The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

E-Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI
KD 3.5 Sifat Pendudukan Jepang dan Respon Bangsa Indonesia

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Siti Solechatul Jannah, 2021-11-24 20:06:00

E-Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI KD 3.5 Sifat Pendudukan Jepang dan Respon Bangsa Indonesia

E-Modul Pembelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI
KD 3.5 Sifat Pendudukan Jepang dan Respon Bangsa Indonesia

Keywords: Modul,Sejarah,Sejarah Indonesia,Pendudukan Jepang,Kelas XI,Kelas 11,Sifat Pendudukan Jepang dan Respon Bangsa Indonesia

Sejarah Indonesia

Modul Pembelajaran Sejarah

SIFAT PENDUDUKAN
JEPANG DAN RESPON
BANGSA INDONESIA

Untuk Siswa Kelas XI Semester 1

Siti Solechatul Jannah SMA/MA/
190210302041 SMK/MAK



KELAS

XI

PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

SEJARAH INDONESIA
KELAS XI

PENYUSUN
Siti Solechatul Jannah

190210302041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan modul Sejarah Indonesia untuk peserta didik kelas
11 SMA. Modul ini disusun berdasarkan kurikulum 2013 yang lebih menempatkan
peserta didik sebagai pusat kegiatan belajar. Modul ini juga dilengkapi latihan soal
untuk menguji pemahaman peserta didik terkait dengan materi yang terdapat pada
modul.

Dalam modul Sejarah Indonesia ini akan dibahas mengenai "Sifat Pendudukan
Jepang dan Respon Bangsa Indonesia". Saya menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan modul ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan modul ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
proses penyelesaian modul ini, terutama dosen pengampu mata kuliah "Perencanaan
Pembelajaran Bidang Studi", yaitu Ibu Dr. Nurul Umamah, M.Pd., dan Ibu Riza Afita
Surya, S.Pd., M.Pd yang telah membimbing penyusunan dalam pembuatan modul ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para peserta didik.

Kediri, November 2021

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
PETA KONSEP ....................................................................................................................... 4
KOMPETENSI ......................................................................................................................... 5

KOMPETENSI INTI..............................................................................................................5
KOMPETENSI DASAR.........................................................................................................6
INDIKATOR.........................................................................................................................6
TUJUAN PEMBELAJARAN....................................................................................................7
TUJUAN UMUM..................................................................................................................7
TUJUAN KHUSUS ............................................................................................................... 7
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL.....................................................................................8
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: SIFAT PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA............9
A. Awal Pendudukan Jepang di Indonesia..........................................................................9
B. Pemerintahan Militer dan Sipil Jepang di Indonesia......................................................11
C. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang.........................................................13
D. Praktek Pengerahan dan Penindasan Jepang.................................................................21
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP
PENDUDUKAN JEPANG......................................................................................................28
A. Perlawanan Rakyat Aceh ........................................................................................... 28
B. Perlawanan Rakyat Singaparna...................................................................................30
C. Perlawanan di Indramayu...........................................................................................31
D. Rakyat Kalimantan Angkat Senjata.............................................................................32
E. Rakyat Irian Melawan................................................................................................32
F. Perlawanan Peta........................................................................................................33
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA .... 37
A. Dampak dalam Bidang Politik....................................................................................37
B. Dampak dalam Bidang Sosial Budaya.........................................................................38
C. Dampak dalam Bidang Ekonomi.................................................................................39
D. Dampak dalam Bidang Pendidikan..............................................................................39
E. Dampak dalam Bidang Militer....................................................................................40
UJI KOMPETENSI.................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................48
PROFIL PENULIS ................................................................................................................. 49

3

PETA KONSEP

PENDUDUKAN JEPANG DI
INDONESIA

SIFAT RESPON BANGSA DAMPAK
PENDUDUKAN INDONESIA PENDUDUKAN

JEPANG Perlawanan Rakyat JEPANG
Aceh
Awal Pendudukan Dampak dalam
Jepang di Indonesia Perlawanan Rakyat Bidang Politik
Singaparna
Pemerintahan Militer Dampak dalam
& Sipil Jepang Perlawanan Bidang Sosial-Budaya
Indramayu
Organisasi Dampak dalam
Pergerakan Masa Perlawanan Rakyat Bidang Ekonomi
Pendudukan Jepang Kalimantan
Dampak dalam
Praktek Pengerahan Perlawanan Rakyat Bidang Pendidikan
dan Penindasan Irian
Jepang Dampak dalam
Perlawanan PETA Bidang Militer

4

KOMPETENSI

KOMPETENSI INTI

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan
pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

5

KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

3.5 Menganalisis sifat pendudukan Jepang dan respon bangsa Indonesia
4.5 Menalar sifat pendudukan Jepang dan respon bangsa Indonesia dan

menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah

INDIKATOR

3.5.1 Menganalisis sifat pendudukan Jepang di Indonesia
3.5.2 Menganalisis respon bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang

di Indonesia
3.5.3 Menganalisis dampak pendudukan Jepang di Indonesia dalam

bidang ekonomi, politik, sosial-budaya, pendidikan, dan militer
4.5.1 Menyajikan hasil rekonstruksi berupa cerita sejarah tentang sifat

pendudukan Jepang dan respon bangsa Indonesia

6

TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN UMUM

Peserta didik mampu mengidentifikasi sifat pendudukan Jepang dan
respon bangsa Indonesia

TUJUAN KHUSUS

Setelah menggunakan Modul Elektroniktentang Sifat Pendudukan
Jepang dan Respon Bangsa Indonesia, peserta didik diharapkan mampu:

a. menganalisis sifat pendudukan Jepang di Indonesia secara kritis,
komunikatif, dan pro aktif;

b. menganalisis respon bangsa Indonesia terhadap pendudukan
Jepang secara kritis;

c. menganalisis dampak pendudukan Jepang di Indonesia dalam
bidang ekonomi, politik, sosial-budaya, pendidikan, dan militer
secara kritis.

d. merekonstruksi sifat pendudukan Jepang dan respon bangsa
Indonesia secara kreatif.

7

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

PETUNJUK BAGI
PESERTA DIDIK
Untuk memperoleh prestasi belajar secara maksimal, maka langkah-
langkah yang perlu dilaksanakan dalam modul ini antara lain:

1. Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap kegiatan belajar.
Bila ada materi yang belum jelas, peserta didik dapat bertanya pada
pendidik.

2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas
dalam setiap kegiatan belajar.

3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi
pada kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada
pendidik.

PETUNJUK BAGI PENDIDIK

Dalam setiap kegiatan belajar pendidik berperan untuk:
1. Membantu peserta didik dalam merencanakan proses belajar
2. Membimbing peserta didik dalam memahami konsep, analisa, dan
menjawab pertanyaan peserta didik mengenai proses belajar
3. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok.

8

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

SIFAT PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

A. Awal Pendudukan Jepang di Indonesia
Pearl Harbour Porak Poranda
Tanggal 7 Desember 1941, terjadi peristiwa besar, yakni Jepang menyerbu
pangkalan Angkatan Laut di Pearl Harbour, Hawai. Nah, aksi Jepang ini merupakan
sebuah gerakan invasi militer yang kemudian dengan cepat merambah ke kawasan
Asia Tenggara. Sehingga di Januari-Februari tahun 1942, Jepang telah menduduki
Filipina, Pontianak, Balikpapan, Palembang, Tarakan (Kalimantan Timur), dan
Samarinda, yang mana waktu itu bangsa Belanda masih berada di wilayah
Indonesia. Bahkan beberapa minggu kemudian, Jepang telah berhasil mendarat di
Pulau Jawa, tepatnya di Teluk Banten pada tanggal 1 Maret 1942, kemudian juga di
Kragan (Jawa Timur), dan di Eretan (Jawa Barat). Nah setelah itu, tanggal 5 Maret
1942 kota Batavia telah jatuh ke tangan Jepang, hingga akhirnya tanggal 8 Maret
1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Penyerahan kekuasaan kepada Jepang oleh Belanda dilakukan melalui
sebuah upacara di Kalijati, Subang, Jawa Barat. Gubernur Jenderal Tjardaan
Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten menjadi wakil Belanda dalam upacara
tersebut, kemudian Jenderal Hitoshi Imamura menjadi wakil dari Jepang. Dengan
berakhirnya upacara penyerahan tersebut, secara otomatis kemudian, Indonesia
berada di bawah jajahan (pendudukan) Jepang. Dan dari sinilah penderitaan bangsa
Indonesia memulai babak baru, dan kalian tentunya bisa membayangkan nasib
bangsa Indonesia setelah itu.
Dimulainya penjajahan Jepang di Indonesia menjadi mimpi buruk bagi
bangsa Indonesia. Politik imperialisme Jepang, bukan hanya berorientasi pada
eksploitasi sumber daya alamnya saja, akan tetapi manusianya juga. Jepang
melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Sumber-sumber kekayaan alam
Indonesia dan juga tenaga masyarakat Indonesia dikuras oleh Jepang. Untuk

9

memenuhi semua kebutuhan perangnya. Jepang melakukan berbagai cara, mulai
dari propaganda, janji-janji manis, hingga cara-cara kekerasan.

