Bagaimana kami harus bersikap
nantinya?
Tak lama kemudian, Nenek akhirnya
membuka percakapan dengan Mama.
24 Buletin PRASASTI
Rona
Begitu lelah aku memikirkan semua Aku pun langsung menelepon nomor
itu. Pada akhirnya, hanya tidur yang Ningsih saat itu juga.
mungkin bisa menenangkanku.
Namun, aku terkejut ketika “Ada apa Ning?”, Tanyaku membuka
mendengar suara handphone yang percakapan itu.
berbunyi di sebelah kepalaku. Hanya “Ini aku. Retno, kakaknya Ningsih.”
saja, handphone ini bukan milikku. “Iya ada apa Mba?”, Perasaanku sudah
Bahkan, modelnya sudah jadul sekali. tidak karuan mendengar suara serak
Tidak salah lagi, aku kembali ke mimpi Mbak Retno yang seperti sedang
itu. Sesaat ketika aku ingin menangis itu.
mengangkat panggilan telepon itu, “Ningsih El, Ningsih. Ningsih sudah
nada deringnya pun berhenti. kembali. Sudah tiada lagi adik Mbak
Kemudian, aku dikejutkan dengan yang ceria itu, El.”
tanggal yang terlihat di layar depan hp
tersebut. ‘15 Desember 2001’ Seketika mendengar itu, lututku
langsung lemas. Mba Retno masih
“Hari ini kan…” gumamku sedikit belum memberitahu alasan Ningsih
mengingat kembali apa yang mungkin meninggal. Tapi, aku sudah tak
saja terjadi hari ini. Belum selesai aku sanggup lagi mendengar telepon dari
merenungkan hal itu, hp itu kembali Mbak Retno ini. Apa yang Mama
berbunyi. Kali ini sebuah pesan masuk. tuliskan di lukisan itu sungguh-
Aku buru-buru membuka isi pesan sungguh terjadi.
tersebut.
PERSPEKTIF “El, jika kamu membaca pesan ini. “Terakhir Mba mendengar kamu
Tolong telepon secepatnya.” sedang ada urusan di Bandung. Tapi,
jika sekarang urusanmu sudah selesai
Pesan yang dikirimkan oleh Ningsih. dan bisa kesini, tolong datang ya, El.
Aku tidak tahu apa yang akan Antarkan adik Mba ini ke rumah
dikatakannya, tapi setidaknya satu hal terakhirnya. Setelah zuhur nanti
yang pasti Ningsih masih hidup. rencananya akan dimakamkan.”
Buletin PRASASTI 25
Rona
Kata-kata yang Mba Retno sampaikan “Tadi Ibu di telepon kakaknya
Ningsih. Mungkin kamu heran kenapa
sebelum menutup telepon itu. Aku Ibu tidak memberitahumu langsung.
Tapi, Ibu pikir berita duka seperti itu
pikir kesedihanku akan cukup sampai lebih baik dikatakan langsung oleh
keluarganya.”
kejadian Mama tadi, ternyata semesta
Aku hanya mengangguk kecil. Masih
tak mengijinkan aku untuk seperti itu. mencerna bagaimana semua ini terjadi.
Ketika sampai di kediaman Ningsih.
Aku mengingat kembali semua memori Aku terjatuh, lebih tepatnya tak kuat
lagi mempertahankan kesadaranku.
tentang Ningsih. Meskipun baru Duka yang begitu dalam kurasakan
saat ini bukan seperti baru
sebentar aku mengenalnya, rasa mengenalnya beberapa saat. Aku
hampir tak bisa bernapas. Meski otakku
kehilangan ini tetap amat berusaha untuk merasionalkan
kenyataan ini dan tetap bertahan,
menyakitkan. Bahkan, jika ini mimpi namun hatiku tak kuasa menahan
kepedihannya dan membuatku
pun, rasanya tetap sangat sungguh terisak dalam tangisan ini.
menyedihkan. Hari ini, entah apakah ini sebuah
mimpi atau kenyataan. Aku
Aku pun langsung bersiap untuk mengantarkan Ningsih ke peristira- PERSPEKTIF
menuju rumah Ningsih. Meskipun aku hatan terakhirnya.
tidak tahu dimana rumahnya. Ketika
aku keluar kamar, ada satu orang ***
perempuan yang baru aku lihat di
mimpi ini, sejauh ini. Tapi, aku sangat Buletin PRASASTI
ingat betul wajahnya. Nenek, batinku.
