The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by falniyantihamzah, 2021-04-19 04:54:30

ANISA FAJRI IBRAHIM_PBAK-dikonversi

ANISA FAJRI IBRAHIM_PBAK-dikonversi

TTUUGGAASS PPEENNDDIIDDIIKKAANN BBUUDDAAYYAA AANNTTII KKOORRUUPPSSII

“G“NEIRLAAKI-ANNILAANITAINKTOI RKUOPRSUI PYSAINYGANPEGRDNIALHANDGILGAAKRUDKAALNAMMAKHAASSUISSWKOARDUITPISNI GSIKTAI T
FADILAH SUPARI”
NASIONAL”

DOSEN PENDGOASEMNPPUE: NSIGTAI MCHPUO:IRSIUTLI CDHWOI IARSUTLUDTWI, MI A. TSTr.UKTeIb, M. Tr. Keb

DISUSUN OLEH:
ANISA FAJRI IBRAHIM

1A KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
TAHUN AJARAN 2021

Contoh Kasus

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN
ANTI KORUPSI DILINGKUNGAN NASIONAL

YANG BENAR

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI)
Kota Cilegon melakulan aksi di depan Kantor
Pemerintahan Kota Cilegon, Kamis (15/10/2020).
Mereka mendesak aparat hukum baik Kejaksaan
Tinggi (Kejati) Banten dan Kejaksaan Negeri
(Kejari) Cilegon mengusut tuntas kasus dugaan
korupsi dan KKN yang terjadi di Kota
Cilegon.Aksi mahasiswa mulai digelar dengan
melakukan longmarch. Saat di depan pemkot,
puluhan mahasiswa orasi bergantian. Mereka juga
membentangkan spanduk berisi tuntutan.

Koordinator Aksi GMNI Dasyatullah mengatakan, aksi yang dilakukan bentuk aspirasi meminta pemkot dan aparatur hukum aktif

mengawasi tindak pidana korupsi. Karena saat ini banyak terindikasi kasus korupsi dan KKN di Cilegon.Salah satunya belum lama
ini Mantan Kepala Dinas PUTR Cilegon Nana Sulaksana dijebloskan ke Lapas Kelas IIA Cilegon atas kasus dugaan korupsi Jalan
Lingkar Selatan (JLS).
Maka dari itu, mahasiswa meminta Pemkot Cilegon dalam hal ini Walikota, Edi Ariadi bersama KPK, Kejati Banten dan Kejari
Cilegon harus lebih aktif dalam mengawasi dan mengusut tindak korupsi.“Kami (mahasiswa) mendorong agar Pemkot Cilegon,
DPRD dan penegak hukum untuk aktif dalam mengawasi tindak pindana yang terjadi di Cilegon. Apalagi, yang baru-baru ini telah
resminya mantan Kadis PUTR Cilegon (Nana Sulaksana) menjadi terangka kasus korupsi JLS,” katanya kepada awak media
ditemui di tengah-tengah aksi.
Mahasiswa meminta agar kasus KKN dan korupsi di Cilegon tidak terjadi kembali. Itu dimaksudkan agar terjadi
kondusifitas.“Kami minta kondusifitas di Cilegon lebih baik lagi. Tanpa ada korupsi maupun KKN,” ujarnya.Hingga berita ini
diturunkan, aksi mahasiswa ini juga dijaga ketat anggota Polres Cilegon yang juga mengerahkan para polisi wanita.Diberitakan
sebelumnya, pada Jumat (9/10/2020) lalu, Kejati Banten menjebloskan tiga tersangka kasus korupsi JLS yang melibatkan tiga
tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi pembangunan Jalan Lingkar Selatan (JLS) Kota Cilegon Tahun 2013.Ketiga
tersangka di mana satu diantaranya yakni Mantan Kepala Dinas (Kadis) Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Cilegon,
Nana Sulaksana. Selain Nana yang saat itu menjabat sebagai Kuasa Pengguna Anggaran Pejabat Pembuat Komitmen (KUA PPK),
dua tersangka lain yang diseret yakni Tb Dhony Sudrajat selaku sub konraktor dan Syachrul, selaku Kontraktor PT Respati Jaya
Pratama. (Ully/Red).

Contoh Gerakan Anti Korupsi yang benar yaitu : Berani menyuarakan suara rakyat untuk keadilan.

Penjelasan :
Gerakan mahasiswa dalam menyuarakan aspirasi dan ketimpangan yang terjadi, turut hadir dan
selalu mewarnai dinamika perjalanan kebangsaan Indonesia. Tidak jarang, dalam setiap peristiwa
penting pembangunan bangsa, peran pemuda dalam hal ini sebagai seorang intelektual mahasiswa
selalu terlibat dengan peran yang begitu krusial. Gerakan ini selalu hadir dari aksi kecil hingga
aksi demonstran yang mengundang gejolak besar bagi bangsa. Tujuanya jelas, untuk mencapai
keadilan dengan keadaan yang mensejahterakan rakyat, meskipun sering berbeda dalam hal
gagasan dan gerakan secara konkrit.