Saudara Tua diterima di Indonesia
Masa awal kedatangan Jepang, dimana-mana terdengar ucapan “banzai-

banzai” (selamat datang-selamat datang). Setiap kali Radio Tokyo
memperdengarkan lagu Kimigayo (lagu kebangsaan Jepang) maka juga akan
terdengar lagu Indonesia Raya. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan
berdampingan dengan Bendera Jepang, Hinomaru. Melalui siaran radio, juga
dipropagandakan bahwa barang-barang buatan Jepang itu menarik dan murah
harganya, sehingga mudah bagi rakyat Indonesia untuk membelinya.

Ternyata tentara Jepang pandai

merayu, Tentara Jepang juga

mempropagandakan bahwa

kedatangannya ke Indonesia untuk

membebaskan rakyat dari cengkeraman

penjajahan bangsa Barat (Belanda).

Katanya Jepang juga akan membantu

memajukan rakyat Indonesia. Melalui

program Pan-Asia, Jepang akan

memajukan dan menyatukan seluruh

rakyat Asia. Untuk lebih meyakinkan

rakyat Indonesia, Jepang menegaskan

kembali bahwa Jepang tidak lain adalah

“saudara tua”, dan rakyat Indonesia

adalah “saudara muda” bagi Jepang.

Jadi Jepang dan Indonesia sama. Bahkan untuk meneguhkan progandanya tentang

Pan-Asia, Jepang berusaha membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan

Tiga A”. Tahukah kamu apa itu gerakan 3A? Gerakan 3A adalah gerakan yang

dipropagandakan oleh tentara Jepang untuk menarik simpati rakyat Indonesia.

10

Gerakan 3A berisi Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon
Pemimpin Asia. (Nippon adalah sebutan lain negara Jepang, yang berarti
‘matahari’).

Dengan segala bentuk propaganda manis tersebut, tidak heran jika
kedatangan Jepang di masa- masa awal, disambut gembira oleh rakyat Indonesia.
Jepang mendatangkan harapan bahwa Jepang benar-benar akan membebaskan
Indonesia dari penjajahan. “Saudara tua” diterima baik oleh rakyat Indonesia.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sifat pendudukan Jepang
memperlihatkan bentuk aslinya. Sifat baik yang diperlihatkannya di masa awal,
pelan-pelan bergeser menjadi praktek penjajahan yang kejam dan mendatangkan
penyiksaan bagi rakyat Indonesia.

B. Pemerintahan Militer dan Sipil Jepang di Indonesia
Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara

Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan
dan kemiliteran (termasuk semimiliter). Oleh karena itu, pemerintah Jepang di
Indonesia kemudian membentuk pemerintahan militer. Di seluruh Kepulauan
Indonesia bekas Hindia Belanda itu wilayahnya dibagi menjadi tiga wilayah
pemerintahan militer.

1) WILAYAH I (Angkatan Darat : Gunseibu), Mencakup Jawa & Madura di mana
Batavia menjadi pusatnya. Wilayah ini menjadi wewenang tentara ke-16 di
bawah pimpinan Hitoshi Imamura.
11

2) WILAYAH II (Angkatan Darat: Rikugun), mencakup wilayah-wilayah di
Sumatera dengan pusat Bukittinggi. Wilayah ini di menjadi wewenang tentara
ke-25 di mana tokoh yang memimpin bernama Jendral Tanabe.

3) WILAYAH III (Angkatan Laut: Kaigun), mencakup Sulawesi, Kalimantan,
Maluku, Nusa Tenggara juga Irian yang berpusat pada Makassar. Wilayah ini
menjadi wewenang armada selatatan ke-2 di bawah kepemimpinan Laksamana
Maeda.
Pembagian administrasi wilayah pendudukan semacam itu tentu juga terkait

dengan perbedaan kepentingan Jepang terhadap tiap-tiap daerah di Indonesia, baik
dari segi militer maupun politik ekonomi. Pulau Jawa yang merupakan pusat
pemerintahan yang sangat penting waktu itu masih diberlakukan pemerintahan
sementara. Hal ini berdasarkan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan
oleh Panglima Tentara Ke-16).

Selain pemerintahan militer, Jepang juga membentuk pemerintahan sipil
untuk medukung jalannya pemerintahan Jepang di Indonesia. Pemerintahan militer
berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU
No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No. 28
tentang pemerintahan shu serta tokubetsushi. Dengan UU tersebut, pemerintahan
akan dilengkapi dengan pemerintahan sipil. Menurut UU No. 28 ini, pemerintahan
daerah yang tertinggi adalah shu (karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura,
kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu
(karesidenan), shi (kotapraja), ken (kabupaten), gun (kawedanan), son (kecamatan),
dan ku (desa/kelurahan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 17 shu.

Pemerintahan shu itu dipimpin oleh seorang shucokan. Shucokan memiliki
kekuasaan seperti gubenur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan
legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh
Cokan Kanbo (Majelis Permusyawaratan Shu). Setiap Cokan Kanbo ini memiliki
tiga bu (bagian), yakni Naiseibu (bagian pemerintahan umum), Kaisaibu (bagian
ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Pemerintah pendudukan Jepang
juga membentuk sebuah kota yang dianggap memiliki posisi sangat penting
sehingga menjadi daerah semacam daerah swatantra (otonomi). Daerah ini disebut

12

tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang
berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota
Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico.
Pemerintah Jepang juga membentuk tonarigumi, yang pada masa sekarang ini kita
kenal dengan Rukun Tetangga (RT). Tanorigumi ini digunakan oleh pemerintah
Jepang untuk mengawasi gerak-gerik rakyat agar dapat dipantau oleh pemerintah
Jepang.

C. Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
a. Organisasi Sosial Kemasyarakatan Jepang
1) Gerakan 3A
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Gerakan Tiga A (3A) punya
tiga semboyan yakni: Nippon Pelindung Asia Nippon Pemimpin Asia Nippon
Cahaya Asia. Gerakan Tiga A ini didirikan pada tanggal 29 April 1942, tepat
dengan Hari Nasional Jepang yakni kelahiran (Tencosetsu) Kaisar Hirohito.
Gerakan ini dipelopori oleh Kepala Departemen Propaganda (Sendenbu)
Jepang, Hitoshi Shimizu. Hitoshi Shimizu menunjuk tokoh pergerakan
nasional, Mr Syamsudin (Raden Sjamsoeddin) sebagai Ketua.
Gerakan Tiga A (3A) tidak bertahan lama. Ini dikarenakan rakyat
kurang bersimpati. Gerakan ini terlalu menonjolkan Jepang dan bukan
gerakan kebangsaan. Bagi golongan intelektual yang bergerak dalam politik
Tiga A (3A), gerakan ini juga dianggap kurang menarik karena tidak ada
manfaat dalam perjuangan mencapai cita-cita kemerdekaan. Maka pada akhir
1942, Gerakan Tiga A (3A) dibubarkan.

2) Putera (Pusat Tenaga Rakyat)

13

Tokoh Empat Serangkai, (Soekarno, Moh Hatta, KH Mas Mansyur, dan Ki Hajar
Dewantara) para pemimpin Putera

Sebagai ganti Gerakan Tiga A yang dibubarkan karena tidak efektif,
Jepang memprakarsai Pusat Tenaga Rakyat atau Putera. Putera dipimpin oleh
tokoh nasional yang kerap dijuluki Empat Serangkai. Empat Dengan restu
Jepang, Putera pun didirikan pada 16 April 1943. Tujuan Putera adalah
membangun dan menghidupkan kembali hal-hal yang dihancurkan Belanda.
Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat
guna membantu Jepang dalam perang. Selain tugas propaganda, Putera juga
bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi.

Gerakan ini tidak dibiayai pemerintah Jepang. Walaupun demikian,
para pemimpin bangsa diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas Jepang
seperti koran dan radio. Dengan cara ini, para pemimpin dapat berkomunikasi
secara leluasa kepada rakyat. Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil
mempersiapkan mental masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua
tahun kemudian. Jepang menyadari Putera lebih banyak menguntungkan bagi
pergerakan Nasional dibanding kepentingan Jepang sendiri. Maka pada 1944,
Jepang membubarkan Putera.