Benar, ini seperti Nenek sewaktu muda
dulu. Raut wajah Nenek ketika itu
menyiratkan sudah tau apa yang
sebenarnya terjadi. Baju yang dipakai
Nenek pun sama sepertiku.
“Sudah siap? Kita berangkat sekarang
ya.”
Aku hanya diam menanggapi
pertanyaan Nenek itu. Bahkan, ketika
di mobil pun aku tidak banyak bicara.
26
Rona
PERSPEKTIF Aku terbangun dengan mata yang Di salah satu gambar yang Mama buat,
begitu sembab. Bantal yang aku ada satu tempat yang begitu familiar
gunakan ini juga begitu basah oleh untukku. Tapi, aku lupa itu dimana?
tangisku. Sepertinya aku menangis
dengan tersedu-sedu saat tidur tadi. Gambar Mama yang hanya dari
Kesedihan yang datang berturut-turut goresan pensil ini membuatku jadi sulit
ini membuat suasana hatiku tidak untuk mengingat dimana tempat itu.
stabil. Sudah seharian ini aku belum Seperti bangunan biasa dengan lorong
makan apapun. Namun jika aku sakit, yang panjang, kemudian di halaman
Nenek pasti akan lebih sedih. Aku pun selanjutnya hanya seperti tanah lapang
akhirnya memaksakan diriku untuk yang diisi dengan pohon, bunga, dan
memakan sesuatu, setidaknya untuk beberapa bangku. Sebentar, bukannya ini
mengisi perut. seperti yang ada di mimpi itu? Lorong sekolah
dan taman belakang sekolah.
Untuk mengalihkan pikiranku, aku
sembari membuka kembali kalender Tak berhenti disitu, ketika aku
dan buku gambar lain yang dibuat oleh membuka kembali kalender Mama, aku
Mama. Dari buku gambar Mama yang penasaran dengan akhir dari kalender
aku lihat sejauh ini, Mama seperti ini. Tanggal terakhir di kalender itu
menggambarkan semua momen yang adalah 31 Desember 2007. Namun,
ada dalam hidupnya. Di salah satu yang ternyata di akhir kalender ini tidak ada
buku gambar yang baru aku lihat saat gambar apapun tentang momen di hari
ini, disana ada gambar seperti diriku itu. Entah memang tidak ada yang
saat kecil. Aku bisa mengenali itu spesial atau Mama sudah tidak
karena itu adalah foto yang aku pajang menggambar lagi di kalender ini. Aku-
di kamarku sendiri. Dan aku baru pun mencari di tanggal berapa Mama
menyadari satu hal, Mama tidak begitu terakhir menggambar pada kalender
banyak menggambar manusia, lebih tersebut.
banyak menggambar tempat. Akupun
dikejutkan oleh sesuatu. 10 September 2007, hari terakhir Mama
menggambar. Gambar Mama ketika itu
Buletin PRASASTI adalah Dandelion.
27
Rona
Beberapa bunga Dandelion. Selama 6 Setelah tanggal itu, Mama tidak
hari setelah hari itu, Mama tidak
menggambar atau menuliskan apapun menggambar ataupun menuliskan
di kalendernya. Namun di hari ke-7, 17
September 2007, Mama akhirnya apapun di kalender. Sepertinya, Mama
menuliskan sesuatu
tak cukup kuat untuk membuka
“Selamat tinggal teman hidupku.
Semoga kita dapat bertemu lagi di lain kalender dengan banyak memori itu.
waktu. Senang bisa menghabiskan Pada akhirnya, beberapa buku gambar
waktu yang panjang bersamamu.”
yang disulap menjadi kalender itu pun
Ayah. aku ingat dan tak mungkin aku berakhir di tahun di mana ayah tiada.
lupa. Itu hari dimana Ayah tiada.
Bahkan, meskipun saat itu aku masih Kesedihan yang bahkan mampu
kecil, aku sangat ingat bagaimana hari
itu berjalan. Hujan deras yang menghentikan Mama dari
mengawali hari di hari itu. Diiringi
dengan isakan tangis Mama dan Nenek kegemarannya itu.
yang tetap memintaku untuk di kamar.