KASUS PERAN MAHASISWA DALAM
GERAKAN ANTI KORUPSI DILINGKUNGAN

NASIONAL YANG SALAH

Mahasiswa dalam kapasitasnya sebagai ‘agent of change’ dikatakan sebagai peserta didik yang kritis terhadap apa
yang tejadi di sekitarnya. Namun, bukankah yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Mahasiswa sekarang memang
kritis, tetapi hanya sedikit dari orang-orang kritis tersebut yang melakukan tindakan, lainnya hanya omong kosong
belaka.
Mahasiswa adalah orang yang menghendaki perubahan, maka mahasiswalah yang harus melakukan perubahan itu
sendiri. Mahasiswa harus menjadi pelopor pergerakan untuk kemajuan bangsa.
Sejarah mencatat bahwa mahasiswa merupakan inisiator berbagai peristiwa penting yang menentukan nasib bangsa
Indonesia. Pergerakan Budi Utomo (1908), Sumpah Pemuda (1928), proklamasi kemerdekaan (1945), sampai dengan
pergerakan mahasiswa untuk reformasi (1998). Itu adalah deretan peristiwa penting yang digawangi oleh pemuda dan
mahasiswa.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual tentu mempunya tanggung jawab untuk mencerdaskan masyarakat. Pengetahuan
yang dimiliki harus dipergunakan untuk menerobos kebiasaan buruk yang berkembang di dalam masyarakat.
Namun kini, banyak mahasiswa yang mengaku aktivis, tetapi berkelakuan jauh dari cerminan aktivis mahasiswa yang
menginginkan perubahan. Kebanyakan mahasiswa mampu mengkritik sistem pemerintahan, namun lupa menerapkan
apa yang disuarakan itu terhadap diri sendiri.

Coba kita lihat, banyak mahasiswa bersuara dan mengatakan antikorupsi, namun perilaku keseharian

selalu identik dengan korupsi. Tidak jarang pula mahasiswa menuntut transparansi informasi terhadap

badan publik, tetapi laporan yang sama di rumah tangganya sendiri berantakan.

Pejabat Anti-Kritik

Melihat realita aktivis mahasiswa masa kini, tidak heran rasanya bila banyak pejabat anti kritik dan

bungkam terhadap aspirasi yang disuarakan. Kalimat pembelaan dari pejabat begitu sering didengar,

namun apa yang dijanjikan urung terlaksana.

Bagi aktivis mahasiswa, tentu sudah sering mendengar bagaimana pejabat mengaku pernah menjadi
seorang aktivis. “Dulu saya juga aktivis sama seperti adek-adek, jadi saya mengerti apa yang adek-
adek inginkan” lebih kurang demikian kalimat sakti milik mantan aktivis mahasiswa yang menduduki

jabatan publik.

Mengapa mantan aktivis mahasiswa yang dulu selalu berkoar-koar menyuarakan suara rakyat malah

ikut bermain di pemerintahan? Hal ini terjadi akibat ideologi setengah matang yang diterapkan

selama menjadi mahasiswa. Selalu bersuara menyuarakan perubahan, namun lupa menjadi contoh

untuk perubahan itu sendiri.

Hal itu pula yang menyebabkan banyak koruptor yang mengaku dahulu merupakan aktivis

mahasiswa. Oleh karenanya, hal itu juga memberikan efek negatif terhadap tempat ia bernaung

sewaktu mahasiswa.

Aktivis mahasiswa hendaknya dalam menyuarakan atau mengkampanyekan suatu perubahan, haruslah terlebih dahulu
menerapkan terhadap diri sendiri. Jangan pernah mengaku sebagai aktivis bila masih tidak mampu menghargai waktu.
Tidak mampu menjadi kepribadian yang benar antikorupsi.
Dari data Indonesia Coruption Watch 2016, dapat diambil beberapa kesimpulan penting kajian tren korupsi 2015,
dapat dilihat bahwa jumlah kasus korupsi selama tahun 2015 adalah sebanyak 550 kasus korupsi pada tahap
penyidikan yang ditangani Aparat Penegak Hukum (APH) dengan total tersangka sebanyak 1.124. Adapun total
potensi kerugian negara dari seluruh kasus tersebut sebesar Rp 3,1 triliun dan nilai suap sebesar Rp 450,5 miliar.
Dalam kajian tren korupsi ICW sebelumnya, total kasus yang berhasil dipantau selama tahun 2010 hingga 2014 adalah
sebanyak 2.492 kasus dengan total nilai kerugian negara sebesar Rp 30 triliun dan nilai suap sebesar Rp 549 miliar.
Dari sejumlah kasus ini ada sekitar 552 kasus yang dikategorikan mangkrak atau tidak jelas penanganannya. Dengan
kata lain, tidak ada keterangan resmi apakah apakah kasus-kasus itu telah masuk pada tahap penuntutan atau masih
dalam proses penyidikan atau bahkan dihentikan.
Dan tentu saja, banyak dari pelaku korupsi yang tertangkap itu merupakan mantan aktivis mahasiswa. Dahulu sewaktu
menjadi mahasiswa selalu berkoar-koar dan mengkritik kebijakan. Sedikit saja ada kesalahan dari pemerintah,
langsung beraksi dengan fatwa-fatwa dan nyanyian-nyanyian revolusi. Bahkan setiap suara yang disuarakan
merupakan suara rakyat yang tertindas akibat kebijakan tersebut. Namun semangat revolusioner itu seolah lenyap
tanpa bekas tatkala mendapat jabatan penting di pemerintahan.

TERIMAKASIH


Click to View FlipBook Version