3) Fujinkai
Dikutip dari Konflik Bersejarah Ensiklopedi Pendudukan Jepang di

Indonesia (2013), Fujinkai awalnya bagian wanita dari Putera. Setelah Putera
dibubarkan, Jepang mempertahankan bagian wanitanya. Bagian wanita itu
dibuat organisasi sendiri pada Agustus 1943 bernama Fujinkai. Selain
beranggotakan para ibu, Fujinkai juga punya Bagian Pemudi yang bernama

14

Josi Saimentai. Anggotanya para gadis yang berusia di atas 15 tahun. Fujinkai
bertugas meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Anggotanya
menggelar kegitan pendidikan dan kursus-kursus.

Anggota Fujinkai dilatih membuat dapur umum dan pertolongan
pertama. Mereka juga melakukan kinrohoshi atau kerja bakti (wajib kerja
tanpa upah).

Para wanita dikerahkan
bercocok tanam sebab para pria
yang tadinya menggarap ladang,
dikerahkan untuk urusan militer.
Anggota Fujinkai juga diminta
mengumpulkan dana wajib. Dana
wajib ini berupa perhiasan, bahan
makanan, hewan ternak, maupun
keperluan lain yang bisa
digunakan untuk membiayai perang Jepang. Ketika situasi perang memanas,
Fujinkai juga diberi latihan militer sederhana. Bahkan pada April 1944
Fujinkai membentuk Barisan Wanita Istimewa yang disebut sebagai Barisan
Srikandi.

4) MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia

Pimpinan Harian MIAI : Mr. Kasman Singodimejo, K.H Mas Mansur, W.Wondoamiseno,
RHO.Junaedi dan Harsono Tjokroaminoto (Sumber: Republika)

15

Sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh pada masa
pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkan kembali oleh pemerintah
pendudukan Jepang. Pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif
kembali. Dengan demikian, MIAI diharapkan segera dapat digerakkan
sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan perang.
Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi
pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI menjadi
tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog, dan
bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan
umat.

Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah sebagai berikut:
● Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat

Indonesia.
● Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
● Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.

Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI
membuat program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang
bersifat sosio-religius. Secara khusus program-program itu akan diwujudkan
melalui rencana sebagai berikut:
● pembangunan masjid Agung di Jakarta,
● mendirikan universitas, dan
● membentuk baitulmal.
Dari ketiga program ini yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya
program yang ketiga.

Coba perhatikan! Mengapa Jepang tidak memberi “restu”
MIAI membangun masjid agung dan universitas? Coba cari
jawabnya!

16

November 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai penggantinya, Jepang
membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari
pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan
dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur
Raya. Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat
oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Orang yang diangkat menjadi penasihat
dalam organisasi ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab.

5) Jawa Hokokai

Anggota Jawa Hokokai (Sumber: Kompas.com)

Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara
Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini
menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan.
Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada
membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Jawa). Untuk menghadapi situasi perang tersebut, Jepang
membutuhkan persatuan dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun
batin. Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya terhadap pemerintah
demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal:
● mengorbankan diri,
● mempertebal persaudaraan, dan
● melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.

17

Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut:
● melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah

Jepang
● memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan
● semangat persaudaraan, dan
● memperkokoh pembelaan tanah air

Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya terdiri
atas bermacam-macam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang
profesinya. Misalnya Kyoiku Hokokai (kebaktian para pendidik guru-guru)
dan Isi Hokokai (wadah kebaktian para dokter). Jawa Hokokai juga
mempunyai anggota istimewa, seperti Fujinkai (organisasi wanita), dan
Keimin Bunka.

b. Organisasi Semi Militer Jepang
1) Seinendan

Seinendan atau barisan pemuda dibentuk pada tanggal 9 maret 1943.
Organisasi ini beranggotakan para pemuda yang berusia 14-22 tahun. Pada
awalnya, anggota Seinendan 3.500 orang pemuda dari seluruh Jawa. Tujuan
dibentuknya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar
dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Bagi Jepang, untuk mendapatkan tenaga cadangan guna memperkuat usaha
mencapai kemenangan dalam perang Asia Timur Raya, perlu diadakannya
pengerahan kekuatan pemuda. Oleh karena itu, Jepang melatih para pemuda

18

atau para remaja melalui organisasi Seinendan. Dalam hal ini Seinendan
difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis belakang.

2) Keibodan
Organisasi Keibodan (Korps Kewaspadaan) merupakan organisasi

semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25-35 tahun.
Ketentuan utama untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan
sehat dan berkelakuan baik. Apabila dilihat dari usianya, para anggota
Keibodan sudah lebih matang dan siap untuk membantu Jepang dalam
keamanan dan ketertiban. Pembentukan Keibodan ini memang dimaksudkan
untuk membantu tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan pengamanan
desa. Untuk itu anggota Keibodan juga dilatih kemiliteran. Pembina keibodan
adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di daerah syu (shu) dibina oleh
Bagian Kepolisian (Keisatsubu). Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk
Keibodan yang dinamakan Kakyo Keibotai.

3) Barisan Pelopor
Pada pertengahan tahun 1944, diadakan rapat Chuo-Sangi-In (Dewan

Pertimbangan Pusat). Salah satu keputusan rapat tersebut adalah merumuskan
cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang mendalam di
kalangan rakyat untuk memenuhi kewajiban dan membangun persaudaraan
untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah airnya dari
serangan musuh. Sebagai wujud konkret dari kesimpulan rapat itu maka pada
tanggal 1 November 1944, Jepang membentuk organisasi baru yang
dinamakan “Barisan Pelopor”. Melalui organisasi ini diharapkan adanya
kesadaran rakyat untuk berkembang, sehingga siap untuk membantu Jepang
dalam mempertahankan Indonesia.Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor”
ini tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir.
Sukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran
Martoatmojo.

19

4) Hisbullah
Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda

Islam yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam istilah
Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishinti. Tugas pokok Hizbullah adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai tentara cadangan, dengan tugas:

● melatih diri jasmani maupun rohani dengan segiat-giat nya,
● membantu tentara Dai Nippon
● menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh, dan
● menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepen tingan perang.
2. Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:
● menyiarkan agama Islam,
● memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan
● membela agama dan umat Islam Indonesia.

c. Organisasi Militer Jepang
1) Heiho

Heiho dibentuk pada bulan april 1945. Anggotanya adalah pemuda
yang berusia 18-25 tahun dengan pendidikan terendah SD. Heiho adalah
wadah yang disediakan jepang untuk pemuda indonesia sebagai barisan
pembantu kesatuan angkatan perang dan merupakan bagian dari ketentaraan
jepang. Heiho merupakan militer resmi.

2) Peta

20

Peta mula-mula dibentuk di wilayah kekuasaan tentara ke-16 di jawa
dan madura. Peta dibentuk secara resmi pada tanggal 3 oktober 1943.
Penanggung jawab dari pendidikan latihan-latihan peta adalah Yanagawa.
Peta berkembang tidak hanya dijawa, tetapi juga di luar jawa. Di sumatra, peta
dikenal dengan sebutan Giyugun (prajurit sukarela). Ada keterangan yang
menyebutkan bahwa pembentukan peta merupakan permintaan bangsa
indonesia kepada jepang atas usul R. Gatot Mangkoepradja.

Peta mempunyai tugas mempertahankan tanah air indonesia. Tokoh
peta yang terkenal, antara lain soeprijadi, jenderal soedirman, dan jenderal
gatot soebroto.

D. Praktek Pengerahan dan Penindasan Jepang
1. Ekonomi Perang
Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, diterapkan konsep
“Ekonomi perang”. Artinya, semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk
menopang kegiatan perang. Kamu tahu kan jika sebelum memasuki PD II,
Jepang sudah berkembang menjadi negara industri dan sekaligus menjadi
kelompok negara imperialis di Asia. Sehingga Jepang mendapat julukan
“Macannya Asia” oleh karena itu berbagai upaya untuk memperluas wilayahnya.
Sasaran utamanya antara lain Korea dan Indonesia. Jepang telah merancang
bahwa ke depannya, Indonesia akan menjadi tempat penjualan produk-produk
industrinya.
Untuk pemenuhan ekonomi perang di bidang pertanian Jepang
mengeluarkan kebijakan antara lain:

21

a) Padi berada langsung di bawah pengawasan pemerintah Jepang. Produksi,
pungutan dan penyaluran padi serta menentukan harganya. Dalam kaitan ini
Jepang telah membentuk badan yang diberi nama Shokuryo Konri Zimusyo
(Kantor Pengelolaan Pangan) yang menentukan harga padi, pengatur
produksi, dan panen.

b) Penggilingan padi dilakukan dibawah pengawasan Jepang
c) Hasil panen petani diserahkan sebesar pemerintah Jepang sebesar 40% dan

30 % untuk persiapan pembelian bibit dan lumbung desa, sisanya 40% untuk
petani.