Aku yang awalnya tidak mengerti apa Ketika aku bergantian dengan Nenek
yang sedang terjadi karena masih
begitu kecil, akhirnya memahami apa untuk menjaga Mama di rumah sakit.
yang sedang terjadi ketika melihat
ayah terbaring ketika banyak orang Nenek mengatakan bahwa barusan
berdatangan ke rumah. Tak kuasa aku
menahan diriku saat itu langsung Mama menanyakan aku ada di mana.
menghambur diriku ke Ayah, berharap
bahwa ia akan bangun. Namun Sepertinya saat ini Mama sudah
seberapa kencang tangisku, ayah tetap
tak akan bangun. Hari yang tak akan mengingatku kembali. Aku langsung
pernah aku lupakan seumur hidupku.
buru-buru menghampiri Mama. Di
28
sana, Mama terlihat tersenyum tipis
memandangku. Aku pun langsung
memeluknya. Mama sedikit terkejut
dengan hal itu, tapi aku beralasan saja
bahwa aku rindu. Aku pun ingat
dengan pesan dokter kemarin untuk PERSPEKTIF
membicarakan hal-hal yang membantu
mengingatkan Mama dengan
memorinya. Mungkin, ini adalah
waktu terbaik untukku menanyakan
banyak hal yang membuatku
penasaran di mimpiku.
Buletin PRASASTI
Rona
“Ma, dulu pas Mama sekolah punya Ya wajar juga sebenarnya, dia punya
teman dekat, ga?”, akhirnya aku alis yang tebal dan mata yang tajam.
memberanikan diri menanyakan satu Pantas saja orang-orang melihatnya
rasa penasaranku itu. seperti itu.”
Mama tersenyum tipis, kemudian “Tapi kenapa aku tidak pernah melihat
berkata “Sejak kecil, Mama itu anaknya Mama bertemu dengan tante Ningsih?
sangat pendiam, jadi tidak punya Apa Mama masih berhubungan
banyak teman. Tapi semenjak SMA, dengannya?” Aku coba mencari
Mama mulai cerewet karena teman jawaban dari kata-kata di lukisan
dekat Mama saat itu banyak tingkah Ningsih yang Mama buat.
sekali. Lucu deh kalau ingat masa-masa “Ningsih sudah lama meninggal karena
itu.” sakit. Sudah lama sekali sejak saat itu.”
PERSPEKTIF “Siapa nama teman Mama itu? Hanya jawaban pendek yang Mama
Bagaimana orangnya dan memang dia berikan. Dari raut wajahnya, aku tau
suka ngapain saja?”, Rasanya aku bahwa Mama masih merasa
semakin seperti orang yang akan mati kehilangan. Ketika aku mengingat
penasaran. kembali semua penjelasan yang
diberikan Mama, ternyata semuanya
“Ningsih namanya. Teman sebangku sangat cocok dengan ingatan Ningsih
Mama dulu 3 tahun saat SMA. Anaknya di mimpiku.
cukup ceroboh dan tidak pikir panjang.
Tidak suka hal yang ribet. Bahkan, jika “Tapi setidaknya, Mama mengantarkan
bisa langsung lompat dari lantai ini Ningsih ke rumah terakhirnya.”
untuk bisa turun ke bawah, pasti dia
akan langsung lompat. Unik memang Mama berusaha untuk tersenyum
orangnya. Berbanding terbalik sekali ketika mengatakan hal itu. Meskipun
dengan image-nya di mata orang lain. aku tau, senyum itu jelas sangat
Siapapun yang melihatnya pasti dipaksakan. Namun, ada satu hal yang
berpikir dia jutek dan sangat serius. aneh.
Buletin PRASASTI 29
Rona
Ketika Mama mengatakan hal itu, tapi apakah itu benar-benar Mama PERSPEKTIF
Nenek seakan terkejut. Seperti ada atau hanya bunga tidur yang tidak ada
sesuatu yang salah. Hanya saja, aku artinya.
tidak terlalu memperhatikannya.
“Nek, apakah Mama punya panggilan
Ingin sekali aku menanyakan semua masa kecil?” Aku coba mengarang
rasa penasaranku ini. Tapi Mama saat pertanyaanku, berharap Mama
ini harus menyelesaikan makanannya memang memiliki panggilan masa
dan meminum obatnya. Akupun kecil.
akhirnya menanyakan ke Nenek “Dari kecil Mamamu dipanggil Selma.
mengapa ia begitu terkejut tadi. Tidak ada perbedaan hingga saat ini.