Pengerahan padi pada masa pendudukan Jepang di Indonesia

Selama pendudukan Jepang. kehidupan petani semakin merosot. Mereka
tidak bisa menikmati hasil jerih payahnya sebagai petani. Karena hasil
pertaniannya harus dijual dengan harga yang sudah ditentukan Jepang sehingga
kehidupannya menjadi semakin menderita.

Dengan diterapkannya kebijakan ekonomi perang itu, ekonomi uang yang
pernah dikembangkan masa pemerintahan Hindia Belanda tidak begitu populer.
Javache Bank dilikuidasi dibentuklah Nanpo Kaihatsu Ginko yang melanjutkan
tugas dari pemerintah pendudukan Jepang dalam mengedarkan invansion money
yang dicetak di Jepang dalam tujuh denominasi, mulai dari satu hingga sepuluh
gulden. Uang Belanda kemudian digantikan oleh uang Jepang.

22

Dengan berbagai ketentuan pemerintah Jepang tersebut, coba
bandingkan dengan kegiatan monopoli yang dilakukan pada
zaman Hindia Belanda! Adakah persamaannya? Coba lakukan
telaah kritis tentang hal itu!

2. Kehidupan Pendidikan dan Kebudayaan di Indonesia Pada Masa Jepang
Pendidikan yang dikembangkan oleh Jepang didasari oleh semangat

pembebasan dan persamaan. Kebijakan ini juga menyebabkan terhapusnya
diskriminasi sosial terhadap para pelajar pribumi yang sebelumnya diterapkan
oleh Belanda. Sistem pendidikan zaman Jepang yang masih diterapkan oleh
negara kita saat ini diantaranya adalah sistem belajar 12 tahun. Saat itu Jepang
membuka Sekolah Umum yang terdiri dari Sekolah Rakyat (kokumin gakko)
selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama selama 3 tahun dan Sekolah
Menengah Atas selama 3 tahun. Jepang juga mengadakan pelatihan bagi para
guru yang pesertanya diambil dari berbagai daerah. Dalam pelatihan tersebut,
para peserta didoktrin dengan “Hakko Ichiu”. Ajaran ini berarti Delapan penjuru
dunia dibawah satu atap. Dengan adanya ajaran ini bisa diartikan bahwa Jepang
meyakinkan negaranya adalah sebagai pemimpin dalam suatu lingkungan.
Setelah melakukan pelatihan, para peserta harus kembali ke daerahnya masing-
masing untuk menyampaikan ilmu yang telah diperolehnya selama pelatihan.

Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya
dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan
Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret
1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang tidak
menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa
setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai
penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi
ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di
Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena
itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang
mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal.

23

Kebijakan yang dijalankan Jepang dalam bidang pendidikan didasarkan
pada tiga prinsip utama, yakni:
1) Menata kembali pendidikan berdasarkan keseragaman dan persamaan untuk

semua kelompok etnis dan kelas sosial.
2) Menghapuskan secara sistematis pengaruh Belanda dari sekolah-sekolah dan

menjadikan unsur Indonesia sebagai landasan utama.
3) Menjadikan semua lembaga pendidikan sebagai alat untuk memasukkan

doktrin “Kemakmuran Asia Timur Raya” di bawah pimpinan Jepang.
Sesuai dengan prinsip pertama pendidikan Jepang, pendidikan tingkat

dasar dijadikan hanya satu macam, yakni sekolah dasar 6 tahun. Tujuannya ialah
untuk memudahkan pengawasan terhadap materi pelajaran dan penyelenggaraan
sekolah-sekolah tersebut. Bila dilihat dari sudut pandang Indonesia, tujuan
kebijakan ini cukup positif, yakni hilangnya diskriminasi di bidang pendidikan.

Sebagai implementasi dari prinsip kedua, pada masa-masa awal, Jepang
membekukan semua kegiatan pendidikan. Hal itu dimaksudkan untuk mengikis
habis pengaruh Belanda.

Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya
sekolah-sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan
bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS,
sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa
Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada
adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai
keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk
mentranslasikan buku-buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk
kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe
akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi.

Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan
untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang
untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus
mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan
Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran

24

yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan
operasonalisasi pendidikan lainnya.

Dalam bidang budaya, beberapa kebijakan yang dikeluarkan Jepang

antara lain:

1) Menerapkan kebudayaan

memberi hormat ke arah

matahari terbit kepada rakyat

Indonesia. Dalam masyarakat

Jepang, kaisar memiliki tempat

tertinggi, karena diyakini

sebagai keturunan Dewa

Matahari. Untuk itu, Jepang

berusaha menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia,

dengan cara membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah

matahari terbit.

2) Demi mengampu budaya-budaya

yang ada di Indonesia, maka

pemerintah pendudukan Jepang

akhirnya mendirikan suatu badan

yang bernama Keimin Bunkei

Shidosho. Keimin Bunkei

Shidosho bertugas memimpin dan

menilik budaya umum untuk

meningkatkan derajat (mutu) budaya rakyat asli.

25

Keimin Bunkei Sidasho dibagi menjadi
beberapa bagian, antara lain bagian
musik, bagian sandiwara, bagian seni tari,
dan bagian seni lukis. Karya-karya sastra
yang mendukung politik Tiga A atau
yang sejenis seperti Tjinta Tanah Stutji
karangan Nur Sutan Iskandar; Palawidja
karangan Karim Halim adalah karya
sastra yang sejalan dengan propaganda
Jepang untuk menggelorakan semangat
berjuang dan berkorban untuk
kepentingan Asia Timur Raya.
3) Pada masa pendudukan Jepang,
pemerintah juga membentuk Rukun
Tetangga (RT) satuan pemerintahan
terbawah yang di bentuk pada masa
pendudukan Jepang untuk mengawasi
aktifivtas warga, serta mendukung
kebijakan Politik dan Ekonomi Jepang
yang disebut tonarigumi.

3. Kejamnya Romusha

26

Kamu tahu apa yang dimaksud dengan romusha? Coba cari
jawabnya!

Perlu diketahui bahwa untuk menopang Perang Asia Timur Raya, Jepang
mengerahkan semua tenaga kerja dari Indonesia. Tenaga kerja inilah yang
kemudian kita kenal dengan romusha. Mereka dipekerjakan di lingkungan
terbuka, misalnya di lingkungan pembangunan kubu-kubu pertahanan, jalan
raya, lapangan udara. Pada awalnya, tenaga kerja dikerahkan di Pulau Jawa yang
padat penduduknya, kemudian di kota-kota dibentuk barisan romusha sebagai
sarana propaganda. Desa-desa diwajibkan untuk menyiapkan sejumlah tenaga
romusha. Panitia pengerahan tersebut disebut Romukyokai , yang ada di setiap
daerah.

Rakyat Indonesia yang menjadi romusha itu diperlakukan dengan tidak
senonoh, tanpa mengenal perikemanusiaan. Mereka dipaksa bekerja sejak pagi
hari sampai petang, tanpa makan dan pelayanan yang cukup. Padahal mereka
melakukan pekerjaan kasar yang sangat memerlukan banyak asupan makanan
dan istirahat. Mereka hanya dapat beristirahat pada malam hari. Kesehatan
mereka tidak terurus. Tidak jarang di antara mereka jatuh sakit bahkan mati
kelaparan.

Untuk menutupi kekejamannya dan agar rakyat merasa tidak dirugikan,
sejak tahun 1943, Jepang melancarkan kampanye dan propaganda untuk menarik
rakyat agar mau berangkat bekerja sebagai romusha. Untuk mengambil hati
rakyat, Jepang memberi julukan mereka yang menjadi romusha itu sebagai
“Pejuang Ekonomi” atau “Pahlawan Pekerja”. Para romusha itu diibaratkan
sebagai orang-orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk
memenangkan perang dalam Perang Asia Timur Raya. Pada periode itu sudah
sekitar 300.000 tenaga romusha dikirim ke luar Jawa. Bahkan sampai ke luar
negeri seperti ke Birma, Muangthai, Vietnam, Serawak, dan Malaya. Sebagian
besar dari mereka ada yang kembali ke daerah asal, ada yang tetap tinggal di
tempat kerja, tetapi kebanyakan mereka mati di tempat kerja.

27

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP
PENDUDUKAN JEPANG

Keberhasilan Jepang menguasai beberapa wilayah Indonesia, merupakan akibat
dari propaganda-propaganda yang dilakukan oleh Jepang terhadap bangsa Indonesia,
tujuannya adalah menarik simpati rakyat supaya dapat membantu dan mendukung
Jepang yang sedang menghadapi perang dengan Amerika Serikat (Blok Sekutu) dalam
Perang Pasifik sebagai bagian dari Perang Dunia II.

Banyak masyarakat yang menderita saat wilayahnya dikuasai oleh Jepang. Hal
ini dikarenakan, mereka dipaksa untuk membuat parit, membuat jalan, membuat
lapangan terbang, dan masih banyak lagi, mereka dipaksa oleh Jepang menjadi
Romusha. Kalian tahu nggak apa itu romusha? Romusha artinya buruh atau pekerja,
adalah sebutan bagi orang-orang yang dipekerjakan secara paksa oleh Jepang pada saat
Jepang menduduki Indonesia. Simak materi berikut agar pemahaman kalian lebih tajam
dan mendalam mengenai sepak terjang Pendudukan Jepang, dan agar kalian paham juga
bagaimana respon bangsa Indonesia menghadapi kekejaman Jepang.

Penderitaan rakyat tidak berkurang tetapi justru semakin bertambah. Kehidupan
rakyat benar-benar menyedihkan. Bahan makanan sulit didapatkan karena banyak
petani yang menjadi pekerja romusha. Gelandangan di kota-kota besar makin tumbuh
subur Tidak jarang mereka mati kelaparan di jalanan atau di bawah jembatan. Penyakit
kudis menjangkiti masyarakat. Bahan-bahan pakaian sulit didapatkan, bahkan
masyarakat menggunakan karung goni sebagai bahan pakaian mereka. Obat-obatan
juga sangat sulit didapatkan. Penderitaan rakyat Indonesia semakin tidak tertahankan.
Oleh karena itu, wajar kalau kemudian muncul berbagai perlawanan terhadap
pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia. Perlawanan-perlawanan tersebut antara
lain:

A. Perlawanan Rakyat Aceh

28

Abdul Jalil adalah seorang ulama muda, guru
mengaji di daerah Cot Plieng, Provinsi Aceh.
Karena melihat kekejaman dan
kesewenangan pemerintah pendudukan
Jepang, terutama terhadap romusha, maka
rakyat Cot Plieng melancarkan perlawanan.
Abdul Jalil memimpin rakyat Cot Plieng
untuk melawan tindak penindasan dan
kekejaman yang dilakukan pendudukan
Jepang. Di Lhokseumawe, Abdul Jalil
berhasil menggerakkan rakyat dan para santri
di sekitar Cot Plieng. Gerakan Abdul Jalil ini
di mata Jepang dianggap sebagai tindakan
yang sangat membahayakan. Oleh karena itu,
Jepang berusaha membujuk Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, Abdul Jalil
bergeming dengan ajakan damai itu. Karena Abdul Jalil menolak jalan damai, pada
tanggal 10 ovember 1942, Jepang mengerahkan pasukannya untuk menyerang Cot
Plieng.
Pertempuran kemudian berlanjut hingga pada tanggal 24 November 1942,
saat rakyat sedang menjalankan ibadah salat subuh. Karena diserang, maka rakyat
pun dengan sekuat tenaga melawan. Rakyat dengan bersenjatakan pedang dan
kelewang, bertahan bahkan dapat memukul mundur tentara Jepang. Serangan
tentara Jepang diulang untuk yang kedua kalinya, tetapi dapat digagalkan oleh
rakyat. Kekuatan Jepang semakin ditingkatkan. Kemudian, Jepang melancarkan
serangan untuk yang ketiga kalinya dan berhasil menghancurkan pertahanan rakyat
Cot Plieng, setelah Jepang membakar masjid. Banyak rakyat pengikut Abdul Jalil
yang terbunuh. Dalam keadaan terdesak, Abdul Jalil dan beberapa pengikutnya
berhasil meloloskan diri ke Buloh Blang Ara. Beberapa hari kemudian, saat Abdul
Jalil dan pengikutnya sedang menjalankan salat, mereka ditembaki oleh tentara
Jepang sehingga Abdul Jalil gugur sebagai pahlawan bangsa.

29

Dalam pertempuran ini, rakyat yang gugur sebanyak 120 orang dan 150
orang luka-luka, sedangkan Jepang kehilangan 90 orang prajuritnya. Kebencian
rakyat Aceh terhadap Jepang semakin meluas sehingga muncul perlawanan di
Jangka Buyadi bawah pimpinan perwira Gyugun Abdul Hamid. Dalam situasi
perang yang meluas ke berbagai tempat, Jepang mencari cara yang efektif untuk
menghentikan perlawanan Abdul Hamid. Jepang menangkap dan menyandera
semua anggota keluarga Abdul Hamid. Dengan berat hati akhirnya Abdul Hamid
mengakhiri perlawanannya. Berikutnya perlawanan rakyat berkobar di Pandrah
Kabupaten Bireuen. Perlawanan disebabkan oleh masalah penyetoran padi dan
pengerahan tenaga romusha. Kerja paksa yang diadakan Jepang terlalu memakan
waktu panjang sehingga para petani hampir tidak memiliki kesempatan untuk
menggarap sawah. Disamping itu, Jepang menancapi bambu runcing di sawah-
sawah dengan maksud agar tidak dapat digunakan Sekutu untuk mendaratkan
pasukan payungnya. Tindakan Jepang itu sangat merugikan rakyat. Fakta yang
memberatkan lagi, Jepang juga memaksa rakyat untuk menyerahkan hasil panennya
sebanyak 50 – 80%.

B. Perlawanan Rakyat Singaparna
Kebijakan-kebijakan Jepang yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat,

banyak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, ajaran yang banyak dianut oleh
masyarakat Singaparna. Tasikmalaya, Jawa Barat. Atas dasar pandangan dan ajaran
Islam, rakyat Singaparna melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang.
Perlawanan itu juga dilatarbelakangi oleh kehidupan rakyat yang semakin
menderita.

Para romusha dari Singaparna dikirim ke berbagai daerah di luar Jawa.
Mereka umumnya tidak kembali karena menjadi korban keganasan alam maupun
akibat tindakan Jepang yang tidak mengenal perikemanusiaan. Mereka banyak yang
meninggal tanpa diketahui di mana kuburnya. Selain itu, rakyat juga diwajibkaan
menyerahkan padi dan beras dengan aturan yang sangat menjerat dan menindas
rakyat, sehingga penderitaan terjadi di mana-mana. Kemudian secara khusus rakyat

30

Singaparna di bawah Kiai Zainal Mustafa menentang keras untuk melakukan
seikeirei.
Perlawanan meletus pada bulan Februari, 1944,dipimpin oleh seorang Kiai Zainal
Mustafa, seorang ajengan (tokoh ulama) di Sukamanah, Singaparna. Ia adalah
pendiri Pesantren Sukamanah. Ia sangat menentang kebijakankebijakan Jepang
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan Zainal Mustafa secara diam-diam
telah membentuk “Pasukan Tempur Sukamanah” yang dipimpin oleh ajengan
Najminudin. Kiai Zainal Mustafa memulai pertempuran pada salah satu hari Jumat
di bulan Februari 1944.

C. Perlawanan di Indramayu
Perlawanan terhadap kekejaman Jepang

juga terjadi di daerah Indramayu. Latar
belakang dan sebab-sebab perlawanan itu tidak
jauh berbeda dengan apa yang terjadi di
Singaparna. Para petani dan rakyat Indramayu
pada umumnya hidup sangat sengsara. Jepang
telah bertindak semena-mena terhadap para
petani Indramayu. Mereka harus menyerahkan
sebagian besar hasil padinya kepada Jepang.
Tentu kebijakan ini sangat menyengsarakan
rakyat. Begitu juga kebijakan untuk
mengerahkan tenaga romusha juga terjadi di
Indramayu, sehingga semakin membuat rakyat
menderita.
Perlawanan rakyat Indramayu antara lain terjadi di Desa Kaplongan, Distrik
Karangampel pada bulan April 1944. Kemudian pada bulan Juli, muncul pula
perlawanan rakyat di Desa Cidempet, Kecamatan Lohbener. Perlawanan tersebut
terjadi karena rakyat merasa tertindas dengan adanya kebijakan penarikan hasil padi
yang sangat memberatkan. Rakyat yang baru saja memanen padinya harus langsung
dibawa ke balai desa. Setelah itu, pemilik mengajukan permohonan kembali untuk

31

mendapat sebagian padi hasil panennya. Rakyat tidak dapat menerima cara-cara
Jepang yang demikian. Rakyat protes dan melawan. Mereka bersemboyan “lebih
baik mati melawan Jepang daripada mati kelaparan”. Setelah kejadian tersebut,
maka terjadilah perlawanan yang dilancarkan oleh rakyat. Namun, sekali lagi rakyat
tidak mampu melawan kekuatan Jepang yang didukung dengan tentara dan
peralatan yang lengkap. Rakyat telah menjadi korban dalam membela bumi tanah
airnya.