Hanya saja, oleh teman-temannya,
“Sepertinya ingatan Mama mu kian Mamamu lebih sering dipanggil ‘El’
memburuk. Seingat Nenek kejadian- dibandingkan dengan ‘Sel’. Nenek juga
nya tidak seperti itu. Mamamu hari itu tidak paham alasannya mengapa.”
sedang ada di Bandung, wawancara
kerja. Hari ketika Ningsih, temannya Jawaban Nenek itu akhirnya menjawab
berpulang.” satu rasa penasaranku. Ternyata benar,
aku di mimpi itu adalah Mama. Tapi
Sekarang, gantian aku yang terkejut. kenapa? Kenapa aku harus melihat
Menurut Nenek, Mama tidak datang ke semua kilas balik itu?
pemakaman temannya itu. Nenek
berpikir bahwa penyakit Mama mulai Ketika Nenek kembali ke rumah, aku
membuatnya berhalusinasi. Namun, hanya bisa menghabiskan waktuku
jika mimpiku itu kenyataan, maka El dalam diam. Mencoba mencerna semua
memang datang ke pemakaman itu maksud semesta. Mencari jawaban dari
ditemani dengan ibunya, yang di dalam semua mimpi aneh yang aku dapatkan.
mimpiku itu terlihat seperti Nenek. Jika aku ceritakan semuanya ke Mama,
sudah pasti Mama tidak percaya kan.
Oh iya, siapa El sebenarnya?. Selama ini Jika percaya pun, sudah pasti Mama juga
aku berpikir itu Mama, tidak tahu alasannya mengapa.
30 Buletin PRASASTI
Rona
Ketika aku kembali ke kamar Mama, Dokter juga berpesan agar kami
aku melihat Mama sedang menatap ke mempersiapkan diri untuk menghadapi
arah luar jendela. Mama kemudian kemungkinan terburuk.
memperlihatkan senyumnya kepadaku.
Senyum yang entah kapan aku bisa Ketika pagi menjelang, seperti yang
melihatnya lagi. Malam itu, kami sudah diperingatkan, skenario terburuk
berbincang tentang rencana masa ini pun dimulai. Mama benar-benar
depanku, apa yang ingin aku lakukan tidak ingat aku siapa, Nenek siapa,
nantinya, kapan aku akan melanjutkan bahkan dirinya sendiri. Mama bersikap
studiku lagi, dan semacamnya. seperti orang asing yang baru kami
kenal. Meskipun aku dengan Nenek
Hingga tengah malam, aku masih sulit sudah mengetahui bahwa hal ini akan
terjadi, tetap saja sulit bagi kami untuk
untuk tertidur. Namun, tiba-tiba Mama menghadapinya. Melihat seseorang
yang begitu kami kenal bisa terasa
seperti kesulitan untuk bernapas. Buru- begitu asing. Entah kapan lagi Mama
akan mengingat kami. Mungkin hanya
buru aku memencet bel emergency dan dalam hitungan jam, hari, atau entah
kapan.
memanggil dokter yang sedang
berjaga. Suster akhirnya memintaku
untuk menunggu diluar kamar karena
melihat aku yang kalut melihat
keadaan Mama. Di saat yang sama, aku
langsung menelepon Nenek, Di tengah hari, aku seperti biasa
kembali ke rumah. Namun sesaat
memberitahunya keadaan Mama. sebelum aku meninggalkan rumah
sakit, ada satu suster yang
PERSPEKTIF Setelahnya, dokter mengatakan bahwa menghampiriku. Ia memberikanku
penyakit Mama yang membuatnya secarik kertas.
kesulitan untuk bernafas. Di titik ini,
dokter mengatakan bahwa bisa saja “Ketahuilah, Mamamu begitu
Mama mulai kehilangan lebih banyak
atau bahkan semua memorinya. menyayangimu.” Kalimat itu
disampaikan bersamaan dengan surat
yang ternyata Mama yang
menuliskannya.