D. Rakyat Kalimantan Angkat Senjata
Perlawanan rakyat terhadap kekejaman Jepang terjadi di banyak tempat.

Begitu juga di Kalimantan, di sana terjadi peristiwa yang hampir sama dengan apa
yang terjadi di Jawa dan Sumatra. Rakyat melawan Jepang karena himpitan
penindasan yang dirasakan sangat berat. Salah satu perlawanan di Kalimantan
adalah perlawanan yang dipimpin oleh Pang Suma, seorang pemimpin Suku Dayak.
Pemimpin Suku Dayak ini memiliki pengaruh yang luas di kalangan orang-orang
atau suku-suku dari daerah Tayan, Meliau, dan sekitarnya.

Pang Suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap Jepang
dengan taktik perang gerilya. Mereka hanya berjumlah sedikit, tetapi dengan
bantuan rakyat yang militan dan dengan memanfaatkan keuntungan alam rimba
belantara, sungai, rawa, dan daerah yang sulit ditempuh perlawanan berkobar
dengan sengitnya. Namun, harus dipahami bahwa di kalangan penduduk juga
berkeliaran para mata-mata Jepang yang berasal dari orang-orang Indonesia sendiri.
Lebih menyedihkan lagi, para mata-mata itu juga tidak segan-segan menangkap
rakyat, melakukan penganiayaan, dan pembunuhan, baik terhadap orang-orang
yang dicurigai atau bahkan terhadap saudaranya sendiri. Adanya mata-mata inilah
yang sering membuat perlawanan para pejuang Indonesia dapat dikalahkan oleh
penjajah. Demikian juga perlawanan rakyat yang dipimpin Pang Suma di
Kalimantan ini akhirnya mengalami kegagalan juga.

E. Rakyat Irian Melawan

32

Pada masa pendudukan Jepang, penderitaan juga dialami oleh rakyat di Irian.
Mereka mendapat pukulan dan penganiayaan yang sering di luar batas
kemanusiaan. Oleh karena itu, wajar jika kemudian mereka melancarkan
perlawanan terhadap Jepangi. Gerakan perlawanan yang terkenal di Papua adalah
“Gerakan Koreri” yang berpusat di Biak dengan pemimpinnya bernama L.
Rumkorem. Biak merupakan pusat pergolakan untuk melawan pendudukan Jepang.
Rakyat Irian memiliki semangat juang pantang menyerah, sekalipun Jepang sangat
kuat, sedangkan rakyat hanya menggunakan senjata seadanya untuk melawan.
Rakyat Irian terus memberikan perlawanan di berbagai tempat. Mereka juga tidak
memiliki rasa takut. Padahal kalau ada rakyat yang tertangkap, Jepang tidak segan-
segan memberi hukuman pancung di depan umum. Namun, rakyat Irian tidak gentar
menghadapi semua itu. Mereka melakukan taktik perang gerilya.

Tampaknya, Jepang cukup kewalahan menghadapi keberanian dan taktik
gerilya orang-orang Irian. Akhirnya, Jepang tidak mampu bertahan menghadapi
para pejuang Irian tersebut. Jepang akhirnya meninggalkan Biak. Oleh karena itu,
dapat dikatakan Pulau Biak ini merupakan daerah bebas dan merdeka yang pertama
di Indonesia. Ternyata perlawanan di tanah Irian ini juga meluas ke berbagai daerah,
dari Biak kemudian ke Yapen Selatan. Salah seorang pemimpin perlawanan di
daerah ini adalah Silas Papare. Perlawanan di daerah ini berlangsung sangat lama
bahkan sampai kemudian tentara Jepang dikalahkan Sekutu. Setelah berjuang
bergerilya dalam waktu yang sangat lama, rakyat Yapen Selatan mendapatkan
bantuan senjata dari Sekutu, bantuan senjata itu membantu rakyat Yapen Selatan
untuk mengalahkan Jepang. Hal tersebut menunjukkan bagaimana keuletan rakyat
Irian dalam menghadapi kekejaman pendudukan Jepang.

F. Perlawanan Peta
Yang ada pada benak Jepang adalah memenangkan perang dan upaya

mempertahankan Indonesia dari serangan Sekutu. Namun, justru rakyat yang
dikorbankan. Rakyat menjadi semakin menderita. Penderitaan demi penderitaan ini
mulai terlintas di benak Supriyadi seorang Shodanco PETA. Tumbuhlah semangat
dan kesadaran nasional, sehingga timbul rencana untuk melakukan perlawanan

33

terhadap Jepang. Sebagai komandan PETA, Supriyadi cukup memahami
bagaimana penderitaan rakyat akibat penindasan yang dilakukan Jepang. Hal
semacam ini juga dirasakan Supriyadi dan kawankawannya di lingkungan PETA.
Mereka kerap menyaksikan sikap congkak dan sombong dari para syidokan yang
melatih mereka Penderitaan rakyat itulah yang menimbulkan rencana para anggota
PETA di Blitar untuk melancarkan perlawanan terhadap pendudukan Jepang.

Pemberontakan PETA di Blitar (Sumber: Kompas.com)

Rencana perlawanan itu tampaknya sudah bulat tinggal menunggu waktu
yang tepat. Dalam perlawanan PETA tersebut, direncanakan akan melibatkan
rakyat dan beberapa kesatuan lain. Apa pun yang terjadi, Supriyadi dengan teman-
temannya sudah bertekad bulat untuk melancarkan serangan terhadap pihak Jepang.

Pada tanggal 29 Februari 1945 dini hari,
Supriyadi dengan teman-temannya mulai
bergerak. Mereka melepaskan tembakan mortir,
senapan mesin, dan granat dari daidan, lalu keluar
dengan bersenjata lengkap. Setelah pihak Jepang
mengetahui adanya gerakan penyerbuan itu,
mereka segera mendatangkan pasukan yang
semuanya orang Jepang. Pasukan Jepang juga
dipersenjatai dengan beberapa tank dan pesawat
udara. Mereka segera menghalau para anggota
PETA yang mencoba melakukan perlawanan.
Pimpinan tentara Jepang kemudian menyerukan

34

kepada segenap anggota PETA yang melakukan serangan, agar segera kembali ke
induk kesatuan masing-masing.

Untuk menghadapi perlawanan PETA di bawah pimpinan Supriyadi, Jepang
mengerahkan semua pasukannya dan mulai memblokir serta mengepung
pertahanan pasukan PETA tersebut. Namun, pasukan Supriyadi tetap bertahan.
Mengingat semangat, tekad, dan keuletan pasukan Supriyadi dan Muradi tersebut,
maka Jepang mulai menggunakan tipu muslihat. Komandan pasukan Jepang
Kolonel Katagiri berpura-pura menyerah kepada pasukan Muradi. Kolonel Katagiri
kemudian bertukar pikiran dengan anggota pasukan PETA dengan lemah lembut,
penuh kesantunan, sehingga hati para pemuda yang telah memuncak panas itu bisa
membalik menjadi dingin kembali.

Kolonel Katagiri berhasil mengadakan persetujuan dengan mereka. Para
pemuda PETA yang melancarkan serangan bersedia kembali ke daidan beserta
senjata-senjatanya. Katagiri menjanjikan, bahwa segala sesuatu akan dianggap soal
interen daidan, dan akan diurus oleh Daidanco Surakhmad. Mereka akan diterima
kembali dan tidak akan dibawa ke depan pengadilan militer. Dengan hasil
kesepakatan itu, maka pada suatu hari kira-kira pukul delapan malam Shodanco
Muradi tiba bersama pasukannya kembali ke daidan. Di sini sudah berderet barisan
para perwira di bawah pimpinan Daidanco Surahmad. Sejenak kemudian Shodanco
Muradi maju, lapor kepada Daidanco Surakhmad, bahwa pasukannya telah
kembali. Mereka juga menyatakan menyesal atas perbuatan melawan Jepang dan
berjanji untuk setia kepada kesatuannya. Mereka tidak menyadari bahwa telah
masuk perangkap, karena dari tempat-tempat yang gelap pasukan Jepang telah
mengepung mereka. Mereka kemudian dilucuti senjatanya dan ditawan, diangkut
ke Markas KemPETAi Blitar. Ternyata Muradi yang sudah menyerah tetap diadili
dan dijatuhi hukuman mati.

Kekuatan PETA ini di bawah Supriyadi ini semakin lemah. Tidak terlalu
lama akhirnya perlawanan PETA di Blitar di bawah pimpinan Supriyadi ini dapat
dipadamkan. Tokoh-tokoh dan anggota PETA yang ditangkap kemudian diadili di
depan Mahkamah Militer Jepang di Jakarta. Setelah melalui beberapa kali
persidangan, mereka kemudian dijatuhi hukuman sesuai dengan peranan masing-

35

masing dalam perlawanan itu. Ada yang mendapat pidana mati, ada yang seumur
hidup, dan sebagainya. Mereka yang dipidana mati antara lain, dr. Ismail, Muradi
yang sudah disebutkan di atas, Suparyono, Halir Mangkudijoyo, Sunanto, dan
Sudarno. Sementara itu, Supriyadi tidak jelas beritanya dan tidak disebutsebut
dalam pengadilan tersebut.

36

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA

Kalian tentu sudah menyimak bagaimana praktek pendudukan Jepang di
Indonesia. Meski penguasaan Jepang di Indonesia hanya sekitar 3,5 tahun (jauh lebih
singkat dibanding dengan penguasaan Belanda di Indonesia) namun Jpeang telah
membawa dampak (pengaruh) yang cukup besar bagi Indonesia, baik dampak negatif
mapun positifnya. berikut ini dipaparkan dampak pendudukan Jepang dalam berbagai
bidang. Penasaran ??? Ayo... simak lebih jauh!!

A. Dampak dalam Bidang Politik
1) Melarang penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa
Jepang. Dalam prakteknya, untuk mendapatkan simpati rakyat Indonesia,
Jepang juga mengizinkan penggunaan Bahasa Indonesia dan pengibaran
bendera Merah Putih.
2) Struktur pemerintahan disusun sesuai keinginan Jepang.
3) Melakukan seikerei setiap upacara bendera, yaitu penghormatan ke arah Tokyo
dengan membungkukkan badan 90 derajat untuk Kaisar Jepang Tenno Heika.
4) Membentuk pemerintahan militer dengan angkatan darat dan angkatan laut.
5) Jepang membubarkan organisasi-organisasi politik dan melarang segala jenis
rapat dan kegiatan – kegiatan politik.
6) Membentuk organisasi-organisasi sebagai alat propaganda, namun sebagian
besar organisasi yang dibentuk oleh Jepang dimanfaatkan tokoh pejuang untuk
kepentingan pergerakan nasional.
7) Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut
mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak pengaruh-
pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi Jakarta.
8) Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati pemimpin
nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan agar Sukarno mau

37

membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan Jepang ini
mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan
mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
9) Pemerintah Jepang juga menjanjikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang
diucapkan oleh PM Tojo dalam kunjungannya ke Indonesia pada September
1943, dan dari janji inilah Jepang kemudian membentuk BPUPKI dan PPKI.
Dengan kehadiran badan ini, memungkinkan Indonesia membentuk hal-hal
yang berkaitan dengan persiapan Indonesia merdeka, seperti dasar negara
Pancasila

B. Dampak dalam Bidang Sosial Budaya
1) Selama masa pendudukan Jepang, kehidupan sosial dan budaya masyarakat
Indonesia sangat memprihatinkan. Penderitaan rakyat bertambah karena segala
kegiatan rakyat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam
menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih rakyat dijadikan pekerja romusha
(kerja paksa zaman Jepang) sehingga banyak jatuh korban akibat kelaparan dan
penyakit.
2) Kesulitan proses komunikasi antarpulau dan dunia luar karena semua saluran
komunikasi dikendalikan Jepang.
3) Semua nama-nama kota yang menggunakan bahasa Belanda diganti Bahasa
Indonesia seperti Batavia menjadi Jakarta dan Buitenzorg menjadi Bogor.
4) Kebijakan Kinrohoshi yaitu tradisi kerja bakti secara massal pada masa
pendudukan Jepang.
5) Mendirikan pusat kebudayaan Keimin Bunka Shidoso pada 1 April 1943 untuk
mengawasi karya para seniman agar tidak menyimpang dari tujuan Jepang.
6) Kondisi sosial yang sangat parah (kesulitan makanan, penyakit dsb)
menyebabkan maraknya tindak kriminal seperti perampokan, pemerkosaan dan
lain-lain.
7) Adanya praktik perbudakan wanita (yugun ianfu). Banyak wanita muda
Indonesia yang digunakan sebagai wanita penghibur bagi perang Jepang.

38

8) Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independent dan pengawasan
berada di bawah pengawasan Jepang.

C. Dampak dalam Bidang Ekonomi
1) Jepang mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
kepentingan perang jepang.
2) Jepang mengmbil secara paksa makanan, pakaian dan pembekalan lainnya dari
rakyat Indonesia tanpa kompensasi.
3) Terjadinya inflasi dan krisis ekonomi yang sangat menyengsarakan rakyat.
4) Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang sehingga seluruh
potensi SDA dan bahan mentah lainnya digunakan untuk mendukung industri
perang.
5) Penerapan sanksi yang berat oleh Jepang dengan menerapkan sistem ekonomi
secara ketat.
6) Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan
daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang)
7) Perkebunan-perkebunan diawasi dan dipegang sepenuhnya oleh pemerintah
Jepang. Banyak perkebunan yang dirusak dan diganti tanamannya untuk
keperluan biaya perang. Rakyat dilarang menanam tebu dan membuat gula.
Beberapa perusahaan swasta Jepang yang menangani pabrik gula adalah Meiji
Seito Kaisya
8) Masyarakat juga diwajibkan untuk melakukan pekerjaan yang dinilai berguna
bagi masyarakat luas, seperti memperbaiki jalan, saluran air, atau menanam
pohon jarak. Mereka melakukannya secara bergantian. Untuk mejalankan tugas
tersebut dengan baik, maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) untuk
memobilisasi massa dengan efektif.

D. Dampak dalam Bidang Pendidikan
1) Pada masa pendudukan Jepang, keadaan pendidikan di Indonesia semakin
memburuk. Pendidikan tingkat dasar hanya satu, yaitu pendidikan enam tahun.
Hal itu sebagai politik Jepang untuk memudahkan pengawasan.

39

2) Para pelajar wajib mempelajari bahasa Jepang. Mereka juga harus mempelajari
adat istiadat Jepang dan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, serta gerak badan
sebelum pelajaran dimulai.

3) Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar di semua sekolah dan
dianggap sebagai mata pelajaran wajib

4) Sementara itu, perguruan tinggi di tutup pada tahun 1943. Beberapa perguruan
tinggi yang dibuka lagi adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (Ika Daigaku) di
Jakarta dan Perguruan Tinggi Teknik (Kogyo Daigaku) di Bandung. Jepang
juga membuka Akademi Pamong Praja (Konkoku Gakuin) di Jakarta, serta
Perguruan Tinggi Hewan di Bogor. Pada saat itu, perkembangan perguruan
tinggi benar-benar mengalami kemunduran

5) Pelajar juga dianjurkan untuk masuk militer. Mereka diajarkan Heiho atau
sebagai pembantu prajurit. Pemuda-pemuda juga dianjurkan masuk barisan
seinenden dan keibodan (pembantu polisi). Mereka dilatih baris berbaris dan
perang meskipun hanya bersenjatakan kayu. Dalam seinenden mereka
dijadikan barisan pelopor atau suisintai. Barisan pelopor itu mendapat pelatihan
yang berat. Latihan militer itu kelak sangat berguna bagi bangsa kita.

E. Dampak dalam Bidang Militer
Akibat pendudukan Jepang bidang militer Perbedaan antara masa penjajahan

sebelumnya dengan masa pendudukan Jepang adalah rakyat Indonesia
mendapatkan manfaat pengalaman dan pelatihan militer mencakup dalam bidang
ketentaraan, bidang pertahanan, dan bidang keamanan. Pelatihan militer yang
diperoleh rakyat Indonesia adalah: dalam hal dasar-dasar militer, baris berbaris dan
latihan menggunakan senjata, Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk
penduduk untuk menghadapi Sekutu. Oleh karena itu, Jepang melatih penduduk
dengan latihan-latihan militer. Pada 1943 Jepang semakin intensif mendidik dan
melatih pemuda Indonesia di bidang militer. Jepang membentuk organisasi semi
militer dan organisasi militer yang harus diikuti para pemuda di Indonesia untuk
membantu Jepang yang semakin terdesak oleh Sekutu dalam Perang Pasifik. Seperti
Seinendan, Keibodan (pembantu polisi), Fujinkai, Hizbullah dan Barisan Pelopor

40

serta Heiho (sebagai pembantu prajurit) dan PETA (Pembela Tanah Air). Bekas
pasukan PETA akan menjadi kekuatan inti Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang
menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), merupakan cikal bakal Tentara
Nasional Indonesia (TNI).