Buletin PRASASTI 31
Rona
Aku membuka isi surat itu ketika Mama bisa menemanimu hingga akhir. Akan
tetapi, mama sepertinya hanya bisa mengucap
sampai di rumah. Awalnya aku begitu maaf. Karena ketika kamu membaca tulisan
ini, berarti ingatan Mama tentangmu sudah
ragu untuk melihat isi di dalamnya. perlahan menghilang. Pada akhirnya, Mama
hanya menambahkan kenangan pahit
Disisi lain, aku pun begitu penasaran. untukmu.
Akupun mengumpulkan keberanian
dalam diriku untuk mulai
membacanya.
“ Untuk satu-satunya peri kecilku, Nina. Akan tetapi, mama sepertinya hanya bisa PERSPEKTIF
mengucap maaf. Karena ketika kamu
Mama menuliskan surat ini karena Mama membaca tulisan ini, berarti ingatan Mama
takut hari ini adalah hari terakhir Mama tentangmu sudah perlahan menghilang. Pada
mengingatmu. Akhir-akhir ini rasanya begitu akhirnya, Mama hanya menambahkan
berat, ya? Maafkan Mama ya. Di tengah masa kenangan pahit untukmu.
mudamu, Mama justru memberikan kenangan Nina, awalnya Mama berharap penyesalan
yang menyakitkan. Mama berakhir pada kematian Ningsih. Dia
teman baik Mama. Ada begitu banyak waktu
Nin, terimakasih ya. Sejak kamu kecil, kamu yang Mama habiskan bersamanya. Tapi,
tidak pernah menyusahkan Mama. Kamu Mamamu ini bahkan tidak mampu
sangat pengertian. Tidak pernah menuntut dan mengantarkannya ke peristirahatan
meminta hal lebih. Sejak kepergian ayahmu, terakhirnya. Mama gagal menjadi teman baik
kamu satu-satunya alasan Mama untuk untuknya.
bangkit. Kamu alasan Mama bisa bertahan
hingga sekarang. Maaf. Sepertinya, Mama juga gagal untuk
menjadi orang tua yang baik untukmu. Mama
Setelah Mama mengetahui penyakit Mama sangat berharap banyak hal untuk
ini, Mamapun takut. Takut jika Mama tidak kebahagiaanmu. Tapi, Mama hanya bisa
bisa lagi mengenalmu. Takut bahwa kamu minta maaf. Maaf kamu hanya bisa melihat
harus menghadapi kerasnya dunia ini seorang Ayahmu sebentar. Maaf karena melihat Mama
diri. Sekalipun Mama tau kamu sanggup, seperti ini. Maaf, karena kamu tidak bisa
hanya saja Mama berharap bahwa bersama kami untuk waktu yang lama.
32 Buletin PRASASTI
Rona
Namun, ketahuilah Nina. Meskipun Mama Di titik ini pun, tidur sangat sulit
dan Ayahmu ini tidak bisa memelukmu dalam untukku. Meskipun semalaman aku
waktu yang lama, hati kami akan selalu terjaga, rasanya ada begitu banyak
bersamamu. pikiran yang mengisi otakku saat ini.
Entah setelah berapa lama, aku
Pesan Mama untukmu, jangan terlalu lama akhirnya bisa tertidur karena tidak bisa
menangisi Mama nantinya. Mama harap kau lagi menahan mataku yang sembab
tetap jadi wanita yang periang. Kamu harus karena menangis.
bangkit. Lebih baik habiskan waktumu dengan
bahagia bersama Nenek. Tetap lanjutkan Aku terbangun di sore hari dengan
hidupmu. Bangun kembali semua mimpimu kepala yang terasa begitu berat dan
yang kamu tinggalkan karena harus mengurus mata yang sulit untuk melihat. Meski
Mama. Hiduplah dengan bahagia, Nina.” begitu, tidur kali ini terasa lebih damai.
Meskipun aku dipenuhi berbagai
Hening. Hening. Begitu hening ketika macam pikiran, namun tidak ada
air mata ini mengalir terjatuh. Tidak mimpi aneh lagi ketika aku tidur tadi.
percaya dengan yang aku baca barusan. Aku sedikit terheran, kemana perginya
Tidak sanggup untuk menerima semua mimpi aneh itu? Setelah sekian waktu,
kenyataan. Tidak sanggup untuk kenapa ia menghilang tiba-tiba.
bertemu dengan kata perpisahan. Namun, seperti entah dapat angin dari
Sungguh air mata ini belum berhenti mana. Aku teringat dengan surat yang
mengalir. Bahkan, langit pun seperti Mama tuliskan untukku. Sebuah
berada di duka yang sama. penjelasan dari semua hal yang terjadi
Menumpahkan semuanya di hari itu. padaku.