41

UJI KOMPETENSI

Setelah mempelajari seluruh materi, mari kita berlatih soal-soal terkait materi
kondisi bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang agar kalian lebih paham
dan mengerti!
1. Tujuan pokok pembentukan Jawa Hokokai pada tahun 1944 pada masa

pendudukan Jepang adalah...
A. Membentuk kekuatan militer di kalangan masyarakat Jawa, persiapan

Indonesia merdeka
B. Membentuk pasukan berani mati di Jawa, untuk kepentingan pemerintahan

Indonesia
C. Menggalang dukungan rakyat untuk berbakti dan rela berkorban demi perang

Jepang
D. Menggalang dukungan untuk mewujudkandan mendukung perjuangan

Gerakan Tiga A
E. Mendukung kepentingan ekonomi Jepang melalui pembentukan organisasi

2. Shusintai, Seinendan, dan Hizbullah adalah beberapa contoh organisasi semi
militer yang dibentuk langsung oleh pemerintah militer Jepang. Tujuan
tersembunyi dibalik pembentuknya organisasi semi militer pada masa
pendudukan Jepang adalah....
A. Mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan
tanah air
B. Untuk mendapatkan tentara terdidik dalam mensukseskan peperangan di
dalam negeri
C. Untuk mendapatkan tentara profesional dalam mensukseskan peperangan di
luar negeri
D. Untuk mendapatkan tentara cadangan dalam mensukseskan peperangan
Jepang
E. Mengakomodasi gerakan kaum nasionalis agar tidak terjadi gerakan bawah
tanah
42

3. Perhatikan informasi berikut!
1) Jepang mewajibkan rakyat menggunakan bahasa Indonesia
2) Larangan penggunaan bahasa Belanda sebagai percakapan sehari-hari
3) Mempermudah komunikasi dengan orang Indonesia untuk propaganda
4) Bahasa Jepang masih serumpun dengan bahasa Indonesia
5) Bahasa Indonesia sangat demokratis karena membedakan tingkatan
pemakaiannya
Dampak positif dari pendudukan Jepang diantaranya adalah berkembangnya
bahasa Indonesia. Faktor-faktor penyebabnya adalah....
A. 1, 2, 3
B. 1, 3, 5
C. 2, 3, 4
D. 2, 3, 5
E. 3, 4, 5

4. Pendudukan Jepang di Indonesia menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat
Indonesia. Hal ini disebabkan Jepang mengadakan eksploitasi baik bidang
ekonomi maupun sosial. Pada Maret 1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat
Tenaga Rakyat (Putra) yang dipimpin oleh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno,
Hatta, Mas Mansyur , Ku Hajar Dewantara. Melalui Putra, para pemimpin
Indonesia dapat berhubungan dengan rakyat secara langsung, baik melayu rapat
maupun media masa milik Jepang. Pada perkembangan organisasi Putra
dimanfaatkan oleh para pemimpin Indonesia dalam proses perjuangan bangsa
Indonesia, karena....
A. Menarik perhatian bangsa Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam
perang Asia Timur Raya
B. Membangkitkan semangat nasionalisme serta menumbuhkan rasa percaya diri
serta harga diri bangsa
C. Membujuk kaum nasionalis sekuler dan kaum intelektual agar dapat
mengerahkan tenaga untuk melawan Jepang

43

D. Mengerahkan rakyat Indonesia untuk mendukung peperangan Jepang
menghadapi sekutu

E. Mempersatukan rakyat Jawa dalam menghadapi serangan sekutu dalam
perang Asia Timur Raya

5. Perlawanan rakyat Singaparna selain karena penderitaan rakyat, perlawanan juga
disebabkan penolakan rakyat untuk melakukan Seikerei, yakni ...
A. penyerahan padi terhadap pemerintah Jepang
B. kewajiban untuk ikut romusha bagi rakyat Singaparna
C. penguburan massal tanpa dilakukan menurut cara-cara Islam
D. penindasan dan pemkasaan terhadap rakyat
E. kewajiban menundukkan kepala ke arah matahari terbit

6. Latar belakang perlawanan PETA di Blitar terhadap Jepang adalah ...
A. menguji latihan militer yang dierima tentara PETA
B. adanya penindasan Jepang dan penderitaan rakyat
C. sikap menolak terhadap upacara militer yang dipaksakan Jepang
D. menolak latihan militer dari para pelatih Jepang
E. rasa solidaritas terhadap teman-teman mereka yang ditangkap Jepang

7. Gerakan perlawanan terhadap Jepang yang terkenal di Biak adalah Gerakan Koreri
yang berpusat di daerah ... .
A. Yapen Selatan
B. Jayapura
C. Wamena
D. Biak
E. Serui

8. Jepang berjanji memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada tanggal 24
Agustus 1945. Namun, Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini memperlihatkan bahwa....

44

A. Indonesia cepat memanfaatkan momentum menyerahnya Jepang pada Sekutu
B. Semangat kemerdekaan begitu kuat dalam diri bangsa Indonesia
C. Kemerdekaan Bangsa Indonesia bukan pemberian Jepang
D. Jepang ternyata bukan "saudara tua" Bangsa Indonesia
E. Indonesia bisa melawan keadidayaan bangsa Jepang

9. Tujuan pemerintahan pendudukan Jepang membutuhkan tenaga kerja romusha
dalam jumlah besar adalah....
A. Membantu tentara Jepang dalam peperangan di wilayah Pasifik melawan
tentara Sekutu
B. Memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja di perkebunan di sekitar Jawa dan
Sumatera
C. Untuk membangun fasilitas-fasilitas umum guna mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia
D. Untuk membangun pangkalan-pangkalan militer guna menghadapi serangan
tentara Sekutu
E. Memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam waktu cepat dan singkat

10. Pada masa pendudukan Jepang, aktivitas pendidikan formal di Sekolah-sekolah
Indonesia mengalami penurunan karena....
A. Pendidikan pemuda terfokus pada militer
B. Sekolah hancur karena Perang Asia Timur Raya
C. Sekolah dianggap sebagai sumber pemberontakan
D. Tidak tersedianya dana untuk pendidikan di Indoesia
E. Guru-guru melakukan aksi mogok menuntun kesejahteraan

45

UJI KOMPETENSI

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan uraianmu!
1. Jelaskan proses kedatangan Jepang ke Indonesia berdasarkan peta di bawah ini!

2. Tujuan utama Jepang datang ke Indonesia yaitu menjadikan Indonesia sebagai
pemasok untuk industri dan mesin perang, untuk mewujudkan tujuan tersebut,
Jepang mencari simpati rakyat Indonesia dan mengeluarkan propaganda
propaganda. Dari pernyataan singkat tersebut, coba jelaskan propaganda Jepang
yang ditetapkan di Indonesia!

3. Jelaskanlah salah satu peran rakyat Indonesia dalam salah satu organisasi bentukan
Jepang!

46

4. Setelah mempelajari kebijakan pendudukan Jepang dalam berbagai bidang,
analisislah apakan kebijakan kebijakan yang sudah dikeluarkan berdampak
terhadap kehidupan bangsa Indonesia, jika ada jelaskan dampak potisif dan
negatifnya!

5. Mengapa Jepang membentuk pemerintahan militer di tiga kawasan: Sumatra, Jawa-
Madura, dan kawasan Indonesia Timur?

47

DAFTAR PUSTAKA

Amelia F. 2009. Pendudukan Jepang di Indonesia. Semarang: ALPRIN
Chalid, Latif. 1983. Atlas Sejarah. Jakarta : Pembina Praga.
Herimanto, dan Eko Targiyatmi. 2020. Sejarah Pembelajaran Sejarah Interaktif Untuk

Kelas XI SMA dan MA. Solo : Tiga Serangkai
Imran, A Iskandar, dkk. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 6: Perang dan

Revolusi. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve
Isnaeni, Hendri F. dan Apid. 2008. Romusa Sejarah Yang Terlupakan. Yogyakarta :

Ombak.
Kuntowijoyo. 1997. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Bentang
M. C. Ricklefs. 2007. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: PT Ikrar

Mandiriabadi
Oktorino, Nino. 2016. Di Bawah Matahari Terbit: Sejarah Pendudukan Jepang di

Indonesia, 1941-1945. Jakarta: Elex Media Komputindo
Poesponegoro, Djoned M. Dan Notosusanto, Nugroho. 2011. Sejarah Nasional

Indonesia VI: Zaman Jepang dan Zaman Republik. Cet.5- Edisi Pemutakhiran.
Jakarta: Balai Pustaka

48

PROFIL PENULIS

Siti Solechatul Jannah (190210302041)
Lahir di Kediri, 08 September 2000. Telah menyelesaikan pendidikan dasar di SDN
Jamsaren 1, Kediri pada tahun 2013; menamatkan pendidikan menengah pertama di
SMPN 5 Kota Kediri pada tahun 2016; dan lulus pendidikan menengah atas di SMAN
3 Kota Kediri pada tahun 2019; kemudian melanjutkan pendidikan tinggi program
Sarjana di FKIP-Universitas Jember, dengan mengambil program studi Pendidikan

Sejarah.

49


Click to View FlipBook Version