PERSPEKTIF Begitu berat rasanya aku menerima Bagaimana jika mimpi yang aku alami
semua ini. Ingin rasanya lari dan benar-benar sebuah kenyataan?
menghilang dari semua ini. Dan pada Bagaimana jika itu adalah kilas balik
akhirnya, aku hanya bisa tenggelam. dari memori Mama dahulu? Tapi,
Berpasrh. Entah ke mana semesta akan kenapa?
membawaku lagi kali ini.
Buletin PRASASTI 33
Rona
Aku terus menerus menanyakan Mama melawan teman yang PERSPEKTIF
pertanyaan itu. Kenapa harus aku yang merundungnya karena aku yang
mengalami mimpi aneh itu? Dan juga menjambak perempuan itu. Mama bisa
kenapa rentang waktunya terus ikut mengantarkan Ningsih ke
berbeda? pemakamannya juga karena aku yang
membatalkan wawancara kerjanya.
Aku kembali mengingat semua Bagaimana jika itu semua adalah
kejadian tentang mimpi itu, semua kenyataan yang aku ubah di dalam
gambar yang Mama buat, dan surat dari kenangan Mama, hanya saja tidak
Mama. Jika aku mengaitkan satu demi berubah di kenyataan aslinya.
satu, semua kepingan puzzle ini
semakin jelas. Mimpi itu bukan hanya Semesta menghadiahkan mimpi kepadaku
tentang kenangan Mama, tetapi juga untuk Mama. Untuk menyelesaikan semua
penyesalannya. penyesalannya. Semesta juga memberikanku
kesempatan untuk bernostalgia dengan
Mama berharap bahwa aku bisa lebih kenangan yang berharga untuk Mama. Jadi,
lama dengannya dan Ayah, dan mimpi meskipun Mama sudah tidak mengingat
itu yang mewujudkannya. Aku bisa semuanya, aku masih bisa mengingatnya dan
melihat Ayah lebih lama berkat mimpi bisa menceritakan itu untuknya.
itu, bisa melihat bagaimana cerita
mereka berdua. Dan aku juga Untuk hidupku, ada begitu banyak misteri
mengenal Mama berkat mimpi itu, untuk hari-hari kedepannya. Meskipun begitu
bagaimana Mama bisa bertahan dari memuakkan, semesta pasti selalu
masa SMA-nya. mempersiapkan hal-hal indah nantinya. Maka,
bersabarlah untuk jawabannya.
Tunggu sebentar, Nenek kemarin
berkata bahwa ingatan Nenek dengan Di tengah mata yang masih sulit untuk
Mama berbeda, bukan? Atau jangan- melihat ini, aku berjanji satu hal pada
jangan aku yang mengubah ingatan diriku sendiri, jangan biarkan
Mama tentang masa lalunya. kesedihan ini berubah jadi penyesalan.
34 Buletin PRASASTI
Rona
Jadi, gunakan waktu ini untuk Untuk Mama, Ayah, Nenek, Tante
membentuk banyak kebahagiaan Ningsih, dan semesta, terima kasih
dengan orang-orang di sekelilingku untuk kesediaannya berbagi kenangan
daripada berlarut pada kesedihan itu. itu denganku.
Profil Penulis
Diandra Paramitha, Mahasiswi Hubungan
Internasional angkatan 2021, Universitas
Brawijaya. Saat ini sedang aktif berproses sebagai
anggota di Divisi Sastra LPM Perspektif.
PERSPEKTIF
Buletin PRASASTI 35
Riwayat
W.S Rendra “Si Burung Merak”
WOleh: M. Rayyan Farhansyah
illibrordus
Surendra Broto
Rendra atau yang
biasa kita kenal sebagai W.S
Rendra. Terlahir sebagai seniman
multitalenta, W.S Rendra
medidikasikan diri-nya di dunia
seni Indonesia lewat medium
puisi dan dunia akting. Rendra
dilahirkan dari keluarga yang
sangat dekat dengan seni, W.S Rendra menempuh peendidikannya di
Ayahnya Raden Cyprianus TK Marsudirini, Yayasan Kanisius, Solo pada
Sugeng Brotoatmodjo adalah tahun 1942. Lulus dari TK, W. S. Rendra
guru Bahasa Indonesia dan kemudian menyelesaikan pendidikan dasar
Bahasa Jawa di sebuah SMA sampai SMA dan lulus tahun 1952 di Sekolah
Katolik di Solo dan sang ibu Katolik, St. Yosef, Solo. Sejak keelas 2 smp
Raden Ayu Catharina merupakan karya-karya W.S Rendra sudah mulai di muat
seorang penari di istana dibeberapa majalah seperti Siasat, Kisah, dan
Kasunanan Surakarta Hadini- Konfrontasi. Karya naskah drama berjudul
ngrat. Bakat kesusastraan W.S “kaki palsu” adalah naskah drama pertama
rendra sudah terlihat sejak SMP, yang ditulisnya saat duduk dibangku SMA. PERSPEKTIF
Rendra sudah mulai menulis Rendrakemudian melanjutkan kuliah di
puisi, cerita pendek, hingga Jurusan Sastra Barat, Fakultas Sastra,
naskah drama sekolah yang juga Universitas Gadjah Mada. Walaupun tidak
ia tulis dan mainkan. menamatkan Pendidikan di Fakultas Sastra,
Universitas Gadjah Mada, Rendra berhasil
mendapat beasiswa dari
36 Buletin PRASASTI
Riwayat
American Academy of Dramatical Art Bukan hanya terkenal didalam negeri,
(AADA) pada tahun 1964 dan
menjadikanya orang Indonesia karya-karya W.S Rendra juga terkenal
pertama yang menempuh Pendidikan
drama di AADA. di mancanegara. Banyak karya-
Pada tahun 1967 sepulang dari karyanya yang diterjemahkan ke dalam
Pendidikan drama di AADA, Amerika
serikat Rendra mendirikan bengkel Bahasa asing. Prof. A. Teeuw didalam
teater di Yogyakarta yang kemudian
nantinya berpindah ke Depok, Jawa bukunya Sastra Indonesia Modern II
barat. Pada tahun 1970-an Rendra
semakin dikenal sebagai penyair, ia (1989), memilki pendapat bahwa W.S
banyak menggelar pertunjukan dan
pembacaan puisi yang dihadiri banyak Rendra tidak termasuk kedalam salah
orang. Rendra sebagai seorang
sastrawan sudah mempublikasi puisinya satu kelompok seperti angakatan 45-
sejak tahun 1952 yang dimuat oleh
majalah Siasat. Sejak saat itu, puisi- an, angakatan 60-an, atau Angkatan
puisi yang lain menyusul mewarnai
kolom-kolom puisi dari berbagai 70-an. Karya-karya Rendra terlihat
majalah lainnya.
mempunyai kepribadian dan
kebebasannya sendiri. Banyak
karyanya yang terpengaruh oleh
wawasan yang ayahnya berikan
tentang dinamika budaya,bangsa,
emansipasi individu, kedaulatan rakyat,
hak asasi manusia, dan keadilan sosial.
PERSPEKTIF Profil Penulis
Buletin PRASASTI M. Rayyan Farhansyah, mahasiswa Ilmu
Komunikasi angkatan 2019, Universitas Brawijaya.
Sekarang sedang aktif berproses di dalam divisi
Sastra LPM Perspektif.
37
Kolase
The Magic Library: Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken
TOleh: Nur Nabila Qurotaa’yun
he Magic Library
menceritakan tentang dua
remaja yang bernama Nils
Boyum dan Berit Boyum. Mereka
berdua merupakan saudara
sepupu yang terpisah oleh jarak,
Nils tinggal di Oslo dan Berit
tinggal di Fjaerland, sehingga
mereka perlu menggunakan surat
untuk saling bertukar kabar.
Buku ini menceritakan
bagaimana mereka mengungkap Judul Buku: The Magic Library
kebenaran dan menemukan Pengarang: Jostein Gaarder & Klaus Hagerup
jawaban dari banyak nya Tebal: 284 halaman
pertanyaan yang ada dibenak Tahun Terbit: Oktober 2020
mereka. Semakin jauh halaman Cetakan: ke-15
yang kamu buka, semakin dekat Penerbit: Mizan
dengan kebenaran yang
sesungguhnya. Kamu akan dibuat oleh Nils dan juga Berit. Di dalamnya
penasran dengan misteri yang ada mereka berdua saling bertukar pikiran
di dalamnya. tentang memecahkan misteri. Misteri ini PERSPEKTIF
dimulai ketika Nils membeli buku yang
Jostein mengemas cerita ini menjadi media untuknya dan Berit bertukar
dengan sangat unik dan menarik. surat, buku itu ia sebut sebagai buku surat.
Dari halaman pertama sampai Saat sedang membeli buku tersebut, ia
sekitar tengah-tengah buku, bertemu dengan seorang wanita
cerita dikemas dalam bentuk surat mencurigakan yang bernama Bibbi Bokken.
yang dikirimkan
38 Buletin PRASASTI
Kolase
PERSPEKTIF Setelah itu mulai banyak teori dan tetapi anehnya tidak ada buku satu pun
konspirasi mengenai Bibbi Bokken. yang ia lihat dalam rumah itu. Buku ini
Muncul tokoh-tokoh pendukung juga membuat jantung pembaca
lainnya yang akan membuat jalan cerita berdegup lebih cepat karena adegan-
menjadi semakin seru. adegan yang menegangkan contohnya
ketika Berit tidak sengaja bertemu
Di dalam buku ini Berit dan Nils seakan dengan Bibbi Bokken setelah
berperan menjadi detektif cilik karena menyelinap ke dalam rumahnya.
memecahkan misteri tentang buku yang
belum terbit, tentang Bibbi Bokken, dan Kelebihan dari buku ini adalah
tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita. penggambaran tokoh yang penuh
Selain bertukar pikiran lewat buku surat, dengan rasa ingin tahu mendukung
mereka juga melakukan petulangan jalannya cerita. Juga alur cerita yang
menarik untuk menemukan jawaban. menarik dan membuat penasaran
Berit lebih banyak bertemu dengan sehingga mendorong pembaca untuk
Bibbi Bokken, sebab ia tinggal terus membaca halaman demi halaman
berdekatan dengan Bibbi. Sementara untuk mengetahui kelanjutan dari
Nils di mata-matai oleh anak buah dari ceritanya. Pembaca juga diajak untuk
Bibbi Bokken. berpikir tentang misteri yang ada di
dalam cerita. Novel ini terbilang unik
Buku ini akan membuat pembaca karena plotnya terbagi menjadi dua
bertanya-tanya, contohnya ketika bagian. Bagian pertama adalah buku
mereka berhasil menemukan petunjuk surat dimana Berit dan Nils
bahwa Bibbi Bokken adalah seorang berkomunikasi dan menyampaikan ide-
Biblliografer dan sering mendapat ide lewat surat, lalu di bagian kedua
kiriman buku dari luar negri, Berit menceritakan Nils mengunjungi Berit
mencoba menyelinap masuk ke dalam sehingga mereka bisa memecahkan
rumah Bibbi Bokken disaat Bibbi sedang misteri bersama-sama tanpa lewat surat
pergi keluar rumah, menyurat.
Buletin PRASASTI 39
Kolase
Kekurangan dari buku ini adalah Banyak pesan dan pelajaran yang
karena buku ini adalah novel bisa diambil dari buku ini,
terjemahan terkadang ada bahasa contohnya Berit dan Nils yang
yang sulit dimengerti dan bukan sangat menyukai buku dan
buku sederhana yang mudah untuk memiiliki wawasan sastra yang luas.
dibaca anak-anak yang baru mulai Secara tersirat ini bisa menjadi
membaca novel. Jika pembaca adalah motivasi bagi pembaca untuk bisa
tipe yang mudah bosan, mungkin lebih banyak membaca buku.
akan merasa bosan ketika di bagian
awal karena isinya hanya tentang
buku surat yang dikirimkan Berit
dan juga Nils.
Profil Penulis
Nur Nabila Qurotaa’yun, mahasiswa jurusan
Psikologi Angkatan 2021, Universitas Islam
Indonesia.
PERSPEKTIF
40 Buletin PRASASTI
KILAS
Oleh: Safira El Sarrah Fachrudin
"Angin membelai bunga sendu yang
terkungkung kenangan masa lalu"
"Benarkah kerinduan hanya
tercipta dari kenangan bahagia?"
"Seharusnya aku tak pernah menyesal,
ia tetap subur meski terhimpit di dalam
memoriku yang penuh isi"